SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  49
• Perpindahan panas merupakan unit operasi yang paling
banyak dijumpai di industri.
• Misal, pembuatan ethylene glycol dengan cara oksidasi
terhadap ethylene menjadi ethylene oxide dan
selanjutnya dihidrasi menjadi glycol.
• Reaksi oksidasi katalitik paling efektif jika dilakukan
pada temperatur sekitar 523,15 K (250 C).
• Reaktan, yaitu ethylene dan udara, dipanaskan terlebih
dahulu sebelum dimasukkan ke dalam reaktor.

• Untuk merancang preheater, kita harus mengetahui
jumlah panas yang harus ditransfer.
• Reaksi pembakaran antara ethylene dengan oksigen
dalam tumpukan/bed katalis akan menaikkan
temperatur.
• Jika temperaturnya melebihi 250C, maka akan terjadi
reaksi samping yang tidak diinginkan, yaitu terbentuknya CO2.
• Oleh karena itu, panas harus terus diambil dari reaktor
agar temperaturnya tidak melebihi 250C .
• Untuk merancang reaktor, kita harus mengetahui laju
perpindahan panas, dan hal ini tergantung pada efek
panas yang menyertai reaksi kimia.
• Produk ethylene oxide dihidrasi menjadi glycol dengan
cara diabsorpsi dengan air.
• Pada proses tsb dilepaskan panas karena perubahan
fasa dan proses pelarutan dan juga karena reaksi hidrasi
antara ethylene oxide terlarut dengan air.
• Akhirnya, glycol dimurnikan dengan cara distilasi, suatu
proses penguapan dan kondensasi, yang mengakibatkan
terjadinya pemisahan suatu larutan menjadi komponenkomponennya.
• Semua efek panas yang penting telah diilustrasikan
dengan menggunakan satu contoh proses kimia
sederhana di atas.
Panas sensibel adalah panas yang menyertai perubahan
temperatur dari suatu sistem tanpa disertai perubahan
fasa, reaksi kimia, dan perubahan komposisi.
Jika sistem berupa suatu senyawa homogen dengan
komposisi konstan, maka menurut aturan fasa, keadaan
sistem tersebut akan tertentu jika 2 dari sifat-sifat
intensifnya sudah tertentu.
U = U(T,V)
  U
  U
dU  
 dT  
 dV
 T  V
 V  T
  U
dU  C V dT  
 dV
 V  T
  U
dU  C V dT  
 dV
 V  T

Suku kedua ruas kanan akan = 0 jika
• Proses berlangsung pada volum konstan, apapun
senyawanya.
• U tidak tergantung pada V, bagaimanapun prosesnya.
Ini benar untuk gas ideal atau fluida incompressible.
dU = CV dT
T2

U   C V dT
T1

(1)

Untuk proses reversible yang berlangsung pada volum
konstan,
T2

Q  U   C V dT
T1
Enthaply juga dapat dinyatakan sebagai fungsi dari T dan P:
H =H(T,P)
  H
  H
dH  
 dT  
 dP
T  P
P  T


  H
dH  CPdT  
 dP
 P  T

Suku kedua ruas akan akan = 0 jika
• Proses berlangsung pada tekanan konstan, apapun
senyawanya.
• H tidak tergantung pada P, bagaimanapun prosesnya.
Ini benar untuk gas ideal.
dH = CP dT
T2

H   CP dT
T1

(2)

Untuk sistem tertutup yang mengalami proses reversibel
yang berlangsung pada tekanan konstan, dan juga untuk
perpindahan panas di dalam alat penukar panas dalam
keadaan steady dengan EK dan Ep yang dapat
diabaikan, dan WS = 0:
T2

Q  H   CP dT
T1

(3)
KETERGANTUNGAN CP TERHADAP T
Persamaan (3) dapat diselesaikan jika tersedia hubungan
antara CP dan T.
Persamaan empiris yang paling sederhana yang menyatakan hubungan antara CP dan T adalah:
CP
 A  BT  CT 2  DT  2
R

(4)

Dengan A, B, C dan D adalah konstanta yang nilainya
tergantung pada jenis senyawa kimia.

Untuk gas ideal:
ig
CP
 A  BT  CT2  DT  2
R
Nilai parameter A, B, C, dan D untuk berbagai macam gas
dalam keadaan ideal dapat dilihat pada Tabel C.1.

Untuk gas ideal berlaku:
ig
Cig CP
V

1
R
R

(5)

Sehingga hubungan antara CV dan T mengikuti hubungan antara CP dan T
CONTOH SOAL
Hitung panas yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperatur 1 mol gas metana dari 260 menjadi 600C di
dalam suatu proses alir steady yang berlangsung pada
tekanan cukup rendah sehingga metana dapat dianggap
sebagai gas ideal.

PENYELESAIAN
ig
CP
 A  BT  CT2  DT  2
R

A = 1,702
B = 9,081  103
C =  2,164  106
D=0
T1 = 260C = 533,15 K
T2 = 600C = 873,15 K
ig
CP
Q  H  R 
dT
T1 R

T2

T2

T2

Q  H   CP dT
T1



 R  A  BT  CT2
T1





T

B 2 C 3 2

dT  R  AT  T  T 
2
3

 T1







B 2
C 3

2
3 
 R A T2  T1  
T2  T1 
T2  T1 
2
3


 8,314  ,792 873,15  533,15 
1





9,081  10  3

873,152  533,152 
2






 2,164  10  6

873,153  533,153 
3

Q = 19.778 J/mol  1 mol = 19.778 J

= 19.778 J/mol
CONTOH SOAL
Berapa temperatur akhir jika panas sebanyak 0,4  106
(Btu) ditambahkan pada 25 (lb mol) ammonia yang
semula berada pada temperatur 500 (F) dalam suatu
proses alir steady yang berlangsung pada tekanan 1
(atm)?

PENYELESAIAN
Q 0,4  106
1
H 

 16.000 Btu lb mol = 37.218 J mol1
n
25

T1 

500  459,67
 533,15 K
1,8

A = 3,578

B = 3,02  103
C=0
D =  0,186  105
T2

Q  H  R 

T1

T2

ig
CP

R

T2

Q  H   CP dT

dT

T1



 R  A  BT  DT  2
T1



T

2
B 2

1 
dT  R  AT  T  DT 
2

T
1


 1 1 
B 2
2
 R  A T2  T1   T2  T1   D    
2
 T2 T1  

37.218  8,314 3,578 T2  533,15 





3,02  10  3 2

T2  533,152 
2

 1

1
 0,186  10 
 T  533,15  

 2

5
Selanjutnya persamaan di atas diubah menjadi:
1,51  10

atau

3

2
T2

0,186  10 5
 3,578 T2 
 6.848 ,259  0
T2

f(T2) = 0

Persamaan di atas diselesaikan dengan cara iterasi
T2

f(T2)

1000

-1.741,66

900

-2.384,29

1200

-364,76

1250

-1,50

1250.2

-0.04

Jadi T2 = 1250,2 K
1,51  10

3

2
T2

0,186  10 5
 3,578 T2 
 6.848 ,259  0
T2

5


1
0,186 10
3 2
  1,5110 T2 
T2 
 6.848,259 


3,578 
T2

Untuk reaksi:

aA+bB  l L+mM

Panas reaksi standar didefinisikan sebagai perubahan
enthalpy jika a mol A dan b mol B pada temperatur T
keadaan standar bereaksi membentuk l mol L dan m mol M
pada keadaan standarnya pada temperatur T yang sama.
Keadaan standar adalah keadaan tertentu dari suatu
spesies pada temperatur T dan pada tekanan, komposisi,
dan kondisi fisik tertentu, seperti gas, cair, atau padat.
Gas: zat murni dalam keadaan gas ideal pada 1 bar
Cairan/padatan: cairan atau padatan nyata pada 1 bar

1
3
N2  H2  NH3
2
2


H298   46.110 J

N2  3H2  2NH3


H298   92.220 J

a
Panas pembentukan standar adalah perubahan
enthalpy yang menyertai pembentukan 1 mol suatu
senyawa dari elemen-elemen penyusunnya pada
keadaan standar.
CONTOH:
CO2(g) :

C(s) + O2(g)  CO2(g)

H298   393.509 J /mol
f

CO (g) :

C(s) + ½ O2(g)  CO (g)

H298   110.525 J /mol
f

H2O(g) :
H2(g)

:


H2(s) + ½O2(g)  H2O(g) Hf298   241.818 J /mol

H298  0 J
f

Panas pembentukan untuk elemen = 0
Panas pembentukan standar dapat digunakan untuk
menghitung panas reaksi standar.
Misal untuk menghitung panas reaksi dari water-gas shift
reaction pada 25C:
CO2(g) + H2(g)  CO(g) + H2O(g)
Cara menghitungnya adalah:

298

CO2(g)  C(s) + O2(g)

H

C(s) + ½O2(g)  CO(g)


H298   110.525 J / mol

H2(g) + ½O2(g)  H2O(g)

CO2(g) + H2(g)  CO(g) + H2O(g)


298

H

 393.509 J / mol

  241.818 J / mol


H298  41.166 J / mol
Panas pembakaran standar adalah perubahan enthalpy
yang menyertai pembakaran 1 mol suatu senyawa.
CONTOH:
C(s) + O2(g)  CO2 (g)


H298  393.509 J

CH4(g) + 2O2(g)  CO2(g) + 2H2O(g)


H298   802.600 J

CH4O(g) + 1½O2(g)  CO2(g) + 2H2O(g)


H298   638.200 J

Seperti halnya panas pembentukan standar, panas
pembakaran standar juga dapat digunakan untuk
menghitung panas reaksi standar.


H
Reaksi secara umum:

1 A1  2 A2  ...  3 A3  4 A4  ...
i adalah koefisien stoikiometri reaksi
Konvensi tanda untuk i:
• Positif (+) untuk produk

• Negatif (-) untuk reaktan
CONTOH:
N2 + 3H2  2NH3

N2   1

H    i Hi
i

H2   3

NH3  2
(5)

Hi adalah enthalpy spesies i pada keadaan standar, yaitu
sama dengan panas pembentukan standar ditambah
dengan enthalpy pada keadaan standar dari semua
elemen-elemen penyusunnya.

Jika sebagai dasar perhitungan diambil enthalpy pada
keadaan standar elemen penyusun = 0, maka:

Hi  Hi
f

(6)

Jika pers. (6) ini disubstitusikan ke pers. (5):

H    i Hi
f
i

(7)
Untuk reaksi standar, produk dan reaktan selalu berada
pada keadaan standar, yaitu tekanan 1 bar, sehingga
enthalpy keadaan standar hanya merupakan fungsi dari
temperatur:


dHi  CPi dT

Jika dikalikan dengan i :


 i dHi   i CPi dT

Penjumlahan untuk semua produk dan reaktan:

  i dHi   i CPi dT
i

(8)

i

Karena i konstan maka

  dH    d H   d   H    C
i

i


i

i

i


i

i

i


i

i

i


Pi

dT
  dH    d H   d   H    C
i


i


i

i

i

i

i

i


i

i

i

Menurut pers. (5):

d H   d   i H 
i


H    i Hi
i

i

Jika perubahan kapasitas panas standar didefinisikan
sebagai:


CP    i CPi

(9)

i

Maka:

d H  CP dT

(10)

Jika diintegralkan:

C 
P
H 0  H   R 
dT
T
0
R
T0
T

(11)


Pi

dT

d H  CP dT

H 0
T

 d H

H 0 0
T



T

  C dT

P

T0


P

C
H  H  R 
dT
R
T0
0
T

T


T0


P

C
H  H  R 
dT
R
T0
0
T

T


T0

C
P
H 0  H   R 
dT
T
298
R
298
T
Reaktan
(T K)

HT

HP

HR

Reaktan
(298 K)

Produk
(T K)

H298

Produk
(298 K)

H merupakan state function  tidak tergantung pada jalannya proses



H  HR  H298  HP
T



H  HR  H298  HP
T
Panas sensibel

Panas sensibel

Panas reaksi 298 K

HR

298


 298

 T

   ni  CPi dT      ni CPi dT      ni CPi dT 






 i
R  i T
R
 i 298
R
T


HP

T


 T

   ni  CPi dT      ni CPi dT 




 i
P  i 298
P
298

H
T
 H
T




H298

 T

 T

    ni CPi dT      ni CPi dT 




 i 298
P  i 298
R




H298


 CP
R 
dT
R
298
T
T
T

 



H T  H 298     n i C Pi dT      n i C Pi dT 

 

i 298
i 298

P 
R
T
T
C Pi
C Pi

 


 R  ni
    R  ni
 H 298  
dT  
dT 

R
R
 i 298
 P  i 298
R

  CPi
 R    n i
 R
T0  i 
T

 H


298

C 
P
H   H   R 
dT
T
T
R
T
T

C 
P
H   H   R 
dT
T
298
R
298
T


 CPi
    ni

 R
P i 

 
  dT

R 
(9)



CP    i CPi
i

Ci
P


P

C
  i
R
R
i

   i A i  B i T  Ci T 2  Di T  2 
i

   i A i    i B i T    i Ci T 2    i Di T  2
i

i

i

 A  B T  CT2  DT2

i
CONTOH SOAL
Hitung panas reaksi standar untuk sintesis metanol pada 800C
CO(g) + 2H2(g)  CH3OH(g)

C 
P
H   H   R 
dT
T
298
R
298
T

PENYELESAIAN
Tref = 298,15 K
T = 1073,15 K
i

Hf298

A

103 B

106 C

1 – 200.660

2,211

12,216

– 3,450

0,000

CO

– 1 – 110.526

3,376

0,557

0,000

– 0,031

H2

–2

3,249

0,422

0,000

0,083

i
CH3OH

0



H0  H298  200.660   110.525  90.135 J

10-5 D
A = iAi = (1) (2,211) + (– 1) (3,376) + (– 2) (3,249) = – 7,663
B = 10,815  10–3
C = – 3,450  10–6
D = – 0,135  105

Dengan cara yang sama:

T C 
P



T0

R

T





dT   A  BT  CT 2  DT  2 dT
T0
T

B 2 C 3 D 

 A T 
T 
T 
2
3
T  T0


 A T  T0  









1 1 
B 2
C 3
2
3
T  T0 
T  T0  D  
T T 

2
3

0

= – 1.615,5 K
T C 
P


H  H0  R 

T0

R

dT

= – 90.135 + 8,314 (– 1.615,5) = – 103.566 J/mol
CONTOH
Berapa temperatur maksimum yang dapat dicapai oleh reaksi pembakaran gas metana dengan udara yang berlebihan 20%? Udara dan
metana masuk ke burner pada temperatur 25C.
PENYELESAIAN
Reaksi:

CH4 + 2 O2  CO2 + 2 H2O

Basis: 1 mol CH4 yang bereaksi

H298 = – 393.509 + (2) (– 241.818) – (– 74.520) = – 802.625 J

Asumsi:
• Reaksi berlangsung sempurna
• Reaksi berlangsung secara adiabatis (Q = 0)
• EK dan EP diabaikan
• WS = 0
Sehingga H = 0
Basis: 1 mol CH4 yang dibakar
Mol O2 yang dibutuhkan = 2,0
Mol O2 kelebihan = (0,2) (2,0) = 0,4
Mol O2 total yang masuk = 2,4
Mol N2 yang masuk = (2,4) (79/21) = 9,03
Reaksi:

CH4 + 2 O2  CO2 + 2 H2O
CH4

O2

CO2

H 2O

N2

Masuk

1,00

2,40

0,00

0,00

9,03

Bereaksi

1,00

2,00

0,00

0,00

0,00

1,00

2,00

0,00

1,00

2,00

9,03

Hasil reaksi
Keluar

0,00

0,40

HP

Reaktan pada 1 bar
dan 25C:
CH4 1,00 mol
O2
2,40 mol
N2
9,03 mol


H298

Produk pada 1 bar
dan T K:
CO2 1,00 mol
H2O 2,00 mol
O2
0,40 mol
N2
9,03 mol

Produk pada 1 bar
dan 298 K:
CO2 1,00 mol
H2O 2,00 mol
O2
0,40 mol
N2
9,03 mol
Neraca energi:


H298  HP  H  0


HP adalah panas sensibel untuk menaikkan temperatur produk
dari 298,15 K menjadi T K
T C
Pi


 ni CP

i
HP   ni R 
dT  R   

i
T0 R
T0 i  R
T


 dT





 





 R    ni Ai     ni Bi  T    ni Ci  T 2    ni Di  T  2  dT
  i

 i

 i


T0  i
T

T







  ni Bi 
  ni Ci 



 i
 T2   i
 T 3   n D   1 
 R   ni A i  T 
 i i  
2
3

 i
  T 
 i



 T0







  ni Bi 
  ni Ci 



 i
 T2  T2   i
 T 3  T 3   n D   1  1 
 R   ni A i  T  T0  
 i i 
0
0
T T 

2
3

 i

 i
0 












 ni Ai  (1) (5,457) + (2) (3,470) + (0,4) (3,639) + (9,03) (3,280)
i

= 43,471
Dengan cara yang sama akan diperoleh:

 ni Bi  9,502  10
i

3

 ni Di   0,645  10 5

 ni Ci  0

i

i

Jika dimasukkan ke persamaan untuk HP:










HP  8,314 43,471T  298,15  4,751 103 T 2  298,152 





1 
1
 0,645  10 5  

T 298 ,15  



Persamaan neraca energi menjadi:









 802.625  8,314 43,471T  298,15  4,751 103 T 2  298,152 





1 
1
 0,645  10 5  
  0
 T 298 ,15  
T = 2066,3 K
T

f(T)
500

-724035

1000

-514238

2000

-34588.4

2066

-143.422

2066.274

0.033162
CONTOH SOAL
Sebuah boiler menggunakan bahan bakar minyak kualitas tinggi
(hanya berisi hidrokarbon) yang memiliki panas pembakaran standar
– 43.515 J g-1 pada 25C dengan CO2(g) dan H2O(l) sebagai produk.
Temperatur bahan bakar dan minyak masuk ke ruang pembakaran
pada 25C. Udara dianggap kering. Gas hasil pembakaran keluar dari
boiler pada 300C, dan analisis rata-ratanya adalah (basis kering)
11,2% CO2, 0,4% CO, 6,2% O2 dan 82,2% N2. Berapa bagian dari
panas pembakaran yang ditransfer sebagai panas ke boiler?
PENYELESAIAN
Basis: 100 mol gas hasil pembakaran kering:
CO2
11,2 mol
CO
0,4 mol
O2
6,2 mol
N2
82,2 mol
-----------------------Total 100,0 mol
NERACA O
Masuk:
Masuk sebagai O2 (dalam udara) =

21
= 21,85 mol
79
Masuk sebagai O (dalam udara) = 2  21,85 mol = 43,7 mol
82,2

Keluar:
Dalam CO2
= 2  11,20 = 22,40 mol
Dalam CO
= 0,40 mol
Dalam O2 sisa = 2  6,20
= 12,40 mol
-------------------------------------------------------Total O selain H2O
= 35,20 mol
Jadi O yang bereaksi membentuk H2O = 43,7 – 35,2 = 8,5 mol
H2O yang terbentuk = 8,50 mol
Total O yang bereaksi = 22,4 + 0,4 + 8,5 = 31,3 mol
Kesimpulan:

Total O2 yang bereaksi = ½  31,3 = 15,65 mol
NERACA C
Keluar:
Sebagai CO2 = 11,20 mol
Sebagai CO
= 0,40 mol
--------------------------------------Total
= 11,60 mol
Masuk:
Mol C masuk = mol C keluar = 11,60 mol
NERACA H
Keluar:
Sebagai H2O

= 2  8,50 = 17,0 mol

Masuk:
Mol H masuk = mol H keluar = 17,0 mol
KESIMPULAN
Rumus molekul bahan bakar = C11,6H17
C dan H2 semuanya berasal dari bahan bakar, sehingga total berat
bahan bakar yang masuk adalah
= (11,60) (12) + (8,50) (2) = 156,2 g
Reaksi pembakaran jika bahan bakar terbakar sempurna membentuk
CO2(g) dan H2O(l) adalah:
C11,6H17(l) + 15,85 O2(g)  11,6 CO2(g) + 8,5 H2O(l)
H298 = – 43.515 J/g
Jika semua bahan bakar terbakar sempurna membentuk CO2(g)
dan H2O(l) pada 25C, maka panas pembakarannya adalah:

H    43.515 J g 156,2 g    6.797.040 J
298
Analisis hasil pembakaran menunjukkan bahwa pembakaran
berlangsung tidak sempurna (karena terbentuknya CO) dan H2O
berupa gas bukan cairan.
Reaksi yang terjadi:
C11,6H17(l) + 15,65 O2(g)  11,2 CO2(g) + 0,4 CO(g) + 8,5 H2O(g)

Panas reaksi untuk reaksi tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan berbagai panas reaksi yang telah diketahui
datanya.
Reaksi di atas merupakan penjumlahan dari reaksi2 sbb.:
C11,6H17(l) + 15,85 O2(g)  11,6 CO2(g) + 8,5 H2O(l)
8,5 H2O(l)  8,5 H2O(g)
0,4 CO2(g)  0,4 CO(g) + 0,2 O2(g)
C11,6H17(l) + 15,65 O2(g)  11,2 CO2(g) + 0,4 CO(g) + 8,5 H2O(g)
Panas reaksi standar total pada 25C:

H298   6.797.040  44.0128,5   282.9840,4    6.309.740 J

HP

Reaktan pada 1 bar
dan 25C:
fuel 152,2 g
O2
21,85 mol
N2
82,20 mol


H298

Produk pada 1 bar
dan 300C:
CO2 11,2 mol
CO
0,4 mol
H 2O
8,5 mol
O2
6,2 mol
N2
82,2 mol

Produk pada 1 bar
dan 298K:
CO2 11,2 mol
CO
0,4 mol
H 2O
8,5 mol
O2
6,2 mol
N2
82,2 mol
T C
Pi


 ni CP

i
HP   ni R 
dT  R   

i
T0 R
T0 i  R
T


 dT









  ni Bi 
  ni Ci 



 i
 T2  T2   i
 T 3  T 3   n D   1  1 
 R   ni A i  T  T0  
 i i 
0
0
T T 

2
3

 i

 i
0 













 ni Bi  76,134  10  3

 ni Ai  384,142

i

i

 ni Di   10,0617  10 5

 ni Ci  0

i

i

Jika dimasukkan ke persamaan untuk HP:

HP  8,314 384,142573,15  298,15 





 



1 
1
 76,134  10  3 573 ,15 2  298 ,15 2  0,645  10 5  

 T 298 ,15  

= 940.660 J


H  H298  HP

= – 6.309.740 + 940.660 = – 5.369.080 J
Proses pembakaran ini merupakan proses alir tunak dengan:
• WS = 0
• EK = 0
• EP = 0
Maka: H = Q
Q = – 5.369.080 J merupakan panas yang ditransfer ke boiler
Jadi fraksi panas pembakaran yang ditransfer ke boiler adalah:


5.369.080
 100%  79,0%
6.797.040
Methane gas is burned completely with
30% excess air at approximately
atmospheric pressure. Both the methane
and the air enter the furnace at 303.15 K
(30°C) saturated with water vapor, and the
flue gases leave the furnace at 1773.15 K
(1500°C). The flue gases then pass
through a heat exchanger from which
they emerge at 323.15 K (50°C).
Per mole of methane, how much heat is
lost from the furnace, and how much heat
is transferred in the heat exchanger?

Contenu connexe

Tendances

3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copy
3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copyMahammad Khadafi
 
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docxSaya Kamu
 
5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)Mahammad Khadafi
 
Prinsip kerja rotary drum vacuum filter
Prinsip kerja rotary drum vacuum filterPrinsip kerja rotary drum vacuum filter
Prinsip kerja rotary drum vacuum filterAhmadjuni1
 
Kesetimbangan uap cair
Kesetimbangan uap cairKesetimbangan uap cair
Kesetimbangan uap cairRyan Tito
 
Bab9 kinetika kimia
Bab9 kinetika kimiaBab9 kinetika kimia
Bab9 kinetika kimiaImo Priyanto
 
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimiaTermodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimiajayamartha
 
Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)Utami Irawati
 
Polimer PET Polyethylene Terephthalate
Polimer PET Polyethylene TerephthalatePolimer PET Polyethylene Terephthalate
Polimer PET Polyethylene TerephthalateAkhmad Kautsar
 
Termodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanTermodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanAPRIL
 
Fenomena perpindahan
Fenomena perpindahanFenomena perpindahan
Fenomena perpindahanEzron Wenggo
 
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massaPertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massaKhoridatun Nafisah
 

Tendances (20)

Entropi (new)
Entropi (new)Entropi (new)
Entropi (new)
 
7 energi bebas gibbs
7 energi bebas gibbs7 energi bebas gibbs
7 energi bebas gibbs
 
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copy
3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copy
 
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
 
5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)
 
Prinsip kerja rotary drum vacuum filter
Prinsip kerja rotary drum vacuum filterPrinsip kerja rotary drum vacuum filter
Prinsip kerja rotary drum vacuum filter
 
Kesetimbangan uap cair
Kesetimbangan uap cairKesetimbangan uap cair
Kesetimbangan uap cair
 
Thermodinamika Kimia
Thermodinamika KimiaThermodinamika Kimia
Thermodinamika Kimia
 
Bab9 kinetika kimia
Bab9 kinetika kimiaBab9 kinetika kimia
Bab9 kinetika kimia
 
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimiaTermodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
 
Perpindahan panasd
Perpindahan panasdPerpindahan panasd
Perpindahan panasd
 
perancangan proses kimia
perancangan proses kimiaperancangan proses kimia
perancangan proses kimia
 
Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)
 
Polimer PET Polyethylene Terephthalate
Polimer PET Polyethylene TerephthalatePolimer PET Polyethylene Terephthalate
Polimer PET Polyethylene Terephthalate
 
Ppt reaktor
Ppt reaktorPpt reaktor
Ppt reaktor
 
Termodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanTermodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutan
 
Laporan Praktikum Timbal Balik Fenol-Air
Laporan Praktikum Timbal Balik Fenol-AirLaporan Praktikum Timbal Balik Fenol-Air
Laporan Praktikum Timbal Balik Fenol-Air
 
Distilasi
DistilasiDistilasi
Distilasi
 
Fenomena perpindahan
Fenomena perpindahanFenomena perpindahan
Fenomena perpindahan
 
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massaPertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
 

Similaire à Efek Panas- Thermodinamika

Perubahan entalpi standar & aplikasinya (Presentasi Teman)
Perubahan entalpi standar & aplikasinya (Presentasi Teman)Perubahan entalpi standar & aplikasinya (Presentasi Teman)
Perubahan entalpi standar & aplikasinya (Presentasi Teman)Rio Putra
 
Perubahan entalpi standar & aplikasinya (Presentasi Teman)
 Perubahan entalpi standar & aplikasinya (Presentasi Teman) Perubahan entalpi standar & aplikasinya (Presentasi Teman)
Perubahan entalpi standar & aplikasinya (Presentasi Teman)Rio Putra
 
Perubahan entalpi standar & aplikasinya
Perubahan entalpi standar & aplikasinyaPerubahan entalpi standar & aplikasinya
Perubahan entalpi standar & aplikasinyaSandra Tifani
 
jbptunikompp-gdl-dianandria-23521-3-3.kimia-a.ppt
jbptunikompp-gdl-dianandria-23521-3-3.kimia-a.pptjbptunikompp-gdl-dianandria-23521-3-3.kimia-a.ppt
jbptunikompp-gdl-dianandria-23521-3-3.kimia-a.ppt18046Ajinia
 
jbptunikompp-gdl-dianandria-23521-3-3.kimia-a.ppt
jbptunikompp-gdl-dianandria-23521-3-3.kimia-a.pptjbptunikompp-gdl-dianandria-23521-3-3.kimia-a.ppt
jbptunikompp-gdl-dianandria-23521-3-3.kimia-a.ppt070bebiardilaningsih
 
Hukum termo iii(entropy).rina (1)
Hukum termo iii(entropy).rina (1)Hukum termo iii(entropy).rina (1)
Hukum termo iii(entropy).rina (1)Annie Fitriia
 
Termokimia-Entalpi juga.ppt
Termokimia-Entalpi juga.pptTermokimia-Entalpi juga.ppt
Termokimia-Entalpi juga.pptHaruGinting1
 
Kesetimbangan Kimia SMA 10.ppt
Kesetimbangan Kimia SMA 10.pptKesetimbangan Kimia SMA 10.ppt
Kesetimbangan Kimia SMA 10.pptOktaviani363839
 
termokimia+(12-13).pdf
termokimia+(12-13).pdftermokimia+(12-13).pdf
termokimia+(12-13).pdfudinbaihaqi485
 
Energetika termokimia
Energetika termokimiaEnergetika termokimia
Energetika termokimiaujangsupiandi
 
Perubahan entalpi standar dan aplikasinya
Perubahan entalpi standar dan aplikasinyaPerubahan entalpi standar dan aplikasinya
Perubahan entalpi standar dan aplikasinyaamaniaaa
 
Kimia - Perubahan Entalpi Standar
Kimia - Perubahan Entalpi StandarKimia - Perubahan Entalpi Standar
Kimia - Perubahan Entalpi StandarRamadhani Sardiman
 
Bab 6 Hubungan Energi dalam Reaksi Kimia
Bab 6 Hubungan Energi dalam Reaksi KimiaBab 6 Hubungan Energi dalam Reaksi Kimia
Bab 6 Hubungan Energi dalam Reaksi KimiaJajang Sulaeman
 

Similaire à Efek Panas- Thermodinamika (20)

Termokimia 3
Termokimia 3Termokimia 3
Termokimia 3
 
Perubahan entalpi standar & aplikasinya (Presentasi Teman)
Perubahan entalpi standar & aplikasinya (Presentasi Teman)Perubahan entalpi standar & aplikasinya (Presentasi Teman)
Perubahan entalpi standar & aplikasinya (Presentasi Teman)
 
Perubahan entalpi standar & aplikasinya (Presentasi Teman)
 Perubahan entalpi standar & aplikasinya (Presentasi Teman) Perubahan entalpi standar & aplikasinya (Presentasi Teman)
Perubahan entalpi standar & aplikasinya (Presentasi Teman)
 
Perubahan entalpi standar & aplikasinya
Perubahan entalpi standar & aplikasinyaPerubahan entalpi standar & aplikasinya
Perubahan entalpi standar & aplikasinya
 
jbptunikompp-gdl-dianandria-23521-3-3.kimia-a.ppt
jbptunikompp-gdl-dianandria-23521-3-3.kimia-a.pptjbptunikompp-gdl-dianandria-23521-3-3.kimia-a.ppt
jbptunikompp-gdl-dianandria-23521-3-3.kimia-a.ppt
 
6 termokimia (entalphi)
6 termokimia (entalphi)6 termokimia (entalphi)
6 termokimia (entalphi)
 
Termokimia 07
Termokimia 07Termokimia 07
Termokimia 07
 
Ii.gas ideal
Ii.gas idealIi.gas ideal
Ii.gas ideal
 
jbptunikompp-gdl-dianandria-23521-3-3.kimia-a.ppt
jbptunikompp-gdl-dianandria-23521-3-3.kimia-a.pptjbptunikompp-gdl-dianandria-23521-3-3.kimia-a.ppt
jbptunikompp-gdl-dianandria-23521-3-3.kimia-a.ppt
 
Hukum termo iii(entropy).rina (1)
Hukum termo iii(entropy).rina (1)Hukum termo iii(entropy).rina (1)
Hukum termo iii(entropy).rina (1)
 
Termokimia-Entalpi juga.ppt
Termokimia-Entalpi juga.pptTermokimia-Entalpi juga.ppt
Termokimia-Entalpi juga.ppt
 
Kesetimbangan Kimia SMA 10.ppt
Kesetimbangan Kimia SMA 10.pptKesetimbangan Kimia SMA 10.ppt
Kesetimbangan Kimia SMA 10.ppt
 
Termokimia
TermokimiaTermokimia
Termokimia
 
termokimia+(12-13).pdf
termokimia+(12-13).pdftermokimia+(12-13).pdf
termokimia+(12-13).pdf
 
Termokimia
TermokimiaTermokimia
Termokimia
 
Energetika termokimia
Energetika termokimiaEnergetika termokimia
Energetika termokimia
 
Perubahan entalpi standar dan aplikasinya
Perubahan entalpi standar dan aplikasinyaPerubahan entalpi standar dan aplikasinya
Perubahan entalpi standar dan aplikasinya
 
Kimia - Perubahan Entalpi Standar
Kimia - Perubahan Entalpi StandarKimia - Perubahan Entalpi Standar
Kimia - Perubahan Entalpi Standar
 
Bab 6 Hubungan Energi dalam Reaksi Kimia
Bab 6 Hubungan Energi dalam Reaksi KimiaBab 6 Hubungan Energi dalam Reaksi Kimia
Bab 6 Hubungan Energi dalam Reaksi Kimia
 
Termokimia_Kimia Dasar_2014
Termokimia_Kimia Dasar_2014Termokimia_Kimia Dasar_2014
Termokimia_Kimia Dasar_2014
 

Dernier

Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 

Dernier (20)

Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 

Efek Panas- Thermodinamika

  • 1.
  • 2. • Perpindahan panas merupakan unit operasi yang paling banyak dijumpai di industri. • Misal, pembuatan ethylene glycol dengan cara oksidasi terhadap ethylene menjadi ethylene oxide dan selanjutnya dihidrasi menjadi glycol. • Reaksi oksidasi katalitik paling efektif jika dilakukan pada temperatur sekitar 523,15 K (250 C). • Reaktan, yaitu ethylene dan udara, dipanaskan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam reaktor. • Untuk merancang preheater, kita harus mengetahui jumlah panas yang harus ditransfer.
  • 3.
  • 4. • Reaksi pembakaran antara ethylene dengan oksigen dalam tumpukan/bed katalis akan menaikkan temperatur. • Jika temperaturnya melebihi 250C, maka akan terjadi reaksi samping yang tidak diinginkan, yaitu terbentuknya CO2. • Oleh karena itu, panas harus terus diambil dari reaktor agar temperaturnya tidak melebihi 250C . • Untuk merancang reaktor, kita harus mengetahui laju perpindahan panas, dan hal ini tergantung pada efek panas yang menyertai reaksi kimia.
  • 5. • Produk ethylene oxide dihidrasi menjadi glycol dengan cara diabsorpsi dengan air. • Pada proses tsb dilepaskan panas karena perubahan fasa dan proses pelarutan dan juga karena reaksi hidrasi antara ethylene oxide terlarut dengan air. • Akhirnya, glycol dimurnikan dengan cara distilasi, suatu proses penguapan dan kondensasi, yang mengakibatkan terjadinya pemisahan suatu larutan menjadi komponenkomponennya. • Semua efek panas yang penting telah diilustrasikan dengan menggunakan satu contoh proses kimia sederhana di atas.
  • 6. Panas sensibel adalah panas yang menyertai perubahan temperatur dari suatu sistem tanpa disertai perubahan fasa, reaksi kimia, dan perubahan komposisi. Jika sistem berupa suatu senyawa homogen dengan komposisi konstan, maka menurut aturan fasa, keadaan sistem tersebut akan tertentu jika 2 dari sifat-sifat intensifnya sudah tertentu. U = U(T,V)   U   U dU    dT    dV  T  V  V  T   U dU  C V dT    dV  V  T
  • 7.   U dU  C V dT    dV  V  T Suku kedua ruas kanan akan = 0 jika • Proses berlangsung pada volum konstan, apapun senyawanya. • U tidak tergantung pada V, bagaimanapun prosesnya. Ini benar untuk gas ideal atau fluida incompressible. dU = CV dT T2 U   C V dT T1 (1) Untuk proses reversible yang berlangsung pada volum konstan, T2 Q  U   C V dT T1
  • 8. Enthaply juga dapat dinyatakan sebagai fungsi dari T dan P: H =H(T,P)   H   H dH    dT    dP T  P P  T     H dH  CPdT    dP  P  T Suku kedua ruas akan akan = 0 jika • Proses berlangsung pada tekanan konstan, apapun senyawanya. • H tidak tergantung pada P, bagaimanapun prosesnya. Ini benar untuk gas ideal.
  • 9. dH = CP dT T2 H   CP dT T1 (2) Untuk sistem tertutup yang mengalami proses reversibel yang berlangsung pada tekanan konstan, dan juga untuk perpindahan panas di dalam alat penukar panas dalam keadaan steady dengan EK dan Ep yang dapat diabaikan, dan WS = 0: T2 Q  H   CP dT T1 (3)
  • 10. KETERGANTUNGAN CP TERHADAP T Persamaan (3) dapat diselesaikan jika tersedia hubungan antara CP dan T. Persamaan empiris yang paling sederhana yang menyatakan hubungan antara CP dan T adalah: CP  A  BT  CT 2  DT  2 R (4) Dengan A, B, C dan D adalah konstanta yang nilainya tergantung pada jenis senyawa kimia. Untuk gas ideal: ig CP  A  BT  CT2  DT  2 R
  • 11. Nilai parameter A, B, C, dan D untuk berbagai macam gas dalam keadaan ideal dapat dilihat pada Tabel C.1. Untuk gas ideal berlaku: ig Cig CP V  1 R R (5) Sehingga hubungan antara CV dan T mengikuti hubungan antara CP dan T
  • 12. CONTOH SOAL Hitung panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 mol gas metana dari 260 menjadi 600C di dalam suatu proses alir steady yang berlangsung pada tekanan cukup rendah sehingga metana dapat dianggap sebagai gas ideal. PENYELESAIAN ig CP  A  BT  CT2  DT  2 R A = 1,702 B = 9,081  103 C =  2,164  106 D=0 T1 = 260C = 533,15 K T2 = 600C = 873,15 K
  • 13. ig CP Q  H  R  dT T1 R T2 T2 T2 Q  H   CP dT T1   R  A  BT  CT2 T1   T B 2 C 3 2  dT  R  AT  T  T  2 3   T1    B 2 C 3  2 3   R A T2  T1   T2  T1  T2  T1  2 3    8,314  ,792 873,15  533,15  1   9,081  10  3  873,152  533,152  2     2,164  10  6  873,153  533,153  3  Q = 19.778 J/mol  1 mol = 19.778 J = 19.778 J/mol
  • 14. CONTOH SOAL Berapa temperatur akhir jika panas sebanyak 0,4  106 (Btu) ditambahkan pada 25 (lb mol) ammonia yang semula berada pada temperatur 500 (F) dalam suatu proses alir steady yang berlangsung pada tekanan 1 (atm)? PENYELESAIAN Q 0,4  106 1 H    16.000 Btu lb mol = 37.218 J mol1 n 25 T1  500  459,67  533,15 K 1,8 A = 3,578 B = 3,02  103 C=0 D =  0,186  105
  • 15. T2 Q  H  R  T1 T2 ig CP R T2 Q  H   CP dT dT T1   R  A  BT  DT  2 T1  T 2 B 2  1  dT  R  AT  T  DT  2  T 1   1 1  B 2 2  R  A T2  T1   T2  T1   D     2  T2 T1    37.218  8,314 3,578 T2  533,15    3,02  10  3 2  T2  533,152  2  1  1  0,186  10   T  533,15     2  5
  • 16. Selanjutnya persamaan di atas diubah menjadi: 1,51  10 atau 3 2 T2 0,186  10 5  3,578 T2   6.848 ,259  0 T2 f(T2) = 0 Persamaan di atas diselesaikan dengan cara iterasi T2 f(T2) 1000 -1.741,66 900 -2.384,29 1200 -364,76 1250 -1,50 1250.2 -0.04 Jadi T2 = 1250,2 K
  • 17. 1,51  10 3 2 T2 0,186  10 5  3,578 T2   6.848 ,259  0 T2 5   1 0,186 10 3 2   1,5110 T2  T2   6.848,259    3,578  T2 
  • 18. Untuk reaksi: aA+bB  l L+mM Panas reaksi standar didefinisikan sebagai perubahan enthalpy jika a mol A dan b mol B pada temperatur T keadaan standar bereaksi membentuk l mol L dan m mol M pada keadaan standarnya pada temperatur T yang sama. Keadaan standar adalah keadaan tertentu dari suatu spesies pada temperatur T dan pada tekanan, komposisi, dan kondisi fisik tertentu, seperti gas, cair, atau padat. Gas: zat murni dalam keadaan gas ideal pada 1 bar Cairan/padatan: cairan atau padatan nyata pada 1 bar 1 3 N2  H2  NH3 2 2  H298   46.110 J N2  3H2  2NH3  H298   92.220 J a
  • 19. Panas pembentukan standar adalah perubahan enthalpy yang menyertai pembentukan 1 mol suatu senyawa dari elemen-elemen penyusunnya pada keadaan standar. CONTOH: CO2(g) : C(s) + O2(g)  CO2(g) H298   393.509 J /mol f CO (g) : C(s) + ½ O2(g)  CO (g) H298   110.525 J /mol f H2O(g) : H2(g) :  H2(s) + ½O2(g)  H2O(g) Hf298   241.818 J /mol H298  0 J f Panas pembentukan untuk elemen = 0 Panas pembentukan standar dapat digunakan untuk menghitung panas reaksi standar.
  • 20. Misal untuk menghitung panas reaksi dari water-gas shift reaction pada 25C: CO2(g) + H2(g)  CO(g) + H2O(g) Cara menghitungnya adalah:  298 CO2(g)  C(s) + O2(g) H C(s) + ½O2(g)  CO(g)  H298   110.525 J / mol H2(g) + ½O2(g)  H2O(g) CO2(g) + H2(g)  CO(g) + H2O(g)  298 H  393.509 J / mol   241.818 J / mol  H298  41.166 J / mol
  • 21. Panas pembakaran standar adalah perubahan enthalpy yang menyertai pembakaran 1 mol suatu senyawa. CONTOH: C(s) + O2(g)  CO2 (g)  H298  393.509 J CH4(g) + 2O2(g)  CO2(g) + 2H2O(g)  H298   802.600 J CH4O(g) + 1½O2(g)  CO2(g) + 2H2O(g)  H298   638.200 J Seperti halnya panas pembentukan standar, panas pembakaran standar juga dapat digunakan untuk menghitung panas reaksi standar.
  • 22.  H Reaksi secara umum: 1 A1  2 A2  ...  3 A3  4 A4  ... i adalah koefisien stoikiometri reaksi Konvensi tanda untuk i: • Positif (+) untuk produk • Negatif (-) untuk reaktan CONTOH: N2 + 3H2  2NH3 N2   1  H    i Hi i H2   3 NH3  2 (5)
  • 23.  Hi adalah enthalpy spesies i pada keadaan standar, yaitu sama dengan panas pembentukan standar ditambah dengan enthalpy pada keadaan standar dari semua elemen-elemen penyusunnya. Jika sebagai dasar perhitungan diambil enthalpy pada keadaan standar elemen penyusun = 0, maka:  Hi  Hi f (6) Jika pers. (6) ini disubstitusikan ke pers. (5): H    i Hi f i (7)
  • 24. Untuk reaksi standar, produk dan reaktan selalu berada pada keadaan standar, yaitu tekanan 1 bar, sehingga enthalpy keadaan standar hanya merupakan fungsi dari temperatur:   dHi  CPi dT Jika dikalikan dengan i :    i dHi   i CPi dT Penjumlahan untuk semua produk dan reaktan:    i dHi   i CPi dT i (8) i Karena i konstan maka   dH    d H   d   H    C i i  i i i  i i i  i i i  Pi dT
  • 25.   dH    d H   d   H    C i  i  i i i i i i  i i i Menurut pers. (5): d H   d   i H  i  H    i Hi i i Jika perubahan kapasitas panas standar didefinisikan sebagai:   CP    i CPi (9) i Maka:  d H  CP dT (10) Jika diintegralkan: C  P H 0  H   R  dT T 0 R T0 T (11)  Pi dT
  • 26.  d H  CP dT H 0 T  d H H 0 0 T  T   C dT  P T0  P C H  H  R  dT R T0 0 T T  T0  P C H  H  R  dT R T0 0 T T  T0 C P H 0  H   R  dT T 298 R 298 T
  • 27. Reaktan (T K) HT HP HR Reaktan (298 K) Produk (T K) H298 Produk (298 K) H merupakan state function  tidak tergantung pada jalannya proses    H  HR  H298  HP T
  • 28.    H  HR  H298  HP T Panas sensibel Panas sensibel Panas reaksi 298 K  HR 298    298   T     ni  CPi dT      ni CPi dT      ni CPi dT         i R  i T R  i 298 R T  HP T    T     ni  CPi dT      ni CPi dT       i P  i 298 P 298 H T  H T   H298  T   T      ni CPi dT      ni CPi dT       i 298 P  i 298 R   H298   CP R  dT R 298 T
  • 29. T T       H T  H 298     n i C Pi dT      n i C Pi dT      i 298 i 298  P  R T T C Pi C Pi       R  ni     R  ni  H 298   dT   dT   R R  i 298  P  i 298 R   CPi  R    n i  R T0  i  T  H  298 C  P H   H   R  dT T T R T T C  P H   H   R  dT T 298 R 298 T   CPi     ni   R P i      dT  R 
  • 30. (9)   CP    i CPi i Ci P  P C   i R R i    i A i  B i T  Ci T 2  Di T  2  i    i A i    i B i T    i Ci T 2    i Di T  2 i i i  A  B T  CT2  DT2 i
  • 31. CONTOH SOAL Hitung panas reaksi standar untuk sintesis metanol pada 800C CO(g) + 2H2(g)  CH3OH(g) C  P H   H   R  dT T 298 R 298 T PENYELESAIAN Tref = 298,15 K T = 1073,15 K i Hf298 A 103 B 106 C 1 – 200.660 2,211 12,216 – 3,450 0,000 CO – 1 – 110.526 3,376 0,557 0,000 – 0,031 H2 –2 3,249 0,422 0,000 0,083 i CH3OH 0   H0  H298  200.660   110.525  90.135 J 10-5 D
  • 32. A = iAi = (1) (2,211) + (– 1) (3,376) + (– 2) (3,249) = – 7,663 B = 10,815  10–3 C = – 3,450  10–6 D = – 0,135  105 Dengan cara yang sama: T C  P  T0 R T   dT   A  BT  CT 2  DT  2 dT T0 T B 2 C 3 D    A T  T  T  2 3 T  T0    A T  T0       1 1  B 2 C 3 2 3 T  T0  T  T0  D   T T   2 3  0 = – 1.615,5 K T C  P  H  H0  R  T0 R dT = – 90.135 + 8,314 (– 1.615,5) = – 103.566 J/mol
  • 33. CONTOH Berapa temperatur maksimum yang dapat dicapai oleh reaksi pembakaran gas metana dengan udara yang berlebihan 20%? Udara dan metana masuk ke burner pada temperatur 25C. PENYELESAIAN Reaksi: CH4 + 2 O2  CO2 + 2 H2O Basis: 1 mol CH4 yang bereaksi  H298 = – 393.509 + (2) (– 241.818) – (– 74.520) = – 802.625 J Asumsi: • Reaksi berlangsung sempurna • Reaksi berlangsung secara adiabatis (Q = 0) • EK dan EP diabaikan • WS = 0 Sehingga H = 0
  • 34. Basis: 1 mol CH4 yang dibakar Mol O2 yang dibutuhkan = 2,0 Mol O2 kelebihan = (0,2) (2,0) = 0,4 Mol O2 total yang masuk = 2,4 Mol N2 yang masuk = (2,4) (79/21) = 9,03 Reaksi: CH4 + 2 O2  CO2 + 2 H2O CH4 O2 CO2 H 2O N2 Masuk 1,00 2,40 0,00 0,00 9,03 Bereaksi 1,00 2,00 0,00 0,00 0,00 1,00 2,00 0,00 1,00 2,00 9,03 Hasil reaksi Keluar 0,00 0,40
  • 35.  HP Reaktan pada 1 bar dan 25C: CH4 1,00 mol O2 2,40 mol N2 9,03 mol  H298 Produk pada 1 bar dan T K: CO2 1,00 mol H2O 2,00 mol O2 0,40 mol N2 9,03 mol Produk pada 1 bar dan 298 K: CO2 1,00 mol H2O 2,00 mol O2 0,40 mol N2 9,03 mol
  • 36. Neraca energi:   H298  HP  H  0  HP adalah panas sensibel untuk menaikkan temperatur produk dari 298,15 K menjadi T K T C Pi   ni CP  i HP   ni R  dT  R     i T0 R T0 i  R T   dT             R    ni Ai     ni Bi  T    ni Ci  T 2    ni Di  T  2  dT   i   i   i   T0  i T T         ni Bi    ni Ci      i  T2   i  T 3   n D   1   R   ni A i  T   i i   2 3   i   T   i     T0         ni Bi    ni Ci      i  T2  T2   i  T 3  T 3   n D   1  1   R   ni A i  T  T0    i i  0 0 T T   2 3   i   i 0         
  • 37.  ni Ai  (1) (5,457) + (2) (3,470) + (0,4) (3,639) + (9,03) (3,280) i = 43,471 Dengan cara yang sama akan diperoleh:  ni Bi  9,502  10 i 3  ni Di   0,645  10 5  ni Ci  0 i i Jika dimasukkan ke persamaan untuk HP:      HP  8,314 43,471T  298,15  4,751 103 T 2  298,152    1  1  0,645  10 5    T 298 ,15     Persamaan neraca energi menjadi:      802.625  8,314 43,471T  298,15  4,751 103 T 2  298,152    1  1  0,645  10 5     0  T 298 ,15   T = 2066,3 K
  • 39. CONTOH SOAL Sebuah boiler menggunakan bahan bakar minyak kualitas tinggi (hanya berisi hidrokarbon) yang memiliki panas pembakaran standar – 43.515 J g-1 pada 25C dengan CO2(g) dan H2O(l) sebagai produk. Temperatur bahan bakar dan minyak masuk ke ruang pembakaran pada 25C. Udara dianggap kering. Gas hasil pembakaran keluar dari boiler pada 300C, dan analisis rata-ratanya adalah (basis kering) 11,2% CO2, 0,4% CO, 6,2% O2 dan 82,2% N2. Berapa bagian dari panas pembakaran yang ditransfer sebagai panas ke boiler? PENYELESAIAN Basis: 100 mol gas hasil pembakaran kering: CO2 11,2 mol CO 0,4 mol O2 6,2 mol N2 82,2 mol -----------------------Total 100,0 mol
  • 40. NERACA O Masuk: Masuk sebagai O2 (dalam udara) = 21 = 21,85 mol 79 Masuk sebagai O (dalam udara) = 2  21,85 mol = 43,7 mol 82,2 Keluar: Dalam CO2 = 2  11,20 = 22,40 mol Dalam CO = 0,40 mol Dalam O2 sisa = 2  6,20 = 12,40 mol -------------------------------------------------------Total O selain H2O = 35,20 mol Jadi O yang bereaksi membentuk H2O = 43,7 – 35,2 = 8,5 mol H2O yang terbentuk = 8,50 mol Total O yang bereaksi = 22,4 + 0,4 + 8,5 = 31,3 mol Kesimpulan: Total O2 yang bereaksi = ½  31,3 = 15,65 mol
  • 41. NERACA C Keluar: Sebagai CO2 = 11,20 mol Sebagai CO = 0,40 mol --------------------------------------Total = 11,60 mol Masuk: Mol C masuk = mol C keluar = 11,60 mol NERACA H Keluar: Sebagai H2O = 2  8,50 = 17,0 mol Masuk: Mol H masuk = mol H keluar = 17,0 mol KESIMPULAN Rumus molekul bahan bakar = C11,6H17
  • 42. C dan H2 semuanya berasal dari bahan bakar, sehingga total berat bahan bakar yang masuk adalah = (11,60) (12) + (8,50) (2) = 156,2 g Reaksi pembakaran jika bahan bakar terbakar sempurna membentuk CO2(g) dan H2O(l) adalah: C11,6H17(l) + 15,85 O2(g)  11,6 CO2(g) + 8,5 H2O(l) H298 = – 43.515 J/g Jika semua bahan bakar terbakar sempurna membentuk CO2(g) dan H2O(l) pada 25C, maka panas pembakarannya adalah: H    43.515 J g 156,2 g    6.797.040 J 298
  • 43. Analisis hasil pembakaran menunjukkan bahwa pembakaran berlangsung tidak sempurna (karena terbentuknya CO) dan H2O berupa gas bukan cairan. Reaksi yang terjadi: C11,6H17(l) + 15,65 O2(g)  11,2 CO2(g) + 0,4 CO(g) + 8,5 H2O(g) Panas reaksi untuk reaksi tersebut dapat dihitung dengan menggunakan berbagai panas reaksi yang telah diketahui datanya.
  • 44. Reaksi di atas merupakan penjumlahan dari reaksi2 sbb.: C11,6H17(l) + 15,85 O2(g)  11,6 CO2(g) + 8,5 H2O(l) 8,5 H2O(l)  8,5 H2O(g) 0,4 CO2(g)  0,4 CO(g) + 0,2 O2(g) C11,6H17(l) + 15,65 O2(g)  11,2 CO2(g) + 0,4 CO(g) + 8,5 H2O(g) Panas reaksi standar total pada 25C:  H298   6.797.040  44.0128,5   282.9840,4    6.309.740 J
  • 45.  HP Reaktan pada 1 bar dan 25C: fuel 152,2 g O2 21,85 mol N2 82,20 mol  H298 Produk pada 1 bar dan 300C: CO2 11,2 mol CO 0,4 mol H 2O 8,5 mol O2 6,2 mol N2 82,2 mol Produk pada 1 bar dan 298K: CO2 11,2 mol CO 0,4 mol H 2O 8,5 mol O2 6,2 mol N2 82,2 mol
  • 46. T C Pi   ni CP  i HP   ni R  dT  R     i T0 R T0 i  R T   dT           ni Bi    ni Ci      i  T2  T2   i  T 3  T 3   n D   1  1   R   ni A i  T  T0    i i  0 0 T T   2 3   i   i 0           ni Bi  76,134  10  3  ni Ai  384,142 i i  ni Di   10,0617  10 5  ni Ci  0 i i Jika dimasukkan ke persamaan untuk HP:  HP  8,314 384,142573,15  298,15       1  1  76,134  10  3 573 ,15 2  298 ,15 2  0,645  10 5     T 298 ,15   = 940.660 J
  • 47.   H  H298  HP = – 6.309.740 + 940.660 = – 5.369.080 J Proses pembakaran ini merupakan proses alir tunak dengan: • WS = 0 • EK = 0 • EP = 0 Maka: H = Q Q = – 5.369.080 J merupakan panas yang ditransfer ke boiler Jadi fraksi panas pembakaran yang ditransfer ke boiler adalah:  5.369.080  100%  79,0% 6.797.040
  • 48.
  • 49. Methane gas is burned completely with 30% excess air at approximately atmospheric pressure. Both the methane and the air enter the furnace at 303.15 K (30°C) saturated with water vapor, and the flue gases leave the furnace at 1773.15 K (1500°C). The flue gases then pass through a heat exchanger from which they emerge at 323.15 K (50°C). Per mole of methane, how much heat is lost from the furnace, and how much heat is transferred in the heat exchanger?