Dokumen tersebut membahas berbagai topik terkait permasalahan hukum di sektor perumahan dan properti di Indonesia, termasuk dasar hukum pertanahan, implementasi peraturan, lembaga terkait, konsep otonomi daerah, profesi yang berhubungan, hal-hal yang perlu diperhatikan bank dan pengembang, serta upaya perlindungan konsumen."
Permasalahan Hukum di Sektor Perumahan/Properti di Indonesia dan Upaya Penguatan Perlindungan Konsumen di Sektor Perumahan\Properti
1. Permasalahan Hukum di Sektor Perumahan/Properti
di Indonesia dan Upaya Penguatan Perlindungan
Konsumen di Sektor Perumahan/Properti
Eddy Marek Leks, S.H., LL.M., MCIArb
2. Topik Pembahasan
• Dasar-dasar hukum pertanahan di Indonesia
• Implementasi peraturan perundang-undangan
• Kementerian/lembaga yang berwenang
• Konsep otonomi daerah dalam penyelenggaraan
pertanahan dan properti
• Profesi yang berhubungan dengan pertanahan dan
properti
• Hal-hal yang harus diperhatikan Bank dalam menjalin
kerjasama dengan pengembang
3. • Hal-hal yang perlu diperhatikan jika pengembang
wanprestasi atau pailit
• International best practice
• Peran asosiasi pengembang
• Permasalahan hukum di sektor properti
• Putusan pengadilan terkait permasalahan hukum di
sektor properti
• Upaya perlindungan konsumen oleh pihak yang
berkepentingan
• Saran dan solusi
Cont’d
4. Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
Di Indonesia
A. Sistem kepemilikan tanah
1. Hak ulayat
2. Hak menguasai dari negara
a) Primer (diberikan oleh negara)
• Hak Milik (HM)
• Hak Guna Bangunan (HGB)
• Hak Guna Usaha (HGU)
• Hak Pakai (HP)
5. Cont’d
b) Sekunder (bersumber dari pihak lain)
• HGB/HP di atas HM
• HGB/HP di atas Hak Pengelolaan (HPL)
c) Hak lainnya
• Hak atas tanah wakaf
• Hak Milik atas Satuan Rumah Susun
• Hak Tanggungan
6. Cont’d
B. Sistem pendaftaran tanah
1. Pendaftaran Pertama Kali
Pendaftaran hak pertama kali pada daftar
umum di Kantor Pertanahan atau dikenal juga
dengan “Registration of Title” atau disebut juga
“Registration of Right”.
2. Pendaftaran Peralihan Hak
Pendaftaran peralihan hak atau pendaftaran
akta pada daftar umum di Kantor Pertanahan
dikenal dengan “Registration of Deed”.
7. Cont’d
C. Sistem publikasi pendaftaran tanah
1. Indikator negatif
2. Indikator positif
D. Pengertian Sertifikat tanah
E. Asas-asas pertanahan di Indonesia
• Asas Kebangsaan;
• Asas Tingkatan yang Tertinggi, Bumi, Air,
Ruang Angkasa dan Kekayaan Alam yang
Terkandung di dalamnya Dikuasai oleh
Negara;
8. Cont’d
• Asas Mengutamakan Kepentingan Nasional dan
Negara berdasarkan atas Persatuan bangsa daripada
Kepentingan Perseorangan dan Golongan;
• Asas Semua Hak Atas Tanah Mempunyai Fungsi
Sosial;
• Asas Hanya Warga Negara Indonesia yang Dapat
Mempunyai Hak Milik atas Tanah;
• Asas Persamaan bagi setiap Warga Negara
Indonesia;
9. Cont’d
• Asas Tata Guna Tanah/Penggunaan Tanah Secara
Berencana;
• Asas Kesatuan Hukum;
• Asas Jaminan Kepastian Hukum dan Perlindungan
Hukum; dan
• Asas Pemisahan Horisontal
10. Implementasi Peraturan Perundang-Undangan
masalah
belum ada pengawasan terhadap
pelaksanaan Kepmenpera No.11/1994
(Pedoman PPJB Rusun) dan Kepmenpera
No.9/1995 (Pedoman PPJB Rumah)
menggunakan PP Rusun yang lama terkait
rumah susun, padahal UU Rusun sudah
lama terbit yaitu sejak tahun 2011.
Lembaga pengawas pemasaran dan
penjualan, serta pembentukan P3SRS
SP3L konflik
dengan izin
lokasi
11. Kementerian/Lembaga Yang Berwenang
Kementerian
Pekerjaan Umum
dan Perumahan
Rakyat
Kementerian
Agraria & Tata
Ruang/Badan
Pertanahan
Nasional
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
pekerjaan umum dan
perumahan rakyat
melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang
agraia, pertanahan, dan tata
ruang
12. Konsep Otonomi Daerah Dalam
Penyelenggaraan Pertanahan Dan Properti
izin
IMB
sertifikat
laik fungsi
izin usaha jasa
konstruksi nasional
izin pembangunan
dan pengembangan
perumahan
sertifikat kepemilikan
bangunan gedung
izin pembangunan
dan pengembangan
kawasan permukiman
izin lokasi
izin penggunaan
pemanfaatan tanah
izin gangguan
13. Profesi Yang Berhubungan Dengan Pertanahan
Dan Properti
Profesi
Notaris
Advokat
Penilai Publik
PPAT
14. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Bank Dalam
Menjalin Kerjasama Dengan Pengembang
Dalam hal bank memberikan kredit properti (“KP”) dan
pembiayan properti (“PP”) untuk pemilikan properti
yang akan dibiayai belum tersedia secara utuh, bank
wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. kredit atau pembiayaan merupakan KP atau PP
sampai dengan urutan fasilitas kedua dengan
penentuan urutan fasilitas Kredit atau Pembiayaan
berdasarkan perhitungan seluruh KP dan PP yang
telah diterima atau nasabah di Bank yang sama
maupun Bank lainnya;
15. Cont’d
2. terdapat perjanjian kerjasama antara Bank dengan
pengembang yang paling kurang memuat
kesanggupan pengembang untuk menyelesaikan
Properti sesuai dengan yang diperjanjikan dengan
debitur atau nasabah; dan
3. terdapat jaminan yang diberikan oleh pengembang
kepada Bank baik yang berasal dari pengembang
sendiri atau pihak lain yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan kewajiban pengembang apabila
Properti tidak dapat diselesaikan dan/atau tidak
dapat diserahterimakan sesuai perjanjian.
16. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Jika
Pengembang Wanprestasi
A. Berdasarkan Keputusan Menteri Perumahan No.9
Tahun 1995 tentang Pedoman Pengikatan Jual Beli
Rumah (“Kepmenpera No.9/1995”)
1. Perjanjian menjadi batal, dan Penjual wajib
membayar uang yang telah diterima, ditambah
dengan denda, bunga, dan biaya-biaya lainnya
2. Apabila pembayaran atas tanah dan bangunan
rumah belum mencapai 10% (sepuluh persen)
maka keseluruhan pembayaran tersebut menjadi
hak pihak Penjual.
17. Cont’d
3. Dalam hal pembayaran harga tanah dan bangunan
rumah yang dilakukan pihak Pembeli melebihi 10%
(sepuluh persen) maka pihak Penjual berhak
memotong 10% (sepuluh persen) dari jumlah total
harga tanah dan bangunan rumah dan sisanya wajib
dikembalikan kepada pihak Pembeli
18. Cont’d
B. Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat
No.11/KPTS/1994 tentang Pedoman Perikatan Jual
Beli Satuan Rumah Susun (“Kepmenpera
No.11/1994”)
1. Jika pengembang belum dapat menyelesaikan
pada waktu yang telah ditentukan, pengembang
diberi kesempatan menyelesaikan pembangunan
tersebut dalam jangka waktu 120 (seratus dua
puluh) hari kalendar, dhitung sejak tanggal
rencana penyerahan rumah susun.
19. Cont’d
2. Jika setelah melewati 120 (seratus dua puluh)
hari kalendar masih belum terlaksana sama
sekali, maka perikatan jual beli batal demi
hukum dan kebatalan ini tidak perlu dibuktikan
atau dimintakan keputusan pengadilan atau
badan arbitrase, pengembang wajib
mengembalikan pembayaran uang yang telah
diterima dari pembeli ditambah dengan denda
dan bunga setiap bulannya sesuai dengan suku
bunga bank yang berlaku.
20. Cont’d
C. Ada kesenjangan antara proses konstruksi dan
sertifikasi, dimana ada risiko pengembang dipailitkan
selama proses tersebut.
Pasal 34 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang
Perjanjian yang bermaksud memindahtangankan hak
atas tanah, balik nama kapal, pembebanan HT,
hipotek, atau jaminan fidusia yang telah diperjanjikan
terlebih dahulu, tidak dapat dilaksanakan setelah
putusan pernyataan pailit diucapkan.
21. International Best Practice
A. Singapura
Izin yang dibutuhkan sebelum pengumuman pengerjaan
proyek, yaitu:
1. Izin Penjualan/Sale Licence
Pengawas (pihak yang ditunjuk oleh Menteri yang
membidangi Perumahan) hanya dapat memberikan
izin penjualan jika Perusahaan sudah memenuhi batas
modal yang disetor sejumlah yang sudah diatur dalam
kolom “modal disetor”, atau bersama Pengawas
membuat deposit atau jaminan sejumlah yang diatur
dalam kolom Deposit atau Jaminan, berikut ini:
22. Cont’d
Pengembangan
perumahan
Modal yang disetor Deposit atau Jaminan
1-50 unit terpisah
digunakan sebagai
tempat tinggal
SGD 1 juta SGD 1 juta sesuai ketentuan
yang diatur oleh Pengawas
51-200 unit terpisah
digunakan sebagai
tempat tinggal
SGD 2 juta SGD 2 juta sesuai ketentuan
yang diatur oleh pengawas
201-400 unit terpisah
digunakan sebagai
tempat tinggal
SGD 3 juta SGD 3 juta sesuai ketentuan
yang diatur oleh pengawas
Lebih dari 400 unit
sebagai tempat tinggal
SGD 4 juta SGD 4 juta sesuai ketentuan
yang diatur oleh pengawas
23. Cont’d
2. Izin Non Penjualan/No-sale Licence
• Pengembang diperbolehkan mengumumkan
konstruksi tapi tidak diperbolehkan
melakukan penjualan unit tanpa izin tertulis
dari Pengawas.
24. B. Malaysia
1. Izin pengembang
Pengembang wajib memiliki dengan ketentuan:
• modal disetor minimum RM 250.000 dan
bersama Pengawas membuat deposit sejumlah
3% dari biaya perkiraan pembangunan; atau
• bersama Pengawas membuat deposit sejumlah
3% dari biaya perkiraan pembangunan.
Cont’d
25. 2. Rekening Pengembangan Bangunan
• setiap Pengembang membuat dan mengelola
Rekening Pengembangan Bangunan untuk
setiap proyeknya.
• rekening tersebut diisi dengan hasil
penjualan perumahan dan jumlah uang yang
lain yang atur dalam peraturan ini.
• Pengembang dilarang mencairkan uang dari
rekening tersebut kecuali diizinkan oleh
Pengawas.
Cont’d
26. • jika pengembang tidak memenuhi atau
gagal memenuhi ketentuan pembuatan
Rekening Pengembangan Pembangunan
maka akan dianggap melanggar dan harus
membayar denda RM 250.000 -300.000 dan
hukuman penjara maksimum 3 tahun.
Cont’d
27. 3. Dalam Hal Perjanjian Jual Beli Batal
• ketika Pengawas memiliki alasan untuk
mempercayai bahwa Pengembang tidak
menjalankan usahanya sesuai dengan
kepentingan Konsumen, Rekening
Pengembangan Perumahan dapat dibekukan
sampai dengan adanya perintah Pengawas.
• berdasarkan arahan Menteri, Pengawas
dapat menyimpan deposit hingga
berakhirnya jangka waktu masa
pemeliharan (defect liability period).
Cont’d
28. • jika Pengembang menjalankan usahanya
tidak sesuai dengan kepentingan Konsumen,
tidak memiliki aset yang cukup untuk
menutupi kewajibannya, melanggar
peraturan, atau telah berhenti menjalankan
pengembangan perumahan, maka Pengawas
dapat mengambil deposit tadi.
Cont’d
29. Peran Asosiasi Pengembang
DPP Real Estat Indonesia (REI) selaku asosiasi
pengembang berencana akan melakukan sertifikasi
pengembang anggota REI. REI akan bekerja sama
dengan pemerintah (Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat) untuk membuat badan sertifikasi
perumahan.
Contoh: Dewan Pimpinan Daerah REI Sumatera Selatan
menerapkan sistem sertifikasi bagi pengembang.
Materi yang diberikan seperti perancangan
proyek, perpajakan maupun sistem bisnis
marketing untuk properti
30. Permasalahan Hukum Di Sektor Properti
Permasalahan yang sering terjadi terkait
agraria/pertanahan dan perumahan/properti, yaitu:
1. Masalah perizinan dan sertifikasi
2. Sengketa lahan
3. Serah terima terlambat
4. Permasalahan PPPSRS
5. Ketidaksesuaian antara kenyataan dan janji pada
saat penjualan
6. Kepailitan pengembang
31. Putusan Pengadilan Terkait Permasalahan
Hukum Di Sektor Properti
A. Masalah Perizinan dan Sertifikasi
Perkara No: 089/Pdt.G/2013/PN.Jkt.Bar
a) Latar Belakang
• PT Mitra Prima Sejahtera selaku Tergugat tidak
mengurus IMB dan sertifikat-sertifikat lain terkait
kepemilikan atas unit-unit rumah susun, Padahal
unit-unit apartemen sudah dibeli dengan lunas oleh
para Penggugat.
• Ternyata HGB tanah apartemen tersebut telah
dijaminkan ke Bank Muamalat dan ternyata tanah
tersebut belum dibayar lunas kepada pemilik tanah
sebelumnya.
32. Cont’d
b) Pertimbangan Hakim
• Majelis hakim menimbang bahwa Tergugat
terbukti telah lalai atau mengabaikan serta
lari dari tanggung jawabnya terhadap
Pemilik/Penghuni Rumah susun yang telah
melakukan kewajibannya dengan baik dan
membuat Penggugat harus melunasi tanah
tersebut dari pemilik sebelumnya dan
hutang dari Tergugat.
• Tergugat sudah sepantasnya mengganti rugi
semua biaya tersebut kepada Penggugat
33. Cont’d
B. Sengketa Lahan
1. Yurisprudensi MA No: 3176 K/PDT/1988
tertanggal 19 April 1990
“Apabila terdapat sebidang tanah yang ada sertifikatnya
maka tidak dapat dilakukan jual beli begitu saja
berdasarkan surat girik, melainkan harus didasarkan
atas sertifikat tanah bersangkutan. Sertifikat tanah ini
menurut hukum merupakan bukti otentik dan mutlak
tentang pemilikannya. Surat girik hanya adalah sebagai
tanda untuk membayar pajak letter C.”
34. Cont’d
2. Yurisprudensi MA No. 34 K/Sip/1960
tertanggal 10 Februari 1960
“Petuk pajak bumi tidak merupakan suatu bukti mutlak
sebagai pemilik bagi orang yang namanya tercantum
dalam petuk itu; ia hanya merupakan suatu tanda
tentang siapakah yang harus membayar pajak.”
35. Cont’d
C. Pembeli Beritikad Baik
1. Yurisprudensi MA No.1230 K/SIP/1980
tertanggal 29 Maret 1982
“Pembeli yang beritikad baik harus mendapatkan
perlindungan hukum”
36. Cont’d
2. Yurisprudensi MA No.3201 K/PDT/1991
tertanggal 30 Januari 1996
“Pembeli yang beritikad baik harus dilindungi. Jual
beli yang dilakukan hanya pura-pura (proforma) saja
hanya megikat terhadap yang membuat perjanjian, dan
tidak mengikat sama sekali kepada pihak ketiga yang
membeli dengan itikad baik.”
37. Cont’d
D. Permasalahan PPPSRS
1. Perkara No:597/Pdt.G/2013/PN.Mdn
a) Latar Belakang
• PT Global Medan Townsquare
(pengembang) selaku Tergugat, digugat
oleh Penghuni karena telah intervensi
dan ikut campur dalam pembentukan
AD/ART PPPSRS Apartemen
Cambridge Medan.
• Tergugat membuat draft AD/ART tanpa
persetujuan Penggugat sebagai
penghuni.
38. Cont’d
b) Pertimbangan Hakim:
• Tergugat bukanlah pihak yang
berwenang untuk mengadakan Rapat
Pembentukan Perhimpuan Pemilik dan
Penghuni Satuan Rumah Susun
Cambridge Medan tetapi seharusnya
hanya memfasilitasi Rapat Pembentukan
PPPSRS tersebut
39. Cont’d
2. Perkara No: 219/G/2015/PTUN.JKT
a) Latar Belakang:
• Terjadi Perebutan kepengurusan
Perhimpunan Penghuni Rumah Susun
Apartemen Slipi (“PPRS”) antara PPRS
pimpinan Harjadi Jahja selaku Penggugat
dengan pihak lain yaitu PPRS pimpinan
Indah Ayu selaku Tergugat II Intervensi.
Masing-masing pihak mengklaim sebagai
Pengurus PPRS Apartemen Slipi yang sah.
40. Cont’d
• Untuk menyelesaikan perselisihan,
Dinas Perumahan dan Gedung
Pemerintah Provinsi DKI selaku
Tergugat mengeluarkan keputusan
bahwa pengurus PPRS yang sah adalah
PPRS pimpinan Tergugat II Intervensi.
41. Cont’d
b) Pertimbangan Hakim:
• PTUN tidak berwenang untuk memeriksa
perkara tersebut karena hal ini berkaitan
dengan kepengurusan PPRS Apartemen
Slipi.
• Karena telah adanya putusan yang telah
mempertimbangkan kepengurusan PPRS
bahwa kepengurusan PPRS pimpinan
Tergugat II Intervensi merupakan
pengurusan PPRS yang sah, maka
Penggugat tidak memiliki kepentingan
menggugat/legal standing.
42. Cont’d
E. Ketidaksesuaian Antara Kenyataan Dan Janji
Pada Saat Penjualan
Perkara No: 253/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Ut
a) Latar Belakang:
• Lusi Dharmawati selaku Penggugat membeli
unit apartemen dari PT Trika Bumi Pertiwi
selaku Tergugat karena tertarik dengan
fasilitas yang ditawarkan didalam brosur.
43. Cont’d
• Fasilitas yang diterima tidak sesuai dengan
apa yang dijanjikan didalam brosur
(termasuk air PAM sesuai standar
kesehatan, kolam renang dan fasilitas
penunjang lainnya)
44. Cont’d
b) Pertimbangan Hakim:
• Hakim mempertimbangkan bahwa
Terggugat sudah menyiapkan lahan untuk
dibangun kolam renang hanya saja belum
dilakukan pembangunan, Air PAM sudah
sesuai standar dan fasilitas penunjang
lainnya telah tersedia.
• Permohonan wanprestasi Penggugat tidak
dapat diterima.
45. Cont’d
F. PPJB Batal Demi Hukum
1. Yurisprudensi MA No. 692 K/PDT/2012
• Berdasarkan Putusan PN Jakarta Selatan
yang telah BHT terhadap jual beli tanah
obyek sengketa antara Yuswar Yusuf dengan
Susana S sesuai dengan AJB tanggal 1
Agustus 2006 adalah batal demi hukum.
46. Cont’d
• Oleh karena jual beli tanah obyek sengketa
dinyatakan batal demi hukum maka
pembebanan hak tanggungan atas tanah
obyek sengketa SHM oleh Susana Sutadi
kepada Bank UOB adalah tidak sah
sehingga tidak dapat dilaksanakan lelang
eksekusi.
47. Cont’d
2. Yurisprudensi MA No.1540 K/Pdt/2014
tertanggal 27 November 2014
“Bahwa Mr. Bruno Piazza adalah warga negara Itali
sehingga Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas tanah
yang dibuatnya dengan Penggugat adalah
bertentangan dengan ketentuan Pasal 21 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, karena itu
telah tepat perjanjian tersebut dinyatakan batal demi
hukum”
48. Upaya Perlindungan Konsumen Oleh Pihak
Yang Berkepentingan
1. Berdasarkan UU Rusun dan UU Perumahan dan
Kawasan Permukiman, terdapat beberapa persyaratan
yang wajib dipenuhi oleh pengembang agar rumah
susun yang dapat dipasarkan atau diperjualbelikan,
seperti keterbangunan bangunan paling sedikit 20%
(dua puluh persen).
2. Namun, pada pelaksanaannya, belum diawasi dengan
baik. Berdasarkan peraturan, disebutkan bahwa
pemerintah daerah berwenang untuk melaksanakan
fungsi pengawasan dan pengendalian.
49. Cont’d
3. Apabila hal ini dibiarkan, maka kemungkinan
untuk munculnya sengketa antara konsumen dan
pengembang akan terbuka lebar karena peraturan
perundang-undangan tidak ditaati secara baik dan
benar.
50. Saran dan Solusi
1. Salah satu solusi, sertifikat tanah disimpan
ke escrow account. Selanjutnya ada kuasa
dari pengembang kepada agen penampungan
untuk menjual sertifikat kepada para pembeli
atau menjual untuk pembayaran kerugian
para pembeli jika pengembang wanprestasi
atau meninggalkan proyek tanpa
pemberitahuan.
51. Cont’d
2. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya kepailitan atau penundaan kewajiban
pembayaran utang (“PKPU”) pada perusahaan
pengembang, antara lain:
• Menetapkan syarat-syarat yang lebih berat
terhadap pembiayaan properti bagi pihak
ketiga;
• Menetapkan periode pembiayaan;
• Mewajibkan lembaga keuangan untuk
melakukan roya parsial terhadap unit-unit yang
telah dilunasi oleh para pembeli;
52. Cont’d
• Mewajibkan pengembang untuk segera
mengurus sertifikasi unit-unit yang
diperjualbelikan dalam waktu tertentu setelah
konstruksi;
• Mewajibkan pihak-pihak terkait, yaitu
pemerintah daerah dan kantor pertanahan untuk
membantu pengembang menuntaskan
sertifikasi dalam jangka waktu tertentu,
termasuk dalam pengurusan sertifikat laik
fungsi.
53. Cont’d
3. Perlu adanya komitmen tegas dari pemerintah
terhadap pelaksaan Kepmenpera No.11/1994 dan
Kepenpera No.9/1995.
4. Pemerintah sebaiknya segera menerbitkan
peraturan pemerintah yang baru terkait rumah
susun.