1. PARTNERS FOR RESILIENCE
PARTNERS FOR RESILIENCE | INDONESIA
KERANGKA KERJA KONVERGENSI
ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM & PENGURANGAN RESIKO
BENCANA (API – PRB)
Dalam Konsorsium
By: MUCHRIZAL HARRIS
CLIMATE WEEK
JAKARTA, 5 – 9 OKTOBER 2015
3. Partners for
Resilience (PfR)
atau kemitraan
untuk ketahanan
adalah sebuah upaya
memperkuat daya
tahan masyarakat
yang rentan dalam
menghadapi risiko
bencana yang kian
meningkat, dampak
perubahan iklim, dan
kemerosotan
lingkungan hidup
PARTNERS FOR RESILIENCE
5 organisasi Belanda:
NLRC, CARE, Cordaid,
Wetlands International,
RCCC
Kerangka Kerja:
• PRB
• API
• PER
Stretegi Intervensi:
• Penguatan ketahanan
masyarakat
• Penguatan masyarakat sipil
• Dialog kebijakan & advokasi
untuk memperkuat kebijakan
PRB/API & peningkatan
sumber daya di semua level
Kelompok Target:
• Masyarakat
desa
• Masyarakat
Miskin
yang hidup di area
rentan Risiko
Bencana &
terdegradasi
Ekosistem &
Perubahan Iklim
9 Negara:
Guatemala, Nikaragua,
Kenya, Mali, Uganda,
Etiopia, India,
Indonesia, Filipina
MoFA
“Climate proof-DRR”
2011 – 2015
MSF-II
Indonesia
Propinsi NTT
PfR Indonesia:
CI & CIS Timor
Wetlands International Indonesia
NLRC & PMI (Sikka & Lembata)
KARINA KWI/CKM-LPTP-BSK-YBTS-Jaringan
Insist
4. PARTNERS FOR RESILIENCE
VISI – MISI – KERANGKA KERJA
8 . PRINSIP KUNCI
Program di NTT:
• Kesiapsiagaan menghadapi bencana;
peringatan dini, tim siaga bencana,
rencana aksi pengurangan resiko,
rencana kontijensi desa dan regulasi
desa.
• Mitigasi bencana; mengurangi dampak
banjir, tsunami, longsor, abrasi, angin,
kekeringan/kesulitan akses air,
pengelolaan daerah aliran sungai.
• Membangun sistim ketahanan pangan
desa; kembali ke pangan lokal, sistim
lumbung desa, pertanian ramah
lingkungan, kalender pasar, peningkatan
upaya diversifikasi pertanian
• Membangun energi pedesaan ramah
lingkungan; tungku hemat energi,
rumah tahan angin dan biogas.
5. PARTNERS FOR RESILIENCE
Strategi yang diterapkan di Propinsi NTT
KEGIATAN
1. Menghubungkan masyarakat
untuk dapat mengakses
informasi cuaca terkini dan
juga implikasinya terhadap
ancaman bencana dan mata
pencaharian mereka.
2. Pengelolaan air untuk
memenuthi kebutuhan dasar
dan mata pencaharian
masyarakat dengan
menggunakan prinsip 3 R
(Water Reuse, Recharge,
Retention Penggunaan
kembali, Pengisian dan
Penyimpanan Air)
6. PARTNERS FOR RESILIENCE
KEGIATAN
3. Mata pencaharaian pertanian
dan non-pertanian yang
adaptif
4. Melindungi layanan ekosistem
(sebagai penyedia jasa untuk
kegiatan mata pencaharian dan
penahan/buffer ancaman
bencana
7. PARTNERS FOR RESILIENCE
KEGIATAN
5. Mengembangkan sistem
kesiapsiagaan dalam sistem dan
struktur masyarakat
6. Pelibatan berbagai pemangku
kepentingan untuk
mempengaruhi peraturan dan
kebijakan
8. PARTNERS FOR RESILIENCE
Sinergi PRB-API-MRE
Informasi
Iklim
Ancaman terkait air
dari wilayah hulu ke
hilir
(kekeringan, banjir yang
menyebabkan longsor,
abrasi karena gelombang
tinggi)
AKSI (contoh)
9. PARTNERS FOR RESILIENCE
Masyarakat 81 komunitas di Nusa Tengara Timur (NTT) :
Lembata, Timor dan Pulau Flores.
Pemerintahan Desa/Kabupaten/Kota/Provinsi Pemerintah desa dan Dewan Perwakilan Rakyat,
BAPPEDA, BPBD, BMKG, Bidang perluasan pertanian,
Ketahanan pangan, Kelautan dan Perikanan, Kantor
BPDAS, lembaga pendidikan dan kepemudaan.
Pemerintah Nasional Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), Kementerian Lingkungan Hidup,
Badan Meteorolgy dan Geofisika.
Sektor Swasta Bank dan perusahaan asuransi di Indonesia, Lembaga
Pertanian dan Keuangan Mikro (BRI, AXA Indurance,
East West Seed Corporation)
Universitas/ Lembaga Penelitian/ Sumberdaya Yayasan RAIN , Institut Teknologi Bandung, Yayasan
Mitra Tani Mandiri (YMTM), UGM Jogjakarta,
UNDANA, CHARLES DARWIN AUSTRALIA, dan UNKRIS.
Forum/Jejaring IFRC dan PMI, Caritas, Forum PRB dan Forum DAS,
Perubahan Iklim, LPTP dan jaringan lembaga berbasis
agama.
STAKE HOLDER UTAMA
10. PARTNERS FOR RESILIENCE
TERIMA KASIH
Partners for Resilience
Indonesia:
Kartika Juwita (The Netherland
Red Cross, Palang Merah
Indonesia)
Ida Adu (CARE International
Indonesia, CIS Timor)
Anat Prag (KARINA, LPTP, INSIST,
Caritas Maumere, BSK, YBTS,
EWSI)
Yus Rusila Noor (Wetlands
International – Indonesia)
Contact Person:
PFR Coordinator Indonesia|NLRC
Kartika Juwita
(kjuwita@redcross.nl)
Muchrizal Harris
(mharris@redcross.nl)
Notes de l'éditeur
Pada tahun 2011, NLRC, Care Netherlands, Cordaid, Wetland International dan Red Cross Red Crescent Climate Centre membentuk sebuat aliansi global untuk mengurangi dampak ancaman bencana terhadap masyarakat rentan; Partner for Resilience (PfR) secara global bertujuan untuk mengurangi dampak ancaman bencana alam terhadap masyarakat rentan. Visi aliansi ini adalah bahwa Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan Adaptasi Perubahan Iklim (API) dapat digabungkan dengan Restorasi dan Manajemen Ekosistem (EMR) untuk memacu tercapainya ketangguhan: kemampuan masyarakat untuk bertahan dalam menghadapi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan yang terjadi dalam lingkungan mereka – dan merupakan hal yang penting untuk membantu mereka keluar dari kemiskinan.
VISI KAMI
Mengurangi dampak ancaman terhadap penghidupan masyarakat rentan.
MISI KAMI
Kami adalah aliansi global yang berjejaring dengan beragam mitra untuk memperkuat ketahanan masyarakat melalui pendekatan PRB-API-MRE terpadu yang berkontribusi pada kebijakan serta program-program di tingkatan yang berbeda untuk mengurangi dampak bencana alam pada kehidupan, harta benda dan penghidupan masyarakat rentan.
Visi PfR berdasarkan pada pembangunan blok (building blocks) yang mendorong masyarakat untuk melakukan antisipasi terhadap risiko yang mereka hadapi dengan cara membangun kapasitas yang telah mereka miliki, melakukan respon ketika bencana terjadi dengan mempertahankan struktur dan fungsi-fungsi dasar, lalu beradaptasi terhadap risiko-risiko yang berubah dan terhadap suatu perubahan situasi lokasi dan perubahan pilihan-pilihan mata pencaharian masyarakat dan akhirnya mentransformasi diri mereka untuk mengatasi akar penyebab dan faktor-faktor yang mendasari suatu risiko dan menjadi mitra aktif bagi pemerintah dalam mengimplementasikan PRB.
Fokus:
Rumah tangga; upaya meningkatkan ketahanan keluarga dalam menghadapi bencana, mencakup kesiapsiagaan keluarga, diversifikasi sumber penghidupan, ekonomi rumah tangga, gizi & kesehatan.
Komunitas; upaya mengelola sumberdaya alam yang ada di komunitas, mitigasi bencana & kesiapsiagaan komunitas menghadapi bencana, serta sistim-sistim dalam komunitas yang menunjang daya tahan masyarakat.
Kawasan; upaya melibatkan para pihak yang ada dalam kawasan tempat tinggal komunitas, untuk bersama-sama menangani risiko bencana dan sumber penyebabnya, termasuk pengelolaan ekosistim juga termasuk dalam lingkup kawasan dan DAS.
A. Forum Iklim yang beranggotakan berbagai pihak: BMKG, masyarakat, dinas-dinas pemerintah kabupaten, CSOs. B. Informasi terhadap prakiraan cuaca selama 5 tahun ke depan dan dampak yang mungkin terjadi pada tiap-tiap bulannya; hasil kerja sama antara universitas, BMKG, dinas pemerintah kabupaten dan masyarakat. C. Informasi mengenai kejadian-kejadian cuaca/iklim yang ekstrim dari Pusat Iklim (RCCC).
2. A. Penampungan air dan jebakan air untuk memastikan ketersediaan air dan meminimalisir banjir. B. Memperbaiki sistem saluran air dan terasering untuk meminimalisir longsor dan mendukung pemanfaatan lahan yang lebih baik. C. Merenovasi sumber mata air bersih dan sistem pemipaan
3. A. Sistem terasering, pupuk organik dan pengendalian hama, siklus penanaman dan pemilihan benih untuk mempebaiki kondisi kelembaban tanah, penyerapan dan struktur tanah. B. Memaksimalkan kegiatan pertanian di sepanjang kontur lahan untuk meminimalisir tanah longsor. C. Diversifikasi pilihan tanaman dan metode-metode untuk beradaptasi dengan lahan basah dan lahan kering, serta untuk mempromosikan tanaman lokal yang tahan terhadap kekeringan seperti sorgum sebagai bahan pangan. D. Mendukung bisnis tingkat rumah tangga: produksi madu yang berkelanjutan, usaha kios, tenun.
4. A. Menanam pohon-pohon untuk mempertahankan kelembaban di sepanjang aliran sungai dan daerah mata air. B. Penanaman kembali hutan dengan menggunakan benih-benih lokal di daerah mata air dan tanah-tanah yang tidak dimanfaatkan. C. Petani madu menanam pohon dan memastikan metode pengelolaan hutan dan produk hutan non kayu yang berkelanjutan. D. Perlindungan daerah pesisir melalui penanaman mangrove dan reklamasi tanah dengan menggunakan teknik pembangunan yang memanfaatkan sumber daya alam.
5. A. Sistem peringatan dini untuk desa-desa yang berada di daerah aliran sungai. B. Mengembangkan rencana kontingensi yang disahkan oleh pemerintah desa dan isinya sesuai dengan koordinasi pusat manajemen bencana pemerintah setempat. C. Mempersiapkan tim sukarelawan desa agar siap untuk melakukan respon dan mampu memberikan pertolongan dasar bagi masyarakat untuk bertahan hidup.
6. A. Menyusun database desa untuk mendukung pemerintah kabupaten dalam menyusun perencanaan pembangunan 5 tahun dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan PRB, API dan EMR. B. Memberikan dukungan bagi dinas-dinas pemerintah kabupaten (Dinas Perencanaan dan Pembangunan, Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan dan BPBD) untuk mengembangkan rencana pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang mengikutsertakan aspek PRB, API dan EMR. C. Menghubungkan prioritas-prioritas masyarakat dalam hal PRB, CCA dan EMR dengan program pemerintah pusat yang berhubungan dengan ketangguhan masyarakat.