Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan sindrom Cushing. Sindrom Cushing disebabkan oleh peningkatan kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Dokumen ini menjelaskan penyebab, gejala klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan, dan asuhan keperawatan yang perlu diberikan pada pasien sindrom Cushing.
1. OLEH KELOMPOK 5
1. CHANDRA HIDAYAT
2. ISTI ARTANTI
3. YONATHAN
4. ROSMINCE
5. LEA WAYENI
6. ANITA H. SIMANUNGKALIT
7. I WAYAN RASIANA
8. MUH. MULYADI
9. ERMA WAMBLOLO
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN SYNDROM
CAUSHING
2. Syndrom Cushing ad. Suatu keadaan yg diakibatkan o/ efek
metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid
dlm darah yg menetap. Kadar yg tinggi ini dpt terjadi secara
spontan atau karena pemberian dosis farmakologik
senyawa2 glukokortikoid. ( Sylvia A. Price; Patofisiologi,
Hal. 1088)
3. Syndrom cushing dapat disebabkan o/:
1. Iatrogenik Pemberian glukokortikoid jangka panjang
dalam dosis farmakologik. Dijumpai pada penderita artitis
rheumatoid, asma, limpoma dan gangguan kulit umum yang
menerima glukokortikoid sintetik sebagai agen anti
inflamasi (dexametason).
2. Spontan Sekresi kortisol yang berlebihan akibat
gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal.
3. Meningginya kadar ACTH ( tidak selalu karena adenoma
sel basofil hipofisis).
4. Meningginya kadar ATCH karena adanya tumor di luar
hipofisis, misalnya tumor paru, pankreas yang
mengeluarkan “ACTH like substance”.
5. Neoplasma adrenal yaitu adenoma dan karsinoma.
6. Alkoholisme.
4.
5.
6. Penyebab syndrom Cushing ad. Peningkatan kadar glukokortikoid
dlm darah yg menetap. Berikut ad. Akibat2 metabolik dr
kelebihan glukokortikoid.
- Korteks adrenal mensintesis & mensekresi 4 jenis hormon:
Glukokortikoid, Mineralokortikoid, Androgen dan Estrogen.
- Kelebihan glukokortikoid dpt menybbkan keadaan spt:
1. Kemampuan sel2 pembentuk protein, akibatnya terjadi
kehilangan protein pd jaringan sperti kulit, otot, pembuluh
darah, dan tulang.
2. Distribusi jaringan adiposa
3. Elektrolit jika diberikan dlm kadar besar dpt mnyebbkan
retensi Na & pembuangan Ca. Menybbkan edema, hipokalemia
dan alkalosis metabolik.
4. Sistem kekebalan terdapat Gg respon imunologik seperti
produksi anti body, reaksi peradangan, penekanan reaksi
hipersensivitas lambat.
5. Sekresi lambung
6. Fungsi otak
7. Eritroporesis
7. Terbagi dalam 2 jenis:
1. Tergantung ACTH hiperfungsi korteks adrenal
disebbkn o/ sekresi ACTH kelenjar hipofise yg
abnormal berlebihan. Disebut juga sbg penyakit
Cushing.
2. Tidak tergantung ACTH adanya adenoma hipofise
yg mensekresi ACTH.
8. Antaralain:
- Obesitas sentral
- Gundukan lemak pd punggung
- Muka bulat (moon face)
- Striae
- Berkurangnya massa otot & kelemahan umum.
Tanda lain yg ditemukan pd Syndrom cushing seperti:
- Atripi/ kelemahan otot sektermitas
- Hirsutisme (kelebihan bulu pada wanita)
- Ammenorrhoe
- Impotensi
- Osteoporosis
- Akne
- Edema
- Nyeri kepala, mudah memar dan gg penyembuhan luka.
9.
10. 1) CT scan Untuk menunjukkan pembesaran adrenal pada kasus
sindro cushing.
2) Photo scanning
3) Pemeriksaan adrenal mengharuskan pemberian kortisol radio aktif
secara intravena
4) Pemeriksaan elektro kardiografi Untuk menentukan adanya
hipertensi (endokrinologi edisi hal 437)
5) Uji supresi deksametason.
Mungkin diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis peyebab
sindrom cushing tersebut, apakah hipopisis atau adrenal.
6) Pengambilan sampele darah.
Untuk menentukan adanya varyasi diurnal yang normal pada kadar
kortisol, plasma.
7)Pengumpulan urine 24 jam.
Untuk memerikasa kadar 17 – hiroksikotikorsteroid serta 17 –
ketostoroid yang merupakan metabolik kortisol dan androgen dalam
urine.
11. Pengobatan tergantung pada ACTH yg tidak seragam. Apakah
sumber ACTH ad hipofis atau ektopik.
a. Jika dijumpai tumor hipofisis. Sebaiknya diusahakan reseksi
tumor transfenoidal.
b. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak
dapat ditemukan maka sebagai gantinya dapat dilakukan
radiasi kobait pada kelenjar hipofisis.
c. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dg
adrenolektomi total dan diikuti pemberian kortisol dosis
fisiologik.
d. Bila kelebihan kortisol disebabkan o/ neoplasma disusul
kemoterapi pada penderita dengan karsinoma/ terapi
pembedahan
e. Digunakan obat dengan jenis metyropone, amino
gluthemideo, p-ooo yang bisa mensekresikan kortisol (
Patofisiologi Edisi 4 hal 1093 )
12. 4. Neorosensori
Gejala : Bicara cepat dan parau,
1. Aktivitas/ istirahat . Gejala: gangguan status mental dan
Insomnia, sensitivitas, otot lemah, prilaku seperti binggung,
gg koordinasi, kelelahan berat. disorientasi, gelisa, peka
rangsangan, delirium.
Tandanya : atrofi otot.
5. Pernafasan
2. Sirkulasi . Gejala: Palpitasi, nyeri Tandanya : Frekuensi pernafasan
dada (angina) meningkatan, takepnia dispnea.
Tandanya: Distritnia, irama gallop, mur- 6. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Nyeri orbital, fotobia.
mur, takikardia saat istirahat.
7. Keamanan
3. Eliminasi. Gejala: Urine dlm jumlah Gejala : Tidak toleransi terhadap
banyak, perubahan dlm feces: diare panas, keringat yang berlebihan
tandanya suhu meningkat diatas
4. Itegritas ego 37,40CC, retraksi, iritasi pada
Gejala : Mengalami stres yang berat kunjungtiva dan berair.
baik emosional maupun fisik.. 8. Seksualitas
Tandanya : Emosi letal, depresi. Tandanya : Penurunan libido,
hipomenoria, amenoria dan
5. Makanan atau cairan impoten.
Gejala : Kehilangan berat badan
yang mendadak, mual dan muntah.
13. Komplikasi
- Krisis addison
- Efek yang merugikan pd aktivitas korteks
adrenal
- Patah tulang akibat osteoporosis
14. 1. Resiko cedera dan infeksi b/d kelemahan dan
perubahan metabolisme protein serta respon inflamasi
2. Defisit perawatan diri; kelemahan perasaan mudah
lelah, atropi otot dan perubahan pola tidur
3. Gg integritas kulit b/d edema, gg kesembuhan dan
kulit yg tipis serta rapuh
4. Gg citra tubuh b/d perubahan penampilan fisik, gg
fungsi seksual dan penurunan tingkat aktivitas.
5. Gg proses berpikir b/d fluktuasi emosi, iritabilitas dan
depresi
( Susanne C. Smeltzer; Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, hal. 1330).
15. Dx keperawatan : Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan fisik,
gangguan fungsi seksual dan penurunan tingkat aktifitas.
Tujuan: Kembalinya citra tubuh seperti normal.
Kriteria hasil: membicarakan perasaan ttg perubahan dlm penampilan,
meningkatkan penampilan mll penggunaan kosmetik yg baik serta pakaian yg
sesuai.
Intervensi
- Pertahankan lingk. Kondusif u/ membicarakan proses perubahan citra tubuh.
- Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pikiran,
perasaan, pandangan diri
- Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah
diberikan
- Berikan kesempatan berbagai rasa dengan individu yang mengalami pengalaman
sama
- Gunakan bermain peran untuk membantu pengungkapan
- Dorong memandang bagian tubuh
- Dorong menyentuh bagian tubuh tersebut
- Bantu resolusi yang membuat perubahan citra tubuh
- Dorong orang terdekat untuk memberi support individu
- Konsultasikan kpd ahli keperawatan jiwa.
16. Dx Keperawatan : Resiko terhadap cedera b/d kelemahan dan
perubahan metabolisme protein.
Kriteria hasil:
a. Klien bebas dari cedera jaringan lunak atau fraktur
b. Klien bebas dari area ekimotik
c. Klien tidak mengalami kenaikan suhu tubuh, kemerahan, nyeri,
atau tanda-tanda infeksi dan inflamasi lainnya
Rencana tindakan keperawatan:
a. Kaji tanda-tanda ringan infeksi
Rasional : Efek antiinflamasi kortikosteroid dapat mengaburkan
tanda-tanda umum inflamasi dan infeksi.
b. Ciptakan lingkungan yang protektif
Rasional : Mencegah jatuh, fraktur dan cedera lainnya pada tulang
dan jaringan lunak.
c. Bantu klien ambulasi
Rasional : Mencegah terjatuh atau terbentur pada sudut furniture
yang tajam.
d. Berikan diet tinggi protein, kalsium, dan vitamin D
Rasional : Meminimalkan penipisan massa otot dan osteoporosis.
17. Kepustakaan :
R. Syamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah; EGC:
Jakarta: 1997
Sylvia A. Price. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. EGC: Jakarta. 1994
Susanne C. Smeltzer; Buku Ajar Medikal Bedah
Brunner – Suddart. EGC: Jakarta. 1999