SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  63
Télécharger pour lire hors ligne
BAB I PENDAHULUAN




                                    BAB I
                                PENDAHULUAN




A. Latar Belakang


   Tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam suatu negara

   merupakan suatu kebutuhan yang tak terelakkan. Pemerintah wajib menerapkan

   kaidah-kaidah yang baik dalam menjalankan roda pemerintahan, termasuk di

   dalamnya kaidah-kaidah dalam bidang pengelolaan keuangan negara yang

   diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam rangka

   mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik itulah, pemerintah Republik

   Indonesia melakukan reformasi di bidang pengelolaan keuangan negara.


   Selain itu, reformasi pengelolaan keuangan ini juga dilatarbelakangi masih

   digunakannya peraturan perundang-undangan peninggalan pemerintah kolonial.

   Walau kehendak menggantikan aturan bidang keuangan warisan telah lama

   dilakukan agar selaras dengan tuntutan zaman, baru pada tahun 2003 hal itu

   terwujud dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

   Keuangan Negara. Hal itu senada dengan makin besarnya belanja negara yang

   dikelola oleh pemerintah sehingga diperlukan suatu metode pengawasan yang

   memadai. Salah satu bentuknya adalah keterlibatan masyarakat/stakeholders.


   Keterlibatan masyarakat ini juga seiring dengan makin besarnya porsi pajak dalam

   mendanai operasional pemerintahan. Sumber daya alam yang selama ini besar

   porsinya dalam penerimaan negara makin lama makin berkurang oleh karena

   jumlah   sumber      yang   terbatas.   Pada    satu   pihak,   biaya   penyelenggaraan

   pemerintahan semakin besar. Satu-satunya sumber adalah pajak dari masyarakat.

   Agar     masyarakat     tidak    merasa        dirugikan,   maka    diperlukan     suatu

   pertanggungjawaban penggunaan pajak dari masyarakat oleh pemerintah dengan


MODUL KEUANGAN NEGARA                                                                    1
BAB I PENDAHULUAN



   transparan.


   Berkenaan dengan perubahan paradigma sistem pemerintahan dan tuntutan

   masyarakat, maka perlu dilakukan reformasi di bidang keuangan sebagai

   perangkat pendukung terlaksananya penerapan good governance. Reformasi

   pengelolaan keuangan dilakukan dengan cara:


   1. Penataan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum;

   2. Penataan kelembagaan;

   3. Penataan sistem pengelolaan keuangan negara; dan

   4. Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan.


   Dengan demikian reformasi manajemen keuangan ini tidak hanya melibatkan

   Pemerintah Pusat dalam pelaksanaannya, tetapi sekaligus berlaku bagi Pemerintah

   Daerah.


B. Maksud dan Tujuan


   1. Tujuan Instruksional Umum


      Setelah mempelajari materi ini, Penyuluh Perbendaharaan diharapkan mampu

      memahami pengelolaan keuangan negara, termasuk keuangan daerah secara

      umum dan mampu menjadi instruktur pelatihan keuangan negara.


   2. Tujuan Instruksional Khusus


      Setelah mempelajari modul ini diharapkan Penyuluh Perbendaharaan:


      a. Memahami garis besar dan lingkup pengelolaan keuangan negara;

      b. Memahami siklus keuangan negara;

      c. Memahami pengelolaan aset pemerintah

      d. Memahami pelaporan keuangan negara; dan

      e. Memahami proses pemeriksaan dan pertanggungjawaban keuangan negara.




MODUL KEUANGAN NEGARA                                                          2
BAB I PENDAHULUAN



C. Deskripsi Ringkas


   Materi Modul Pandangan Umum Pengelolaan Keuangan Negara ini disusun dalam

   rangka memberikan pemahaman umum mengenai pengelolaan keuangan negara.

   Sesuai dengan siklus pengelolaan keuangan negara, materi dimulai dengan

   perencanaan kemudian dilanjutkan dengan penganggaran. Selanjutnya dalam

   tataran pelaksanaan anggaran dibahas mengenai perbendaharaan, pengelolaan

   aset, akuntansi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan, serta berakhir dengan

   pertanggungjawaban hasil pengelolaan keuangan negara.


D. Metode Pembelajaran


   Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara pemaparan

   konsep-konsep pokok undang-undang di bidang keuangan negara (Undang-Undang

   No.17 Tahun 2003, Undang-Undang No.1 Tahun 2004, Undang-Undang No.15

   Tahun 2004 dan Undang-Undang No.25 Tahun 2004). Keberhasilan pembelajaran

   ini juga sangat tergantung pada partisipasi aktif dari para peserta latih dalam

   aktivitas tanya jawab dan diskusi.




MODUL KEUANGAN NEGARA                                                          3
BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN




                    BAB II
         PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
    KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN




A. Pengertian dan Lingkup Keuangan Negara


   Sampai dengan terbitnya UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

   pengelolaan keuangan negara Republik Indonesia sejak kemerdekaan tahun 1945

   masih menggunakan aturan warisan pemerintah kolonial. Peraturan perundangan

   tersebut terdiri dari Indische Comptabiliteitswet (ICW), Indische Bedrijvenwet

   (IBW) dan Reglement voor het Administratief Beheer (RAB). ICW ditetapkan

   pada tahun 1864 dan mulai berlaku tahun 1867, Indische Bedrijvenwet (IBW)

   Stbl. 1927 No. 419 jo. Stbl. 1936 No. 445 dan Reglement voor het Administratief

   Beheer (RAB) Stbl. 1933 No. 381. Dengan terbitnya UU No. 17 Tahun 2003
   diharapkan pengelolaan keuangan negara “dapat mengakomodasikan berbagai

   perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan

   keuangan pemerintahan negara Republik Indonesia.”


   Undang-Undang        Nomor 17 Tahun 2003 memberi batasan keuangan negara

   sebagai “semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta

   segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik

   negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”. Secara rinci

   sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU No. 17 Tahun 2003, cakupan Keuangan

   Negara terdiri dari :


   1. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan

      melakukan pinjaman;

   2. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan

      negara dan membayar tagihan pihak ketiga;


MODUL KEUANGAN NEGARA                                                              4
BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN



   3. Penerimaan Negara/Daerah;

   4. Pengeluaran Negara/Daerah;

   5. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain

      berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat

      dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan

      negara/ perusahaan daerah;

   6. Kekayaan     pihak   lain   yang   dikuasai     oleh   pemerintah   dalam   rangka

      penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

   7. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang

      diberikan pemerintah.


   Cakupan terakhir dari Keuangan Negara tersebut dapat meliputi kekayaan yang

   dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-

   yayasan    di    lingkungan    kementerian       negara/lembaga,   atau   perusahaan

   negara/daerah.


   Dalam pelaksanaannya, ada empat pendekatan yang digunakan dalam merumuskan

   keuangan negara, yaitu dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan. Obyek

   Keuangan Negara meliputi semua ”hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai

   dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan

   pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa

   uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

   pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.” Selanjutnya dari sisi subyek/pelaku

   yang mengelola obyek yang ”dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah

   Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada

   kaitannya dengan keuangan negara.”


   Dalam pelaksanaannya, proses pengelolaan keuangan negara mencakup seluruh

   rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana

   tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan

   sampai dengan pertanggungjawaban. Pada akhirnya, tujuan pengelolaan keuangan

   negara adalah untuk menghasilkan kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang

MODUL KEUANGAN NEGARA                                                                5
BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN



   berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek KN dalam rangka

   penyelenggaraan kehidupan bernegara.


B. Siklus APBN


   Pengelolaan keuangan negara setiap tahunnya dituangkan dalam APBN. Dengan

   demikian seluruh program/kegiatan pemerintah harus dituangkan dalam APBN

   (azas universalitas) dan tidak diperkenankan adanya program/kegiatan yang

   dikelola di luar APBN (off budget).


   Siklus APBN terdiri dari:


   1. Perencanaan dan Penganggaran


      Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang

      terintegrasi.   Program   yang     akan   dilaksanakan   oleh   Pemerintah   wajib

      dituangkan dalam suatu rencana kerja. Ketentuan tentang perencanaan ini

      diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

      Perencanaan Pembangunan Nasional.


      Rencana kerja terdiri dari RPJP untuk masa 20 tahun, RPJM untuk masa 5

      tahun, dan RKP untuk masa 1 tahun. Di tingkat Kementerian Negara/Lembaga

      untuk rencana jangka menengah disebut Rencana Strategis Kementerian

      Negara/Lembaga. (Renstra KL) dan untuk rencana kerja tahunan disebut

      Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga (Renja KL) sebagaimana diatur

      dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan

      Nasional.


      Berdasarkan UU No. 17 tahun 2003, anggaran disusun berdasarkan rencana

      kerja (Renja KL). Dengan demikian, yang memperoleh alokasi anggaran adalah

      program/kegiatan prioritas yang tertuang dalam rencana kerja dan menjadi

      Rencana Kerja dan Anggaran (RKA KL). Sementara itu, untuk Bagian Anggaran

      Bendahara Umum Negara disusun Rencana Kerja dan Anggaran berupa Rencana

      Dana Pengeluaran (RDP BUN) sebagaimana diatur dalam PP No. 90 Tahun 2010

MODUL KEUANGAN NEGARA                                                                6
BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN



      (Revisi PP No. 21 Tahun 2004).


      Dengan mekanisme demikian, program/kegiatan pemerintah yang direncanakan

      itulah yang akan dilaksanakan. RKA-KL dan RDP BUN selanjutnya disampaikan

      ke Menteri Keuangan untuk dihimpun menjadi RAPBN. RAPBN ini selesai

      disusun pada awal Agustus untuk disampaikan ke DPR disertai Nota Keuangan.


   2. Penetapan Anggaran


      Pembahasan RAPBN di DPR dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan

      Oktober. Sehubungan dengan pembahasan RAPBN ini, DPR mempunyai hak

      budget yaitu hak untuk menyetujui anggaran. Dalam hal DPR tidak setuju

      dengan RAPBN yang diajukan oleh pemerintah, DPR dapat mengajukan usulan

      perubahan atau menolaknya, namun DPR tidak berwenang untuk mengubah dan

      mengajukan usulan RAPBN.


      Apabila DPR tetap tidak menyetujuinya maka yang berlaku adalah APBN tahun

      sebelumnya. APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan organisasi,

      fungsi, program/kegiatan, dan jenis belanja. Dengan APBN yang demikian

      berarti DPR telah memberikan otorisasi kepada Kementerian Negara/Lembaga

      untuk melaksanakan program/kegiatan dengan pagu anggaran yang dimilikinya.

      APBN yang telah disetujui oleh DPR dan disahkan Presiden menjadi UU APBN

      dan selanjutnya dimuat dalam Lembaran Negara. UU APBN dilengkapi dengan

      rincian APBN yang dituangkan dalam Peraturan Presiden tentang Rincian APBN.


   3. Pelaksanaan APBN


      APBN dilaksanakan oleh Pemerintah untuk periode satu tahun anggaran. Tahun

      anggaran Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah 1 Januari sampai dengan

      31 Desember. Dengan demikian, setelah berakhirnya tahun anggaran tanggal 31

      Desember, anggaran ditutup dan tidak berlaku untuk tahun anggaran

      berikutnya.


      Berdasarkan UU APBN dan Perpres Rincian APBN disiapkan                 dokumen

MODUL KEUANGAN NEGARA                                                              7
BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN



      pelaksanaan anggaran untuk setiap Kementerian Negara/Lembaga. APBN,

      walaupun telah diundangkan sebagai UU, tetap merupakan anggaran. Oleh

      karena itu, azas anggaran yang dikenal dengan nama azas fleksibilitas tetap

      berlaku. Dalam rangka pelaksanaan azas ini, maka untuk mengakomodasi kondisi

      riil yang dapat saja berbeda dengan yang diasumsikan pada saat penyusunan

      anggaran, setiap tengah tahun berjalan dilakukan revisi APBN yang dikenal

      dengan APBN-Perubahan (APBN-P).


      Untuk keperluan penyusunan APBN-P, pemerintah menyampaikan realisasi

      anggaran semester I disertai prognosis penerimaan dan pengeluaran semester

      II. Untuk keperluan internal, seluruh Kementerian Negara/Lembaga diwajibkan

      menyusun Laporan Keuangan Semesteran.


      Dalam keadaan darurat, pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang tidak

      tersedia anggarannya. Apabila pengeluaran tersebut terjadi sebelum APBN-P,

      maka pengeluaran ini dimasukkan dalam APBN-P dan dilaporkan di Laporan

      Realisasi Anggaran disertai penjelasan. Apabila pengeluaran terjadi setelah

      APBN-P diundangkan, maka pengeluaran ini dilaporkan dalam Laporan Realisasi

      Anggaran disertai dengan penjelasan.


      Apabila pada akhir tahun terdapat program/kegiatan yang belum selesai

      dilaksanakan atau anggaran belum terserap, tidak dapat dilanjutkan ke tahun

      anggaran berikutnya kecuali ada kebijakan pemerintah untuk luncuran APBN.

      Namun demikian, berhubung APBN hanya berlaku untuk periode satu tahun,

      maka apabila ada kebijakan luncuran APBN wajib dimasukkan dalam APBN

      tahun anggaran berikutnya.


      Laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Laporan keuangan

      dimaksud setidak-tidaknya terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,

      Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan yang

      disampaikan ke DPR adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK.

      Laporan keuangan tersebut dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan


MODUL KEUANGAN NEGARA                                                              8
BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN



      negara dan badan lainnya.


      Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2004, keseluruhan komponen tersebut

      dipertanggungjawabkan sebagai wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan

      negara yang ruang lingkupnya telah diuraikan sebelumnya.


      Untuk    penyusunan    LKPP,    setiap   Kementerian       Negara/Lembaga     sebagai

      pengguna      anggaran/barang    wajib    menyampaikan       pertanggungjawabannya

      kepada Presiden yang berupa Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan Catatan

      atas Laporan Keuangan. Kementerian Negara/Lembaga merupakan entitas

      pelaporan sehingga terhadap laporan keuangannya dilakukan pemeriksaan oleh

      BPK untuk memberikan opini atas kewajaran penyajian laporan keuangan.


   4. Pemeriksaan Anggaran


      Pemeriksaan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dilaksanakan oleh

      BPK.    Pemeriksaan   ini   dilaksanakan    selama     2    bulan   setelah   laporan

      pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran yang berupa laporan keuangan

      selesai disusun. Disamping itu terdapat pemeriksaan dan pengelolaan keuangan

      yang dapat dilaksanakan sepanjang tahun. Pemeriksaan ini dapat dilaksanakan

      oleh BPK ataupun APIP.


   5. Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran


      Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003, RUU pertanggungjawaban atas

      pelaksanaan anggaran disampaikan ke DPR paling lambat akhir bulan Juni tahun

      berikutnya.




MODUL KEUANGAN NEGARA                                                                   9
BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN




                  PENYAMPAIAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN
                      ANGGARAN DALAM BENTUK LAPORAN KEUANGAN


                     LK UNAUDITED                   AUDIT          LK AUDITED




             Jan          Feb        Mar      Apr            Mei       Jun
            20X1         20X1       20X1     20X1           20X1      20X1
                                                                                DPR
              KEMENTERIAN
                                    MENKEU          BPK               MENKEU
            NEGARA/LEMBAGA




            - TINGKAT K/ L
            - TINGKAT ESELO N I
            - TINGKAT SATKER




MODUL KEUANGAN NEGARA                                                                 10
BAB III PERENCANAAN



                                    BAB III
                                 PERENCANAAN




Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

bangsa dalam mencapai tujuan bernegara. Agar pembangunan nasional dapat berjalan

dengan baik tidak dapat dilepaskan dari tataran demokrasi dan mengacu pada prinsip-

prinsip   penting   yang tidak   boleh   diabaikan. Prinsip-prinsip    tersebut   adalah

kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian

dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional. Agar kegiatan

pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran, diperlukan adanya suatu

perencanaan pembangunan yang matang.


Perencanaan, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) merupakan suatu “proses

untuk mementukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan

memperhitungkan sumber daya yang tersedia.” Perencanaan sangat penting sebagai

salah satu proses dalam pengelolaan keuangan negara. Perencanaan sangat bermanfaat

dalam (a) mengurangi ketidakpastian serta perubahan di masa datang; (b)

mengarahkan semua aktivitas pada pencapaian visi dan misi organisasi; (c) sebagai

wahana untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan kinerja suatu organisasi.


A. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


    Sistem    Perencanaan    Pembangunan     Nasional    diharapkan    dapat   menjamin

    tercapainya     tujuan   dalam   bernegara.   SPPN     mencakup     penyelenggaraan

    perencanaan makro dari semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang

    kehidupan secara terpadu dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Untuk itu diperlukan     adanya sistem perencanaan pembangunan nasional. SPPN

    adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan



MODUL KEUANGAN NEGARA                                                                 11
BAB III PERENCANAAN



   rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan

   jangka pendek yang akan dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan

   masyarakat baik di tingkat pusat maupun daerah.


   Dalam cakupan waktu, SPPN disusun dalam cakupan tiga periode perencanaan,

   yaitu:


   1. Jangka panjang dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

      dengan jangka waktu 20 tahun;

   2. Jangka menengah dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah

      (RPJM) yang berjangka waktu 5 tahun; dan

   3. Jangka pendek dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dengan periode

      tahunan.

   Selanjutnya, SPPN tersebut disusun dalam rangka mencapai tujuan sebagai

   berikut :


   1. menjamin adanya koordinasi di antara pelaku pembangunan, baik ditingkat

      pusat, pusat dengan daerah, maupun antar daerah;

   2. menjamin terciptanya intergrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah,

      antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah, maupun antara Pusat dan

      daerah;

   3. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

      pelaksanaan, dan pengawasan;

   4. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan

   5. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,

      berkeadilan, dan berkelanjutan.

   Dalam suatu perencanaan pembangunan sebagai suatu siklus ada empat tahapan

   yang dilalui, yakni:


   1. Penyusunan rencana;

   2. Penetapan rencana;

   3. Pengendalian pelaksanaan rencana; dan


MODUL KEUANGAN NEGARA                                                           12
BAB III PERENCANAAN



   4. Evaluasi pelaksanaan rencana.

   Keempat    tahapan   diselenggarakan   secara   berkelanjutan    sehingga   secara

   keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Penyusunan rencana

   dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk

   ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah. Langkah pertama adalah penyiapan

   rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan

   terukur. Langkah kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan

   rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang

   telah disiapkan. Langkah berikutnya adalah melibatkan masyarakat (stakeholders)

   dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang

   pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah

   keempat adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Selanjutnya

   adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak

   untuk melaksanakannya.


   Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin

   tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui

   kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut

   oleh pimpinan Kementerian Negara/Lembaga. Selanjutnya Menteri Perencanaan

   menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan

   dari masing-masing pimpinan Kementerian Negara/Lembaga sesuai dengan tugas

   dan kewenangannya. Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan

   perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis

   data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan, dan kinerja

   pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja

   yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran

   kinerja mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat

   (benefit) dan dampak (impact). Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap

   Kementerian Negara/Lembaga, baik pusat maupun daerah, berkewajiban untuk

   melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan dan/atau terkait

   dengan fungsi dan tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek


MODUL KEUANGAN NEGARA                                                              13
BAB III PERENCANAAN



   pembangunan, Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja, baik pusat maupun

   daerah, mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk

   menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk masing-

   masing jangka waktu sebuah rencana.

B. Rencana Pembangunan Jangka Panjang


   Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) merupakan suatu dokumen

   perencanaan pembangunan untuk periode 20 (dua puluh) tahun. Perencanaan ini

   bersifat makro yang memuat “penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan

   Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

   Republik Indonesia Tahun 1945, dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan

   Nasional.” Proses    penyusunan   RPJP   dilakukan   secara   partisipatif   dengan

   melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan.


   Penyusunan RPJP dilakukan dalam 4 tahap, yaitu:


   1. Penyiapan Rancangan RPJP, dimana kegiatan ini dibutuhkan guna mendapatkan

      gambaran awal dari visi, misi, dan arah pembangunan nasional.


   2. Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) jangka panjang yang

      dilaksanakan untuk mendapatkan masukan dan komitmen dari seluruh pemangku

      kepentingan/stakeholders terhadap rancangan RPJP.


   3. Penyusunan Rancangan Akhir RPJP. Seluruh masukan dan komitmen hasil

      Musrenbang menjadi masukan utama penyempurnaan rancangan.


   Penetapan undang-undang tentang RPJP, di bawah koordinasi Bappenas yang

   bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum. Rancangan

   akhir RPJP beserta lampirannnya disampaikan kepada DPR sebagai inisiatif

   Pemerintah, untuk diproses lebih lanjut menjadi undang-undang tentang RPJP

   Nasional.




MODUL KEUANGAN NEGARA                                                              14
BAB III PERENCANAAN



C. Rencana Pembangunan Jangka Menengah


   RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala negara

   terpilih yang wajib disusun dalam waktu tiga bulan setelah dilantik. Dalam

   penyusunannya, RPJMN harus berpedoman pada RPJP Nasional yang memuat

   strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program, baik di dalam maupun

   lintas Kementerian Negara/Lembaga, dalam satu maupun lintas kewilayahan, serta

   kerangka ekonomi makro. Termasuk di dalamnya adalah arah kebijakan fiskal

   dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang

   bersifat indikatif.


   Tahapan Penyusunan RPJM:


   1. Penyiapan Rancangan awal RPJM Nasional oleh Bappenas sebagai lembaga yang

      bertanggung jawab mengkoordinasikan perencanaan pembangunan secara

      nasional.

   2. Penyiapan rancangan Rencana Strategis Kementrian/Lembaga (rancangan

      Renstra K/L), yang dilakukan oleh seluruh kementerian dan lembaga.

      Penyusunan rancangan Renstra ini bertujuan untuk merumuskan visi, misi,

      tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang sesuai

      dengan tugas dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga, agar selaras dengan

      program prioritas kepala negara terpilih.

   3. Penyusunan rancangan RPJM Nasional oleh Kementerian Perencanaan. Tahap ini

      merupakan upaya mengintegrasikan rancangan awal RPJM Nasional dengan

      rancangan Renstra K/L, yang menghasilkan rancangan RPJM Nasional.

   4. Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) jangka

      menengah nasional. Kegiatan yang dilaksanakan paling lambat dua bulan setelah

      presiden dilantik ini dilaksanakan guna memperoleh berbagai masukan dan

      komitmen dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) atas rancangan

      RPJM Nasional.




MODUL KEUANGAN NEGARA                                                           15
BAB III PERENCANAAN



   5. Penyusunan Rancangan Akhir RPJM Nasional, dimana seluruh masukan dan

      komitmen hasil Musrenbang Jangka Menengah Nasional menjadi masukan

      utama penyempurnaan rancangan RPJM Nasional.

   6. Penetapan Peraturan Presiden tentang RPJM Nasional, di bawah koordinasi

      kementerian yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi

      hukum.


D. Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga


   Renstra Kementerian Negara/Lembaga (K/L) memuat visi, misi, tujuan, strategi,

   kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas

   dan fungsi K/L serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.

   Tahapan Penyusunan Renstra K/L adalah sebagai berikut:


   1. Mempelajari visi, misi, dan program kepala negara terpilih terhadap tugas dan

      fungsi   Kementerian    Negara/Lembaga   yang   dipimpinnya.   Dalam   hal    ini

      menteri/kepala lembaga mengkaji implikasi visi, misi, dan program presiden

      terpilih terhadap tugas pokok dan fungsi K/L yang dipimpinnya dalam bentuk:


      a. Memberikan penilaian keterkaitan visi, misi, dan program dalam Renstra K/L

         pada periode lalu;

      b. Mengidentifikasikan program presiden terpilih terhadap capaian kinerja

         program K/L periode sebelumnya;

      c. Membuat kesimpulan.


   2. Menyusun Rancangan Renstra K/L dengan berpedoman pada Rancangan Awal

      RPJM Nasional.


E. Rencana Pembangunan Jangka Tahunan


   Rencana Pembangunan Jangka Tahunan adalah perencanaan yang meliputi periode

   satu tahun yang dalam hal ini disebut sebagai Rencana Kerja Pemerintah dan

   merupakan penjabaran dari RPJM Nasional. RKP berisi prioritas pembangunan,

   rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian yang

MODUL KEUANGAN NEGARA                                                              16
BAB III PERENCANAAN



   menyeluruh, termasuk kebijakan fiskal, serta program K/L, lintas                K/L,

   kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi, dan kerangka pendanaan yang masih

   bersifat indikatif.


   Selain     RKP,   pada   tingkat   kemeterian/lembaga   disusun     Rencana    Kerja

   Kementerian Negara/Lembaga (Renja-KL). Renja-KL disusun berpedoman pada

   Renstra-KL yang telah ada lebih dulu dan mengacu pada prioritas pembangunan

   nasional. Penyusunan Renja-KL dilakukan secara bersamaan dengan penyusunan

   RKP karena keduanya saling terkait. Adapun tahap penyusunan RKP adalah sebagai

   berikut:


   1. penyiapan rancangan awal RKP sebagai penjabaran RPJM Nasional;

   2. penyiapkan rancangan Renja-KL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

      dengan mengacu kepada rancangan awal RKP;

   3. Bappenas mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan menggunakan

      rancangan Renja-KL;

   4. musyawarah perencanaan pembangunan (Musrembang);

   5. penyusunan rancangan akhir rencana kerja berdasarkan hasil Musrembang; dan

   6. Penetapan RKP dalam bentuk Peraturan Presiden.


   Selanjutnya, RKP ini menjadi pedoman dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan

   Belanja Negara (APBN) dan Renja-KL menjadi pedoman untuk menyusun Rencana

   Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL).




MODUL KEUANGAN NEGARA                                                                17
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



                                    BAB IV
                                PENGANGGARAN




Tujuan suatu negara pada dasarnya adalah memajukan kesejahteraan dan melindungi

rakyatnya, serta mencukupi kepentingan-kepentingan lain rakyatnya. Untuk mencapai

tujuan tersebut, pemerintah memiliki tugas yang sekaligus melekat pada fungsi negara

yang dapat dikategorikan sebagai fungsi reguler/utama negara dan fungsi sebagai

agen   pembangunan.     Kedua   fungsi   dimaksud   dilaksanakan   dalam   operasional

pemerintahan yang sebagian besar terletak di pundak pemerintah.


Fungsi regular/fungsi utama negara adalah melaksanakan tugas yang membawa akibat

yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Fungsi utama negara terdiri dari empat

macam. Pertama negara sebagai political state. Dalam hal ini pemerintah menjalankan

fungsi pokoknya dalam pemeliharaan ketenangan, ketertiban, pertahanan, dan

keamanan. Kedua negara sebagai legal state yang bertujuan untuk mengatur tata

kehidupan bernegara dan tata kehidupan bermasyarakat. Selanjutnya negara sebagai

administrative state. Kedudukan ini menitikberatkan pada azas demokrasi yaitu
kekuasaan berada di tangan rakyat dan pemerintah hanyalah menerima pendelegasian

kekuasaan dari rakyat melalui wakil-wakilnya. Terakhir adalah negara sebagai

diplomatical state. Sebagai diplomatical state, negara bertujuan untuk menjalin
persahabatan dan memelihara hubungan internasional dengan negara-negara lain.


Fungsi negara lainnya yang wajib dijalankan oleh pemerintah adalah sebagai agent of

development. Dalam menjalankan peran ini, pemerintah antara lain bertindak sebagai
pendorong inisiatif atau pendorong motivasi rakyat dalam usahanya untuk mengadakan

perubahan dan pembangunan masyarakat menuju ke arah kehidupan yang lebih baik,

berupa pemberian fasilitas-fasilitas fisik, kemudahan dalam perizinan dan birokrasi,

bimbingan dan kebijakan yang diarahkan kepada tercapainya pembangunan. Fungsi ini

dibagi lebih lanjut dalam dua peran. Pertama pemerintah sebagai stabilisator apabila


MODUL KEUANGAN NEGARA                                                              18
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



di dalam pembangunan terjadi adanya ketidakstabilan dalam bidang politik, ekonomi,

dan sosial budaya. Kedua adalah pemerintah sebagai inovator. Artinya pemerintah

harus dapat mengadakan penemuan-penemuan baru dalam metode maupun sistem

dalam rangka pembangunan masyarakat dan negara.


Selain menjalankan fungsi reguler dan agent of development, pemerintah memiliki

tugas yang lain dan sangat penting yaitu sebagai pengelola keuangan negara yang harus

dilaksanakan sesuai dengan tata aturan dan prosedur yang berlaku didalam

pemerintahan. Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003, Keuangan Negara adalah “semua

hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik

berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung

dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.”


Hak negara mencakup untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang,

dan melakukan pinjaman. Kewajiban negara mencakup untuk menyelenggarakan tugas

layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga. Pelaksanaan

pengelolaan keuangan negara/daerah adalah perencanaan (yang didalamnya terdapat

proses penyusunan anggaran).


Untuk itu, pemerintah setiap tahun memiliki hak dan sekaligus kewajiban untuk

menyusun anggaran. Anggaran yang disusun oleh pemerintah merupakan wujud

perencanaan pembangunan tahunan sekaligus sebagai pedoman pelaksanaan tugas

kenegaraan selama satu tahun.


A. Pengertian Anggaran


    Kata anggaran merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris budget yang

    sebenarnya berasal dari bahasa Perancis bougette.       Kata ini mempunyai arti

    sebuah tas kecil. Berdasar dari arti kata asalnya, anggaran mencerminkan adanya

    unsur keterbatasan. Pada dasarnya anggaran perlu disusun karena keterbatasan

    sumber daya yang dimiliki pemerintah, dalam hal ini adalah dana. Karena

    terbatasnya dana, maka diperlukan alokasi sesuai dengan prioritas dan dalam

    kurun waktu yang telah ditentukan. Ada beberapa pengertian anggaran yang dapat

MODUL KEUANGAN NEGARA                                                             19
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



   dikutip.


   Anggaran negara (state budget) menurut John F. Due dalam ”Government Finance

   and Economic Analysis” adalah: ”A budget, in the general sense of the term, is a
   financial plan for a spesific period of time. A government budget therefore, is a
   statement of proposed expenditures and expected revenues for the coming
   period, together with data of actual expenditures and revenues for current and
   past period.” Sedangkan menurut Wildavsky, anggaran adalah:


   1. catatan masa lalu;

   2. rencana masa depan;

   3. mekanisme pengalokasian sumber daya;

   4. metode untuk pertumbuhan;

   5. alat penyaluran pendapatan;

   6. mekanisme untuk negosiasi;

   7. harapan-aspirasi-strategi organisasi;

   8. satu bentuk kekuatan kontrol;

   9. alat atau jaringan komunikasi.

   Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, anggaran negara meliputi:


   1. rencana keuangan mendatang yang berisi pendapatan dan belanja;

   2. gambaran strategi pemerintah dalam pengalokasian sumber daya untuk

      pembangunan;

   3. alat pengendalian;

   4. instrumen politik; dan

   5. disusun dalam periode tertentu.


   Selanjutnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menurut UU No.

   17 Tahun 2003 merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang

   disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.


   APBN selalu dinanti oleh berbagai kalangan untuk dikaji sejauh mana kemampuan

   pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk mencapai tujuan pembangunan dari

MODUL KEUANGAN NEGARA                                                            20
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



   sumber daya yang terbatas. Anggaran pemerintah setiap tahun selalu berubah-

   ubah baik jumlah nominal, jenis pendapatan dan alokasi belanja, serta proporsi

   alokasinya. Pada tahun tertentu, pemerintah memprioritaskan sektor pekerjaan

   umum, tapi ditahun berikutnya pemerintah memprioritaskan sektor pendidikan

   dan kesehatan. Hal ini terjadi diakibatkan berbagai faktor, antara lain

   perkembangan politik, dinamika perekonomian dunia/nasional/daerah, peristiwa

   sosial/alam, tuntutan masyarakat, dan lain sebagainya.


B. Prinsip-prinsip Penganggaran


   Anggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistematis menunjukkan

   alokasi sumber daya manusia, material dan sumber daya lainnya. Berbagai variasi

   dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk melayani berbagai

   tujuan termasuk guna pengendalian keuangan, rencana manajemen, prioritas dari

   penggunaan dana dan pertanggungjawaban kepada publik.


   Secara umum, prinsip-prinsip penganggaran adalah sebagai berikut:


   1. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran


      APBN harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran,

      hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu progam dan kegiatan

      yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk

      mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan

      masyarakat terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat.

      Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana

      ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.


   2. Disiplin Anggaran


      Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan asas efisiensi, tepat

      guna,    tepat      waktu    pelaksanaan      dan      penggunaannya      dapat

      dipertanggungjawabkan.



MODUL KEUANGAN NEGARA                                                              21
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



      Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara

      rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja

      yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran

      belanja.


      Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedia

      penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan

      progam dan kegiatan yang belum/tidak tersedia anggarannya.


   3. Keadilan Anggaran


      Pemerintah wajib mengalokasikan penggunaan anggaran secara adil agar dapat

      dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam

      pemberian pelayanan. Hal ini dikarenakan sumber daya yang digunakan dalam

      anggaran berupa pendapatan negara pada hakekatnya diperoleh melalui peran

      serta seluruh anggota masyarakat.


   4. Efisiensi dan Efektifitas Anggaran


      Dana yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat

      menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan

      masyarakat


   5. Disusun dengan pendekatan kinerja


      APBN disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya

      pencapaian hasil kerja (keluaran dan hasil) dari perencanaan atas alokasi biaya

      atau masukan/input yang telah ditetapkan. Hasil kerja harus sepadan atau

      lebih besar dari biaya atau masukan. Selain itu juga harus mampu

      menumbuhkan profesionalisme kerja pada setiap unit kerja yang terkait.


C. Anggaran Berbasis Kinerja


   Anggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen



MODUL KEUANGAN NEGARA                                                             22
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



   untuk mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan

   manfaat yang dihasilkan. Manfaat tersebut didiskripsikan pada seperangkat

   tujuan dan dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja.


   Bagaimana cara agar tujuan itu dapat dicapai, dituangkan dalam program diikuti

   dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan. Program pada anggaran

   berbasis kinerja didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas, baik aktivitas

   langsung maupun tidak langsung yang mendukung program sekaligus melakukan

   estimasi biaya-biaya berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas tersebut. Aktivitas

   tersebut disusun sebagai cara untuk mencapai kinerja tahunan. Dengan kata lain,

   integrasi dari rencana kinerja tahunan (Renja) yang merupakan rencana

   operasional dari Renstra dan anggaran tahunan merupakan komponen dari

   anggaran berbasis kinerja


   Elemen-elemen yang penting untuk diperhatikan dalam penganggaran berbasis

   kinerja adalah:


   1. Tujuan yang disepakati dan ukuran pencapaiannya;


   2. Pengumpulan informasi yang sistematis atas realisasi pencapaian kinerja dapat

      diandalkan dan konsisten, sehingga dapat diperbandingkan antara biaya dengan

      prestasinya


   Penyediaan informasi secara terus-menerus sehingga dapat digunakan dalam

   manajemen perencanaan, pemograman, penganggaran, dan evaluasi


   Kondisi yang harus disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi

   penggunaan anggaran berbasis kinerja, yaitu:


   1. Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi;

   2. Fokus penyempurnaan administrasi secara terus menerus;

   3. Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang, waktu

      dan orang);

   4. Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas;

MODUL KEUANGAN NEGARA                                                            23
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



   5. Keinginan yang kuat untuk berhasil.


D. Perencanaan Kinerja


   Perencanaan Kinerja adalah aktivitas analisis dan pengambilan keputusan ke depan

   untuk menetapkan tingkat kinerja yang diinginkan di masa mendatang. Pada

   prinsipnya perencanaan kinerja merupakan penetapan tingkat capaian kinerja yan

   dinyatakan dengan ukuran kinerja dalam rangka mencapai sasaran atau target

   yang telah ditetapkan.


   Perencanaan merupakan komponen kunci untuk lebih mengefektifkan dan

   mengefisienkan Pemerintah Daerah. Sedangkan perencanaan kinerja membantu

   pemerintah untuk mencapai tujuan yang sudah diidentifikasikan dalam rencana

   strategis, termasuk didalamnya pembuatan terget kinerja dengan menggunakan

   ukuran-ukuran kinerja.


   Tingkat pelayanan yang diinginkan pada dasarnya merupakan indikator kinerja

   yang diharapkan dapat dicapai oleh Pemerintah Daerah dalam melaksanakan

   kewenangannya. Selanjutnya untuk penilaian kinerja dapat digunakan ukuran

   penilaian didasarkan pada indikator sebagai berikut:


   1. Masukan (Input)


      Masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan

      dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator merupakan tolok ukur

      kinerja berdasarkan tingkat atau besaran sumber-sumber: dana, sumber daya

      manusia, material, waktu, teknologi, dan sebagainya yang digunakan untuk

      melaksanakan program atau kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumber daya,

      suatu lembaga dapat menganalisis apakah alokasi sumber daya yang dimiliki

      telah sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan. Tolok ukur ini

      dapat juga digunakan untuk perbandingan (benchmarking) dengan lembaga-

      lembaga lain yang relevan. Contoh indikator masukan untuk kegiatan

      ‟penyuluhan lingkungan sehat untuk daerah pemukiman masyarakat kurang


MODUL KEUANGAN NEGARA                                                            24
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



      mampu‟ adalah jumlah dana yang dibutuhkan dan tenaga penyuluh kesehatan.


      Walaupun tolok ukur masukan relatif mudah diukur serta telah digunakan

      secara luas, namun seringkali dipergunakan secara kurang tepat sehingga dapat

      menimbulkan hasil evaluasi yang rancu atau bahkan menyesatkan. Beberapa hal

      berikut ini sering dijumpai dalam menetapkan tolok ukur masukan yang dapat

      menyesatkan:


      a.   Pengukuran Sumber Daya Manusia tidak menggambarkan intensitas

           keterlibatannya dalam pelaksanaan kegiatan.

      b.   Pengukuran biaya tidak akurat karena banyak biaya-biaya yang dibebankan

           ke suatu kegiatan tidak mempunyai kaitan yang kuat dengan pencapaian

           sasaran kegiatan tersebut.

      c.   Banyaknya biaya-biaya masukan (input) seperti gaji bulanan personalia

           pelaksana, biaya pendidikan dan pelatihan, dan biaya penggunaan peralatan

           dan mesin seringkali tidak diperhitungkan sebagai biaya kegiatan.




   2. Keluaran (output)


      Keluaran adalah produk berupa barang atau jasa yang dihasilkan dari program

      atau kegiatan sesuai dengan masukan yang digunakan. Indikator keluaran

      adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang

      dapat berupa fisik dan/atau non fisik.


      Dengan membandingkan indikator keluaran instansi dapat menganalisis sejauh

      mana kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana. Indikator keluaran hanya

      dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolok

      ukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik

      dan terukur. Oleh karenanya indikator keluaran harus sesuai dengan lingkup

      dan sifat kegiatan instansi. Untuk kegiatan yang bersifat penelitian berbagai

      indikator kinerja yang berkaitan dengan keluaran paten dan publikasi ilmiah

      sering dipergunakan baik pada tingkat kegiatan maupun instansi. Untuk

MODUL KEUANGAN NEGARA                                                             25
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



      kegiatan yang bersifat pelayanan teknis, indikator yang berkaitan dengan

      produk, pelanggan, serta pendapatan yang diperoleh dari jasa tersebut

      mungkin lebih tepat untuk digunakan.


      Beberapa indikator keluaran juga bermanfaat untuk mengidentifikasikan

      perkembangan instansi. Sebagai contoh besarnya pendapatan yang diperoleh

      melalui pelayanan teknis, kontrak riset, besarnya retribusi yang diperoleh,

      serta perbandingannya dengan keseluruhan anggaran instansi, menunjukkan

      perkembangan      kemampuan   instansi      memenuhi    kebutuhan   pasar,   serta

      mengindikasikan tingkat ketergantungan instansi yang bersangkutan pada

      APBN.


      Dalam mempergunakan indikator keluaran, beberapa permasalahan berikut

      perlu dipertimbangkan:


      a.   Perhitungan keluaran seringkali cenderung belum menentukan kualitas.

           Sebagai   contoh    jumlah   layanan     medik    di   RSU   mungkin    belum

           memperhitungkan kualitas layanan yang diberikan.

      b.   Indikator keluaran sering kali tidak dapat menggambarkan semua keluaran

           kegiatan, terutama yang bersifat intangible. Sebagai contoh, banyak hasil

           penelitian yang walaupun mengandung penemuan yang baru, namun karena

           berbagai pertimbangan tertentu tidak dapat dipatenkan.


   3. Hasil (outcome)


      Hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan

      pada jangka menengah (efek langsung). Indikator hasil adalah sesuatu manfaat

      yang diharapkan diperoleh dari keluaran. Tolok ukur ini menggambarkan hasil

      nyata dari keluaran suatu kegiatan. Pada umumnya para pembuat kebijakan

      paling tertarik pada tolok ukur hasil dibandingkan dengan tolok ukur lainnya.

      Namun untuk mengukur indikator hasil, informasi yang diperlukan seringkali

      tidak lengkap dan tidak mudah diperoleh. Oleh karenanya setiap instansi perlu

      mengkaji berbagai pendekatan untuk mengukur hasil dari keluaran suatu

MODUL KEUANGAN NEGARA                                                                26
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



      kegiatan.


      Pengukuran indikator hasil seringkali rancu dengan pengukuran indikator

      keluaran. Sebagai contoh „penghitungan jumlah bibit unggul‟ yang dihasilkan

      oleh suatu kegiatan merupakan tolok ukur keluaran. Namun „penghitungan besar

      produksi per hektar‟ yang dihasilkan oleh bibit-bibit unggul tersebut atau

      „penghitungan kenaikan pendapatan petani‟ pengguna bibit unggul tersebut

      merupakan tolok ukur hasil. Dari contoh tersebut, dapat pula dirasakan bahwa

      penggunaan tolok ukur hasil seringkali tidak murah dan memerlukan waktu yang

      tidak pendek, karena validitas dan reliabilitasnya tergantung pada skala

      penerapannya. Contoh nyata yang membedakan antara indikator output dan

      indikator outcome adalah pembangunan gedung sekolah dasar. Secara output

      gedung sekolah dasar tersebut telah seratus persen berhasil dibangun. Akan

      tetapi belum tentu gedung tersebut diminati oleh masyarakat setempat.


      Indikator outcome lebih utama dari pada sekedar output. Walaupun produk

      telah dicapai dengan baik, belum tentu secara outcome kegiatan tersebut telah

      dicapai. Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil yang lebih

      tinggi yang mungkin menyangkut kepentingan banyak pihak. Dengan indikator

      outcome, organisasi akan mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam
      bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan

      memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak.


      Pencapaian indikator kinerja outcome ini belum tentu akan dapat terlihat dalam

      jangka waktu satu tahun. Seringkali outcome baru terlihat setelah melewati

      kurun waktu lebih dari satu tahun, mengingat sifatnya yang bukan hanya

      sekedar hasil. Dan mungkin juga indikator outcome tidak dapat dinyatakan

      dalam ukuran kuantitatif akan tetapi lebih bersifat kualitatif.

E. Target Kinerja


   Setelah indikator kinerja ditentukan, mulailah disusun target kinerja untuk setiap

   indikator kinerja yang telah ditentukan. Target kinerja adalah tingkat kinerja


MODUL KEUANGAN NEGARA                                                             27
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



   yang diharapkan dicapai terhadap suatu indikator kinerja dalam satu tahun

   anggaran tertentu dan jumlah pendanaan yang telah ditetapkan. Target kinerja

   harus mempertimbangkan sumber daya yang ada dan juga kendala-kendala yang

   mungkin timbul dalam pelaksanaannya. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi

   dalam menentukan target kinerja yang baik, seperti dapat dicapai, ekonomis,

   dapat diterapkan, konsisten, menyeluruh, dapat dimengerti, dapat diukur, stabil,

   dapat diadaptasi, legitimasi, seimbang, dan fokus kepada pelanggan.


   Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penetapan target kinerja:


   a. Memiliki dasar penetapan sebagai justifikasi penganggaran yang diprioritaskan

      pada setiap fungsi/bidang pemerintahan

   b. Memperhatikan tingkat pelayanan minimum yang ditetapkan oleh Pemerintah

      Daerah terhadap suatu kegiatan tertentu.

   c. Kelanjutan setiap program, tingkat inflasi, dan tingkat efisiensi menjadi bagian

      yang penting dalam menentukan target kinerja.

   d. Ketersediaan sumber daya dalam kegiatan tersebut: dana, SDM, sarana,

      prasarana pengembangan teknologi, dan lain sebagainya.

   e. Kendala yang mungkin dihadapi di masa depan

   Penetapan target kinerja kinerja harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

   a. Spesifik

      Berarti unik, menggambarkan obyek/subyek tertentu, tidak berdwimakna atau

      diinterpretasikan lain

   b. Dapat diukur

      Secara obyektif dapat diukur baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif

   c. Dapat Dicapai (attainable)

      Sesuai dengan usaha-usaha yang dilakukan pada kondisi yang diharapkan akan

      dihadapi

   d. Realistis;

   e. Kerangka waktu pencapaian (time frame) jelas; dan

   f. Menggambarkan hasil atau kondisi perubahan yang ingin dicapai.



MODUL KEUANGAN NEGARA                                                              28
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



F. Standar Analisis Belanja


   Standar Analisa Belanja (SAB) merupakan salah satu komponen yang harus

   dikembangkan sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan dalam penyusunan

   APBN dengan pendekatan kinerja. SAB adalah standar untuk menganalisis

   anggaran belanja yang digunakan dalam suatu program atau kegiatan untuk

   menghasilkan tingkat pelayanan tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat.


   SAB digunakan untuk menilai kewajaran beban kerja dan biaya setiap program

   atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Unit Kerja dalam satu tahun anggaran.

   Penilaian terhadap usulan anggaran belanja dikaitkan dengan tingkat pelayanan

   yang akan dicapai melalui program atau kegiatan. Usulan anggaran belanja yang

   tidak sesuai dengan SAB akan ditolak atau direvisi sesuai standar yang

   ditetapkan. Rancangan APBN disusun berdasarkan hasil penilaian terhadap

   anggaran belanja yang diusulkan unit kerja.


   Dalam rangka menyiapkan rancangan APBN, SAB merupakan standar atau

   pedoman yang bermanfaat untuk menilai kewajaran atas beban kerja dan biaya

   terhadap suatu kegiatan yang direncanakan oleh setiap unit kerja. SAB dalam hal

   ini digunakan untuk menilai dan menentukan rencana program, kegiatan dan

   anggaran belanja yang paling efektif dan upaya pencapaian kinerja. Penilaian

   kewajaran berdasarkan SAB berkaitan dengan kewajaran biaya suatu program

   atau kegiatan yang dinilai berdasarkan hubungan antara rencana alokasi biaya

   dengan tingkat pencapaian kinerja program atau kegiatan yang bersangkutan.

   Disamping atas dasar SAB, dalam rangka menilai usulan anggaran belanja dapat

   juga dilakukan berdasarkan kewajaran beban kerja yang dinilai berdasarkan

   kesesuaian antara program atau kegiatan yang direncanakan oleh suatu unit kerja

   dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja yang bersangkutan.


   Penerapan SAB pada dasarnya akan memberikan manfaat antara lain: (1)

   mendorong setiap unit kerja untuk lebih selektif dalam merencanakan program

   dan atau kegiatannya, (2) menghindari adanya belanja yang kurang efektif dalam


MODUL KEUANGAN NEGARA                                                            29
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



   upaya pencapaian kinerja, (3) mengurangi tumpang tindih belanja dalam kegiatan

   investasi dan non investasi.


G. Standar Biaya


   Standar biaya merupakan komponen lain yang harus dikembangkan sebagai dasar

   untuk mengukur kinerja keuangan dalam sistem anggaran kinerja, selain Standar

   Analisa Biaya dan tolok ukur kinerja. Standar biaya adalah harga satuan unit biaya

   yang berlaku. Penerapan standar biaya ini membantu penyusunan anggaran belanja

   suatu program atau kegiatan bagi setiap K/L dan unit kerja yang ada agar

   kebutuhan atas suatu kegiatan yang sama tidak berbeda biayanya. Pengembangan

   standar biaya akan dilakukan dan diperbaharui secara terus menerus sesuai

   dengan perubahan harga yang berlaku.


H. Penyusunan RKA K/L


   Penyusunan RKA-K/L dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan

   pengeluaran jangka menengah, terpadu dan prestasi kerja. Pendekatan kerangka

   pengeluaran jangka menengah (KPJM) dilaksanakan dengan menyusun prakiraan

   maju yang berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan yang

   direncanakan dalam tahun anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang

   direncanakan dan merupakan implikasi kebutuhan dana untuk pelaksanaan program

   dan kegiatan tersebut pada tahun berikutnya.


   Penyusunan RKA-KL dengan pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan

   mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan K/L

   untuk menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran.


   Penyusunan RKA-KL dengan pendekatan prestasi kerja dilakukan dengan

   memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang diharapkan

   dari kegiatan dan hasil yang diharapkan dari program termasuk efisiensi dalam

   pencapaian hasil dan keluaran tersebut.


   RKA-KL, memuat rencana pendapatan, belanja untuk masing-masing program dan

MODUL KEUANGAN NEGARA                                                             30
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



   kegiatan menurut fungsi untuk tahun yang direncanakan, dirinci sampai dengan

   rincian objek pendapatan, belanja, serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya.


   Penyusunan RKA-KL diawali dengan penyusunan Renja-KL yang memuat kebijakan,

   program, dan kegiatan yang dilengkapi sasaran kinerja dengan mengacu pada

   prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif serta prakiraan maju untuk

   tahun anggaran berikutnya. Tahap ini merupakan tahap dimulainya mengaitkan

   rencana kerja dengan jumlah anggaran yang tersedia dan persiapan untuk

   menyusun    RKA-KL.    Selanjutnya   Renja    dimaksud   ditelaah   oleh   Bappenas

   berkoordinasi dengan Menteri Keuangan. Koordinasi ini dilakukan atas pendaanan

   dan pengkodean.


   Berdasarkan hasil pembahasan pokok-pokok kebijakan umum fiskal dan RKP antara

   pemerintah dengan DPR, Menteri Keuangan menerbitkan SE tentang Pagu

   Sementara bagi masing-masing program pada K/L pada pertengahan bulan Juni.

   Pagu Sementara ini merupakan dasar bagi K/L untuk menyesuakan Rencana Kerja

   mereka menjadi RKA-KL yang dirinci per kegiatan untuk setiap unit kerja yang

   ada di K/L. Selanjutnya hasil penyusunan RKA ini akan dibahas oleh K/L dengan

   komisi di DPR yang mitra kerjanya.


   RKA-K/L hasil pembahasan kemudian diserahkan kepada Menteri Perencanaan

   untuk   ditelaah.    Penelaahan   dilakukan    oleh   MenteriPerencanaan      untuk

   kesesuaiannya dengan RKP dan oleh Menkeu untuk kesesuaiannya dengan Pagu

   Sementara. Hal ini dilakukan untuk menjaga konsistensi penganggaran dengan

   perencanaan dan prioritas pembangunan nasional serta tidak melampaui pagu.


   Tahap akhir dari penyusunan RKA-KL ini adalah menghimpun seluruh RKA hasil

   telaahan untuk dijadikan bahan menysusun rancangan APBN dan nota keuangan.

   Tahap ini dilakukan oleh Menkeu dan hasilnya akan dibahas dalam sidang kabinet.


I. Rencana Dana Pengeluaran BUN


   Dalam PP 90 Tahun 2010 telah diatur mekanisme dan landasan hukum tata cara


MODUL KEUANGAN NEGARA                                                              31
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



   penyusunan rencana kerja dan anggaran dari Bagian Anggaran Bendahara Umum

   Negara. Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara

   menetapkan unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan sebagai Pembantu

   Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara.


   Pada     awal   tahun,    Pengguna   Anggaran   Bendahara   Umum   Negara    dapat

   berkoordinasi dengan Menteri/Pimpinan Lembaga atau pihak lain terkait

   penyusunan indikasi kebutuhan dana pengeluaran Bendahara Umum Negara untuk

   tahun anggaran yang direncanakan dengan memperhatikan prakiraan maju dan

   rencana strategis yang telah disusun.


   Indikasi kebutuhan dana pengeluaran Bendahara Umum Negara tersebut

   merupakan indikasi dana dalam rangka pemenuhan kewajiban pemerintah yang

   penganggarannya hanya ditampung pada Bagian Anggaran Bendahara Umum

   Negara Kementerian Keuangan. Kebutuhan dana untuk Bagian Anggaran BUN

   meliputi dana untuk:


   1.   transfer ke daerah;

   2.   bunga utang;

   3.   subsidi;

   4.   hibah (dan penerusan hibah);

   5.   kontribusi sosial;

   6.   dana darurat/penanggulangan bencana alam;

   7.   kebutuhan mendesak (emergency),

   8.     cadangan untuk mengantisipasi perubahan kebijakan (policy measures)

   9.   dana transito;

   10. cicilan utang;

   11. dana investasi Pemerintah;

   12. penyertaan modal negara;

   13. dana bergulir;

   14. dana kontinjensi;

   15. penerusan pinjaman (on-lending); dan

MODUL KEUANGAN NEGARA                                                             32
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



   16. kebutuhan lain-lain yang tidak dapat direncanakan.

   Selanjutnya dalam menetapkan pagu dana pengeluaran Bendahara Umum Negara,

   Menteri Keuangan berpedoman pada:


   1. arah kebijakan yang ditetapkan oleh Presiden;

   2. prioritas anggaran;

   3. RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam pembicaraan pendahuluan

        pembahasan Rancangan APBN;

   4. indikasi kebutuhan dana pengeluaran Bendahara Umum Negara; dan

   5. evaluasi Kinerja penggunaan dana Bendahara Umum Negara.


J. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


   Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terdiri dari Pendapatan,

   Belanja, dan Pembiayaan. Anggaran Pendapatan merupakan estimasi pendapatan

   yang mungkin dicapai dalam periode yang bersangkutan. Kelompok anggaran

   pendapatan terdiri dari penerimaan dalam negeri dan hibah.


   Anggaran belanja merupakan batas tertinggi pengeluaran yang dapat dibebankan

   pada APBN. Belanja klasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan

   kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan

   dengan susunan organisasi pemerintahan.


   Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan terdiri dari:


   1.    pelayanan umum;

   2.    ketertiban dan keamanan;

   3.    pertahanan;

   4.    ekonomi;

   5.    lingkungan hidup;

   6.    perumahan dan fasilitas umum;

   7.    kesehatan;

   8.    pariwisata dan budaya;


MODUL KEUANGAN NEGARA                                                              33
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



   9.   agama;

   10. pendidikan; serta

   11. perlindungan sosial.


   Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan rencana

   kerja masing-masing Kementerian Negara/Lembaga.


   Klasifikasi belanja menurut jenis belanja terdiri dari:


   1. belanja pegawai;

   2. belanja barang dan jasa;

   3. belanja modal;

   4. bunga;

   5. subsidi;

   6. hibah;

   7. bantuan sosial; dan

   8. belanja lainnya.


   Selain jenis belanja di atas, terdapat kelompok belanja ke daerah yang terdiri

   dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian.


   Dari uraian di atas, siklus penganggaran yang merupakan kelanjutan dari

   perencanaan secara terintegrasi dan kaitannya dengan proses perancanaan dan

   penganggaran oleh pemerintah daerah dapat digambarkan secara utuh seperti

   gambar berikut ini.




MODUL KEUANGAN NEGARA                                                               34
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



                            BAB V
                    PELAKSANAAN ANGGARAN




A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


   Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan suatu dokumen yang

   sangat penting artiya dalam penyelenggaraan pemerintahan suatu Negara.

   Undang_Undang APBN mencerminkan otorisasi yang diberikan oleh Dewan

   Perwakilan Rakyat (DPR) kepada Pemerintah untuk melaksanakan program-

   program pembangunan dalam batas-batas anggaran yang telah ditetapkan.

   Anggaran pendapatan merupakan estimasi penerimaan (estimated revenue) yang

   diperkirakan akan diterima dalam satu tahun anggaran, sedangkan anggaran

   belanja merupakan pagu anggaran belanja yang disediakan untuk membiayai

   program dan kegiatan selama satu tahun anggaran (appropriation). Undang-undang

   APBN inilah yang mengatur program dan kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh

   Pemerintah dalam suatu tahun anggaran.


   Selanjutnya Undang-Undang APBN dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan

   Presiden tentang Rincian APBN, yang dalam istilah keuangan Negara dikenal

   sebagai apportionment. Peraturan Presiden dimaksud diperlukan sebagai landasan

   operasional bagi Pemerintah untuk melaksanakan APBN.


   Periode pelaksanaan APBN adalah satu tahun, yaitu dari 1 Januari sampai dengan

   31 Desember. Dalam rangka menjaga agar APBN dapat dilaksanakan secara tepat

   waktu maka dalam Undang-Undang 17/2003 maupun PP 90/2010 telah ditentukan

   kalender anggarannya, yaitu APBN harus sudah diundangkan paling lambat bulan

   Oktober tahun sebelumnyan demikian diperlukan agar Pemerintah mempunyai

   waktu yang cukup untuk menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran. Demikian pula

   bagi Pemerintah Daerah, diharapkan dengan ditetapkannya APBN pada bulan



MODUL KEUANGAN NEGARA                                                            35
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



   Oktober, mereka dapat menyelesaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

   secara tepat waktu.


B. Dokumen Pelaksanaan Anggaran


   Dokumen pelaksanaan anggaran memuat alokasi anggaran yang disediakan kepada

   pengguna anggaran. Alokasi anggaran pendapatan disebut Estimasi pendapatan

   yang dialokasikan dan alokasi anggaran belanja disebut allotment. Dokumen

   pelaksanaan anggaran di Pemerintah Pusat disebut Daftar Isian Pelaksanaan

   Anggaran (DIPA) sedangkan di Pemerintah daerah disebut Dokumen Pelaksanaan

   Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA SKPD).


   Paradigma baru dalam pengelolaan keuangan Negara adalah beralihnya konsep

   administrasi    keuangan   (financial   administration)   ke   manajemen   keuangan

   (financial management). Hal ini memerlukan pembaharuan pada setiap fungsi

   manajemen, baik pada tataran perencanaan, pengangaran, pelaksanaan anggaran,

   akuntansi dan pertanggungjawaban, serta pemeriksaan. Semua fungsi diarahkan

   pada pemanfaatan sumber daya secara efisien dan efektif dalam penyelenggaraan

   pemerintahan.


   Salah satu pendekatan yang digunakan dalam refomasi manajemen keuangan

   Negara adalah “let the managers manage”. Dengan pendekatan ini kepada

   pengguna anggaran diberikan fleksibilitas untuk melaksanakan anggaran. Pengguna

   anggaran diberikan kewenangan untuk menyusun DIPA sesuai dengan program dan

   kegiatan yang telah ditetapkan serta plafon anggaran yang telah disediakan.

   Dengan mekanisme yang demikian maka kepada para pengguna anggaran diberikan

   fleksibilitas yang seluas-luasnya untuk mengatur anggarannya, dituangkan dalam

   DIPA sesuai dengan kebutuhan.


   Namun demikian mekanisme check and balance tetap dilaksanakan sehingga DIPA

   yang disusun oleh pengguna anggaran tidak serta merta langsung diberlakukan,

   namun harus dibahas dulu dengan Kementerian Keuangan, dalam hal ini

   dilaksanakan oleh Direktorat Pelaksanaan Anggaran, Direktorat Jenderal

MODUL KEUANGAN NEGARA                                                               36
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



   Perbendaharaan untuk memperoleh pengesahan. Pembahasan ini merupakan

   pelaksanaan fungsi pengendalian, dilakukan untuk meyakini bahwa DIPA disusun

   sesuai dengan Undang-Undang APBN serta menggunakan standar harga yang

   wajar sesuai dengan ketentuan.


   Anggaran dalam DIPA diklasifikasikan terinci sampai organisasi, fungsi, sub

   fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Dengan demikian maka azas

   spesialitas benar-benar digunakan di sini, yaitu anggaran secara spesifik

   disediakan untuk membiayai kegiatan tertentu dan tidak dapat digeser tanpa

   mekanisme revisi DIPA sesuai ddengan ketentuan.


   Sehubungan dengan diberlakukannya manajemen keuangan dalam pengelolaan

   keuangan Negara maka setiap pengguna anggaran wajib menyusun rencana

   penarikan dana untuk setiap progam/kegiatan yang ada dalam DIPA. Hal yang

   sama berlaku untuk penerimaan, yaitu rencana penerimaan pendapatan juga

   disiapkan jika penguna anggaan tersebut mempunyai alokasi anggaran pendapatan.

   Informasi tentang rencana penarikan dana serta rencana penerimaan ini

   diperlukan oleh Bendahara Umum Negara untuk menyusun anggaran kas.


   Suatu hal yang perlu diingat dalam anggaran adalah digunakannya pendekatan

   anggaran berbasis kinerja. Anggaran berbasis kinerja mengamanatkan bahwa

   anggaran dialokasikan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai. Yang

   dimaksud dengan prestasi kerja adalah output atau outcome yang dihasilkan atau

   akan dihasilkan dari pelaksanaan suatu kegiatan atau program. Dengan demikian

   maka dalam dokumen pelaksanaan anggaran perlu adanya informasi tentang

   indikator kinerja berikut target yang akan dicapai dari suatu kegiatan atau

   program dengan dana yang disediakan dalam anggaran.




MODUL KEUANGAN NEGARA                                                           37
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



                                            Paradigma Baru
                                   dalam pengelolaan Keuangan Negara

                   Perubahan           dari Financial Administration
                    mendasar            Ke Financial Management




                    Semangat yang                  let
                      melandasi               the managers
                                                 manage



                        Pengendalian          Check & Balance
                                                Mechanism




   Pada Pemerintah Pusat, pelaksanaan APBN dimulai dengan diterbitkannya DIPA.

   Dalam rangka menjaga agar anggaran dapat dimulai segera pada awal tahun

   anggaran maka DIPA harus diselesaikan dalam bulan Desember tahun sebelumnya.

   Segera setelah suatu tahun anggaran dimulai, maka DIPA harus segera

   diterbitkan untuk dibagikan kepada satuan-satuan kerja sebagai pengguna

   anggaran pada kementrian/lembaga. Setelah masa transisi pada TA 2005, maka

   mulai TA 2006, DIPA telah dapat serentak dibagikan pada awal tahun anggaran

   dimulai, tepatnya tanggal 2 Januari tahun bersangkutan. Seperti pada Pemerintah

   Pusat, pada pemerintah daerah pun digunakan mekanisme yang sama dengan

   penyesuaian terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku di daerah.


   Setelah terbit Peraturan Daerah tentang APBD, SKPD wajib menyusun Dokumen

   Pelaksanaan Anggaran (DPA). Dengan demikian maka fleksibilitas penggunaan

   anggaran diberikan kepada Pengguna Anggaran. DPA disusun secara rinci sampai

   dengan organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja disertai indikator

   kinerja. Dokumen ini disertai dengan rencana penarikan dana untuk mendanai

   kegiatan dan apabila dari kegiatan tersebut menghasilkan pendapatan maka

   rencana penerimaan kas juga dilampirkan. DPA disampaikan kepada kepala SKPKD

   untuk dimintakan pengesahan.


   Jika DIPA bagi Kementerian Negara/Lembaga sudah dapat dijadikan dokumen

   untuk segera melaksanakan anggaran Pemerintah Pusat, pada pemerintah daerah


MODUL KEUANGAN NEGARA                                                                         38
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



   masih diperlukan Surat Penyediaan Dana (SPD). SPD merupakan suatu dokumen

   yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan. SPD ini

   diperlukan untuk memastikan bahwa dana yang diperlukan untuk melaksanakan

   kegiatan telah tersedia pada saat kegiatan berlangsung. Setelah DPA dan SPD

   terbit, maka masing-masing satuan kerja wajib melaksanakan kegiatan yang

   menjadi tanggung jawabnya.


C. Pembagian Kewenangan


   Dalam rangka pelaksanaan anggaran, Presiden mendelegasikan kewenangannya

   kepada menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran. Sedangkan

   kewenangan untuk pengelolaan keuangan didelegasikan kepada Menteri Keuangan

   selaku Bendahara Umum Negara. Pembagian kewenangan tersebut dapat dilihat

   pada gambar berikut:




              Pendelegasian Kewenangan dalam Pelaksanaan Anggaran

                                        Presiden
                                     (sebagai CEO)

                  Menteri Teknis                           Menteri Keuangan
                  (sebagai COO)                             (sebagai CFO)




                   Kepala Kantor                                Kepala KPKN
                (selaku Kuasa COO)                         (selaku Kuasa CFO)




                                        Pendelegasian kewenangan pelaksanaan program
                                        Pendelegasian kewenangan perbendaharaan




   Menteri teknis/pimpinan lembaga merupakan chief of opertional officer

   sedangkan Menteri Keuangan merupakan chief of financial officer. Dalam

   pelaksanaan anggaran, mereka mempunyai kedudukan yang seimbang dalam rangka

   menjaga terlaksananya mekanisme check and balance. Kuasa Pengguna Anggaran

   dapat ditunjuk sehubungan dengan kompleksitas kegiatan, rentang kendali yang

MODUL KEUANGAN NEGARA                                                                    39
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN



   luas, jumlah anggaran yang besar, atau karena lokasi kegiatan. Demikian pula di

   pemerintah daerah, dapat ditetapkan adanya Kuasa Pengguna Anggaran yang

   diusulkan oleh pengguna anggaran dan ditetapkan oleh kepala daerah karena

   alasan yang sama.


D. Sistem Penerimaan


   Seluruh penerimaan negara/daerah harus disetor ke Rekening Kas Umum

   Negara/Daerah dan tidak diperkenankan digunakan secara langsung oleh satuan

   kerja yang melakukan pemungutan (Azas Bruto). Pendapatan diakui setelah uang

   disetor ke rekening Kas Umum Negara/Daerah (basis kas). Oleh karena itu

   penerimaan wajib disetor ke Rekening Kas Umum selambat-lambatnya pada hari

   berikutnya. Dalam rangka mempercepat penerimaan pendapatan, Bendahara Umum

   Negara/Daerah dapat membuka rekening penerimaan pada bank. Bank yang

   bersangkutan wajib menyetorkan penerimaan pendapatan setiap sore hari ke

   Rekening Kas Umum Negara/Daerah.


E. Sistem Pembayaran


   Belanja membebani anggaran daerah setelah barang/jasa diterima. Oleh karena

   itu terdapat pengaturan yang ketat tentang sistem pembayaran. Pada dasarnya

   alokasi anggaan kepada satuan kerja (DIPA) akan diberikan jika sudah tersedia

   alokasinya dalam APBN. Berdasarkan DIPA satuan kerja dapat melakukan

   kegiatan perolehan barang/jasa. Barang/jasa yang diperoleh harus diverifikasi

   kebenarannya. Setelah diverifikasi barulah dilakukan pembayaran. Urut-urutan

   tahapan yang harus dilalui dalam pelaksanaan anggaran belanja tersebut dapat

   dilihat pada gambar berikut:




MODUL KEUANGAN NEGARA                                                          40
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN




                              PELAKSANAAN ANGGARAN

                        APBN
                 PERPRES RINCIAN APBN


                          DIPA

                                           PESANAN
                    KOMITMEN


                                                  VENDOR

                        VERIFIKASI
                                          BARANG/JASA


                        PEMBAYARAN




   Dalam pelaksanaan anggaran, pengguna anggaran diberikan kewenangan untuk

   membebani anggaran. Sebagai konsekuensinya pengguna anggaran dituntut untuk

   melakukan verifikasi atau pengujian atas kebenaran formil maupun materiil atas

   pelaksanaan anggaran serta mempertanggungjawabkannya. Apabila verifikasi

   terhadap belanja telah dilakukan dan sah maka pengguna anggaran menyampaikan

   Surat    Perintah      Membayar   ke   KPPN.      Berhubung   mereka     harus

   mempertanggungjawabkannya maka bukti-bukti pengeluaran tetap disimpan di

   Kementerian Negara/Lembaga dan tidak dikirim ke KPPN. KPPN tetap melakukan

   pengujian untuk mengecek ketepatan jumlah, peruntukan, maupun penerimanya.

   Mekanisme pembayaran ini dapat dilihat pada gambar berikut:




MODUL KEUANGAN NEGARA                                                          41
BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN




                                                 Mekanisme Pembayaran

                                     Me te Te n
                                      n ri k is                         Me te K e a g n
                                                                         n ri u na


                            PEMBUATAN      PENGUJIAN &         PERINTAH                           PENCAIRAN
                                                                              PENGUJIAN
                             KOMITMEN       PEMBEBANAN        PEMBAYARAN                             DANA



                                                            administratief           Comptabel beheer
                                    administratief beheer          beheer




   Proses pengujian yang dilakukan pada pengguna anggaran dan pada Bendahara

   Umum Negara dapat dilihat pada gambar berikut:


                                   PENGUJIAN DALAM PELAKSANAAN
                                       PENGELUARAN NEGARA
                          Menteri Teknis                                       Menteri Keuangan
                  Selaku Pengguna Anggaran                                            Selaku BUN
                      Tahapan Administratif                                        Tahapan Komtabel


                 PEMBUATAN
                  KOMITMEN


                                                                       PENGUJIAN                        CHEQUE

                                                                             Pengujian :
                  PENGUJIAN                        SPM                       • Substansial :


                Pengujian :
                                                                                •Wetmatigheid
                                                                                              ?
                                                                                •Rechtmatigheid
                                                                             • Formal
                • Wetmatigheid
                • Rechtmatigheid
                • Doelmatigheid




   Terdapat dua cara pembayaran, yaitu pembayaran yang dilakukan secara langsung

   oleh Bendahara Umum Negara kepada yang berhak menerima pembayaran atau

   lebih dikenal dengan sistem LS. Pembayaran ini dilakukan untuk pengeluaran yang

   telah pasti, baik jumlah, peruntukan, maupun penerimanya. Cara lainnya adalah

   dengan menggunakan Uang Persediaan melalui Bendahara Pengeluaran. Pengeluaran

   dengan UP dilakukan untuk belanja yang nilainya kecil di bawah jumlah tertentu

   untuk membiayai keperluan sehari-hari perkantoran.


MODUL KEUANGAN NEGARA                                                                                            42
BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG



                        BAB VI
              PENGELOLAAN ASET DAN UTANG




A. Pengertian dan Ruang Lingkup


   Aset merupakan sumber daya yang mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan

   pemerintahan. Aset merupakan sumber daya ekonomi yang dimiliki dan/atau

   dikuasai oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana

   manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik

   oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,

   termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi

   masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah

   dan budaya.


   Aset yang berada dalam pengelolaan pemerintah tidak hanya yang dimiliki oleh

   pemerintah saja, tetapi juga termasuk aset pihak lain yang dikuasai pemerintah

   dalam rangka pelayanan ataupun pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah. Aset

   pemerintah bukanlah sebagai sumber daya untuk memperoleh pendapatan, namun

   mencerminkan potensi pelayanan bagi masyarakat. Oleh karena itu dalam

   mengukur kemampuan keuangan pemerintah tidaklah tepat jika dilakukan dengan

   membandingkan antara pendapatan dan total aset yang tersedia. Kecukupan

   tersedianya aset dapat diukur dengan membandingkan antara aset yang tersedia

   dengan kebutuhan dalam pelayanan, yang pada umumnya ditentukan dalam rasio-

   rasio yang relevan sesuai dengan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan.


   Definisi aset di atas mencerminkan bahwa ruang lingkup aset pemerintah

   sangatlah luas. Aset pemerintah dapat diklasifikasikan sebagai aset keuangan dan

   aset non keuangan. Aset keuangan mencakup kas, piutang, dan investasi. Dalam

   rangka manajemen kas pada umumnya terintegrasi dengan manajemen utang. Aset



MODUL KEUANGAN NEGARA                                                            43
BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG



   non keuangan ada yang dapat diidentifikasi dan ada yang tidak dapat

   diidentifikasi. Aset non keuangan yang dapat diidentifikasi berupa aset berwujud

   dan aset tidak berwujud. Aset berwujud berupa persediaan dan aset tetap, yang

   dalam peraturan perundang-undangan lebih dikenal dengan nama barang milik

   negara. Aset yang tidak teridentifikasi dapat berupa sumber daya alam dan

   sumber daya manusia. Bagan aset pemerintah dapat dilihat pada gambar berikut:




                                         Kas &
                                       Setara kas
                            Aset
                         Keuangan &    Piutang &
                           Utang
                                          Utang

                                        Investasi                     Persediaan

                                                         Berwujud
               ASET
                                                                        Aset
            PEMERINTAH                    Dapat
                                      Diidentifikasi                    Tetap
                                                          Tidak
                            Aset                         Berwujud
                            Non                            SDA
                          keuangan
                                      Tidak dapat          SDM
                                      diidentifikasi
                                                            dll




B. Pengelolaan Kas


   Kas merupakan sumber daya yang mutlak diperlukan untuk menjalankan

   pemerintahan. Kas seringkali dikatakan bagaikan darah bagi suatu organisasi.

   Tanpa kas suatu organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu

   Pemerintah dituntut melakukan pengelolaan kas dengan baik.

   Pengelolaan kas di pemerintah terutama bertujuan untuk dapat melaksanakan

   anggaran secara efisien serta melakukan manajemen sumber daya keuangan yang

   baik. Pengelolaan kas yang baik dapat menghasilkan pengendalian pengeluaran

   secara efisien, meminimumkan biaya pinjaman, dan memaksimumkan hasil yang


MODUL KEUANGAN NEGARA                                                                44
BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG



   diperoleh dari penempatan kas. Hal ini dilakukan melalui:

   1. Perencanaan kas (cash planning) dan perencanaan kebutuhan kas (cash

      forecasting);
   2. Memperpendek       waktu yang diperlukan untuk penagihan dan pembayaran

      dilakukan secara tepat waktu (float management);

   3. Manajemen rekening bank dengan melakukan pemusatan saldo kas (Treasury

      Single Account/TSA);
   4. Pembentukan dana kas kecil dengan sistem dana tetap (imprest fund) untuk

      membiayai keperluan sehari-hari perkantoran;

   5. Penempatan saldo kas yang belum digunakan dalam bentuk setara kas atau

      penanaman sementara (temporary investment).

   Hal ini telah diatur dalam Undang-Undang No. 1/2004 tentang Perbendaharaan

   Negara. Pada prinsipnya pemerintah harus dapat menjamin ketersediaan dana

   yang diperlukan secara tepat waktu dan aman dalam rangka pelaksanaan anggaran.

   Agar kas tersedia pada saat diperlukan maka perlu adanya rencana penarikan dana

   dan rencana penerimaan dari pengguna anggaran. Dari rencana ini dapat disusun

   budget kas sehingga dapat diketahui jumlah arus masuk dan arus keluar kas untuk

   suatu periode serta surplus/defisit kas yang terjadi. Dengan informasi demikian

   maka Bendahara Umum Negara dapat mengatur penempatan saldo kas yang

   menganggur serta menerapkan strategi pinjaman untuk menutup defisit kas.


C. Pengelolaan Piutang


   Piutang merupakan hak pemerintah untuk menagih pada pihak lain          Piutang ini

   dapat   terjadi karena hubungan perdata, seperti adanya jual beli atau pinjam

   meminjam, namun bisa juga terjadi karena ketentuan perundang-undangan,

   seperti piutang pajak.

   Dalam   Undang-undang     diatur   bahwa   Kementerian      Negara/Lembaga    yang

   mempunyai piutang wajib mengupayakan penerimaannya kembali secara tepat

   waktu. Dalam hal terdapat piutang tak tertagih penyelesainnya dilakukan sesuai

   dengan peraturan perundang-undangan.



MODUL KEUANGAN NEGARA                                                              45
BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG



   Dalam rangka menjaga agar piutang dapat diterima kembali secara tepat waktu,

   Kementerian Negara/Lembaga dituntut untuk mengatur berbagai hal yang terkait

   dengan piutang secara seksama. Hal-hal seperti perencanaan, pemberian pinjaman

   atau penjualan secara kredit atau penerbitan surat ketetapan, pencatatan,

   pelaporan, penilaian, penagihan, dan penghapusan piutang harus diatur secara

   tegas. Pengendalian intern harus tercermin dan melekat sejak proses timbulnya

   piutang sampai dengan berakhirnya, karena pembayaran atau penghapusan.

   Piutang pemerintah jenis tertentu, seperti piutang pajak, mempunyai hak

   mendahului. Penyelesaian piutang yang terjadi karena hubungan keperdataan

   dapat dilakukan melalui perdamaian kecuali untuk piutang yang penyelesaiannya

   diatur sendiri dalam undang-undang. Penyelesaian piutang yang demikian

   ditetapkan oleh Menteri Keuangan untuk jumlah sampai dengan Rp 10 milyar, oleh

   Presiden untuk jumlah diatasnya sampai dengan Rp 100 milyar, dan jumlah

   diatasnya oleh Presiden dengan persetujuan DPR.

   Dalam hal terdapat piutang tak tertagih dapat dihapuskan secara mutlak atau

   bersyarat dari pembukuan. Penghapusan piutang tak tertagih sampai dengan Rp 10

   milyar dapat dilakukan oleh Menteri Keuangan. Penghapusan piutang di atas Rp 10

   milyar sampai dengan Rp 100 milyar dilakukan oleh Presiden, sedangkan di atas Rp

   100 milyar oleh Presiden dengan persetujuan DPR.


D. Pengelolaan Utang


   Sehubungan diberlakukannya anggaran defisit (I Account) berarti anggaran

   pendapatan tidak harus sama dengan anggaran belanja. Dalam UU No.17 Tahun

   2003 ditekankan bahwa dalam memanfaatkan surplus anggaran atau membiayai

   defisit anggaran harus mempertimbangkan keseimbangan generasi. Defisit

   anggaran antara lain dapat dibiayai dari pinjaman. Berdasarkan       No.17 Tahun

   2003 defisit anggaran dalam suatu tahun anggaran maksimum sebesar 3 (tiga)

   persen dari Pendapatan Domestik Bruto, dan akumulasi utang maksimum sebesar

   60 (enam puluh) persen dari Pendapatan Domestik Bruto. Dalam rangka

   pengendalian defisit anggaran dan akumulasi pinjaman secara nasional, Menteri



MODUL KEUANGAN NEGARA                                                              46
BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG



   Keuangan    mempunyai     kewenangan     untuk       mengaturnya.   Ketentuan     tentang

   besarnya defisit serta jumlah utang yang dapat dimiliki oleh suatu pemerintah

   daerah diatur setiap tahun dengan Peraturan Menteri Keuangan.

   Dalam melakukan pengelolaan utang harus diperhatikan struktur portofolio utang

   berikut biaya serta risikonya. Risiko-risiko yang perlu dipertimbangkan antara lain

   risiko pasar, risiko pendanaan kembali, risiko likuiditas, risiko kredit, risiko

   penyelesaian, dan risiko operasional. Hal ini perlu dilakukan untuk memperoleh

   pinjaman yang paling efisien dan untuk meyakini bahwa pemerintah mampu

   membayar bunga dan angsuran secara tepat waktu.

   Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mempunyai kewenangan untuk

   mengadakan pinjaman. Pinjaman dapat berupa pinjaman yang dilakukan secara

   bilateral   atau   multilateral.   Pinjaman    ini    dapat   diteruspinjamkan    kepada

   pemerintah daerah/BUMN/BUMD. Pinjaman ini dituangkan dalam suatu naskah

   perjanjian pinjaman. Sejalan dengan azas bruto maka biaya yang terjadi karena

   penarikan pinjaman dibebankan pada anggaran belanja. Disamping itu pemerintah

   juga dapat menerbitkan surat utang negara.

   Disamping ada utang yang berasal dari pinjaman, pemerintah juga bisa mempunyai

   utang karena kegiatan operasional atau utang perhitungan pihak ketiga (PFK).

   Utang operasional antara lain timbul sehubungan dengan adanya pengadaan

   barang/jasa yang telah diterima tetapi pada akhir tahun anggaran belum dibayar.

   Dengan demikian utang yang berasal dari kegiatan operasional ini dapat terjadi di

   kementerian negara/lembaga. Utang PFK timbul karena adanya uang yang dipungut

   oleh pemerintah untuk kepentingan pihak lain dan belum disampaikan kepada pihak

   tersebut.Terhadap utang-utang ini, pengguna anggaran atau kuasa pengguna

   anggaran juga wajib menatausahakan dan melaporkannya dalam laporan keuangan.

   Pengguna    Anggaran    atau   Kuasanya       berkewajiban    mengelola   utang    dalam

   kepengurusannya dan menguji setiap klaim sebelum memerintahkan pembayaran

   atas beban anggaran

   Utang dibayar secara tepat waktu sesuai dengan ketentuan. Hak tagih atas utang

   sebagai beban negara kedaluwarsa setelah 5 (lima) tahun sejak utang tersebut



MODUL KEUANGAN NEGARA                                                                    47
BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG



   jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain dalam undang-undang. Kedaluwarsa ini akan

   tertunda jika pihak yang berpiutang mengajukan tagihan kepada negara sebelum

   berakhirnya masa kedaluwarsa. Ketentuan kedaluwarsa ini tidak berlaku untuk

   pembayaran bunga dan pokok utang yang timbul karena pinjaman.


E. Pengelolaan Investasi


   Pemerintah dapat melakukan investasi karena berbagai alasan, antara lain

   memanfaatkan     surplus   anggaran     untuk   memperoleh     pendapatan    atau

   memanfaatkan dana yang belum digunakan dalam bentuk invetasi jangka pendek

   dalam rangka manajemen kas. Investasi jangka pendek yang dilakukan pemerintah

   harus memenuhi karakteristik dapat segera dicairkan, ditujukan dalam rangka

   manajemen kas, dan berisiko rendah.

   Investasi jangka panjang dapat berupa investasi permanen dan investasi non

   permanen. Investasi ini dapat dilakukan oleh pemerintah melalui pasar modal atau

   investasi langsung pada bidang usaha tertentu. Investasi melalui pasar modal

   dapat dilakukan dengan membeli saham atau surat utang. Investasi yang dilakukan

   oleh pemerintah tidak semata-mata bertujuan untuk memperoleh manfaat

   ekonomi, seperti diperolehnya keuntungan, tetapi bisa juga karena diperolehnya

   manfaat sosial, atau manfaat lainnya.

   Investasi permanen merupakan investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk

   dimiliki secara berkelanjutan, misalnya penyertaan modal pemerintah pada BUMN.

   Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk

   dimiliki secara tidak berkelanjutan. Dengan demikian investasi nonpermanen ini

   dimaksudkan akan dicairkan kembali suatu saat, misalnya dana bergulir.


F. Pengelolaan Barang Milik Negara


   Barang milik negara mencakup semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban

   APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan ini antara lain dapat

   dilakukan melalui pembelian, pembangunan, pertukaran, kerja sama, hibah/donasi,

   dan rampasan.


MODUL KEUANGAN NEGARA                                                             48
BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG



   Dalam rangka menertibkan pengelolaan barang milik negara, maka dilakukan

   pembagian kewenangan yang jelas atas barang milik negara. Menteri Keuangan

   adalah sebagai pengelola barang berwenang mengatur pengelolaan barang milik

   negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Menteri/pimpinan lembaga

   berkedudukan sebagai pengguna barang pada instansi yang dipimpinnya. Para

   pengguna barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik negara yang

   berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.

   Pengelolaan barang milik negara dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan.

   Pada suatu negara yang masih menganut line item budgeting, pada umumnya belum

   memperhatikan kebutuhan barang untuk melaksanakan fungsinya secara efisien.

   Hal ini dikarenakan belum dilakukan perhitungan biaya layanan secara benar dalam

   memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pengukuran kinerjanya belum

   dilakukan secara utuh dengan menerapkan full costing. Di negara yang telah

   menerapkan anggaran berbasis kinerja, pengelolaan barang pada umumnya

   dilakukan dengan cara lebih efisien karena seluruh komponen biaya dimasukkan

   sebagai unsur biaya layanan. Dengan demikian maka barang yang diminta dan

   digunakan benar-benar sesuai dengan kebutuhan.

   Dalam rangka menjaga kesinambungan pelayanan kepada masyarakat, dilakukan

   pengaturan atas penghapusan serta pemindahtanganan barang milik negara.

   Barang milik negara yang diperlukan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan

   tidak dapat dipindahtangankan. Pengahapusan barang milik negara pada prinsipnya

   harus mendapat persetujuan DPR. Pemindahtangan dapat dilakukan setelah

   mendapat persetujuan DPR.

   Dengan memperhatikan bahwa tanah dan bangunan merupakan kekayaan negara

   yang sangat penting artinya serta nilainya signifikan maka pemindahtanganan

   tanah dan bangunan harus mendapat persetujuan DPR kecuali untuk tanah dan

   bangunan yang tidak sesuai lagi dengan tata ruang wilayah atau penataan kota.

   Demikian pula untuk bangunan yang sudah memperoleh alokasi anggaran untuk

   menggantinya, diperuntukkan bagi pegawai negeri, untuk kepentingan umum,

   ataupun yang jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara



MODUL KEUANGAN NEGARA                                                             49
BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG



   ekonomis.Hal in terjadi karena pada dasarnya DPR telah menyetujuinya pada saat

   pembahasan tata ruang ataupun pembahasan APBN.

   Dalam rangka efisiensi pengelolaan barang selain tanah dan bangunan, proses

   penghapusan dan pemindahtangannya dapat dilakukan dengan cara yang lebih

   sederhana. Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan bangunan

   dengan nilai sampai dengan Rp 10 milyar dilakukan oleh Menteri Keuangan, di atas

   Rp 10 milyar sampai dengan Rp 100 milyar oleh Presiden, sedangkan di atas Rp 100

   milyar oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Apabila pemindahtanganan ini

   dilakukan dengan penjualan maka harus dilakukan dengan lelang. Dengan

   pengaturan demikian diharapkan pengelolaan barang dapat dilakukan dengan lebih

   efisien.

   Pengamanan barang milik negara merupakan salah satu sasaran pengendalian

   intern, baik dari aspek fisik, administrasi, maupun hukum. Oleh karena tanah dan

   bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan dan ditatausahakan dengan

   tertib. Tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah RI. Tanah dan

   bangunan yang tidak lagi digunakan untuk menjalankan tugas dan fungsi

   pemerintahan wajib dikembalikan kepada Menteri Keuangan. Barang milik negara

   tidak diperkenankan untuk digadaikan atau digunakan sebagai jaminan dan tidak

   boleh diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran utang. Disamping itu

   barang milik negara atau barang pihak lain yang dikuasai negara yang diperlukan

   untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan tidak dapat disita.


G. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum


   Dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

   bangsa, Pemerintah dapat membentuk Badan Layanan Umum (BLU). Kekayaan BLU

   merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan           serta dapat dikelola

   sepenuhnya untuk pelayanan kepada masyarakat, Oleh karena itu BLU tetap

   menyusuna anggaran sebagaimana instansi pemerintah pada umumnya untuk

   digabungkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian negara/lembaga

   maupun APBN. Pendapatan dan belanja yang dilakukan dilaprkan dalam laporan



MODUL KEUANGAN NEGARA                                                            50
Modul keuangan negara
Modul keuangan negara
Modul keuangan negara
Modul keuangan negara
Modul keuangan negara
Modul keuangan negara
Modul keuangan negara
Modul keuangan negara
Modul keuangan negara
Modul keuangan negara
Modul keuangan negara
Modul keuangan negara
Modul keuangan negara

Contenu connexe

Tendances

Pengawasan,fungsional,inspektorat
Pengawasan,fungsional,inspektoratPengawasan,fungsional,inspektorat
Pengawasan,fungsional,inspektorat
Inspektorat
 
Manajemen strategis pada pemerintah daerah
Manajemen strategis pada pemerintah daerahManajemen strategis pada pemerintah daerah
Manajemen strategis pada pemerintah daerah
Arief H
 
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaeblerreinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
Bhaskoro Utomo
 
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAHMAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
RAMASYAFARADI
 
Pengelolaan keuangan daerah
Pengelolaan keuangan daerahPengelolaan keuangan daerah
Pengelolaan keuangan daerah
komar_adi
 

Tendances (20)

Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan Hukum Keuangan Negara Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan Hukum Keuangan Negara
 
Makalah birokrasi
Makalah birokrasiMakalah birokrasi
Makalah birokrasi
 
Pengawasan,fungsional,inspektorat
Pengawasan,fungsional,inspektoratPengawasan,fungsional,inspektorat
Pengawasan,fungsional,inspektorat
 
BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]
BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]
BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
 
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan PemerintahPerencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
 
Penganggaran pemerintah
Penganggaran pemerintahPenganggaran pemerintah
Penganggaran pemerintah
 
Manajemen strategis pada pemerintah daerah
Manajemen strategis pada pemerintah daerahManajemen strategis pada pemerintah daerah
Manajemen strategis pada pemerintah daerah
 
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaeblerreinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
 
Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi Publik
 
Hukum Kepegawaian - Hubungan Hukum Kepegawaian dan Hukum Administrasi (Idik S...
Hukum Kepegawaian - Hubungan Hukum Kepegawaian dan Hukum Administrasi (Idik S...Hukum Kepegawaian - Hubungan Hukum Kepegawaian dan Hukum Administrasi (Idik S...
Hukum Kepegawaian - Hubungan Hukum Kepegawaian dan Hukum Administrasi (Idik S...
 
Perencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPerencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBN
 
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAHMAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
 
Keterkaitan Dokumen Perencanaan
Keterkaitan Dokumen PerencanaanKeterkaitan Dokumen Perencanaan
Keterkaitan Dokumen Perencanaan
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
 
Ruang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan NegaraRuang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan Negara
 
Perbandingan UU Pemda
Perbandingan UU PemdaPerbandingan UU Pemda
Perbandingan UU Pemda
 
siklus kebijakan publik
siklus kebijakan publiksiklus kebijakan publik
siklus kebijakan publik
 
Pengelolaan keuangan daerah
Pengelolaan keuangan daerahPengelolaan keuangan daerah
Pengelolaan keuangan daerah
 
anggaran pemerintah
anggaran pemerintahanggaran pemerintah
anggaran pemerintah
 

En vedette

01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
S'yah Barus
 
Pp nomor 53_tahun_2010disiplin_pegawai_negeri_sipil
Pp nomor 53_tahun_2010disiplin_pegawai_negeri_sipilPp nomor 53_tahun_2010disiplin_pegawai_negeri_sipil
Pp nomor 53_tahun_2010disiplin_pegawai_negeri_sipil
kppnpelaihari
 
Review pengajuan spm
Review pengajuan spmReview pengajuan spm
Review pengajuan spm
kppnpelaihari
 
Sistem akuntansi keuangan
Sistem akuntansi keuanganSistem akuntansi keuangan
Sistem akuntansi keuangan
kppnpelaihari
 
pengertian & dasar hukum keuangan negara
pengertian & dasar hukum keuangan negarapengertian & dasar hukum keuangan negara
pengertian & dasar hukum keuangan negara
Sembrina Aries Sandy
 
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpj
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpjPembukuan bendahara dan penyusunan lpj
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpj
kppnpelaihari
 
Administrasi kepegawaian
Administrasi kepegawaianAdministrasi kepegawaian
Administrasi kepegawaian
kppnpelaihari
 

En vedette (17)

01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
 
Tips dan Trik Mengkritisi APBD. Panduan Praktis untuk Analisis APBD
Tips dan Trik Mengkritisi APBD. Panduan Praktis untuk Analisis APBD Tips dan Trik Mengkritisi APBD. Panduan Praktis untuk Analisis APBD
Tips dan Trik Mengkritisi APBD. Panduan Praktis untuk Analisis APBD
 
Hukum Keuangan Negara
Hukum Keuangan NegaraHukum Keuangan Negara
Hukum Keuangan Negara
 
Pengelolaan keuangan negara
Pengelolaan keuangan negaraPengelolaan keuangan negara
Pengelolaan keuangan negara
 
Excel2007
Excel2007Excel2007
Excel2007
 
Microsoft excel 2007 pemula dan menengah
Microsoft excel 2007  pemula dan menengah Microsoft excel 2007  pemula dan menengah
Microsoft excel 2007 pemula dan menengah
 
Pp nomor 53_tahun_2010disiplin_pegawai_negeri_sipil
Pp nomor 53_tahun_2010disiplin_pegawai_negeri_sipilPp nomor 53_tahun_2010disiplin_pegawai_negeri_sipil
Pp nomor 53_tahun_2010disiplin_pegawai_negeri_sipil
 
Perdirjen 66 2005
Perdirjen 66 2005Perdirjen 66 2005
Perdirjen 66 2005
 
Review pengajuan spm
Review pengajuan spmReview pengajuan spm
Review pengajuan spm
 
Sistem akuntansi keuangan
Sistem akuntansi keuanganSistem akuntansi keuangan
Sistem akuntansi keuangan
 
Modul span
Modul spanModul span
Modul span
 
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik DaerahPeraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah
 
Word2007
Word2007Word2007
Word2007
 
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuanganModul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
 
pengertian & dasar hukum keuangan negara
pengertian & dasar hukum keuangan negarapengertian & dasar hukum keuangan negara
pengertian & dasar hukum keuangan negara
 
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpj
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpjPembukuan bendahara dan penyusunan lpj
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpj
 
Administrasi kepegawaian
Administrasi kepegawaianAdministrasi kepegawaian
Administrasi kepegawaian
 

Similaire à Modul keuangan negara

Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaMakalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Yadhi Muqsith
 
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraImplikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Muhammad Rafi Kambara
 
Uu no.17 2003-new1
Uu no.17 2003-new1Uu no.17 2003-new1
Uu no.17 2003-new1
dwirizka
 
Keuangan Negara dan ruang lingkup keuangan negara
Keuangan Negara dan ruang lingkup keuangan negaraKeuangan Negara dan ruang lingkup keuangan negara
Keuangan Negara dan ruang lingkup keuangan negara
IkhwaniRatna
 
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
ghiyats dewantara
 
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAREVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
Mas CR
 

Similaire à Modul keuangan negara (20)

Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaMakalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
 
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraImplikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
 
Uu 01 2004 Pjls
Uu 01 2004 PjlsUu 01 2004 Pjls
Uu 01 2004 Pjls
 
Bab 3 dan 4 akt. sektor publik (kelompok 2)
Bab 3 dan 4 akt. sektor publik (kelompok 2)Bab 3 dan 4 akt. sektor publik (kelompok 2)
Bab 3 dan 4 akt. sektor publik (kelompok 2)
 
Keuangan3
Keuangan3Keuangan3
Keuangan3
 
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negaraContoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
 
Buku keuangan publik pusat dan daerah
Buku keuangan publik pusat dan daerahBuku keuangan publik pusat dan daerah
Buku keuangan publik pusat dan daerah
 
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan NegaraMakalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
 
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi MakroMakalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
 
Uu no.17 2003-new1
Uu no.17 2003-new1Uu no.17 2003-new1
Uu no.17 2003-new1
 
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARAPEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
 
Manajemen-Keuangan-Pemerintah.pptx
Manajemen-Keuangan-Pemerintah.pptxManajemen-Keuangan-Pemerintah.pptx
Manajemen-Keuangan-Pemerintah.pptx
 
Tugas Tutorial 3 Hukum Administrasi Negara 4332 Indra Sofian 042051183.pdf
Tugas Tutorial 3 Hukum Administrasi Negara 4332 Indra Sofian 042051183.pdfTugas Tutorial 3 Hukum Administrasi Negara 4332 Indra Sofian 042051183.pdf
Tugas Tutorial 3 Hukum Administrasi Negara 4332 Indra Sofian 042051183.pdf
 
KELOMPOK 1_KEUANGAN NEGARA PPT.pptx
KELOMPOK 1_KEUANGAN NEGARA PPT.pptxKELOMPOK 1_KEUANGAN NEGARA PPT.pptx
KELOMPOK 1_KEUANGAN NEGARA PPT.pptx
 
Keuangan Negara dan ruang lingkup keuangan negara
Keuangan Negara dan ruang lingkup keuangan negaraKeuangan Negara dan ruang lingkup keuangan negara
Keuangan Negara dan ruang lingkup keuangan negara
 
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
 
Uu no.17 2003-new1
Uu no.17 2003-new1Uu no.17 2003-new1
Uu no.17 2003-new1
 
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAREVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
 
Uu 28 2003
Uu 28 2003Uu 28 2003
Uu 28 2003
 
Resume hukum keuangan negara
Resume hukum keuangan negaraResume hukum keuangan negara
Resume hukum keuangan negara
 

Modul keuangan negara

  • 1. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam suatu negara merupakan suatu kebutuhan yang tak terelakkan. Pemerintah wajib menerapkan kaidah-kaidah yang baik dalam menjalankan roda pemerintahan, termasuk di dalamnya kaidah-kaidah dalam bidang pengelolaan keuangan negara yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik itulah, pemerintah Republik Indonesia melakukan reformasi di bidang pengelolaan keuangan negara. Selain itu, reformasi pengelolaan keuangan ini juga dilatarbelakangi masih digunakannya peraturan perundang-undangan peninggalan pemerintah kolonial. Walau kehendak menggantikan aturan bidang keuangan warisan telah lama dilakukan agar selaras dengan tuntutan zaman, baru pada tahun 2003 hal itu terwujud dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Hal itu senada dengan makin besarnya belanja negara yang dikelola oleh pemerintah sehingga diperlukan suatu metode pengawasan yang memadai. Salah satu bentuknya adalah keterlibatan masyarakat/stakeholders. Keterlibatan masyarakat ini juga seiring dengan makin besarnya porsi pajak dalam mendanai operasional pemerintahan. Sumber daya alam yang selama ini besar porsinya dalam penerimaan negara makin lama makin berkurang oleh karena jumlah sumber yang terbatas. Pada satu pihak, biaya penyelenggaraan pemerintahan semakin besar. Satu-satunya sumber adalah pajak dari masyarakat. Agar masyarakat tidak merasa dirugikan, maka diperlukan suatu pertanggungjawaban penggunaan pajak dari masyarakat oleh pemerintah dengan MODUL KEUANGAN NEGARA 1
  • 2. BAB I PENDAHULUAN transparan. Berkenaan dengan perubahan paradigma sistem pemerintahan dan tuntutan masyarakat, maka perlu dilakukan reformasi di bidang keuangan sebagai perangkat pendukung terlaksananya penerapan good governance. Reformasi pengelolaan keuangan dilakukan dengan cara: 1. Penataan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum; 2. Penataan kelembagaan; 3. Penataan sistem pengelolaan keuangan negara; dan 4. Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan. Dengan demikian reformasi manajemen keuangan ini tidak hanya melibatkan Pemerintah Pusat dalam pelaksanaannya, tetapi sekaligus berlaku bagi Pemerintah Daerah. B. Maksud dan Tujuan 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah mempelajari materi ini, Penyuluh Perbendaharaan diharapkan mampu memahami pengelolaan keuangan negara, termasuk keuangan daerah secara umum dan mampu menjadi instruktur pelatihan keuangan negara. 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mempelajari modul ini diharapkan Penyuluh Perbendaharaan: a. Memahami garis besar dan lingkup pengelolaan keuangan negara; b. Memahami siklus keuangan negara; c. Memahami pengelolaan aset pemerintah d. Memahami pelaporan keuangan negara; dan e. Memahami proses pemeriksaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. MODUL KEUANGAN NEGARA 2
  • 3. BAB I PENDAHULUAN C. Deskripsi Ringkas Materi Modul Pandangan Umum Pengelolaan Keuangan Negara ini disusun dalam rangka memberikan pemahaman umum mengenai pengelolaan keuangan negara. Sesuai dengan siklus pengelolaan keuangan negara, materi dimulai dengan perencanaan kemudian dilanjutkan dengan penganggaran. Selanjutnya dalam tataran pelaksanaan anggaran dibahas mengenai perbendaharaan, pengelolaan aset, akuntansi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan, serta berakhir dengan pertanggungjawaban hasil pengelolaan keuangan negara. D. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara pemaparan konsep-konsep pokok undang-undang di bidang keuangan negara (Undang-Undang No.17 Tahun 2003, Undang-Undang No.1 Tahun 2004, Undang-Undang No.15 Tahun 2004 dan Undang-Undang No.25 Tahun 2004). Keberhasilan pembelajaran ini juga sangat tergantung pada partisipasi aktif dari para peserta latih dalam aktivitas tanya jawab dan diskusi. MODUL KEUANGAN NEGARA 3
  • 4. BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN A. Pengertian dan Lingkup Keuangan Negara Sampai dengan terbitnya UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pengelolaan keuangan negara Republik Indonesia sejak kemerdekaan tahun 1945 masih menggunakan aturan warisan pemerintah kolonial. Peraturan perundangan tersebut terdiri dari Indische Comptabiliteitswet (ICW), Indische Bedrijvenwet (IBW) dan Reglement voor het Administratief Beheer (RAB). ICW ditetapkan pada tahun 1864 dan mulai berlaku tahun 1867, Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 No. 419 jo. Stbl. 1936 No. 445 dan Reglement voor het Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933 No. 381. Dengan terbitnya UU No. 17 Tahun 2003 diharapkan pengelolaan keuangan negara “dapat mengakomodasikan berbagai perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan keuangan pemerintahan negara Republik Indonesia.” Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 memberi batasan keuangan negara sebagai “semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”. Secara rinci sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU No. 17 Tahun 2003, cakupan Keuangan Negara terdiri dari : 1. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman; 2. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga; MODUL KEUANGAN NEGARA 4
  • 5. BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN 3. Penerimaan Negara/Daerah; 4. Pengeluaran Negara/Daerah; 5. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah; 6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum; 7. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah. Cakupan terakhir dari Keuangan Negara tersebut dapat meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan- yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah. Dalam pelaksanaannya, ada empat pendekatan yang digunakan dalam merumuskan keuangan negara, yaitu dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan. Obyek Keuangan Negara meliputi semua ”hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.” Selanjutnya dari sisi subyek/pelaku yang mengelola obyek yang ”dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.” Dalam pelaksanaannya, proses pengelolaan keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Pada akhirnya, tujuan pengelolaan keuangan negara adalah untuk menghasilkan kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang MODUL KEUANGAN NEGARA 5
  • 6. BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek KN dalam rangka penyelenggaraan kehidupan bernegara. B. Siklus APBN Pengelolaan keuangan negara setiap tahunnya dituangkan dalam APBN. Dengan demikian seluruh program/kegiatan pemerintah harus dituangkan dalam APBN (azas universalitas) dan tidak diperkenankan adanya program/kegiatan yang dikelola di luar APBN (off budget). Siklus APBN terdiri dari: 1. Perencanaan dan Penganggaran Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terintegrasi. Program yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah wajib dituangkan dalam suatu rencana kerja. Ketentuan tentang perencanaan ini diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Rencana kerja terdiri dari RPJP untuk masa 20 tahun, RPJM untuk masa 5 tahun, dan RKP untuk masa 1 tahun. Di tingkat Kementerian Negara/Lembaga untuk rencana jangka menengah disebut Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga. (Renstra KL) dan untuk rencana kerja tahunan disebut Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga (Renja KL) sebagaimana diatur dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Berdasarkan UU No. 17 tahun 2003, anggaran disusun berdasarkan rencana kerja (Renja KL). Dengan demikian, yang memperoleh alokasi anggaran adalah program/kegiatan prioritas yang tertuang dalam rencana kerja dan menjadi Rencana Kerja dan Anggaran (RKA KL). Sementara itu, untuk Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara disusun Rencana Kerja dan Anggaran berupa Rencana Dana Pengeluaran (RDP BUN) sebagaimana diatur dalam PP No. 90 Tahun 2010 MODUL KEUANGAN NEGARA 6
  • 7. BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN (Revisi PP No. 21 Tahun 2004). Dengan mekanisme demikian, program/kegiatan pemerintah yang direncanakan itulah yang akan dilaksanakan. RKA-KL dan RDP BUN selanjutnya disampaikan ke Menteri Keuangan untuk dihimpun menjadi RAPBN. RAPBN ini selesai disusun pada awal Agustus untuk disampaikan ke DPR disertai Nota Keuangan. 2. Penetapan Anggaran Pembahasan RAPBN di DPR dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan Oktober. Sehubungan dengan pembahasan RAPBN ini, DPR mempunyai hak budget yaitu hak untuk menyetujui anggaran. Dalam hal DPR tidak setuju dengan RAPBN yang diajukan oleh pemerintah, DPR dapat mengajukan usulan perubahan atau menolaknya, namun DPR tidak berwenang untuk mengubah dan mengajukan usulan RAPBN. Apabila DPR tetap tidak menyetujuinya maka yang berlaku adalah APBN tahun sebelumnya. APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan organisasi, fungsi, program/kegiatan, dan jenis belanja. Dengan APBN yang demikian berarti DPR telah memberikan otorisasi kepada Kementerian Negara/Lembaga untuk melaksanakan program/kegiatan dengan pagu anggaran yang dimilikinya. APBN yang telah disetujui oleh DPR dan disahkan Presiden menjadi UU APBN dan selanjutnya dimuat dalam Lembaran Negara. UU APBN dilengkapi dengan rincian APBN yang dituangkan dalam Peraturan Presiden tentang Rincian APBN. 3. Pelaksanaan APBN APBN dilaksanakan oleh Pemerintah untuk periode satu tahun anggaran. Tahun anggaran Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Dengan demikian, setelah berakhirnya tahun anggaran tanggal 31 Desember, anggaran ditutup dan tidak berlaku untuk tahun anggaran berikutnya. Berdasarkan UU APBN dan Perpres Rincian APBN disiapkan dokumen MODUL KEUANGAN NEGARA 7
  • 8. BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN pelaksanaan anggaran untuk setiap Kementerian Negara/Lembaga. APBN, walaupun telah diundangkan sebagai UU, tetap merupakan anggaran. Oleh karena itu, azas anggaran yang dikenal dengan nama azas fleksibilitas tetap berlaku. Dalam rangka pelaksanaan azas ini, maka untuk mengakomodasi kondisi riil yang dapat saja berbeda dengan yang diasumsikan pada saat penyusunan anggaran, setiap tengah tahun berjalan dilakukan revisi APBN yang dikenal dengan APBN-Perubahan (APBN-P). Untuk keperluan penyusunan APBN-P, pemerintah menyampaikan realisasi anggaran semester I disertai prognosis penerimaan dan pengeluaran semester II. Untuk keperluan internal, seluruh Kementerian Negara/Lembaga diwajibkan menyusun Laporan Keuangan Semesteran. Dalam keadaan darurat, pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang tidak tersedia anggarannya. Apabila pengeluaran tersebut terjadi sebelum APBN-P, maka pengeluaran ini dimasukkan dalam APBN-P dan dilaporkan di Laporan Realisasi Anggaran disertai penjelasan. Apabila pengeluaran terjadi setelah APBN-P diundangkan, maka pengeluaran ini dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran disertai dengan penjelasan. Apabila pada akhir tahun terdapat program/kegiatan yang belum selesai dilaksanakan atau anggaran belum terserap, tidak dapat dilanjutkan ke tahun anggaran berikutnya kecuali ada kebijakan pemerintah untuk luncuran APBN. Namun demikian, berhubung APBN hanya berlaku untuk periode satu tahun, maka apabila ada kebijakan luncuran APBN wajib dimasukkan dalam APBN tahun anggaran berikutnya. Laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan yang disampaikan ke DPR adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK. Laporan keuangan tersebut dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan MODUL KEUANGAN NEGARA 8
  • 9. BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN negara dan badan lainnya. Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2004, keseluruhan komponen tersebut dipertanggungjawabkan sebagai wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan negara yang ruang lingkupnya telah diuraikan sebelumnya. Untuk penyusunan LKPP, setiap Kementerian Negara/Lembaga sebagai pengguna anggaran/barang wajib menyampaikan pertanggungjawabannya kepada Presiden yang berupa Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan Catatan atas Laporan Keuangan. Kementerian Negara/Lembaga merupakan entitas pelaporan sehingga terhadap laporan keuangannya dilakukan pemeriksaan oleh BPK untuk memberikan opini atas kewajaran penyajian laporan keuangan. 4. Pemeriksaan Anggaran Pemeriksaan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dilaksanakan oleh BPK. Pemeriksaan ini dilaksanakan selama 2 bulan setelah laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran yang berupa laporan keuangan selesai disusun. Disamping itu terdapat pemeriksaan dan pengelolaan keuangan yang dapat dilaksanakan sepanjang tahun. Pemeriksaan ini dapat dilaksanakan oleh BPK ataupun APIP. 5. Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003, RUU pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran disampaikan ke DPR paling lambat akhir bulan Juni tahun berikutnya. MODUL KEUANGAN NEGARA 9
  • 10. BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN PENYAMPAIAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN DALAM BENTUK LAPORAN KEUANGAN LK UNAUDITED AUDIT LK AUDITED Jan Feb Mar Apr Mei Jun 20X1 20X1 20X1 20X1 20X1 20X1 DPR KEMENTERIAN MENKEU BPK MENKEU NEGARA/LEMBAGA - TINGKAT K/ L - TINGKAT ESELO N I - TINGKAT SATKER MODUL KEUANGAN NEGARA 10
  • 11. BAB III PERENCANAAN BAB III PERENCANAAN Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam mencapai tujuan bernegara. Agar pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik tidak dapat dilepaskan dari tataran demokrasi dan mengacu pada prinsip- prinsip penting yang tidak boleh diabaikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional. Agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran, diperlukan adanya suatu perencanaan pembangunan yang matang. Perencanaan, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) merupakan suatu “proses untuk mementukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.” Perencanaan sangat penting sebagai salah satu proses dalam pengelolaan keuangan negara. Perencanaan sangat bermanfaat dalam (a) mengurangi ketidakpastian serta perubahan di masa datang; (b) mengarahkan semua aktivitas pada pencapaian visi dan misi organisasi; (c) sebagai wahana untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan kinerja suatu organisasi. A. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diharapkan dapat menjamin tercapainya tujuan dalam bernegara. SPPN mencakup penyelenggaraan perencanaan makro dari semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu diperlukan adanya sistem perencanaan pembangunan nasional. SPPN adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan MODUL KEUANGAN NEGARA 11
  • 12. BAB III PERENCANAAN rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek yang akan dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat baik di tingkat pusat maupun daerah. Dalam cakupan waktu, SPPN disusun dalam cakupan tiga periode perencanaan, yaitu: 1. Jangka panjang dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dengan jangka waktu 20 tahun; 2. Jangka menengah dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang berjangka waktu 5 tahun; dan 3. Jangka pendek dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dengan periode tahunan. Selanjutnya, SPPN tersebut disusun dalam rangka mencapai tujuan sebagai berikut : 1. menjamin adanya koordinasi di antara pelaku pembangunan, baik ditingkat pusat, pusat dengan daerah, maupun antar daerah; 2. menjamin terciptanya intergrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah, maupun antara Pusat dan daerah; 3. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; 4. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan 5. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Dalam suatu perencanaan pembangunan sebagai suatu siklus ada empat tahapan yang dilalui, yakni: 1. Penyusunan rencana; 2. Penetapan rencana; 3. Pengendalian pelaksanaan rencana; dan MODUL KEUANGAN NEGARA 12
  • 13. BAB III PERENCANAAN 4. Evaluasi pelaksanaan rencana. Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah. Langkah pertama adalah penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Langkah kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan. Langkah berikutnya adalah melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah keempat adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Selanjutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan Kementerian Negara/Lembaga. Selanjutnya Menteri Perencanaan menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan Kementerian Negara/Lembaga sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan, dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak (impact). Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap Kementerian Negara/Lembaga, baik pusat maupun daerah, berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan dan/atau terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek MODUL KEUANGAN NEGARA 13
  • 14. BAB III PERENCANAAN pembangunan, Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja, baik pusat maupun daerah, mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk masing- masing jangka waktu sebuah rencana. B. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) merupakan suatu dokumen perencanaan pembangunan untuk periode 20 (dua puluh) tahun. Perencanaan ini bersifat makro yang memuat “penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan Nasional.” Proses penyusunan RPJP dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan. Penyusunan RPJP dilakukan dalam 4 tahap, yaitu: 1. Penyiapan Rancangan RPJP, dimana kegiatan ini dibutuhkan guna mendapatkan gambaran awal dari visi, misi, dan arah pembangunan nasional. 2. Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) jangka panjang yang dilaksanakan untuk mendapatkan masukan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan/stakeholders terhadap rancangan RPJP. 3. Penyusunan Rancangan Akhir RPJP. Seluruh masukan dan komitmen hasil Musrenbang menjadi masukan utama penyempurnaan rancangan. Penetapan undang-undang tentang RPJP, di bawah koordinasi Bappenas yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum. Rancangan akhir RPJP beserta lampirannnya disampaikan kepada DPR sebagai inisiatif Pemerintah, untuk diproses lebih lanjut menjadi undang-undang tentang RPJP Nasional. MODUL KEUANGAN NEGARA 14
  • 15. BAB III PERENCANAAN C. Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala negara terpilih yang wajib disusun dalam waktu tiga bulan setelah dilantik. Dalam penyusunannya, RPJMN harus berpedoman pada RPJP Nasional yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program, baik di dalam maupun lintas Kementerian Negara/Lembaga, dalam satu maupun lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro. Termasuk di dalamnya adalah arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Tahapan Penyusunan RPJM: 1. Penyiapan Rancangan awal RPJM Nasional oleh Bappenas sebagai lembaga yang bertanggung jawab mengkoordinasikan perencanaan pembangunan secara nasional. 2. Penyiapan rancangan Rencana Strategis Kementrian/Lembaga (rancangan Renstra K/L), yang dilakukan oleh seluruh kementerian dan lembaga. Penyusunan rancangan Renstra ini bertujuan untuk merumuskan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga, agar selaras dengan program prioritas kepala negara terpilih. 3. Penyusunan rancangan RPJM Nasional oleh Kementerian Perencanaan. Tahap ini merupakan upaya mengintegrasikan rancangan awal RPJM Nasional dengan rancangan Renstra K/L, yang menghasilkan rancangan RPJM Nasional. 4. Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) jangka menengah nasional. Kegiatan yang dilaksanakan paling lambat dua bulan setelah presiden dilantik ini dilaksanakan guna memperoleh berbagai masukan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) atas rancangan RPJM Nasional. MODUL KEUANGAN NEGARA 15
  • 16. BAB III PERENCANAAN 5. Penyusunan Rancangan Akhir RPJM Nasional, dimana seluruh masukan dan komitmen hasil Musrenbang Jangka Menengah Nasional menjadi masukan utama penyempurnaan rancangan RPJM Nasional. 6. Penetapan Peraturan Presiden tentang RPJM Nasional, di bawah koordinasi kementerian yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum. D. Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga Renstra Kementerian Negara/Lembaga (K/L) memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi K/L serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif. Tahapan Penyusunan Renstra K/L adalah sebagai berikut: 1. Mempelajari visi, misi, dan program kepala negara terpilih terhadap tugas dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. Dalam hal ini menteri/kepala lembaga mengkaji implikasi visi, misi, dan program presiden terpilih terhadap tugas pokok dan fungsi K/L yang dipimpinnya dalam bentuk: a. Memberikan penilaian keterkaitan visi, misi, dan program dalam Renstra K/L pada periode lalu; b. Mengidentifikasikan program presiden terpilih terhadap capaian kinerja program K/L periode sebelumnya; c. Membuat kesimpulan. 2. Menyusun Rancangan Renstra K/L dengan berpedoman pada Rancangan Awal RPJM Nasional. E. Rencana Pembangunan Jangka Tahunan Rencana Pembangunan Jangka Tahunan adalah perencanaan yang meliputi periode satu tahun yang dalam hal ini disebut sebagai Rencana Kerja Pemerintah dan merupakan penjabaran dari RPJM Nasional. RKP berisi prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian yang MODUL KEUANGAN NEGARA 16
  • 17. BAB III PERENCANAAN menyeluruh, termasuk kebijakan fiskal, serta program K/L, lintas K/L, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi, dan kerangka pendanaan yang masih bersifat indikatif. Selain RKP, pada tingkat kemeterian/lembaga disusun Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga (Renja-KL). Renja-KL disusun berpedoman pada Renstra-KL yang telah ada lebih dulu dan mengacu pada prioritas pembangunan nasional. Penyusunan Renja-KL dilakukan secara bersamaan dengan penyusunan RKP karena keduanya saling terkait. Adapun tahap penyusunan RKP adalah sebagai berikut: 1. penyiapan rancangan awal RKP sebagai penjabaran RPJM Nasional; 2. penyiapkan rancangan Renja-KL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKP; 3. Bappenas mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan menggunakan rancangan Renja-KL; 4. musyawarah perencanaan pembangunan (Musrembang); 5. penyusunan rancangan akhir rencana kerja berdasarkan hasil Musrembang; dan 6. Penetapan RKP dalam bentuk Peraturan Presiden. Selanjutnya, RKP ini menjadi pedoman dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Renja-KL menjadi pedoman untuk menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL). MODUL KEUANGAN NEGARA 17
  • 18. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN BAB IV PENGANGGARAN Tujuan suatu negara pada dasarnya adalah memajukan kesejahteraan dan melindungi rakyatnya, serta mencukupi kepentingan-kepentingan lain rakyatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah memiliki tugas yang sekaligus melekat pada fungsi negara yang dapat dikategorikan sebagai fungsi reguler/utama negara dan fungsi sebagai agen pembangunan. Kedua fungsi dimaksud dilaksanakan dalam operasional pemerintahan yang sebagian besar terletak di pundak pemerintah. Fungsi regular/fungsi utama negara adalah melaksanakan tugas yang membawa akibat yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Fungsi utama negara terdiri dari empat macam. Pertama negara sebagai political state. Dalam hal ini pemerintah menjalankan fungsi pokoknya dalam pemeliharaan ketenangan, ketertiban, pertahanan, dan keamanan. Kedua negara sebagai legal state yang bertujuan untuk mengatur tata kehidupan bernegara dan tata kehidupan bermasyarakat. Selanjutnya negara sebagai administrative state. Kedudukan ini menitikberatkan pada azas demokrasi yaitu kekuasaan berada di tangan rakyat dan pemerintah hanyalah menerima pendelegasian kekuasaan dari rakyat melalui wakil-wakilnya. Terakhir adalah negara sebagai diplomatical state. Sebagai diplomatical state, negara bertujuan untuk menjalin persahabatan dan memelihara hubungan internasional dengan negara-negara lain. Fungsi negara lainnya yang wajib dijalankan oleh pemerintah adalah sebagai agent of development. Dalam menjalankan peran ini, pemerintah antara lain bertindak sebagai pendorong inisiatif atau pendorong motivasi rakyat dalam usahanya untuk mengadakan perubahan dan pembangunan masyarakat menuju ke arah kehidupan yang lebih baik, berupa pemberian fasilitas-fasilitas fisik, kemudahan dalam perizinan dan birokrasi, bimbingan dan kebijakan yang diarahkan kepada tercapainya pembangunan. Fungsi ini dibagi lebih lanjut dalam dua peran. Pertama pemerintah sebagai stabilisator apabila MODUL KEUANGAN NEGARA 18
  • 19. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN di dalam pembangunan terjadi adanya ketidakstabilan dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya. Kedua adalah pemerintah sebagai inovator. Artinya pemerintah harus dapat mengadakan penemuan-penemuan baru dalam metode maupun sistem dalam rangka pembangunan masyarakat dan negara. Selain menjalankan fungsi reguler dan agent of development, pemerintah memiliki tugas yang lain dan sangat penting yaitu sebagai pengelola keuangan negara yang harus dilaksanakan sesuai dengan tata aturan dan prosedur yang berlaku didalam pemerintahan. Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003, Keuangan Negara adalah “semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.” Hak negara mencakup untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman. Kewajiban negara mencakup untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga. Pelaksanaan pengelolaan keuangan negara/daerah adalah perencanaan (yang didalamnya terdapat proses penyusunan anggaran). Untuk itu, pemerintah setiap tahun memiliki hak dan sekaligus kewajiban untuk menyusun anggaran. Anggaran yang disusun oleh pemerintah merupakan wujud perencanaan pembangunan tahunan sekaligus sebagai pedoman pelaksanaan tugas kenegaraan selama satu tahun. A. Pengertian Anggaran Kata anggaran merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris budget yang sebenarnya berasal dari bahasa Perancis bougette. Kata ini mempunyai arti sebuah tas kecil. Berdasar dari arti kata asalnya, anggaran mencerminkan adanya unsur keterbatasan. Pada dasarnya anggaran perlu disusun karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah, dalam hal ini adalah dana. Karena terbatasnya dana, maka diperlukan alokasi sesuai dengan prioritas dan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Ada beberapa pengertian anggaran yang dapat MODUL KEUANGAN NEGARA 19
  • 20. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN dikutip. Anggaran negara (state budget) menurut John F. Due dalam ”Government Finance and Economic Analysis” adalah: ”A budget, in the general sense of the term, is a financial plan for a spesific period of time. A government budget therefore, is a statement of proposed expenditures and expected revenues for the coming period, together with data of actual expenditures and revenues for current and past period.” Sedangkan menurut Wildavsky, anggaran adalah: 1. catatan masa lalu; 2. rencana masa depan; 3. mekanisme pengalokasian sumber daya; 4. metode untuk pertumbuhan; 5. alat penyaluran pendapatan; 6. mekanisme untuk negosiasi; 7. harapan-aspirasi-strategi organisasi; 8. satu bentuk kekuatan kontrol; 9. alat atau jaringan komunikasi. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, anggaran negara meliputi: 1. rencana keuangan mendatang yang berisi pendapatan dan belanja; 2. gambaran strategi pemerintah dalam pengalokasian sumber daya untuk pembangunan; 3. alat pengendalian; 4. instrumen politik; dan 5. disusun dalam periode tertentu. Selanjutnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menurut UU No. 17 Tahun 2003 merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN selalu dinanti oleh berbagai kalangan untuk dikaji sejauh mana kemampuan pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk mencapai tujuan pembangunan dari MODUL KEUANGAN NEGARA 20
  • 21. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN sumber daya yang terbatas. Anggaran pemerintah setiap tahun selalu berubah- ubah baik jumlah nominal, jenis pendapatan dan alokasi belanja, serta proporsi alokasinya. Pada tahun tertentu, pemerintah memprioritaskan sektor pekerjaan umum, tapi ditahun berikutnya pemerintah memprioritaskan sektor pendidikan dan kesehatan. Hal ini terjadi diakibatkan berbagai faktor, antara lain perkembangan politik, dinamika perekonomian dunia/nasional/daerah, peristiwa sosial/alam, tuntutan masyarakat, dan lain sebagainya. B. Prinsip-prinsip Penganggaran Anggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistematis menunjukkan alokasi sumber daya manusia, material dan sumber daya lainnya. Berbagai variasi dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk melayani berbagai tujuan termasuk guna pengendalian keuangan, rencana manajemen, prioritas dari penggunaan dana dan pertanggungjawaban kepada publik. Secara umum, prinsip-prinsip penganggaran adalah sebagai berikut: 1. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran APBN harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu progam dan kegiatan yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut. 2. Disiplin Anggaran Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan asas efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. MODUL KEUANGAN NEGARA 21
  • 22. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedia penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan progam dan kegiatan yang belum/tidak tersedia anggarannya. 3. Keadilan Anggaran Pemerintah wajib mengalokasikan penggunaan anggaran secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan. Hal ini dikarenakan sumber daya yang digunakan dalam anggaran berupa pendapatan negara pada hakekatnya diperoleh melalui peran serta seluruh anggota masyarakat. 4. Efisiensi dan Efektifitas Anggaran Dana yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan masyarakat 5. Disusun dengan pendekatan kinerja APBN disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (keluaran dan hasil) dari perencanaan atas alokasi biaya atau masukan/input yang telah ditetapkan. Hasil kerja harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau masukan. Selain itu juga harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja pada setiap unit kerja yang terkait. C. Anggaran Berbasis Kinerja Anggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen MODUL KEUANGAN NEGARA 22
  • 23. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN untuk mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan manfaat yang dihasilkan. Manfaat tersebut didiskripsikan pada seperangkat tujuan dan dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja. Bagaimana cara agar tujuan itu dapat dicapai, dituangkan dalam program diikuti dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan. Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas, baik aktivitas langsung maupun tidak langsung yang mendukung program sekaligus melakukan estimasi biaya-biaya berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas tersebut. Aktivitas tersebut disusun sebagai cara untuk mencapai kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi dari rencana kinerja tahunan (Renja) yang merupakan rencana operasional dari Renstra dan anggaran tahunan merupakan komponen dari anggaran berbasis kinerja Elemen-elemen yang penting untuk diperhatikan dalam penganggaran berbasis kinerja adalah: 1. Tujuan yang disepakati dan ukuran pencapaiannya; 2. Pengumpulan informasi yang sistematis atas realisasi pencapaian kinerja dapat diandalkan dan konsisten, sehingga dapat diperbandingkan antara biaya dengan prestasinya Penyediaan informasi secara terus-menerus sehingga dapat digunakan dalam manajemen perencanaan, pemograman, penganggaran, dan evaluasi Kondisi yang harus disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi penggunaan anggaran berbasis kinerja, yaitu: 1. Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi; 2. Fokus penyempurnaan administrasi secara terus menerus; 3. Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang, waktu dan orang); 4. Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas; MODUL KEUANGAN NEGARA 23
  • 24. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN 5. Keinginan yang kuat untuk berhasil. D. Perencanaan Kinerja Perencanaan Kinerja adalah aktivitas analisis dan pengambilan keputusan ke depan untuk menetapkan tingkat kinerja yang diinginkan di masa mendatang. Pada prinsipnya perencanaan kinerja merupakan penetapan tingkat capaian kinerja yan dinyatakan dengan ukuran kinerja dalam rangka mencapai sasaran atau target yang telah ditetapkan. Perencanaan merupakan komponen kunci untuk lebih mengefektifkan dan mengefisienkan Pemerintah Daerah. Sedangkan perencanaan kinerja membantu pemerintah untuk mencapai tujuan yang sudah diidentifikasikan dalam rencana strategis, termasuk didalamnya pembuatan terget kinerja dengan menggunakan ukuran-ukuran kinerja. Tingkat pelayanan yang diinginkan pada dasarnya merupakan indikator kinerja yang diharapkan dapat dicapai oleh Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kewenangannya. Selanjutnya untuk penilaian kinerja dapat digunakan ukuran penilaian didasarkan pada indikator sebagai berikut: 1. Masukan (Input) Masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator merupakan tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat atau besaran sumber-sumber: dana, sumber daya manusia, material, waktu, teknologi, dan sebagainya yang digunakan untuk melaksanakan program atau kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumber daya, suatu lembaga dapat menganalisis apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan. Tolok ukur ini dapat juga digunakan untuk perbandingan (benchmarking) dengan lembaga- lembaga lain yang relevan. Contoh indikator masukan untuk kegiatan ‟penyuluhan lingkungan sehat untuk daerah pemukiman masyarakat kurang MODUL KEUANGAN NEGARA 24
  • 25. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN mampu‟ adalah jumlah dana yang dibutuhkan dan tenaga penyuluh kesehatan. Walaupun tolok ukur masukan relatif mudah diukur serta telah digunakan secara luas, namun seringkali dipergunakan secara kurang tepat sehingga dapat menimbulkan hasil evaluasi yang rancu atau bahkan menyesatkan. Beberapa hal berikut ini sering dijumpai dalam menetapkan tolok ukur masukan yang dapat menyesatkan: a. Pengukuran Sumber Daya Manusia tidak menggambarkan intensitas keterlibatannya dalam pelaksanaan kegiatan. b. Pengukuran biaya tidak akurat karena banyak biaya-biaya yang dibebankan ke suatu kegiatan tidak mempunyai kaitan yang kuat dengan pencapaian sasaran kegiatan tersebut. c. Banyaknya biaya-biaya masukan (input) seperti gaji bulanan personalia pelaksana, biaya pendidikan dan pelatihan, dan biaya penggunaan peralatan dan mesin seringkali tidak diperhitungkan sebagai biaya kegiatan. 2. Keluaran (output) Keluaran adalah produk berupa barang atau jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan masukan yang digunakan. Indikator keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan/atau non fisik. Dengan membandingkan indikator keluaran instansi dapat menganalisis sejauh mana kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana. Indikator keluaran hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karenanya indikator keluaran harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan instansi. Untuk kegiatan yang bersifat penelitian berbagai indikator kinerja yang berkaitan dengan keluaran paten dan publikasi ilmiah sering dipergunakan baik pada tingkat kegiatan maupun instansi. Untuk MODUL KEUANGAN NEGARA 25
  • 26. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN kegiatan yang bersifat pelayanan teknis, indikator yang berkaitan dengan produk, pelanggan, serta pendapatan yang diperoleh dari jasa tersebut mungkin lebih tepat untuk digunakan. Beberapa indikator keluaran juga bermanfaat untuk mengidentifikasikan perkembangan instansi. Sebagai contoh besarnya pendapatan yang diperoleh melalui pelayanan teknis, kontrak riset, besarnya retribusi yang diperoleh, serta perbandingannya dengan keseluruhan anggaran instansi, menunjukkan perkembangan kemampuan instansi memenuhi kebutuhan pasar, serta mengindikasikan tingkat ketergantungan instansi yang bersangkutan pada APBN. Dalam mempergunakan indikator keluaran, beberapa permasalahan berikut perlu dipertimbangkan: a. Perhitungan keluaran seringkali cenderung belum menentukan kualitas. Sebagai contoh jumlah layanan medik di RSU mungkin belum memperhitungkan kualitas layanan yang diberikan. b. Indikator keluaran sering kali tidak dapat menggambarkan semua keluaran kegiatan, terutama yang bersifat intangible. Sebagai contoh, banyak hasil penelitian yang walaupun mengandung penemuan yang baru, namun karena berbagai pertimbangan tertentu tidak dapat dipatenkan. 3. Hasil (outcome) Hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Indikator hasil adalah sesuatu manfaat yang diharapkan diperoleh dari keluaran. Tolok ukur ini menggambarkan hasil nyata dari keluaran suatu kegiatan. Pada umumnya para pembuat kebijakan paling tertarik pada tolok ukur hasil dibandingkan dengan tolok ukur lainnya. Namun untuk mengukur indikator hasil, informasi yang diperlukan seringkali tidak lengkap dan tidak mudah diperoleh. Oleh karenanya setiap instansi perlu mengkaji berbagai pendekatan untuk mengukur hasil dari keluaran suatu MODUL KEUANGAN NEGARA 26
  • 27. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN kegiatan. Pengukuran indikator hasil seringkali rancu dengan pengukuran indikator keluaran. Sebagai contoh „penghitungan jumlah bibit unggul‟ yang dihasilkan oleh suatu kegiatan merupakan tolok ukur keluaran. Namun „penghitungan besar produksi per hektar‟ yang dihasilkan oleh bibit-bibit unggul tersebut atau „penghitungan kenaikan pendapatan petani‟ pengguna bibit unggul tersebut merupakan tolok ukur hasil. Dari contoh tersebut, dapat pula dirasakan bahwa penggunaan tolok ukur hasil seringkali tidak murah dan memerlukan waktu yang tidak pendek, karena validitas dan reliabilitasnya tergantung pada skala penerapannya. Contoh nyata yang membedakan antara indikator output dan indikator outcome adalah pembangunan gedung sekolah dasar. Secara output gedung sekolah dasar tersebut telah seratus persen berhasil dibangun. Akan tetapi belum tentu gedung tersebut diminati oleh masyarakat setempat. Indikator outcome lebih utama dari pada sekedar output. Walaupun produk telah dicapai dengan baik, belum tentu secara outcome kegiatan tersebut telah dicapai. Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil yang lebih tinggi yang mungkin menyangkut kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome, organisasi akan mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak. Pencapaian indikator kinerja outcome ini belum tentu akan dapat terlihat dalam jangka waktu satu tahun. Seringkali outcome baru terlihat setelah melewati kurun waktu lebih dari satu tahun, mengingat sifatnya yang bukan hanya sekedar hasil. Dan mungkin juga indikator outcome tidak dapat dinyatakan dalam ukuran kuantitatif akan tetapi lebih bersifat kualitatif. E. Target Kinerja Setelah indikator kinerja ditentukan, mulailah disusun target kinerja untuk setiap indikator kinerja yang telah ditentukan. Target kinerja adalah tingkat kinerja MODUL KEUANGAN NEGARA 27
  • 28. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN yang diharapkan dicapai terhadap suatu indikator kinerja dalam satu tahun anggaran tertentu dan jumlah pendanaan yang telah ditetapkan. Target kinerja harus mempertimbangkan sumber daya yang ada dan juga kendala-kendala yang mungkin timbul dalam pelaksanaannya. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam menentukan target kinerja yang baik, seperti dapat dicapai, ekonomis, dapat diterapkan, konsisten, menyeluruh, dapat dimengerti, dapat diukur, stabil, dapat diadaptasi, legitimasi, seimbang, dan fokus kepada pelanggan. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penetapan target kinerja: a. Memiliki dasar penetapan sebagai justifikasi penganggaran yang diprioritaskan pada setiap fungsi/bidang pemerintahan b. Memperhatikan tingkat pelayanan minimum yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah terhadap suatu kegiatan tertentu. c. Kelanjutan setiap program, tingkat inflasi, dan tingkat efisiensi menjadi bagian yang penting dalam menentukan target kinerja. d. Ketersediaan sumber daya dalam kegiatan tersebut: dana, SDM, sarana, prasarana pengembangan teknologi, dan lain sebagainya. e. Kendala yang mungkin dihadapi di masa depan Penetapan target kinerja kinerja harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Spesifik Berarti unik, menggambarkan obyek/subyek tertentu, tidak berdwimakna atau diinterpretasikan lain b. Dapat diukur Secara obyektif dapat diukur baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif c. Dapat Dicapai (attainable) Sesuai dengan usaha-usaha yang dilakukan pada kondisi yang diharapkan akan dihadapi d. Realistis; e. Kerangka waktu pencapaian (time frame) jelas; dan f. Menggambarkan hasil atau kondisi perubahan yang ingin dicapai. MODUL KEUANGAN NEGARA 28
  • 29. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN F. Standar Analisis Belanja Standar Analisa Belanja (SAB) merupakan salah satu komponen yang harus dikembangkan sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan dalam penyusunan APBN dengan pendekatan kinerja. SAB adalah standar untuk menganalisis anggaran belanja yang digunakan dalam suatu program atau kegiatan untuk menghasilkan tingkat pelayanan tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat. SAB digunakan untuk menilai kewajaran beban kerja dan biaya setiap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Unit Kerja dalam satu tahun anggaran. Penilaian terhadap usulan anggaran belanja dikaitkan dengan tingkat pelayanan yang akan dicapai melalui program atau kegiatan. Usulan anggaran belanja yang tidak sesuai dengan SAB akan ditolak atau direvisi sesuai standar yang ditetapkan. Rancangan APBN disusun berdasarkan hasil penilaian terhadap anggaran belanja yang diusulkan unit kerja. Dalam rangka menyiapkan rancangan APBN, SAB merupakan standar atau pedoman yang bermanfaat untuk menilai kewajaran atas beban kerja dan biaya terhadap suatu kegiatan yang direncanakan oleh setiap unit kerja. SAB dalam hal ini digunakan untuk menilai dan menentukan rencana program, kegiatan dan anggaran belanja yang paling efektif dan upaya pencapaian kinerja. Penilaian kewajaran berdasarkan SAB berkaitan dengan kewajaran biaya suatu program atau kegiatan yang dinilai berdasarkan hubungan antara rencana alokasi biaya dengan tingkat pencapaian kinerja program atau kegiatan yang bersangkutan. Disamping atas dasar SAB, dalam rangka menilai usulan anggaran belanja dapat juga dilakukan berdasarkan kewajaran beban kerja yang dinilai berdasarkan kesesuaian antara program atau kegiatan yang direncanakan oleh suatu unit kerja dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja yang bersangkutan. Penerapan SAB pada dasarnya akan memberikan manfaat antara lain: (1) mendorong setiap unit kerja untuk lebih selektif dalam merencanakan program dan atau kegiatannya, (2) menghindari adanya belanja yang kurang efektif dalam MODUL KEUANGAN NEGARA 29
  • 30. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN upaya pencapaian kinerja, (3) mengurangi tumpang tindih belanja dalam kegiatan investasi dan non investasi. G. Standar Biaya Standar biaya merupakan komponen lain yang harus dikembangkan sebagai dasar untuk mengukur kinerja keuangan dalam sistem anggaran kinerja, selain Standar Analisa Biaya dan tolok ukur kinerja. Standar biaya adalah harga satuan unit biaya yang berlaku. Penerapan standar biaya ini membantu penyusunan anggaran belanja suatu program atau kegiatan bagi setiap K/L dan unit kerja yang ada agar kebutuhan atas suatu kegiatan yang sama tidak berbeda biayanya. Pengembangan standar biaya akan dilakukan dan diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan perubahan harga yang berlaku. H. Penyusunan RKA K/L Penyusunan RKA-K/L dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran jangka menengah, terpadu dan prestasi kerja. Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM) dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju yang berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan dan merupakan implikasi kebutuhan dana untuk pelaksanaan program dan kegiatan tersebut pada tahun berikutnya. Penyusunan RKA-KL dengan pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan K/L untuk menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran. Penyusunan RKA-KL dengan pendekatan prestasi kerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang diharapkan dari kegiatan dan hasil yang diharapkan dari program termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. RKA-KL, memuat rencana pendapatan, belanja untuk masing-masing program dan MODUL KEUANGAN NEGARA 30
  • 31. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN kegiatan menurut fungsi untuk tahun yang direncanakan, dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja, serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya. Penyusunan RKA-KL diawali dengan penyusunan Renja-KL yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang dilengkapi sasaran kinerja dengan mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif serta prakiraan maju untuk tahun anggaran berikutnya. Tahap ini merupakan tahap dimulainya mengaitkan rencana kerja dengan jumlah anggaran yang tersedia dan persiapan untuk menyusun RKA-KL. Selanjutnya Renja dimaksud ditelaah oleh Bappenas berkoordinasi dengan Menteri Keuangan. Koordinasi ini dilakukan atas pendaanan dan pengkodean. Berdasarkan hasil pembahasan pokok-pokok kebijakan umum fiskal dan RKP antara pemerintah dengan DPR, Menteri Keuangan menerbitkan SE tentang Pagu Sementara bagi masing-masing program pada K/L pada pertengahan bulan Juni. Pagu Sementara ini merupakan dasar bagi K/L untuk menyesuakan Rencana Kerja mereka menjadi RKA-KL yang dirinci per kegiatan untuk setiap unit kerja yang ada di K/L. Selanjutnya hasil penyusunan RKA ini akan dibahas oleh K/L dengan komisi di DPR yang mitra kerjanya. RKA-K/L hasil pembahasan kemudian diserahkan kepada Menteri Perencanaan untuk ditelaah. Penelaahan dilakukan oleh MenteriPerencanaan untuk kesesuaiannya dengan RKP dan oleh Menkeu untuk kesesuaiannya dengan Pagu Sementara. Hal ini dilakukan untuk menjaga konsistensi penganggaran dengan perencanaan dan prioritas pembangunan nasional serta tidak melampaui pagu. Tahap akhir dari penyusunan RKA-KL ini adalah menghimpun seluruh RKA hasil telaahan untuk dijadikan bahan menysusun rancangan APBN dan nota keuangan. Tahap ini dilakukan oleh Menkeu dan hasilnya akan dibahas dalam sidang kabinet. I. Rencana Dana Pengeluaran BUN Dalam PP 90 Tahun 2010 telah diatur mekanisme dan landasan hukum tata cara MODUL KEUANGAN NEGARA 31
  • 32. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN penyusunan rencana kerja dan anggaran dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara. Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara menetapkan unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan sebagai Pembantu Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara. Pada awal tahun, Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara dapat berkoordinasi dengan Menteri/Pimpinan Lembaga atau pihak lain terkait penyusunan indikasi kebutuhan dana pengeluaran Bendahara Umum Negara untuk tahun anggaran yang direncanakan dengan memperhatikan prakiraan maju dan rencana strategis yang telah disusun. Indikasi kebutuhan dana pengeluaran Bendahara Umum Negara tersebut merupakan indikasi dana dalam rangka pemenuhan kewajiban pemerintah yang penganggarannya hanya ditampung pada Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara Kementerian Keuangan. Kebutuhan dana untuk Bagian Anggaran BUN meliputi dana untuk: 1. transfer ke daerah; 2. bunga utang; 3. subsidi; 4. hibah (dan penerusan hibah); 5. kontribusi sosial; 6. dana darurat/penanggulangan bencana alam; 7. kebutuhan mendesak (emergency), 8. cadangan untuk mengantisipasi perubahan kebijakan (policy measures) 9. dana transito; 10. cicilan utang; 11. dana investasi Pemerintah; 12. penyertaan modal negara; 13. dana bergulir; 14. dana kontinjensi; 15. penerusan pinjaman (on-lending); dan MODUL KEUANGAN NEGARA 32
  • 33. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN 16. kebutuhan lain-lain yang tidak dapat direncanakan. Selanjutnya dalam menetapkan pagu dana pengeluaran Bendahara Umum Negara, Menteri Keuangan berpedoman pada: 1. arah kebijakan yang ditetapkan oleh Presiden; 2. prioritas anggaran; 3. RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam pembicaraan pendahuluan pembahasan Rancangan APBN; 4. indikasi kebutuhan dana pengeluaran Bendahara Umum Negara; dan 5. evaluasi Kinerja penggunaan dana Bendahara Umum Negara. J. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terdiri dari Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan. Anggaran Pendapatan merupakan estimasi pendapatan yang mungkin dicapai dalam periode yang bersangkutan. Kelompok anggaran pendapatan terdiri dari penerimaan dalam negeri dan hibah. Anggaran belanja merupakan batas tertinggi pengeluaran yang dapat dibebankan pada APBN. Belanja klasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan. Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan terdiri dari: 1. pelayanan umum; 2. ketertiban dan keamanan; 3. pertahanan; 4. ekonomi; 5. lingkungan hidup; 6. perumahan dan fasilitas umum; 7. kesehatan; 8. pariwisata dan budaya; MODUL KEUANGAN NEGARA 33
  • 34. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN 9. agama; 10. pendidikan; serta 11. perlindungan sosial. Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan rencana kerja masing-masing Kementerian Negara/Lembaga. Klasifikasi belanja menurut jenis belanja terdiri dari: 1. belanja pegawai; 2. belanja barang dan jasa; 3. belanja modal; 4. bunga; 5. subsidi; 6. hibah; 7. bantuan sosial; dan 8. belanja lainnya. Selain jenis belanja di atas, terdapat kelompok belanja ke daerah yang terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Dari uraian di atas, siklus penganggaran yang merupakan kelanjutan dari perencanaan secara terintegrasi dan kaitannya dengan proses perancanaan dan penganggaran oleh pemerintah daerah dapat digambarkan secara utuh seperti gambar berikut ini. MODUL KEUANGAN NEGARA 34
  • 35. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan suatu dokumen yang sangat penting artiya dalam penyelenggaraan pemerintahan suatu Negara. Undang_Undang APBN mencerminkan otorisasi yang diberikan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) kepada Pemerintah untuk melaksanakan program- program pembangunan dalam batas-batas anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran pendapatan merupakan estimasi penerimaan (estimated revenue) yang diperkirakan akan diterima dalam satu tahun anggaran, sedangkan anggaran belanja merupakan pagu anggaran belanja yang disediakan untuk membiayai program dan kegiatan selama satu tahun anggaran (appropriation). Undang-undang APBN inilah yang mengatur program dan kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh Pemerintah dalam suatu tahun anggaran. Selanjutnya Undang-Undang APBN dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Presiden tentang Rincian APBN, yang dalam istilah keuangan Negara dikenal sebagai apportionment. Peraturan Presiden dimaksud diperlukan sebagai landasan operasional bagi Pemerintah untuk melaksanakan APBN. Periode pelaksanaan APBN adalah satu tahun, yaitu dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Dalam rangka menjaga agar APBN dapat dilaksanakan secara tepat waktu maka dalam Undang-Undang 17/2003 maupun PP 90/2010 telah ditentukan kalender anggarannya, yaitu APBN harus sudah diundangkan paling lambat bulan Oktober tahun sebelumnyan demikian diperlukan agar Pemerintah mempunyai waktu yang cukup untuk menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran. Demikian pula bagi Pemerintah Daerah, diharapkan dengan ditetapkannya APBN pada bulan MODUL KEUANGAN NEGARA 35
  • 36. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN Oktober, mereka dapat menyelesaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah secara tepat waktu. B. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Dokumen pelaksanaan anggaran memuat alokasi anggaran yang disediakan kepada pengguna anggaran. Alokasi anggaran pendapatan disebut Estimasi pendapatan yang dialokasikan dan alokasi anggaran belanja disebut allotment. Dokumen pelaksanaan anggaran di Pemerintah Pusat disebut Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sedangkan di Pemerintah daerah disebut Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA SKPD). Paradigma baru dalam pengelolaan keuangan Negara adalah beralihnya konsep administrasi keuangan (financial administration) ke manajemen keuangan (financial management). Hal ini memerlukan pembaharuan pada setiap fungsi manajemen, baik pada tataran perencanaan, pengangaran, pelaksanaan anggaran, akuntansi dan pertanggungjawaban, serta pemeriksaan. Semua fungsi diarahkan pada pemanfaatan sumber daya secara efisien dan efektif dalam penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam refomasi manajemen keuangan Negara adalah “let the managers manage”. Dengan pendekatan ini kepada pengguna anggaran diberikan fleksibilitas untuk melaksanakan anggaran. Pengguna anggaran diberikan kewenangan untuk menyusun DIPA sesuai dengan program dan kegiatan yang telah ditetapkan serta plafon anggaran yang telah disediakan. Dengan mekanisme yang demikian maka kepada para pengguna anggaran diberikan fleksibilitas yang seluas-luasnya untuk mengatur anggarannya, dituangkan dalam DIPA sesuai dengan kebutuhan. Namun demikian mekanisme check and balance tetap dilaksanakan sehingga DIPA yang disusun oleh pengguna anggaran tidak serta merta langsung diberlakukan, namun harus dibahas dulu dengan Kementerian Keuangan, dalam hal ini dilaksanakan oleh Direktorat Pelaksanaan Anggaran, Direktorat Jenderal MODUL KEUANGAN NEGARA 36
  • 37. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN Perbendaharaan untuk memperoleh pengesahan. Pembahasan ini merupakan pelaksanaan fungsi pengendalian, dilakukan untuk meyakini bahwa DIPA disusun sesuai dengan Undang-Undang APBN serta menggunakan standar harga yang wajar sesuai dengan ketentuan. Anggaran dalam DIPA diklasifikasikan terinci sampai organisasi, fungsi, sub fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Dengan demikian maka azas spesialitas benar-benar digunakan di sini, yaitu anggaran secara spesifik disediakan untuk membiayai kegiatan tertentu dan tidak dapat digeser tanpa mekanisme revisi DIPA sesuai ddengan ketentuan. Sehubungan dengan diberlakukannya manajemen keuangan dalam pengelolaan keuangan Negara maka setiap pengguna anggaran wajib menyusun rencana penarikan dana untuk setiap progam/kegiatan yang ada dalam DIPA. Hal yang sama berlaku untuk penerimaan, yaitu rencana penerimaan pendapatan juga disiapkan jika penguna anggaan tersebut mempunyai alokasi anggaran pendapatan. Informasi tentang rencana penarikan dana serta rencana penerimaan ini diperlukan oleh Bendahara Umum Negara untuk menyusun anggaran kas. Suatu hal yang perlu diingat dalam anggaran adalah digunakannya pendekatan anggaran berbasis kinerja. Anggaran berbasis kinerja mengamanatkan bahwa anggaran dialokasikan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai. Yang dimaksud dengan prestasi kerja adalah output atau outcome yang dihasilkan atau akan dihasilkan dari pelaksanaan suatu kegiatan atau program. Dengan demikian maka dalam dokumen pelaksanaan anggaran perlu adanya informasi tentang indikator kinerja berikut target yang akan dicapai dari suatu kegiatan atau program dengan dana yang disediakan dalam anggaran. MODUL KEUANGAN NEGARA 37
  • 38. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN Paradigma Baru dalam pengelolaan Keuangan Negara Perubahan dari Financial Administration mendasar Ke Financial Management Semangat yang let melandasi the managers manage Pengendalian Check & Balance Mechanism Pada Pemerintah Pusat, pelaksanaan APBN dimulai dengan diterbitkannya DIPA. Dalam rangka menjaga agar anggaran dapat dimulai segera pada awal tahun anggaran maka DIPA harus diselesaikan dalam bulan Desember tahun sebelumnya. Segera setelah suatu tahun anggaran dimulai, maka DIPA harus segera diterbitkan untuk dibagikan kepada satuan-satuan kerja sebagai pengguna anggaran pada kementrian/lembaga. Setelah masa transisi pada TA 2005, maka mulai TA 2006, DIPA telah dapat serentak dibagikan pada awal tahun anggaran dimulai, tepatnya tanggal 2 Januari tahun bersangkutan. Seperti pada Pemerintah Pusat, pada pemerintah daerah pun digunakan mekanisme yang sama dengan penyesuaian terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku di daerah. Setelah terbit Peraturan Daerah tentang APBD, SKPD wajib menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). Dengan demikian maka fleksibilitas penggunaan anggaran diberikan kepada Pengguna Anggaran. DPA disusun secara rinci sampai dengan organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja disertai indikator kinerja. Dokumen ini disertai dengan rencana penarikan dana untuk mendanai kegiatan dan apabila dari kegiatan tersebut menghasilkan pendapatan maka rencana penerimaan kas juga dilampirkan. DPA disampaikan kepada kepala SKPKD untuk dimintakan pengesahan. Jika DIPA bagi Kementerian Negara/Lembaga sudah dapat dijadikan dokumen untuk segera melaksanakan anggaran Pemerintah Pusat, pada pemerintah daerah MODUL KEUANGAN NEGARA 38
  • 39. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN masih diperlukan Surat Penyediaan Dana (SPD). SPD merupakan suatu dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan. SPD ini diperlukan untuk memastikan bahwa dana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan telah tersedia pada saat kegiatan berlangsung. Setelah DPA dan SPD terbit, maka masing-masing satuan kerja wajib melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. C. Pembagian Kewenangan Dalam rangka pelaksanaan anggaran, Presiden mendelegasikan kewenangannya kepada menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran. Sedangkan kewenangan untuk pengelolaan keuangan didelegasikan kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Pembagian kewenangan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: Pendelegasian Kewenangan dalam Pelaksanaan Anggaran Presiden (sebagai CEO) Menteri Teknis Menteri Keuangan (sebagai COO) (sebagai CFO) Kepala Kantor Kepala KPKN (selaku Kuasa COO) (selaku Kuasa CFO) Pendelegasian kewenangan pelaksanaan program Pendelegasian kewenangan perbendaharaan Menteri teknis/pimpinan lembaga merupakan chief of opertional officer sedangkan Menteri Keuangan merupakan chief of financial officer. Dalam pelaksanaan anggaran, mereka mempunyai kedudukan yang seimbang dalam rangka menjaga terlaksananya mekanisme check and balance. Kuasa Pengguna Anggaran dapat ditunjuk sehubungan dengan kompleksitas kegiatan, rentang kendali yang MODUL KEUANGAN NEGARA 39
  • 40. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN luas, jumlah anggaran yang besar, atau karena lokasi kegiatan. Demikian pula di pemerintah daerah, dapat ditetapkan adanya Kuasa Pengguna Anggaran yang diusulkan oleh pengguna anggaran dan ditetapkan oleh kepala daerah karena alasan yang sama. D. Sistem Penerimaan Seluruh penerimaan negara/daerah harus disetor ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah dan tidak diperkenankan digunakan secara langsung oleh satuan kerja yang melakukan pemungutan (Azas Bruto). Pendapatan diakui setelah uang disetor ke rekening Kas Umum Negara/Daerah (basis kas). Oleh karena itu penerimaan wajib disetor ke Rekening Kas Umum selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Dalam rangka mempercepat penerimaan pendapatan, Bendahara Umum Negara/Daerah dapat membuka rekening penerimaan pada bank. Bank yang bersangkutan wajib menyetorkan penerimaan pendapatan setiap sore hari ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah. E. Sistem Pembayaran Belanja membebani anggaran daerah setelah barang/jasa diterima. Oleh karena itu terdapat pengaturan yang ketat tentang sistem pembayaran. Pada dasarnya alokasi anggaan kepada satuan kerja (DIPA) akan diberikan jika sudah tersedia alokasinya dalam APBN. Berdasarkan DIPA satuan kerja dapat melakukan kegiatan perolehan barang/jasa. Barang/jasa yang diperoleh harus diverifikasi kebenarannya. Setelah diverifikasi barulah dilakukan pembayaran. Urut-urutan tahapan yang harus dilalui dalam pelaksanaan anggaran belanja tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: MODUL KEUANGAN NEGARA 40
  • 41. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN PELAKSANAAN ANGGARAN APBN PERPRES RINCIAN APBN DIPA PESANAN KOMITMEN VENDOR VERIFIKASI BARANG/JASA PEMBAYARAN Dalam pelaksanaan anggaran, pengguna anggaran diberikan kewenangan untuk membebani anggaran. Sebagai konsekuensinya pengguna anggaran dituntut untuk melakukan verifikasi atau pengujian atas kebenaran formil maupun materiil atas pelaksanaan anggaran serta mempertanggungjawabkannya. Apabila verifikasi terhadap belanja telah dilakukan dan sah maka pengguna anggaran menyampaikan Surat Perintah Membayar ke KPPN. Berhubung mereka harus mempertanggungjawabkannya maka bukti-bukti pengeluaran tetap disimpan di Kementerian Negara/Lembaga dan tidak dikirim ke KPPN. KPPN tetap melakukan pengujian untuk mengecek ketepatan jumlah, peruntukan, maupun penerimanya. Mekanisme pembayaran ini dapat dilihat pada gambar berikut: MODUL KEUANGAN NEGARA 41
  • 42. BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN Mekanisme Pembayaran Me te Te n n ri k is Me te K e a g n n ri u na PEMBUATAN PENGUJIAN & PERINTAH PENCAIRAN PENGUJIAN KOMITMEN PEMBEBANAN PEMBAYARAN DANA administratief Comptabel beheer administratief beheer beheer Proses pengujian yang dilakukan pada pengguna anggaran dan pada Bendahara Umum Negara dapat dilihat pada gambar berikut: PENGUJIAN DALAM PELAKSANAAN PENGELUARAN NEGARA Menteri Teknis Menteri Keuangan Selaku Pengguna Anggaran Selaku BUN Tahapan Administratif Tahapan Komtabel PEMBUATAN KOMITMEN PENGUJIAN CHEQUE Pengujian : PENGUJIAN SPM • Substansial : Pengujian : •Wetmatigheid ? •Rechtmatigheid • Formal • Wetmatigheid • Rechtmatigheid • Doelmatigheid Terdapat dua cara pembayaran, yaitu pembayaran yang dilakukan secara langsung oleh Bendahara Umum Negara kepada yang berhak menerima pembayaran atau lebih dikenal dengan sistem LS. Pembayaran ini dilakukan untuk pengeluaran yang telah pasti, baik jumlah, peruntukan, maupun penerimanya. Cara lainnya adalah dengan menggunakan Uang Persediaan melalui Bendahara Pengeluaran. Pengeluaran dengan UP dilakukan untuk belanja yang nilainya kecil di bawah jumlah tertentu untuk membiayai keperluan sehari-hari perkantoran. MODUL KEUANGAN NEGARA 42
  • 43. BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG A. Pengertian dan Ruang Lingkup Aset merupakan sumber daya yang mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Aset merupakan sumber daya ekonomi yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset yang berada dalam pengelolaan pemerintah tidak hanya yang dimiliki oleh pemerintah saja, tetapi juga termasuk aset pihak lain yang dikuasai pemerintah dalam rangka pelayanan ataupun pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah. Aset pemerintah bukanlah sebagai sumber daya untuk memperoleh pendapatan, namun mencerminkan potensi pelayanan bagi masyarakat. Oleh karena itu dalam mengukur kemampuan keuangan pemerintah tidaklah tepat jika dilakukan dengan membandingkan antara pendapatan dan total aset yang tersedia. Kecukupan tersedianya aset dapat diukur dengan membandingkan antara aset yang tersedia dengan kebutuhan dalam pelayanan, yang pada umumnya ditentukan dalam rasio- rasio yang relevan sesuai dengan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan. Definisi aset di atas mencerminkan bahwa ruang lingkup aset pemerintah sangatlah luas. Aset pemerintah dapat diklasifikasikan sebagai aset keuangan dan aset non keuangan. Aset keuangan mencakup kas, piutang, dan investasi. Dalam rangka manajemen kas pada umumnya terintegrasi dengan manajemen utang. Aset MODUL KEUANGAN NEGARA 43
  • 44. BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG non keuangan ada yang dapat diidentifikasi dan ada yang tidak dapat diidentifikasi. Aset non keuangan yang dapat diidentifikasi berupa aset berwujud dan aset tidak berwujud. Aset berwujud berupa persediaan dan aset tetap, yang dalam peraturan perundang-undangan lebih dikenal dengan nama barang milik negara. Aset yang tidak teridentifikasi dapat berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia. Bagan aset pemerintah dapat dilihat pada gambar berikut: Kas & Setara kas Aset Keuangan & Piutang & Utang Utang Investasi Persediaan Berwujud ASET Aset PEMERINTAH Dapat Diidentifikasi Tetap Tidak Aset Berwujud Non SDA keuangan Tidak dapat SDM diidentifikasi dll B. Pengelolaan Kas Kas merupakan sumber daya yang mutlak diperlukan untuk menjalankan pemerintahan. Kas seringkali dikatakan bagaikan darah bagi suatu organisasi. Tanpa kas suatu organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu Pemerintah dituntut melakukan pengelolaan kas dengan baik. Pengelolaan kas di pemerintah terutama bertujuan untuk dapat melaksanakan anggaran secara efisien serta melakukan manajemen sumber daya keuangan yang baik. Pengelolaan kas yang baik dapat menghasilkan pengendalian pengeluaran secara efisien, meminimumkan biaya pinjaman, dan memaksimumkan hasil yang MODUL KEUANGAN NEGARA 44
  • 45. BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG diperoleh dari penempatan kas. Hal ini dilakukan melalui: 1. Perencanaan kas (cash planning) dan perencanaan kebutuhan kas (cash forecasting); 2. Memperpendek waktu yang diperlukan untuk penagihan dan pembayaran dilakukan secara tepat waktu (float management); 3. Manajemen rekening bank dengan melakukan pemusatan saldo kas (Treasury Single Account/TSA); 4. Pembentukan dana kas kecil dengan sistem dana tetap (imprest fund) untuk membiayai keperluan sehari-hari perkantoran; 5. Penempatan saldo kas yang belum digunakan dalam bentuk setara kas atau penanaman sementara (temporary investment). Hal ini telah diatur dalam Undang-Undang No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pada prinsipnya pemerintah harus dapat menjamin ketersediaan dana yang diperlukan secara tepat waktu dan aman dalam rangka pelaksanaan anggaran. Agar kas tersedia pada saat diperlukan maka perlu adanya rencana penarikan dana dan rencana penerimaan dari pengguna anggaran. Dari rencana ini dapat disusun budget kas sehingga dapat diketahui jumlah arus masuk dan arus keluar kas untuk suatu periode serta surplus/defisit kas yang terjadi. Dengan informasi demikian maka Bendahara Umum Negara dapat mengatur penempatan saldo kas yang menganggur serta menerapkan strategi pinjaman untuk menutup defisit kas. C. Pengelolaan Piutang Piutang merupakan hak pemerintah untuk menagih pada pihak lain Piutang ini dapat terjadi karena hubungan perdata, seperti adanya jual beli atau pinjam meminjam, namun bisa juga terjadi karena ketentuan perundang-undangan, seperti piutang pajak. Dalam Undang-undang diatur bahwa Kementerian Negara/Lembaga yang mempunyai piutang wajib mengupayakan penerimaannya kembali secara tepat waktu. Dalam hal terdapat piutang tak tertagih penyelesainnya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. MODUL KEUANGAN NEGARA 45
  • 46. BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG Dalam rangka menjaga agar piutang dapat diterima kembali secara tepat waktu, Kementerian Negara/Lembaga dituntut untuk mengatur berbagai hal yang terkait dengan piutang secara seksama. Hal-hal seperti perencanaan, pemberian pinjaman atau penjualan secara kredit atau penerbitan surat ketetapan, pencatatan, pelaporan, penilaian, penagihan, dan penghapusan piutang harus diatur secara tegas. Pengendalian intern harus tercermin dan melekat sejak proses timbulnya piutang sampai dengan berakhirnya, karena pembayaran atau penghapusan. Piutang pemerintah jenis tertentu, seperti piutang pajak, mempunyai hak mendahului. Penyelesaian piutang yang terjadi karena hubungan keperdataan dapat dilakukan melalui perdamaian kecuali untuk piutang yang penyelesaiannya diatur sendiri dalam undang-undang. Penyelesaian piutang yang demikian ditetapkan oleh Menteri Keuangan untuk jumlah sampai dengan Rp 10 milyar, oleh Presiden untuk jumlah diatasnya sampai dengan Rp 100 milyar, dan jumlah diatasnya oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Dalam hal terdapat piutang tak tertagih dapat dihapuskan secara mutlak atau bersyarat dari pembukuan. Penghapusan piutang tak tertagih sampai dengan Rp 10 milyar dapat dilakukan oleh Menteri Keuangan. Penghapusan piutang di atas Rp 10 milyar sampai dengan Rp 100 milyar dilakukan oleh Presiden, sedangkan di atas Rp 100 milyar oleh Presiden dengan persetujuan DPR. D. Pengelolaan Utang Sehubungan diberlakukannya anggaran defisit (I Account) berarti anggaran pendapatan tidak harus sama dengan anggaran belanja. Dalam UU No.17 Tahun 2003 ditekankan bahwa dalam memanfaatkan surplus anggaran atau membiayai defisit anggaran harus mempertimbangkan keseimbangan generasi. Defisit anggaran antara lain dapat dibiayai dari pinjaman. Berdasarkan No.17 Tahun 2003 defisit anggaran dalam suatu tahun anggaran maksimum sebesar 3 (tiga) persen dari Pendapatan Domestik Bruto, dan akumulasi utang maksimum sebesar 60 (enam puluh) persen dari Pendapatan Domestik Bruto. Dalam rangka pengendalian defisit anggaran dan akumulasi pinjaman secara nasional, Menteri MODUL KEUANGAN NEGARA 46
  • 47. BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG Keuangan mempunyai kewenangan untuk mengaturnya. Ketentuan tentang besarnya defisit serta jumlah utang yang dapat dimiliki oleh suatu pemerintah daerah diatur setiap tahun dengan Peraturan Menteri Keuangan. Dalam melakukan pengelolaan utang harus diperhatikan struktur portofolio utang berikut biaya serta risikonya. Risiko-risiko yang perlu dipertimbangkan antara lain risiko pasar, risiko pendanaan kembali, risiko likuiditas, risiko kredit, risiko penyelesaian, dan risiko operasional. Hal ini perlu dilakukan untuk memperoleh pinjaman yang paling efisien dan untuk meyakini bahwa pemerintah mampu membayar bunga dan angsuran secara tepat waktu. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mempunyai kewenangan untuk mengadakan pinjaman. Pinjaman dapat berupa pinjaman yang dilakukan secara bilateral atau multilateral. Pinjaman ini dapat diteruspinjamkan kepada pemerintah daerah/BUMN/BUMD. Pinjaman ini dituangkan dalam suatu naskah perjanjian pinjaman. Sejalan dengan azas bruto maka biaya yang terjadi karena penarikan pinjaman dibebankan pada anggaran belanja. Disamping itu pemerintah juga dapat menerbitkan surat utang negara. Disamping ada utang yang berasal dari pinjaman, pemerintah juga bisa mempunyai utang karena kegiatan operasional atau utang perhitungan pihak ketiga (PFK). Utang operasional antara lain timbul sehubungan dengan adanya pengadaan barang/jasa yang telah diterima tetapi pada akhir tahun anggaran belum dibayar. Dengan demikian utang yang berasal dari kegiatan operasional ini dapat terjadi di kementerian negara/lembaga. Utang PFK timbul karena adanya uang yang dipungut oleh pemerintah untuk kepentingan pihak lain dan belum disampaikan kepada pihak tersebut.Terhadap utang-utang ini, pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran juga wajib menatausahakan dan melaporkannya dalam laporan keuangan. Pengguna Anggaran atau Kuasanya berkewajiban mengelola utang dalam kepengurusannya dan menguji setiap klaim sebelum memerintahkan pembayaran atas beban anggaran Utang dibayar secara tepat waktu sesuai dengan ketentuan. Hak tagih atas utang sebagai beban negara kedaluwarsa setelah 5 (lima) tahun sejak utang tersebut MODUL KEUANGAN NEGARA 47
  • 48. BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain dalam undang-undang. Kedaluwarsa ini akan tertunda jika pihak yang berpiutang mengajukan tagihan kepada negara sebelum berakhirnya masa kedaluwarsa. Ketentuan kedaluwarsa ini tidak berlaku untuk pembayaran bunga dan pokok utang yang timbul karena pinjaman. E. Pengelolaan Investasi Pemerintah dapat melakukan investasi karena berbagai alasan, antara lain memanfaatkan surplus anggaran untuk memperoleh pendapatan atau memanfaatkan dana yang belum digunakan dalam bentuk invetasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas. Investasi jangka pendek yang dilakukan pemerintah harus memenuhi karakteristik dapat segera dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen kas, dan berisiko rendah. Investasi jangka panjang dapat berupa investasi permanen dan investasi non permanen. Investasi ini dapat dilakukan oleh pemerintah melalui pasar modal atau investasi langsung pada bidang usaha tertentu. Investasi melalui pasar modal dapat dilakukan dengan membeli saham atau surat utang. Investasi yang dilakukan oleh pemerintah tidak semata-mata bertujuan untuk memperoleh manfaat ekonomi, seperti diperolehnya keuntungan, tetapi bisa juga karena diperolehnya manfaat sosial, atau manfaat lainnya. Investasi permanen merupakan investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan, misalnya penyertaan modal pemerintah pada BUMN. Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Dengan demikian investasi nonpermanen ini dimaksudkan akan dicairkan kembali suatu saat, misalnya dana bergulir. F. Pengelolaan Barang Milik Negara Barang milik negara mencakup semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan ini antara lain dapat dilakukan melalui pembelian, pembangunan, pertukaran, kerja sama, hibah/donasi, dan rampasan. MODUL KEUANGAN NEGARA 48
  • 49. BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG Dalam rangka menertibkan pengelolaan barang milik negara, maka dilakukan pembagian kewenangan yang jelas atas barang milik negara. Menteri Keuangan adalah sebagai pengelola barang berwenang mengatur pengelolaan barang milik negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Menteri/pimpinan lembaga berkedudukan sebagai pengguna barang pada instansi yang dipimpinnya. Para pengguna barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik negara yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya. Pengelolaan barang milik negara dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pada suatu negara yang masih menganut line item budgeting, pada umumnya belum memperhatikan kebutuhan barang untuk melaksanakan fungsinya secara efisien. Hal ini dikarenakan belum dilakukan perhitungan biaya layanan secara benar dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pengukuran kinerjanya belum dilakukan secara utuh dengan menerapkan full costing. Di negara yang telah menerapkan anggaran berbasis kinerja, pengelolaan barang pada umumnya dilakukan dengan cara lebih efisien karena seluruh komponen biaya dimasukkan sebagai unsur biaya layanan. Dengan demikian maka barang yang diminta dan digunakan benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Dalam rangka menjaga kesinambungan pelayanan kepada masyarakat, dilakukan pengaturan atas penghapusan serta pemindahtanganan barang milik negara. Barang milik negara yang diperlukan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan tidak dapat dipindahtangankan. Pengahapusan barang milik negara pada prinsipnya harus mendapat persetujuan DPR. Pemindahtangan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan DPR. Dengan memperhatikan bahwa tanah dan bangunan merupakan kekayaan negara yang sangat penting artinya serta nilainya signifikan maka pemindahtanganan tanah dan bangunan harus mendapat persetujuan DPR kecuali untuk tanah dan bangunan yang tidak sesuai lagi dengan tata ruang wilayah atau penataan kota. Demikian pula untuk bangunan yang sudah memperoleh alokasi anggaran untuk menggantinya, diperuntukkan bagi pegawai negeri, untuk kepentingan umum, ataupun yang jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara MODUL KEUANGAN NEGARA 49
  • 50. BAB VI PENGELOLAAN ASET DAN UTANG ekonomis.Hal in terjadi karena pada dasarnya DPR telah menyetujuinya pada saat pembahasan tata ruang ataupun pembahasan APBN. Dalam rangka efisiensi pengelolaan barang selain tanah dan bangunan, proses penghapusan dan pemindahtangannya dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana. Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan bangunan dengan nilai sampai dengan Rp 10 milyar dilakukan oleh Menteri Keuangan, di atas Rp 10 milyar sampai dengan Rp 100 milyar oleh Presiden, sedangkan di atas Rp 100 milyar oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Apabila pemindahtanganan ini dilakukan dengan penjualan maka harus dilakukan dengan lelang. Dengan pengaturan demikian diharapkan pengelolaan barang dapat dilakukan dengan lebih efisien. Pengamanan barang milik negara merupakan salah satu sasaran pengendalian intern, baik dari aspek fisik, administrasi, maupun hukum. Oleh karena tanah dan bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan dan ditatausahakan dengan tertib. Tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah RI. Tanah dan bangunan yang tidak lagi digunakan untuk menjalankan tugas dan fungsi pemerintahan wajib dikembalikan kepada Menteri Keuangan. Barang milik negara tidak diperkenankan untuk digadaikan atau digunakan sebagai jaminan dan tidak boleh diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran utang. Disamping itu barang milik negara atau barang pihak lain yang dikuasai negara yang diperlukan untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan tidak dapat disita. G. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, Pemerintah dapat membentuk Badan Layanan Umum (BLU). Kekayaan BLU merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan serta dapat dikelola sepenuhnya untuk pelayanan kepada masyarakat, Oleh karena itu BLU tetap menyusuna anggaran sebagaimana instansi pemerintah pada umumnya untuk digabungkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian negara/lembaga maupun APBN. Pendapatan dan belanja yang dilakukan dilaprkan dalam laporan MODUL KEUANGAN NEGARA 50