Luka bakar merupakan trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang membutuhkan penatalaksanaan sejak awal hingga akhir. Luka bakar dibagi berdasarkan derajat dan luasnya, yang memengaruhi tatalaksana dan prognosis. Penatalaksanaan meliputi resusitasi jalan nafas, cairan, serta pencegahan dan penanganan komplikasi.
3. IDENTITAS
• Nama : Ny. NA
• Usia : 32 tahun
• Alamat : Desa Dangger Kec.
Gembong, Tangerang
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Usaha warung
• Pendidikan : -
• Status : Menikah
• Masuk RSCM : Kamis, 28 Agustus 2009
pukul 00.31
4. ANAMNESIS
Keluhan utama
• Kulit wajah, kedua lengan, dan kaki kiri
melepuh karena terkena api sejak delapan jam
sebelum masuk rumah sakit.
5. Riwayat penyakit sekarang
• 8 jam SMRS, pasien sedang melayani pembeli di
warungnya. Tiba-tiba kompor minyak tanah dari
dalam warung meledak dan menyambar bensin
yang juga dijual di warung tersebut. Pada saat api
mulai menyambar warung, pasien berusaha
keluar warung sambil berlari. Namun pasien
tetap tersambar api walaupun sangat sebentar.
Terkurung dalam ruangan (-), menghirup asap (-),
sesak nafas (-), terbentur di kepala (-), pingsan (-),
pusing (-), mual (-), muntah (-)
6. • Pasien kemudian dibawa ke RS Balaraja dan
diberi perawatan luka dengan menggunakan
salep, kemudian dirujuk ke RS Tangerang dan
diberikan perawatan luka (diberi MEBO &
kassa kering) dan obat suntik (Antibiotik,
ATS/TT). Pasien kemudian dirujuk ke RSCM
atas permintaan keluarga.
7. Riwayat penyakit dahulu
• Alergi obat, hipertensi, DM, dan asma
disangkal.
Riwayat penyakit keluarga
• Alergi obat, hipertensi, DM, dan asma
disangkal.
8. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran compos mentis, BB 55 kg
• Primary survey
A : Bebas, bulu hidung tidak terbakar
B : Spontan, frekuensi nafas 20x/menit, reguler,
kedalaman cukup
C : Akral hangat, CRT < 2”, tekanan darah
100/80 mmHg, frekuensi nadi 112x/menit,
suhu afebris
D : GCS 15, E4M6V5
9. • Secondary survey
Kepala&wajah : deformitas (-), tampak bula pada sisi
kiri wajah, bibir edema (+)
Mata : kelopak atas mata kiri edema (+) dan
tidak dapat dibuka, konjungtiva tidak
pucat, sklera tidak ikterik
Leher : pembesaran KGB (-)
THT : sekret (-)
Dada : simetris dalam diam dan pergerakan
Jantung : BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : datar, lemas, NT (-), tdk teraba massa,
BU (+) normal, H/L ttb
Ekstremitas : lihat status lokalis
10. Status lokalis
• Kepala dan leher : 4 %
• Trunkus anterior : 0 %
• Trunkus posterior: 0 %
• Ext. atas kanan : 2 %
• Ext. atas kiri : 3 %
• Ext. bawah kanan: 0 %
• Ext. bawah kiri : 2 %
• Genitalia : 0 % +
• Total : 11 %
16. TATALAKSANA
• Pro rawat ULB
• IVFD : Hes 6% 12 tts/menit
Nacl 3% 500 ml/24 jam
• Vitamin C 2x1 gr
• Scott emulsion 3x1 C
• Peptamen 6x100 mL
• Oralit 2x200 mL
• Rawat luka dengan madu
• Pethidin 1 mg/kg/drip
18. DEFINISI
• Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan
atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air
panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
• Luka bakar merupakan suatu jenis trauma
dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak
awal (fase syok) sampai fase lanjut.
19. ETIOLOGI
• Paparan api
– Flame
– Benda panas
(kontak)
• Scalds (air panas)
• Uap panas
• Gas panas
• Aliran listrik
• Zat kimia
• Radiasi
• Sunburn
20. KLASIFIKASI LUKA BAKAR
• Derajat I
– Kerusakan terbatas pada
bagian epidermis
– Kulit kering, eritema
– Nyeri
– Tidak ada bula
21. • Derajat II
– Meliputi epidermis dan
sebagian dermis
– Terdapat proses
eksudasi
– Ada bula
– Dasar luka berwarna
merah/pucat
– Nyeri
22. • Derajat III
– Kerusakan meliputi
seluruh dermis dan
lapisan yg lebih dalam
– Tidak ada bula
– Kulit berwarna abu-abu
dan pucat
– Kering
– Terdapat eskar
– Tidak nyeri
23. LUAS LUKA BAKAR
Beberapa metode untuk menentukan luas
luka bakar:
• Estimasi menggunakan luas permukaan
palmar pasien. Luas telapak tangan = 1% luas
permukaan tubuh.
24. • Rumus 9 atau rule of nine
untuk orang dewasa
– Luas kepala dan leher,
dada, punggung, pinggang
dan bokong, ekstremitas
atas kanan, ekstremitas
atas kiri, paha kanan, paha
kiri, tungkai dan kaki
kanan, serta tungkai dan
kaki kiri masing-masing 9%.
– Daerah genitalia = 1%.
25. • Pada anak dan bayi
digunakan rumus lain
karena luas relatif
permukaan kepala anak
jauh lebih besar dan
luas relatif permukaan
kaki lebih kecil.
– Rumus 10 untuk bayi
– Rumus 10-15-20 untuk
anak.
26. PEMBAGIAN LUKA BAKAR
• Luka bakar berat (major burn)
– Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10
tahun atau di atas usia 50 tahun
– Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain
disebutkan pada butir pertama
– Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan
perineum
– Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi)
tanpa memperhitungkan luas luka bakar
– Luka bakar listrik tegangan tinggi
– Disertai trauma lainnya
– Pasien-pasien dengan resiko tinggi
27. • Luka bakar sedang (moderate burn)
– Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa,
dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
– Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10
tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar
derajat III kurang dari 10 %
– Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak
maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum
• Luka bakar ringan
– Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
– Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia
lanjut
– Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum
28. PATOFISIOLOGI
• PD yg terpajan suhu tinggi rusak&
permeabilitas↑ sel darah rusak anemia
• Permeabilitas↑ edema bula yang
mengandung banyak elektrolit volume cairan
intravaskuler ↓
• Kerusakan kulit akibat luka bakar cairan ↓
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya
cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar
derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng
luka bakar derajat III.
29. Kontak
dengan
agen kausal
Edema
mukosa
orofaring &
laring s/d
membran
alveoli
Obstruksi
lumen
(lebih sering
dijumpai,
terjadi pada
hari ke-2 s/d 4
pasca cedera)
Terbentuk
fibrin dan atau
partikel
karbon
bereaksi
dengan sekret
membentuk
cast (m ucus
plug )
Disrupsi, silia
mukosa
nekrosis
kemudian
lepas
(slo ug hing
m uco sa)
Inflamasi
mukosa,
hipersekresi
Obstruksi
(jarang
dijumpai,
terjadi 8 jam
pasca
cedera)
+
Gejala
berupa
suara
serak/stridor,
sulit
bernafas,
gelisah
(hipoksik)
30.
31. Clinical Lung Injury
Alveolar Epithelial
Damage
Type II
pneumocyte
damage
Decrease
surfactant
production
Atelectasis and
Impaaired lung
compliance
Endothelial damage
Platelet agrgegation
Release of neutrophil
chemotactic aggregation
Neutrophil aggregation and release of
mediator:
- Oxygen Radicals
- Proteolytic enzymes
- Arachidonic Acid Metabolites
- PAF
Alveolocapilary membrane permeability
Exudation of fluid protein. RBCs into
interstitium
Pulmonary edema and hemorrhage with
severe impairment of alveolar ventilation
Right to left shunt, hyaline membrane
formation, and finally fibrosis
Acute respiratory failure
Complement (C5a)
Activation
Endotoxin
Macrophage
mobilization
Release of cytokines
(TNF, IL-1)
Vasocontriction
Decreased flow to
selected areas
V/Q Mismatching
Scheme ofScheme of
ARDS !!ARDS !!
32. Cedera Panas
Kehilangan Epitel Hipermetabolism
Imunosupresi
Sepsis
Malnutrisi
Kehilangan protein
MODS
Kematian
Transl. Bakteri
Paru Ginjal Usus
Syok
Edema
Insuf.
Paru
ARF Ileus
ARDS ATN
Infeksi Luka
33. FASE LUKA BAKAR
• Fase awal, fase akut, fase syok
– Gangguan pada saluran nafas akibat eskar melingkar di dada atau
trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi seperti
keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia.
• Fase setelah syok berakhir, fase sub akut
– Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan Multi-
system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis.
• Fase lanjut
– Berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi
jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar
seperti parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain
34. Pembagian zona kerusakan jaringan
• Zona koagulasi, zona nekrosis (Daerah yang
lsg mgalami kerusakan)
• Zona statis
– Daerah yang berada disekitar zona koagulasi
– Kerusakan endotel p. darah, trombosit, leukosit
gangguan perfusi (no flow phenomena) -->
perubahan permeabilitas kapiler dan respon
inflamasi lokal
– 12-24 jam pasca cedera
35. • Zona hiperemi
– Daerah diluar zona statis
– Vasodilatasi, reaksi sellular (-)
36. • Zona hiperemi
– Daerah diluar zona statis
– Vasodilatasi, reaksi sellular (-)
Epidermis
Dermis
Jaringan Sub-Kutis
Zona Koagulasi
Zona Statis
Zona Hiperemi
37. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
• Urinalisis
• Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
• Analisis gas darah
• Radiologi – jika ada indikasi ARDS
• Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosis SIRS dan MODS
38. TATALAKSANA RESUSITASI
• Tatalaksana resusitasi jalan nafas:
– Intubasi
– Krikotiroidotomi (terlalu agresif dan menimbulkan
morbiditas lebih besar dibanding intubasi)
– Pemberian oksigen 100%
– Perawatan jalan nafas
– Penghisapan sekret (secara berkala)
– Pemberian terapi inhalasi
– Bilasan bronkoalveolar
– Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
– Eskarotomi pada dinding toraks memperbaiki
kompliansi paru
39. Tatalaksana resusitasi cairan
• Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti.
• Cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
Cara Evans
Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan hari kedua.
40. Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
41. Terapi pembedahan pada luka bakar
• Eksisi dini tindakan pembuangan jaringan
nekrosis dan debris (debridement) yang dilakukan
dalam waktu < 7 hari pasca cedera termis. Untuk
mengatasi kasus luka bakar derajat II dalam dan
derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan
hemostasis dan juga “skin grafting” (dianjurkan
“split thickness skin grafting”).
• Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial dan eksisi
fasial
42. Skin grafting
• Tujuan dari metode ini:
– Menghentikan evaporate heat loss
– Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi
sesuai dengan waktu
– Melindungi jaringan yang terbuka
• Teknik mendapatkan kulit pasien secara
autograft dapat dilakukan secara split
thickness skin graft atau full thickness skin
graft
43. • Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor, kulit
donor tersebut dapat direnggangkan dan dibuat
lubang – lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring
dengan perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 :
6) dengan mesin. mess grafting.
• Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi luka
yang akan dilakukan grafting, usia pasien, keparahan
luka dan telah dilakukannya pengambilan kulit donor
sebelumnya.
• Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan dengan
mesin ‘dermatome’ ataupun dengan manual dengan
pisau Humbly atau Goulian.
44. • Beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan penyatuan kulit donor dengan
jaringan yang mau dilakukan grafting adalah:
– Kulit donor setipis mungkin
– Pastikan kontak antara kulit donor dengan bed
(jaringan yang dilakukan grafting), hal ini dapat
dilakukan dengan cara :
• Cegah gerakan geser, baik dengan pembalut elastik (balut
tekan)
• Drainase yang baik
• Gunakan kasa adsorben
45. PROGNOSIS
• Prognosis dan penanganan luka bakar
tergantung:
– Dalam dan luasnya permukaan luka bakar
– Penanganan sejak awal hingga penyembuhan
– Letak daerah yang terbakar
– Usia dan keadaan kesehatan penderita
– Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien.
Penyulit yang timbul pada luka bakar: gagal ginjal
akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta
parut hipertrofik dan kontraktur.
48. 8 jam SMRS Kulit wajah, kedua lengan,
dan kaki kiri melepuh karena tersambar
api. Pasien tersambar api dalam jangka
waktu yang sangat sebentar.
Terkurung dalam ruangan (-), sesak
nafas (-), pusing (-), mual (-), muntah (-)
↓
Dibawa ke RS Balaraja dan diberi
perawatan luka dengan menggunakan
salep
↓
Dirujuk ke RS Tangerang dan diberikan
perawatan luka (MEBO & kassa kering)
dan obat suntik (antibiotik, ATS/TT)
↓
Dirujuk ke RSCM atas permintaan
keluarga.
Kesadaran CM, BB 55 kg
Primary survey
A: Bebas, bulu hidung tidak
terbakar
B: Spontan, frekuensi nafas
20x/menit, reguler, kedalaman
cukup
C: Akral hangat, CRT < 2”, TD
100/80 mmHg, FN 112x/menit,
suhu afebris
D: GCS 15, E4M6V5
Secondary survey: dbN
Status lokalis: edema di mata kiri
dan bibir, terdapat bula berdiameter
±5 cm di ext. atas kiri dan kanan,
luka bakar di kepala dan leher: 4 %,
ext. atas kanan 2%, ext. atas kiri 3 %,
dan ext. bawah kiri 2 % total 11%
Luka bakar grade II 11% ec. api
49. • Dari pemeriksaan lab
– Leukosit ↑, disebabkan oleh reaksi inflamasi pada
fase akut luka bakar.
• Pada pemeriksaan urin
– Eritrosit ↑, laktat ↑ pantau!!
dapat menyebabkan kerusakan tubulus ginjal yang
permanen.
50. • Resusitasi cairan cara Baxter
4 x BB x % luka bakar = 4 x 55kg x 11%
= 2.420 mL / 24 jam
Hari pertama:
8 jam pertama 1.210 mL.
16 jam kemudian 1.210 mL.
Hari ke-2: ½ cairan hari pertama = 1.210 mL/24 jam.
Hari ke-3 ½ cairan hari kedua = 605 mL/24 jam.
Jumlah cairan dapat dikurangi bahkan dihentikan bila
diuresis pasien memuaskan dan pasien dapat minum
tanpa kesulitan
51. Perawatan luka bakar
• Luka bakar dibersihkan dengan air hangat yang
mengalir.
• Untuk menutup luka: kasa lembab steril dgn cairan RL
atau salep
Balutan dinilai dalam waktu 24-48 jam.
• Dapat dilakukan insisi pada bula yg luas utk
mengeluarkan transudat tanpa membuang epidermis
yang terlepas.
Epidermis yang terlepas ini dijadikan penutup luka. Lalu diletakkan
tulle di atas graft bungkus dengan kasa lembab selama 2-3 hari,
beri salep antibiotik sampai tjd epitelisasi.
• Pada bula-bula yang kecil cukup dilakukan aspirasi
menggunakan semprit
52. Prognosis
• Prognosis ad vitam :bonam
• Prognosis ad functionam : bonam
• Prognosis ad sanactionam: bonam