4. Krisis Yang Memicu Kewirausahaan
• Dunia sedang mengalami krisis yang bertubi-tubi, sehingga
mendorong masyarakat untuk melakukan berbagai perubahan-
perubahan
• PHK, ekonomi biaya tinggi, spekulasi, dan idle economy terjadi
dimana-mana. Harga semakin mahal, bukannya terjangkau
• Anak muda dengan semangat baru merevolusi, mencari cara untuk
mendisrupsi segala jenis produk dan jasa, membuatnya menjadi
lebih murah
• Hal ini sesuai dengan apa yang disarankan oleh Christensen,
memunculkan usaha-usaha baru
lia s. Associates
6. Disruptive Demand Curve
Harga
Kuantitas
Incumbent
Newcomer
• Incumbent akan terfokus
pada segmen atas karena
keuntungan yang tinggi.
SDM menjadi pasif karena
merasa brand sudah kuat
• Sementara itu, para
pendatang baru
“menyerang” di segmen
bawah dan menciptakan
pasar baru
• Terjadilah 3S. Produsen
lama terkejut (Surprised),
perpindahan pasar tiba-
tiba (Sudden shift),
kerusakan terjadi dengan
cepat (speed)
lia s. Associates
7. Peran Orkestrator
Saat ini, pesaing terbesar dari jaringan hotel internasional seperti
grup Intercontinental, Hilton, atau Marriott bukanlah perusahaan
perhotelan. Namun Airbnb–yang ternyata tidak punya properti
sama sekali
Airbnb, hanya mempertemukan orang yang membutuhkan
penginapan dengan pemilik kamar yang tidak sedang digunakan.
Saat buku ini ditulis, jumlah kamar yang terdaftar mencapai lebih
dari dua juta unit. Bandingkan dengan perusahaan perhotelan yang
tidak lebih dari 700.000 unit
Dalam hal ini Airbnb bertindak sebagai orkestrator dalam ekonomi
berbagi, bukan sebagai pemilik semua mata rantai
lia s. Associates
8. Sustaining Innovation vs. Disruptive Innovation
“Innovation is taking two things that already exist and
putting them together in a new way”
—Tom Freston
lia s. Associates
9. Sustaining Innovation vs. Disruptive Innovation
• Existing market
• Konsumen yang setia dan
percaya pada pencitraan merek
• Pasar mudah diprediksi
• Permasalahan dapat dipahami
dengan baik
• Metode bisnis dan pemasaran
telah dirasa cukup
• New market
• Konsumen tidak atau belum
diketahui perilakunya, namun
kebutuhan belum terpenuhi
• Pasar tidak mudah diprediksi
• Permasalahan tidak atau belum
dipahami dengan baik
• Metode bisnis dan pemasaran
tradisional dinilai telah gagal.
Kalau perubahan dipercepat,
diyakini incumbent tidak dapat
mengejar
lia s. Associates
10. Disruption....
• Adalah suatu proses. Tidak terjadi seketika. Dimulai dari ide dan
riset, lalu proses pengembangan. Ketika berhasil, pendatang akan
mengembangkan usahanya pada titik pasar terendah yang
diabaikan incumbent, lalu perlahan menggerus ke segmen atas
Memasuki pasar dengan business model baru, berbeda dengan
yang dilakukan oleh pemain lama. Inovasi business model menjadi
penting
• Tidak semua pelaku disruption sukses
• Incumbent tak harus menjadi disruptor. Strategi yang bisa dilakukan
meneruskan sustainable innovation dan membentuk unit lain yang
melayani disruptor
• Teknologi bukan disruptor, melainkan enabler
• Disruption menyebabkan deflasi, harga turun, karena memulai low
cost strategy
lia s. Associates
11. Framework 6 Ds
Digitize Deceptive Disruptive Demonetize Dematerialize Democratize
• Peter H. Diamandize (2015) menyimpulkan bahwa kita terjebak
dalam pola pikir linear. Pola tersebut kemudian dihubungkan dalam
sebuah framework yang diberi nama 6 Ds
lia s. Associates
12. Framework 6 Ds
Digitize
Deceptive
• Terdapat suatu gairah mendigitalisasi segala hal. Yang
berakibat manusia lain ingin ikut melakukan pertukaran
dan saling berbagi ide. Berlangsung dua arah sehingga
inovasi bergerak cepat
• Pola sosial yang berubah di berbagai tempat atau
perusahaan hanya terjadi di perusahaan itu saja atau
bisa dilokalisasi, dianggap lambat menyebar. Akibatnya
terlena, menyelesaikan masalah hari ini—atau lebih
buruk, menyelesaikan masalah hari esok—dengan cara-
cara yang berhasil di masa lalu
lia s. Associates
13. Framework 6 Ds
Disruptive
Demone-
tize
• Karena terus disangkal, perubahan itu akhirnya terjadi
dan semuanya sudah terlambat. No rewind!
• Teknologi telah ter-inovasi. Menciptakan pasar baru
menggantikan yang lama
• Proses pencampakan karya atau peranan uang
• Masyarakan memperoleh hasil inovasi secara gratis,
tapi sekaligus menunjukkan melalui model bisnis
mereka bahwa yang menggratiskan itu ternyata menjadi
perusahaan yang paling menguntungkan
lia s. Associates
14. Framework 6 Ds
Demate-
rialize
Demone-
tize
• Pemusnahan barang atau jasa, dari yang lama ke baru
• Rol film ke kamera digital yang tak memerlukan rol dsb
• Kamera digital juga mulai musnah diambil oleh ponsel
yang menggabungkan fungsi kamera di dalamnya
• Keadaan saat semua hal menjadi mudah dan murah.
Semua harga turun dan membuat banyak hal semakin
tersedia dan terjangkau untuk pemenuhan kebutuhan
semua orang
lia s. Associates
15. Bab 7
Koreksi & Respons Terhadap
Teori Christensen
lia s. Associates
17. 1997 2016
19 YEARS
Teori Christensen
Teori ini berevolusi dan menemukan kepribadiannya yang kukuh karena dibentuk
oleh macam-macam teknologi aplikasi. Kritik selalu ditujukan ke teori yang masih
berbentuk “janin” pada tahap awal.
lia s. Associates
18. Kritik King & Baatartogtokh
• Kritik ditujukan kepada 4 elemen kunci teori Christensen:
lia s. Associates
19. Let’s Analyze!
1. Perusahaan Incumbent yang ter-disrupsi bahkan tidak melakukan
Sustaining Innovation
2. Konsumen beralih karena ada cara-cara baru yang lebih murah
3. Incumbent terkunci, terkurung untuk memakai kapabilitas yang dimiliki
4. Incumbent runtuh bukan karena teknologi
lia s. Associates
20. Let’s Analyze!
3 Hal lain yang menyebabkan DISRUPTION
1. Legacy Cost
Beban atau biaya yang muncul akibat ketentuan hukum yang berlaku
2. Perubahan Skala Ekonomi
Inovasi lain yang menggeser skala ekonomis
3. Hukum Probabilitas
Probabilitas pendatang baru bisa bertahan sangat kecil
lia s. Associates
21. Christensen’s Answer
• Sustaining Innovation
• Memelihara “a steady rate”
dengan menjalankan product
improvement.
• Disruptive Innovation
• Mengorbakan performa dalam
dimensi yang dianggap penting
oleh pelanggan yang sudah ada.
• Menawarkan paket yang
berbeda, yang tak diminati oleh
pelanggan lama (Existing
Market), sehingga justru muncul
pasar baru (New Market) yang
benar-benar berbeda.
lia s. Associates
22. TEORI RPV
Resources, Process, Values
(Sumber Daya, Proses, Tata Nilai)
Sangat Menentukan Kemampuan Merespons Serangan Disruption
Apakah sudah mengalokasikan sumber daya yang tepat?
Aapakah sudah menetapkan proses yang benar?
Apakah sudah memiliki tata nilai yang tepat?
Seperti apa struktur dan tim terbaik yang diperkukan?
lia s. Associates
25. WHY?
1. Pengambilan keputusan yang sangat lambat
2. Sudah nyaman dengan model bisnis yang ada
3. Khawatir bisnisnya terkanibalisasi inovasi yang dibuat sendiri
4. Margin yang rendah saat transisi
5. Sumber daya tidak selaras. Kaku dengan tatanan organisasi
lia s. Associates
26. RESPONS TERHADAP
DIGITAL DISRUPTION
PROS CONS
Mengakuisisi
Disruptor/Pesaing
• Memungkinkan control
terhadap sebaran bisnis
yang mengalami
disruption.
• Memberi incumbent start
yang lebih baik daripada
competitor.
• Tidak menutup
kemungkinan start-up
lain mempunyai services
yang sama dengan yang
diakuisisi.
• Membutuhkan investasi
besar yang sulit diajukan
ke investor
lia s. Associates
27. RESPONS TERHADAP
DIGITAL DISRUPTION
PROS CONS
Mendatangkan
Digital Talent
• Membawa pemikiran
yang baru dalam
perusahaan.
• Pendekatan yang
matang untuk
mempersiapkan
incumbent menghadapi
disruption.
• Sulit mendapatkan
kemampuan digital
spesialis tertentu.
• Memerlukan strategi
yang matang untuk
menarik dan
mempertahankan SDM
digital.
lia s. Associates
28. RESPONS TERHADAP
DIGITAL DISRUPTION
PROS CONS
Meniru yang Sudah Ada.
• Memastikan incumbent
memiiliki tawaran yang
sama dengan disruptor.
• Membantu mengurangi
penggerusan pelanggan
dalam waktu singkat.
• Risiko dibandingkan dan
tidak dapat memenuhi
ekspektasi pelanggan.
• Tantangan dalam
mereplikasi yang sudah
berhasil dan matang.
lia s. Associates
29. RESPONS TERHADAP
DIGITAL DISRUPTION
PROS CONS
Pendekatang Yudisial
(Menempuh Jalur Hukum)
• Memberi kesempatan
pada Incumbent untuk
menyampaikan respons
lebih jelas.
• Dipandang seolah
melawan konsumen yang
sudah ada.
lia s. Associates