1. Pesta tengah malam
Purwokerto sangat panas hari ini. Oliv Cuma
pake’ baju singlet di kamarnya yang sumpek. Rene, adik
kelas sekaligus teman sekamar Oliv dari tadi nyalain
kipas angin sambil baca komik. Kiki menggedor tembok
disamping ranjangnya. Oliv yang lagi baca novel “Laskar
Pelangi” udah apal dengan bunyi ini. Dia segera
membalas menggedor tembok. “Liv, keluar yuk” Kiki
melemparkan surat pendek melalui lubang kecil di
samping kasurnya. Oliv menjawab
“Aku takut sama bu Encin” sambil menyodorkan
kembali kertas Kiki.
“Gerah banget nih, ke lantai atas yuk! Ke ruang jemur
pakaian” Kiki memaksa lipatan kertas kecil itu masuk
kembali ke kamar Oliv.
Oliv tak kuasa menolak, di bawanya novel yang
belum kelar dibaca keluar kamar. Oliv sedikit mengintip
dari pintu kamarnya, barangkali bu Encin masih keliling
kamar. “Ki, ayo!” bisik Oliv di depan pintu kamar Kiki.
Kiki keluar kamar, dia mengenakan kaos tank top warna
shocked pink dan sandal boneka piggy. “ Bawa apaan
lu?” Tanya Kiki. “Novel” jawab Oliv singkat. “Bentar, gue
mau bawa sesuatu…” jawab Kiki sambil masuk kembali
ke kamarnya. “ Taraaaaa!” Kiki membawa termos, dua
1
2. buah cangkir, dan satu keripik kentang kemasan jumbo.
“Let’s get party!” seru Kiki gembira.
Oliv dan Kiki naik ke lantai atas gedung asrama
putri. Langit cerah dan bintang bertebaran di angkasa.
Bulan tampak sempurna. Sinarnya terang menyapa dua
gadis manis yang sedang asyik memakan keripik
kentang sambil cekakak cekikik. “Ki…, lihat tuh! Ada
bintang jatuh! Ya Tuhan! Balikin Aldo padakuuuuu!” Oliv
teriak sekeras-kerasnya sambil menengadahkan
tangannya. “Lu make a wish gak Ki?” Tanya Oliv. “Ya Iya
lah…, gue make a wish supaya menang lomba basket
antar sekolah besok” “Wuiiiih, cieeeeeee”
“biasa aja lagi! Lebay banget sih!” Kiki risih sama
tingkah laku Oliv yang too much. “Kira-kira do’a gue
terkabul gak ya ki?”
“Kayaknya enggak, orang yang teraniaya itu yang
do’anya banyak dikabulkan!” jawab Kiki singkat sambil
menggelitik perut Oliv. Oliv kegelian sambil guling-
guling di lantai. “STOP! Jangan aniaya gue dong!” Oliv
terengah engah. “Udah berdo’a belum?” Tanya Kiki
mencibir. Seringai dari mulutnya membuat hati Oliv
tertekan.
Kiki menjawil keripik kentangnya. “Lu tahu gak
gue seneng banget lihat langit” kata Kiki, mulutnya
penuh mengunyah sejumput keripik. “Enggak!” jawab
Oliv singkat. “Yeee!” Kiki menusuk pinggang Oliv. “hi hi
hi…. Sewot nih ye” Oliv meledek.
“langit itu indah! Ada tujuh lapisan di atasnya! Kita bisa
melihat bintang, bulan, matahari, awan waah,
indahnya!” seru Kiki.
“Subhanallah!” jawab Oliv.
2
3. “yang lebih penting lagi liv, gue bisa memandang wajah
bapak di sana!” kata Kiki serius.
“dimana?” Oliv penasaran.
“Tuh! Bintang yang paling terang! Itu bapak gue!”
“mana sih? kagak ada bokap lu!” Oliv mendongak lebih
ke atas lagi.
“bego banget sih! ituuuuu loh! Yang kerlipnya paling
menawan! Seolah bapakku sedang tersenyum dan
matanya berkedip padaku!” Kiki menunjuk satu bintang
yang paling terang.
“Ooooo, itu ya!” jawab Oliv.
“Waktu gue kecil, bapak selalu mengajakku keluar
rumah jika langit terang dan tidak hujan. Beliau bilang,
ada satu bintang yang paling terang, itu bintang bapak.
Yang kecil di sebelahnya, itu bintang gue. Sampai
sekarang kalau gue kangen bapak, gue selalu pandangi
bintang itu”
“Bapak sudah pergi menembus langit ke tujuh bertemu
sang penciptanya”
“gue jadi terharu nih” Oliv meneguk secangkir kopi.
“Bapak gue udah meninggal sejak gue masih SMP. Gue
kangen Liv” Kiki menyeka air matanya yang sudah
tumpah.
“Ah, udah deh, jangan inget yang sedih-sedih…., gue
jadi kangen ayah juga nih”
“Kita nyanyi-nyanyi aja yuuuuk” Kiki memberi ide.
“Di malam yang sesunyi ini…., ku sendiri…, tiada yang
menemani….” Oliv langsung bernyanyi, di barengi Kiki,
Oliv pake’ suara satu, Kiki pake’ suara kucing, he he he
“Tolooooong! Toloooong!” tiba-tiba terdengar
teriakan dari lantai satu. Oliv dan Kiki yang tengah
3
4. konser dadakan di lantai atas langsung terlonjak kaget.
Oliv meneguk kopinya sekali lagi. “Ada apaan tuh?” Oliv
bertanya pada Kiki. “mene ketehe!” sahut Kiki. Oliv dan
Kiki langsung ngibrit ke bawah. Oliv nabrak jemuran
kayu dan ada BH nyangkut di wajahnya. Oliv lalu
membuangnya sembarangan.
Sampai di lantai dua, Oliv keheranan karena kamarnya
sudah sesak dipenuhi anak-anak. “Ada apaan nih?”
Tanya Oliv penasaran. Meskipun belum ada yang
menjawab Oliv lalu menerobos masuk kamar. Ya
Ampun! Rene kesurupan! Dia menendang segala barang
dalam ruangan itu. Oliv mendekap radio transistor milik
pak Jaya yang sering dipinjemnya, lalu meletakkannya di
pinggir ranjang.
Mata Rene mendelik sambil berteriak-teriak. “Kemana
saja kamu Oliv!” Bu Encin mendelik juga. Oliv ketakutan.
“sa.. saya di lantai atas?” “Ngapain? Bukannya tidur
malah keluyuran! Point 20! Melanggar aturan asrama!”
Bu Encin berteriak sampai urat lehernya mau putus. Oliv
merinding ketakutan. “Aaaaaaaaaaaaa!” Rene masih
terus menendang seperti anak kecil yang tidak dibelikan
permen. “minta makan! Saya minta makan!” suara Rene
seperti suara ibu-ibu setengah baya. Semua anak duduk
dan membaca do’a. Oliv dan Kiki memegang tangan dan
kaki Rene.
Sudah 2 jam Rene tak sadarkan diri. Bu Encin
mendatangkan “orang pintar” untuk membantu
kesadaran Rene. Rupanya, pas ditinggal Oliv tadi, Rene
pengen ke kantin beli minum, sebelum melewati kantin,
pas di bawah pohon mangga, Rene seperti dipanggil
seorang ibu yang minta makan, karena merasa gak
punya makanan Rene menolak dengan halus. Sepulang
4
5. dari kantin Rene langsung kesurupan. Rene pun diberi
ayam ingkung dan bunga mawar. Dia makan bunga
mawar seperti makan keripik kentang punya Kiki.
Sepertinya enaaaak sekali.
Oliv jadi merinding, inget kelakuannya kabur
lewat pintu belakang asrama dan ngumpet di bawah
pohon mangga. Rupanya cerita tentang anak yang
gantung diri itu memang benar adanya. Soal percaya
atau tidak, Wallahu alam. Gak tahu deh. Yang jelas, itu
Rene udah kesurupan, jadinya Oliv udah gak mau main-
main lagi dengan pintu belakang asrama.
Besoknya berita tentang kesurupannya Rene
langsung menyebar luas. Konon kabarnya, kesurupan
sampai menular ke beberapa teman perempuan sekelas
Rene. Wak! Kayak flu burung aja tuh, sehari udah ada 3
korbannya, UKS penuh sesak, tim palang merah nyampe
kewalahan, karena korban terus bertambah. Oliv gak
tahu lagi mesti ngomong apa. Kiki juga manyun doang
melihat keadaan ini. Engel ngomel gak abis-abis. Dia
nyalahin Kiki dan Oliv, melanggar aturan itu hukumnya
haram buatnya. Erly wajahnya pucat pasi. Dia takut
ketularan juga.
Sekolah dibubarkan. Anak-anak senang bukan
kepalang. Artinya pulang lebih awal. Ada yang udah
rencana mau ngabur ke mall, ada yang mau nge date,
ada yang mau nge game di rental PS. Kiki dan Oliv
belum ada rencana pulang ke asrama, mereka masih
syok masuk ke kamar. Engel niatan mau mencari “orang
yang lebih pintar” dari “orang pintar” yang disewa bu
Encin. Erly dengan senang hati ingin mendadak jadi
ingin ngebantuin mamanya jualan kue apem. “Jangan
keluyuran! Diam di rumah dan berdoa, kita pulang lebih
5
6. wal bukan untuk main. Tapi belajar di rumah. Sebab
suasana sekolah sedang tidak mendukung KBM. Barang
siapa yang tidak langsung pulang ke rumah, niscaya
akan ikut kesurupan juga!” Pak Hadi memberi
peringatan, setengah mengancam, setengah menuduh.
Seolah dia tahu rencana anak-anak. Anak-anak pun
bergidik,ngeper juga sama ancemannya Pak Hadi, sang
asisten guru. Belum jadi guru aja gualaknya minta
ampun. Gimana entar kalo’ dah jadi kepala sekolah. Hi
hi hi….
Akhirnya “orang pintar yang lebih pintar”
datang ke sekolah atas panggilan Engel. “Ibu, bapak,
apakah di asrama ini sering diadakan perkumpulan
pengajian, atau doa bersama?” Tanya orang pintar,
yang ternyata bernama pak Kushendi. “Beberapa waktu
memang kami adakan pak, namun, lambat laun,
pesertanya terus berkurang” Bu Encin member
penjelasan. “Ibu, ada baiknya kegiatan itu diadakan lagi,
supaya tidak ada siswa yang pikirannya kosong, lalu
dimasuki setan” kata pak Kushendi dengan nada bicara
yang santun. “Mari kita kumpulkan anak-anak, lalu kita
membaca ayat suci bersama, kita berdoa supaya selalu
dilindungi Allah, dan dihindarkan dari godaan setan”,
pak Kushendi memberikan saran, yang langsung diikuti
oleh semua penghuni asrama. Mereka membawa
AlQurannya masing-masing, kemudian membaca surat
Yasin bersama. Setelah itu pak Kushendi me rukyat para
siswa yang kesurupan. Dan Alhamdulillah, semua
langsung sadar. Ternyata pak Kushendi memang orang
pintar, sebab setelah seharian me rukyat para siswa, dia
lalu minum jamu tolak angin. Hi hi hihi…
6
7. Seminggu berlalu, peristiwa kesurupan cukup
jadi pengalaman Rene dan korban lainnya saja. Oliv
sama sekali tak tertarik. Dia cukup sebagai saksi, bahwa
ada makhluk di dunia ini yang sering nyasar masuk ke
jiwa manusia, terutama jiwa yang kosong. Hhhhh…,
untung semua udah kembali normal, tapi, semua
peristiwa itu memberikan pengalaman baru buat Oliv.
Pengalaman mistik. Boleh mengangguk atau mendelik.
Perkara klenik memang sulit ditelisik. Apalagi kalau kita
belum punya trik, buat kau klik. Bukan soal magic, tapi
asyik……hihihi
7