Mayat laki-laki ditemukan di sungai dengan keadaan tertelungkup dan bagian bawah celana digulung. Proses pembusukan menunjukkan kematian sekitar 24 jam sebelumnya. Leher korban terikat dengan lengan bajunya sendiri ke pohon rendah, menunjukkan kemungkinan pembunuhan.
2. Identifikasi personal
Penentuan atau pemastian identitas orang
yang hidup maupun mati, berdasarkan ciri
khas yang terdapat pada orang tersebut.
IDENTIFIKASI FORENSIK
A. Identifikasi Primer Pemeriksaan DNA
Pemeriksaan sidik
jari
Pemeriksaan gigi
3. B. Identifikasi Sekunder tidak bisa
berdiri sendiri, bisa dengan cara
sederhana atau secara ilmiah.
Identifikasi ini dilakukan sampai
hasilnya positif n mengetahui identitas
korban tersebut.
4. 1) Pemeriksaan Gigi
2) Identifikasi medik lihat keseluruhan
tubuh korban
3) Pengamatan pakaian dan perhiasan
4) Pemeriksaan dokumen KTP, SIM, kartu
golongan darah, paspor dan lain-lain
5) Metode visual memperhatikan wajah
6) Pemeriksaan sidik jari paling akurat
Pada korban (Mr. X)tidak diketahui
identitasnya.
5. FORENSIK MOLEKULER
DNA Fingerprint
dilakukan untuk melengkapi dan
menyempurnakan berbagai
pemeriksaan identifikasi personal
korban.
MIS kasus mayat tak dikenal, kasus
pembunuhan, perkosaan serta berbagai
kasus ragu ayah (paternitas).
6. teknik PCR
Ditemukan gambaran pola potongan
DNA dari individu
Dapat diperoleh dari isolasi satu tetes
darah kering, dari sel-sel yang melekat
pada pangkal rambut atau dari sampel
jaringan apa saja yang ditemukan di
TKP
epitel bibir, sperma dan rambut, darah,
daging, tulang dan kuku
7. Pemeriksaan Pada Mayat
Autopsi PL (Pemeriksaan luar), PD
(pemeriksaan dalam)
PL :
terlihat
tercium
teraba
terhadap benda yang menyertai mayat,
pakaian, perhiasan, sepatu dan lain-lain,
juga terhadap tubuh mayat itu sendiri.
8. Label mayat, Tutup mayat, Bungkus
mayat, Pakaian, Perhiasan, Tanda
kematian
Semua yang didapatkan pada mayat
harus dicatat dengan teliti
PD:
Meliputi semua organ dalam tubuh
korban, termasuk otot dan jaringan
lemaknya
9. Thanatologi
memastian kematian klinis , perkiraan
sebab kematian , dan perkiraan saat
kematian yang panting untuk membantu
penyidikan.
Tanda tidak pasti kematian, dan tanda
pasti kematian.
10. Tanda kematian tidak pasti
Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih
dari 10 menit dengan cara inspeksi,
palpasi, dan auskultasi
Terhentinya sirkulasi, dilnilai selama 15
menit, nadi karotis tidak teraba
Kulit pucat, tetapi bukan merupakan
tanda yang dapat dipercaya karena
mungkin terjadi sapsme agonal
sehingga wajah tampak kebiruan.
11. Tonus otot menghilang dan relaksasi
mengakibatkan pendataran daerah-daerah
yang tertekan, misalnya daerah belikat dan
bokong pada mayat yang terlentang.
Pembuluh darah retina mengalami segmentasi
beberapa menit setelah kematian
Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan
dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan meneteskan air.
12. Tanda kematian pasti
A. Lebam mayat (livor mortis)
memperkirakan sebab kematian, perubahan
posisi mayat setelah terjadi lebam mayat yang
menetap dan memperkirakan saat kematian.
B. Kaku mayat (rigor mortis) Kaku mayat
timbul 1-3 jam postmortem, dipertahankan 6-
12 jam
C. Penurunan suhu tubuh
D. Pembusukan mulai 24 jam postmortem
E. Mumifikasi 12-14 minggu
F. Adiposera
13. Cara, sebab, mekanisme
mati
Cara kematian wajar dan tidak wajar
Sebab kematian ditusuk atau dijerat
Mekanisme kematian perdarahan
masif atau asfiksia
14. Kimia asam atau basa kuat.
Mekanik
Kekerasan oleh benda
tajam
Kekerasan oleh benda
tumpul
Tembakan senjata api
Fisika
Suhu
Listrik dan petir
Perubahan tekanan
udara
Akustik
Radiasi
Traumatologi
15. Perbedaan pada trauma tajam dan
tumpul
Pembeda Tajam Tumpul
bentuk luka Teratur tidak
Tepi luka Rata tidak rata
jembatan jaringan tidak ada ada/tidak
folikel rambut terpotong ya/tidak Tidak
dasar luka garis/titik tidak teratur
sekitar luka bersih bisa lecet/memar
16. Ciri-ciri luka akibat kekerasan tajam pada
kasus pembunuhan,bunuh diri dan
kecelakaan
Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan
Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar
Jumlah luka Banyak Banyak > 1
Pakaian Terkena Tidak Terkena
Luka tangkisan (+) (-) (-)
Luka percobaan (-) (+) (-)
Cedera
Sekunder
Mungkin ada (-) Mungkin ada
17. Aspek hukum dan prosedur
medikolegal
Dasar Pengadaan Visum et Repertum1,2,6
Pasal 133 KUHAP
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli
lainnya.
Permintaan keterangan ahli sebagai mana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam
surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat.
18. Mayat yang dikirim kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter pada
rumah sakit harus diperlakukan secara
baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label
yang memuat identitas mayat, dilak
dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian
lain badan mayat.
19. Sanksi Hukum bila Menolak
Pasal 216 KUHP
Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti
perintah atau permintaan yang dilakukan menurut
undang-undang oleh pejabat yang tugasnya
mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan
tugasnya, demikian pula yag diberi kuasa untuk
mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian
pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan
guna menjalankan ketentuan, diancam dengan
pidana penjara selama empat bulan dua minggu
atau denda paling banyak Sembilan Ribu Rupiah.
20. Pemeriksaan Mayat untuk
Peradilan
Pasal 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja
mencegah, menghalang-halangi atau
menggagalkan pemeriksaan mayat
untuk pengadilan, diancam dengan
pidana penjara palling lama Sembilan
bulan atau pidana denda paling banyak
Empat Ribu Lima Ratus Rupiah.
21. Permintaan Sebagai Saksi
Ahli
Pasal 179 (1) KUHAP
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai
ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi
keadilan.
Pasal 224 KUHP
Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau
juru bahasa menurut undang-undang dengan
sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan
undang-undang yang harus dipenuhinya,
diancam dalam perkara pidana dengan penjara
paling lama Sembilan Bulan.
22. Pasal 180 KUHAP
Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan
duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta
keterangan saksi ahli dan dapat pula minta
agar diajukan bahan baru oleh yang
berkepentingan.
Pasal 53 UU Kesehatan
Tenaga kesehatan untuk kepentingan
pembuktian dapat melakukan tindakan medis
terhadap seseorang dengan memperhatikan
kesehatan dan keselamatan yang
bersangkutan.
23. Keterangan Ahli
Pasal 1 Butir 28 KUHAP
Keterangan ahli adalah keterangan yang
diberikan seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk
membuat terang suatu perkara pidana
guna kepentingan pemeriksaan.
(pengertian keterangan ahli saecara
umum)
Agar dapat diajukan ke sidang pengadilan
sebagai upaya pembuktian, keterangan
ahli harus “dikemas” dalam betuk alat bukti
sah.
24. Alat Bukti Sah
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana
kepada seseorang kecuali apabila
dengan sekurang-kurangnya dua alat
bukti sah ia memperoleh keyakinan
bahwa suatu tindakan pidana benar-
benar terjadi dan bahwa terdakwalah
yang bersalah melakukannya.
25. Kejahatan terhadap tubuh
dan jiwa manusia
Pasal 89 KUHP
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan
dengan menggunakan kekerasan.
Pasal 90 KUHP
Luka berat berarti:
Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan
akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya
maut;
Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas
jabatan atau pekerjaan pencarian;
Kehilangan salah satu pancaindra;
Mendapat cacat berat;
Menderita sakit lumpuh;
Terganggunya daya piker selama empat minggu lebih;
Gugur atau matinya andungan seorang perempuan1.
26. Undang-udang yang berkaitan
dengan tindak kekerasan atau
penganiayaan sehingga
menyebabkan kematian :
Pasal 338 KUHP
Barang siapa dengan sengaja merampas
nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara
paling lama 15 tahun
27. Pasal 339 KUHP
Pembunuhan yang diikuti,disertai atau didahului
oleh sesuatu perbuatan pidana,yang dilakukan
dengan maksud untuk mempersiapkan atau
mempermudahkan pelaksanaannya,atau untuk
melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya
dari pidana dalam hal tertangkap tangan
ataupun untuk memastikan penguasaan
barangyang diperolehnya secara melawan
hukum diancam dengan pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu paling lama
20 tahun.
28. Pasal 340 KUHP
Barang siapa dengan sengaja dan
dengan rencana terlebih dahulu
merampas nyawa orang lain,
diancam,karena pembunuhan dengan
rencana(moord), dengan pidana mati
atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu paling lama 25
tahun.
29. Interpretasi peristiwa dan hasil
berdasarkan kasus
• Mayat laki-laki yang dijumpai telah mulai
membusuk dan mati dalam keadaan
tertelungkup di sungai penuh batu-batuan dan
bagian bawah celana panjang yang digulung
hingga setengah tungkai bawah.
Pembusukan mulai tampak 24 jam pasca
kematian berupa warna kehijauan pada
perut kanan bawah disebabkan
terbentuknya sulf-met-Hb. Secara bertahap
warna kehijauan ini akan menyebar ke
seluruh tubuh dan bau busuk akan tercium.
30. Turut diperhatikan keadaan sekitar TKP
yang mungkin mempengaruhi proses
pembusukan menjadi lebih cepat.
Larva lalat akan dijumpai setelah
pembentukan gas pembusukan nyata yaitu
36-48 jam pasca mati.
Dengan mengidentifikasi spesies lalat dan
panjang larvanya maka dapat diketahui
usia larva tersebut yang dapat
dipergunakan untuk memperkirakan saat
kematian korban.
31. Korban mati dalam keadaan tertelungkup
maka harus dipastikan apakah kepalanya
terbenam di dalam air atau tidak walaupun
pada saat dijumpai sungai dalam keadaan
kering.
Bawah celana yang digulung harus
dicurigai bahwa sebelumnya sungai ini
tidak kering dan si korban berencana untuk
menyeberangi sungai atau mungkin juga
digulung oleh pembunuh untuk
mengelirukan penyidik.
32. • Lehernya terikat dengan lengan baju
miliknya sendiri dan ujung lengan baju yang
lain terikat ke pohon perdu setinggi 60cm.
Posisi tubuh saat ditemui relative mendatar.
Korban ditemui memakai kaos oblong saja,
dan dengan kaos luar yang dipakai
digunakan untuk mengikat lehernya.
Dengan ketinggian pohon yang rendah
dan posisi tubuh yang mendatar, dapat
disangkal bahwa korban mati karena
bunuh diri.
33. Pemeriksaan dalam harus mendapatkan hasil
kematian bukanlah disebabkan asfiksia
mekanik untuk menyangkal dugaan bunuh diri.
• Ada satu luka terbuka ditemui di daerah ketiak
kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak
yang putus dan beberapa luka terbuka di daerah
tungkai bawah kanan dan kiri sesuai kekerasan
akibat benda tajam.
Luka terbuka di daerah ketiak kiri menunjukkan
pembuluh darah yang putus,maka kemungkinan
pembuluh darah yang putus adalah pembuluh
darah besar yang menyebabkan korban
meninggal karena perdarahan yang massif.
34. Luka terbuka di daerah tungkai bawah kiri dan
kanan menunjukkan kemungkinan korban
coba untuk melepaskan diri dan menggunakan
kaki untuk menyerang pembunuhnya
memandangkan tangan dan leher terikat atau
mungkin juga luka karena terkena batu-batuan
di sungai.
Pada pemeriksaan dilihat bagaimana dengan
tepi luka,dinding luka,kedalaman dan sudut
luka. Dipastikan apakah luka pada tungkai
adalah luka tangkis akibat perkelahian atau
tidak,dan apakah luka di daerah ketiak bersifat
fatal dan tunggal.
35. KESIMPULAN
Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dari
pemeriksaan atas jenazah tersebut, maka
saya simpulkan bahwa telah diperiksa jenazah
seorang, laki-laki, Dari hasil pemeriksaan
didapatkan bekas luka akibat kekerasan
benda tajam. Berupa sebuah luka terbuka di
bawah ketiak kiri serta memperlihatakan
pembuluh darah yang robek. Terdapat tanda-
tanda perdarahan yang masif. Sebab
kematian adalah luka terbuka akibat
kekerasan benda tajam yang menyebabkan
perdarahan masif.