Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menempatkan anak sebagai subjek pendidikan, bukan objek. Guru berperan sebagai penuntun dalam membimbing anak sesuai kodratnya. Refleksi dari filosofi tersebut dapat mengubah pemahaman bahwa pendidikan harus memberdayakan anak untuk belajar secara merdeka.
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
REFLEKSI MODUL 1.pdf
1. Modul 1.1.a.8
Nama CGP : Masfinawati Kono, S.Pd
Asal Sekolah : SMPN 1 Suwawa Timur
Koneksi Antar Materi
Bapak Ki Hajar Dewantara meletakkan beberapa konsepsi sebagai Dasar Pendidikan
Nasional. Pemikiran-pemikiran beliau menjadi acuan para seniman pendidikan (guru,
pemangku kebijakan, orang tua, dan pejuang pendidikan) untuk menyelenggarakan
pendidikan yang mencerminkan “Merdeka Belajar”. Dasar-dasar pendidikan inilah
yang harus dijadikan pedoman dalam pendidikan untuk memanusiakan manusia
sesuai dengan kodratnya.
Menurut KHD, Pendidikan (Opvoeding) memberi tuntunan (menuntun) terhadap
segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai seorang manusia maupun sebagai
anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), “Pendidikan dan Pengajaran
merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup
manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang
seluas-luasnya”. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau
hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki hidup
dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”.
Pendidikan merupakan sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam
masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia
yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama. Pendidikan dapat
menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat
diwariskan.
Dalam menuntun pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran Guru atau
pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Petani hanya dapat menuntun
tumbuhnya jagung, atau seorang petani sayuran, ia dapat memperbaiki kondisi
tanah, memelihara tanaman, menyiramnya setiap hari, memberi pupuk, membasmi
hama ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman tersebut. Petani
tidak dapat memaksa agar jagung tumbuh menjadi padi ataupun tanaman sayuran
sawi tumbuh menjadi pepaya. Begitupun dengan Guru / pendidik. Pendidik hanya bisa
menuntun dan merawat tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kodratnya.
Menurut KHD Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat
zaman kodrat alam, kita sebagai pendidik harus memberikan teladan yang baik
dengan harapan siswa dapat meneladaninya demi membentuk karakter siswa
misanya bersikap sopan dan ramah terhadap sesama baik di lingkungan sekolah
maupun di lingkungan masyarakat. Sedangkan kodrat zaman yaitu, pada pendidikan
global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21
apalagi ditengah situasi pandemi ini anak dituntut untuk bisa menguasai IT sebagai
salah satu sarana untuk mensukseskan pendidikan di Indonesia.
2. Modul 1.1.a.8
Oleh karena itu, kita sebagai guru harus memberikan dampingan dan pengawasan
serta memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan pengetahuannya
seluas luasnya seiring perkembangan zaman dan tidak terlepas dari fungsi kontrol kita
sebagai guru dan orang tua yaitu memberikan motivasi dan memberikan pengertian
kepada anak atau siswa agar tetap memegang teguh nilai-nilai atau norma-norma
kemanusiaan yang ada sehingga tujuan merdeka belajar dapat terwujud sesuai
dengan semboyan Bapak Ki Hajar Dewantara yaitu di depan memberi teladan, di
tengah memberi bimbingan, dan di belakang memberi dorongan.
Kita sebagai pendidik menjadi pemimpin yang memerdekakan dan memberi
teladan, memberi semangat, memberi dorongan dan serta mengayomi peserta didik,
Guru menjadi fasilitator dan motivator dalam pembelajaran sebagai mitra belajar bagi
peserta didik.Karena tujuan dari pendidikan kita harus berfokus pada murid, murid dan
murid. Pendidik adalah penuntun sehingga dalam pembelajaran di sekolah tugas guru
menuntun, membimbing peserta didik dalam mencari dan menemukan konsep-
konsep teori dan membantu mereka menerapkan konsep dan teori yang sudah
mereka pelajari dalam kehidupannya sehingga anak-anak atau peserta didik tidak
kehilangan arah dan membahayakan hidupnya.
Dasar pendidikan selanjutnya ialah penanaman Budi Pekerti atau pengembangan
karakter. Menurut KHD, budi pekerti adalah perpaduan harmonis antara pikiran,
perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat.
Hal ini menjadi salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
pendidikan. Budi pekerti juga merupakan modal dasar kebahagiaan yang berperi-
kemanusiaan. Budi pekerti merupakan kunci untuk mencapai keselarasan dan
keseimbangan hidup.
Pendidikan haruslah berpihak pada murid. Pendidik
harus menghamba pada Sang Anak, lebih mementingkan
Sang Anak daripada karirnya sendiri. Segala sesuatu
yang pendidik lakukan ikhlas dan berpusat pada anak.
Pendidik dengan niat ikhlas dan suci hati, terlepas dari
segala ikatan berniat menghamba pada Sang Anak.
Pendidikan harus memerdekakan berdasarkan Pelajar
Pancasila.
Kita sebagai Pendidik atau guru, harus melaksanakan dasar kerja pendidik seperti
yang diungkapkan Ki Hajar, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan memberi
teladan), Ing Madya Mangun Karso (di tengah membangun semangat, kemauan), Tut
Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan). Dalam pelaksanaanya, pendidik
harus berkolaborasi dengan berbagai pihak baik pihak sekolah, keluarga maupun
masyarakat (Tri Pusat Pendidikan).
Disini peran kita sebagai pendidik harus menuntun
kebebasan anak tersebut untuk mencapai
kebahagiaan lahir batin serta keselamatan anak
sesuai dengan kodratnya masing-masing, karena
anak dilahirkan sudah mempunyai talenta yang
tersendiri, kita hanyalah sebagai penuntun menuju
jalan
3. Modul 1.1.a.8
keselamatan. Dalam konteks merdeka belajar, “setiap guru adalah murid dan setiap
murid adalah guru”. Pendidikan dapat diperoleh dimana saja, kapan saja dan
dengan siapa saja. Sekolah bukan satu-satunya sebagai tempat untuk memperoleh
pendidikan tetapi sebagai tempat transformasi pendidikan dalam ekosistem belajar.
Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Setelah saya mempelajari dan merefleksikan Filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Ada beberapa pokok penting sebagai bekal saya sebagai Calon Guru Penggerak
yang memerdekakan anak dalam proses belajar:
1. Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum
saya mempelajari modul 1.1?
Saya berpikir bahwa anak atau peserta didik adalah kertas kosong yang harus
ditransfer dengan ilmu pengetahuan. Tugas saya seorang guru adalah untuk
mentransfer pengetahuan dan keterampilan. Apa yang saya diberikan kepada peserta
didik sebagai suatu paket ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Pembelajaran adalah proses membuat peserta didik aktif. Pembelajaran terpusat
pada peran guru sebagai pendidik sangat dominan. Saya lebih terfokus ke tuntutan
kompetensi sesuai kurikulum dan cenderung melaksanakan pembelajaran sesuai apa
yang tertulis dalam kurikulum dan harus menyelesaikan dalam satu semester sesuai
dengan target kurikulum. Dalam pembelajaran di kelas saya terfokus untuk target
kurikulum dengan mengajar, memberikan tugas. Saya berpikir sangat mudah dalam
mengajar karena memberikan materi, Tugas dan anak bisa mengumpulkan tepat
waktu tanpa merefleksikan tentang pembelajaran yang memerdekakan anak. Dan
saya juga sering mengeluh karena ada sebagian anak yang tidak mengumpulkan
tugas, sulit di atur dan lambat berpikir walaupun soal soal atau tugas itu sangat mudah
dan materi itu saya sudah jelaskan.
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari
modul ini?
Konsep pengajaran saya berubah setelah mempelajari filosofi pendidikan dari Ki Hajar
Dewantara. Saya menyadari kekeliruan bahwa selama ini memnadang anak sebagai
objek dalam pembelajaran di kelas, seharusnya
4. Modul 1.1.a.8
merekalah Subjek pembelajaran Merekalah pemegang kendali pembelajaran.
Pendidik wajib menghamba pada anak dengan segala ketulusan hati.
Perubahan yang saya rasakan dari mempelajari filosofis Ki Hajar Dewantara
yakni Sistem Among dalam Pembelajaran Proses pembelajaran di kelas saya
berlandaskan sistem “Among” Pembelajaran yang dilakukan di kelas bertujuan untuk
mendidik anak sebagai Subjek bukan Objek ( Karena anak adalah pusat pendidikan).
Dalam pembelajaran tidak menghendaki “Paksaan – paksaan ” melainkan memberi
“tuntunan”bagi hidup anak agar dapat berkembang dengan selamat, baik lahir
maupun batinnya. Menyadari bahwa setiap anak itu istimewa, unik, dan memiliki
potensi dalam dirinya. Dalam sistem Among anak dididik di sekolah sesuai dengan
bakat dan minat. Pendidik sebagai Tut Wuri Handayani berperan menuntun,
mengasuh, membimbing anak sesuai kodratnya agar jiwanya merdeka lahir dan
bathin. Guru memberikan kebebasan pada anak dalam memilih gaya belajar yang
mereka sukai. Dari yang tadinya hanya menuruti instruksi akan berubah menjadi
“Merdeka Belajar “.
Kita sebagai pendidik menjadi pemimpin yang memerdekakan dan memberi
teladan, memberi semangat, memberi dorongan dan serta mengayomi peserta didik,
Guru menjadi fasilitator dan motivator dalam pembelajaran sebagai mitra belajar bagi
peserta didik.Karena tujuan dari pendidikan kita harus berfokus pada murid, murid dan
murid. Pendidik adalah penuntun sehingga dalam pembelajaran di sekolah tugas guru
menuntun, membimbing peserta didik dalam mencari dan menemukan konsep-
konsep teori dan membantu mereka menerapkan konsep dan teori yang sudah
mereka pelajari dalam kehidupannya sehingga anak-anak atau peserta didik tidak
kehilangan arah dan membahayakan hidupnya.
3. Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan
pemikiran KHD?
Saya sebagai pendidik harus disiplin dalam waktu ke sekolah
Kita guru menjadi teladan, pemberi semangat serta memberi dorongan dalam
menanamkan nilai karakter kedisiplinan dan kerjasama, tolong menolong dalam
setiap kegiatan yang ada disekolah.
Mendorong dan memotivasi peserta didik untuk saling berbagi solidaritas jika ada
salah satu warga sekolah yang mengalami kekurangan misalnya alami musibah,
orang tua meninggal, membiasakan anak mencintai lingkungan kelas/ sekolah.
Meningkatkan karakter anak dengan pembiasaan yang secara kontinyu seperti
mengawali aktifitas pembelajaran dengan berdoa, saling memuji diantara teman,
selalu memberikan kata-kata positif untuk teman sebangku/sekelas, kata terima
kasih untuk bantuan/pujian dari teman, kata maaf jika melakukan kesalahan baik
sengaja maupun tidak Membudayakan budaya lokal untuk mentransformasikan
pendidikan karakter anak.
Untuk mengimplementasikan merdeka belajar yang menghasilkan profil “Pelajar
Pancasila” sudah seharusnya kita melakukan perubahan-perubahan hebat di kelas
kita untuk memberikan tuntunan terbaik kepada peserta didik. Peserta didik diberi
kebebasan untuk bereksplorasi, berinovasi dan mengembangkan potensi sesuai
dengan kodratnya masing-masing. Tugas kita memberikan tuntunan,
arahan,bimbingan agar kemerdekaan mereka tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif
yang datang. Belajar bisa dilakukan dimanapun sesuai konteksnya. Semua tempat
5. Modul 1.1.a.8
adalah sekolah, semua rumah adalah sekolah. Untuk itu, guru harus terus
mengembangkan kompetensinya agar bisa beradaptasi dengan perubahan. Guru
harus terus belajar, untuk membelajarkan siswa. Kita harus memahami peserta didik
sebagai individu yang unik, khas sesuai kodratnya.
Di akhir tulisan saya tentang Refleksi Pemikiran Filosofis Ki Hajar Dewantara, Saya
ingin mengajak kita semua untuk lebih memahami tentang Dasar Pemikiran Filosofis
Pendidikan Ki Hajar Dewantara, sehingga kita dapat mentransformasikan perubahan
ekosistem belajar yang terpusat kepada Anak, Anak dan anak.