SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  12
Télécharger pour lire hors ligne
RELATIVITAS KHUSUS MODUL 1
PENDAHULUAN
Dalam modul ini anda akan mempelajari tentang postulat relativitas khusus,
pemuaian waktu, efek dopler, pengerutan panjang, paradoks kembar, transformasi
lorent, penjumlahan kecepatan, relativatas massa, masa dan energi, partikel tak
bermasa dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mempelajari modul
ini anda diharapkan memiliki kemampuan untuk dapat:
1. Menjelaskan hukum-hukum yang berlaku dalam relativitas khusus
2. Menjelaskan pemuaian waktu.
3. Menjelaskan terjadinya efek Dopler
4. Menjelaskan pengerutan panjang
5. Menjelaskan paradoks kembar
6. Menjelaskan transformasi Lorent.
7. menjelaskan penjumlahan kecepatan
8. menjelaskan relativitas massa.
9. Menjelaskan massa dan energi
10. Menjelaskan partikel tak bermassa
Kemampuan tersebut sangat penting bagi mahasiswa atau sederajat karena materi
ini sangat dasar dalam pembelajaran fisika modern. Sebagai calon Guru dapat
mengembangkan materi ini sesuai dengan kebutuhan atau kemampuan. Agar
anda lebih berhasil mempelajari modul ini ikuti petunjuk belajar berikut ini:
1. Baca dan pahami konsep dasar materi ini, lalu kaitkan dengan kehidupan
nyata.
2. Tulis peta konsep tentang materi tersebut, lalu coba jelaskan dengan kata-
kata sendiri.
3. Kerjakan soal-soal latihan dengan tuntas.
4. Jika ada soal yang belum bisa dikerjakan, coba perhatikan rumus dasar
tentang materi tersebut.
5. Mantapkan pemahaman anda, dengan cara berdiskusi dengan teman
sejawat.
Kegiatan Belajar 1
KINEMATIKA RELATIVITAS
1.1. Postulat Relativitas Khusus
Sepeda motor Rosi bergerak dengan kecepatan 250 km/jam. Kaki anak itu
selalu bergerak. Apa sebenarnya gerak itu ? Kapan suatu benda dikatakan
bergerak ? Sesuatu benda dikatakan bergerak, jika kedudukan benda itu berubah
relatif terhadap waktu. Penumpang bergerak relatif terhadap kapal udara, kapal
bergerak relatif terhadap bumi, bumi bergerak relatif terhadap matahari dan
sebagainya. Untuk menyatakan suatu benda bergerak selalu menyangkut
kerangka khusus sebagai acuan.
Jika kita berada di dalam laboratorium tertutup, kitaa tidak dapat menentukan
apakah laboratorium bergerak dengan kecepatan tetap atau diam, karena tanpa
kerangka eksternal konsep gerak tidak mempunyai arti. Kita tak dapat
mendapatkan kerangka universal yang meliputi seluruh ruang, hal ini berarti tidak
ada gerak absolut.
Berdasarkan hasil analisis konsekuensi fisis yang tersirat ketiadaan kerangka
acuan universal, maka muncullah teori relativitas yang dikembangkan oleh Albert
Einstein tahun 1905 yang pada dasarnya mempersoalkan” kerangka acuan
universal ”yang merupakan kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap
terhadap kerangka acuan lainnya. Teori relativitas khusus bersandar pada 2
postulat yaitu:
 Prinsip relativitas sama dalam semua kerangka acuan yang bergerak
menyatakan baahwa ”hukum fisika ” dapat dinyatakan dalam persamaan
yang berbentuk sama dalam semua kerangka acuan yang bergerak dengan
kecepatan tetap satu terhadap lainnya.
 Kelajuan cahaya dalam ruang hampa sama besar untuk semua pengamat,
tidak bergantung dari keadaan gerak pengamat itu.
1.2. Pemuaian Waktu
Pemuaian waktu adalah selang waktu diamati oleh pengamat diam dan
berbeda dengan pengamat yang bergerak. Perbedaan pengamatan waktu ini
disebut pemuaian waktu. Contoh dua pengamat mengamati selang waktu dari dua
kejadian kedipan cahaya. Secara matematika proses pemuaian waktu dirumuskan
2
2
1
c
v
to
t

 atau
2
2
1
c
v
to
t


 (1.1)
Karena kuantitas 2
2
1
c
v
 selalu lebih kecil dari 1 untuk benda yang bergerak t
selalu lebih besar dari to. Lonceng yang bergerak dalam roket kelihatannya
berdetik lebih lambat dari lonceng yang diam di bumi untuk pengamat yang ada di
bumi
Keterangan:
t selang waktu pada lonceng dalam keadaan gerak relatif terhadap pengamat
to selang waktu pada lonceng yang diam relatif terhadap pengamat
v kelajuan gerak relative
c kelajuan cahaya (3 x 108
m/s)
Analisis yang sama untuk pengukuran lonceng di bumi oleh pengamat dalam
roket. Untuk pengamat itu pulsa cahaya di bumi menempuh lintasan zigzag yang
memerlukan waktu total t untuk pulang pergi, sedangkan lonceng yang diam
dalam roket berdetik dalam selang waktu to. Ia juga memperoleh waktu sebesar :
2
2
1
c
v
to
t


Sehingga efeknya timbale balik. Setiap pengamat mendapatkan bahwa lonceng
yang bergerak relatif terhadapnya bertdetik lebih lambat terhadap lonceng yang
diam.
1.3. Paradoks Kembar
Paradoks ini berkaitan dengan dua lonceng yang identik, yang satu tinggal di
bumi, sedangkan yang lainnya dibawa ikut dalam perjalanan ke ruang angkasa
dengan kelajuan v, kemudian kembali ke bumi. Biasanya lonceng diganti dengan
sepasang anak kembar yaitu A dan B. Setelah mereka berumur 20 tahun, si
kembar A pergi mengembara ke ruang angkasa dengan kelajuan v = 0,8c ke suatu
bintang yang berjarak 20 tahun cahaya, kemudian ia kembali ke bumi atau setara
dengan 9,46.1015
m. Menurut si B, A telah kembali setelah pergi selama 50 tahun
( t0=2L/V = 40c/0,8c = 50 tahun). Sedangkan menurut si A dia pergi selama 30
tahun. Jadi kini si A berumur 50 tahun dan si B berumur 70 tahun. Aneh kan?
Dimana letak paradoksnya? Jika kita periksa situasinya dari pandangan si A yang
berada dalam roket, sedangkan B berada dalam keadaan gerak dengan kealajuan
0,8c. Jadi menurut si A dia telah berumur 70 tahun dan B berumur 50 tahun.
Pemecahan paradoks ini bergantung dari asimetri kehidupa orang kembar itu.
Kembar B selalu ada dalam kerangka acuan inersial seluruh waktunya, sehingga B
boleh memakai rumus pemuaian waktu untuk seluruh perjalanan A. Kembar A
sebaliknya, harus berubah dari satu kerangka inersial ke kerangka inersial lain
ketika A membalik arah roketnya, sehingga pemakaian rumus pemuaian waktu
berlaku saat a jenjauhi. Jadi kesimpulannya, B yang benar, yaitu A akan lebih
muda ketika ia kembali.
Contoh penerapan pemuaian waktu:
1. Sebuah roket melaju dengan kecepatan v, loncengnya berbunyi 1 detik
terlambat dalam 1 jam relatif terhadap lonceng di bumi. Berapa kecepatan
roket tersebut?.
Jawab : lonceng di pesawat diam menurut pengamat di pesawat, jadi to = 360
detik, sedangkan lonceng di pesawat menurut pengamat di bumi bergerak,
sehingga t = 3601 detik. Dengan menerapkan rumus pemuaian waktu :
2
2
1
c
v
to
t


t
t
c
v o
 2
2
1
2
2
2
2
1
t
t
c
v o

v 2
2
1
t
t
c o
 = 2
2
8
3601
3600
110.3  = 7,1.106
m/s
2. Sebuah meson 
 terjadi karena tumbukan energi tinggi sebuah partikel sinar
kosmik di dalam atmosfir bumi 200 km di atas permukaan laut. Ia turun
secara vertikal dengan kecepatan 0,99c dan berintegrasi 2,5.10-8
detik, setelah
tercipta di dalam kerangka sebenarnya. Pada ketinggian berapa di atas
permukaan laut ia diamati dari bumi akan berintegrasi?
Jawab : 2,5.10-8
adalah waktu menurut meson sendiri, jadi to = 2,5.10-8
dt
2
2
1
c
v
to
t


2
2
8
99,0
1
10.5,2
c
c
t



= 1,8.10-7
detik
Jarak turun dari tempat terciptanya meson adalah
S = c.t = 0,054 km
Jadi tinggi tempat terjadinya integrasi dari permukaan laut adalah
200 – 0,054 = 199,946 km.
1.3. Efek Doppler
Di SLTA kita telah mempelajari Efek dopler tentang bunyi, dimana pertabahan
tinggi nada terjadi, jika sumber bunyi mendekati kita, dan menurun jika sumber
bunyi menjauhi kita atau kita menjauhi sumber bunyi, hal ini dirumuskan dalam
persamaan
cV
cv
fof
/1
/1(


 (1.2)
f = frekuensi pengamat, of = frekuensi sumber
C = kelajuan bunyi, V = kelajuan sumber, v = kelajuan pengamat
v + (positif), jika ia bergerak ke arah sumber dan sebaliknya.
V + (positif), jika ia ke arah pengamat dan sebaliknya.
Kita dapat mengalisa efek Doppler cahaya dengan memandang sumber cahaya
sebagai lonceng berdetik 0f kali per sekon dan memancarkan cahaya pada setiap
tik. Ada beberapa persamaan efek doppler untuk cahaya yaitu:
t
f
1
 , dengan 2
2
1/
c
v
tt o  dalam kerangka acuan pengamat. Jadi
frekuensi yang teramati adalah :
2
2
1
1
c
v
t
t
f o

 = 2
2
1
c
v
fo  (1.3)
2. Pengamat menjauhi sumber cahaya.
Pengamat menempuh jarak vt menjauhi sumber antara dua tik. Hal ini berarti
cahaya dari suatu tik tertentu mengambil waktu vt/c lebih panjang untuk sampai
kepadanya dibandingkan sebelumnya. Jadi total waktu antara kedatangan
gelombang yang berurutan adalah
T = t +
22
1
1
cv
cv
t
c
vt
o


 =
cvcv
cvcv
to


11
11
T =
cv
cv
to


1
1
, sehingga frekuensi yang teramati
cv
cv
tT
f
o 


1
111
cv
cv
fof
/1
/1


 (1.4)
3. Pengamat mendekati sumber cahaya
Dengan cara yang sama pada langkah 2 adalah
T = t -
22
1
1
cv
cv
t
c
vt
o


 =
cvcv
cvcv
to


11
11
T =
cv
cv
to


1
1
, sehingga f rekuensi yang teramati
cv
cv
tT
f
o 


1
111
cv
cv
fof
/1
/1


 (1.5)
Contoh soal
1. Sebuah pesawat angkasa yang menjauhi bumi pada kelajuan 0,97c
memancarkan data dengan laju 104
pulsa/s. Pada laju berapa data itu diterima?
Jawab : Pesawat menjauhi bumi/pengamat, berarti
cv
cv
fof
/1
/1


 =
cc
cc
/97,01
/97,01
104


= 1,23.103
pulsa/s
1.4. Pengerutan Panjang
Pengerutan relativistic dari jarak merupakan contoh umum dari pengerutan
panjang Lorentz-FitzGerald dalam arah gerak:
22
/1 cvLoL  (1.6)
balik.terhadap orang dalam roket, benda di Bumi terlihat lebih pendek
dibandingkan dengan yang diamatinya jika ia berada di Bumi dengan factor
22
/1 cv sama dengan faktor memendeknya roket itu terhadap orang di Bumi.
Panjang proper Lodalam kerangka diam merupakan panjang maksimum yang
dapat teramati. Hanya panjang dalam arah gerak yang berlaku dalam pengerutan.
Jadi bagi pengamat dalam roket pesawat tadi lebih pendek dibandingkan bila ia
melihatnya dari Bumi, namun tidak terlalu dekat.
Contoh :
Seorang pengamat berdiri pada peron stasiun ketika sebuah kereta api modern
bercepatan tinggi melewati stasiun dengan laju 0,6c. Pengamat itu mengukur
ujung-ujung peron terebut yang panjangnya 45 m tepat segaris dengan ujung-
ujung peron tersebut.
1. Berapa lama pengamat di peron melihat kereta itu melewati suatu titik
tertentu pada peron?
2. Berapa panjang sebenarnya kereta tersebut?
3. Berapa panjang peron menurut pengamat dalam kereta?
4. Berapa lama diperlukan sutu titik pada peron untuk melewati panjang kereta
secara penuh, menurut pengamat dalam kereta?
5. Bagi pengamat dalam kereta, ujung-ujung kereta tidak akan secara simultan
segearis dengan ujung-ujung peron. Carilah selang waktu antara ujung depan
kereta segaris dengan salah satu ujung peron dan ujung belakang kereta
segaris dengan ujung peron yang lain.
Jawa :
1. Untuk melewati suatu titik tertentu, kereta api harus menempuh jarak
sepanjang kereta itu meneurut pengat pada peron, s
cV
L
t 7
10.5,2
6,0
45 

2. Pengamat di peron mengukur kereta yang sedang bergerak, maka panjang
kereta yang sebenarnya adalah 22
/1 cvLoL 
= 22
/6,0145 ccLo  , maka oL = 56,25 m
3. Pengamat dalam kereta mengamati peron mempunyai panjang terkontraksi L
Panjang sebenarnya adalah oL = 45 m, maka 22
/1 cvLoL  = 45.0,8 = 36m
4. Karena panjang kereta adalah 56,25 m, maka s
cV
L
t o 7'
10.125,3
6,0
25,56 

5. Selang waktu antara ujung depan kereta segaris dengan salah satu ujung peron
dan ujung belakang kereta segaris dengan ujung peron lainnya, maka jarak
tersebut adalah panjang kereta sebenarnya – panjang peron = 20,25, jadi selang
waktunya adalah :
s
cV
L
t o 7'
10.125,11
6,0
25,20 

1.5. Transformasi Lorentz
Bayangkan bahwa kita berada pada kerangka acuan S, dalam waktu t kita berada
dalam sistem koordinat (x,y,z). Pengamat yang berada pada kerangka acuan lain
S’
bergerak terhadap S dengan kelajuan tetap v dalam waktu t’
berada dalam
sistem koordinat (x’
, y’
, z’
). Kecepatan v searah dengan sumbu x.
S S’
y y’
v
x x’
z z’
Jika waktu kedua system diukur dari saat ketika titik asal S dan S’
berimpit,
pengukuran dalam arah x yang dilakukan S akan melebihi yang di S’
dengan vt,
yang menyatakan jarak yang ditempuh S’
dalam arah x, jadi
vtxx '
yy '
zz '
dan Transformasi Galilei (1.7)
tt '
Dengan melakukan diferensial x’
, y’
, dan z’
terhadap waktu, maka
vv
dt
dx
v xx  '
'
'
(1.8)
yy v
dt
dy
v  '
'
'
(1.9)
zz v
dt
dz
v  '
'
'
(1.10)
Transformasi kecepatan di atas melanggar postulat relativitas khusus. Coba anda
cari letak pelanggarannya!
dan x’
adalah
)('
vtxkx  , dengan k faktor pembanding (1.11)
yang tidak bergantung pada x dan t
Karena persamaan fisika harus berbebtuk sama dalam kedua kerangka S dan S’
,
kita hanya memerlukan beda tanda v, sehingga persamaan di atas menjadi
)( '
vtxkx  (1.12)
Walaupun demikian koordinat t dan t’
tidak sama. Kita dapat melihat hal ini
dengan mensubsitusikan x’
yang didapat dari persamaan
)('
vtxkx  dan )( '
vtxkx  sehingga diperoleh
))( '2
kvtvtxkx  , dari persamaan ini kita dapatkan
x
kv
k
ktt )
1
(
2
' 
 (1.13)
Postulat kedua dari relativitas memungkinkan kita untuk mencari k. Pada saat t =
0 titik kerangka kedua S dan S’
berada pada tempat yang sama, menurut
persyaratan awal, maka t’
= 0 juga dan pengamat pada masing-masing koordinat
meneruskan pengukuran kelajuan cahaya yang memancar dari titik itu. Kedua
pengamat harus mendapatkan kelajuan yang sama yaitu c, yang berarti bahwa
dalam kerangka acuan S
ctx  sedangkan kerangka S’
diperoleh
''
ctx  (1.14)
Dengan mensubsitusikan x’
dan t’
dalam persamaan ''
ctx  dengan pertolongan
persamaan )('
vtxkx  dan x
kv
k
ktt )
1
(
2
' 
 , maka diperoleh
cx
kv
k
cktvtxk 




 

2
1
)( , dan dengan mencari x,




















c
kv
k
k
k
c
v
k
ct
c
kv
k
k
vktckt
x
)
1
()
1
(
22
=














v
c
k
c
v
ct
)1
1
(1
1
2
Dengan demikian persamaan ctx  , kuatitas dalam kurung sama dengan 1, maka
persamaan tersebut menjadi:














v
c
k
c
v
)1
1
(1
1
2
= 1, dan
22
1
1
cv
k

 , dari persamaan ini kita akan
memperoleh transformasi Lorentz yaitu
22
'
1 cv
vtx
x


 (1.15)
yy '
zz '
22
2
'
1 cv
c
vx
t
t


 (1.16)
1.6. Penjumlahan kecepatan
Masih ingat dengan postulat relativitas khusus tentang kelajuan cahaya dalam
ruang hampa? Kelajuan cahaya dalam ruang hampa sama untuk semua pengamat
tak bergantung dari gerak relatifnya, yaitu c (3.108
m/s). Tetapi menurut teori
Newtonian (mekanika klasik) mengatakan bahwa v = v1 + v2. Menurut akal sehat,
hal tersebut ada benarnya. Misal seorang anak naik kereta api dengan kelajuan 40
m/s, di dalam kereta anak tersebut menyala lampu center (kecepatan cahaya c =
3.108
m/s), maka kecepatan cahaya tersebut adalah c + 40, hal ini bertentangan
dengan postulat di atas. Lantas dimana keberlakuan teori mekanika klasik dan
teori Einstin? Dan apa perbedaan dari ke dua teori tersebut? Untuk mari kita
tinjau sesuatu yang bergerak relatif terhadap ke duanya S dan S’
. Pengamat di S
mengukur ketiga komponen kecepatan
dt
dx
Vx  ,
dt
dy
Vy  ,
dt
dz
Vz  (1.17)
Sedangkan pengamat di S’ mendapatkan
'
'
'
dt
dx
Vx  , '
'
'
dt
dy
Vy  , '
'
'
dt
dz
Vz  (1.18)
Dengan mendefrensial persamaan transformasi lorentz balik untuk x, y, z dan t,
maka diperoleh
22
/1
''
cv
vdtdx
dx



22
2
/1
/''
cv
cvdxdt
dt


 , sehingga
dt
dx
Vx  =
2
'
'
''
c
vdx
dt
vdtdx


=
'2
'
'
'
1
dtc
vdx
v
dt
dx


2
'
'
1
c
V
VV
V
x
x
x


 (1.19)
2
'
'
1
c
VV
VV
V
y
y
y


 , (1.20)
2
'
'
1
c
VV
VV
V
z
z
z


 (1.21)
Atau
2
21
21
1
c
VV
VV
V


 (1.19)
Dengan V = kecepatan benda 2 relatif terhadap pengamat yang diam
1V = Kecepatan benda 1 relatif terhadap benda 2
2V = kecepatan benda 2 relatif terhadap benda 1
Contoh soal :
Pesawat angkasa amerika berkelajuan 0,9c terhadap bumi. Jika pesawat angkasa
Rusia melewati pesawat angkasa Amerika dengan kelajuan relatif 0,5c.
Berapakah kelajuan pesawat Rusia terhadap bumi? a). Menurut mekanika klasik,
b). Menurut Einstein
Jawab: a). Menurut mekanika klasik V = 0,9c + 0,5c = 1,4c tak mungkin
b). Menurut Einstein
2
21
21
1
c
VV
VV
V


 =
2
9,0.5,0
1
9,05,0
c
cc
cc


= 0,965c
Jadi pesawat rusia harus berkecepatan 0,965c terhadap buni, agar ia
mempunyai kecepatan 0,5c relatif terhadap pesawat amerika.
Uji Kompetensi 1
1. Suatu partikel berumur 10-7
s ketika diukur dalam keadaan diam. Berpa jauh
partikel itu bergerak sebelum meluruh, jika kelajuannyya 0,99c ketika partikel
tersebut tercipta.
2. Seorang astronot meroket dengan kecepatan 0,8c waktu itu astronot melihat
jamnya sendiri seudah 1 jam. Berapa jam menurut pengamat di bumi?
3. meson mempunyai umur rata-rata 2.10-6
s, bila diukur oleh pengamat diam.
Berapa umur rata-rata meson itu bila di ukur oleh pengamat yang melihat
meson itu bergerak dengan kecepatan 0,8c?
4. Dua anak kembar A dan B, A pergi berkelana dengan pesawat ruang angkasa
ke suatu planet. Jika pesawat dapat bergerak dengan kecepatan 0,98c, berapa
usia A, jika usia B di bumi 80 tahun.
5. sebuah pesawat terbang bergerak dengan kecepatan 600m/s. Setelah berapa
hari menurut jam di bumi berbeda 10-6
s? (di bumi dan di pesawat perbedaan
selang waktu 10-6
s) atau t – to = 10-6
s.
6. Seorang mahasiswa fisika diuji oleh seorang dosen, sementara mahasiswa
mengerjakan soal, dosen bergerak ke angkasa dengan kecepatan 0,6c relatif
terhadap mahasiswa. Dosen memberi kedipan cahaya kepada mahasiswa
bahwa ujian sudah 1 jam. Berapa lamakah mahasiswa mengerjakan soal ujian
tersebut menurut mahasiswa sendiri?
7. Suatu zarah muon yang terbentuk pada lapis teratas atmosfir bergerak secara
vertikal menuju permukan bumi dengan kecepatan v = 0,99c. Massa tak gerak
muon adalah 54 Mev/c2
. Usia muon tersebut 2,22 mikrosekon dalam
kerangka koordinat acuannya sendiri. Hitunglah:
a. Usia zarah itu dalam kerangka acuan seorang pengamat di permukaan
bumi.
b. Tebal atmosfir yang melewati muon, menurut kerangka acuan muon.
c. Jarak tempuh zarah yang terukur oleh pengamat termaksud dalam butir a.
d. Energi total muon yang terukur oleh pengamat termaksud dalam butir a.
8. Sebuah tongkat panjangnya 2 m membentuk sudut 60o
terhadap sumbu x.
Berapa panjang batang tersebut jika ia bergerak sejajar sumbu x dengan
kecepatan 0,6c. Hitung pula sudut yang dibentuk dengan sumbu y.
9. sebuah batang tegang homogen panjangnya 1,6 m menurut pengamat bergerak.
Batang itu membentuk sudut 60o
terhadap sumbu x. Berapa panjang batang
itu menurut pengamat yang diam, jika batang tersebut bergerak kecepatan
0,8c?
10. Dua pesawat angkasa A dan B berjalan beriringan. Kecepatan A = 0,8c
terhadap B, dan kecepatan B = 0,6c terhadap pengamat yang berada di bulan.
Berapa kecepatan A menurut pengamat di bulan ?

Contenu connexe

Tendances

sharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasarsharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasarRinanda S
 
2. hukum dasar rangkaian elektronika
2. hukum dasar rangkaian elektronika2. hukum dasar rangkaian elektronika
2. hukum dasar rangkaian elektronikaSimon Patabang
 
Laporan Praktikum Gerbang logika
Laporan Praktikum Gerbang logikaLaporan Praktikum Gerbang logika
Laporan Praktikum Gerbang logikaFebriTiaAldila
 
Bab 2 gelombang bunyi
Bab 2 gelombang bunyi Bab 2 gelombang bunyi
Bab 2 gelombang bunyi Nurisa1297
 
makalah penguat gandengan DC
makalah penguat gandengan DCmakalah penguat gandengan DC
makalah penguat gandengan DCSri Rahayu
 
Interferensi Celah Ganda (Microwave)
Interferensi Celah Ganda (Microwave)Interferensi Celah Ganda (Microwave)
Interferensi Celah Ganda (Microwave)AyuShaleha
 
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014Zainal Abidin Mustofa
 
4 klsisfikasi sistem kontrol otomatis
4 klsisfikasi sistem kontrol otomatis4 klsisfikasi sistem kontrol otomatis
4 klsisfikasi sistem kontrol otomatisgalaksiumat
 
6 penerapan prinsip impuls
6 penerapan prinsip impuls6 penerapan prinsip impuls
6 penerapan prinsip impulsSepkli Eka
 
Makalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonikMakalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonikbestricabebest
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)Albara I Arizona
 
Laporan hasil praktikum rangkaian listrik halaman depan
Laporan hasil praktikum rangkaian listrik halaman depanLaporan hasil praktikum rangkaian listrik halaman depan
Laporan hasil praktikum rangkaian listrik halaman depanAdy Purnomo
 
Laporan Praktikum Hukum ohm bagian 1
Laporan Praktikum Hukum ohm bagian 1Laporan Praktikum Hukum ohm bagian 1
Laporan Praktikum Hukum ohm bagian 1Annisa Icha
 

Tendances (20)

4.hukum gauss
4.hukum gauss4.hukum gauss
4.hukum gauss
 
sharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasarsharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasar
 
2. hukum dasar rangkaian elektronika
2. hukum dasar rangkaian elektronika2. hukum dasar rangkaian elektronika
2. hukum dasar rangkaian elektronika
 
Laporan Praktikum Gerbang logika
Laporan Praktikum Gerbang logikaLaporan Praktikum Gerbang logika
Laporan Praktikum Gerbang logika
 
Bab 2 gelombang bunyi
Bab 2 gelombang bunyi Bab 2 gelombang bunyi
Bab 2 gelombang bunyi
 
makalah penguat gandengan DC
makalah penguat gandengan DCmakalah penguat gandengan DC
makalah penguat gandengan DC
 
Interferensi Celah Ganda (Microwave)
Interferensi Celah Ganda (Microwave)Interferensi Celah Ganda (Microwave)
Interferensi Celah Ganda (Microwave)
 
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014
 
4 klsisfikasi sistem kontrol otomatis
4 klsisfikasi sistem kontrol otomatis4 klsisfikasi sistem kontrol otomatis
4 klsisfikasi sistem kontrol otomatis
 
Fisika (X) - Gelombang TV
Fisika (X) - Gelombang TVFisika (X) - Gelombang TV
Fisika (X) - Gelombang TV
 
6 penerapan prinsip impuls
6 penerapan prinsip impuls6 penerapan prinsip impuls
6 penerapan prinsip impuls
 
Makalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonikMakalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonik
 
Super konduktor
Super konduktorSuper konduktor
Super konduktor
 
Makalah osiloskop
Makalah osiloskopMakalah osiloskop
Makalah osiloskop
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
 
Bab Relativitas
Bab RelativitasBab Relativitas
Bab Relativitas
 
Laporan hasil praktikum rangkaian listrik halaman depan
Laporan hasil praktikum rangkaian listrik halaman depanLaporan hasil praktikum rangkaian listrik halaman depan
Laporan hasil praktikum rangkaian listrik halaman depan
 
Efek zeeman
Efek zeemanEfek zeeman
Efek zeeman
 
Laporan Praktikum Hukum ohm bagian 1
Laporan Praktikum Hukum ohm bagian 1Laporan Praktikum Hukum ohm bagian 1
Laporan Praktikum Hukum ohm bagian 1
 
PERCOBAAN GEIGER MULLER
PERCOBAAN GEIGER MULLERPERCOBAAN GEIGER MULLER
PERCOBAAN GEIGER MULLER
 

Similaire à RELATIVITAS MODUL 1

Ac fr ogdkyl7obzaat_k9dmpvfrbq8y1_vr57bjojniw3r7_n7ewugi43ya0zahrqox9e-gduudk...
Ac fr ogdkyl7obzaat_k9dmpvfrbq8y1_vr57bjojniw3r7_n7ewugi43ya0zahrqox9e-gduudk...Ac fr ogdkyl7obzaat_k9dmpvfrbq8y1_vr57bjojniw3r7_n7ewugi43ya0zahrqox9e-gduudk...
Ac fr ogdkyl7obzaat_k9dmpvfrbq8y1_vr57bjojniw3r7_n7ewugi43ya0zahrqox9e-gduudk...10DEKY
 
Ralativitas Khusus
Ralativitas KhususRalativitas Khusus
Ralativitas Khususnurwani
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptxruth568265
 
Soal relativitas
Soal relativitasSoal relativitas
Soal relativitasSuko Wibowo
 
11. relativitas newton (kel 1)
11. relativitas newton (kel 1)11. relativitas newton (kel 1)
11. relativitas newton (kel 1)Yunus Muzakki
 
Momentum Sudut dan Benda Tegar
Momentum Sudut dan Benda TegarMomentum Sudut dan Benda Tegar
Momentum Sudut dan Benda TegarRapiika
 
Teori relativitas-khusus
Teori relativitas-khususTeori relativitas-khusus
Teori relativitas-khususauliarika
 
Relativitas yang belum direfisi
Relativitas yang belum direfisi Relativitas yang belum direfisi
Relativitas yang belum direfisi eli priyatna laidan
 
Materi 01 teori relativitas khusus (i)
Materi 01   teori relativitas khusus (i)Materi 01   teori relativitas khusus (i)
Materi 01 teori relativitas khusus (i)FauzulAreUzura
 
POSTULAT EINSTEIN KELAS 12 IPA
POSTULAT EINSTEIN KELAS 12 IPAPOSTULAT EINSTEIN KELAS 12 IPA
POSTULAT EINSTEIN KELAS 12 IPAsanrumi221098
 

Similaire à RELATIVITAS MODUL 1 (20)

Ac fr ogdkyl7obzaat_k9dmpvfrbq8y1_vr57bjojniw3r7_n7ewugi43ya0zahrqox9e-gduudk...
Ac fr ogdkyl7obzaat_k9dmpvfrbq8y1_vr57bjojniw3r7_n7ewugi43ya0zahrqox9e-gduudk...Ac fr ogdkyl7obzaat_k9dmpvfrbq8y1_vr57bjojniw3r7_n7ewugi43ya0zahrqox9e-gduudk...
Ac fr ogdkyl7obzaat_k9dmpvfrbq8y1_vr57bjojniw3r7_n7ewugi43ya0zahrqox9e-gduudk...
 
Ralativitas Khusus
Ralativitas KhususRalativitas Khusus
Ralativitas Khusus
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
fisika modern
fisika modernfisika modern
fisika modern
 
Soal relativitas
Soal relativitasSoal relativitas
Soal relativitas
 
Lkm 1
Lkm 1Lkm 1
Lkm 1
 
Relativitas
RelativitasRelativitas
Relativitas
 
RELATIVITAS EINSTEIN.pptx
RELATIVITAS EINSTEIN.pptxRELATIVITAS EINSTEIN.pptx
RELATIVITAS EINSTEIN.pptx
 
ppt fisika bab 6
ppt fisika bab 6ppt fisika bab 6
ppt fisika bab 6
 
11. relativitas newton (kel 1)
11. relativitas newton (kel 1)11. relativitas newton (kel 1)
11. relativitas newton (kel 1)
 
RELATIVITAS.ppt
RELATIVITAS.pptRELATIVITAS.ppt
RELATIVITAS.ppt
 
Transformasi lorenz
Transformasi lorenzTransformasi lorenz
Transformasi lorenz
 
Momentum Sudut dan Benda Tegar
Momentum Sudut dan Benda TegarMomentum Sudut dan Benda Tegar
Momentum Sudut dan Benda Tegar
 
Teori relativitas-khusus
Teori relativitas-khususTeori relativitas-khusus
Teori relativitas-khusus
 
1. Pengenalan Astronomi
1. Pengenalan Astronomi1. Pengenalan Astronomi
1. Pengenalan Astronomi
 
Relativitas yang belum direfisi
Relativitas yang belum direfisi Relativitas yang belum direfisi
Relativitas yang belum direfisi
 
Materi 01 teori relativitas khusus (i)
Materi 01   teori relativitas khusus (i)Materi 01   teori relativitas khusus (i)
Materi 01 teori relativitas khusus (i)
 
Fostulap einstein
Fostulap einsteinFostulap einstein
Fostulap einstein
 
POSTULAT EINSTEIN KELAS 12 IPA
POSTULAT EINSTEIN KELAS 12 IPAPOSTULAT EINSTEIN KELAS 12 IPA
POSTULAT EINSTEIN KELAS 12 IPA
 
Keppler
KepplerKeppler
Keppler
 

Plus de SMA Negeri 9 KERINCI (20)

Latihan osp fisika soal 93
Latihan osp fisika soal 93Latihan osp fisika soal 93
Latihan osp fisika soal 93
 
Latihan osp fisika soal 94
Latihan osp fisika soal 94Latihan osp fisika soal 94
Latihan osp fisika soal 94
 
Latihan osp fisika soal 95
Latihan osp fisika soal 95Latihan osp fisika soal 95
Latihan osp fisika soal 95
 
Latihan osp fisika soal 96
Latihan osp fisika soal 96Latihan osp fisika soal 96
Latihan osp fisika soal 96
 
Latihan osp fisika soal 97
Latihan osp fisika soal 97Latihan osp fisika soal 97
Latihan osp fisika soal 97
 
Latihan osp fisika soal 98
Latihan osp fisika soal 98Latihan osp fisika soal 98
Latihan osp fisika soal 98
 
Latihan osp fisika soal 99
Latihan osp fisika soal 99Latihan osp fisika soal 99
Latihan osp fisika soal 99
 
Latihan osp fisika soal 100
Latihan osp fisika soal 100Latihan osp fisika soal 100
Latihan osp fisika soal 100
 
2014 osnk fisika (tkunci)
2014 osnk fisika (tkunci)2014 osnk fisika (tkunci)
2014 osnk fisika (tkunci)
 
2014 osnk fisika (soal)
2014 osnk fisika (soal)2014 osnk fisika (soal)
2014 osnk fisika (soal)
 
2013 osnk fisika (tkunci)
2013 osnk fisika (tkunci)2013 osnk fisika (tkunci)
2013 osnk fisika (tkunci)
 
2013 osnk fisika (soal)
2013 osnk fisika (soal)2013 osnk fisika (soal)
2013 osnk fisika (soal)
 
2012 osnk fisika (tkunci)
2012 osnk fisika (tkunci)2012 osnk fisika (tkunci)
2012 osnk fisika (tkunci)
 
2012 osnk fisika (soal)
2012 osnk fisika (soal)2012 osnk fisika (soal)
2012 osnk fisika (soal)
 
2011 osnk fisika (tkunci)
2011 osnk fisika (tkunci)2011 osnk fisika (tkunci)
2011 osnk fisika (tkunci)
 
2011 osnk fisika (soal)
2011 osnk fisika (soal)2011 osnk fisika (soal)
2011 osnk fisika (soal)
 
2010 osnk fisika (soal)
2010 osnk fisika (soal)2010 osnk fisika (soal)
2010 osnk fisika (soal)
 
2009 osnk fisika (tkunci)
2009 osnk fisika (tkunci)2009 osnk fisika (tkunci)
2009 osnk fisika (tkunci)
 
2009 osnk fisika (soal)
2009 osnk fisika (soal)2009 osnk fisika (soal)
2009 osnk fisika (soal)
 
2010 osnk fisika (tkunci)
2010 osnk fisika (tkunci)2010 osnk fisika (tkunci)
2010 osnk fisika (tkunci)
 

Dernier

Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 

Dernier (20)

Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 

RELATIVITAS MODUL 1

  • 1. RELATIVITAS KHUSUS MODUL 1 PENDAHULUAN Dalam modul ini anda akan mempelajari tentang postulat relativitas khusus, pemuaian waktu, efek dopler, pengerutan panjang, paradoks kembar, transformasi lorent, penjumlahan kecepatan, relativatas massa, masa dan energi, partikel tak bermasa dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan memiliki kemampuan untuk dapat: 1. Menjelaskan hukum-hukum yang berlaku dalam relativitas khusus 2. Menjelaskan pemuaian waktu. 3. Menjelaskan terjadinya efek Dopler 4. Menjelaskan pengerutan panjang 5. Menjelaskan paradoks kembar 6. Menjelaskan transformasi Lorent. 7. menjelaskan penjumlahan kecepatan 8. menjelaskan relativitas massa. 9. Menjelaskan massa dan energi 10. Menjelaskan partikel tak bermassa Kemampuan tersebut sangat penting bagi mahasiswa atau sederajat karena materi ini sangat dasar dalam pembelajaran fisika modern. Sebagai calon Guru dapat mengembangkan materi ini sesuai dengan kebutuhan atau kemampuan. Agar anda lebih berhasil mempelajari modul ini ikuti petunjuk belajar berikut ini: 1. Baca dan pahami konsep dasar materi ini, lalu kaitkan dengan kehidupan nyata. 2. Tulis peta konsep tentang materi tersebut, lalu coba jelaskan dengan kata- kata sendiri. 3. Kerjakan soal-soal latihan dengan tuntas. 4. Jika ada soal yang belum bisa dikerjakan, coba perhatikan rumus dasar tentang materi tersebut. 5. Mantapkan pemahaman anda, dengan cara berdiskusi dengan teman sejawat.
  • 2. Kegiatan Belajar 1 KINEMATIKA RELATIVITAS 1.1. Postulat Relativitas Khusus Sepeda motor Rosi bergerak dengan kecepatan 250 km/jam. Kaki anak itu selalu bergerak. Apa sebenarnya gerak itu ? Kapan suatu benda dikatakan bergerak ? Sesuatu benda dikatakan bergerak, jika kedudukan benda itu berubah relatif terhadap waktu. Penumpang bergerak relatif terhadap kapal udara, kapal bergerak relatif terhadap bumi, bumi bergerak relatif terhadap matahari dan sebagainya. Untuk menyatakan suatu benda bergerak selalu menyangkut kerangka khusus sebagai acuan. Jika kita berada di dalam laboratorium tertutup, kitaa tidak dapat menentukan apakah laboratorium bergerak dengan kecepatan tetap atau diam, karena tanpa kerangka eksternal konsep gerak tidak mempunyai arti. Kita tak dapat mendapatkan kerangka universal yang meliputi seluruh ruang, hal ini berarti tidak ada gerak absolut. Berdasarkan hasil analisis konsekuensi fisis yang tersirat ketiadaan kerangka acuan universal, maka muncullah teori relativitas yang dikembangkan oleh Albert Einstein tahun 1905 yang pada dasarnya mempersoalkan” kerangka acuan universal ”yang merupakan kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap terhadap kerangka acuan lainnya. Teori relativitas khusus bersandar pada 2 postulat yaitu:  Prinsip relativitas sama dalam semua kerangka acuan yang bergerak menyatakan baahwa ”hukum fisika ” dapat dinyatakan dalam persamaan yang berbentuk sama dalam semua kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap satu terhadap lainnya.  Kelajuan cahaya dalam ruang hampa sama besar untuk semua pengamat, tidak bergantung dari keadaan gerak pengamat itu. 1.2. Pemuaian Waktu Pemuaian waktu adalah selang waktu diamati oleh pengamat diam dan berbeda dengan pengamat yang bergerak. Perbedaan pengamatan waktu ini
  • 3. disebut pemuaian waktu. Contoh dua pengamat mengamati selang waktu dari dua kejadian kedipan cahaya. Secara matematika proses pemuaian waktu dirumuskan 2 2 1 c v to t   atau 2 2 1 c v to t    (1.1) Karena kuantitas 2 2 1 c v  selalu lebih kecil dari 1 untuk benda yang bergerak t selalu lebih besar dari to. Lonceng yang bergerak dalam roket kelihatannya berdetik lebih lambat dari lonceng yang diam di bumi untuk pengamat yang ada di bumi Keterangan: t selang waktu pada lonceng dalam keadaan gerak relatif terhadap pengamat to selang waktu pada lonceng yang diam relatif terhadap pengamat v kelajuan gerak relative c kelajuan cahaya (3 x 108 m/s) Analisis yang sama untuk pengukuran lonceng di bumi oleh pengamat dalam roket. Untuk pengamat itu pulsa cahaya di bumi menempuh lintasan zigzag yang memerlukan waktu total t untuk pulang pergi, sedangkan lonceng yang diam dalam roket berdetik dalam selang waktu to. Ia juga memperoleh waktu sebesar : 2 2 1 c v to t   Sehingga efeknya timbale balik. Setiap pengamat mendapatkan bahwa lonceng yang bergerak relatif terhadapnya bertdetik lebih lambat terhadap lonceng yang diam. 1.3. Paradoks Kembar Paradoks ini berkaitan dengan dua lonceng yang identik, yang satu tinggal di bumi, sedangkan yang lainnya dibawa ikut dalam perjalanan ke ruang angkasa dengan kelajuan v, kemudian kembali ke bumi. Biasanya lonceng diganti dengan sepasang anak kembar yaitu A dan B. Setelah mereka berumur 20 tahun, si kembar A pergi mengembara ke ruang angkasa dengan kelajuan v = 0,8c ke suatu bintang yang berjarak 20 tahun cahaya, kemudian ia kembali ke bumi atau setara dengan 9,46.1015 m. Menurut si B, A telah kembali setelah pergi selama 50 tahun
  • 4. ( t0=2L/V = 40c/0,8c = 50 tahun). Sedangkan menurut si A dia pergi selama 30 tahun. Jadi kini si A berumur 50 tahun dan si B berumur 70 tahun. Aneh kan? Dimana letak paradoksnya? Jika kita periksa situasinya dari pandangan si A yang berada dalam roket, sedangkan B berada dalam keadaan gerak dengan kealajuan 0,8c. Jadi menurut si A dia telah berumur 70 tahun dan B berumur 50 tahun. Pemecahan paradoks ini bergantung dari asimetri kehidupa orang kembar itu. Kembar B selalu ada dalam kerangka acuan inersial seluruh waktunya, sehingga B boleh memakai rumus pemuaian waktu untuk seluruh perjalanan A. Kembar A sebaliknya, harus berubah dari satu kerangka inersial ke kerangka inersial lain ketika A membalik arah roketnya, sehingga pemakaian rumus pemuaian waktu berlaku saat a jenjauhi. Jadi kesimpulannya, B yang benar, yaitu A akan lebih muda ketika ia kembali. Contoh penerapan pemuaian waktu: 1. Sebuah roket melaju dengan kecepatan v, loncengnya berbunyi 1 detik terlambat dalam 1 jam relatif terhadap lonceng di bumi. Berapa kecepatan roket tersebut?. Jawab : lonceng di pesawat diam menurut pengamat di pesawat, jadi to = 360 detik, sedangkan lonceng di pesawat menurut pengamat di bumi bergerak, sehingga t = 3601 detik. Dengan menerapkan rumus pemuaian waktu : 2 2 1 c v to t   t t c v o  2 2 1 2 2 2 2 1 t t c v o  v 2 2 1 t t c o  = 2 2 8 3601 3600 110.3  = 7,1.106 m/s 2. Sebuah meson   terjadi karena tumbukan energi tinggi sebuah partikel sinar kosmik di dalam atmosfir bumi 200 km di atas permukaan laut. Ia turun secara vertikal dengan kecepatan 0,99c dan berintegrasi 2,5.10-8 detik, setelah
  • 5. tercipta di dalam kerangka sebenarnya. Pada ketinggian berapa di atas permukaan laut ia diamati dari bumi akan berintegrasi? Jawab : 2,5.10-8 adalah waktu menurut meson sendiri, jadi to = 2,5.10-8 dt 2 2 1 c v to t   2 2 8 99,0 1 10.5,2 c c t    = 1,8.10-7 detik Jarak turun dari tempat terciptanya meson adalah S = c.t = 0,054 km Jadi tinggi tempat terjadinya integrasi dari permukaan laut adalah 200 – 0,054 = 199,946 km. 1.3. Efek Doppler Di SLTA kita telah mempelajari Efek dopler tentang bunyi, dimana pertabahan tinggi nada terjadi, jika sumber bunyi mendekati kita, dan menurun jika sumber bunyi menjauhi kita atau kita menjauhi sumber bunyi, hal ini dirumuskan dalam persamaan cV cv fof /1 /1(    (1.2) f = frekuensi pengamat, of = frekuensi sumber C = kelajuan bunyi, V = kelajuan sumber, v = kelajuan pengamat v + (positif), jika ia bergerak ke arah sumber dan sebaliknya. V + (positif), jika ia ke arah pengamat dan sebaliknya. Kita dapat mengalisa efek Doppler cahaya dengan memandang sumber cahaya sebagai lonceng berdetik 0f kali per sekon dan memancarkan cahaya pada setiap tik. Ada beberapa persamaan efek doppler untuk cahaya yaitu: t f 1  , dengan 2 2 1/ c v tt o  dalam kerangka acuan pengamat. Jadi frekuensi yang teramati adalah :
  • 6. 2 2 1 1 c v t t f o   = 2 2 1 c v fo  (1.3) 2. Pengamat menjauhi sumber cahaya. Pengamat menempuh jarak vt menjauhi sumber antara dua tik. Hal ini berarti cahaya dari suatu tik tertentu mengambil waktu vt/c lebih panjang untuk sampai kepadanya dibandingkan sebelumnya. Jadi total waktu antara kedatangan gelombang yang berurutan adalah T = t + 22 1 1 cv cv t c vt o    = cvcv cvcv to   11 11 T = cv cv to   1 1 , sehingga frekuensi yang teramati cv cv tT f o    1 111 cv cv fof /1 /1    (1.4) 3. Pengamat mendekati sumber cahaya Dengan cara yang sama pada langkah 2 adalah T = t - 22 1 1 cv cv t c vt o    = cvcv cvcv to   11 11 T = cv cv to   1 1 , sehingga f rekuensi yang teramati cv cv tT f o    1 111 cv cv fof /1 /1    (1.5) Contoh soal 1. Sebuah pesawat angkasa yang menjauhi bumi pada kelajuan 0,97c memancarkan data dengan laju 104 pulsa/s. Pada laju berapa data itu diterima? Jawab : Pesawat menjauhi bumi/pengamat, berarti
  • 7. cv cv fof /1 /1    = cc cc /97,01 /97,01 104   = 1,23.103 pulsa/s 1.4. Pengerutan Panjang Pengerutan relativistic dari jarak merupakan contoh umum dari pengerutan panjang Lorentz-FitzGerald dalam arah gerak: 22 /1 cvLoL  (1.6) balik.terhadap orang dalam roket, benda di Bumi terlihat lebih pendek dibandingkan dengan yang diamatinya jika ia berada di Bumi dengan factor 22 /1 cv sama dengan faktor memendeknya roket itu terhadap orang di Bumi. Panjang proper Lodalam kerangka diam merupakan panjang maksimum yang dapat teramati. Hanya panjang dalam arah gerak yang berlaku dalam pengerutan. Jadi bagi pengamat dalam roket pesawat tadi lebih pendek dibandingkan bila ia melihatnya dari Bumi, namun tidak terlalu dekat. Contoh : Seorang pengamat berdiri pada peron stasiun ketika sebuah kereta api modern bercepatan tinggi melewati stasiun dengan laju 0,6c. Pengamat itu mengukur ujung-ujung peron terebut yang panjangnya 45 m tepat segaris dengan ujung- ujung peron tersebut. 1. Berapa lama pengamat di peron melihat kereta itu melewati suatu titik tertentu pada peron? 2. Berapa panjang sebenarnya kereta tersebut? 3. Berapa panjang peron menurut pengamat dalam kereta? 4. Berapa lama diperlukan sutu titik pada peron untuk melewati panjang kereta secara penuh, menurut pengamat dalam kereta? 5. Bagi pengamat dalam kereta, ujung-ujung kereta tidak akan secara simultan segearis dengan ujung-ujung peron. Carilah selang waktu antara ujung depan kereta segaris dengan salah satu ujung peron dan ujung belakang kereta segaris dengan ujung peron yang lain. Jawa : 1. Untuk melewati suatu titik tertentu, kereta api harus menempuh jarak sepanjang kereta itu meneurut pengat pada peron, s cV L t 7 10.5,2 6,0 45   2. Pengamat di peron mengukur kereta yang sedang bergerak, maka panjang kereta yang sebenarnya adalah 22 /1 cvLoL  = 22 /6,0145 ccLo  , maka oL = 56,25 m
  • 8. 3. Pengamat dalam kereta mengamati peron mempunyai panjang terkontraksi L Panjang sebenarnya adalah oL = 45 m, maka 22 /1 cvLoL  = 45.0,8 = 36m 4. Karena panjang kereta adalah 56,25 m, maka s cV L t o 7' 10.125,3 6,0 25,56   5. Selang waktu antara ujung depan kereta segaris dengan salah satu ujung peron dan ujung belakang kereta segaris dengan ujung peron lainnya, maka jarak tersebut adalah panjang kereta sebenarnya – panjang peron = 20,25, jadi selang waktunya adalah : s cV L t o 7' 10.125,11 6,0 25,20   1.5. Transformasi Lorentz Bayangkan bahwa kita berada pada kerangka acuan S, dalam waktu t kita berada dalam sistem koordinat (x,y,z). Pengamat yang berada pada kerangka acuan lain S’ bergerak terhadap S dengan kelajuan tetap v dalam waktu t’ berada dalam sistem koordinat (x’ , y’ , z’ ). Kecepatan v searah dengan sumbu x. S S’ y y’ v x x’ z z’ Jika waktu kedua system diukur dari saat ketika titik asal S dan S’ berimpit, pengukuran dalam arah x yang dilakukan S akan melebihi yang di S’ dengan vt, yang menyatakan jarak yang ditempuh S’ dalam arah x, jadi vtxx ' yy ' zz ' dan Transformasi Galilei (1.7) tt ' Dengan melakukan diferensial x’ , y’ , dan z’ terhadap waktu, maka vv dt dx v xx  ' ' ' (1.8)
  • 9. yy v dt dy v  ' ' ' (1.9) zz v dt dz v  ' ' ' (1.10) Transformasi kecepatan di atas melanggar postulat relativitas khusus. Coba anda cari letak pelanggarannya! dan x’ adalah )(' vtxkx  , dengan k faktor pembanding (1.11) yang tidak bergantung pada x dan t Karena persamaan fisika harus berbebtuk sama dalam kedua kerangka S dan S’ , kita hanya memerlukan beda tanda v, sehingga persamaan di atas menjadi )( ' vtxkx  (1.12) Walaupun demikian koordinat t dan t’ tidak sama. Kita dapat melihat hal ini dengan mensubsitusikan x’ yang didapat dari persamaan )(' vtxkx  dan )( ' vtxkx  sehingga diperoleh ))( '2 kvtvtxkx  , dari persamaan ini kita dapatkan x kv k ktt ) 1 ( 2 '   (1.13) Postulat kedua dari relativitas memungkinkan kita untuk mencari k. Pada saat t = 0 titik kerangka kedua S dan S’ berada pada tempat yang sama, menurut persyaratan awal, maka t’ = 0 juga dan pengamat pada masing-masing koordinat meneruskan pengukuran kelajuan cahaya yang memancar dari titik itu. Kedua pengamat harus mendapatkan kelajuan yang sama yaitu c, yang berarti bahwa dalam kerangka acuan S ctx  sedangkan kerangka S’ diperoleh '' ctx  (1.14) Dengan mensubsitusikan x’ dan t’ dalam persamaan '' ctx  dengan pertolongan persamaan )(' vtxkx  dan x kv k ktt ) 1 ( 2 '   , maka diperoleh cx kv k cktvtxk         2 1 )( , dan dengan mencari x,                     c kv k k k c v k ct c kv k k vktckt x ) 1 () 1 ( 22
  • 10. =               v c k c v ct )1 1 (1 1 2 Dengan demikian persamaan ctx  , kuatitas dalam kurung sama dengan 1, maka persamaan tersebut menjadi:               v c k c v )1 1 (1 1 2 = 1, dan 22 1 1 cv k   , dari persamaan ini kita akan memperoleh transformasi Lorentz yaitu 22 ' 1 cv vtx x    (1.15) yy ' zz ' 22 2 ' 1 cv c vx t t    (1.16) 1.6. Penjumlahan kecepatan Masih ingat dengan postulat relativitas khusus tentang kelajuan cahaya dalam ruang hampa? Kelajuan cahaya dalam ruang hampa sama untuk semua pengamat tak bergantung dari gerak relatifnya, yaitu c (3.108 m/s). Tetapi menurut teori Newtonian (mekanika klasik) mengatakan bahwa v = v1 + v2. Menurut akal sehat, hal tersebut ada benarnya. Misal seorang anak naik kereta api dengan kelajuan 40 m/s, di dalam kereta anak tersebut menyala lampu center (kecepatan cahaya c = 3.108 m/s), maka kecepatan cahaya tersebut adalah c + 40, hal ini bertentangan dengan postulat di atas. Lantas dimana keberlakuan teori mekanika klasik dan teori Einstin? Dan apa perbedaan dari ke dua teori tersebut? Untuk mari kita tinjau sesuatu yang bergerak relatif terhadap ke duanya S dan S’ . Pengamat di S mengukur ketiga komponen kecepatan dt dx Vx  , dt dy Vy  , dt dz Vz  (1.17) Sedangkan pengamat di S’ mendapatkan ' ' ' dt dx Vx  , ' ' ' dt dy Vy  , ' ' ' dt dz Vz  (1.18) Dengan mendefrensial persamaan transformasi lorentz balik untuk x, y, z dan t, maka diperoleh
  • 11. 22 /1 '' cv vdtdx dx    22 2 /1 /'' cv cvdxdt dt    , sehingga dt dx Vx  = 2 ' ' '' c vdx dt vdtdx   = '2 ' ' ' 1 dtc vdx v dt dx   2 ' ' 1 c V VV V x x x    (1.19) 2 ' ' 1 c VV VV V y y y    , (1.20) 2 ' ' 1 c VV VV V z z z    (1.21) Atau 2 21 21 1 c VV VV V    (1.19) Dengan V = kecepatan benda 2 relatif terhadap pengamat yang diam 1V = Kecepatan benda 1 relatif terhadap benda 2 2V = kecepatan benda 2 relatif terhadap benda 1 Contoh soal : Pesawat angkasa amerika berkelajuan 0,9c terhadap bumi. Jika pesawat angkasa Rusia melewati pesawat angkasa Amerika dengan kelajuan relatif 0,5c. Berapakah kelajuan pesawat Rusia terhadap bumi? a). Menurut mekanika klasik, b). Menurut Einstein Jawab: a). Menurut mekanika klasik V = 0,9c + 0,5c = 1,4c tak mungkin b). Menurut Einstein 2 21 21 1 c VV VV V    = 2 9,0.5,0 1 9,05,0 c cc cc   = 0,965c Jadi pesawat rusia harus berkecepatan 0,965c terhadap buni, agar ia mempunyai kecepatan 0,5c relatif terhadap pesawat amerika.
  • 12. Uji Kompetensi 1 1. Suatu partikel berumur 10-7 s ketika diukur dalam keadaan diam. Berpa jauh partikel itu bergerak sebelum meluruh, jika kelajuannyya 0,99c ketika partikel tersebut tercipta. 2. Seorang astronot meroket dengan kecepatan 0,8c waktu itu astronot melihat jamnya sendiri seudah 1 jam. Berapa jam menurut pengamat di bumi? 3. meson mempunyai umur rata-rata 2.10-6 s, bila diukur oleh pengamat diam. Berapa umur rata-rata meson itu bila di ukur oleh pengamat yang melihat meson itu bergerak dengan kecepatan 0,8c? 4. Dua anak kembar A dan B, A pergi berkelana dengan pesawat ruang angkasa ke suatu planet. Jika pesawat dapat bergerak dengan kecepatan 0,98c, berapa usia A, jika usia B di bumi 80 tahun. 5. sebuah pesawat terbang bergerak dengan kecepatan 600m/s. Setelah berapa hari menurut jam di bumi berbeda 10-6 s? (di bumi dan di pesawat perbedaan selang waktu 10-6 s) atau t – to = 10-6 s. 6. Seorang mahasiswa fisika diuji oleh seorang dosen, sementara mahasiswa mengerjakan soal, dosen bergerak ke angkasa dengan kecepatan 0,6c relatif terhadap mahasiswa. Dosen memberi kedipan cahaya kepada mahasiswa bahwa ujian sudah 1 jam. Berapa lamakah mahasiswa mengerjakan soal ujian tersebut menurut mahasiswa sendiri? 7. Suatu zarah muon yang terbentuk pada lapis teratas atmosfir bergerak secara vertikal menuju permukan bumi dengan kecepatan v = 0,99c. Massa tak gerak muon adalah 54 Mev/c2 . Usia muon tersebut 2,22 mikrosekon dalam kerangka koordinat acuannya sendiri. Hitunglah: a. Usia zarah itu dalam kerangka acuan seorang pengamat di permukaan bumi. b. Tebal atmosfir yang melewati muon, menurut kerangka acuan muon. c. Jarak tempuh zarah yang terukur oleh pengamat termaksud dalam butir a. d. Energi total muon yang terukur oleh pengamat termaksud dalam butir a. 8. Sebuah tongkat panjangnya 2 m membentuk sudut 60o terhadap sumbu x. Berapa panjang batang tersebut jika ia bergerak sejajar sumbu x dengan kecepatan 0,6c. Hitung pula sudut yang dibentuk dengan sumbu y. 9. sebuah batang tegang homogen panjangnya 1,6 m menurut pengamat bergerak. Batang itu membentuk sudut 60o terhadap sumbu x. Berapa panjang batang itu menurut pengamat yang diam, jika batang tersebut bergerak kecepatan 0,8c? 10. Dua pesawat angkasa A dan B berjalan beriringan. Kecepatan A = 0,8c terhadap B, dan kecepatan B = 0,6c terhadap pengamat yang berada di bulan. Berapa kecepatan A menurut pengamat di bulan ?