SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  15
Télécharger pour lire hors ligne
Kegiatan Belajar 5
DIFRAKSI,PARTIKEL DALAM KOTAK DAN PRINSIP
KETAKTENTUAN
5.5 Difraksi Partikel
Manifestasi gelombang yang tidak mempunyai analogi dalam kelakuan partikel
newtonian ialah gejala difraksi. Dalam tahun 1927 Davisson dan Germer di Amerika
Serikat dan G.P Thomson di Inggris secara bebas meyakinkan hipotesis de Broglie
dengan menunjukkan berkas elektron terdifraksi bila berkas itu dihamburkan oleh kisi
atom yang teratur dari suatu kristal. Kita akan membahas eksperimen Davisson dan
Germer karena tafsirannya lebih langsung.
Davisson dan Germer mempelajari elektron yang terhambur oleh zat padat yang memakai
peralatan seperti pada Gb.5.1. Energi elektron dalam berkas primer, sudut jatuhnya pada
target, dan kedudukan detektor dapat diubah-ubah. Fisika klasik meramalkan bahwa
elektron yang terhambur akan muncul dalam berbagai arah dengan hanya sedikit
kebergantungan dari itensitas terhadap sudut hambur dan lebih sedikit lagi dari energi
elektron primer. Dengan memakai blok nikel sebagai target, Davisson dan Germer
membuktikan ramalannya.
Ditengah-tengah pekerjaan tersebut terjadi suatu peristiwa yang memungkinkan udara
masuk kedalam peralatannya dan mengoksidasi permukaan logam. Untuk menguasai
oksida nikel murni, target itu dipanggang dalam oven bertemperatur tinggi. Setelah
perlakuan tersebut, targetnya dikembalikan kedalam peralatan dan pengukurannya
dilakukan lagi. Sekarang ternyata hasilnya sangat berbeda dari sebelum peristiwa itu
terjadi: sebagai ganti dari variasi yang malar (kontinu) dari intensitas elektron yang
terhambur terhadap sudut timbul maksimum minimum yang jelas teramati yang
kedudukannya bergantung daripada eneri elektron. Grafik polar yang bisa digambarkan
untuk intensitas elektron setelah peristiwa itu ditunjukkan dalam Gb.5.2, metoda plotnya
dilakukan sedemikian sehingga itensitas pada setiap sudut berbanding lurus denga jarak
kurva (likuan) pada sudut itu dari titik hambatanya. Jika intensitas sama untuk semua
sudut hambur, kurvanya akan berbentuk lingkaran dengan titik hambur sebagai pusat.
GAMBAR 5.1 Eksperimen Davisson Germer
GAMBAR 5.2 Hasil Eksperimen Davisson Germer
Dua pernyataan segera timbul dalam pikiran: apakah yang menjadi penyebab efek baru
ini dan mengapa tidak muncul sebelum target nikel itu dipanggang?
Hipotesis de Broglie mendorong tafsiran bahwa gelombang elektron didifraksikan oleh
target sama seperti sinar-x didifraksikan oleh bidang-bidang atom dalam kristal. Tafsiran
ini mendapat dukungan setelah disadari bahwa efek pemanasan sebuah blok nikel pada
temperatur tinggi menyebabkan banyak kristal individual kecil yang membangun blok
tersebut bergabung menjadi kristal tunggal yang besar yang atom-atonnya tesusun dalam
kisi yang teratur.
Bedil elektron
detektor elektron
Berkas datang
(jatuh)
Berkas hambur
Marilah kita tinjau apakah kita dapat membuktikan bahwa gelombang de Broglie
merupakan penyebab dari hasil Davisson dan Germer. Pada suatu percobaan tertentu
berkas elektron 54eV diarahkan tegak lurus pada target nikel, dan maksimum yang tajam
dalam distribusi elektron terjadi pada sudut 50o
dari berkas semula. Sudut datang dan
sudut hambur relatif terhadap suatu keluarga bidang Bragg digambarkan dalam Gb.3-7
keduanya sudut 65o
. Jarak antara bidang dalam keluarga itu yang bisa diukur melalui
difraksi sinar-x ialah 0,91Å Persamaan Bragg untuk maksimum dalam pola difraksi ialah
(5.1)  sin2dn 
Disini d= 0,91Å dan  =65o
; dengan menganggap n =1, panjang gelombang de Broglie 
dari elektron yang terdifraksi ialah
1,65Å65sin0,91Å2sin2 o
  d
Dari rumus  sin2dn  didapatkan
mv
h
d





sin
sehingga
p
h
d
mv
h
d


sin
sin


karena     2/12/1
22 meVmEp k  sehingga
(5.2)
2211
2211
sin
1
sin
1
sinsin
tan,
2sin
vv
meV
h
meV
h
makakonsd
meV
h
d







GAMBAR 5.3 Gelombang de Broglie oleh target merupakan penyebab dari hasil Davisson dan Germer
Sekarang kita pakai rumus de Broglie


m
h

Untuk menghitung panjang gelombang elektron yang diharapkan. Energi kinetik 54eV
kecil dibandingkan dengan energi dian moC2
yaitu sebesar 5,1x105
eV, sehingga kita dapat
mengabaikan efek relativistik. Karena
2
2
1
mvK 
Maka momentum elektron itu mv ialah
mKmv 2
     eVJeVkg /106,154101,92 1931 

skgm/100,4 24

Jadi panjang gelombang elektron itu ialah
Å66,11066,1
/100,4
.1063,6
m
10
24
34



 


skgm
sJh


besarnya sesuai dengan panjang gelombang yang diamati. Jadi eksperimen Davisson dan
Germer menunjukkan bukti langsung dari hipotesis de Broglie mengenai sifat gelombang
benda yang bergerak.
Analisis eksperimen Davisson-Germer sebenarnya tidak langsung seperti yang
ditunjukkan diatas, karea energi elektron bertambah ketika elektron itu masuk ke dalam
kristal dengan besar yang sama dengan besar fungsi kerja (work funcsion) permukaan itu.
Jadi kelajuan elektron dalam eksperimen lenih besar didalam kristal dan panjang
gelombang de Broglie yang bersangkutan menjadi lebih kecil dari pada garga diluar
kristal.
Seperti dalam kasus gelombang elektromagnetik, aspek gelombang dan partikel benda
yang bergerak tidak dapat secara serentak teramati sehingga kita tidak dapat menetapkan
yang mana gambaran yang ”benar”. Yang dapat kita katakan adalah dalam situasi
tertentu benda yang bergerak menunjukkan sifat gelombang dalam situasi lain
menunjukkan sifat partikel. Kumpulan sifat apakah yang jelah terlihat bergantung pada
besar panjang gelombang de Broglienya dibandingkan dengan dimensi benda yang
50O
terlibat: panjang gelombang Å66,1 dari elektron 54 eV orde besarnya sama dengan jarak
kisi dalam kristal nikel, tetapi panjang gelombang bola golf bergerak dengan 30 m/s,
seperti terlihat dalam pasal 4.1 hanya m104,8x -34
, terlalu kecil untuk menapakkan
dirinya.
4.6 Partikel Dalam Kotak
Sifat gelombang partikel bergerak mengarahkan pada konsekuensi yang jelas jika partikel
itu di batasi pada suatu daerah tertentu dalam ruang alih-alih dapat bergerak bebas.
Khusus yang tersederhana adalah suatu partikel yang terpantul bolak-balik antara dinding
kotak, seperti dalam gambar 4-8. kita akan menganggap bahwa dinding kotak itu keras
sekali, sehingga partikelnya tidak kehilangan energi setiap kali partikel itu menumbuk
dinding dan kecepatannya cukup kecil sehingga kita dapat mengabaikan konsiderasi
relativisti.
GAMBAR 5.4 Partikel tertangkap dalam kotak yang
lebarnya L
Dari pandangan gelombang, sebuah partikel yang terperangkap dalam kotak adalah
analog dengan gelombang berdiri pada tali yang dipentang antara dinding kotak itu.
Dalam kedua kasus itu variabel gelombang (pergeseran transevesal dari tali, fungsi
gelombang  dari partikel bergerak) harus nol pada dinding, karena gelombangnya
berhentidi tempat itu. Panjang gelombang de Broglie yang mungkin dari pertikel dalam
kotak ditentukan oleh lebar kotak L, seperti dalam gambar 5.5.
GAMBAR 5.5 Fungsi gelombang partikel yang
tertangkap dalam kotak yang lebarnya L
L
3
2
1
3
2L

L2
L
Panjang gelombang yang terbesar ditentukan oleh L2 , berikutnya oleh L ,
kemudian 3/2L , dan seterusnya. Rumusan yang umum untuk gelombang yang
diperbolehkan ialah
(5.3)
n
L
n
2
 n = 1, 2, 3,......  de Broglie partikel yang tertangkap
Karena mvh/ , pembatasan pada panjang gelombang de Broglie yang datang dari
lebar ekuivalen (setera) dengan pembatasan pada momentum partikel, atau pembatasan
pada energi kinetik. Sebuah partikel bermomentum mv ialah :
 
m
mv
mvK
22
1
2
2

Karena mvh/ , /hmv  dan
(5.4) 2
2
2 m
h
K 
Panjang gelombang yang diijinkan ialah nLn /2 , dan karena partikel itu tidak
memiliki energi potensial dalam model ini, maka energi yang bisa dimilikinya ialah:
(5.5) 2
22
8mL
hn
En  n = 1, 2, 3,...... Partikel dalam kotak
Setiap energi yang diijinkan disebut tingkat energi, dan bilangan bulat n yang memberi
spesifikasi tingkat energi nE disebut bilangan kuantum. Sebuah partikel yang
terperangkap dalam kotak tidak dapat memiliki energi yang sembarang seperti yang
dimiliki partikel bebas ; kenyataan terperangkapnya menyebabkan pembatasan pada
panjang gelombangnya yang hanya mengijinkan energi yang ditentukanoleh Pers. 3.18.
Sebuah partikel dalamkptak berdinding tegar merupakan suatu contoh yang dibuat-buat,
tetapi kuantitasi energi yang didapatkam di situ berlaku umum : sebuah partikel yang
terperangkap dalam suatu daerah ruang (walaupun daerah itu tidak memiliki batas yang
terdefinisikan secara baik, hanya dapat memiliki energi tertentu saja. Secara eksak berapa
besar energi ini, bergantung dari pada massa partikel dan perincian bagaimana
terperangkapnya. Dalam bab yang akan datang kita akan melihat bagai mana kuantisasi
energi muncul untuk elektron dalam atom, molekul, dan zat padat dan untuk proton dan
neutron dalam inti atomik.
Aspek penting dari Pres. 3.18 ialah pernyatan bahwa partikel yang terperangkap tidak
boleh memiliki energi nol. Jika E=0, maka 0 disetiap tempat dalam kotak itu, ini
berarti kerapatan peluang 0
2
 yang berarti partikel tidak terdapat dalam kotak itu.
Eksklusi (peniadaan) E=0 sebagai harga yang diijinkan untuk energi partikel yang
terperangkap, seperti juga pembatasan energi E menjadi sekelompok harga yang diskrit
merupakan suatu hasil yang tidak kita dapatkan dalam mekanika klasik : di sini setiap
energi termasuk nol diijinkan.
Mengapa tidak kita sadari adanya kuantitasi energi dalam dunia pengalaman kita? Kita
yakin bahwa sebuah kelereng yang menggelinding bolak-balik antara dinding sebuah
kotak dengan lantai licin dapat memiliki kecepatan berapa saja, sehingga energinya dapat
berharga berapasaja sekehendak yang kita berikan, termasuk nol. Supaya kita dapat
meyakinkan diri bahwa Pers. 3.18 tidak bertentangan dengan hasil pengamatan kita yang
langsung disamping memberikan pandangan yang unik dalam skala mikroskopik, kita
akan menghitung tingkat energi yang diijinkan untuk sebuah partikel dalam kotak yang
berdimensi atomik dan kemudian sebuah partikel dalam kotak dengan dimensi
makroskopik.
Soal: Carilah tingkat energi sebuah elektron dalam kotak yang lebarnya 1Å.
Pemecahan: Disini m = 9,1x10-31
kg dan L= 1Å = 10-10
m, sehingga energi elektron yang
diijinkan ialah
 
  
Jn
mkg
sJn
En
218
21031
2342
100,8
10101,98
.10626,6 






GAMBAR 4-10 Tingkat elektron yang terdapat dalam sebuah kotak yang lebarnya 1 Å.
Energi minimum yang di miliki elektron ialah 38 eV, yang bersesuaian dengan harga
n=1. Deretan tingkat energi diteruskan dengan E2=152eV, E3=342eV, E4=608 eV dan
sebagainya (Gambar 3-10). Tingkat energi ini cukup berjauhan, sehingga kuantisasi
energi elektron dalam kotak seperti itu jelas tampak bila kotak semacam itu betul ada.
Soal: Hitung tingkat energi kelereng yang bermassa 10 kg dalam kotak yang lebarnya 10
cm.
Jawab: Dengan m =10g = 10-2
kg dan L= 10 m =10-1
m
 
   
Jn
mkg
sJn
En
264
212
2342
105,5
10108
.10626,6 






n = 4
n = 3
n = 2
n = 1
0
100
200
300
400
500
600
700
Energi minimum yang dapat dimiliki kelereng itu ialah Jn264
105,5 
 , yang bersesuaian
dengan harga n=1. Sebuah kelereng yang memiliki energi kinetik sebesar ini memiliki
kecepatan hanya sebesar 3,3x10-31
m/s, sehingga secara eksperimental tidak bisa
dibedakan dari kelereng yang diam. Kelajuan yang nalar yang dapat dimiliki kelereng
itu, katakan 1/3 m/s yang bersesuain dengan tingkat energi yang berbilangan kuantum n=
10-30
! Tingkat energi yang diijinkan sangat berdekatan, sehingga tidak ada cara untuk
menentukan apakah kelereng tersebut dapat memiliki energi tertentu seperti yang
diramalkan oleh Pers.3.8 atau energi lainnya. Jadi dalam daerah pengalaman sehari-hari
efek kuantum tidak teramati; hal ini menerangkan susksesnya mekanika newton dalam
daerah ini.
4.7 Prinsip Ketaktentuan
Kenyataan bahwa sebuah partikel bergerak harus dipandang sebagai group gelombang de
Broglie dalam keadaan tertentu alih-alih sebagai suatu kuantitas yang terlokalisasi
menimbulkan batas dasar pada ketapata pengukuran sifat partikel yang dapat kita ukur
misalnya kedudukan momentum. Marilah kita tinjau group gelombang dalam gambar 3-
3, mula-mula dari sudut pandang intuitif. Lebih lebar group gelombangnya, lebih banyak
jumlah gelombangnya yang terkandung, dan lebih baik kesempatan kita untuk
mendapatkan panjang gelonbangnya serta momentum partikel itu. Namun, karena
partikel itu terdapat di suatu tempat dalam group gelombang itu, kita tidak dapat
menemukan kedudukannya secara tepat. Jika group gelombang itu sempit, kedudukan
partikel itu terdevinisikan lebih baik, tetapi sekarang panjang gelombangnya sukar
ditentukan. Terdapat hubunga timbal balikantara ketaktentuan (ketakpastian) kedudukan
yang inheren x dari partikel itu dan ketaktentuan (ketakpastian) momentumnya yang
inheren p : bertambah kecil x , maka p harus bertambah besar dan sebaliknya.
Analisis yang formal mendukung kesimpulan tersebut dan membuat kita mampu untuk
menyatakannya secara kuantitatif. Contoh yang paling sederhana dari pembentukan
group gelombang diberikan dalam pasal 3.4, di situ dua gelombang berjalan dengan dua
prekuensi sudut yang sedikit berbeda dan bilangan gelombang k disuperposisikan
menghasilkan sederet group gelombang seperti dalam gambar 3-4. sebuah benda
bergerak yang bersesuaian dengan suatu group gelombang tunggal, bukan barisan dari
group gelombang, tetapi group gelombang tunggal dapat juga dipikirkan sebagai
superposisi dari gelombang harmonik. Namun, sejumlah tak berhingga gelombang
dengan frekuensi bilangan gelombang dan amplitude yang berbeda-beda diperlukan
untuk menyatakan suatu group gelombang terisolasi dengan bentuk sembarang (gambar
3-11).
GAMBAR 3-11 Suatu group gelombang terisolasi ialah hasil dari sejumlah tak terhingga gelombang
dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Lebih sempit group gelombang itu, lebih besar selang
panjang gelombang yang tersangkut. Jadi suatu group gelombang de broglie yang sempit berarti
kedudukannya terbefinisikan dengan baik ( x kecil) tetapi panjang gelombang masing-masing tidak
terdefinisi dengan baik, sehingga ketakpastian p yang besar dalam momentum partikel yang dinyatakan
oleh group gelombang itu. Suatu group gelombang yang lebar berarti momentumnya lebih tertentu tetapi
kedudukannya lebih tak tertentu.
Pada suatu waktu tertentu t group gelombang  x dapat dinyatakan dengan integral
Fourier
(5.6)     dkkxkgx cos
0



Dengan fungsi  kg menggambarka maplitude gelombang yang memberi sumbangan
(kontribusi) pada  x ;  kg berubah terhadap bilangan gelombang k. Fungsi ini disebur
transform Fourier dari  x dan memberi spesifikasi pada gruop gelombang. Sebagai
bahan pembanding transform Fourier dari gelombang harmonik yang melebar ke tak
terhingga juga ditunjukkan, dalam hal hanya satu bilangan gelombang saja yang muncul.
GAMBAR 3-12 Fungsi gelombang dan tranform Fourier untuk (a) denyut , (b)group gelombnag ,
(c)gelombang yang melebar tak terhingga. Suatu gangguan yang singkat memerlukan selang frekuensi yang
lebih lebar untuk menggambarkannya dibandingkan dengan gangguan yang memakan waktu lebih panjang.
Tepatnya, bilangan gelombang yang diperlukan untuk menyatakan suatu group
gelombang melebar dari k = 0 hingga k = , tetapi untuk group yang panjang x -nya
berhingga, gelombang yang amplitude  kg -nya besar, memiliki bilangan gelombang
yang terletak dalam selang yang berhingga k Seperti pada Gb.3-12, lebih sempit group
itu, lebih lebar selang bilangan gelombang yang diperlukan untuk menyatakannya, dan
sebaliknya. Hubungan antara jarak x dan pelebaran bilangan gelombang k
bergantung dari bentuk bilangan gelombang dan bergantung dari cara
x dan k didefinisikan. Harga perkalian x k yang minimum terjadi jika group
gelombang berbentuk fungsi gaussian, dalam hal ini ternyata transform Fouriernya juga
merupakan fungsi gaussian juga. Jika x dan k diambil deviasi standar dari fungsi
 x dan  kg , maka harga minimum x k =1/2 karena pada umumnya group
gelombang tidak memiliki bentuk gaussian (bentuk lonceng), maka lebih realistik jika
hubungan antara x dan k dinyatakan sebagai berikut:
(5.7)
2
1
 kx
Panjang gelombang de Broglie untuk sebuah partikel bermomentum p ialah:
p
h

Bilangan gelombang yang bersesuaian dengannya ialah:
h
p
k


 22

Oleh karena itu suatu ketidakpastian k dalam jumlah gelombang pada gelombang-
gelombang Broglie berhubungan denga hasil-hasil partikel dalam suatu ketidak-pastian
p dalam momentum partikel menurut rumus
2
kh
p


Karena
2
1
 kx , maka  xk  2/1 dan
(5.8)
4
h
px  Prinsip ketaktentuan
Persamaan ini merupakan salah satu bentuk prinsip ketaktentuan (ketidakpastian)
kedudukan benda yang diperoleh Weiner Heisenberg dalam tahun 1927. Persamaan ini
menyatakan perkalian ketaktentuan kedudukan benda x pada suatu saat dan
ketaktentuan momentum dalam arah x yaitu p pada saat yang sama lebih besar atau
sama dengan h/ 4 . Kita tidak mungkin menentukan secara serentak kedudukan dan
momentum suatu benda. Jika kita atur supaya x kecil yang bersesuaian dengan group
gelombang yang sempit, maka p akan menjadi besar. Jika kita reduksi p dengan
suatu cara tertentu, maka group gelombangnya akan melebar dan x menjadi besar.
Ketaktentuan ini bukan ditimbulkan oleh alat yang kurang baik tetapi ditimbulkan oleh
sifat ketaktentuan ilmiah dari kuantitas yang tersangkut. Setiap ketaktentuan
instrumental atau statik yang timbul hanya menambah besar perkalian x p .
Kuantitas h/ 2 sering muncul dalam fisika modern, karena ternyata kuantitas itu
merupakan satuan dasar dari momentum sudut. Biasanya orang menyingkat h/ 2
dengan lambang  :
iksJ
h
det
34
.10054,1
2





Selanjutnya dalam buku ini kita akan memakai  sebagai pengganti dari h/ 2 .
Dinyatakan dalam  prinsip ketaktentuan menjadi:
(5.9)
2

 px Prinsip ketaktentuan
Prinsip ketaktentuan dapat didekati dari berbagai jalan. Marilah kita dapatkan dari
berdasarkan sifat partikel seperti yang telah kita lakukan diatas.
Misalnya kita akan mengukur kedudukan dan momentum dari suatu pada suatu saat
tertentu. Untuk melaksanakannya, kita harus mengganggunya dengan sesuatu yang dapat
membawa infosmasi kembali pada kita; ini berarti kita harus menyentuhnya dengan jari
tangan, meneranginya dengan cahaya atau menginteraksikannya dengan suatu cara lain.
Kita bisa memeriksa elektron dengan pertolongan cahaya perpanjangan gelombang 
seperti pada Gb.3-13. Dalam proses ini foton cahaya menumbuk elektron yang terpantul
kearah lain. Setiap foton memiliki momentum /h , dan bila foton itu bertumbukkan
dengan elektron, momentum elektron semula p berubah. Perubahan yang tepat tidak bisa
diramalkan, tetapi perubahan berorde besar sama dengan momentum foton /h . Jadi
pengukuran telah menimbulkan ketaktentuan pada momentum elektron. Lebih besar
panjang gelombang cahaya yang kita pakai untuk ”melihat” elektron, lebih kecil
ketaktentuan momentumnya.
GAMBAR 3-13 Elektron tak dapat diamati tanpa mengubah momentumnya.
(5.10)

h
p 
Karena cahaya memiliki sifat gelombang, kita tidak dapat mengharapkan untuk
menentukan kedudukan elektron dengan ketepatan tak berhingga dalam segala keadaan,
tetapi kita dapat mengharapkan secara nalar untuk mempertahankan ketaktentuan tak
tereduksi x dari kedudukannya sepanjang, panjang gelombang dari cahaya yang
dipakai. Ini berarti
(5.11) hpx 
Hal ini konsisten dengan Pers.3.22.
Penalaran seperti diatas, walaupun kelihatanya menarik, tetapi harus diperlakukan dengan
hati-hati. Penalaran seperti itu menyatakan bahwa elektron dapat memiliki kedudukan
dan momentum tertentu pada setiap saat, dan proses pengukuranya saja yang
menimbulkan ketaktentuan x p . Sebenarnya ialah kebalikanya, ketaktentuan ini
merupakan suatu yang inheren dalam alam sebuah benda bergerak. Pembenaran dari
”penurunan” serupa ialah, pertama, penurunan itu menunjukkan bahwa tak mungkin
untuk membayangkan suatu cara untuk menghindari prinsip ketaktentuan, dan kedua,
penurunan itu mengemukakanpandangan yang dapat lebih diterima dalam konteks yang
lebih dikenal dari pada pandangan group gelombang.
4.8 Pemakaian Prinsip Ketaktentuan
Tetapan Planck h berharga sangat kecil hanya 6,63x10-34
J.s sehingga pembatasan yang
ditimbulkan prinsip ketaktentuan hanya penting dalam dunia atom. Dalam skala itu
prinsip ini sangat menolong untuk mengetikan banyak gejala. Perlu diingat bahwa batas
bawah 2/ untuk x p sangat jarang dicapai: lebih biasa x p  , atau (seperti
baru kita lihat) hpx  .
Soal: Suatu inti atomik berjari-jari sekitar m15
105 
 . Gunakan prinsip ketaktentuan
untuk mendapatkan batas bawah energi elektron yang harus dimiliki supaya bisa menjadi
partikel penyusunan inti atomik.
Pemecahan: Ambil mx 15
105 
 kita dapatkan:
smkg
m
sJ
x
p /.101,1
105
.1063,6
2
20
15
34










Jika besaran itu merupakan ketaktentuand dari momentum elektron dalam inti,
momentumnya p harus berorde besara paling sedikit sama deangan itu. Elektron dengan
momentum besar itu memiliki energi kinetik banyak kali lebih besar dari energi diam
moc2
, sehingga Pers.1.23 kita lihat bahwa kita dapat mengambil K=pc
Untuk maksud terrsebut dengan ketelitian yang cukup. Jadi
)/103()/.101,1( 820
smsmkgpcK  
J12
103,3 

Karena 1eV= J19
106,1 
 , energi kinetik elektron harus melebihi 20MeV supaya elektron
menjadi partikel dalam inti. Eksperimen menunjukkan bahwa biar pun untuk elektron
yang berkaitan dengan atom tak mantap tidak pernah memiliki energi sebagian dari
energi tersebut, sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa tidak terdapat elektron dalam
inti.
Soal: Atom hidrogen berjejari m11
103,5 
 . Gunakan prinsip ketaktentuan untuk
memperkirakan energi elektron yang dapat dimilikinya dalam atom itu.
Pemecahan: Disini kita dapatkan untuk mx 11
103,5 

smkg
x
p /.109,9
2
25




Elektron yang momentunya sebesar itu berkelakuan sebagai partikel klasik, dan energi
kinetiknya ialah:
J
kg
smkg
m
p
K 19
31
252
104,5
)101,9(2
/.109,9
2







Yang sama dengan 3,4 eV. Besarnya energi kinetik elektron pada tingkat energi terendah
dalam atom hidrogen ialah 13,6eV.
Bentuk lain dari prinsip ketaktentuan kadang-kadang berguna. Mungkin kita ingin
mengukur energi E yang dipancarkan pada suatu waktu selama selang waktu t dalam
suatu proses atomik. Jika energi ini berbentuk gelombang elektromagnetik, batas waktu
yang tersedia membatasi ketepatan kita untuk menentukan frekuensi v dari gelombang
itu. Marilah kita anggap dari group gelombang itu sebagai sati gelombang. Karena
frekuensi gelombang yang sedang dipelajari sama dengan bilangan yang kita hitung
dibagi dengan selang waktu, ketaktentuan frekuensi v dalam pengukuran kita ialah:
t
v


1
Ketaktentuan energi yang bersesuaian ialah:
vhE 
Sehingga
t
h
E


atau
htE 
Perhitungan yang lebih teliti yang berdasarka sifat gruop gelombang mengubah hasil
tersebut menjadi:
(5.12)
2

 tE Ketaktentuan energi dan waktu
Pers.3.26 menyatakan bahwa perkalian ketaktentuan pengukuran energi E dan
ketaktentuan waktu t pada selama pengukuran itu dilakukan harus sama atau lebih
beasra dari 2/ . Hasil ini bisa diperoleh dengan cara lain dan pada umumnya kasusnya
tidak dibatasi hanya kasus gelombang elektromagnetik.
Soal: Sebuah atom yang ”tereksitasi” mengeluarkan kelebihan energinya dengan
memancarkan sebuah foton yang memiliki frekuensi karakteristik tertentu, seperti yang
diterangkan dalam Bab.4. Periode rata-rata yang berlangsung antar eksitasi atom dan saat
memancarkannya ialah s8
10
. Cari ketaktentuan energi dan frekuensi foton itu.
Pemecahan: Energi foton tak tentu dengan besar:
J
m
sJ
t
E 27
8
34
103,5
102
.10054,1
2










Ketaktentuan frekuensi cahaya diberikan dalam bentuk:
Hz
h
E
v 6
108


Ini merupakan batas tak tereduksi dari ketelitian yang dapat diperoleh untuk frekuensi
radiasi yang dipancarkan oleh sebuah atom. Sebagai hasil radiasi sebuah atom yang
terksitasi tidak muncul dalam bentuk suatu frekuensi tertentu v melainkan dalam selang
antara vv  hingga vv  . Untuk foton yang berfrekuensi Hz14
105 ,
8
106,1/ 
 vv . Dalam praktek ada gejala lain seperti efek doppler memberi kontribusi
lebih besar dari itu pada pelebaran garis spektral.
SOAL
1. Energi terendah yang mungkin dimiliki sebuah partikel yang tertangkap dalam
sebuah kotak ialah 1 eV. Berapakah energi dua tingkat berikutnya yang dapat
memiliki partikel itu?
1. Carilah bentuk tingkat energi (dalam MeV) sebuah newtron dalam kotak 1 dimensi
yang lebarnya 10-14
m. Berapakah energi minimum newtron? (diameter inti atomik
berorde besar sama dengan lebar tersebut).

Contenu connexe

Tendances

Fisika Inti
Fisika Inti Fisika Inti
Fisika Inti FKIP UHO
 
Laporan lengkap kesalahan pada pengukuran tegangan
Laporan lengkap kesalahan pada pengukuran teganganLaporan lengkap kesalahan pada pengukuran tegangan
Laporan lengkap kesalahan pada pengukuran teganganErnhy Hijoe
 
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Erliana Amalia Diandra
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bMuhammad Ali Subkhan Candra
 
Laporan - Indek Bias
Laporan - Indek Bias Laporan - Indek Bias
Laporan - Indek Bias aji indras
 
1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)rina mirda
 
Percobaan gerak lurus beraturan
Percobaan gerak lurus beraturanPercobaan gerak lurus beraturan
Percobaan gerak lurus beraturanKLOTILDAJENIRITA
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikwindyramadhani52
 
Hamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordHamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordNurochmah Nurdin
 
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogenteori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom HidrogenKhotim U
 
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)SMP IT Putra Mataram
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Rezki Amaliah
 

Tendances (20)

Fisika Inti
Fisika Inti Fisika Inti
Fisika Inti
 
Peluruhan alfa
Peluruhan alfaPeluruhan alfa
Peluruhan alfa
 
Sifat partikel dan gelombang
Sifat partikel dan gelombangSifat partikel dan gelombang
Sifat partikel dan gelombang
 
Laporan lengkap kesalahan pada pengukuran tegangan
Laporan lengkap kesalahan pada pengukuran teganganLaporan lengkap kesalahan pada pengukuran tegangan
Laporan lengkap kesalahan pada pengukuran tegangan
 
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
 
Fisika inti diktat
Fisika inti diktatFisika inti diktat
Fisika inti diktat
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
 
Laporan - Indek Bias
Laporan - Indek Bias Laporan - Indek Bias
Laporan - Indek Bias
 
Ketidakpastian Heisenberg
Ketidakpastian HeisenbergKetidakpastian Heisenberg
Ketidakpastian Heisenberg
 
Kumpulan Materi Termodinamika
Kumpulan Materi TermodinamikaKumpulan Materi Termodinamika
Kumpulan Materi Termodinamika
 
1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)
 
Percobaan gerak lurus beraturan
Percobaan gerak lurus beraturanPercobaan gerak lurus beraturan
Percobaan gerak lurus beraturan
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
 
Laporan praktikum Efek Fotolistrik
Laporan praktikum Efek FotolistrikLaporan praktikum Efek Fotolistrik
Laporan praktikum Efek Fotolistrik
 
Hamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordHamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherford
 
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogenteori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
 
Fisika Statistik
Fisika StatistikFisika Statistik
Fisika Statistik
 
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
 
Entropi (new)
Entropi (new)Entropi (new)
Entropi (new)
 

En vedette

Bab 3 b5 persamaan schrodinger
Bab 3 b5 persamaan schrodingerBab 3 b5 persamaan schrodinger
Bab 3 b5 persamaan schrodingerNur Yunani Yuna
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaAyuShaleha
 
Fisika kuantum part 4
Fisika kuantum part 4Fisika kuantum part 4
Fisika kuantum part 4radar radius
 
Flora vascular tomo_1
Flora vascular tomo_1Flora vascular tomo_1
Flora vascular tomo_1Geek_Genius
 
Per no. 913 th 2002 angka kecukupan gizi
Per no. 913 th 2002 angka kecukupan giziPer no. 913 th 2002 angka kecukupan gizi
Per no. 913 th 2002 angka kecukupan giziPurwani Handayani
 
Manual Book PBRS0101 Pelayanan IGD
Manual Book PBRS0101 Pelayanan IGDManual Book PBRS0101 Pelayanan IGD
Manual Book PBRS0101 Pelayanan IGDGaindo
 
Dossier de presse EPFIF
Dossier de presse EPFIFDossier de presse EPFIF
Dossier de presse EPFIFeco2initiative
 
Combinar correspondencia en ms word
Combinar correspondencia en ms wordCombinar correspondencia en ms word
Combinar correspondencia en ms wordMary Yupa Pinos
 
Presentasi Larutan Bufer
Presentasi Larutan BuferPresentasi Larutan Bufer
Presentasi Larutan Bufergangga98
 
Cover LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN DI INDUSTRI “COCO NONO”
Cover LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN DI INDUSTRI “COCO NONO”Cover LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN DI INDUSTRI “COCO NONO”
Cover LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN DI INDUSTRI “COCO NONO”Febsi Meri
 
Dominio masculino-ingenierias-afecta-seguridad-mujeres-campo
Dominio masculino-ingenierias-afecta-seguridad-mujeres-campoDominio masculino-ingenierias-afecta-seguridad-mujeres-campo
Dominio masculino-ingenierias-afecta-seguridad-mujeres-campoErwin Amezcua
 

En vedette (20)

Bab 3 b5 persamaan schrodinger
Bab 3 b5 persamaan schrodingerBab 3 b5 persamaan schrodinger
Bab 3 b5 persamaan schrodinger
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
 
Fisika modern
Fisika modernFisika modern
Fisika modern
 
Fisika kuantum part 4
Fisika kuantum part 4Fisika kuantum part 4
Fisika kuantum part 4
 
Sifat gelombang de broglie
Sifat gelombang de broglieSifat gelombang de broglie
Sifat gelombang de broglie
 
Flora vascular tomo_1
Flora vascular tomo_1Flora vascular tomo_1
Flora vascular tomo_1
 
Connecting and protecting
Connecting and protectingConnecting and protecting
Connecting and protecting
 
Per no. 913 th 2002 angka kecukupan gizi
Per no. 913 th 2002 angka kecukupan giziPer no. 913 th 2002 angka kecukupan gizi
Per no. 913 th 2002 angka kecukupan gizi
 
Manual Book PBRS0101 Pelayanan IGD
Manual Book PBRS0101 Pelayanan IGDManual Book PBRS0101 Pelayanan IGD
Manual Book PBRS0101 Pelayanan IGD
 
Dossier de presse EPFIF
Dossier de presse EPFIFDossier de presse EPFIF
Dossier de presse EPFIF
 
Grados y costumbres
Grados y costumbresGrados y costumbres
Grados y costumbres
 
Kst muoi
Kst   muoiKst   muoi
Kst muoi
 
Sample
SampleSample
Sample
 
Combinar correspondencia en ms word
Combinar correspondencia en ms wordCombinar correspondencia en ms word
Combinar correspondencia en ms word
 
Presentasi Larutan Bufer
Presentasi Larutan BuferPresentasi Larutan Bufer
Presentasi Larutan Bufer
 
Cover LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN DI INDUSTRI “COCO NONO”
Cover LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN DI INDUSTRI “COCO NONO”Cover LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN DI INDUSTRI “COCO NONO”
Cover LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN DI INDUSTRI “COCO NONO”
 
Dominio masculino-ingenierias-afecta-seguridad-mujeres-campo
Dominio masculino-ingenierias-afecta-seguridad-mujeres-campoDominio masculino-ingenierias-afecta-seguridad-mujeres-campo
Dominio masculino-ingenierias-afecta-seguridad-mujeres-campo
 
Bachelor
BachelorBachelor
Bachelor
 
2
22
2
 
Doc1
Doc1Doc1
Doc1
 

Similaire à Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan

Sifat gelombang dari_partikel
Sifat gelombang dari_partikelSifat gelombang dari_partikel
Sifat gelombang dari_partikelAlfido Zakaria
 
Dualisme gelombang-partikel
Dualisme gelombang-partikelDualisme gelombang-partikel
Dualisme gelombang-partikelSiti Hartati
 
Dualisme gelombang-partikel
Dualisme gelombang-partikelDualisme gelombang-partikel
Dualisme gelombang-partikelauliarika
 
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)Saifurrahman Santoso
 
081211332010 eksperimen franck hertz
081211332010 eksperimen franck hertz081211332010 eksperimen franck hertz
081211332010 eksperimen franck hertzFakhrun Nisa
 
Pendahuluan dan teori atom
Pendahuluan dan teori atomPendahuluan dan teori atom
Pendahuluan dan teori atomMilla Andista
 
Struktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodikStruktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodikujangsupiandi
 
Makalah fisika atom dan fisika inti SMA
Makalah fisika atom dan fisika inti SMA Makalah fisika atom dan fisika inti SMA
Makalah fisika atom dan fisika inti SMA Ajeng Rizki Rahmawati
 
Kb 1 modul-5_fis_zat_padat
Kb 1 modul-5_fis_zat_padatKb 1 modul-5_fis_zat_padat
Kb 1 modul-5_fis_zat_padatIka Permata Sari
 
Dasar Teori Quantum Dan Model Atom
Dasar Teori Quantum Dan Model AtomDasar Teori Quantum Dan Model Atom
Dasar Teori Quantum Dan Model Atomdeslisland22
 
Pertemua #2 Mata Kuliah Kimia Terapan 23.pdf
Pertemua #2 Mata Kuliah Kimia Terapan 23.pdfPertemua #2 Mata Kuliah Kimia Terapan 23.pdf
Pertemua #2 Mata Kuliah Kimia Terapan 23.pdftitiek deasy saptaryani
 

Similaire à Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan (20)

Sifat gelombang dari_partikel
Sifat gelombang dari_partikelSifat gelombang dari_partikel
Sifat gelombang dari_partikel
 
Dualisme gelombang-partikel
Dualisme gelombang-partikelDualisme gelombang-partikel
Dualisme gelombang-partikel
 
Dualisme gelombang-partikel
Dualisme gelombang-partikelDualisme gelombang-partikel
Dualisme gelombang-partikel
 
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
 
tugas1
tugas1tugas1
tugas1
 
081211332010 eksperimen franck hertz
081211332010 eksperimen franck hertz081211332010 eksperimen franck hertz
081211332010 eksperimen franck hertz
 
Pendahuluan dan teori atom
Pendahuluan dan teori atomPendahuluan dan teori atom
Pendahuluan dan teori atom
 
Fisika inti
Fisika intiFisika inti
Fisika inti
 
Fisika inti
Fisika intiFisika inti
Fisika inti
 
Struktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodikStruktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodik
 
Makalah fisika atom dan fisika inti SMA
Makalah fisika atom dan fisika inti SMA Makalah fisika atom dan fisika inti SMA
Makalah fisika atom dan fisika inti SMA
 
Bab 1 b5 perkembangan konsep atom
Bab 1 b5 perkembangan konsep atomBab 1 b5 perkembangan konsep atom
Bab 1 b5 perkembangan konsep atom
 
Atom
AtomAtom
Atom
 
Gelombang materi
Gelombang materiGelombang materi
Gelombang materi
 
Makalah 4
Makalah 4Makalah 4
Makalah 4
 
Teori atom yang belum direvisi
Teori atom yang belum direvisiTeori atom yang belum direvisi
Teori atom yang belum direvisi
 
Inti atom yang belum direfisi
Inti atom yang belum direfisiInti atom yang belum direfisi
Inti atom yang belum direfisi
 
Kb 1 modul-5_fis_zat_padat
Kb 1 modul-5_fis_zat_padatKb 1 modul-5_fis_zat_padat
Kb 1 modul-5_fis_zat_padat
 
Dasar Teori Quantum Dan Model Atom
Dasar Teori Quantum Dan Model AtomDasar Teori Quantum Dan Model Atom
Dasar Teori Quantum Dan Model Atom
 
Pertemua #2 Mata Kuliah Kimia Terapan 23.pdf
Pertemua #2 Mata Kuliah Kimia Terapan 23.pdfPertemua #2 Mata Kuliah Kimia Terapan 23.pdf
Pertemua #2 Mata Kuliah Kimia Terapan 23.pdf
 

Plus de SMA Negeri 9 KERINCI (20)

Latihan osp fisika soal 93
Latihan osp fisika soal 93Latihan osp fisika soal 93
Latihan osp fisika soal 93
 
Latihan osp fisika soal 94
Latihan osp fisika soal 94Latihan osp fisika soal 94
Latihan osp fisika soal 94
 
Latihan osp fisika soal 95
Latihan osp fisika soal 95Latihan osp fisika soal 95
Latihan osp fisika soal 95
 
Latihan osp fisika soal 96
Latihan osp fisika soal 96Latihan osp fisika soal 96
Latihan osp fisika soal 96
 
Latihan osp fisika soal 97
Latihan osp fisika soal 97Latihan osp fisika soal 97
Latihan osp fisika soal 97
 
Latihan osp fisika soal 98
Latihan osp fisika soal 98Latihan osp fisika soal 98
Latihan osp fisika soal 98
 
Latihan osp fisika soal 99
Latihan osp fisika soal 99Latihan osp fisika soal 99
Latihan osp fisika soal 99
 
Latihan osp fisika soal 100
Latihan osp fisika soal 100Latihan osp fisika soal 100
Latihan osp fisika soal 100
 
2014 osnk fisika (tkunci)
2014 osnk fisika (tkunci)2014 osnk fisika (tkunci)
2014 osnk fisika (tkunci)
 
2014 osnk fisika (soal)
2014 osnk fisika (soal)2014 osnk fisika (soal)
2014 osnk fisika (soal)
 
2013 osnk fisika (tkunci)
2013 osnk fisika (tkunci)2013 osnk fisika (tkunci)
2013 osnk fisika (tkunci)
 
2013 osnk fisika (soal)
2013 osnk fisika (soal)2013 osnk fisika (soal)
2013 osnk fisika (soal)
 
2012 osnk fisika (tkunci)
2012 osnk fisika (tkunci)2012 osnk fisika (tkunci)
2012 osnk fisika (tkunci)
 
2012 osnk fisika (soal)
2012 osnk fisika (soal)2012 osnk fisika (soal)
2012 osnk fisika (soal)
 
2011 osnk fisika (tkunci)
2011 osnk fisika (tkunci)2011 osnk fisika (tkunci)
2011 osnk fisika (tkunci)
 
2011 osnk fisika (soal)
2011 osnk fisika (soal)2011 osnk fisika (soal)
2011 osnk fisika (soal)
 
2010 osnk fisika (soal)
2010 osnk fisika (soal)2010 osnk fisika (soal)
2010 osnk fisika (soal)
 
2009 osnk fisika (tkunci)
2009 osnk fisika (tkunci)2009 osnk fisika (tkunci)
2009 osnk fisika (tkunci)
 
2009 osnk fisika (soal)
2009 osnk fisika (soal)2009 osnk fisika (soal)
2009 osnk fisika (soal)
 
2010 osnk fisika (tkunci)
2010 osnk fisika (tkunci)2010 osnk fisika (tkunci)
2010 osnk fisika (tkunci)
 

Dernier

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxRIMA685626
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 

Dernier (20)

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 

Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan

  • 1. Kegiatan Belajar 5 DIFRAKSI,PARTIKEL DALAM KOTAK DAN PRINSIP KETAKTENTUAN 5.5 Difraksi Partikel Manifestasi gelombang yang tidak mempunyai analogi dalam kelakuan partikel newtonian ialah gejala difraksi. Dalam tahun 1927 Davisson dan Germer di Amerika Serikat dan G.P Thomson di Inggris secara bebas meyakinkan hipotesis de Broglie dengan menunjukkan berkas elektron terdifraksi bila berkas itu dihamburkan oleh kisi atom yang teratur dari suatu kristal. Kita akan membahas eksperimen Davisson dan Germer karena tafsirannya lebih langsung. Davisson dan Germer mempelajari elektron yang terhambur oleh zat padat yang memakai peralatan seperti pada Gb.5.1. Energi elektron dalam berkas primer, sudut jatuhnya pada target, dan kedudukan detektor dapat diubah-ubah. Fisika klasik meramalkan bahwa elektron yang terhambur akan muncul dalam berbagai arah dengan hanya sedikit kebergantungan dari itensitas terhadap sudut hambur dan lebih sedikit lagi dari energi elektron primer. Dengan memakai blok nikel sebagai target, Davisson dan Germer membuktikan ramalannya. Ditengah-tengah pekerjaan tersebut terjadi suatu peristiwa yang memungkinkan udara masuk kedalam peralatannya dan mengoksidasi permukaan logam. Untuk menguasai oksida nikel murni, target itu dipanggang dalam oven bertemperatur tinggi. Setelah perlakuan tersebut, targetnya dikembalikan kedalam peralatan dan pengukurannya dilakukan lagi. Sekarang ternyata hasilnya sangat berbeda dari sebelum peristiwa itu terjadi: sebagai ganti dari variasi yang malar (kontinu) dari intensitas elektron yang terhambur terhadap sudut timbul maksimum minimum yang jelas teramati yang kedudukannya bergantung daripada eneri elektron. Grafik polar yang bisa digambarkan untuk intensitas elektron setelah peristiwa itu ditunjukkan dalam Gb.5.2, metoda plotnya dilakukan sedemikian sehingga itensitas pada setiap sudut berbanding lurus denga jarak kurva (likuan) pada sudut itu dari titik hambatanya. Jika intensitas sama untuk semua sudut hambur, kurvanya akan berbentuk lingkaran dengan titik hambur sebagai pusat.
  • 2. GAMBAR 5.1 Eksperimen Davisson Germer GAMBAR 5.2 Hasil Eksperimen Davisson Germer Dua pernyataan segera timbul dalam pikiran: apakah yang menjadi penyebab efek baru ini dan mengapa tidak muncul sebelum target nikel itu dipanggang? Hipotesis de Broglie mendorong tafsiran bahwa gelombang elektron didifraksikan oleh target sama seperti sinar-x didifraksikan oleh bidang-bidang atom dalam kristal. Tafsiran ini mendapat dukungan setelah disadari bahwa efek pemanasan sebuah blok nikel pada temperatur tinggi menyebabkan banyak kristal individual kecil yang membangun blok tersebut bergabung menjadi kristal tunggal yang besar yang atom-atonnya tesusun dalam kisi yang teratur. Bedil elektron detektor elektron Berkas datang (jatuh) Berkas hambur
  • 3. Marilah kita tinjau apakah kita dapat membuktikan bahwa gelombang de Broglie merupakan penyebab dari hasil Davisson dan Germer. Pada suatu percobaan tertentu berkas elektron 54eV diarahkan tegak lurus pada target nikel, dan maksimum yang tajam dalam distribusi elektron terjadi pada sudut 50o dari berkas semula. Sudut datang dan sudut hambur relatif terhadap suatu keluarga bidang Bragg digambarkan dalam Gb.3-7 keduanya sudut 65o . Jarak antara bidang dalam keluarga itu yang bisa diukur melalui difraksi sinar-x ialah 0,91Å Persamaan Bragg untuk maksimum dalam pola difraksi ialah (5.1)  sin2dn  Disini d= 0,91Å dan  =65o ; dengan menganggap n =1, panjang gelombang de Broglie  dari elektron yang terdifraksi ialah 1,65Å65sin0,91Å2sin2 o   d Dari rumus  sin2dn  didapatkan mv h d      sin sehingga p h d mv h d   sin sin   karena     2/12/1 22 meVmEp k  sehingga (5.2) 2211 2211 sin 1 sin 1 sinsin tan, 2sin vv meV h meV h makakonsd meV h d        GAMBAR 5.3 Gelombang de Broglie oleh target merupakan penyebab dari hasil Davisson dan Germer
  • 4. Sekarang kita pakai rumus de Broglie   m h  Untuk menghitung panjang gelombang elektron yang diharapkan. Energi kinetik 54eV kecil dibandingkan dengan energi dian moC2 yaitu sebesar 5,1x105 eV, sehingga kita dapat mengabaikan efek relativistik. Karena 2 2 1 mvK  Maka momentum elektron itu mv ialah mKmv 2      eVJeVkg /106,154101,92 1931   skgm/100,4 24  Jadi panjang gelombang elektron itu ialah Å66,11066,1 /100,4 .1063,6 m 10 24 34        skgm sJh   besarnya sesuai dengan panjang gelombang yang diamati. Jadi eksperimen Davisson dan Germer menunjukkan bukti langsung dari hipotesis de Broglie mengenai sifat gelombang benda yang bergerak. Analisis eksperimen Davisson-Germer sebenarnya tidak langsung seperti yang ditunjukkan diatas, karea energi elektron bertambah ketika elektron itu masuk ke dalam kristal dengan besar yang sama dengan besar fungsi kerja (work funcsion) permukaan itu. Jadi kelajuan elektron dalam eksperimen lenih besar didalam kristal dan panjang gelombang de Broglie yang bersangkutan menjadi lebih kecil dari pada garga diluar kristal. Seperti dalam kasus gelombang elektromagnetik, aspek gelombang dan partikel benda yang bergerak tidak dapat secara serentak teramati sehingga kita tidak dapat menetapkan yang mana gambaran yang ”benar”. Yang dapat kita katakan adalah dalam situasi tertentu benda yang bergerak menunjukkan sifat gelombang dalam situasi lain menunjukkan sifat partikel. Kumpulan sifat apakah yang jelah terlihat bergantung pada besar panjang gelombang de Broglienya dibandingkan dengan dimensi benda yang 50O
  • 5. terlibat: panjang gelombang Å66,1 dari elektron 54 eV orde besarnya sama dengan jarak kisi dalam kristal nikel, tetapi panjang gelombang bola golf bergerak dengan 30 m/s, seperti terlihat dalam pasal 4.1 hanya m104,8x -34 , terlalu kecil untuk menapakkan dirinya. 4.6 Partikel Dalam Kotak Sifat gelombang partikel bergerak mengarahkan pada konsekuensi yang jelas jika partikel itu di batasi pada suatu daerah tertentu dalam ruang alih-alih dapat bergerak bebas. Khusus yang tersederhana adalah suatu partikel yang terpantul bolak-balik antara dinding kotak, seperti dalam gambar 4-8. kita akan menganggap bahwa dinding kotak itu keras sekali, sehingga partikelnya tidak kehilangan energi setiap kali partikel itu menumbuk dinding dan kecepatannya cukup kecil sehingga kita dapat mengabaikan konsiderasi relativisti. GAMBAR 5.4 Partikel tertangkap dalam kotak yang lebarnya L Dari pandangan gelombang, sebuah partikel yang terperangkap dalam kotak adalah analog dengan gelombang berdiri pada tali yang dipentang antara dinding kotak itu. Dalam kedua kasus itu variabel gelombang (pergeseran transevesal dari tali, fungsi gelombang  dari partikel bergerak) harus nol pada dinding, karena gelombangnya berhentidi tempat itu. Panjang gelombang de Broglie yang mungkin dari pertikel dalam kotak ditentukan oleh lebar kotak L, seperti dalam gambar 5.5. GAMBAR 5.5 Fungsi gelombang partikel yang tertangkap dalam kotak yang lebarnya L L 3 2 1 3 2L  L2 L
  • 6. Panjang gelombang yang terbesar ditentukan oleh L2 , berikutnya oleh L , kemudian 3/2L , dan seterusnya. Rumusan yang umum untuk gelombang yang diperbolehkan ialah (5.3) n L n 2  n = 1, 2, 3,......  de Broglie partikel yang tertangkap Karena mvh/ , pembatasan pada panjang gelombang de Broglie yang datang dari lebar ekuivalen (setera) dengan pembatasan pada momentum partikel, atau pembatasan pada energi kinetik. Sebuah partikel bermomentum mv ialah :   m mv mvK 22 1 2 2  Karena mvh/ , /hmv  dan (5.4) 2 2 2 m h K  Panjang gelombang yang diijinkan ialah nLn /2 , dan karena partikel itu tidak memiliki energi potensial dalam model ini, maka energi yang bisa dimilikinya ialah: (5.5) 2 22 8mL hn En  n = 1, 2, 3,...... Partikel dalam kotak Setiap energi yang diijinkan disebut tingkat energi, dan bilangan bulat n yang memberi spesifikasi tingkat energi nE disebut bilangan kuantum. Sebuah partikel yang terperangkap dalam kotak tidak dapat memiliki energi yang sembarang seperti yang dimiliki partikel bebas ; kenyataan terperangkapnya menyebabkan pembatasan pada panjang gelombangnya yang hanya mengijinkan energi yang ditentukanoleh Pers. 3.18. Sebuah partikel dalamkptak berdinding tegar merupakan suatu contoh yang dibuat-buat, tetapi kuantitasi energi yang didapatkam di situ berlaku umum : sebuah partikel yang terperangkap dalam suatu daerah ruang (walaupun daerah itu tidak memiliki batas yang terdefinisikan secara baik, hanya dapat memiliki energi tertentu saja. Secara eksak berapa besar energi ini, bergantung dari pada massa partikel dan perincian bagaimana terperangkapnya. Dalam bab yang akan datang kita akan melihat bagai mana kuantisasi energi muncul untuk elektron dalam atom, molekul, dan zat padat dan untuk proton dan neutron dalam inti atomik. Aspek penting dari Pres. 3.18 ialah pernyatan bahwa partikel yang terperangkap tidak boleh memiliki energi nol. Jika E=0, maka 0 disetiap tempat dalam kotak itu, ini berarti kerapatan peluang 0 2  yang berarti partikel tidak terdapat dalam kotak itu. Eksklusi (peniadaan) E=0 sebagai harga yang diijinkan untuk energi partikel yang terperangkap, seperti juga pembatasan energi E menjadi sekelompok harga yang diskrit merupakan suatu hasil yang tidak kita dapatkan dalam mekanika klasik : di sini setiap energi termasuk nol diijinkan.
  • 7. Mengapa tidak kita sadari adanya kuantitasi energi dalam dunia pengalaman kita? Kita yakin bahwa sebuah kelereng yang menggelinding bolak-balik antara dinding sebuah kotak dengan lantai licin dapat memiliki kecepatan berapa saja, sehingga energinya dapat berharga berapasaja sekehendak yang kita berikan, termasuk nol. Supaya kita dapat meyakinkan diri bahwa Pers. 3.18 tidak bertentangan dengan hasil pengamatan kita yang langsung disamping memberikan pandangan yang unik dalam skala mikroskopik, kita akan menghitung tingkat energi yang diijinkan untuk sebuah partikel dalam kotak yang berdimensi atomik dan kemudian sebuah partikel dalam kotak dengan dimensi makroskopik. Soal: Carilah tingkat energi sebuah elektron dalam kotak yang lebarnya 1Å. Pemecahan: Disini m = 9,1x10-31 kg dan L= 1Å = 10-10 m, sehingga energi elektron yang diijinkan ialah      Jn mkg sJn En 218 21031 2342 100,8 10101,98 .10626,6        GAMBAR 4-10 Tingkat elektron yang terdapat dalam sebuah kotak yang lebarnya 1 Å. Energi minimum yang di miliki elektron ialah 38 eV, yang bersesuaian dengan harga n=1. Deretan tingkat energi diteruskan dengan E2=152eV, E3=342eV, E4=608 eV dan sebagainya (Gambar 3-10). Tingkat energi ini cukup berjauhan, sehingga kuantisasi energi elektron dalam kotak seperti itu jelas tampak bila kotak semacam itu betul ada. Soal: Hitung tingkat energi kelereng yang bermassa 10 kg dalam kotak yang lebarnya 10 cm. Jawab: Dengan m =10g = 10-2 kg dan L= 10 m =10-1 m       Jn mkg sJn En 264 212 2342 105,5 10108 .10626,6        n = 4 n = 3 n = 2 n = 1 0 100 200 300 400 500 600 700
  • 8. Energi minimum yang dapat dimiliki kelereng itu ialah Jn264 105,5   , yang bersesuaian dengan harga n=1. Sebuah kelereng yang memiliki energi kinetik sebesar ini memiliki kecepatan hanya sebesar 3,3x10-31 m/s, sehingga secara eksperimental tidak bisa dibedakan dari kelereng yang diam. Kelajuan yang nalar yang dapat dimiliki kelereng itu, katakan 1/3 m/s yang bersesuain dengan tingkat energi yang berbilangan kuantum n= 10-30 ! Tingkat energi yang diijinkan sangat berdekatan, sehingga tidak ada cara untuk menentukan apakah kelereng tersebut dapat memiliki energi tertentu seperti yang diramalkan oleh Pers.3.8 atau energi lainnya. Jadi dalam daerah pengalaman sehari-hari efek kuantum tidak teramati; hal ini menerangkan susksesnya mekanika newton dalam daerah ini. 4.7 Prinsip Ketaktentuan Kenyataan bahwa sebuah partikel bergerak harus dipandang sebagai group gelombang de Broglie dalam keadaan tertentu alih-alih sebagai suatu kuantitas yang terlokalisasi menimbulkan batas dasar pada ketapata pengukuran sifat partikel yang dapat kita ukur misalnya kedudukan momentum. Marilah kita tinjau group gelombang dalam gambar 3- 3, mula-mula dari sudut pandang intuitif. Lebih lebar group gelombangnya, lebih banyak jumlah gelombangnya yang terkandung, dan lebih baik kesempatan kita untuk mendapatkan panjang gelonbangnya serta momentum partikel itu. Namun, karena partikel itu terdapat di suatu tempat dalam group gelombang itu, kita tidak dapat menemukan kedudukannya secara tepat. Jika group gelombang itu sempit, kedudukan partikel itu terdevinisikan lebih baik, tetapi sekarang panjang gelombangnya sukar ditentukan. Terdapat hubunga timbal balikantara ketaktentuan (ketakpastian) kedudukan yang inheren x dari partikel itu dan ketaktentuan (ketakpastian) momentumnya yang inheren p : bertambah kecil x , maka p harus bertambah besar dan sebaliknya. Analisis yang formal mendukung kesimpulan tersebut dan membuat kita mampu untuk menyatakannya secara kuantitatif. Contoh yang paling sederhana dari pembentukan group gelombang diberikan dalam pasal 3.4, di situ dua gelombang berjalan dengan dua prekuensi sudut yang sedikit berbeda dan bilangan gelombang k disuperposisikan menghasilkan sederet group gelombang seperti dalam gambar 3-4. sebuah benda bergerak yang bersesuaian dengan suatu group gelombang tunggal, bukan barisan dari group gelombang, tetapi group gelombang tunggal dapat juga dipikirkan sebagai superposisi dari gelombang harmonik. Namun, sejumlah tak berhingga gelombang dengan frekuensi bilangan gelombang dan amplitude yang berbeda-beda diperlukan untuk menyatakan suatu group gelombang terisolasi dengan bentuk sembarang (gambar 3-11).
  • 9. GAMBAR 3-11 Suatu group gelombang terisolasi ialah hasil dari sejumlah tak terhingga gelombang dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Lebih sempit group gelombang itu, lebih besar selang panjang gelombang yang tersangkut. Jadi suatu group gelombang de broglie yang sempit berarti kedudukannya terbefinisikan dengan baik ( x kecil) tetapi panjang gelombang masing-masing tidak terdefinisi dengan baik, sehingga ketakpastian p yang besar dalam momentum partikel yang dinyatakan oleh group gelombang itu. Suatu group gelombang yang lebar berarti momentumnya lebih tertentu tetapi kedudukannya lebih tak tertentu. Pada suatu waktu tertentu t group gelombang  x dapat dinyatakan dengan integral Fourier (5.6)     dkkxkgx cos 0    Dengan fungsi  kg menggambarka maplitude gelombang yang memberi sumbangan (kontribusi) pada  x ;  kg berubah terhadap bilangan gelombang k. Fungsi ini disebur transform Fourier dari  x dan memberi spesifikasi pada gruop gelombang. Sebagai bahan pembanding transform Fourier dari gelombang harmonik yang melebar ke tak terhingga juga ditunjukkan, dalam hal hanya satu bilangan gelombang saja yang muncul.
  • 10. GAMBAR 3-12 Fungsi gelombang dan tranform Fourier untuk (a) denyut , (b)group gelombnag , (c)gelombang yang melebar tak terhingga. Suatu gangguan yang singkat memerlukan selang frekuensi yang lebih lebar untuk menggambarkannya dibandingkan dengan gangguan yang memakan waktu lebih panjang. Tepatnya, bilangan gelombang yang diperlukan untuk menyatakan suatu group gelombang melebar dari k = 0 hingga k = , tetapi untuk group yang panjang x -nya berhingga, gelombang yang amplitude  kg -nya besar, memiliki bilangan gelombang yang terletak dalam selang yang berhingga k Seperti pada Gb.3-12, lebih sempit group itu, lebih lebar selang bilangan gelombang yang diperlukan untuk menyatakannya, dan sebaliknya. Hubungan antara jarak x dan pelebaran bilangan gelombang k bergantung dari bentuk bilangan gelombang dan bergantung dari cara x dan k didefinisikan. Harga perkalian x k yang minimum terjadi jika group gelombang berbentuk fungsi gaussian, dalam hal ini ternyata transform Fouriernya juga merupakan fungsi gaussian juga. Jika x dan k diambil deviasi standar dari fungsi  x dan  kg , maka harga minimum x k =1/2 karena pada umumnya group gelombang tidak memiliki bentuk gaussian (bentuk lonceng), maka lebih realistik jika hubungan antara x dan k dinyatakan sebagai berikut: (5.7) 2 1  kx Panjang gelombang de Broglie untuk sebuah partikel bermomentum p ialah: p h  Bilangan gelombang yang bersesuaian dengannya ialah:
  • 11. h p k    22  Oleh karena itu suatu ketidakpastian k dalam jumlah gelombang pada gelombang- gelombang Broglie berhubungan denga hasil-hasil partikel dalam suatu ketidak-pastian p dalam momentum partikel menurut rumus 2 kh p   Karena 2 1  kx , maka  xk  2/1 dan (5.8) 4 h px  Prinsip ketaktentuan Persamaan ini merupakan salah satu bentuk prinsip ketaktentuan (ketidakpastian) kedudukan benda yang diperoleh Weiner Heisenberg dalam tahun 1927. Persamaan ini menyatakan perkalian ketaktentuan kedudukan benda x pada suatu saat dan ketaktentuan momentum dalam arah x yaitu p pada saat yang sama lebih besar atau sama dengan h/ 4 . Kita tidak mungkin menentukan secara serentak kedudukan dan momentum suatu benda. Jika kita atur supaya x kecil yang bersesuaian dengan group gelombang yang sempit, maka p akan menjadi besar. Jika kita reduksi p dengan suatu cara tertentu, maka group gelombangnya akan melebar dan x menjadi besar. Ketaktentuan ini bukan ditimbulkan oleh alat yang kurang baik tetapi ditimbulkan oleh sifat ketaktentuan ilmiah dari kuantitas yang tersangkut. Setiap ketaktentuan instrumental atau statik yang timbul hanya menambah besar perkalian x p . Kuantitas h/ 2 sering muncul dalam fisika modern, karena ternyata kuantitas itu merupakan satuan dasar dari momentum sudut. Biasanya orang menyingkat h/ 2 dengan lambang  : iksJ h det 34 .10054,1 2      Selanjutnya dalam buku ini kita akan memakai  sebagai pengganti dari h/ 2 . Dinyatakan dalam  prinsip ketaktentuan menjadi: (5.9) 2   px Prinsip ketaktentuan Prinsip ketaktentuan dapat didekati dari berbagai jalan. Marilah kita dapatkan dari berdasarkan sifat partikel seperti yang telah kita lakukan diatas. Misalnya kita akan mengukur kedudukan dan momentum dari suatu pada suatu saat tertentu. Untuk melaksanakannya, kita harus mengganggunya dengan sesuatu yang dapat membawa infosmasi kembali pada kita; ini berarti kita harus menyentuhnya dengan jari tangan, meneranginya dengan cahaya atau menginteraksikannya dengan suatu cara lain. Kita bisa memeriksa elektron dengan pertolongan cahaya perpanjangan gelombang  seperti pada Gb.3-13. Dalam proses ini foton cahaya menumbuk elektron yang terpantul kearah lain. Setiap foton memiliki momentum /h , dan bila foton itu bertumbukkan dengan elektron, momentum elektron semula p berubah. Perubahan yang tepat tidak bisa
  • 12. diramalkan, tetapi perubahan berorde besar sama dengan momentum foton /h . Jadi pengukuran telah menimbulkan ketaktentuan pada momentum elektron. Lebih besar panjang gelombang cahaya yang kita pakai untuk ”melihat” elektron, lebih kecil ketaktentuan momentumnya. GAMBAR 3-13 Elektron tak dapat diamati tanpa mengubah momentumnya. (5.10)  h p  Karena cahaya memiliki sifat gelombang, kita tidak dapat mengharapkan untuk menentukan kedudukan elektron dengan ketepatan tak berhingga dalam segala keadaan, tetapi kita dapat mengharapkan secara nalar untuk mempertahankan ketaktentuan tak tereduksi x dari kedudukannya sepanjang, panjang gelombang dari cahaya yang dipakai. Ini berarti (5.11) hpx  Hal ini konsisten dengan Pers.3.22. Penalaran seperti diatas, walaupun kelihatanya menarik, tetapi harus diperlakukan dengan hati-hati. Penalaran seperti itu menyatakan bahwa elektron dapat memiliki kedudukan dan momentum tertentu pada setiap saat, dan proses pengukuranya saja yang menimbulkan ketaktentuan x p . Sebenarnya ialah kebalikanya, ketaktentuan ini merupakan suatu yang inheren dalam alam sebuah benda bergerak. Pembenaran dari ”penurunan” serupa ialah, pertama, penurunan itu menunjukkan bahwa tak mungkin untuk membayangkan suatu cara untuk menghindari prinsip ketaktentuan, dan kedua,
  • 13. penurunan itu mengemukakanpandangan yang dapat lebih diterima dalam konteks yang lebih dikenal dari pada pandangan group gelombang. 4.8 Pemakaian Prinsip Ketaktentuan Tetapan Planck h berharga sangat kecil hanya 6,63x10-34 J.s sehingga pembatasan yang ditimbulkan prinsip ketaktentuan hanya penting dalam dunia atom. Dalam skala itu prinsip ini sangat menolong untuk mengetikan banyak gejala. Perlu diingat bahwa batas bawah 2/ untuk x p sangat jarang dicapai: lebih biasa x p  , atau (seperti baru kita lihat) hpx  . Soal: Suatu inti atomik berjari-jari sekitar m15 105   . Gunakan prinsip ketaktentuan untuk mendapatkan batas bawah energi elektron yang harus dimiliki supaya bisa menjadi partikel penyusunan inti atomik. Pemecahan: Ambil mx 15 105   kita dapatkan: smkg m sJ x p /.101,1 105 .1063,6 2 20 15 34           Jika besaran itu merupakan ketaktentuand dari momentum elektron dalam inti, momentumnya p harus berorde besara paling sedikit sama deangan itu. Elektron dengan momentum besar itu memiliki energi kinetik banyak kali lebih besar dari energi diam moc2 , sehingga Pers.1.23 kita lihat bahwa kita dapat mengambil K=pc Untuk maksud terrsebut dengan ketelitian yang cukup. Jadi )/103()/.101,1( 820 smsmkgpcK   J12 103,3   Karena 1eV= J19 106,1   , energi kinetik elektron harus melebihi 20MeV supaya elektron menjadi partikel dalam inti. Eksperimen menunjukkan bahwa biar pun untuk elektron yang berkaitan dengan atom tak mantap tidak pernah memiliki energi sebagian dari energi tersebut, sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa tidak terdapat elektron dalam inti. Soal: Atom hidrogen berjejari m11 103,5   . Gunakan prinsip ketaktentuan untuk memperkirakan energi elektron yang dapat dimilikinya dalam atom itu. Pemecahan: Disini kita dapatkan untuk mx 11 103,5   smkg x p /.109,9 2 25     Elektron yang momentunya sebesar itu berkelakuan sebagai partikel klasik, dan energi kinetiknya ialah: J kg smkg m p K 19 31 252 104,5 )101,9(2 /.109,9 2        Yang sama dengan 3,4 eV. Besarnya energi kinetik elektron pada tingkat energi terendah dalam atom hidrogen ialah 13,6eV.
  • 14. Bentuk lain dari prinsip ketaktentuan kadang-kadang berguna. Mungkin kita ingin mengukur energi E yang dipancarkan pada suatu waktu selama selang waktu t dalam suatu proses atomik. Jika energi ini berbentuk gelombang elektromagnetik, batas waktu yang tersedia membatasi ketepatan kita untuk menentukan frekuensi v dari gelombang itu. Marilah kita anggap dari group gelombang itu sebagai sati gelombang. Karena frekuensi gelombang yang sedang dipelajari sama dengan bilangan yang kita hitung dibagi dengan selang waktu, ketaktentuan frekuensi v dalam pengukuran kita ialah: t v   1 Ketaktentuan energi yang bersesuaian ialah: vhE  Sehingga t h E   atau htE  Perhitungan yang lebih teliti yang berdasarka sifat gruop gelombang mengubah hasil tersebut menjadi: (5.12) 2   tE Ketaktentuan energi dan waktu Pers.3.26 menyatakan bahwa perkalian ketaktentuan pengukuran energi E dan ketaktentuan waktu t pada selama pengukuran itu dilakukan harus sama atau lebih beasra dari 2/ . Hasil ini bisa diperoleh dengan cara lain dan pada umumnya kasusnya tidak dibatasi hanya kasus gelombang elektromagnetik. Soal: Sebuah atom yang ”tereksitasi” mengeluarkan kelebihan energinya dengan memancarkan sebuah foton yang memiliki frekuensi karakteristik tertentu, seperti yang diterangkan dalam Bab.4. Periode rata-rata yang berlangsung antar eksitasi atom dan saat memancarkannya ialah s8 10 . Cari ketaktentuan energi dan frekuensi foton itu. Pemecahan: Energi foton tak tentu dengan besar: J m sJ t E 27 8 34 103,5 102 .10054,1 2           Ketaktentuan frekuensi cahaya diberikan dalam bentuk: Hz h E v 6 108   Ini merupakan batas tak tereduksi dari ketelitian yang dapat diperoleh untuk frekuensi radiasi yang dipancarkan oleh sebuah atom. Sebagai hasil radiasi sebuah atom yang terksitasi tidak muncul dalam bentuk suatu frekuensi tertentu v melainkan dalam selang antara vv  hingga vv  . Untuk foton yang berfrekuensi Hz14 105 , 8 106,1/   vv . Dalam praktek ada gejala lain seperti efek doppler memberi kontribusi lebih besar dari itu pada pelebaran garis spektral. SOAL 1. Energi terendah yang mungkin dimiliki sebuah partikel yang tertangkap dalam
  • 15. sebuah kotak ialah 1 eV. Berapakah energi dua tingkat berikutnya yang dapat memiliki partikel itu? 1. Carilah bentuk tingkat energi (dalam MeV) sebuah newtron dalam kotak 1 dimensi yang lebarnya 10-14 m. Berapakah energi minimum newtron? (diameter inti atomik berorde besar sama dengan lebar tersebut).