PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
TSHD
1. TRAILING SUCTION HOPPER DREDGER
DAFTAR ISI
1. Trailing Suction Hopper Dredger
2. Kegunaan Kapal TSHD
3. Siklus Waktu Kerja Keruk
4. Peralatan Utama
a. Peralatan Kapal
Mesin Induk & Bow Thruster
Propeller dan Kemudi
Kompensator
Hopper
Pintu Hopper
b. Peralatan Keruk
Pompa Keruk
Pipa Hisap/Ladder
Draghead
Gantry
c. Automasi
Density
Velocity
Vacuummeter
Pressmeter
Ladder Indicator
Displacement
Loading Graph
d. Positioning
DGPS
Echo Sounder
Bottom Profiling
Radar
5. Jenis Material Yang Dikeruk
6. Sistim Pengisian Hopper
7. Sistim Pembuangan material
a. Bottom Door
b. Agitasi
c. Self Emptying System
d. Rainbowing
8. Perhitungan Produksi
9. Metode Konstruksi
10.Efisiensi Dredging
TRAILING SUCTION HOPPER DREDGER
2. Uraian Singkat
Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD) merupakan jenis kapal keruk yang
dilengkapi dengan propeller (untuk berlayar) dan ruang muatan material (Hopper).
Ukuran dari kapal keruk jenis TSHD ini adalah kapasitas Hopper, dan saat ini sudah
berbagai ukuran yang telah dibangun dan dioperasikan. TSHD yng terbesar di dunia
adalah TSHD. Leiv Eiriksson dan TSHD. Christobal Colon, dengan ukuran dan data
sebagai berikut :
Name: Cristobal Colon
IMO number: 9429572
Type: Trailing Suction Hopper Dredger
Owner: Jan de Nul Group
Built by: Construcciones Navales del Norte / La Naval Shipyard, Sestao
Year: 2009
Total installed power: 41.500 kW
Hopper capacity: 46.000 m3
Length o.a.: 223,0 m
Length b.p.: 196,0 m
Breadth: 41,0 m
Draught: 15,2 m
Speed: 18,0 kn
Suction pipes: 2 x 1.300 mm
Dredging depth: 155,0 m
Sumber : JDN
Sifat Utama dari kapal TSHD adalah :
Kapasitas Hopper dalam M3 dan kapasitas muat dalam Ton
Kemampuan kedalaman mengeruk
Jumlah dan diameter pipa hisap
Kapasitas Pompa keruk (PK/KW)
Peralatan lainnya, seperti self emptying system, bowthruster, otomasi
Garis Muat
Setiap kapal yang laik laut harus memiliki Garis Muat International sesuai Perjanjian
Garis Muat International tahun 1930 Plimsoll Mark atau Merkah Kambangan atau
Buoyancy. Tanda Plimsoll merupakan garis horisontal yang menembus lingkaran.
Tanda ini dicantumkan tegak lurus dibawah tengah-tengah garis geladak sedemikian
rupa sehingga jarak antara dari sisi atas kedua garis sama dengan Lambung Timbul
Musim Panas ( Freeboard Summer ). Adapun ketebalan garis-garis pada tanda
Plimsoll tersebut adalah setebal 25 mm.
Disamping dari tanda Plimsoll terdapat beberapa garis lambung timbul yang
menunjukkan tinggi maksimum garis muat bagi keadaan tertentu sesuai dengan
daerah pelayaran dimana kapal tersebut berada dan dengan sendirinya dapat
diketahui batasan maksimum daya angkut kapal itu demi untuk menjaga keamanan
kapal, muatan dan keselamatan Jiwa manusia di laut.
3. Pengertian Tonase
Kapal ialah sebuah benda terapung yang digunakan untuk sarana pengangkutan di
atas air. Besar kecilnya kapal dinyatakan dalam ukuran memanjang, membujur,
melebar, melintang, tegak, dalam dan ukuran isi maupun berat. Guna dari ukuran –
ukuran ini untuk mengetahui besar kecilnya sebuah kapal, besar kecilnya daya
angkut kapal tersebut dan besarnya bea yang akan dikeluarkan.
Tonase kotor (gross tonnage GT) adalah perhitungan volume semua ruang yang
terletak dibawah geladak kapal ditambah dengan volume ruangan tertutup yang
terletak di atas geladak, ditambah dengan isi ruangan beserta semua ruangan
tertutup yang terletak di atas geladak paling atas (superstructure). Tonase bersih
atau lebih dikenal sebagai Net Tonnage (NT) adalah perhitungan ruang dalam kapal
untuk muatan cargo. Tonase bobot mati (deadweight tonnage disingkat DWT)
adalah jumlah bobot/berat yang dapat ditampung oleh kapal untuk membuat kapal
terbenam sampai batas yang diijinkan dinyatakan dalam metrik ton . Batas
maksimum yang diijinkan ditandai dengan plimsol mark pada lambung kapal. Tonase
bobot mati didefinikan sebagai perjumlahan dari bobot/berat berikut ini:
muatan barang,
bahan bakar,
air tawar,
air ballast,
barang konsumsi,
penumpang,
awak kapal.
Istilah - Istilah Dalam Bangunan Kapal :
1. DISPLACEMENT = Berat Benaman Jumlah berat kapal dan segalanya yang ada
pada kapal tersebut dan di nyatakan dalam Longton
2. LOADED DISPLACEMENT = Berat Benaman dimuati Penuh Jumlah berat kapal
dan semuanya yang ada pada kapal tersebut pada saat kapal tersebut dimuati
sampai mencapai sarat maximum yang diijinkan .
4. 3. LIGHT DISPLACEMENT = Berat Benaman Kapal Kosong Jumlah berat kapal dan
semuanya yang ada pada kapal tersebut pada saat kapal kosong tanpa muatan
4. VOLUME OF DISPLACEMENT= Isi Benaman
5. Jumlah berat kapal dan semuanya yang ada pada kapal tersebut pada saat kapal
kosong tanpa muatan
6. DEAD WEIGT TONNAGE ( DWT = daya angkut / muat kapal )Selisih antara
Loaded Displacement – Light Displacement
7. CARGO DWT = Cargo Carrying Capasity Kemampuan kapal untuk mengangkut
muatan ( Jumlah muatan yang bisa di bawa )
8. BALE CAPASITY = Volume ruang muat, dinyatakan dalam kaki kubik, dimana
kapasitas ini untuk muatan general cargo
9. GRAIN CAPASITY = Volume ruang muat, dinyatakan dalam kaki kubik, dimana
kapasitas ini untuk muatan curah ( Beras, Biji Besi , dll )
10.GRT ( GROSS TONNAGE = Brutto Register Ton =BRT )Volume atau isi sebuah
kapal dikurangi dengan isi sejumlah ruangan tertentu untuk keamanan kapal (
deducted spaces )
11.NRT ( NET TONNAGE = Netto Register Ton = Isi Bersih ) Volume atau isi sebuah
kapal dikurangi dengan jumlah isi ruangan – ruangan yang tidak dapat di pakai
untuki mengangkut muatan .
12.TONNAGE PERLENGKAPAN ( Equipment tonnage )Tonase yang diperlukan oleh
Biro Klasifikasi untuk menentukan ukuran dan kekuatan alat – alat labuh, seperti
jangkar, rantai jangkar, derek jangkar dan lain – lain.
13.TONNAGE TENAGA ( Power Tonnage ) Berat kapal kotor di tambah PK mesin
kapal itu ( BRT + PK Mesin )
14.MODIFIED TONNAGE adalah Kapal yang mempunyai tonnase yang lebih kecil
dari yang seharusnya dimiliki. Untuk menjamin keselamatan kapal tersebut
terjadilah perubahan di dalam perhitungan tonase kapal tersebut. Perhitungan
tonasenya sama dengan kapal yang geladak antaranya tertutup secara
permanen
Sumber : Maritime World
KEGUNAAN KAPAL TSHD
Kapal TSHD dapat dioperasikan disegala medan dan cuaca, karena kapal ini
dilengkapi dengan alat gerak untuk berlayar sendiri.TSHD merupakan jenis kapal
keruk yang cepat pertumbuhan dan perkembangannya, karena banyak permintaan
terhadap kapal ini dan serba guna/multi purpose.
Jenis pekerjaan yang bisa dilakukan oleh TSHD adalah :
1. Maintenance Dredging
Mengeruk alur pelayaran dan kolam pelabuhan
2. Capital Dredging
Mengeruk untuk pelabuhan baru, trenching, pertambangan
3. Sand Transporting
Transportasi material pasir untuk bahan reklamasi
4. Land Reclamation/Beach Nourishment
Untuk pembangunan di pesisir/pantai seperti perumahan, industri, Energi dll.
5. Segmentasi pasar sebagai berikut :
Reklamasi
Perlindungan Pantai (Coastal Protection)
Maintenance Dredging
Kostruksi Pelabuhan
Enviromental dredging
SIKLUS WAKTU KERJA KERUK
Siklus waktu kerja keruk kapal TSHD dibagi atas :
1. Mengeruk
Mengeruk material di area keruk. Pada tahap ini juga ada siklus kerjnya, yaitu :
menurunkan Ladder, berlayar dan mengeruk, menaikan Ladder. Kecepetan
berlayar kapal TSHD saat mengeruk 2-3knot, tergantug dari jenis material yang
dikeruk. Material yang dihisap akan langsung dimuat ke dalam Hopper, dan akan
terjadi overflow pada hopper untuk mendapatkan kondisi jenuh material di
Hopper. Waktu untuk overflow juga harus diperhatikan, jangan sampai terjadi
konsentrasi material rendah ataupun terlalu jenuh sehingga banyak material
terbuang.
2. Berlayar mengangkut Material
Material yang sudah jenuh di hopper akan dibawa ke lokasi buang. Lokasi buang
telah ditentukan oleh Otoritas pelabuhan
3. Membuang
Sesampainya di lokasi buang material dibuang melalui bottom door (jika material
lumpur) atau discharge pipe untuk Land reclamation.
4. Berlayar ke area keruk
Kapal TSHD berlayar kembali ke area keruk
5. Manuver
Kapal TSHD mempersiapkan posisinya untuk memulai mengeruk.
Pada siklus waktu Nomor 2 s.d 5, merupakan tahapan yang tidak produkstif
sehingga pada tahapan ini harus sesegera mungkin utnuk menghemat waktu.
Waktu overflow menjadi sangat penting pada saat mengeruk material tanah jenis
Lumpur dan menentukan kandungan lumpur yang dikeruk, semakin lama mengeruk
akan semakin jenuh namun ada titik jenuh dimana pengerukan harus dihentikan.
Kejadian ini dapat dimonitor pada Kertas Loading Graph yang ada di kapal. Waktu
overflow tergantung dari jenis materialnya, semakin grainsize-nya kecil maka waktu
untuk mencapai titik jenuh semakin lama dan waktu overflow semakin lama. Dan
harus diperhitungkan secara komprehensive waktu mengeruk dan jarak buangnya,
mana yang lebih menguntungkan muatan banyak tetapi waktu lebih lama atau
muatan sedikit tetapi waktu lebih cepat. Jika jarak buang jauh maka lebih ekonomis
dengan muatan hopper yang penuh.
6. PERALATAN UTAMA
1. Peralatan Kapal
a. Mesin Induk & Bow Thruster
Sebagai penggerak utama kapal dengan Twin screw dan dilengkapi dengan
bow thruster, sehingga kapal lebih mudah dalam manuver pada area yang
terbatas.
b. Propeller dan kemudi
Propeller/baling-baling dan kemudi khusus untuk kapal keruk dengan jumlah
daun 4.
c. Swell Compensator
Alat untuk memonitor kondisi drag head, terutama jika mengenai High Spot
dan gelombang. Maka alat ini akan secara otomatis mengatur ketegangan
Sling, sehingga dapat menjaga Sling tidak putus.
7. d. Hopper dan Pintu Hopper
Tempat untuk menyimpan material sebelum dibuang dan pembuangannya
melalui pintu, bottom door dan upper door. Pintu Hopper jenis lainnya adalah
Conical Bottom valve. Didalam Hopper juga dilengkapi Overflow, untuk
mengalirkan air dan material halus jika sudah mencapai batas Hopper. Dan
ketinggian Overflow bisa diatur ketinggiannya.
2. Peralatan keruk
a. Pompa Keruk
Besarnya dan kapasitas Pompa keruk disesuaikan dengan kapasitas Hopper.
Kadang kapasitas/kemampuan pompa menjadi tolok ukur dari kemampuan
kapal itu sendiri.
b. Pipa Hisap/Ladder
Ladder atau belalai yang diujungnya terdapat Draghead. Ladder memiliki
pencapaian kedalaman bervariasi, tergantung besarnya kapal. Saat ini TSHD
sudah dapat mengeruk hingga kedalaman lebih dari 100 meter.
8. c. Draghead
Alat untuk memotong material, yang beberapa jenis draghead juga
dilengkapi water jet untuk menghancurkan material yang keras. Draghead
juga berbagai jenisnya, tergantung dari material yang akan dikeruk.
Jenis Draghead sebagai berikut :
Draghead merupakan kepala hisap pada kapal keruk jenis Trailing Suction
Hopper Dredger yang memiliki jenis dan ukuran yang berbeda. IHC sebagai
pembuat Kapal keruk terbesar di dunia, menyatakan bahwa Draghead
merupakan bagian yang pertama kali menyentuh material di sea bed,
sehingga bagian ini merupakan bagian penting untuk kelanjutan produksi
kapal keruk. Faktor yang harus diperhatikan pada draghead adalah :
Kontak Draghead dengan sea bed harus optimal.
Jarak efektif Draghead dengan sea bed.
Maksimum Vacuum.
Minimal hambatan aliran.
Mengurangi hambatan atau blok pada Draghead.
Produksi yang optimal
Design Draghead yang mudah untuk perawatan
Kepekatan campuran yang tinggi/density
Ada 4 tipe Draghead, yaitu :
1. IHC Type
Jenis draghead yang sederhana, dimana bagian kepalnya langsung
tersambung dengan pipa hisap. Design jenis ini untuk dapat menggali
semua jenis tanah, yaitu lumpur, pasir dan kerikil. Jet Nozzle dan gigi
pada draghead akan mempermudah menghancurkan dan melembutkan
9. material yang digali, sehingga Vacuum/hisapan dari pompa dapat
mengalirkan material dengan produksi maksimum.
IHC Type
2. California Tipe
Draghead tipe ini dirancang berdasarkan teori erosi, dengan adanya 2
buah kepala hisap maka memungkinkan untuk menggali area yang lebih
luas sehingga tercipta proses erosi. Material yang cocok adalah Pasir
kasar/Coarse sand dan kerikil
California Type
3. Wild Dragon Type
Draghead dengan gigi sebanyak 2 baris dan memiliki Water jet, yang
merupakan kombinasi yang baik untuk menggali material seperti pasir
halus yang padat dan cukup keras dan sulit dikeruk dengan draghead
tipe lainnya. Untuk tanah jenis lainnya juga bisa menggunakan tipe ini.
Wild Dragon Type
4. GeoDrag Type
Draghead ini dengan design modular yang dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan material yang akan digali. Bisa untuk menggali pasir halus
yang keras, kerikil dan tanah liat/Clay atau bisa disetel dengan tugas
khusus.
10. GeoDrag Type
d. Gantry
Gantry untuk tempat bergantungnya Ladder. Ada 3 jenis Gantry menurut
posisinya, yaitu Trunion Gantry pada panggal Ladder, Intermediate Gantry di
tengah dan Draghead Gantry.
3. Automasi
a. Density Meter
Untuk mengukur kandungan material yang dihisap pompa di dalam pipa
tekan sebelum dialirkan ke Hopper. Operator keruk terbantu dengan alat ini,
karena dapat mengetur density (ton/M3) material, sehingga kekentalannya
bisa dimonitor.
11. b. Velocity Meter
Alat ini menjadi satu dengan density meter, dan memang sangat
berhubungan. Semakin tinggi densitynya maka kecepatan material di pipa
akan semakin berkurang.
c. Vacuum Meter
Alat untuk mengukur kekuatan/daya hisap pompa yang terletak di Ladder
agar dapat memonitor qualitas material yang melewati pipa hisap.
d. Pressmeter
Alat untuk mengukur kekuatan/daya tekan pompa yang terletak di pipa
setelah pompa.
e. Ladder Indicator
Ladder indicator dengan menggunakan tekanan cairan yang dipengaruhi
oleh tekanan air sesuai kedalaman air. Alat ini terletak di Trunnion,
Imtermediate dan Draghead. Sehingga kondisi kedalam setiap titik pada
Ladder dapat diketahui dan dimonitor oleh Operator Keruk.
f. Displacement
Alat untuk mengetahui posisi draught kapal TSHD, pada haluan dan buritan
kapal yang dikonversikan kebobot/muatan dalan Ton.
g. Loading Graph
Alat untuk memonitor muatan Hopper selama operasi yang menunjukan
waktu dan waktu selama TSHD beroperasi. Alat ini juga berfungsi untuk
memonitor siklus waktu kapal.
4. Positioning
a. DGPS
Differential Global Positioning System (DGPS) adalah metode memberikan
koreksi diferensial ke Global Positioning System (GPS) penerima dalam
rangka meningkatkan akurasi navigasi. Akurasi kesalahan posisi lebih kurang
10 meter. Khusus untuk kapal jenis TSHD, alat ini menyiarkan posisi kapal
setiap saat, terutama pada saat mengeruk.
b. Echo Sounder
Alat untuk mengukur kedalaman perairan, posisi Tranducer pada lunas kapal
sehingga perlu koreksi dengan draught kapal.
12. c. Bottom Profiling
Tidak seluruh kapal memiliki alat ini, alat yang dapat mengetahui jenis
material berdasarkan kerapatan material/density. Sehingga kapal dapat
memonitor material yang dikeruk. Terutama jika ditemukan material yang
keras dan bisa merusak peralatan keruk.
d. Radar
Alat untuk mengetahui posisi kapal TSHD dan posisi kapal lainnya pada
radius tertentu. Selain itu alat ini juga menyajikan jarak dan arah haluan
kapal disekitarnya, sehingga dapat mengantisipasi kecelakaan di laut.
13. Gambar Bagian Kapal Keruk Jenis TSHD
JENIS MATERIAL YANG DIKERUK
Tanah menjadi faktor utama yang mempengaruhi dalam pemelihan kapal keruk dan
produktivitas kapal. Material tanah ada beberapa macam sesuai dengan ukuran
menurut Colorado Satate :
Name particle diameter
Clay below 0.002 mm
Silt 0.002 to 0.05 mm
Very fine sand 0.05 to 0.10 mm
Fine sand 0.10 to 0.25 mm
Medium sand 0.25 to 0.5 mm
Coarse sand 0.5 to 1.0 mm
Very coarse sand 1.0 to 2.0 mm
Gravel 2.0 to 75.0 mm
Rock greater than 75.0 mm (~2 inches)
Gambar Perbandingan Ukuran Sand, Clay dan Silt
Texture tanah yang berdasarkan ukuran partikelnya. Syarat ukuran pasir (sand),
lumpur (silt) dan tanah liat (clay) sangat relatif, Pasir memiliki ukuran yang lebih
besar (berpasir), Lumpur berukuran lebih moderat dan texturenya halus atau
bertepung. Sedang Tanah Liat berukuran sangat kecil (ada 12.000 partikel setiap 1
inch) dan sifatnya lengket.
14. Jenis Kapal Keruk Dan Jenis Tanah
Type of Soil Type of Dredger
Klasifikasi State N Value CSD TSHD Grab Bucket Dipper
Clay
Sand
Clay w/
Gravel
Rock
Gravel
Soft mud
Soft
Medium
Hard
Harder
Hardest
Soft
Medium
Hard
Harder
Hardest
Soft
Hard
Softer
Soft
Medium
Hard
Hardest
Loose
Packed
‘- 4
4 – 10
10 – 20
20 – 30
30 – 40
40 – 50
‘- 10
10 – 20
20 – 30
30 – 40
40 – 50
‘- 30
30 –
40 – 50
50 – 60
Tabel diatas untuk mempermudah mengklasifikasi material yang dikeruk dan
menentukan jenis kapal keruk yang cocok untuk mengeruk material tersebut.
Material yang dapat dikeruk oleh seluruh jenis alat adalah pasir.
TSHD dapat mengeruk seluruh material kecuali yang keras dengan N-Value diatas 20
dan itupun dibantu dengan Water Jet untuk menghancurkan material tersebut.
SISTIM PENGISIAN HOPPER
Material yang dikeruk akan disalurkan melalui pipa ke dalam Hopper. Dalam proses
pengisian ke dalam Hopper perlu diperhatikan dan dimonitor kekentalan/konsentrasi
material melalui Loading Graph atau Displacement, terutama pada masa memasuki
overflow.
15. Pengaturan ketinggian overflow, pada saat awal mengeruk pada posisi Low dan
selanjutnya diatur mengikuti pengisian material. Setelah ketinggian Overflow pada
High, maka mulai terjadi overflow material yang halus dan monitoring melalui
Loading Graph akan sangat menentukan efisiensi waktu mengeruknya dibanding
dengan jumlah muatannya sehingga economic dredging bisa terwujud, dari segi
waktu mengeruk dan kehilangan materialnya.
SISTIM PEMBUANGAN MATERIAL
Pembuangan material tergantung dari kegunaan material yang dikeruk tersebut dan
kondisi sekitar proyek. Ada 4 cara membuang material, yaitu :
1. Bottom Door
Material yang akan dibuang ditempat yang cukup dalam sehingga dapat
menggunakan Bottom door. Material lumpur endapan dibuang di laut dalam dari
pekerjaan maintenance dan capital dredging, jika pasir dibuang ditempat
penampungan sementara untuk digunakan sebagai material timbunan. Biasanya
untuk Land reclamation.
2. Agitasi
Material dibuang melalui pipa discharge di sisi kapal, biasanya TSHD mengeruk
lumpur di daerhan dengan kedalaman perairan terbatas. Agitasi pada pekerjaan
maintenance dan capital dredging.
3. Self Emptying System
Sistem ini pada Land reclamation, material pasir dialirkan melalui discharge pipe
dan pipeline hingga mencapai area reklamasi.
4. Rainbowing
Raibowing material dari hopper melalui nozzle pipe, dan material langsung ke
area reklamasi. Biasanya pada area yang cukup dalam sesuai draught kapal atau
kapal beaching.
16. PERHITUNGAN PRODUKSI
Volume keruk untuk satu periode kerja :
V = Q x H1 x M1 x H2 x M2
dimana, V = volume keruk (m3)
Q = kapasitas keruk (m3/jam)
H1 = jam kerja harian
M1 = koefisien jam kerja (0,7 – 0,8)
H2 = hari kerja
M2 = koefisien hari kerja (0,5 – 0,6)
1. Kapal Keruk Hopper
a. Waktu Mengeruk (T1)
Produksi kapaL keruk banyak dipengaruhi oleb
kapasitas pompa dan draghead.
b. Waktu Berlayar (T2)
Waktu berlayar dari dan ke lokasi buang tergantung dari kecepatan dan
jarak (mil).
c. Waktu membuang hasil kerukan (T3).
d. Waktu lainnya, seperti manuver (T4).
e. Waktu Overflow (T5)
Waktu mengeruk setelah hopper penuh
{(T1+T5+1)-( x T0 -1)}/(€^ x T5)
dimana, To= jumlah siklus waktu (T1 .. T4)
T5 = waktu overflow (menit)
= konstanta material (0,105-0,15)
T1 = waktu mengeruk (menit)
€ = konstanta (2.718)
T5 lebih besar dari T1 (10%-20%) untuk material endapan dan pasir
dengan kondisi Pompa standar.
f. Produksi
V =
H x 60
T1+ T5
[Qp x M x T1 +
Qp x α
M
(1 − e−α x T5)]
dimana, V = produksj (m3/hari)
H = jam kerja perhari (jam)
Tt = siklus waktu (menit)
T5 = waktu overflow (menit)
Qp = kapasitas pompa (m3/menit)
M = konsentrasi rata-rata material (20% - 40%)
= konstanta material (0,105-0,15)
Contoh :
Material : Silt
Metode pembuangan : Bottom door dumping
Jarak dari lokasi kerja ke lokasi buang rata-rata : 5 Km
Kapasitas Hopper : 2000 M3
Kapasitas Pompa (2 unit) : 5000 M3/jam
Kecepatan Kapal : saat mengeruk : 3Knot (5,4 Km/jam)
saat berlayar : 10Knot (18 Km/jam)
17. Siklus pekerjaan mengeruk :
- Mengeruk (T1) : 12 menit
- Berlayar PP (T2) : 33 menit
- Membuang (T3) : 10 menit
- Lain-lain (T4) : 20 menit
- Total (To) : 75 menit
Koefisien material () : 0,15 untuk Silt
Konsentrasi rata-rata material (m): 0,25
Jam kerja : 24 jam
Waktu overflow : {(T1+T5+1)-( x T0 -1)}/(€^ x T5)
{(12+T5+1)-(0,15 x 75 - 1)}/(2,718^0,15 x T5)
{(13 + T5)-(11,25 – 1)} = 1,1618 x T5
(T5 + 2,75) = 1,1618 x T5
T5 = 2,75/0,1618
T5 = 17 menit
Qp = (2 x 5000)/60 menit = 167 M3/menit
Produksi/hari V =
H x 60
T1+ T5
[Qp x M x T1 +
Qp x α
M
(1 − e−α x T5)]
={(24x60)/(75+17)}[(167x0,25x12)+(167x0,15/0,25)x(1-e−0,15 x17
)]
= (1440/98) x 593 = 9.287M3/hari
Cara lainnya adalah dengan menghitung jumlah trip kapal setiap harinya dan
konsentrasi material yang ada didalam Hopper. Dan siklus waktu pengerukan dapat
dilihat dan dimonitor pada Loading Graph.
METODE KONSTRUKSI
Maintenance dan Capital Dredging Alur Pelayaran
Menentukan area yang dikeruk dengan membuat jalur pengerukan dengan panjang
maksimum 3Km. Setiap jalur dihitung volumenya dan waktu pelaksanaannya. Jika
area pengerukan terpengaruh pasang-surut, maka perlu adanya metode mengeruk
pada saat air surut. Data tanah yang akan dikeruk harus diperhitungkan karena
berpengaruh pada lamanya waktu mengeruk.
Jika lebar alur cukup lebar, maka bisa saja alur dibagi dalam 2 lajur untuk
mempermudah memonitor area yang dikeruk. Dengan membagi area keruk maka
diatur pengerukan setiap jalurnya dan memperhatikan traffik dialur tersebut. Kondisi
pasang-surut dan arah arus juga diperhatikan, karena kedua kekautan alam itu juga
dapat dimanfaatkan energinya sehingga bisa terjadi “self dredging” pada area
tertentu. Pasang-surut juga mempengaruhi arah memulai mengeruk, yang idela
kapal mengeruk dengan melawan arus, sehingga akan lebih mudah mengendalikan
kapal.
Land Reclamation
Jenis tanah sebagai bahan urugan dan karakteristik tanah pada area yang akan
direklamasi sangat mempengaruhi metode reklamasi. Yang utamanya harus
diperhitungkan adalah karakteristik tanah di area reklamasi. Terutama jika tanah
tersebut sangat lunak, sehingga perlu penanganan khusus pada saat pekerjaan
penimbunan material. Keseimbangan tanah dasar menjadi pokok perhitungan pada
18. saat penimbunan/penyebaran material urugan, sehingga tidak terjadi kerusakan
pada tanah dasar yang mengakibatkan tanah dasar/tanah lunak naik ke atas
(mudlift). Jadi, penyebaran material urugan secara berlapis dan bertahap harus
dilaksanakan dan disesuaikan dengan kondisi pekerjaan selanjutnya, yaitu soil
improvement. Penyebaran/pegelaran material secara merata dengan ketebalan
tertentu akan membuat tanah dasar seimbang. Setelah itu baru lapisan selanjutnya
sampai mencapai design ellevasi selanjutnya.
Penurunan tanah dasar hasil perhitungan Konsultan/Owner dapat dijadikan acuan,
terutama pada saat masa konstruksi dan penurunan tersebut diperhitungkan dan
ditambahkan pada volume pekerjaan. Masa penurunan/konsolidasi tanah dasar
dapat membuat proyek menjadi efisien, yaitu konsolidasi pada masa konstruksi
menjadi lebih kecil dari perhitungan jika pelaksanaan reklamasi bisa lebih cepat dari
rencana.
EFISIENSI DREDGING
Contoh Efisiensi dredging pada pekerjaan Maintenance dan Capital Dredging adalah
dengan menekan waktu pada setiap siklus pekerjaan. Telah disampaikan di atas
bahwa selain siklus waktu mengeruk, siklus waktu lainnya merupakan waktu yang
tidak produktif sehingga pada siklus ini harus ditekan waktunya. Yang
mempengaruhi produksi kapal TSHD adalah :
• Karakteristik Tanah
Mempengaruhi waktu mengeruk, material yang padat dan lengket akan sulit
dikeruk dengan jenis kapal keruk TSHD.
• Daya/Power Pompa keruk
Kemampuan menghisap material, dan saat ini pada Draghead biasanya juga
dilengkap dengan water jet uesuai hukum hidrolika, jika semakin dalam maka
headloss-nya akan semakin besar.
• Jarak buang
Jarak, mempengaruhi waktu berlayar kapal
Lamanya mengeruk tergantung dari jenis material, kemampuan pompa dan
ketrampilan Operator keruk. Pada catatan Loading Graph dapat dievaluasi
kemampuan seorang Operator Keruk, tentunya pengaruh lainnya juga perlu
diperhatikan seperti area keruk dan cuacara saat mengeruk.
19. Hal yang utama adalah waktu setelah terjadinya “overflow”, karena harus dicapai
waktu yang ekonomis saat mengeruk. Dalam graphik di atas “stop loading”
dilaksanakan pada saat Graphik menuju rata, yang artinya beban muatan tidak
meningkat secara siginfikan sehingga waktu terbuang percuma.