SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  31
Télécharger pour lire hors ligne
2009


Edisi : 05 /Mei 2009




Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerbitan Yogya
3/2/2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA
                                                                                    Pengantar


                                  PEREMPUAN PRT
                         DAN KEBIJAKAN NEGARA


           enjelang pergantian pemimpin dan       di luar negeri mampu menyumbang devisa bagi

M          kabinet negeri ini, apa yang
           diharapkan mengalami perubahan
lebih baik di tengah pertarungan politik
                                                  Indonesia.

                                                  Di lain hal, diakui memang PRT sangat
memperebutkan kursi kepresidenan? Isu yang        dibutuhkan oleh para keluarga. Lihatlah jika
berkaitan     dengan    perempuan    seperti,     menjelang Hari Raya Idul Fitri, banyak orang
kesehatan reproduksi, masalah kematian ibu        kesulitan melakukan pekerjaan rumahtangga
melahirkan, kekerasan dalam rumahtangga dan       tanpa bantuan PRT.
masih banyak lagi yang perlu mendapat
perhatian.                                        Namun, yang perlu menjadi perhatian,
                                                  seberapa besar perlindungan mereka? Siapa
Apakah agak berlebihan jika harapan untuk isu     yang peduli ketika terjadi sejumlah kekerasan,
perempuan mendapat perhatian selain               penindasan yang menimpa mereka. Mengingat
pertumbuhan ekonomi diharapkan lebih baik.        hal tersebut, berkaitan dengan hari buruh
Memang “ikutan” dari perekonomian baik juga       sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Mei lalu,
terbawa dengan lebih baik nasib perempuan.        beberpa aktivis menggunakan momentum
Sehingga jika perekonomian lebih baik             tersebut untuk terus memperjuangkan nasib
diharapkan perempuan juga dapat menikmati         mereka.
hasil dari kelebihbaikan tadi. Apakah demikian?
                                                  Hal ini dilakukan mengingat perlindungan
Berkaitan dengan aspek perekonomian tadi,         negara terhadap PRT ini masih rendah. Apalagi
bagaimana halnya dengan pekerja rumahtangga       Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
(PRT) yang mayoritas perempuan. Sekilas, orang    ketenagakerjaan juga mengecualikan pekerja
tidak terlalu peduli jika bicara PRT dan nilai    rumahtangga dalam perlindungan hukum
ekonomi. Tapi, jika dirunut lebih jauh, peran     karena mereka belum dikategorikan sebagai
PRT sangat besar terhadap keberlangsungan         pekerja.
suatu keluarga bahkan suatu negara. Tidak
dapat dipungkiri, keberadaan PRT yang bekerja


Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA

Padahal di Indonesia PRT yang ada jumlahnya sekitar 2,5-3 juta orang. Mereka rentan mengalami kerja
paksa karena situasi kerja terisolasi di rumah. Mengapa kerja paksa? Koordinator Nasional Proyek
Pekerja Migran Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) Albert Y Bonasahat menunjukkan laporan
tentang kerja paksa ini. (Koran Tempo, 20/05/09). ILO mendefinisikan kerja paksa sebagai segala
pekerjaan atau jasa yang diperas dari seseorang dengan ancaman akan suatu hukuman tertentu dan
orang tersebut tidak menawarkan dirinya untuk melakukan secara sukarela.

Dari studi yang dilakukan LSM Rumpun Gema Perempuan terhadap PRT atau pramuwisma, terdapat
indikasi situasi kerja paksa atas 81% responden. Dalam arti, mereka harus bekerja 11 jam atau lebih
dalam satu hari. Penelitian yang dilakukan tahun lalu ini juga ditemukan 93% dari responden diindikasi
mengalami kekerasan psikis, 42% mengalami kekerasan dan pelecehan seksual dan 68% mengalami
pelecehan mental. (Media Indonesia, 25/5/09)

Masih banyak lagi fakta yang dialami PRT, selain tidak mendapatkan gaji yang semestinya serta liburan,
PRT juga mengalami penyiksaan yang berujung pada kematian. Seperti kasus yang terjadi baru-baru,
Kartini, perempuan PRT asal Kendal Jawa Tengah ditemukan tewas di rumah majikannya di kawasan
Petaling Jaya, Selangor, Malaysia dengan sejumlah luka lebam di tubuhnya. (Kedaulatan Rakyat,
26/5/09)

Peristiwa kekerasan yang menimpa para PRT tersebut tidak hanya terjadi di luar negeri, Malaysia atau
Arab Saudi yang kerap diekspos media. Peristiwa atau kasus-kasus yang menimpa PRT juga banyak
terjadi di dalam negeri.

Mengapa para PRT sering mendapat perlakuan yang tidak manusiawi oleh para pengguna jasanya.
Banyak faktor yang melatarbelakangi persoalan itu. Dari pihak PRT-nya dapat disebabkan karena
keterbatasan keterampilan dalam mengatur pekerjaannya atau karena tidak ada bargaining position
dalam hubungan antara pekerja dan pengguna jasa/majikan.

Faktor terakhirlah yang kerap menimbulkan terjadinya kesewenangan terhadap PRT. Untuk itu, salah
satu lembaga yang peduli terhadap persoalan ini Rumpun Tjoet Nyak Dien terus melakukan
pemberdayaan bagi PRT serta juga usaha dalam mencari celah agar keberadaan PRT dapat diatur dalam
undang-undang, meski dalam Undang-undang ketenagakerjaan ini PRT mendapat pengecualian.

Dengan pengecualian inilah sebenarnya PRT ditolak hak-hak buruhnya. Dalam Amnesty International
Pebruari 2007, dijelaskan bahwa dengan meratifikasi ICESCR (International Covenant On Economic,
Social and Cultural Right) Indonesia berarti stuju diikat secara hokum oleh ketentuan-ketentuannya. Hal
ini membentuk bagian dari undang-undang domestik dan juga menyertakan kewajiban negara dalan

Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA

kaitannya untuk menjamin kondisi kerja yang      adanya ketidakadilan yang dialami perempuan.
layak. Seperti yang diabadikan dalam pasal 7     salah satu contoh Konvensi CEDAW (The
ICESCR dan standar-standar lainnya. Negara       Convention on the Elimination of Discrimination
yang meratifikasi ICESCR harus menjamin,         Against Women) atau Penghapusan Segala
khususnya; upah yang adil tanpa ada              Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, dan
perbedaan, terutama perempuan mendapatkan        sejak tahun 1984 Indonesia telah meratifikasi
jaminan kondisi kerja yang paling tidak sama     konvensi ini.
dialami kaum laki-laki, dengan pembayaran
yang sama untuk pekerjaan yang sama. Kondisi     Berkaitan dengan itulah para aktivis yang peduli
kerja yang aman dan sehat. Istirahat dan         terhadap persoalan ini seperti yang dimotori
pembatasan jam kerja yang masuk akal dan         oleh Rumpun Tjoet Nyak Dien melakukan
liburan periodic.                                kegiatan semiloka dengan tema “Mau Kemana
(http://www.asiapacific.amnesty.org/)            Gerakan PRT”? Sejumlah pemikiran yang
                                                 berupa poin-poin hasil lokakarya menjadi
PRT yang mayoritas berjenis kelamin              rekomendasi. Salah satu rekomendasi dalam
perempuan ini memang sepatutnya masih terus      komisi Advokasi yakni mendesakkan adanya
diperjuangkan. Isu atau peristiwa yang           Undang-Undang PRT secara nasional.
menyakut mereka akan mencuat ke permukaan
apabila telah jatuh korban. Padahal pada masa    Begitulah kira-kira analisis singkat yang perlu
Presiden RI pertama Soekarno, telah ada          direnungkan. Hal lain yang perlu mendapat
Undang-Undang (UU) yang bernuasa keadilan        perhatian lebih lanjut adalah isu kebencanaan.
gender. Undang-undang tersebut yaitu UU          Dalam rubrik Media dan Kebencanaan, analisis
80/1958 yang menentukan prinsip pembayaran       terhadap bencana jebolnya tanggul Situ Gintung
yang sama untuk pekerjaan yang sama.             menjadi bagian laporan kali ini. Analisis tulisan
Perempuan dan laki-laki tidak dibedakan dalam    tersebut mengupas bagaimana media melihat
sistem penggajian. Keluarnya UU ini merupakan    persoalan itu dalam hal kesinambungan
salah satu contoh dari keberhasilan perjuangan   pemberitaan.
kaum perempuan ketika itu. (Negara dan
Perempuan: 2005)                                 Masih ada analisis lainnya yang menarik untuk
                                                 disimak, diantaranya analisis tentang kasus
Namun, perjuangan memang tidak hanya             Antasari dalan rubrik Media dan Jurnalisme.
sampai disitu, berbagai konvensi dilakukan di    Selamat membaca. (ismay)
tingkat internasional berharap menghapus




Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA

                                                                                        Sekilas Info



      MENGHADIRI SEMILOKA PERLINDUNGAN PRT




B
         ertepatan dengan hari buruh yang jatuh pada tanggal 1 Mei lalu, lembaga yang peduli terhadap
         persoalan Pekerja Rumah Tangga (PRT), Rumpun Tjoet Njak Dien menggelar acara seminar
         dan lokakarya (semiloka) di Hotel Matahari Yogyakarta, dengan tema “Mau kemana (Quo Vadis)
Gerakan PRT?

Acara berlangsung satu hari, setengah hari untuk seminar dan berikutnya lokakarya. Pada acara seminar
menghadirkan beberapa narasumber diantaranya, Juli E. Nugroho (Sekretaris Eksekutif Perhimpunan
Solidaritas Buruh), Budi Wahyuni (Aktivis perempuan dan Ketua PHD), Lusi Margiyani, dan Sri Martini.

Acara yang dihadiri anggota Lembaga Swadaya Masyarakat, perwakilan pemerintah, aktivis perempuan,
para buruh, PRT dan media tersebut mendiskusikan sejumlah persoalan yang berkaitan dengan gerakan
PRT ini.

Salah satu narasumber yang menyinggung persoalan ini adalah Budi Wahyuni yang mengatakan bahwa
Perda tentang PRT ini sangat penting agar ada hukum untuk melindungi keberadaan PRT di tengah
menjalankan pekerjaannya.

Hal senada juga dihasilkan dalam sesi lokakarya ini. Selain membahas masalah yang dihadapi PRT seperti
gaji rendah, tidak ada Tunjangan Hari Raya (THR), belum ada hari libur, belum ada jaminan kesehatan dan
sebagainya, juga terdapat rekomendasi strategis advokasi dengan mendesakkan adanya Undang-Undang
PRT. (ismay)




Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA




                       SEMILOKA PERDAGANGAN ANAK

Tema yang diusung oleh         anak ini memang tidak menjadi prioritas diangkat oleh media.
Yayasan SAMIN Jogjakarta       Melihat definisi dari perdagangan anak yang memang sangat sulit
pada acara Semiloka, 5 Mei     menguak permasalahan tersebut. Sehingga Yogyakarta bukannya
lalu     yakni     Standar     tidak ada perdagangan anak, tapi jaringan yang dimiliki para agen
Perlindungan Anak Korban       tersebut sangat rapi dan tertutup.
Perdagangan Anak berbasis
                               Perlu diketahui definisi dari perdagangan anak adalah rekruitmen,
Hak Asasi Manusia.
                               transportasi, pemindahan, menampung (menyembunyikan) atau
                               menerima anak untuk tujuan eksploitasi di dalam atau antar negara,
Acara yang berlangsung di      yang mencakup tetapi tidak terbatas pada prostitusi anak,
aula KPID DIY tersebut         pornografi anak dan bentuk lain dari eksploitasi seksual, pekerja
menghadirkan narasumber,       anak, kerja paksa atau pelayanan perbudakan atau praktek lain yang
yang berasal dari Badan        menyerupai perbudakan, penghambaan atau penjualan organ tubuh,
Pemberdayaan Perempuan         penggunaan aktivitas terlarang/tidak sah dan keikutsertaan dalam
dan Masyarakat (BPPM)          konflik bersenjata.
Prop. DIY, AJI Yogyakarta
dan     Yayasan    SAMIN.      Mengingat definisi tersebut anak-anak yang berada di jalan, seperti
Semiloka     ini    dihadiri   pengemis, anak-anak yang berjualan, yang menjadi pengamen tidak
                               termasuk dalam kategori ini.
sekitar 40 peserta seminar
yang terdiri dari kalangan
                               Namun tidak ada salahnya sosialisasi tentang perlindungan bagi
LSM/NGO, media massa,          anak korban perdagangan anak ini perlu dilakukan, mengingat tidak
PSW, Dinas Sosial serta        banyak masyarakat ataupun aparat yang tahu ataupun jeli untuk
lembaga pemerintah serta       melihat persoalan ini.
masyarakat mitra Yayasan
SAMIN.                         Acara seminar yang dilanjutkan dengan lokakarya dengan peserta
                               lokakarya yang berjumlah 18 orang menghasilkan beberapa point
Hal yang menarik dari          rencana tindak lanjut dalam menangani persoalan ini baik dalam
diskusi yang dilakukan         upaya preventif maupun tindakan ketika terjadinya kasus
sangat singkat ini, ketika     perdagangan. (ismay)
persoalan     perdagangan



Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA




SEJARAH DAN KEBIJAKAN PARIWISATA INDONESIA

       ejarah pariwisata Indonesia selama ini adalah mendidik orang untuk melayani atau sebagai

S      pelayan bukan dididik menjadi wisatawan. Sehingga kita tahu karakater masing-masing
       wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia, tetapi kita tidak tahu karakter masing-
masing wisatawan yang berasal entah itu dari Padang, Madura atau wisatawan lokal khususnya,
karena kita tidak pernah didik menjadi wisatawan.

Itulah salah satu poin yang tercatat dalam seminar atau diskusi bulanan yang diselenggarakan
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta yang jatuh pada
tanggal 28 mei lalu. Diskusi kali ini bertema Pariwisata untuk Kesejahteraan: Meninjau Ulang
Kebijakan Pembangunan.

Sebagai Pembicara tunggal, Hendrie Adji Kusworo, Dosen Jurusan Ilmu Sosiatri, FISIP UGM dan
Ketua Dewan Peneliti pada Pusat Studi Pariwisata, Dosen pada Program Studi Kajian Pariwisata
Sekolah Pasca Sarjana, UGM banyak mengupas persoalan dunia pariwisata yang perlu mendapat
perhatian.

Selama ini menurut Adji, begitu biasa disapa, kebijakan pariwisata kita lebih menitikberatkan
pada aspek ekonomi, dengan indikator berapa jumlah tamu yang datang, berapa lama tinggal,
jumlah belanja total dan sebagainya. Aspek lain seperti sosial, kultural, psikologis dan bahkan
religius, seringkali diabaikan. Padahal aspek tersebut juga sangat penting sebagai tujuan akhir
dalam perolehan kemanfaatan dalam dunia pariwisata.

Hal yang menarik lainnya yang diungkap oleh pembicara kala itu yakni kalimat setiap orang
adalah insan pariwisata. Setiap orang pernah berwisata, tidak terkecuali orang yang tinggal di
kolong jembatan. Yang membedakan orang yang beruntung (kaya) dan tidak beruntung (miskin)
berwisata adalah modus dan cara mereka pergi dan tempat yang diminati.

Adji juga menyoroti tentang Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang pariwisata yang masih
perlu dilengkapi. Padahal Undang-Undang (UU) tersebut menggantikan UU tahun 1990 yang
dianggap perlu perbaikan mengingat banyak perkembangan di dunia pariwisata. (ismay)

Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA


                     DISKUSI AIDS UP DATE DI LP3Y




J
       umlah temuan kasus HIV/AIDS di Kota Yogyakarta dan
       Provinsi DIY sampai dengan tahun 2009, ternyata tidak
       sama. Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS
       (KPA) Kota Yogyakarta, Sebastian Lumowah, sampai dengan
April 2009 jumlah orang yang terinfeksi HIV sebanyak 700 kasus
dan AIDS 244 kasus. Sementara itu, data di tingkat provinsi,
angkanya lebih kecil, yakni sampai dengan Maret 2009, DIY
diurutan ke 11 dengan angka kumulatif, AIDS 246 kasus dan           Menurut       Slamet     Riyadi,
AIDS/IDU 120 kasus.                                                 persoalan data ini selalu
                                                                    menjadi pertanyaan bersama.
Demikian persoalan tersebut mengemuka dalam diskusi bulanan         Mengapa angkanya tidak
LP3Y pada Jumat 29 Mei 2009 dengan tema “AIDS Up Date,              pernah sama. Jumlah untuk
menjelang ICAAP (International Congress on AIDS in Asia and the     tingkat kota bisa lebih banyak
Pacific) IX”. Diskusi yang dihadiri aktivis peduli AIDS dan para    dibanding dengan jumlah di
jurnalis itu, bertempat di aula LP3Y, berlangsung kurang lebih      tingkat      provinsi,     yang
selama dua jam.                                                     mencakup        lima     daerah
                                                                    tingkat dua.
Diskusi ini diselenggarakan untuk memperoleh gambaran penting       Kongres Internasional AIDS
peran konvensi AIDS se-Asia Pasific terhadap epidemik HIV dan       di Asia Pasifik, itu rencananya
AIDS di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Selain itu, juga        akan diselenggarakan di Bali
mempertegas peran jurnalis sebagai salah satu stakeholders          International       Convention
penanggulangan epidemik HIV dan AIDS di Yogyakarta.                 Centre. Nusa Dua pada
                                                                    tanggal 9-13 Agustus 2009
Bertindak sebagai pembicara pada diskusi itu adalah Slamet Riyadi   mendatang.              Kongres
Sabrawi, Penanggungjawab Media Center ICAAP9 dan Sebastian          kesembilan kali ini bertema
Lumowah, Sekretaris KPA Kota DIY.                                   “Pemberdayaan Masyarakat,
                                                                    Penguatan Jaringan” (ismay)




Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA


                                                                                 Media dan Jurnalisme



                      BUKAN BERITA ISTIMEWA
                         PADA KASUS ANTASARI

Memasuki bulan Mei 2009, ada sebuah peristiwa yang banyak menyita perhatian masyarakat, dan
kemudian menjadi berita utama di berbagai media. Peristiwa itu menyentak di tengah hiruk pikuk
peristiwa politik. Berita tentang itu adalah ditetapkannya Antasari Azhar, sang Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) Indonesia. Dengan penetapan dirinya sebagai tersangka oleh aparat
kepolisian, tentu saja konsekuensinya Antasari harus ditahan. Ia dimasukkan ke dalam sel tahanan polisi.

Apakah ini sebuah ironi karena seorang ketua KPK ditahan? Bergantung dari mana memandang fakta
tersebut. Sebab, dalam kasus ini, Antasari ditahan karena persoalan yang dialaminya tidak bersangkut
paut dalam kapasitas dirinya sebagai ketua KPK. Artinya, dia ditahan karena perbuatan dirinya sebagai
pribadi, tanpa atribut seseorang yang memegang kendali Komisi Pemberantasan Korupsi itu.

Dalam keterangannya kepada publik melalui pers, polisi mengatakan, Antasari ditahan karena terlibat
dalam kasus terbunuhnya seseorang bernama Nasrudin Zulkarnaen. Korban adalah direktur sebuah
perusahaan milik negara, PT. Putra Rajawali Banjaran.

Peristiwa terbunuhnya Nasrudin, terjadi pertengahan Maret lalu. Berita tentang hal itu, menempati
posisi utama di media sebagai berita peristiwa kriminal. Memang berdasarkan fakta bahwa telah terjadi
aksi kriminalitas yakni pembunuhan terhadap seseorang. Kebetulan orang yang dibunuh itu menduduki
posisi penting di sebuah badan usaha milik negara.

Dalam perkembangannya, seiring penyelidikan polisi, diketahui kemudian bahwa salah satu orang yang
diduga terlibat dalam peristiwa pembunuhan itu adalah Antasari. Maka, meledaklah berita tentang
ditangkap dan kemudian ditahannya Antasari yang selama ini memang sudah memiliki nilai
ketermukaan (prominence) di tengah kehidupan masyarakat. Sebagai seorang pemimpin lembaga yang
diberi mandat oleh negara untuk memberantas korupsi, peran dan tentu saja sosoknya cukup menonjol



Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA
dalam realitas so-sial kehidupan masyarakat. Terlebih dengan ekspose media selama ini yang kadang
menempatkan dirinya sebagai seorang bak selebriti. Apalagi, memang, pada kenyataan-nya, kiprah

lembaga KPK selama dipimpin Antasari, nyata         Maka,           berlombalah          suratkabar
menunjukkan kinerjanya. Beberapa anggota            memberitakannya di halaman muka. Dengan
dewan yang kemudian diketahui telah                 ciri dan gaya (style) masing-masing, suratkabar
melakukan korupsi, harus ma-suk sel karena          mewartakan peristiwa itu sebagai “jualan”.
perburuan KPK. Itu hanya sedikit contoh
tentang faktor ketermukaan sang ketua KPK           Pada edisi Selasa, 5 Mei 2009, bisa dilihat
tadi di tengah kehidupan masyarakat.                beberapa suratkabar yang menempatkan fakta
                                                    itu menjadi berita utama. (lihat Tabel I). Semua
Pertanyaannya adalah, seberapa penting dan          hanya menonjolkan tentang ditahannya
seberapa bernilainya berita tentang ditahannya      seorang bernama Antasari. Substansi persoalan,
Antasari itu? Apakah pemberitaan dilandasi          misalnya mengapa dia ditahan, hanya
dengan penilaian bahwa peris-tiwa itu               disinggung sedikit mengutip keterangan sumber
merupakan hal penting? Atau hanya sebagai           otoritatif kepolisian yang antara lain
sebuah peristiwa menarik belaka karena              mengemukakan, bahwa berdasarkan saksi-saksi
kebetulan person yang berada dalam peristiwa        yang telah diperiksa polisi, terbukti Antasari
itu memiliki posisi populis di teng-ah              diduga terlibat dalam pembunuhan Nasrudin.
masyarakat? Uraian di bawah ini akan mencoba        Untuk itu, Antasari ditahan.
melihat persoalan tersebut.
                                                    Dengan menyebut pasal-pasal tertentu dalam
Produk media                                        KUHP, yang sesuai dengan keterlibatan dan
                                                    peran dirinya, polisi bahkan menyatakan,
                                                    Antasari terancam hukuman mati. Semua itu
Menyikapi fakta dalam peristiwa tersebut,
                                                    dikutip oleh media. Maka, semua itu kemudian
media cetak dalam hal ini suratkabar, kemudian
                                                    muncul menjadi beberapa judul yang atraktif
menempatkannya menjadi headline, berita
                                                    dan menarik perhatian pembaca. Hampir semua
utama, di halaman muka. Tidak bisa tidak,
                                                    suratkabar yang dia-mati, memberi ruang untuk
memang. Sebab, dilihat dari sisi kelayakan
                                                    karya grafis guna menjelaskan kronologi
beritanya, peristiwa itu memang sudah
                                                    peristiwa yang me-nyeret keterlibatan Antasari
menduduki posisi di atas yang layak untuk
                                                    itu. Bahkan Koran Tempo menyajikan berita itu
diberitakan. Hampir semua unsur terpenuhi.
                                                    satu halam-an muka penuh, dengan visualisasi
Gabungan sifat fakta yang timbul pada
                                                    menggunakan blok warna hitam dan teks putih.
peristiwa itu adalah ketermukaan sekaligus ter-
                                                    Ilustrasi yang digunakan adalah karya grafis
jadinya pertentangan (conflict), kedekatan
                                                    yang mirip poster film The Godfather karya
(proximity), dan tentu saja aktual.
                                                    Francis Ford Coppola, dengan gambar Antasari
                                                    hanya berupa siluet, mengenakan jas lengkap.

Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA




Apakah dengan demikian tugas dan fungsi pers sudah selesai? Tentu saja belum. Sebab, setelah diamati, pada
kasus ini, masih terdapat beberapa hal yang memang tidak secara jelas diberikan kepada khalayak.

Pertama, sebagai produk jurnalisme, media tidak berhasil menjelaskan seberapa besar dampak sekaligus apa
makna yang terkandung dengan ditahannya Antasari itu bagi kehidupan publik. Sebab, berdasar hasil pengamatan
sekilas atas beberapa media, diperoleh kesimpulan bahwa pers masih terjebak pada upaya penonjolan sensasi
semata. Artinya, posisi Antasari dalam pemberitaan itu dipilih karena pers melihat kedudukannya, juga atributnya
sebagai seorang pejabat negara. Tidak pada substansi bagaimana sebenar-nya duduk persoalan peristiwa itu
terjadi. Seperti dituturkan polisi, Antasari ditahan ber-dasarkan keterangan tersangka lain yang sudah lebih dulu
ditangkap. Tapi, gugatan pertanyaan awam khalayak, misalnya sejauh mana keterlibatannya, seperti apa ,
bagaimana latar belakang, siapa saja mereka yang terlibat, seperti apa peran masing-masing pihak yang terlibat,
adakah sesuatu yang tersembunyi di balik keterangan aparat, tidak pernah muncul di media.

Kedua, dalam pemberitaannya, pers kemudian terkesan lebih menempatkan kasus ini menjadi sebuah sensasi yang
kental dengan sifat fakta yang menarik, tanpa memberi bobot makna apapun bagi publik, khalayak pembaca, pada
umumnya. Sifat fakta yang demikian ini hanya akan memenuhi nilai guna psikis dan tidak memiliki nilai guna sosial
sebagaimana sifat fakta yang penting. Mengapa? Karena, secara umum publik, atau khalayak luas tidak terlibat (dan
atau dilibatkan) di dalamnya. Masyarakat hanya berdiri di luar peristiwa itu sebagai penikmat realitas melalui
pemberitaan media. Mereka hanya sebagai penonton. Mereka tidak bersinggungan sama sekali dan tidak bakal kena
dampaknya, langsung maupun tidak langsung. Media, sebagai produk jurnalisme tidak memperlihatkan keterkaitan
fakta itu (jika ada) dengan kehidupan publik. Padahal, harus diakui, sampai saat ini media masih menjadi salah satu
acuan masyarakat untuk membantu mereka dalam memaknai realitas.



 NO             Media                              Judul                                Keterangan

 1     KOMPAS                      KPK Tunggu Surat Polisi                  Foto + Grafis Kronologi
 2     REPUBLIKA                   Antasari Ditahan                         Foto + Grafis
 3     MEDIA INDONESIA             Tersangka, Antasari Ditahan              Foto – HL kedua
 4     KORAN TEMPO                 Antasari Terancam Hukuman Mati           HL – Satu halaman penuh
 5     SOLOPOS                     Antasari Ditahan                         Foto + Grafis
 6     SUARA MERDEKA               Antasari Masul Sel Polda                 Foto + Grafis
       KEDAULATAN RAKYAT           Antasari Terancam Hukuman Mati           Foto




Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA




Tidak sederhana

Lantas, realitas macam apa yang mesti disuguhkan kepada publik, jika bertumpu pada peristiwa
ditahannya Antasari Azhar itu? Jawabnya tentu tidak sesederhana menampilkan fakta itu secara telanjang.
Artinya, tidak sesederhana sebagaimana media hanya memberitakan bahwa ada seseorang bernama
Antasari, beratribut sebagai pejabat publik, kini ditahan polisi karena diduga dirinya terlibat dalam sebuah
pembunuhan.

Memang, pada perkembangan selanjutnya, media juga menampilkan follow up news atas fakta itu.
Misalnya mengungkap siapa saja yang berada di lingkaran bersama bersama Antasari, yang kemudian
oleh aparat disebut sebagai perancang peristiwa pem-bunuhan itu. Disebut juga tentang beberapa orang
yang ditetapkan sebagai tersangka, disebut sebagai operator lapangan. Namun, sejauh ini, laporan media
tentang hal itu seolah hanya lebih menekankan unsur dramatisasinya, bukan pada substansinya, pokok
persoalannya.

Jika demikian, bukankah peristiwa ini memang cukup saja dihargai sebagai sebuah peristiwa biasa,
sebagaimana kemudian muncul pada berita-berita kriminal lain yang bertebaran di media? Mengapa
sampai menyita perhatian media sehingga mesti ditempatkan menjadi head line? Memang, tak bisa
dimungkiri, peristiwa-peristiwa tentang sex, roman and crime, masih tetap menarik dan berada dalam
rangking yang tinggi untuk pemberitaan di media.

Pertanyaan demi pertanyaan muncul seiring dengan pencermatan atas produk media yang mewartakan
peristiwa itu. Tersebutlah tiga orang yang berperan dalam aksi pembunuhan. Ada seorang anggota polisi,
seorang pengusaha dan satu lagi adalah Antasari Azhar. Bahkan, dengan serta merta media memberi
predikat lain kepada Antasari yakni sebagai intelectual dadder, atau aktor intelektual dalam peristiwa itu.
Penyebutan itu mengutip mentah-mentah begitu saja keterangan pihak aparat kepolisian. Ada kesan pers
telah menghakimi atau paling tidak menggiring publik untuk mengha-kimi secara sepihak pada orang yang
masih dinyatakan sebagai tersangka.

Lebih jelas lagi bagaimana rangkaian peristiwa ini dimunculkam melalui pem-beritaan yang sarat dengan
unsur drama, adalah hadirnya nama seorang perempuan, yang dikaitkan dalam peristiwa ini. Kemudian
muncullah penjelasan tentang motivasi, bahwa pembunuhan itu terjadi karena dilatarbelakangi unsur
asmara.

Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA


Di sinilah masyarakat bisa      sebuah fakta tentu bisa berada pada posisi yang penting.
melihat, betapa alur cerita –   Di manakah membidiknya, jika kasus itu adalah peristiwa
menurut keterangan aparat       dengan sifat fakta yang penting dan oleh karenanya
yang kemudian dikutip
                                bermanfaat bagi publik? Media bisa melakukannya dengan
media- dalam peristiwa ini
                                melakukan investigasi. Banyak kesempatan dan ruang yang
tidak lebih dari kisah fiksi
bak drama pada kisah
                                timbul pasca pemberitaan itu yang perlu digali melalui
sinetron. Itu artinya, sejauh   investigasi.
ini media terjebak hanya
pada pemaparan sensasi          Pembunuhan terhadap seseorang, sampai saat ini masih
ketika           mewartakan     terus terjadi dan diberitakan media bahkan nyaris setiap hari.
peristiwa itu.                  Lalu, apa bedanya peristiwa yang melibatkan Antasari ini
                                dengan peristiwa lain? Dipandang dari sisi kriminalnya, tentu
Dengan kegelisahan yang         tidak berbeda. Berita ini adalah tentang peristiwa kriminal
terus dipelihara, mestinya
                                biasa. Hanya saja, kebetulan orang yang terlibat di sana
media bisa lebih jeli dalam
                                adalah sosok yang sudah dikenal luas oleh publik.
menyikapi dan menilai hal
ini. Bahwa betapa “murah-
nya” sebuah realitas dalam      Sampai akhir bulan Mei 2009, polisi belum juga mampu
pemberitaan jika hanya          menguak tabir peristiwa itu, bahkan terkesan kebingungan
meneropong           tentang    menanganinya.
drama perselingkuhan atau
cinta       segitiga     dan    Maka seiring dengan semangat kebebasan pers sekarang,
semacamnya. Atau bisa           semestinya peran pers dalam peristiwa ini mampu
saja     khalayak    menilai,   memberikan bukti, bahwa kemerdekaan pers tidak saja bagi
mentang-mentang         yang    insan pers, tetapi juga ditujukan bagi masyarakat luas. Itu
terlibat di dalamnya adalah
                                berarti, tugas pers akan lebih berdampak dalam menyikapi
seorang pejabat publik
                                peristiwa ini jika menerapkan praktek jurnalisme investigatif.
yang punya peran besar
dalam upaya agar sistem         Selama ini kecenderungan pers lebih pada melakukan
penyelenggaraan       negara    indepth reporting, pelaporan mendalam yang tidak
berjalan tertib, bersih dan     mengorientasikan pers menjadi kegiatan membongkar
jujur, maka peristiwa itu       kesalahan, aib. Arah kemendalaman reportase dialirkan
menduduki posisi sebagai        kepada pencarian kelengkapan data dan keterangan yang
sajian berita utama.            memberikan keluasan perspektif khalayak ketika mengenali
                                pelbagai kasus, skandal atau kejahatan (khususnya politik).
Semestinya, pers mampu          Bukan ditujukan untuk langsung memformat penyidikan dari
mengupas lebih dalam dari
                                berbagai kemendalaman pelaporannya, kepada semacam
itu. Jika tidak sekadar         kesimpulan gipotesis yang menyatakan “ siapa yang terlibat
dipan-dang sebagai sebuah
                                dan bertanggung jawab, dengan rangkaian bukti-bukti
peristiwa yang menarik,
                                faktanya”          (Jurnalisme      Investigasi:      2002)

Edisi: 05/Mei 2009
Jika mengorek lebih jauh dengan menerapkan investigasi, maka diharapkan publik bisa
mendapatkan manfaat lebih dibanding sekadar berhenti pada berita kriminal. Kaitan antara
aktor satu dengan aktor lain yang terlibat dalan peristiwa ini, peran masing-masing, latar
belakang, posisi di tengah publik, apa kepentingan mereka dan sebagainya, adalah sedikit dari
banyak hal yang bisa digali lebih dalam oleh media pers.

Dengan demikian yang dilakukan, pers diharapkan bisa memberitakan peristiwa ini lebih
lengkap, lebih jelas sekaligus bisa mengajak khalayak untuk terlibat di dalamnya. Dengan
mengembangkan jurnalisme investigatif, media dan juga khalayak tidak hanya bisa mengetahui
motivasi yang menggerakkan para pelaku dalam peristiwa itu, tapi lebih jauh lagi dari sana
adalah seberapa besar peristiwa itu mempengaruhi kehidupan orang banyak. Kesempatan
seperti inilah yang semestinya dilakukan pers dalam menguak fakta agar khalayak
mendapatkan informasi lengkap, dan tidak semata melaporkan keterangan berdasar kutipan
dari sumber-sumber apakah itu pengacara, polisi atau yang lain.

Dalam kasus ini, lubang-lubang yang menganga itu belum mampu ditambal oleh gugatan pers,
baik melalui pertanyaan yang berdaya atau penyelidikan yang jeli dan tentu saja cerdas, sampai
ke akar-akarnya. Sehingga, dengan demikian, khalayak akan mendapatkan sebuah laporan
lengkap, menyeluruh, bermakna dan tidak sepotong-sepotong berdasarkan penggalian para
awak media itu sendiri. (agoes widhartono)




                                                                       Media dan Kebencanaan
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA


  MENYOAL KESINAMBUNGAN PEMBERITAAN BENCANA :
     KASUS PEMBERITAAN BENCANA SITU GINTUNG



A
        da semacam pola kecenderungan dalam pemberitaan bencana, yakni pemberitaan bencana
        mirip dengan situasi bencana yang diberitakan. Seperti halnya bencana yang tiba-tiba
        menyergap dan memicu histeria dan kesibukan masal, begitu pula pemberitaan tentang
bencana tersebut: media sibuk meliput dan memberitakannya; newsroom sibuk membuat penugasan,
membuat perencanaan liputan dan pengalokasian topik berita, menentukan angle tulisan, dan
sebagainya. Ketika pihak-pihak pemberi bantuan sibuk mengumpulkan dan menyalurkan bantuan,
begitu pula media: sibuk mengumpulkan fakta lalu menyalurkannya dalam bentuk berita.

Seiring waktu, histeria dan kesibukan terus berkurang hingga akhirnya yang tinggal adalah kenangan
dibarengi upaya untuk kembali ke situasi “normal”. Pemberitaan media juga tak jauh berbeda. Itu
terlihat dari intensitas dan kuantitas pemberitaan. Intensitas ditunjukkan dari kerapatan pemberitaan
berdasarkan waktu, sedangkan kuantitas diperlihatkan dengan jumlah item dan space (durasi untuk
media elektronik) yang disediakan. Jika pada beberapa hari sejak bencana terjadi intensitas
pemberitaan begitu tinggi yang ditandai dengan kemunculan berita dari hari ke hari tanpa jeda,
berangsur-angsur jarak kemunculan berita pun makin renggang (satuan waktu bisa berbeda antara
satu bencana dengan lainnya: pemberitaan bencana gempa Bantul 27 Mei 2006 berlangsung hingga
lebih dari setahun). Dari sisi kuantitas, terlihat penurunan jumlah item berita: dari semula bisa 3-5
berita dengan beragam format penyajian (straight news, news features, indepth reporting) terus
berkurang hingga satu dan akhirnya berita bencana itu hilang; kalaupun ada, berupa berita terselip
sebagai kronik.

Pola seperti itu terlihat pula pada pemberitaan bencana jebolnya tanggul Situ Gintung di Cireundeu,
Tangerang, Banten, 27 Maret 2009. Bencana ini menewaskan sekitar 100 warga, sekitar 100 lagi
dinyatakan hilang, sekitar 300 keluarga kehilangan tempat tinggal hingga kemudian menjadi
pengungsi.

Untuk melihat pemberitaan media tentang bencana Situ Gintung dan akibatnya bagi pembaca
dilakukan pengamatan terhadap tujuh suratkabar, empat terbitan Jakarta dengan sirkulasi nasional,

tiga terbitan Jateng-DIY yang sirkulasinya lokal-regional. Ketujuh suratkabar tersebut yaitu Kompas,
Koran Tempo, Republika, Media Indonesia, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat dan Solopos.

Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA

Pengamatan dilakukan terhadap terbitan edisi mulai 28 Maret (sehari sejak bencana terjadi) hingga
30 April 2009. Total waktu sebulan empat hari atau 34 hari. Rentang waktu satu bulan dianggap relatif
memadai untuk bisa melihat dinamika pemberitaan bencana, setidak-tidaknya mencakup
pemberitaan tentang masa tanggap darurat (saat bencana) dan pascabencana pada tahap awal.

Dengan mengamati pemberitaan dari waktu ke waktu sepanjang kurun waktu ini diharapkan bisa
diperoleh jawaban apakah ada kesinambungan dalam eksposing masalah di seputar peristiwa
tersebut. Kesinambungan ini sedikitnya menyangkut penanganan korban dan persoalan di luar
penanganan korban bencana. Bagi khalayak pembaca kesinambungan pemberitaan penting artinya,
sebab mereka berharap mendapatkan informasi utuh yang bisa menjawab keingintahuan mereka
akan sebuah persoalan. Lebih lanjut, dengan informasi yang utuh publik atau khalayak pembaca bisa
terbantu dalam memahami sebuah realitas yang kelak bisa berguna bagi mereka sebagai
pembelajaran.


Tiba-tiba Nyaris Lenyap

Hasil pengamatan terhadap tujuh suratkabar menunjukkan terjadinya penurunan drastis dalam
intensitas dan kuantitas pemberitaan bencana Situ Gintung (lihat grafik). Bahkan, sejak pertengahan
minggu kedua (hari kesepuluh) berita bencana Situ Gintung tak terlihat lagi di tiga suratkabar terbitan
Jateng-DIY (Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Solopos).

Pada minggu pertama (28/3/09 – 3/4/09) ketujuh suratkabar menurunkan berita Situ Gintung dengan
total item 104 berita (straight news dan news features). Jumlah item di masing-masing suratkabar
bervariasi: Kompas (28 item), Koran Tempo (23), Media Indonesia (16), republika (12), Solopos (10),
Suara Merdeka (8), Kedaulatan Rakyat (7).

Pada minggu kedua (4/4/09-10/4/09) total berita langsung merosot menjadi hanya 27 item. Jumlah
terbanyak masih pada Kompas (10). Di urutan berikut Koran Tempo (6), Republika (4). Kedaulatan
Rakyat, Solopos, Media Indonesia masing-masing hanya 2 item dan Suara Merdeka 1 item. Suara
Merdeka, Kedaulatan Rakyat dan Solopos, sudah tidak menyajikan berita Situ Gintung lagi mulai hari
kesepuluh.




Jumlah item berita dari seluruh suratkabar             hanya ada 5 item, di minggu keempat 6 item,
yang diamati terus merosot: di minggu ketiga           dan di minggu kelima tinggal 2 item. Di minggu


Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA
ketiga dan keempat hanya empat suratkabar                    media (jurnalis) dan space                 banyak
yang memberitakan (Kompas, republika, Koran                  dialokasikan untuk liputan Pemilu dengan
Tempo dan Media Indonesia). Dan di minggu                    berbagai aspeknya. Bagaimana pun juga tidak
kelima hanya satu suratkabar (Kompas) yang                   bisa dipungkiri peristiwa ini, terlebih lagi
memberitakan.                                                Pemilu Legislatif (rakyat memilih langsung
                                                             calon anggota legislatif) merupakan kali
Adanya penurunan drastis pemberitaan                         pertama, memiliki daya tarik lebih kuat bagi
bencana Situ Gintung mulai pertengahan                       pembaca sehingga bagi media memiliki daya
minggu kedua kemungkinan besar karena                        dan nilai jual jauh lebih tinggi dari berita sosial
koinsidensi dengan peristiwa politik nasional,               seperti halnya bencana Situ Gintung.
yaitu Pemilu Legislatif pada 9 April. Untuk
event ini bisa dikatakan alokasi sumberdaya

           Grafik Pemberitaan Bencana Situ Gintung di 7 Suratkabar (Maret – April 2009)




                      minggu1      minggu2      minggu3         minggu4        minggu5
                     (28/3-3/4)   (4/4-10/4)   (11/4-17/4)     (18/4-24/4)    (25/4-30/4)

       Minggu 1 = tujuh suratkabar memberitakan
       Minggu 2 = tujuh suratkabar memberitakan
       Minggu 3 = empat suratkabar memberitakan
       Minggu 4 = empat suratkabar memberitakan
       Minggu 5 = satu suratkabar memberitakan

       Mulai tanggal 7 April (pertengahan minggu 2) SM, KR dan Solopos tidak memberitakan lagi




Masalah Ketaksinambungan
Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA

Adanya ketaksinambungan pemberitaan, terlebih lagi pada ketiga suratkabar Jateng-DIY,
menyebabkan khalayak pembaca mengalami keterputusan informasi, sedikitnya tentang tiga hal.
Pertama, menyangkut sejumlah persoalan di seputar bencana Situ Gintung yang di awal-awal sempat
mengemuka melalui pemberitaan. Kedua, penanganan dan nasib korban, khususnya yang menjadi
pengungsi karena mereka kehilangan tempat tinggal. Ketiga, rencana penanganan kawasan untuk
mengantisipasi kemungkinan bencana serupa di tempat sama maupun tempat lain.

Persoalan siapa yang seharusnya bertanggungjawab terhadap bencana jebolnya tanggul Situ Gintung
sempat mengemuka di semua suratkabar di minggu pertama. Saling lempar tanggungjawab antara
pemerintah pusat – pemerintah Tangerang – pemerintah Banten mewarnai pemberitaan suratkabar
yang saat itu juga masih mengabarkan kondisi pengungsi.

Akan tetapi, sampai akhir April publik tak mendapatkan jawaban tentang siapa yang seharusnya
bertanggungjawab atas bencana tersebut dan mengapa pihak tertentu yang harus bertanggungjawab.
Persoalan ini pun tak muncul di suratkabar yang masih memberi ruang bagi berita Situ Gintung hingga
akhir April. Apalagi di tiga suratkabar yang sejak pertengahan minggu kedua sudah tak lagi
memberitakan Situ Gintung.

Memang, secara implisit upaya mencari siapa pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas bencana
muncul melalui pemberitaan tentang diperiksanya pejabat Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Tangerang (bukan berarti dengan sendirinya instansi ini yang bisa dikatakan bertanggung jawab).
Berita ini diangkat Koran Tempo (4/4/09), Kedaulatan Rakyat (4/4/09), Suara Merdeka (4/4/09).
Sebelumnya, Solopos melaporkan Mabes Polri mengusut dana perawatan Situ Gintung (3/4/09), Polisi
menyelidiki jebolnya Situ Gintung (Koran Tempo, 2/4/09), menteri PU Djoko Kirmanto dilaporkan ke
polisi (Koran Tempo, 8/4/09). Namun, hasil dari pemeriksaan tersebut tak diketahui publik, sebab
ketujuh suratkabar tidak memberitakan perkembangan pemeriksaan maupun hasilnya. Dan belum
lagi hasil perkembangan pemeriksaan itu diketahui publik, tiba-tiba kepolisian menyatakan
menghentikan pengusutan dengan alasan tidak ada unsur kelalaian, padahal sejak awal media sudah
mengungkapkan bahwa kelalaian pengawasan menjadi faktor utama. Ini hanya diberitakan Media
Indonesia (15/4).

Ketaksinambungan pemberitaan tentang masalah tersebut yang sebelumnya sudah diangkat media,
tentu saja bisa dinilai menyimpangi amanah yang diberikan publik kepada media. Sebab sebagai
kepanjangan mata dan telinga publik, media atau jurnalis, diharapkan untuk bisa menjawab

pertanyaan-pertanyaan publik, tidak setengah-setengah: melemparkan sepotong fakta, kemudian
membiarkan publik atau khalayak pembaca menebak-tebak apa ujung dari fakta itu.

Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA

Publik juga tidak bisa mengikuti perkembangan penanganan korban bencana yang dilakukan
pemerintah. Benar, bahwa menurut laporan ketujuh suratkabar warga yang kehilangan rumah telah
diungsikan dan mendapat rumah semi permanen sebagai penampungan sementara. Artinya,
pengungsi tidak lagi tidur di barak, apalagi di tenda berbulan-bulan seperti korban gempa di Bantul-
DIY. Akan tetapi publik tidak mendapat informasi, apakah para pengungsi mendapatkan fasilitas yang
dibutuhkan (makanan, air bersih, sanitasi, pelayanan kesehatan, keamanan, pendampingan, trauma
healing) selama berada di penampungan sebagaimana diamanatkan Pasal 53 UU 24/2007 tentang
Penanggulangan Bencana. Kalau mereka mendapatkan, bagaimana kualitas dari pelayanan tersebut
apakah memadai, tepat bentuk dan sasaran, dan sebagainya. Dari sana publik kemudian bisa melihat
dan menilai apakah pemerintah telah menjalankan kewajibannya memenuhi hak-hak warga,
khususnya korban bencana.

 Publik atau khalayak pembaca yang paling tidak beruntung, karena tidak mendapatkan informasi
tentang perkembangan ini, tentu saja khalayak pembaca Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat dan
Solopos. Sebab, sejak pertengahan minggu kedua ketiga suratkabar itu tak lagi memberitakan Situ
Gintung. Karena umumnya pembaca hanya membaca satu suratkabar, maka begitu suratkabar yang
biasa dibaca atau dilangganinya tidak memberitakan, maka ia pun praktis kehilangan informasi.

Ada kemungkinan ketiga suratkabar Jateng-DIY ini tidak memberitakan Situ Gintung sejak
pertengahan minggu kedua, karena menganggap momentum peristiwanya sudah lewat (tidak lagi
aktual), kemudian melihatnya dari aspek kedekatan (proximity) yang kurang dengan khalayak
pembacanya. Kalau ini yang dijadikan dasar pertimbangan tentu saja yang dirugikan adalah, lagi-lagi
pembaca. Sebab, aktualitas masih tetap bisa dijaga melalui eksposing persoalan pascabencana.
Kemudian, dari aspek kedekatan tidak selalu harus secara fisik. Persoalan bencana dan pascabencana
bisa selalu dekat dengan kehidupan publik di Indonesia yang memang rawan bencana, apalagi bagi
sebagian warga Jateng (Klaten) dan Yogya-Bantul yang pernah mengalami bencana dan dinamika
pascabencana pada gempa 27 Mei 2006.

Berkaitan dengan upaya rehabilitasi dan pemulihan pascabencana Situ Gintung, pembaca pun tidak
mendapat gambaran utuh dari empat suratkabar yang masih memberitakan Situ Gintung hingga akhir
April. Pernah dilontarkan gagasan relokasi, namun kelanjutannya media tidak memberitakan. Salah
satu suratkabar memberitakan bahwa pemerintah telah membangun rusunawa (rumah susun sewa)
untuk 96 keluarga. Tidak ada penjelasan bagaimana dengan keluarga yang lain, mengingat yang
kehilangan tempat tinggal sekitar 300 keluarga. Kemudian, menyangkut rencana pemerintah

mengantisipasi risiko bencana di tempat yang sama dengan menata ulang kawasan situ, hanya satu dua
suratkabar yang memberitakan (Republika, 23/4/09 dan Koran Tempo 22/4/09). Ini berarti hanya


Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA
pembaca kedua suratkabar itu yang mendapat informasi tentang rencana tersebut. Selain itu, publik pun
sesungguhnya tidak mendapat gambaran jelas seperti apa penataan ulang itu berikut berbagai
implikasinya.

Liputan Kebencanaan

Melihat pola dan kesinambungan pemberitaan dan akibatnya terhadap hak mendapat informasi
bagi publik terkait kebencanaan, sudah saatnya media tidak lagi melihat bencana hanya pada
satu fase, yaitu ketika bencana terjadi apalagi melihat fase itu dengan mengikuti logika
komersial (commodified).

Harus dipahami bahwa bencana selalu tidak pernah berdiri sendiri hanya pada saat bencana
terjadi. Fase kejadian selalu bertautan dengan situasi sebelum dan sesudah fase kejadian
berlangsung. Jika memakai terminologi penanggulangan bencana, ada tiga fase yang perlu
dicermati: pra bencana, tanggap darurat, pascabencana. Ketiga fase ini sesungguhnya
menyediakan bahan berlimpah dan berkesinambungan untuk liputan media, khususnya liputan
kebencanaan.

Dalam konteks Situ Gintung, agenda liputan pascabencana menjadi penting untuk dipikirkan.
Apa yang bisa dilakukan media? Setidak-tidaknya ada dua hal besar terkait kegiatan yang
harus dilakukan pada fase pascabencana dan ini bisa dipantau media, yaitu rehabilitasi dan
rekonstruksi.

Rehabilitasi kawasan bencana dilakukan melalui kegiatan: perbaikan lingkungan daerah
bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah
masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan, pemulihan sosial ekonomi
budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan dan pemulihan
fungsi pelayanan publik. (Pasal 58 ayat 1 UU Penanggulangan Bencana). Adapun rekonstruksi
dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik meliputi: pembangunan kembali
prasarana dan sarana, pembangunan kembali sarana sosial masyarakat, pembangkitan
kembali kehidupan sosial budaya masyarakat, penerapan rancang bangun yang tepat dan
pengunaan peralatan yang lebih baik, partisipasi dan peran serta lembaga dan rganisasi
kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat; peningkatan konidisi sosial ekonomi dan
budaya, peningkatan fungsi pelayanan publik dan peningkatan pelayanan utama dalam
masyarakat. (Pasal 59).

Dengan agenda itu, media sekaligus bisa menjalankan fungsi kontrolnya pula. Apakah langkah-
langkah itu dijalankan dan negara menjalankan amanat undang-undang. Di sisi lain, media,
khususnya suratkabar, tak perlu khawatir akan kekurangan bahan dan isu liputan/berita
kebencanaan. (dedi h purwadi)


Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA

                                                                                  Spesial Info:



                          RADIO SADEWO 107,7 FM
                       RADIO KOMUNITAS WONOLELO




B
             agi pelaksana harian siaran radio komunitas, kapan masa berlaku pulsa ponsel
             akan habis, atau justru memperkirakan kapan pulsa habis, adalah tugas penting
             yang harus diingat. Kalau tugas itu dilupakan, akan timbul masalah. Pendengar
             tidak bisa melakukan kontak.

             Itulah yang dialami para pelaksana harian siaran Radio Sadewo 107.7 FM, sebuah
                                          radio komunitas Desa Wonolelo, Plered, Kabupaten
                                          Bantul. Suatu saat, masa berlaku pulsa ponsel yang
                                          nomornya sudah diketahui pendengar, habis. Itu
                                          berarti, walau persediaan pulsa masih ada, tetap saja
                                          nomor itu tidak bisa dihubungi. Begitu pula kalau
                                          malah pulsa itu habis. Artinya, pendengar tidak bisa
                                          mengirimkan      sms     untuk   permintaan     lagu,
                                          menyampaikan komentar, atau bertanya.

Meskipun di antara penyiar yang bertugas saat itu ada yang memiliki ponsel dan bersedia
apabila nomor ponselnya dipakai sementara sehingga pendengar bisa melakukan kontak,
namun upaya darurat itu dipandang bukan cara penyelesaian yang tepat. Pasalnya, pendengar
harus mengingat nomor baru, lalu kembali lagi ke nomor lama kalau pulsa sudah ditambah.
Jalan keluar yang ditempuh adalah meminta pendengar bersabar, seraya segera menambah
pulsa.

Modal semangat
Radio Sadewo 107.7 FM, sebagai radio komunitas yang ditujukan bagi penduduk Kelurahan
Wonolelo yang tersebar di 8 desa, boleh dibilang lahir bermodalkan semangat. Ketika digagas
pertama kali, tidak ada warga yang mempunyai keahlian sebagai teknisi stasion radio, atau
berpengalaman sebagai penyiar radio. Belum ada peralatan, tempat, atau dana.


Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA

                                                Selanjutnya, proposal ini diajukan ke
Bermodalkan semangat, apa yang belum            berbagai pihak, lembaga swasta atau
ada akan diupayakan menjadi ada
                                                instansi pemerintah, untuk memperoleh
manakala radio komunitas yang dicita-
                                                dukungan dana. Bersamaan dengan itu,
citakan sudah berdiri. Posisi pengelola radio
komunitas sebagai suatu lembaga, begitu
                                                pendirian radio komunitas ini dicatatkan
pula penyelenggara siaran, akan diisi oleh      melalui Akta Notaris no. 2 tanggal 14-
warga sendiri. Peralatan, dana, serta           04-2008 di sebuah kantor notaris di
tempat stasion radio, akan diperoleh melalui    Yogyakarta.
partisipasi warga.
                                                Dukungan akhirnya diperoleh dari Plan
Setidaknya, semangat seperti itulah yang        Indonesia, perwakilan sebuah lembaga
bisa dibaca dalam proposal pendirian radio      swasta         internasional        yang
komunitas ini. Dalam proposal yang sama,        berkecimpung di bidang pengembangan
tercantum pula latar belakang yang              anak dan saat itu mempunyai wilayah
mengilhami pendiriannya.
                                                kerja di Plered. Dari lembaga ini, Radio
Warga Desa Wonolelo bertempat tinggal di        Sadewo menerima bantuan peralatan
lokasi yang berjauhan letaknya, sehingga        elektronik     yang      cukup     untuk
menyulitkan komunikasi antar warga.             menyelenggarakan siaran radio dengan
Kenyataan       tersebut   menumbuhkan          jangkauan sekitar 3 km, termasuk satu
gagasan sejumlah warga untuk mendirikan         komputer.
radio komunitas. Melalui radio komunitas,
terbuka peluang bagi warga untuk                Uji coba siaran segera dilakukan. Warga
berinteraksi tanpa terkendala oleh jarak.       menyambut dengan antusias, terbukti
Selain itu, melalui radio komunitas,            dari banyaknya saran atau kritik yang
informasi yang penting dan mendesak             disampaikan baik melalui telepon
dapat cepat disampaikan. Warga juga bisa        maupun sms. Dan setelah beberapa
memperoleh informasi untuk menambah
                                                bulan uji coba, keberadaan Radio
pengetahuan, memperoleh hiburan, serta
                                                Sadewo 107,7 FM diresmikan melalui
berpeluang berkreasi untuk menyalurkan
bakat melalui program acara radio
                                                suatu perhelatan yang dihadiri pejabat
komunitas.                                      pemerintah        setempat,        tokoh
                                                masyarakat, serta warga.
Gagasan terus dikembangkan, lalu
dirumuskan dalam bentuk proposal,
yang dilengkapi dengan susunan
pengelola, rencana program mingguan,
serta dilampiri tanda tangan 228 warga.

Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA


Menara Bambu

Selama enam bulan lebih, siaran Radio Sadewo dipancarkan melalui menara pemancar
yang terbuat dari bambu. Menara pemancar setinggi sekitar 10 m ini, didirikan hanya
sekitar satu meter sebelah kiri di depan bangunan yang menjadi studio siaran Radio
Sadewo. Menara bambu tersebut diganti bulan Desember 2008, dengan menara
pemacar permanen yang terbuat dari kerangka besi setinggi 15 m.

Bangunan yang menjadi studio siaran berdinding bambu, gedhek, berukuran sekitar 8 x
4 m, menghadap ke selatan. Oleh pemiliknya, warga setempat, bangunan tersebut
diijinkan untuk digunakan sebagai studio siaran. Bangunan itu berdiri di sebidang tanah
persisi di pojok sebuah perempatan di Dusun Ploso, Desa Wonolelo. Dusun Ploso
sendiri terletak di daerah pebukitan, sekitar 1 km jaraknya dari pusat Desa Wonolelo
yang terletak di dataran yang lebih rendah.

Di seberang jalan, dipojok perempatan persisi dihadapan bangunan studio tersebut,
terletak rumah tinggal warga pemilik bangunan. Di pojok sebelah kanan perempatan,
terdapat sebuah masjid.

Bangunan studio tersebut terdiri atas dua ruangan. Ruang paling depan menjadi ruang
tamu dan sekaligus ruang perpustakaan. Memasuki ruangan ini, disebelah kiri terdapat
etalase kaca dengan kerangka aluminium berukuran sekitar 60 x 80 x 120 cm,
bertingkap tiga. Di dinding sebelah kiri, digantungkan sebuah rak kayu, juga memuat
buku bacaan untuk anak-anak. Lantai ruangan terbuat dari semen, dilapisi karpet tiruan
berwarna hijau. Di atas karpet itulah setiap pengunjung duduk, termasuk anak-anak
saat membaca buku.

Ruang depan dan ruang belakang yang menjadi kamar siaran dipisahkan sebidang
dinding bambu. Pada dinding ini dipasang sebidang kaca berukuran sekitar 90 x 90 cm.
Melalui kaca tersebut, seseorang bisa melihat ke dalam kamar siaran. Pintu masuk ke
kamar siaran berada di sebelah kanan, selalu tertutup rapat.




Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA


Kamar siaran berukuran 3 x 4 m. Sebagian dindingnya sudah dilapisi panel kedap
suara, demikian pula plafon ruangan itu. Sebagian lagi masih dibiarkan seperti semula,
dinding gedhek tanpa dilapisi apapun. Menurut salah satu pemuda yang sedang
bertugas menyelenggarakan siaran, suara mesin sepeda motor yang kebetulan
melintas tetap bisa mengganggu kualitas siaran.

Di sebelah kiri ruangan, terdapat dua meja, merapat ke
dinding. Di atas satu meja ditempatkan sebuah monitor
komputer, dengan CPU yang di letakkan di bawah
meja. Di samping komputer, terletak dua ponsel.
Nomor ponsel tersebut tertulis pada selembar kertas
yang ditempelkan pada dinding. Melalui ponsel
tersebut, pendengar bisa menyampaikan sms untuk
permintaan lagu, termasuk saran atau kritik.

Perangkat elektronik siaran radio, seperti mixer,
transmitter, ditempatkan pada meja lainnya. Dua corong
suara diletakkan di rak sebelah bawah meja.

Memasuki ruang tersebut, hawa panas langsung menyergap. Ada sebuah kipas kecil
yang terus berputar di samping mixer. Tetapi, kipas peninggalan seorang mahasiswa
KKN itu, hanya untuk mendinginkan mixer.

Di Warung Angkringan

Radio Sadewo mengudara setiap hari mulai pukul 15.30 hingga pukul 23.00. Ini berlaku
dari hari Senin hingga Sabtu. Sedang hari Minggu, siaran dimulai sejak pukul 08.00
pagi.

Kebanyakan pendengar adalah pemuda. Sebagian mereka mendengar siaran di rumah
masing-masing. Namun tidak sedikit yang mendengarkan siaran di warung angkringan
terdekat.




Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA


Warung angkringan menjadi pilihan, selain karena warung ini buka hingga siaran usai,
suasana di warung angkringan juga mendukung. Siaran bisa didengarkan sambil
menikmati sebungkus nasi kucing, atau sepotong gorengan, atau sambil meminum teh.

                                     Dari warung angkringan itu pula mereka memilih
                                     lagu lewat sms sambil mengirimkan pesan
                                     kepada seseorang.

                                     Program yang disukai adalah program lagu
                                     pilihan pendengar.       Program lagu populer
                                     menempati urutan pertama, diikuti program lagu
                                     nostalgia, program lagu campur sari,

dan program lagu mancanegara. Belakangan, program lagu nostalgia matisuri, karena
pengasuhnya pindah ke Lampung.

Orang dewasa lebih menyukai program siraman rohani yang diselenggarakan setiap
malam Selasa, mulai pukul 20.00 WIB selama satu jam. Siraman rohani ini berupa
siaran langsung ceramah seorang narasumber, dilanjutkan dengan tanya jawab.
Pertanyaan dikirimkan pendengar lewat sms.

Khusus untuk hari Minggu, diselenggarakan program siaran untuk anak-anak, yang
terus berlangsung hingga sekarang. Program siaran ini dimulai sekitar pukul 08.00 pagi.

Kehadiran anak-anak menyebabkan studio penuh sesak. Maklum, anak-anak datang
didampingi oleh ibu masing-masing. Anak-anak itu yang ikut siaran, masuk ke ruang
siaran. Didampingi petugas, ada yang menyanyi, membaca puisi, atau mengirim salam
kepada seseorang. Ibu anak tersebut menonton dari balik kaca. Sedang anak-anak
yang tidak ikut siaran, asyik membaca buku di ruang depan yang berfungsi ganda,
sebagai ruang tamu dan sekaligus ruang baca. Setiap kali acara anak-anak selesai,
buku-buku yang baru dibaca ditumpuk begitu saja, karena harus ditata ulang kembali.




Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA


Program siaran untuk anak-anak           dengan permintaan ada program siaran
merupakan        program       yang      khusus untuk anak-anak dengan fokus
diselenggarakan sesuai permintaan        Pendidikan Anak Usia Dini, sesuai
Plan Indonesia. Lembaga ini bersedia     dengan bidang kegiatan lembaga
membantu pendirian Radio Sadewo          tersebut           selama           ini.
                                         pemancar ternyata sangat menentukan,
Posisi Kurang Pas                        hal yang baru diketahui belakangan.

Mendirikan radio komunitas, apalagi      Menara pemancar yang sekarang,
terus     mengelolanya     agar  tetap   berdiri permanen di halaman masjid
mengudara, ternyata tidak cukup          yang berada di sebelah kanan studio.
mengandalkan semangat. Kenyataan         Menara pemancar itu sebelumnya milik
itulah yang hendak disampaikan oleh      Plan Indonesia digunakan sebagai
Misbah, salah satu pelaksana siaran,     menara penerima sinyal internet,
melalui pengalaman tentang habisnya      kemudian dihibahkan kepada Radio
masa         berlaku   pulsa    ponsel   Sadewo. Menara dibongkar dari tempat
sebagaimana dikemukakan pada awal        semula, di bawa ke Ploso, lalu dipasang
tulisan ini.                             kembali di halaman masjid sebagai
                                         menara pemancar siaran radio.

Banyak kejadian serupa menimbulkan
                                         Untuk pembongkaran, pengangkutan,
persoalan,     semata-mata    karena
                                         dan pemasangan kembali, biayanya
ketidaktahuan. Ambil contoh tentang
                                         yang digunakan merupakan bantuan
menara pemancar.       Ketika menara
                                         dana dari LP3Y, yang saat itu bersama
pemancar masih menggunakan bambu,
                                         11 LSM tergabung dalam konsorsium
siaran bisa ditangkap pendengar lebih
                                         yang menangani program pemulihan
jelas. Berbeda dengan sekarang.
                                         sosial-ekonomi daerah bencana gempa
Setelah     menggunakan       menara
                                         di 5 Dusun yang salah satunya adalah
pemancar permanen, tidak semua
                                         Wonolelo. Di studio radio milik LP3Y
pendengadapat     menangkap    siaran
                                         tersebut, beberapa pemuda Wonolelo
sebaik sebelumnya. Posisi menara
                                         pernah beberapa kali paktek siaran
                                         radio.




Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA


Karena itu, walaupun posisi menara yang sekarang dinilai kurang pas, belum ada
rencana untuk memindahkannya ke tempat yang lebih pas. Meski dengan posisi
menara yang kurang pas itu menyebabkan pendengar tidak bisa menangkap siaran
dengan cukup baik, hal itu dilihat sebagai kenyataan yang harus diterima apa adanya.
Yang penting siaran bisa tetap berlangsung. Untuk memindahkan menara,
diperlukan.biaya. Dari mana dana untuk itu diperoleh, menjadi tanda tanya.

Dengan kata lain, kecuali keterbatasan keahlian dan pengalaman, masalah dana juga
menjadi persoalan.

Terkumpul Rp 7.000


Sejak semula, salah satu gagasan yang disepakati sebagai cara menghimpun dana
untuk biaya operasional adalah melalui iuran dari warga sebagai anggota radio
komunitas. Namun pada prakteknya, iuran ini belum bisa diandalkan.

Jumlah terbesar iuran yang pernah terkumpul saat berlangsung pertemuan antara
pengurus dan anggota, hanya Rp 7.000. Padahal, pertemuan semacam itu belum
dilenggarakan secara rutin. Dengan iuran yang terkumpul sebesar jumlah tersebut,
biaya operasional tak pelak lagi menjadi salah satu masalah yang dihadapi Radio
Sadewo

Menurut Misbah, biaya operasional per bulan sekitar Rp 100 ribu. Untuk membayar
rekening listrik rata-rata Rp 60 ribu, selebihnya untuk membeli pulsa ponsel (IM3 dan
fleksi) dan keperluan lain.

Selama ini, biaya operasional tertutupi berkat dukungan dana seorang warga yang
menjadi donatur tetap. Yang menjadi donatur tetap adalah Pak Untoro, pengusaha
meubel. Sebagai balas jasa, ditempuh kebijaksanaan menyiarkan iklan perusahaan
meubel donatur tersebut.

Upaya memperoleh dukungan dana untuk biaya operasional dari sumber lain bukan
tidak dilakukan. Sebagai contoh, perintaan bantuan dana sudah diajukan ke kelurahan.
Namun permintaan tersebut belum mendapat tanggapan. Hingga sekarang, belum



Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA


terpikirkan jalan keluar mengatasi kendala dana tersebut, terutama jika suatu saat
dukungan dana dari donatur tetap itu berhenti.

Tinggal Tujuh

Peningkatan animo warga Wonolelo untuk mendengarkan siaran Radio Sadewo tidak
terlepas dari peran sekelompok mahasiswa yang saat itu menjalankan tugas KKN di
wilayah tersebut. Pasalnya, sewaktu para mahasiswa tersebut datang mengunjungi
warga, mereka sekaligus mensosialiasikan program siaran Radio Sadewo.

Bersama pemuda, mahasiswa KKN itu bahu-membahu menyelenggarakan siaran. Saat
itu menjelang bulan Ramadhan. Selama bulan ramadhan, mike (corong suara) di mesjid

disambungkan dengan studio, sehingga Radio Sadewo bisa siaran langsung, selama
acara taraweh berlangsung di masjid. Selama itu, respon pendengar termasuk tinggi.

Selain itu, mahasiswa KKN itu juga mengiming-imingi door prize berupa pulsa seharga
Rp 5000 agar warga mendengarkan program siaran tertentu. Yang mendapat hadiah
adalah pendengar yang memberi tanggapan terbaik, atau yang dapat menjawab
pertanyaan.

Setelah mahasiswa KKN pergi, pengelolaan siaran menjadi tanggung jawab warga,
terutama pemuda. Pada mulanya, cukup banyak pemuda yang aktif berperanserta

dalam penyelenggaraan siaran. Apalagi ada kesepakatan dari setiap desa ada satu
atau dua pemuda yang mewakili dusun masing-masing. Mereka cukup aktif ketika itu.
Belakangan satu demi satu tidak pernah muncul lagi.

Sekarang, menurut Misbah, tinggal 7 orang pelaksana siaran yang menjadi motor
penggerak sehingga radio ini tetap mengudara. Mereka bergantian menyelenggarakan
siaran, kadang-kadang harus bertugas hingga siaran usai. Pasalnya, pelaksana siaran
yang seharusnya bertugas, tidak kunjung datang. Kekosongan tenaga juga bisa terjadi
saat hujan datang pada sore atau malam hari.




Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA


Akibat keterbatasan tenaga, pernah terjadi siaran sama sekali tidak berlangsung. Oleh
kesibukan masing-masing yang tidak dapat ditinggalkan, ada karena harus mengikuti
kuliah sedang yang lain harus menyelesaikan

pekerjaan, tidak ada satu pun yang bisa bertugas menyelenggarakan siaran. Namun
kejadian seperti itu tidak sering terjadi.

Jalan Masih Panjang

Dihitung sejak diresmikan, Radio Sadewo telah mengudara selama sembilan bulan.
Hingga kini, siaran tetap berlangsung walau ijin dari KPID (komite penyiaran daerah)
belum turun. Radio ini sudah menjadi anggota jaringan radio komunitas DIY (dengan
anggota 57 radio komunitas).

Dalam perjalanan selama sembilan bulan itu, masalah dana untuk biaya operasional,
keterbatasan tenaga dan sekaligus keterbatasan keahlian untuk penyelenggaraan
teknis siaran dan pengembangan program, memang disadari sebagai kendala.

Apalagi kendala yang muncul tidak hanya menyangkut hal yang disebutkan di atas,
walau ada hubungannya secara tidak langsung. Sebagai misal, suatu saat komputer
terserang virus. Komputer tidak bisa dioperasikan, sehingga siaran tidak berjalan.
Kendala ini baru bisa diatasi setelah meminta bantuan salah satu pemuda yang bukan
pelaksana siaran, tapi memiliki keahlian komputer. Sesudah itu komputer bisa
dioperasikan kembali, tapi sebagian besar koleksi lagu hilang, karena itu permintaan
pendengar tidak dapat dipenuhi. Lagu-lagu harus diinstal lagi. Contoh lain, dalam
pertemuan antara pengurus dan pengelola, diputuskan bahwa pengurus akan
merancang program baru. Program baru tersebut direncanakan akan
disiarkan pada tanggal yang disepakati. Pelaksana siaran menunggu rincian program
tersebut. Sampai hari yang ditentukan, rancangan program itu ternyata belum jadi juga.
Mau tak mau pelaksana siaran pada hari itu melakukan improvisasi, kembali ke
program semula.

Meski demikian, berbagai kendala tersebut tidak menyurutkan semangat para
pelaksana harian siaran Radio Sadewo. Ada hal yang membuat mereka tetap bertahan,
yakni kehadiran radio komunitas ini sudah mendapat tempat di hati masyarakat
setempat.

Edisi: 05/Mei 2009
LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA

                                           sekitar perempatan jalan yang menjadi
Sampai sejauh ini, program siaran lagu     halaman studio itu.     Mereka tekun
pilihan pendengar, atau program siaran     mendengarkan siaran itu hingga usai,
siraman rohani, masih mendapat             sebab      pelaksana   siaran  sudah
tanggapan baik dari warga.          Itu    mempersiapkan salon yang dipinjam
diketahui melalui sms yang diterima,       dari salah satu warga.
suatu kali pernah mencapai angka 30
sms dalam satu hari.                       Tak hanya itu. Meski belum mempunyai
                                           program     siaran    informasi,  Radio
Begitu pula gairah anak-anak untuk         Sadewo sudah dijadikan warga sebagai
hadir setiap hari Minggu pagi baik untuk   tempat bertanya. Saat pemilu legislatif
ikut siaran langsung program anak-anak     lalu, banyak warga          mengirimkan
atau sekedar membaca buku.                 pertanyaan lewat sms untuk mengetahui
                                           apakah nama         mereka tercantum
Seperti anak-anak tersebut, warga juga
                                           sebagai pemilih tetap. Agar dapat
sudah memandang stasion siaran Radio
                                           menjawab pertanyaan itu, salinan Daftar
Sadewo sebagai salah satu pusat
                                           Pemilih Tetap (DPT) diminta dari KPUD
kegiatan yang layak dikunjungi. Pada
                                           Bantul. Nama warga yang tercantum
hari biasa, para pemuda datang hanya
                                           dalam      DPT     tersebut    kemudian
sekedar untuk bertemu. Pada hari lain,
                                           disiarkan.
tidak hanya pemuda, juga sebagian
orang dewasa, datang beramai-ramai,        Semua itu menjadi ukuran bagi
saat diselenggarakan siaran langsung       pelaksana harian siaran Radio Sadewo,
dalam       suatu    program     yang      bahwa dengan segala keterbatasan,
menghadirkan       pembicara     untuk     kehadiran Radio Sadewo masih penting
menyampaikan ceramah. Walau tidak          dilanjutkan. Itu yang menjadi nafas bagi
bisa masuk ke ruang studio, mereka         semangat mereka untuk tetap bertahan.
cukup puas berdiri berdesak-desak di
                                           banyak hal bisa dibicarakan. Bertukar
Dan kalau pun mereka memberanikan          pikiran, bertukar pengalaman, berbagi
diri menjadi tuan rumah bagi pertemuan     informasi. Dari pertemuan semacam itu
57 anggota jaringan radio komunitas        mungkin lahir gagasan apa saja
DIY pada akhir bulan Mei ini,              peluang      pengembangan     masing-
keberanian itu lebih dilandasi kesadaran   masing, sendiri atau bersama, suatu
bahwa     lewat     pertemuan     dengan   saat kelak. Mereka sadar, jalan masih
sesama pengelola radio komunitas,          panjang.(rondang pasaribu)


Edisi: 05/Mei 2009
Penanggung Jawab :
                              Ashadi Siregar
                            Pemimpin Redaksi :
                          Slamet Riyadi Sabrawi
                                 Redaksi :
Ismay Prihastuti, Dedi H. Purwadi, Agoes Widhartono, Rondang Pasaribu.
                            Sekretaris Redaksi :
                               W. Nurcahyo

Contenu connexe

Similaire à PRT-Hak-dan-Perlindungan

Musni Umar: Mengurai Masalah Kronis di DKI Jakarta
Musni Umar: Mengurai Masalah Kronis di DKI JakartaMusni Umar: Mengurai Masalah Kronis di DKI Jakarta
Musni Umar: Mengurai Masalah Kronis di DKI Jakartamusniumar
 
Bab viii organisasi serikat pekerja
Bab viii organisasi serikat pekerjaBab viii organisasi serikat pekerja
Bab viii organisasi serikat pekerjaArif Farida
 
Serikat Buruh dan Media Propaganda
Serikat Buruh dan Media PropagandaSerikat Buruh dan Media Propaganda
Serikat Buruh dan Media PropagandaPindai Media
 
Notulensi sd diskusi krisis ngo, 13052011
Notulensi sd diskusi krisis ngo, 13052011Notulensi sd diskusi krisis ngo, 13052011
Notulensi sd diskusi krisis ngo, 13052011SatuDunia Foundation
 
Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005
Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005
Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005INSISTPress
 
Analisi sosial presentasi
Analisi sosial presentasi  Analisi sosial presentasi
Analisi sosial presentasi Franz Luffy
 
Makalah ppkn Hak Asasi Manusia
Makalah ppkn Hak Asasi Manusia Makalah ppkn Hak Asasi Manusia
Makalah ppkn Hak Asasi Manusia EkaMaisaraAmalia
 
manajemenaksimahasiswa-bem.pptx 0.58 Mb@Aksi12345
manajemenaksimahasiswa-bem.pptx 0.58 Mb@Aksi12345manajemenaksimahasiswa-bem.pptx 0.58 Mb@Aksi12345
manajemenaksimahasiswa-bem.pptx 0.58 Mb@Aksi12345aidil795891
 
PowerPoint LK-3.pptx
PowerPoint LK-3.pptxPowerPoint LK-3.pptx
PowerPoint LK-3.pptxIB4LGAME
 
KB 2 Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi Perempuan
KB 2 Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi PerempuanKB 2 Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi Perempuan
KB 2 Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi Perempuanpjj_kemenkes
 
Digital surya 02 november 2013
Digital surya 02 november 2013Digital surya 02 november 2013
Digital surya 02 november 2013Portal Surya
 
Ketahanan keluarga rapuh karena terjadi disfungsi keluarga akibat mea
Ketahanan keluarga rapuh karena terjadi disfungsi keluarga akibat meaKetahanan keluarga rapuh karena terjadi disfungsi keluarga akibat mea
Ketahanan keluarga rapuh karena terjadi disfungsi keluarga akibat meaFlamencoRizky
 

Similaire à PRT-Hak-dan-Perlindungan (20)

Musni Umar: Mengurai Masalah Kronis di DKI Jakarta
Musni Umar: Mengurai Masalah Kronis di DKI JakartaMusni Umar: Mengurai Masalah Kronis di DKI Jakarta
Musni Umar: Mengurai Masalah Kronis di DKI Jakarta
 
Bab viii organisasi serikat pekerja
Bab viii organisasi serikat pekerjaBab viii organisasi serikat pekerja
Bab viii organisasi serikat pekerja
 
Serikat Buruh dan Media Propaganda
Serikat Buruh dan Media PropagandaSerikat Buruh dan Media Propaganda
Serikat Buruh dan Media Propaganda
 
Notulensi sd diskusi krisis ngo, 13052011
Notulensi sd diskusi krisis ngo, 13052011Notulensi sd diskusi krisis ngo, 13052011
Notulensi sd diskusi krisis ngo, 13052011
 
Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005
Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005
Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005
 
Analisi sosial presentasi
Analisi sosial presentasi  Analisi sosial presentasi
Analisi sosial presentasi
 
Makalah ppkn Hak Asasi Manusia
Makalah ppkn Hak Asasi Manusia Makalah ppkn Hak Asasi Manusia
Makalah ppkn Hak Asasi Manusia
 
Makalah ham indalia
Makalah ham indaliaMakalah ham indalia
Makalah ham indalia
 
Pemahaman Komunitas Penyandang Disabilitas Muslim terhadap CRPD.pdf
Pemahaman Komunitas Penyandang Disabilitas Muslim terhadap CRPD.pdfPemahaman Komunitas Penyandang Disabilitas Muslim terhadap CRPD.pdf
Pemahaman Komunitas Penyandang Disabilitas Muslim terhadap CRPD.pdf
 
(Etikum)
(Etikum)(Etikum)
(Etikum)
 
manajemenaksimahasiswa-bem.pptx 0.58 Mb@Aksi12345
manajemenaksimahasiswa-bem.pptx 0.58 Mb@Aksi12345manajemenaksimahasiswa-bem.pptx 0.58 Mb@Aksi12345
manajemenaksimahasiswa-bem.pptx 0.58 Mb@Aksi12345
 
Kti tiwi
Kti tiwiKti tiwi
Kti tiwi
 
PowerPoint LK-3.pptx
PowerPoint LK-3.pptxPowerPoint LK-3.pptx
PowerPoint LK-3.pptx
 
KB 2 Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi Perempuan
KB 2 Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi PerempuanKB 2 Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi Perempuan
KB 2 Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi Perempuan
 
Digital surya 02 november 2013
Digital surya 02 november 2013Digital surya 02 november 2013
Digital surya 02 november 2013
 
10178 27513-1-sm
10178 27513-1-sm10178 27513-1-sm
10178 27513-1-sm
 
Di Bawah Bayang-bayang Krisis: Laporan Tahunan AJI 2015
Di Bawah Bayang-bayang Krisis: Laporan Tahunan AJI 2015Di Bawah Bayang-bayang Krisis: Laporan Tahunan AJI 2015
Di Bawah Bayang-bayang Krisis: Laporan Tahunan AJI 2015
 
Tugas pkn
Tugas pknTugas pkn
Tugas pkn
 
Latar belakang
Latar belakangLatar belakang
Latar belakang
 
Ketahanan keluarga rapuh karena terjadi disfungsi keluarga akibat mea
Ketahanan keluarga rapuh karena terjadi disfungsi keluarga akibat meaKetahanan keluarga rapuh karena terjadi disfungsi keluarga akibat mea
Ketahanan keluarga rapuh karena terjadi disfungsi keluarga akibat mea
 

Dernier

LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 

Dernier (20)

LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 

PRT-Hak-dan-Perlindungan

  • 1. 2009 Edisi : 05 /Mei 2009 Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerbitan Yogya 3/2/2009
  • 2. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Pengantar PEREMPUAN PRT DAN KEBIJAKAN NEGARA enjelang pergantian pemimpin dan di luar negeri mampu menyumbang devisa bagi M kabinet negeri ini, apa yang diharapkan mengalami perubahan lebih baik di tengah pertarungan politik Indonesia. Di lain hal, diakui memang PRT sangat memperebutkan kursi kepresidenan? Isu yang dibutuhkan oleh para keluarga. Lihatlah jika berkaitan dengan perempuan seperti, menjelang Hari Raya Idul Fitri, banyak orang kesehatan reproduksi, masalah kematian ibu kesulitan melakukan pekerjaan rumahtangga melahirkan, kekerasan dalam rumahtangga dan tanpa bantuan PRT. masih banyak lagi yang perlu mendapat perhatian. Namun, yang perlu menjadi perhatian, seberapa besar perlindungan mereka? Siapa Apakah agak berlebihan jika harapan untuk isu yang peduli ketika terjadi sejumlah kekerasan, perempuan mendapat perhatian selain penindasan yang menimpa mereka. Mengingat pertumbuhan ekonomi diharapkan lebih baik. hal tersebut, berkaitan dengan hari buruh Memang “ikutan” dari perekonomian baik juga sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Mei lalu, terbawa dengan lebih baik nasib perempuan. beberpa aktivis menggunakan momentum Sehingga jika perekonomian lebih baik tersebut untuk terus memperjuangkan nasib diharapkan perempuan juga dapat menikmati mereka. hasil dari kelebihbaikan tadi. Apakah demikian? Hal ini dilakukan mengingat perlindungan Berkaitan dengan aspek perekonomian tadi, negara terhadap PRT ini masih rendah. Apalagi bagaimana halnya dengan pekerja rumahtangga Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang (PRT) yang mayoritas perempuan. Sekilas, orang ketenagakerjaan juga mengecualikan pekerja tidak terlalu peduli jika bicara PRT dan nilai rumahtangga dalam perlindungan hukum ekonomi. Tapi, jika dirunut lebih jauh, peran karena mereka belum dikategorikan sebagai PRT sangat besar terhadap keberlangsungan pekerja. suatu keluarga bahkan suatu negara. Tidak dapat dipungkiri, keberadaan PRT yang bekerja Edisi: 05/Mei 2009
  • 3. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Padahal di Indonesia PRT yang ada jumlahnya sekitar 2,5-3 juta orang. Mereka rentan mengalami kerja paksa karena situasi kerja terisolasi di rumah. Mengapa kerja paksa? Koordinator Nasional Proyek Pekerja Migran Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) Albert Y Bonasahat menunjukkan laporan tentang kerja paksa ini. (Koran Tempo, 20/05/09). ILO mendefinisikan kerja paksa sebagai segala pekerjaan atau jasa yang diperas dari seseorang dengan ancaman akan suatu hukuman tertentu dan orang tersebut tidak menawarkan dirinya untuk melakukan secara sukarela. Dari studi yang dilakukan LSM Rumpun Gema Perempuan terhadap PRT atau pramuwisma, terdapat indikasi situasi kerja paksa atas 81% responden. Dalam arti, mereka harus bekerja 11 jam atau lebih dalam satu hari. Penelitian yang dilakukan tahun lalu ini juga ditemukan 93% dari responden diindikasi mengalami kekerasan psikis, 42% mengalami kekerasan dan pelecehan seksual dan 68% mengalami pelecehan mental. (Media Indonesia, 25/5/09) Masih banyak lagi fakta yang dialami PRT, selain tidak mendapatkan gaji yang semestinya serta liburan, PRT juga mengalami penyiksaan yang berujung pada kematian. Seperti kasus yang terjadi baru-baru, Kartini, perempuan PRT asal Kendal Jawa Tengah ditemukan tewas di rumah majikannya di kawasan Petaling Jaya, Selangor, Malaysia dengan sejumlah luka lebam di tubuhnya. (Kedaulatan Rakyat, 26/5/09) Peristiwa kekerasan yang menimpa para PRT tersebut tidak hanya terjadi di luar negeri, Malaysia atau Arab Saudi yang kerap diekspos media. Peristiwa atau kasus-kasus yang menimpa PRT juga banyak terjadi di dalam negeri. Mengapa para PRT sering mendapat perlakuan yang tidak manusiawi oleh para pengguna jasanya. Banyak faktor yang melatarbelakangi persoalan itu. Dari pihak PRT-nya dapat disebabkan karena keterbatasan keterampilan dalam mengatur pekerjaannya atau karena tidak ada bargaining position dalam hubungan antara pekerja dan pengguna jasa/majikan. Faktor terakhirlah yang kerap menimbulkan terjadinya kesewenangan terhadap PRT. Untuk itu, salah satu lembaga yang peduli terhadap persoalan ini Rumpun Tjoet Nyak Dien terus melakukan pemberdayaan bagi PRT serta juga usaha dalam mencari celah agar keberadaan PRT dapat diatur dalam undang-undang, meski dalam Undang-undang ketenagakerjaan ini PRT mendapat pengecualian. Dengan pengecualian inilah sebenarnya PRT ditolak hak-hak buruhnya. Dalam Amnesty International Pebruari 2007, dijelaskan bahwa dengan meratifikasi ICESCR (International Covenant On Economic, Social and Cultural Right) Indonesia berarti stuju diikat secara hokum oleh ketentuan-ketentuannya. Hal ini membentuk bagian dari undang-undang domestik dan juga menyertakan kewajiban negara dalan Edisi: 05/Mei 2009
  • 4. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA kaitannya untuk menjamin kondisi kerja yang adanya ketidakadilan yang dialami perempuan. layak. Seperti yang diabadikan dalam pasal 7 salah satu contoh Konvensi CEDAW (The ICESCR dan standar-standar lainnya. Negara Convention on the Elimination of Discrimination yang meratifikasi ICESCR harus menjamin, Against Women) atau Penghapusan Segala khususnya; upah yang adil tanpa ada Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, dan perbedaan, terutama perempuan mendapatkan sejak tahun 1984 Indonesia telah meratifikasi jaminan kondisi kerja yang paling tidak sama konvensi ini. dialami kaum laki-laki, dengan pembayaran yang sama untuk pekerjaan yang sama. Kondisi Berkaitan dengan itulah para aktivis yang peduli kerja yang aman dan sehat. Istirahat dan terhadap persoalan ini seperti yang dimotori pembatasan jam kerja yang masuk akal dan oleh Rumpun Tjoet Nyak Dien melakukan liburan periodic. kegiatan semiloka dengan tema “Mau Kemana (http://www.asiapacific.amnesty.org/) Gerakan PRT”? Sejumlah pemikiran yang berupa poin-poin hasil lokakarya menjadi PRT yang mayoritas berjenis kelamin rekomendasi. Salah satu rekomendasi dalam perempuan ini memang sepatutnya masih terus komisi Advokasi yakni mendesakkan adanya diperjuangkan. Isu atau peristiwa yang Undang-Undang PRT secara nasional. menyakut mereka akan mencuat ke permukaan apabila telah jatuh korban. Padahal pada masa Begitulah kira-kira analisis singkat yang perlu Presiden RI pertama Soekarno, telah ada direnungkan. Hal lain yang perlu mendapat Undang-Undang (UU) yang bernuasa keadilan perhatian lebih lanjut adalah isu kebencanaan. gender. Undang-undang tersebut yaitu UU Dalam rubrik Media dan Kebencanaan, analisis 80/1958 yang menentukan prinsip pembayaran terhadap bencana jebolnya tanggul Situ Gintung yang sama untuk pekerjaan yang sama. menjadi bagian laporan kali ini. Analisis tulisan Perempuan dan laki-laki tidak dibedakan dalam tersebut mengupas bagaimana media melihat sistem penggajian. Keluarnya UU ini merupakan persoalan itu dalam hal kesinambungan salah satu contoh dari keberhasilan perjuangan pemberitaan. kaum perempuan ketika itu. (Negara dan Perempuan: 2005) Masih ada analisis lainnya yang menarik untuk disimak, diantaranya analisis tentang kasus Namun, perjuangan memang tidak hanya Antasari dalan rubrik Media dan Jurnalisme. sampai disitu, berbagai konvensi dilakukan di Selamat membaca. (ismay) tingkat internasional berharap menghapus Edisi: 05/Mei 2009
  • 5. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Sekilas Info MENGHADIRI SEMILOKA PERLINDUNGAN PRT B ertepatan dengan hari buruh yang jatuh pada tanggal 1 Mei lalu, lembaga yang peduli terhadap persoalan Pekerja Rumah Tangga (PRT), Rumpun Tjoet Njak Dien menggelar acara seminar dan lokakarya (semiloka) di Hotel Matahari Yogyakarta, dengan tema “Mau kemana (Quo Vadis) Gerakan PRT? Acara berlangsung satu hari, setengah hari untuk seminar dan berikutnya lokakarya. Pada acara seminar menghadirkan beberapa narasumber diantaranya, Juli E. Nugroho (Sekretaris Eksekutif Perhimpunan Solidaritas Buruh), Budi Wahyuni (Aktivis perempuan dan Ketua PHD), Lusi Margiyani, dan Sri Martini. Acara yang dihadiri anggota Lembaga Swadaya Masyarakat, perwakilan pemerintah, aktivis perempuan, para buruh, PRT dan media tersebut mendiskusikan sejumlah persoalan yang berkaitan dengan gerakan PRT ini. Salah satu narasumber yang menyinggung persoalan ini adalah Budi Wahyuni yang mengatakan bahwa Perda tentang PRT ini sangat penting agar ada hukum untuk melindungi keberadaan PRT di tengah menjalankan pekerjaannya. Hal senada juga dihasilkan dalam sesi lokakarya ini. Selain membahas masalah yang dihadapi PRT seperti gaji rendah, tidak ada Tunjangan Hari Raya (THR), belum ada hari libur, belum ada jaminan kesehatan dan sebagainya, juga terdapat rekomendasi strategis advokasi dengan mendesakkan adanya Undang-Undang PRT. (ismay) Edisi: 05/Mei 2009
  • 6. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA SEMILOKA PERDAGANGAN ANAK Tema yang diusung oleh anak ini memang tidak menjadi prioritas diangkat oleh media. Yayasan SAMIN Jogjakarta Melihat definisi dari perdagangan anak yang memang sangat sulit pada acara Semiloka, 5 Mei menguak permasalahan tersebut. Sehingga Yogyakarta bukannya lalu yakni Standar tidak ada perdagangan anak, tapi jaringan yang dimiliki para agen Perlindungan Anak Korban tersebut sangat rapi dan tertutup. Perdagangan Anak berbasis Perlu diketahui definisi dari perdagangan anak adalah rekruitmen, Hak Asasi Manusia. transportasi, pemindahan, menampung (menyembunyikan) atau menerima anak untuk tujuan eksploitasi di dalam atau antar negara, Acara yang berlangsung di yang mencakup tetapi tidak terbatas pada prostitusi anak, aula KPID DIY tersebut pornografi anak dan bentuk lain dari eksploitasi seksual, pekerja menghadirkan narasumber, anak, kerja paksa atau pelayanan perbudakan atau praktek lain yang yang berasal dari Badan menyerupai perbudakan, penghambaan atau penjualan organ tubuh, Pemberdayaan Perempuan penggunaan aktivitas terlarang/tidak sah dan keikutsertaan dalam dan Masyarakat (BPPM) konflik bersenjata. Prop. DIY, AJI Yogyakarta dan Yayasan SAMIN. Mengingat definisi tersebut anak-anak yang berada di jalan, seperti Semiloka ini dihadiri pengemis, anak-anak yang berjualan, yang menjadi pengamen tidak termasuk dalam kategori ini. sekitar 40 peserta seminar yang terdiri dari kalangan Namun tidak ada salahnya sosialisasi tentang perlindungan bagi LSM/NGO, media massa, anak korban perdagangan anak ini perlu dilakukan, mengingat tidak PSW, Dinas Sosial serta banyak masyarakat ataupun aparat yang tahu ataupun jeli untuk lembaga pemerintah serta melihat persoalan ini. masyarakat mitra Yayasan SAMIN. Acara seminar yang dilanjutkan dengan lokakarya dengan peserta lokakarya yang berjumlah 18 orang menghasilkan beberapa point Hal yang menarik dari rencana tindak lanjut dalam menangani persoalan ini baik dalam diskusi yang dilakukan upaya preventif maupun tindakan ketika terjadinya kasus sangat singkat ini, ketika perdagangan. (ismay) persoalan perdagangan Edisi: 05/Mei 2009
  • 7. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA SEJARAH DAN KEBIJAKAN PARIWISATA INDONESIA ejarah pariwisata Indonesia selama ini adalah mendidik orang untuk melayani atau sebagai S pelayan bukan dididik menjadi wisatawan. Sehingga kita tahu karakater masing-masing wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia, tetapi kita tidak tahu karakter masing- masing wisatawan yang berasal entah itu dari Padang, Madura atau wisatawan lokal khususnya, karena kita tidak pernah didik menjadi wisatawan. Itulah salah satu poin yang tercatat dalam seminar atau diskusi bulanan yang diselenggarakan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta yang jatuh pada tanggal 28 mei lalu. Diskusi kali ini bertema Pariwisata untuk Kesejahteraan: Meninjau Ulang Kebijakan Pembangunan. Sebagai Pembicara tunggal, Hendrie Adji Kusworo, Dosen Jurusan Ilmu Sosiatri, FISIP UGM dan Ketua Dewan Peneliti pada Pusat Studi Pariwisata, Dosen pada Program Studi Kajian Pariwisata Sekolah Pasca Sarjana, UGM banyak mengupas persoalan dunia pariwisata yang perlu mendapat perhatian. Selama ini menurut Adji, begitu biasa disapa, kebijakan pariwisata kita lebih menitikberatkan pada aspek ekonomi, dengan indikator berapa jumlah tamu yang datang, berapa lama tinggal, jumlah belanja total dan sebagainya. Aspek lain seperti sosial, kultural, psikologis dan bahkan religius, seringkali diabaikan. Padahal aspek tersebut juga sangat penting sebagai tujuan akhir dalam perolehan kemanfaatan dalam dunia pariwisata. Hal yang menarik lainnya yang diungkap oleh pembicara kala itu yakni kalimat setiap orang adalah insan pariwisata. Setiap orang pernah berwisata, tidak terkecuali orang yang tinggal di kolong jembatan. Yang membedakan orang yang beruntung (kaya) dan tidak beruntung (miskin) berwisata adalah modus dan cara mereka pergi dan tempat yang diminati. Adji juga menyoroti tentang Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang pariwisata yang masih perlu dilengkapi. Padahal Undang-Undang (UU) tersebut menggantikan UU tahun 1990 yang dianggap perlu perbaikan mengingat banyak perkembangan di dunia pariwisata. (ismay) Edisi: 05/Mei 2009
  • 8. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA DISKUSI AIDS UP DATE DI LP3Y J umlah temuan kasus HIV/AIDS di Kota Yogyakarta dan Provinsi DIY sampai dengan tahun 2009, ternyata tidak sama. Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Yogyakarta, Sebastian Lumowah, sampai dengan April 2009 jumlah orang yang terinfeksi HIV sebanyak 700 kasus dan AIDS 244 kasus. Sementara itu, data di tingkat provinsi, angkanya lebih kecil, yakni sampai dengan Maret 2009, DIY diurutan ke 11 dengan angka kumulatif, AIDS 246 kasus dan Menurut Slamet Riyadi, AIDS/IDU 120 kasus. persoalan data ini selalu menjadi pertanyaan bersama. Demikian persoalan tersebut mengemuka dalam diskusi bulanan Mengapa angkanya tidak LP3Y pada Jumat 29 Mei 2009 dengan tema “AIDS Up Date, pernah sama. Jumlah untuk menjelang ICAAP (International Congress on AIDS in Asia and the tingkat kota bisa lebih banyak Pacific) IX”. Diskusi yang dihadiri aktivis peduli AIDS dan para dibanding dengan jumlah di jurnalis itu, bertempat di aula LP3Y, berlangsung kurang lebih tingkat provinsi, yang selama dua jam. mencakup lima daerah tingkat dua. Diskusi ini diselenggarakan untuk memperoleh gambaran penting Kongres Internasional AIDS peran konvensi AIDS se-Asia Pasific terhadap epidemik HIV dan di Asia Pasifik, itu rencananya AIDS di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Selain itu, juga akan diselenggarakan di Bali mempertegas peran jurnalis sebagai salah satu stakeholders International Convention penanggulangan epidemik HIV dan AIDS di Yogyakarta. Centre. Nusa Dua pada tanggal 9-13 Agustus 2009 Bertindak sebagai pembicara pada diskusi itu adalah Slamet Riyadi mendatang. Kongres Sabrawi, Penanggungjawab Media Center ICAAP9 dan Sebastian kesembilan kali ini bertema Lumowah, Sekretaris KPA Kota DIY. “Pemberdayaan Masyarakat, Penguatan Jaringan” (ismay) Edisi: 05/Mei 2009
  • 9. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Media dan Jurnalisme BUKAN BERITA ISTIMEWA PADA KASUS ANTASARI Memasuki bulan Mei 2009, ada sebuah peristiwa yang banyak menyita perhatian masyarakat, dan kemudian menjadi berita utama di berbagai media. Peristiwa itu menyentak di tengah hiruk pikuk peristiwa politik. Berita tentang itu adalah ditetapkannya Antasari Azhar, sang Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Indonesia. Dengan penetapan dirinya sebagai tersangka oleh aparat kepolisian, tentu saja konsekuensinya Antasari harus ditahan. Ia dimasukkan ke dalam sel tahanan polisi. Apakah ini sebuah ironi karena seorang ketua KPK ditahan? Bergantung dari mana memandang fakta tersebut. Sebab, dalam kasus ini, Antasari ditahan karena persoalan yang dialaminya tidak bersangkut paut dalam kapasitas dirinya sebagai ketua KPK. Artinya, dia ditahan karena perbuatan dirinya sebagai pribadi, tanpa atribut seseorang yang memegang kendali Komisi Pemberantasan Korupsi itu. Dalam keterangannya kepada publik melalui pers, polisi mengatakan, Antasari ditahan karena terlibat dalam kasus terbunuhnya seseorang bernama Nasrudin Zulkarnaen. Korban adalah direktur sebuah perusahaan milik negara, PT. Putra Rajawali Banjaran. Peristiwa terbunuhnya Nasrudin, terjadi pertengahan Maret lalu. Berita tentang hal itu, menempati posisi utama di media sebagai berita peristiwa kriminal. Memang berdasarkan fakta bahwa telah terjadi aksi kriminalitas yakni pembunuhan terhadap seseorang. Kebetulan orang yang dibunuh itu menduduki posisi penting di sebuah badan usaha milik negara. Dalam perkembangannya, seiring penyelidikan polisi, diketahui kemudian bahwa salah satu orang yang diduga terlibat dalam peristiwa pembunuhan itu adalah Antasari. Maka, meledaklah berita tentang ditangkap dan kemudian ditahannya Antasari yang selama ini memang sudah memiliki nilai ketermukaan (prominence) di tengah kehidupan masyarakat. Sebagai seorang pemimpin lembaga yang diberi mandat oleh negara untuk memberantas korupsi, peran dan tentu saja sosoknya cukup menonjol Edisi: 05/Mei 2009
  • 10. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA dalam realitas so-sial kehidupan masyarakat. Terlebih dengan ekspose media selama ini yang kadang menempatkan dirinya sebagai seorang bak selebriti. Apalagi, memang, pada kenyataan-nya, kiprah lembaga KPK selama dipimpin Antasari, nyata Maka, berlombalah suratkabar menunjukkan kinerjanya. Beberapa anggota memberitakannya di halaman muka. Dengan dewan yang kemudian diketahui telah ciri dan gaya (style) masing-masing, suratkabar melakukan korupsi, harus ma-suk sel karena mewartakan peristiwa itu sebagai “jualan”. perburuan KPK. Itu hanya sedikit contoh tentang faktor ketermukaan sang ketua KPK Pada edisi Selasa, 5 Mei 2009, bisa dilihat tadi di tengah kehidupan masyarakat. beberapa suratkabar yang menempatkan fakta itu menjadi berita utama. (lihat Tabel I). Semua Pertanyaannya adalah, seberapa penting dan hanya menonjolkan tentang ditahannya seberapa bernilainya berita tentang ditahannya seorang bernama Antasari. Substansi persoalan, Antasari itu? Apakah pemberitaan dilandasi misalnya mengapa dia ditahan, hanya dengan penilaian bahwa peris-tiwa itu disinggung sedikit mengutip keterangan sumber merupakan hal penting? Atau hanya sebagai otoritatif kepolisian yang antara lain sebuah peristiwa menarik belaka karena mengemukakan, bahwa berdasarkan saksi-saksi kebetulan person yang berada dalam peristiwa yang telah diperiksa polisi, terbukti Antasari itu memiliki posisi populis di teng-ah diduga terlibat dalam pembunuhan Nasrudin. masyarakat? Uraian di bawah ini akan mencoba Untuk itu, Antasari ditahan. melihat persoalan tersebut. Dengan menyebut pasal-pasal tertentu dalam Produk media KUHP, yang sesuai dengan keterlibatan dan peran dirinya, polisi bahkan menyatakan, Antasari terancam hukuman mati. Semua itu Menyikapi fakta dalam peristiwa tersebut, dikutip oleh media. Maka, semua itu kemudian media cetak dalam hal ini suratkabar, kemudian muncul menjadi beberapa judul yang atraktif menempatkannya menjadi headline, berita dan menarik perhatian pembaca. Hampir semua utama, di halaman muka. Tidak bisa tidak, suratkabar yang dia-mati, memberi ruang untuk memang. Sebab, dilihat dari sisi kelayakan karya grafis guna menjelaskan kronologi beritanya, peristiwa itu memang sudah peristiwa yang me-nyeret keterlibatan Antasari menduduki posisi di atas yang layak untuk itu. Bahkan Koran Tempo menyajikan berita itu diberitakan. Hampir semua unsur terpenuhi. satu halam-an muka penuh, dengan visualisasi Gabungan sifat fakta yang timbul pada menggunakan blok warna hitam dan teks putih. peristiwa itu adalah ketermukaan sekaligus ter- Ilustrasi yang digunakan adalah karya grafis jadinya pertentangan (conflict), kedekatan yang mirip poster film The Godfather karya (proximity), dan tentu saja aktual. Francis Ford Coppola, dengan gambar Antasari hanya berupa siluet, mengenakan jas lengkap. Edisi: 05/Mei 2009
  • 11. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Apakah dengan demikian tugas dan fungsi pers sudah selesai? Tentu saja belum. Sebab, setelah diamati, pada kasus ini, masih terdapat beberapa hal yang memang tidak secara jelas diberikan kepada khalayak. Pertama, sebagai produk jurnalisme, media tidak berhasil menjelaskan seberapa besar dampak sekaligus apa makna yang terkandung dengan ditahannya Antasari itu bagi kehidupan publik. Sebab, berdasar hasil pengamatan sekilas atas beberapa media, diperoleh kesimpulan bahwa pers masih terjebak pada upaya penonjolan sensasi semata. Artinya, posisi Antasari dalam pemberitaan itu dipilih karena pers melihat kedudukannya, juga atributnya sebagai seorang pejabat negara. Tidak pada substansi bagaimana sebenar-nya duduk persoalan peristiwa itu terjadi. Seperti dituturkan polisi, Antasari ditahan ber-dasarkan keterangan tersangka lain yang sudah lebih dulu ditangkap. Tapi, gugatan pertanyaan awam khalayak, misalnya sejauh mana keterlibatannya, seperti apa , bagaimana latar belakang, siapa saja mereka yang terlibat, seperti apa peran masing-masing pihak yang terlibat, adakah sesuatu yang tersembunyi di balik keterangan aparat, tidak pernah muncul di media. Kedua, dalam pemberitaannya, pers kemudian terkesan lebih menempatkan kasus ini menjadi sebuah sensasi yang kental dengan sifat fakta yang menarik, tanpa memberi bobot makna apapun bagi publik, khalayak pembaca, pada umumnya. Sifat fakta yang demikian ini hanya akan memenuhi nilai guna psikis dan tidak memiliki nilai guna sosial sebagaimana sifat fakta yang penting. Mengapa? Karena, secara umum publik, atau khalayak luas tidak terlibat (dan atau dilibatkan) di dalamnya. Masyarakat hanya berdiri di luar peristiwa itu sebagai penikmat realitas melalui pemberitaan media. Mereka hanya sebagai penonton. Mereka tidak bersinggungan sama sekali dan tidak bakal kena dampaknya, langsung maupun tidak langsung. Media, sebagai produk jurnalisme tidak memperlihatkan keterkaitan fakta itu (jika ada) dengan kehidupan publik. Padahal, harus diakui, sampai saat ini media masih menjadi salah satu acuan masyarakat untuk membantu mereka dalam memaknai realitas. NO Media Judul Keterangan 1 KOMPAS KPK Tunggu Surat Polisi Foto + Grafis Kronologi 2 REPUBLIKA Antasari Ditahan Foto + Grafis 3 MEDIA INDONESIA Tersangka, Antasari Ditahan Foto – HL kedua 4 KORAN TEMPO Antasari Terancam Hukuman Mati HL – Satu halaman penuh 5 SOLOPOS Antasari Ditahan Foto + Grafis 6 SUARA MERDEKA Antasari Masul Sel Polda Foto + Grafis KEDAULATAN RAKYAT Antasari Terancam Hukuman Mati Foto Edisi: 05/Mei 2009
  • 12. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Tidak sederhana Lantas, realitas macam apa yang mesti disuguhkan kepada publik, jika bertumpu pada peristiwa ditahannya Antasari Azhar itu? Jawabnya tentu tidak sesederhana menampilkan fakta itu secara telanjang. Artinya, tidak sesederhana sebagaimana media hanya memberitakan bahwa ada seseorang bernama Antasari, beratribut sebagai pejabat publik, kini ditahan polisi karena diduga dirinya terlibat dalam sebuah pembunuhan. Memang, pada perkembangan selanjutnya, media juga menampilkan follow up news atas fakta itu. Misalnya mengungkap siapa saja yang berada di lingkaran bersama bersama Antasari, yang kemudian oleh aparat disebut sebagai perancang peristiwa pem-bunuhan itu. Disebut juga tentang beberapa orang yang ditetapkan sebagai tersangka, disebut sebagai operator lapangan. Namun, sejauh ini, laporan media tentang hal itu seolah hanya lebih menekankan unsur dramatisasinya, bukan pada substansinya, pokok persoalannya. Jika demikian, bukankah peristiwa ini memang cukup saja dihargai sebagai sebuah peristiwa biasa, sebagaimana kemudian muncul pada berita-berita kriminal lain yang bertebaran di media? Mengapa sampai menyita perhatian media sehingga mesti ditempatkan menjadi head line? Memang, tak bisa dimungkiri, peristiwa-peristiwa tentang sex, roman and crime, masih tetap menarik dan berada dalam rangking yang tinggi untuk pemberitaan di media. Pertanyaan demi pertanyaan muncul seiring dengan pencermatan atas produk media yang mewartakan peristiwa itu. Tersebutlah tiga orang yang berperan dalam aksi pembunuhan. Ada seorang anggota polisi, seorang pengusaha dan satu lagi adalah Antasari Azhar. Bahkan, dengan serta merta media memberi predikat lain kepada Antasari yakni sebagai intelectual dadder, atau aktor intelektual dalam peristiwa itu. Penyebutan itu mengutip mentah-mentah begitu saja keterangan pihak aparat kepolisian. Ada kesan pers telah menghakimi atau paling tidak menggiring publik untuk mengha-kimi secara sepihak pada orang yang masih dinyatakan sebagai tersangka. Lebih jelas lagi bagaimana rangkaian peristiwa ini dimunculkam melalui pem-beritaan yang sarat dengan unsur drama, adalah hadirnya nama seorang perempuan, yang dikaitkan dalam peristiwa ini. Kemudian muncullah penjelasan tentang motivasi, bahwa pembunuhan itu terjadi karena dilatarbelakangi unsur asmara. Edisi: 05/Mei 2009
  • 13. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Di sinilah masyarakat bisa sebuah fakta tentu bisa berada pada posisi yang penting. melihat, betapa alur cerita – Di manakah membidiknya, jika kasus itu adalah peristiwa menurut keterangan aparat dengan sifat fakta yang penting dan oleh karenanya yang kemudian dikutip bermanfaat bagi publik? Media bisa melakukannya dengan media- dalam peristiwa ini melakukan investigasi. Banyak kesempatan dan ruang yang tidak lebih dari kisah fiksi bak drama pada kisah timbul pasca pemberitaan itu yang perlu digali melalui sinetron. Itu artinya, sejauh investigasi. ini media terjebak hanya pada pemaparan sensasi Pembunuhan terhadap seseorang, sampai saat ini masih ketika mewartakan terus terjadi dan diberitakan media bahkan nyaris setiap hari. peristiwa itu. Lalu, apa bedanya peristiwa yang melibatkan Antasari ini dengan peristiwa lain? Dipandang dari sisi kriminalnya, tentu Dengan kegelisahan yang tidak berbeda. Berita ini adalah tentang peristiwa kriminal terus dipelihara, mestinya biasa. Hanya saja, kebetulan orang yang terlibat di sana media bisa lebih jeli dalam adalah sosok yang sudah dikenal luas oleh publik. menyikapi dan menilai hal ini. Bahwa betapa “murah- nya” sebuah realitas dalam Sampai akhir bulan Mei 2009, polisi belum juga mampu pemberitaan jika hanya menguak tabir peristiwa itu, bahkan terkesan kebingungan meneropong tentang menanganinya. drama perselingkuhan atau cinta segitiga dan Maka seiring dengan semangat kebebasan pers sekarang, semacamnya. Atau bisa semestinya peran pers dalam peristiwa ini mampu saja khalayak menilai, memberikan bukti, bahwa kemerdekaan pers tidak saja bagi mentang-mentang yang insan pers, tetapi juga ditujukan bagi masyarakat luas. Itu terlibat di dalamnya adalah berarti, tugas pers akan lebih berdampak dalam menyikapi seorang pejabat publik peristiwa ini jika menerapkan praktek jurnalisme investigatif. yang punya peran besar dalam upaya agar sistem Selama ini kecenderungan pers lebih pada melakukan penyelenggaraan negara indepth reporting, pelaporan mendalam yang tidak berjalan tertib, bersih dan mengorientasikan pers menjadi kegiatan membongkar jujur, maka peristiwa itu kesalahan, aib. Arah kemendalaman reportase dialirkan menduduki posisi sebagai kepada pencarian kelengkapan data dan keterangan yang sajian berita utama. memberikan keluasan perspektif khalayak ketika mengenali pelbagai kasus, skandal atau kejahatan (khususnya politik). Semestinya, pers mampu Bukan ditujukan untuk langsung memformat penyidikan dari mengupas lebih dalam dari berbagai kemendalaman pelaporannya, kepada semacam itu. Jika tidak sekadar kesimpulan gipotesis yang menyatakan “ siapa yang terlibat dipan-dang sebagai sebuah dan bertanggung jawab, dengan rangkaian bukti-bukti peristiwa yang menarik, faktanya” (Jurnalisme Investigasi: 2002) Edisi: 05/Mei 2009
  • 14. Jika mengorek lebih jauh dengan menerapkan investigasi, maka diharapkan publik bisa mendapatkan manfaat lebih dibanding sekadar berhenti pada berita kriminal. Kaitan antara aktor satu dengan aktor lain yang terlibat dalan peristiwa ini, peran masing-masing, latar belakang, posisi di tengah publik, apa kepentingan mereka dan sebagainya, adalah sedikit dari banyak hal yang bisa digali lebih dalam oleh media pers. Dengan demikian yang dilakukan, pers diharapkan bisa memberitakan peristiwa ini lebih lengkap, lebih jelas sekaligus bisa mengajak khalayak untuk terlibat di dalamnya. Dengan mengembangkan jurnalisme investigatif, media dan juga khalayak tidak hanya bisa mengetahui motivasi yang menggerakkan para pelaku dalam peristiwa itu, tapi lebih jauh lagi dari sana adalah seberapa besar peristiwa itu mempengaruhi kehidupan orang banyak. Kesempatan seperti inilah yang semestinya dilakukan pers dalam menguak fakta agar khalayak mendapatkan informasi lengkap, dan tidak semata melaporkan keterangan berdasar kutipan dari sumber-sumber apakah itu pengacara, polisi atau yang lain. Dalam kasus ini, lubang-lubang yang menganga itu belum mampu ditambal oleh gugatan pers, baik melalui pertanyaan yang berdaya atau penyelidikan yang jeli dan tentu saja cerdas, sampai ke akar-akarnya. Sehingga, dengan demikian, khalayak akan mendapatkan sebuah laporan lengkap, menyeluruh, bermakna dan tidak sepotong-sepotong berdasarkan penggalian para awak media itu sendiri. (agoes widhartono) Media dan Kebencanaan
  • 15. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA MENYOAL KESINAMBUNGAN PEMBERITAAN BENCANA : KASUS PEMBERITAAN BENCANA SITU GINTUNG A da semacam pola kecenderungan dalam pemberitaan bencana, yakni pemberitaan bencana mirip dengan situasi bencana yang diberitakan. Seperti halnya bencana yang tiba-tiba menyergap dan memicu histeria dan kesibukan masal, begitu pula pemberitaan tentang bencana tersebut: media sibuk meliput dan memberitakannya; newsroom sibuk membuat penugasan, membuat perencanaan liputan dan pengalokasian topik berita, menentukan angle tulisan, dan sebagainya. Ketika pihak-pihak pemberi bantuan sibuk mengumpulkan dan menyalurkan bantuan, begitu pula media: sibuk mengumpulkan fakta lalu menyalurkannya dalam bentuk berita. Seiring waktu, histeria dan kesibukan terus berkurang hingga akhirnya yang tinggal adalah kenangan dibarengi upaya untuk kembali ke situasi “normal”. Pemberitaan media juga tak jauh berbeda. Itu terlihat dari intensitas dan kuantitas pemberitaan. Intensitas ditunjukkan dari kerapatan pemberitaan berdasarkan waktu, sedangkan kuantitas diperlihatkan dengan jumlah item dan space (durasi untuk media elektronik) yang disediakan. Jika pada beberapa hari sejak bencana terjadi intensitas pemberitaan begitu tinggi yang ditandai dengan kemunculan berita dari hari ke hari tanpa jeda, berangsur-angsur jarak kemunculan berita pun makin renggang (satuan waktu bisa berbeda antara satu bencana dengan lainnya: pemberitaan bencana gempa Bantul 27 Mei 2006 berlangsung hingga lebih dari setahun). Dari sisi kuantitas, terlihat penurunan jumlah item berita: dari semula bisa 3-5 berita dengan beragam format penyajian (straight news, news features, indepth reporting) terus berkurang hingga satu dan akhirnya berita bencana itu hilang; kalaupun ada, berupa berita terselip sebagai kronik. Pola seperti itu terlihat pula pada pemberitaan bencana jebolnya tanggul Situ Gintung di Cireundeu, Tangerang, Banten, 27 Maret 2009. Bencana ini menewaskan sekitar 100 warga, sekitar 100 lagi dinyatakan hilang, sekitar 300 keluarga kehilangan tempat tinggal hingga kemudian menjadi pengungsi. Untuk melihat pemberitaan media tentang bencana Situ Gintung dan akibatnya bagi pembaca dilakukan pengamatan terhadap tujuh suratkabar, empat terbitan Jakarta dengan sirkulasi nasional, tiga terbitan Jateng-DIY yang sirkulasinya lokal-regional. Ketujuh suratkabar tersebut yaitu Kompas, Koran Tempo, Republika, Media Indonesia, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat dan Solopos. Edisi: 05/Mei 2009
  • 16. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Pengamatan dilakukan terhadap terbitan edisi mulai 28 Maret (sehari sejak bencana terjadi) hingga 30 April 2009. Total waktu sebulan empat hari atau 34 hari. Rentang waktu satu bulan dianggap relatif memadai untuk bisa melihat dinamika pemberitaan bencana, setidak-tidaknya mencakup pemberitaan tentang masa tanggap darurat (saat bencana) dan pascabencana pada tahap awal. Dengan mengamati pemberitaan dari waktu ke waktu sepanjang kurun waktu ini diharapkan bisa diperoleh jawaban apakah ada kesinambungan dalam eksposing masalah di seputar peristiwa tersebut. Kesinambungan ini sedikitnya menyangkut penanganan korban dan persoalan di luar penanganan korban bencana. Bagi khalayak pembaca kesinambungan pemberitaan penting artinya, sebab mereka berharap mendapatkan informasi utuh yang bisa menjawab keingintahuan mereka akan sebuah persoalan. Lebih lanjut, dengan informasi yang utuh publik atau khalayak pembaca bisa terbantu dalam memahami sebuah realitas yang kelak bisa berguna bagi mereka sebagai pembelajaran. Tiba-tiba Nyaris Lenyap Hasil pengamatan terhadap tujuh suratkabar menunjukkan terjadinya penurunan drastis dalam intensitas dan kuantitas pemberitaan bencana Situ Gintung (lihat grafik). Bahkan, sejak pertengahan minggu kedua (hari kesepuluh) berita bencana Situ Gintung tak terlihat lagi di tiga suratkabar terbitan Jateng-DIY (Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Solopos). Pada minggu pertama (28/3/09 – 3/4/09) ketujuh suratkabar menurunkan berita Situ Gintung dengan total item 104 berita (straight news dan news features). Jumlah item di masing-masing suratkabar bervariasi: Kompas (28 item), Koran Tempo (23), Media Indonesia (16), republika (12), Solopos (10), Suara Merdeka (8), Kedaulatan Rakyat (7). Pada minggu kedua (4/4/09-10/4/09) total berita langsung merosot menjadi hanya 27 item. Jumlah terbanyak masih pada Kompas (10). Di urutan berikut Koran Tempo (6), Republika (4). Kedaulatan Rakyat, Solopos, Media Indonesia masing-masing hanya 2 item dan Suara Merdeka 1 item. Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat dan Solopos, sudah tidak menyajikan berita Situ Gintung lagi mulai hari kesepuluh. Jumlah item berita dari seluruh suratkabar hanya ada 5 item, di minggu keempat 6 item, yang diamati terus merosot: di minggu ketiga dan di minggu kelima tinggal 2 item. Di minggu Edisi: 05/Mei 2009
  • 17. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA ketiga dan keempat hanya empat suratkabar media (jurnalis) dan space banyak yang memberitakan (Kompas, republika, Koran dialokasikan untuk liputan Pemilu dengan Tempo dan Media Indonesia). Dan di minggu berbagai aspeknya. Bagaimana pun juga tidak kelima hanya satu suratkabar (Kompas) yang bisa dipungkiri peristiwa ini, terlebih lagi memberitakan. Pemilu Legislatif (rakyat memilih langsung calon anggota legislatif) merupakan kali Adanya penurunan drastis pemberitaan pertama, memiliki daya tarik lebih kuat bagi bencana Situ Gintung mulai pertengahan pembaca sehingga bagi media memiliki daya minggu kedua kemungkinan besar karena dan nilai jual jauh lebih tinggi dari berita sosial koinsidensi dengan peristiwa politik nasional, seperti halnya bencana Situ Gintung. yaitu Pemilu Legislatif pada 9 April. Untuk event ini bisa dikatakan alokasi sumberdaya Grafik Pemberitaan Bencana Situ Gintung di 7 Suratkabar (Maret – April 2009) minggu1 minggu2 minggu3 minggu4 minggu5 (28/3-3/4) (4/4-10/4) (11/4-17/4) (18/4-24/4) (25/4-30/4) Minggu 1 = tujuh suratkabar memberitakan Minggu 2 = tujuh suratkabar memberitakan Minggu 3 = empat suratkabar memberitakan Minggu 4 = empat suratkabar memberitakan Minggu 5 = satu suratkabar memberitakan Mulai tanggal 7 April (pertengahan minggu 2) SM, KR dan Solopos tidak memberitakan lagi Masalah Ketaksinambungan Edisi: 05/Mei 2009
  • 18. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Adanya ketaksinambungan pemberitaan, terlebih lagi pada ketiga suratkabar Jateng-DIY, menyebabkan khalayak pembaca mengalami keterputusan informasi, sedikitnya tentang tiga hal. Pertama, menyangkut sejumlah persoalan di seputar bencana Situ Gintung yang di awal-awal sempat mengemuka melalui pemberitaan. Kedua, penanganan dan nasib korban, khususnya yang menjadi pengungsi karena mereka kehilangan tempat tinggal. Ketiga, rencana penanganan kawasan untuk mengantisipasi kemungkinan bencana serupa di tempat sama maupun tempat lain. Persoalan siapa yang seharusnya bertanggungjawab terhadap bencana jebolnya tanggul Situ Gintung sempat mengemuka di semua suratkabar di minggu pertama. Saling lempar tanggungjawab antara pemerintah pusat – pemerintah Tangerang – pemerintah Banten mewarnai pemberitaan suratkabar yang saat itu juga masih mengabarkan kondisi pengungsi. Akan tetapi, sampai akhir April publik tak mendapatkan jawaban tentang siapa yang seharusnya bertanggungjawab atas bencana tersebut dan mengapa pihak tertentu yang harus bertanggungjawab. Persoalan ini pun tak muncul di suratkabar yang masih memberi ruang bagi berita Situ Gintung hingga akhir April. Apalagi di tiga suratkabar yang sejak pertengahan minggu kedua sudah tak lagi memberitakan Situ Gintung. Memang, secara implisit upaya mencari siapa pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas bencana muncul melalui pemberitaan tentang diperiksanya pejabat Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tangerang (bukan berarti dengan sendirinya instansi ini yang bisa dikatakan bertanggung jawab). Berita ini diangkat Koran Tempo (4/4/09), Kedaulatan Rakyat (4/4/09), Suara Merdeka (4/4/09). Sebelumnya, Solopos melaporkan Mabes Polri mengusut dana perawatan Situ Gintung (3/4/09), Polisi menyelidiki jebolnya Situ Gintung (Koran Tempo, 2/4/09), menteri PU Djoko Kirmanto dilaporkan ke polisi (Koran Tempo, 8/4/09). Namun, hasil dari pemeriksaan tersebut tak diketahui publik, sebab ketujuh suratkabar tidak memberitakan perkembangan pemeriksaan maupun hasilnya. Dan belum lagi hasil perkembangan pemeriksaan itu diketahui publik, tiba-tiba kepolisian menyatakan menghentikan pengusutan dengan alasan tidak ada unsur kelalaian, padahal sejak awal media sudah mengungkapkan bahwa kelalaian pengawasan menjadi faktor utama. Ini hanya diberitakan Media Indonesia (15/4). Ketaksinambungan pemberitaan tentang masalah tersebut yang sebelumnya sudah diangkat media, tentu saja bisa dinilai menyimpangi amanah yang diberikan publik kepada media. Sebab sebagai kepanjangan mata dan telinga publik, media atau jurnalis, diharapkan untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan publik, tidak setengah-setengah: melemparkan sepotong fakta, kemudian membiarkan publik atau khalayak pembaca menebak-tebak apa ujung dari fakta itu. Edisi: 05/Mei 2009
  • 19. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Publik juga tidak bisa mengikuti perkembangan penanganan korban bencana yang dilakukan pemerintah. Benar, bahwa menurut laporan ketujuh suratkabar warga yang kehilangan rumah telah diungsikan dan mendapat rumah semi permanen sebagai penampungan sementara. Artinya, pengungsi tidak lagi tidur di barak, apalagi di tenda berbulan-bulan seperti korban gempa di Bantul- DIY. Akan tetapi publik tidak mendapat informasi, apakah para pengungsi mendapatkan fasilitas yang dibutuhkan (makanan, air bersih, sanitasi, pelayanan kesehatan, keamanan, pendampingan, trauma healing) selama berada di penampungan sebagaimana diamanatkan Pasal 53 UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana. Kalau mereka mendapatkan, bagaimana kualitas dari pelayanan tersebut apakah memadai, tepat bentuk dan sasaran, dan sebagainya. Dari sana publik kemudian bisa melihat dan menilai apakah pemerintah telah menjalankan kewajibannya memenuhi hak-hak warga, khususnya korban bencana. Publik atau khalayak pembaca yang paling tidak beruntung, karena tidak mendapatkan informasi tentang perkembangan ini, tentu saja khalayak pembaca Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat dan Solopos. Sebab, sejak pertengahan minggu kedua ketiga suratkabar itu tak lagi memberitakan Situ Gintung. Karena umumnya pembaca hanya membaca satu suratkabar, maka begitu suratkabar yang biasa dibaca atau dilangganinya tidak memberitakan, maka ia pun praktis kehilangan informasi. Ada kemungkinan ketiga suratkabar Jateng-DIY ini tidak memberitakan Situ Gintung sejak pertengahan minggu kedua, karena menganggap momentum peristiwanya sudah lewat (tidak lagi aktual), kemudian melihatnya dari aspek kedekatan (proximity) yang kurang dengan khalayak pembacanya. Kalau ini yang dijadikan dasar pertimbangan tentu saja yang dirugikan adalah, lagi-lagi pembaca. Sebab, aktualitas masih tetap bisa dijaga melalui eksposing persoalan pascabencana. Kemudian, dari aspek kedekatan tidak selalu harus secara fisik. Persoalan bencana dan pascabencana bisa selalu dekat dengan kehidupan publik di Indonesia yang memang rawan bencana, apalagi bagi sebagian warga Jateng (Klaten) dan Yogya-Bantul yang pernah mengalami bencana dan dinamika pascabencana pada gempa 27 Mei 2006. Berkaitan dengan upaya rehabilitasi dan pemulihan pascabencana Situ Gintung, pembaca pun tidak mendapat gambaran utuh dari empat suratkabar yang masih memberitakan Situ Gintung hingga akhir April. Pernah dilontarkan gagasan relokasi, namun kelanjutannya media tidak memberitakan. Salah satu suratkabar memberitakan bahwa pemerintah telah membangun rusunawa (rumah susun sewa) untuk 96 keluarga. Tidak ada penjelasan bagaimana dengan keluarga yang lain, mengingat yang kehilangan tempat tinggal sekitar 300 keluarga. Kemudian, menyangkut rencana pemerintah mengantisipasi risiko bencana di tempat yang sama dengan menata ulang kawasan situ, hanya satu dua suratkabar yang memberitakan (Republika, 23/4/09 dan Koran Tempo 22/4/09). Ini berarti hanya Edisi: 05/Mei 2009
  • 20. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA pembaca kedua suratkabar itu yang mendapat informasi tentang rencana tersebut. Selain itu, publik pun sesungguhnya tidak mendapat gambaran jelas seperti apa penataan ulang itu berikut berbagai implikasinya. Liputan Kebencanaan Melihat pola dan kesinambungan pemberitaan dan akibatnya terhadap hak mendapat informasi bagi publik terkait kebencanaan, sudah saatnya media tidak lagi melihat bencana hanya pada satu fase, yaitu ketika bencana terjadi apalagi melihat fase itu dengan mengikuti logika komersial (commodified). Harus dipahami bahwa bencana selalu tidak pernah berdiri sendiri hanya pada saat bencana terjadi. Fase kejadian selalu bertautan dengan situasi sebelum dan sesudah fase kejadian berlangsung. Jika memakai terminologi penanggulangan bencana, ada tiga fase yang perlu dicermati: pra bencana, tanggap darurat, pascabencana. Ketiga fase ini sesungguhnya menyediakan bahan berlimpah dan berkesinambungan untuk liputan media, khususnya liputan kebencanaan. Dalam konteks Situ Gintung, agenda liputan pascabencana menjadi penting untuk dipikirkan. Apa yang bisa dilakukan media? Setidak-tidaknya ada dua hal besar terkait kegiatan yang harus dilakukan pada fase pascabencana dan ini bisa dipantau media, yaitu rehabilitasi dan rekonstruksi. Rehabilitasi kawasan bencana dilakukan melalui kegiatan: perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan, pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan dan pemulihan fungsi pelayanan publik. (Pasal 58 ayat 1 UU Penanggulangan Bencana). Adapun rekonstruksi dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik meliputi: pembangunan kembali prasarana dan sarana, pembangunan kembali sarana sosial masyarakat, pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat, penerapan rancang bangun yang tepat dan pengunaan peralatan yang lebih baik, partisipasi dan peran serta lembaga dan rganisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat; peningkatan konidisi sosial ekonomi dan budaya, peningkatan fungsi pelayanan publik dan peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat. (Pasal 59). Dengan agenda itu, media sekaligus bisa menjalankan fungsi kontrolnya pula. Apakah langkah- langkah itu dijalankan dan negara menjalankan amanat undang-undang. Di sisi lain, media, khususnya suratkabar, tak perlu khawatir akan kekurangan bahan dan isu liputan/berita kebencanaan. (dedi h purwadi) Edisi: 05/Mei 2009
  • 21. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Spesial Info: RADIO SADEWO 107,7 FM RADIO KOMUNITAS WONOLELO B agi pelaksana harian siaran radio komunitas, kapan masa berlaku pulsa ponsel akan habis, atau justru memperkirakan kapan pulsa habis, adalah tugas penting yang harus diingat. Kalau tugas itu dilupakan, akan timbul masalah. Pendengar tidak bisa melakukan kontak. Itulah yang dialami para pelaksana harian siaran Radio Sadewo 107.7 FM, sebuah radio komunitas Desa Wonolelo, Plered, Kabupaten Bantul. Suatu saat, masa berlaku pulsa ponsel yang nomornya sudah diketahui pendengar, habis. Itu berarti, walau persediaan pulsa masih ada, tetap saja nomor itu tidak bisa dihubungi. Begitu pula kalau malah pulsa itu habis. Artinya, pendengar tidak bisa mengirimkan sms untuk permintaan lagu, menyampaikan komentar, atau bertanya. Meskipun di antara penyiar yang bertugas saat itu ada yang memiliki ponsel dan bersedia apabila nomor ponselnya dipakai sementara sehingga pendengar bisa melakukan kontak, namun upaya darurat itu dipandang bukan cara penyelesaian yang tepat. Pasalnya, pendengar harus mengingat nomor baru, lalu kembali lagi ke nomor lama kalau pulsa sudah ditambah. Jalan keluar yang ditempuh adalah meminta pendengar bersabar, seraya segera menambah pulsa. Modal semangat Radio Sadewo 107.7 FM, sebagai radio komunitas yang ditujukan bagi penduduk Kelurahan Wonolelo yang tersebar di 8 desa, boleh dibilang lahir bermodalkan semangat. Ketika digagas pertama kali, tidak ada warga yang mempunyai keahlian sebagai teknisi stasion radio, atau berpengalaman sebagai penyiar radio. Belum ada peralatan, tempat, atau dana. Edisi: 05/Mei 2009
  • 22. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Selanjutnya, proposal ini diajukan ke Bermodalkan semangat, apa yang belum berbagai pihak, lembaga swasta atau ada akan diupayakan menjadi ada instansi pemerintah, untuk memperoleh manakala radio komunitas yang dicita- dukungan dana. Bersamaan dengan itu, citakan sudah berdiri. Posisi pengelola radio komunitas sebagai suatu lembaga, begitu pendirian radio komunitas ini dicatatkan pula penyelenggara siaran, akan diisi oleh melalui Akta Notaris no. 2 tanggal 14- warga sendiri. Peralatan, dana, serta 04-2008 di sebuah kantor notaris di tempat stasion radio, akan diperoleh melalui Yogyakarta. partisipasi warga. Dukungan akhirnya diperoleh dari Plan Setidaknya, semangat seperti itulah yang Indonesia, perwakilan sebuah lembaga bisa dibaca dalam proposal pendirian radio swasta internasional yang komunitas ini. Dalam proposal yang sama, berkecimpung di bidang pengembangan tercantum pula latar belakang yang anak dan saat itu mempunyai wilayah mengilhami pendiriannya. kerja di Plered. Dari lembaga ini, Radio Warga Desa Wonolelo bertempat tinggal di Sadewo menerima bantuan peralatan lokasi yang berjauhan letaknya, sehingga elektronik yang cukup untuk menyulitkan komunikasi antar warga. menyelenggarakan siaran radio dengan Kenyataan tersebut menumbuhkan jangkauan sekitar 3 km, termasuk satu gagasan sejumlah warga untuk mendirikan komputer. radio komunitas. Melalui radio komunitas, terbuka peluang bagi warga untuk Uji coba siaran segera dilakukan. Warga berinteraksi tanpa terkendala oleh jarak. menyambut dengan antusias, terbukti Selain itu, melalui radio komunitas, dari banyaknya saran atau kritik yang informasi yang penting dan mendesak disampaikan baik melalui telepon dapat cepat disampaikan. Warga juga bisa maupun sms. Dan setelah beberapa memperoleh informasi untuk menambah bulan uji coba, keberadaan Radio pengetahuan, memperoleh hiburan, serta Sadewo 107,7 FM diresmikan melalui berpeluang berkreasi untuk menyalurkan bakat melalui program acara radio suatu perhelatan yang dihadiri pejabat komunitas. pemerintah setempat, tokoh masyarakat, serta warga. Gagasan terus dikembangkan, lalu dirumuskan dalam bentuk proposal, yang dilengkapi dengan susunan pengelola, rencana program mingguan, serta dilampiri tanda tangan 228 warga. Edisi: 05/Mei 2009
  • 23. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Menara Bambu Selama enam bulan lebih, siaran Radio Sadewo dipancarkan melalui menara pemancar yang terbuat dari bambu. Menara pemancar setinggi sekitar 10 m ini, didirikan hanya sekitar satu meter sebelah kiri di depan bangunan yang menjadi studio siaran Radio Sadewo. Menara bambu tersebut diganti bulan Desember 2008, dengan menara pemacar permanen yang terbuat dari kerangka besi setinggi 15 m. Bangunan yang menjadi studio siaran berdinding bambu, gedhek, berukuran sekitar 8 x 4 m, menghadap ke selatan. Oleh pemiliknya, warga setempat, bangunan tersebut diijinkan untuk digunakan sebagai studio siaran. Bangunan itu berdiri di sebidang tanah persisi di pojok sebuah perempatan di Dusun Ploso, Desa Wonolelo. Dusun Ploso sendiri terletak di daerah pebukitan, sekitar 1 km jaraknya dari pusat Desa Wonolelo yang terletak di dataran yang lebih rendah. Di seberang jalan, dipojok perempatan persisi dihadapan bangunan studio tersebut, terletak rumah tinggal warga pemilik bangunan. Di pojok sebelah kanan perempatan, terdapat sebuah masjid. Bangunan studio tersebut terdiri atas dua ruangan. Ruang paling depan menjadi ruang tamu dan sekaligus ruang perpustakaan. Memasuki ruangan ini, disebelah kiri terdapat etalase kaca dengan kerangka aluminium berukuran sekitar 60 x 80 x 120 cm, bertingkap tiga. Di dinding sebelah kiri, digantungkan sebuah rak kayu, juga memuat buku bacaan untuk anak-anak. Lantai ruangan terbuat dari semen, dilapisi karpet tiruan berwarna hijau. Di atas karpet itulah setiap pengunjung duduk, termasuk anak-anak saat membaca buku. Ruang depan dan ruang belakang yang menjadi kamar siaran dipisahkan sebidang dinding bambu. Pada dinding ini dipasang sebidang kaca berukuran sekitar 90 x 90 cm. Melalui kaca tersebut, seseorang bisa melihat ke dalam kamar siaran. Pintu masuk ke kamar siaran berada di sebelah kanan, selalu tertutup rapat. Edisi: 05/Mei 2009
  • 24. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Kamar siaran berukuran 3 x 4 m. Sebagian dindingnya sudah dilapisi panel kedap suara, demikian pula plafon ruangan itu. Sebagian lagi masih dibiarkan seperti semula, dinding gedhek tanpa dilapisi apapun. Menurut salah satu pemuda yang sedang bertugas menyelenggarakan siaran, suara mesin sepeda motor yang kebetulan melintas tetap bisa mengganggu kualitas siaran. Di sebelah kiri ruangan, terdapat dua meja, merapat ke dinding. Di atas satu meja ditempatkan sebuah monitor komputer, dengan CPU yang di letakkan di bawah meja. Di samping komputer, terletak dua ponsel. Nomor ponsel tersebut tertulis pada selembar kertas yang ditempelkan pada dinding. Melalui ponsel tersebut, pendengar bisa menyampaikan sms untuk permintaan lagu, termasuk saran atau kritik. Perangkat elektronik siaran radio, seperti mixer, transmitter, ditempatkan pada meja lainnya. Dua corong suara diletakkan di rak sebelah bawah meja. Memasuki ruang tersebut, hawa panas langsung menyergap. Ada sebuah kipas kecil yang terus berputar di samping mixer. Tetapi, kipas peninggalan seorang mahasiswa KKN itu, hanya untuk mendinginkan mixer. Di Warung Angkringan Radio Sadewo mengudara setiap hari mulai pukul 15.30 hingga pukul 23.00. Ini berlaku dari hari Senin hingga Sabtu. Sedang hari Minggu, siaran dimulai sejak pukul 08.00 pagi. Kebanyakan pendengar adalah pemuda. Sebagian mereka mendengar siaran di rumah masing-masing. Namun tidak sedikit yang mendengarkan siaran di warung angkringan terdekat. Edisi: 05/Mei 2009
  • 25. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Warung angkringan menjadi pilihan, selain karena warung ini buka hingga siaran usai, suasana di warung angkringan juga mendukung. Siaran bisa didengarkan sambil menikmati sebungkus nasi kucing, atau sepotong gorengan, atau sambil meminum teh. Dari warung angkringan itu pula mereka memilih lagu lewat sms sambil mengirimkan pesan kepada seseorang. Program yang disukai adalah program lagu pilihan pendengar. Program lagu populer menempati urutan pertama, diikuti program lagu nostalgia, program lagu campur sari, dan program lagu mancanegara. Belakangan, program lagu nostalgia matisuri, karena pengasuhnya pindah ke Lampung. Orang dewasa lebih menyukai program siraman rohani yang diselenggarakan setiap malam Selasa, mulai pukul 20.00 WIB selama satu jam. Siraman rohani ini berupa siaran langsung ceramah seorang narasumber, dilanjutkan dengan tanya jawab. Pertanyaan dikirimkan pendengar lewat sms. Khusus untuk hari Minggu, diselenggarakan program siaran untuk anak-anak, yang terus berlangsung hingga sekarang. Program siaran ini dimulai sekitar pukul 08.00 pagi. Kehadiran anak-anak menyebabkan studio penuh sesak. Maklum, anak-anak datang didampingi oleh ibu masing-masing. Anak-anak itu yang ikut siaran, masuk ke ruang siaran. Didampingi petugas, ada yang menyanyi, membaca puisi, atau mengirim salam kepada seseorang. Ibu anak tersebut menonton dari balik kaca. Sedang anak-anak yang tidak ikut siaran, asyik membaca buku di ruang depan yang berfungsi ganda, sebagai ruang tamu dan sekaligus ruang baca. Setiap kali acara anak-anak selesai, buku-buku yang baru dibaca ditumpuk begitu saja, karena harus ditata ulang kembali. Edisi: 05/Mei 2009
  • 26. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Program siaran untuk anak-anak dengan permintaan ada program siaran merupakan program yang khusus untuk anak-anak dengan fokus diselenggarakan sesuai permintaan Pendidikan Anak Usia Dini, sesuai Plan Indonesia. Lembaga ini bersedia dengan bidang kegiatan lembaga membantu pendirian Radio Sadewo tersebut selama ini. pemancar ternyata sangat menentukan, Posisi Kurang Pas hal yang baru diketahui belakangan. Mendirikan radio komunitas, apalagi Menara pemancar yang sekarang, terus mengelolanya agar tetap berdiri permanen di halaman masjid mengudara, ternyata tidak cukup yang berada di sebelah kanan studio. mengandalkan semangat. Kenyataan Menara pemancar itu sebelumnya milik itulah yang hendak disampaikan oleh Plan Indonesia digunakan sebagai Misbah, salah satu pelaksana siaran, menara penerima sinyal internet, melalui pengalaman tentang habisnya kemudian dihibahkan kepada Radio masa berlaku pulsa ponsel Sadewo. Menara dibongkar dari tempat sebagaimana dikemukakan pada awal semula, di bawa ke Ploso, lalu dipasang tulisan ini. kembali di halaman masjid sebagai menara pemancar siaran radio. Banyak kejadian serupa menimbulkan Untuk pembongkaran, pengangkutan, persoalan, semata-mata karena dan pemasangan kembali, biayanya ketidaktahuan. Ambil contoh tentang yang digunakan merupakan bantuan menara pemancar. Ketika menara dana dari LP3Y, yang saat itu bersama pemancar masih menggunakan bambu, 11 LSM tergabung dalam konsorsium siaran bisa ditangkap pendengar lebih yang menangani program pemulihan jelas. Berbeda dengan sekarang. sosial-ekonomi daerah bencana gempa Setelah menggunakan menara di 5 Dusun yang salah satunya adalah pemancar permanen, tidak semua Wonolelo. Di studio radio milik LP3Y pendengadapat menangkap siaran tersebut, beberapa pemuda Wonolelo sebaik sebelumnya. Posisi menara pernah beberapa kali paktek siaran radio. Edisi: 05/Mei 2009
  • 27. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Karena itu, walaupun posisi menara yang sekarang dinilai kurang pas, belum ada rencana untuk memindahkannya ke tempat yang lebih pas. Meski dengan posisi menara yang kurang pas itu menyebabkan pendengar tidak bisa menangkap siaran dengan cukup baik, hal itu dilihat sebagai kenyataan yang harus diterima apa adanya. Yang penting siaran bisa tetap berlangsung. Untuk memindahkan menara, diperlukan.biaya. Dari mana dana untuk itu diperoleh, menjadi tanda tanya. Dengan kata lain, kecuali keterbatasan keahlian dan pengalaman, masalah dana juga menjadi persoalan. Terkumpul Rp 7.000 Sejak semula, salah satu gagasan yang disepakati sebagai cara menghimpun dana untuk biaya operasional adalah melalui iuran dari warga sebagai anggota radio komunitas. Namun pada prakteknya, iuran ini belum bisa diandalkan. Jumlah terbesar iuran yang pernah terkumpul saat berlangsung pertemuan antara pengurus dan anggota, hanya Rp 7.000. Padahal, pertemuan semacam itu belum dilenggarakan secara rutin. Dengan iuran yang terkumpul sebesar jumlah tersebut, biaya operasional tak pelak lagi menjadi salah satu masalah yang dihadapi Radio Sadewo Menurut Misbah, biaya operasional per bulan sekitar Rp 100 ribu. Untuk membayar rekening listrik rata-rata Rp 60 ribu, selebihnya untuk membeli pulsa ponsel (IM3 dan fleksi) dan keperluan lain. Selama ini, biaya operasional tertutupi berkat dukungan dana seorang warga yang menjadi donatur tetap. Yang menjadi donatur tetap adalah Pak Untoro, pengusaha meubel. Sebagai balas jasa, ditempuh kebijaksanaan menyiarkan iklan perusahaan meubel donatur tersebut. Upaya memperoleh dukungan dana untuk biaya operasional dari sumber lain bukan tidak dilakukan. Sebagai contoh, perintaan bantuan dana sudah diajukan ke kelurahan. Namun permintaan tersebut belum mendapat tanggapan. Hingga sekarang, belum Edisi: 05/Mei 2009
  • 28. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA terpikirkan jalan keluar mengatasi kendala dana tersebut, terutama jika suatu saat dukungan dana dari donatur tetap itu berhenti. Tinggal Tujuh Peningkatan animo warga Wonolelo untuk mendengarkan siaran Radio Sadewo tidak terlepas dari peran sekelompok mahasiswa yang saat itu menjalankan tugas KKN di wilayah tersebut. Pasalnya, sewaktu para mahasiswa tersebut datang mengunjungi warga, mereka sekaligus mensosialiasikan program siaran Radio Sadewo. Bersama pemuda, mahasiswa KKN itu bahu-membahu menyelenggarakan siaran. Saat itu menjelang bulan Ramadhan. Selama bulan ramadhan, mike (corong suara) di mesjid disambungkan dengan studio, sehingga Radio Sadewo bisa siaran langsung, selama acara taraweh berlangsung di masjid. Selama itu, respon pendengar termasuk tinggi. Selain itu, mahasiswa KKN itu juga mengiming-imingi door prize berupa pulsa seharga Rp 5000 agar warga mendengarkan program siaran tertentu. Yang mendapat hadiah adalah pendengar yang memberi tanggapan terbaik, atau yang dapat menjawab pertanyaan. Setelah mahasiswa KKN pergi, pengelolaan siaran menjadi tanggung jawab warga, terutama pemuda. Pada mulanya, cukup banyak pemuda yang aktif berperanserta dalam penyelenggaraan siaran. Apalagi ada kesepakatan dari setiap desa ada satu atau dua pemuda yang mewakili dusun masing-masing. Mereka cukup aktif ketika itu. Belakangan satu demi satu tidak pernah muncul lagi. Sekarang, menurut Misbah, tinggal 7 orang pelaksana siaran yang menjadi motor penggerak sehingga radio ini tetap mengudara. Mereka bergantian menyelenggarakan siaran, kadang-kadang harus bertugas hingga siaran usai. Pasalnya, pelaksana siaran yang seharusnya bertugas, tidak kunjung datang. Kekosongan tenaga juga bisa terjadi saat hujan datang pada sore atau malam hari. Edisi: 05/Mei 2009
  • 29. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA Akibat keterbatasan tenaga, pernah terjadi siaran sama sekali tidak berlangsung. Oleh kesibukan masing-masing yang tidak dapat ditinggalkan, ada karena harus mengikuti kuliah sedang yang lain harus menyelesaikan pekerjaan, tidak ada satu pun yang bisa bertugas menyelenggarakan siaran. Namun kejadian seperti itu tidak sering terjadi. Jalan Masih Panjang Dihitung sejak diresmikan, Radio Sadewo telah mengudara selama sembilan bulan. Hingga kini, siaran tetap berlangsung walau ijin dari KPID (komite penyiaran daerah) belum turun. Radio ini sudah menjadi anggota jaringan radio komunitas DIY (dengan anggota 57 radio komunitas). Dalam perjalanan selama sembilan bulan itu, masalah dana untuk biaya operasional, keterbatasan tenaga dan sekaligus keterbatasan keahlian untuk penyelenggaraan teknis siaran dan pengembangan program, memang disadari sebagai kendala. Apalagi kendala yang muncul tidak hanya menyangkut hal yang disebutkan di atas, walau ada hubungannya secara tidak langsung. Sebagai misal, suatu saat komputer terserang virus. Komputer tidak bisa dioperasikan, sehingga siaran tidak berjalan. Kendala ini baru bisa diatasi setelah meminta bantuan salah satu pemuda yang bukan pelaksana siaran, tapi memiliki keahlian komputer. Sesudah itu komputer bisa dioperasikan kembali, tapi sebagian besar koleksi lagu hilang, karena itu permintaan pendengar tidak dapat dipenuhi. Lagu-lagu harus diinstal lagi. Contoh lain, dalam pertemuan antara pengurus dan pengelola, diputuskan bahwa pengurus akan merancang program baru. Program baru tersebut direncanakan akan disiarkan pada tanggal yang disepakati. Pelaksana siaran menunggu rincian program tersebut. Sampai hari yang ditentukan, rancangan program itu ternyata belum jadi juga. Mau tak mau pelaksana siaran pada hari itu melakukan improvisasi, kembali ke program semula. Meski demikian, berbagai kendala tersebut tidak menyurutkan semangat para pelaksana harian siaran Radio Sadewo. Ada hal yang membuat mereka tetap bertahan, yakni kehadiran radio komunitas ini sudah mendapat tempat di hati masyarakat setempat. Edisi: 05/Mei 2009
  • 30. LEMBAGA PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA sekitar perempatan jalan yang menjadi Sampai sejauh ini, program siaran lagu halaman studio itu. Mereka tekun pilihan pendengar, atau program siaran mendengarkan siaran itu hingga usai, siraman rohani, masih mendapat sebab pelaksana siaran sudah tanggapan baik dari warga. Itu mempersiapkan salon yang dipinjam diketahui melalui sms yang diterima, dari salah satu warga. suatu kali pernah mencapai angka 30 sms dalam satu hari. Tak hanya itu. Meski belum mempunyai program siaran informasi, Radio Begitu pula gairah anak-anak untuk Sadewo sudah dijadikan warga sebagai hadir setiap hari Minggu pagi baik untuk tempat bertanya. Saat pemilu legislatif ikut siaran langsung program anak-anak lalu, banyak warga mengirimkan atau sekedar membaca buku. pertanyaan lewat sms untuk mengetahui apakah nama mereka tercantum Seperti anak-anak tersebut, warga juga sebagai pemilih tetap. Agar dapat sudah memandang stasion siaran Radio menjawab pertanyaan itu, salinan Daftar Sadewo sebagai salah satu pusat Pemilih Tetap (DPT) diminta dari KPUD kegiatan yang layak dikunjungi. Pada Bantul. Nama warga yang tercantum hari biasa, para pemuda datang hanya dalam DPT tersebut kemudian sekedar untuk bertemu. Pada hari lain, disiarkan. tidak hanya pemuda, juga sebagian orang dewasa, datang beramai-ramai, Semua itu menjadi ukuran bagi saat diselenggarakan siaran langsung pelaksana harian siaran Radio Sadewo, dalam suatu program yang bahwa dengan segala keterbatasan, menghadirkan pembicara untuk kehadiran Radio Sadewo masih penting menyampaikan ceramah. Walau tidak dilanjutkan. Itu yang menjadi nafas bagi bisa masuk ke ruang studio, mereka semangat mereka untuk tetap bertahan. cukup puas berdiri berdesak-desak di banyak hal bisa dibicarakan. Bertukar Dan kalau pun mereka memberanikan pikiran, bertukar pengalaman, berbagi diri menjadi tuan rumah bagi pertemuan informasi. Dari pertemuan semacam itu 57 anggota jaringan radio komunitas mungkin lahir gagasan apa saja DIY pada akhir bulan Mei ini, peluang pengembangan masing- keberanian itu lebih dilandasi kesadaran masing, sendiri atau bersama, suatu bahwa lewat pertemuan dengan saat kelak. Mereka sadar, jalan masih sesama pengelola radio komunitas, panjang.(rondang pasaribu) Edisi: 05/Mei 2009
  • 31. Penanggung Jawab : Ashadi Siregar Pemimpin Redaksi : Slamet Riyadi Sabrawi Redaksi : Ismay Prihastuti, Dedi H. Purwadi, Agoes Widhartono, Rondang Pasaribu. Sekretaris Redaksi : W. Nurcahyo