SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  28
Ushul Fiqh : Kedudukan Qiyas
Disusun Oleh :
1. Miftahuddin (2013002009)
2. Tri Hadi Susanto (2013002005)
STIE Muhammadiyah Pekalongan
2013/2014
A. Pengertian Qiyas
Qiyas menurut Ulama‟ Ushul fiqh ialah
menerangkan hukum sesuatu yang tidak ada
nashnya dalam Alqur‟an dan Hadits dengan cara
membandingkan dengan sesuatu yang ditetapkan
hukumnya berdasarkan nash.
Mereka juga membuat definisi lain : Qiyas ialah
menyamakan sesuatu yang tidak ada nash
hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya
karena adanya persamaan „illat hukum.
Definisi Lain :
• Al-Ghazali dalam Al-Mustashfa
Menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada
sesuatu yang diketahui dalam hal menetapkan
hukum pada keduanya, dalam penetapan hukum
atau peniadaan hukum.
• Abu Hasan al-Bashri
Menghasilkan (menetapkan) hukum ashal pada
“furu‟” karena keduanya sama dalam „illat hukum
menurut mujtahid.
Lanjutan….
• Al-Baidhawi
Menetapkan semisal hukum yang diketahui pada sesuatu
lain yang diketahui karena keduanya berserikat dalam
„illat hukum menurut pandangan ulama yang menetapkan.
• Shaadru al-Syari’ah
Merentangkan (menjangkaukan) hukum dari ashal kepada
furu‟ karena ada kesatuan „illat yang tidak mungkin
dikenal dengan pemahaman lughowi semata.
Qiyas itu berarti para mujtahid telah
mengembalikan ketentuan hukum sesuatu kepada
sumbernya Alqur‟an dan Hadits. Sebab hukum
islam, kadang tersurat jelas dalam nash Alqur‟an
atau Hadits, kadang juga bersifat implisit-analogik
terkandung dalam nash tersebut.
Mengenai Qiyas ini Imam Syafi‟i mengatakan:
“Setiap peristiwa pasti ada kepastian hukum dan
umat islam wajib melaksanakannya. Akan tetapi jika
tidak ada ketentuan hukumnya yang pasti, maka
harus dicari pendekatan yang sah, yaitu dengan
ijtihad. Dan ijtihad itu adalah Qiyas.”
B. Kedudukan dan Kehujjahan Qiyas
Sebagian para ulama‟ fiqh dan para pengikut madzab yang
empat sependapat bahwa qiyas dapat dijadikan salah satu
dalil atau dasar hujjah dalam menetapkan hukum ajaran
islam. Mereka itu barulah melakukan qiyas apabila ada
kejadian atau peristiwa tetapi tidak diperoleh satu nashpun
yang dapat dijadikan dasar.
Hanya sebagian kecil para ulama‟ yang tidak
membolehkan pemakaian qiyas sebagai dasar hujjah,
diantaranya ialah salah satu cabang Madzab Dzahiri dan
Madzab Syi‟ah.
Lanjutan….
Ulama‟ Zahiriyah berpendapat bahwa secara logika
qiyas memang boleh tetapi tidak ada satu nashpun
dalam ayat Alqur‟an yang menyatakan wajib
memakai qiyas.
Ulama‟ Syi‟ah Imamiyah dan An-Nazzam dari
Mu‟tazilah menyatakan bahwa qiyas tidak bisa
dijadikan landasan hukum dan tidak wajib
diamalkan karena mengamalkan qiyas sebagai
sesuatu yang bersifat mustahil menurut akal.
Mereka mengambil dalil QS. Al Hujurat: 1
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mendahului Allah
dan Rasulnya dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui“
Mengenai dasar hukum qiyas bagi yang
membolehkannya sebagai dasar hujjah, ialah al-
Qur‟an dan Al-Hadits serta perbuatan sahabat
yaitu :
a. Dalil Alqur‟an
• Allah SWT memberi petunjuk bagi
penggunaan qiyas dengan cara menyamakan
dua hal sebagaimana dalam surat Yasin (36),
ayat 78-79:
78. Dan ia membuat perumpamaan bagi kami dan dia lupa
kepada kejadiannya, ia berkata : “ siapakah yang dapat
menghidupkan Tulang belulang yang telah hancur luluh?”
79. Katakanlah : “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang
menciptakannya kali yang pertama dan Dia maha mengetahui
tentang segala makhluk.
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyamakan
kemampuan-Nya menghidupkan tulang belulang
yang telah berserakan dikemudian hari dengan
kemampuan-Nya dalam menciptakan tulang
belulang pertama kali. Hal ini berarti bahwa
Allah menyamakan menghidupkan tulang
tersebut kepada penciptaan pertama kali.
•Allah menyuruh menggunakan qiyas
sebagaimana dipahami dari beberapa ayat
Alqur‟an, seperti dalam surat Al-Hasyr (59), ayat
2 :
“Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara
ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat
pengusiran yang pertama. kamu tidak menyangka, bahwa
mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa
benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka
dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada
mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-
sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati
mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka
dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang
mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi
pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan.”
Pada ayat di atas terdapat perkataan fa‟ tabiru ya ulil
abshar (maka ambillah tamsil dan ibarat dari
kejadian itu hai orang-orang yang mempunyai
pandangan tajam). Maksudnya ialah: Allah SWT
memerintahkan kepada manusia agar
membandingkan kejadian yang terjadi pada diri
sendiri kepada kejadian yang terjadi pada orang-
orang kafir itu. Jika orang-orang beriman
melakukan perbuatan seperti perbuatan orang-orang
kafir itu, niscaya mereka akan memperoleh azab
yang serupa. Dari penjelmaan ayat di atas dapat
dipahamkan bahwa orang boleh menetapkan suatu
hukum syara‟ dengan cara melakukan perbandingan,
persamaan atau qiyas.
b. Dalil Sunnah
• Hadits mengenai percakapan Nabi dengan Muaz ibn Jabal,
saat ia diutus ke Yaman untuk menjadi penguasa di sana.
Nabi bertanya, “dengan cara apa engkau menetapkan
hukum seandainya kepadamu diajukan sebuah perkara?
“Muaz menjawab, “Saya menetapkan hukum berdasarkan
kitab Allah”. Nabi bertanya lagi, “Bila engkau tidak
menemukan hukumnya dalam kitab Allah?” Jawab Muaz,
“Dengan sunnah Rasul.” Nabi bertanya lagi, “ kalau dalm
Sunah juga engkau tidak menemukannya?” Muaz
menjawab, “Saya akan menggunakan ijtihad denga nalar
(ra‟yu) saya.” Nabi bersabda, “segala puji bagi Allah yang
telah memberi Taufiq kepada utusan Rasul Allah dengan
apa yang diridhoi Rasul Allah.”
Hadits tersebut merupakan dalil sunnah yang kuat, menurut
jumhur Ulama‟, tentang kekuatan qiyas sebagai dalil Syara‟
• Nabi memberi petunjuk kepada sahabatnya
tentang penggunaan qiyas dengan
membandingkan antara dua hal, kemudian
mengambil keputusan atas perbandingan tersebut.
Dalam Hadits dari Ibnu „Abbas menurut riwayat
An-Nasa‟i Nabi bersabda: “Bagaimana
pendapatmu bila bapakmu berutang, apakah
engkau akan membayarnya?” Dijawab oleh si
penanya (al-Khatasamiyah), “ya, memang.” Nabi
Berkata, “Utang terhadap Allah lebih patut untuk
dibayar.”
Hadits di atas adalah tanggapan atas persoalan si
penanya yang bapaknya bernazar untuk haji tetapi
meninggal dunia sebelum sempat mengerjakan
haji. Ditanyakannya kepada Nabi dengan
ucapannya, “Bagaimana kalau saya yang
menghajikan bapak saya itu?” Keluarlah jawaban
Nabi seperti tersebut di atas.
Dalam hadits itu, Nabi memberikan taqrir
(pengakuan) kepada sahabatnya yang
menyamakan utang kepada Allah, yaitu haji lebih
patut untuk dibayar. Dalil ini menurut jumhur
ulama‟ cukup kuat sebagai alasan penggunaan
qiyas.
c. Atsar Sahabat
Adapun argumentasi jumhur ulama’ berdasarkan
atsar sahabat dalam penggunaan qiyas, adalah :
• Surat Umar Ibn Khattab kepada Abu Musa Al-
Asy’ari sewaktu diutus menjadi qodhi di Yaman.
Umar berkata :
Putuskanlah Hukum berdasarkan kitab Allah. Bila
kamu tidak menemukannya, maka putuskan
berdasarkan sunnah Rasul. Jika juga kamu
peroleh di dalam sunnah, berijtihadlah dengan
menggunakan ra’yu.
Pesan Umar dilanjutkan dengan :
Ketahuilah kesamaan dan keserupaan: Qiyas-
kanlah segala urusan waktu itu.
Bagian pertama atsar ini menjelaskan suruhan
menggunakan ra‟yu pada waktu tidak
menemukan jawaban dalam Alqur‟am maupun
Sunnah, sedangkan bagian akhir atsar shahabi
itu secara jelas menyuruh titik perbandingan
dan kesamaan di antara dua hal dan
menggunakan qiyas bila menemukan
kesamaan.
• Para Sahabat Nabi banyak menetapkan pendapatnya
berdasarkan qiyas. Contoh yang popular adalah
kesepakatan sahabat mengangkat Abu bakar menjadi
khalifah pengganti Nabi. Mereka menetapkannya
dengan dasar qiyas, yaitu karena Abu bakar pernah
ditunjuk Nabi menggantikan beliau menjadi imam
shalat jamaah sewaktu beliau sakit. Hal ini dijadikan
alasan untuk mengangkat abu bakar menjadi khalifah.
Para sahabat berkata: “Nabi telah menunjukkannya
menjadi pemimpin urusan agama kita, kenapa kita tidak
memilihnya untuk memimpin urusan dunia kita.”
Kedudukan abu bakar sebagai khalifah diqiyas-kan
kepada kedudukannya sebagai imam shalat jamaah.
Ternyata argumen ini dipahami semua sahabat (yang
hadir dalam pertemuan itu), sehingga mereka sepakat
untuk mengangkat abu bakar dengan cara tersebut.
C. Penolak dan Penerima Qiyas
1. Kelompok Jumhur, yang mempergunakan
qiyas sebagai dasar hukum pada hal-hal yang
tidak jelas nash baik dalam Alqur‟an, Sunnah,
Pendapat sahabat maupun ijma‟ ulama. Hal
itu dilakukan dengan tidak berlebihan dan
melampaui batas.
mereka menggunakan dalil qur‟an surat yasin
ayat 78-79
78. Dan ia membuat perumpamaan bagi kami dan dia lupa
kepada kejadiannya, ia berkata : “ siapakah yang dapat
menghidupkan Tulang belulang yang telah hancur luluh?”
79. Katakanlah : “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang
menciptakannya kali yang pertama dan Dia maha
mengetahui tentang segala makhluk.
2. Madzab Zhahiriyah dan Syi’ah Imamiyah, yang
sama sekali tidak mempergunakan qiyas. Madzab
zhahiriyah tidak mengakui adanya „illat nash dan tidak
berusaha mengetahui sasaran dan tujuan nash,
termasuk menyingkap alasan-alasannya guna
menetapkan suatu kepastian hukum yang sesuai
dengan „illat. Mereka membuang semua itu jauh-jauh
dan sebaliknya, mereka menetapkan suatu hukum
hanya dari teks nash semata. Dengan demikian mereka
mempersempit kandungan lafadz, tidak mau
memperluas wawasan untuk mengenali tujuan
legislasi Islam. Mereka terpaku pada bagian “luar”
dari teks semata.
mereka menggunakan dalil qur‟an surat alhujurat ayat
1
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui“
D. Rukun Qiyas
1. Ashl (Pokok), yaitu suatu peristiwa yang sudah ada Nashnya yang
dijadikan tempat mengqiyaskan, sedangkan menurut hukum teolog adalah
suatu Nash syara‟ yang menunjukkan ketentuan hukum, dengan kata lain
suatu Nash yang menjadi Dasar Hukum. Ashl disebut Maqis „Alaih (yang
dijadika tempat mengqiyaskan), Mahmul „Alaih (tempat
membandingkan) atau Musyabbah bih (tempat menyerupakan).
2. Far‟u (Cabang), yaitu peristiwa yang tidak ada nashnya. Far‟u itulah yang
dikehendaki untuk disamakan hukumnya dengan ashl. Ia disebut juga
maqis (yang dianalogikan) dan musyabbah (yang diserupakan).
3. Hukum Ashl, yaitu hukum syara‟ yang ditetapkan oleh suatu Nash.
4. „Illat, yaitu suatu sifat yang terdapat pada ashl. Dengan adanya sifat itulah
ashl mempuyai suatu hukum. Dan dengan sifat itu pula terdapat cabang
sehingga hukum cabang itu disamakanlah dengan hukum ashl.
E. Macam-Macam Qiyas
1. Qiyas Aulawy
Yaitu qiyas yang apabila „illatnya mewajibkan adanya hukum. Dan
antara hukum asal dan hukum yang disamakan (furu‟) dan hukum
cabang memiliki hukum yang lebih utama daripada hukum yang
ada pada al-asal. Misalnya: berkata kepada kedua orang tua dengan
mengatakan “uh”, “eh”, “busyet” atau kata-kata lain yang semakna
dan menyakitakan itu hukumnya haram, sesuai dengan firman
allah SWT QS. Al-Isra‟ (17) : 23.
2. Qiyas Musawy
Yaitu qiyas yang apabila „illatnya mewajibkan adanya hukum dan
sama antara hukum yang ada pada al-ashl maupun hukum yang
ada pada al-far‟u (cabang). Contohnya, keharaman memakan harta
anak yatim berdasarkan firman Allah Surat An-Nisa‟ (4):10.
3.Qiyas Adna
Qiyas adna yaitu adanya hukum far‟u lebih
lemah bila dirujuk dengan hukum al-ashlu.
Sebagai contoh, mengqiyaskan hukum apel
kepada gandum dalam hal riba fadl (riba yang
terjadi karena adanya kelebihan dalam tukar
menukar antara dua bahan kebutuhan pokok
atau makanan). Dalam masalah kasus ini „illat
hukumnya adalah baik apel maupun gandum
merupakan jenis makanan yang bisa dimakan
dan ditakar.
Sekian dan Terimakasih

Contenu connexe

Tendances

Maslahah mursalah(kelompok 5)
Maslahah mursalah(kelompok 5)Maslahah mursalah(kelompok 5)
Maslahah mursalah(kelompok 5)
Nurul Fajriyah
 
Presentasi ushul fiqh dalil yg tidak disepakati
Presentasi ushul fiqh dalil yg tidak disepakatiPresentasi ushul fiqh dalil yg tidak disepakati
Presentasi ushul fiqh dalil yg tidak disepakati
Marhamah Saleh
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
Marhamah Saleh
 
Tasyri' masa nabi Muhammad Saw
Tasyri'  masa nabi Muhammad SawTasyri'  masa nabi Muhammad Saw
Tasyri' masa nabi Muhammad Saw
Marhamah Saleh
 

Tendances (20)

Maqashid Syariah
Maqashid SyariahMaqashid Syariah
Maqashid Syariah
 
01 02 pendahuluan
01 02 pendahuluan01 02 pendahuluan
01 02 pendahuluan
 
PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5
PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5
PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5
 
Maslahah mursalah(kelompok 5)
Maslahah mursalah(kelompok 5)Maslahah mursalah(kelompok 5)
Maslahah mursalah(kelompok 5)
 
Qawaid fiqh pt 1
Qawaid fiqh  pt 1Qawaid fiqh  pt 1
Qawaid fiqh pt 1
 
IJTIHAD
IJTIHADIJTIHAD
IJTIHAD
 
Ushul Fiqh
Ushul FiqhUshul Fiqh
Ushul Fiqh
 
Amar nahi
Amar nahiAmar nahi
Amar nahi
 
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalahIstihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
 
Ushul fiqh ppt
Ushul fiqh pptUshul fiqh ppt
Ushul fiqh ppt
 
Presentasi ushul fiqh dalil yg tidak disepakati
Presentasi ushul fiqh dalil yg tidak disepakatiPresentasi ushul fiqh dalil yg tidak disepakati
Presentasi ushul fiqh dalil yg tidak disepakati
 
Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)
 
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
 
Ijtihad
IjtihadIjtihad
Ijtihad
 
Presentasi Istihsan
Presentasi IstihsanPresentasi Istihsan
Presentasi Istihsan
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
 
Pengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyahPengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyah
 
Asbababun nuzul powerpoint
Asbababun nuzul powerpointAsbababun nuzul powerpoint
Asbababun nuzul powerpoint
 
Presentasi Fiqh 1
Presentasi Fiqh 1Presentasi Fiqh 1
Presentasi Fiqh 1
 
Tasyri' masa nabi Muhammad Saw
Tasyri'  masa nabi Muhammad SawTasyri'  masa nabi Muhammad Saw
Tasyri' masa nabi Muhammad Saw
 

Similaire à Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)

Asbabun nuzul.docxp.point
Asbabun nuzul.docxp.pointAsbabun nuzul.docxp.point
Asbabun nuzul.docxp.point
Wan Rubiah
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsan
Muli Bluelovers
 
Kewajiban berhukum dengan hukum allah
Kewajiban berhukum dengan hukum allahKewajiban berhukum dengan hukum allah
Kewajiban berhukum dengan hukum allah
Rizky Faisal
 
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx
IrwnSptr
 
Hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
HhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhHhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Remaja Sufi
 

Similaire à Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter) (20)

ijma dan qiyas
ijma dan qiyas ijma dan qiyas
ijma dan qiyas
 
Asbabun nuzul.docxp.point
Asbabun nuzul.docxp.pointAsbabun nuzul.docxp.point
Asbabun nuzul.docxp.point
 
TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN RUSLAN KELAS E.ppt
TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN RUSLAN KELAS E.pptTUGAS MEDIA PEMBELAJARAN RUSLAN KELAS E.ppt
TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN RUSLAN KELAS E.ppt
 
Prinsip dasar-tauhid-fiqh-dan-akidah
Prinsip dasar-tauhid-fiqh-dan-akidahPrinsip dasar-tauhid-fiqh-dan-akidah
Prinsip dasar-tauhid-fiqh-dan-akidah
 
Hukum makan katak
Hukum makan katakHukum makan katak
Hukum makan katak
 
Asbabbun nuzul
Asbabbun nuzulAsbabbun nuzul
Asbabbun nuzul
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsan
 
Presentation psi
Presentation psiPresentation psi
Presentation psi
 
Kewajiban berhukum dengan hukum allah
Kewajiban berhukum dengan hukum allahKewajiban berhukum dengan hukum allah
Kewajiban berhukum dengan hukum allah
 
4. sumber hukum islam
4. sumber hukum islam4. sumber hukum islam
4. sumber hukum islam
 
Qiyas
QiyasQiyas
Qiyas
 
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Sumber ajaran islam
Sumber ajaran islamSumber ajaran islam
Sumber ajaran islam
 
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.docx
Mendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.docxMendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.docx
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.docx
 
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.pdf
Mendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.pdfMendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.pdf
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.pdf
 
Hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
HhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhHhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
 
Ilmu nasikh mansukh
Ilmu nasikh mansukhIlmu nasikh mansukh
Ilmu nasikh mansukh
 
IBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdf
IBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdfIBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdf
IBANAH_AL_AHKAM_SYARAH_BULUGH_AL_MARAM B.pdf
 
Bab i uq
Bab i uq Bab i uq
Bab i uq
 

Plus de Miftah Iqtishoduna

Plus de Miftah Iqtishoduna (20)

KEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptx
KEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptxKEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptx
KEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptx
 
SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT SYSTEM))
SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT SYSTEM))SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT SYSTEM))
SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT SYSTEM))
 
AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT
AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBTAKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT
AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT
 
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islam
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islamPerbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islam
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islam
 
Makalah sistem informasi manajemen
Makalah sistem informasi manajemenMakalah sistem informasi manajemen
Makalah sistem informasi manajemen
 
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUNSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
 
Asuransi dalam tinjauan syariat islam
Asuransi dalam tinjauan syariat islamAsuransi dalam tinjauan syariat islam
Asuransi dalam tinjauan syariat islam
 
Makalah manajemen pembiayaan bank syariah
Makalah manajemen pembiayaan bank syariahMakalah manajemen pembiayaan bank syariah
Makalah manajemen pembiayaan bank syariah
 
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa rasululullah saw
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa rasululullah sawSejarah pemikiran ekonomi islam masa rasululullah saw
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa rasululullah saw
 
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidin
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidinSejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidin
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidin
 
Konsep uang dalam perspektif ekonomi islam
Konsep uang dalam perspektif ekonomi islamKonsep uang dalam perspektif ekonomi islam
Konsep uang dalam perspektif ekonomi islam
 
Makalah marketing perspektif rasulullah saw
Makalah marketing perspektif rasulullah sawMakalah marketing perspektif rasulullah saw
Makalah marketing perspektif rasulullah saw
 
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
 
Modal Ventura
Modal VenturaModal Ventura
Modal Ventura
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMakalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
 
Perkembangan komputer masa depan
Perkembangan komputer masa depanPerkembangan komputer masa depan
Perkembangan komputer masa depan
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikanMakalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
 
Bank dan lembaga keuangan - kegiatan mengalokasikan dana
Bank dan lembaga keuangan - kegiatan mengalokasikan danaBank dan lembaga keuangan - kegiatan mengalokasikan dana
Bank dan lembaga keuangan - kegiatan mengalokasikan dana
 
Mengembalikan kemakmuran islam dengan sistem uang dinar dan dirham
Mengembalikan kemakmuran islam dengan sistem uang dinar dan dirhamMengembalikan kemakmuran islam dengan sistem uang dinar dan dirham
Mengembalikan kemakmuran islam dengan sistem uang dinar dan dirham
 
Pendidikan Pancasila (Miftah'll Everafter)
Pendidikan Pancasila (Miftah'll Everafter)Pendidikan Pancasila (Miftah'll Everafter)
Pendidikan Pancasila (Miftah'll Everafter)
 

Dernier

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 

Dernier (20)

Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 

Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)

  • 1. Ushul Fiqh : Kedudukan Qiyas Disusun Oleh : 1. Miftahuddin (2013002009) 2. Tri Hadi Susanto (2013002005) STIE Muhammadiyah Pekalongan 2013/2014
  • 2. A. Pengertian Qiyas Qiyas menurut Ulama‟ Ushul fiqh ialah menerangkan hukum sesuatu yang tidak ada nashnya dalam Alqur‟an dan Hadits dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash. Mereka juga membuat definisi lain : Qiyas ialah menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan „illat hukum.
  • 3. Definisi Lain : • Al-Ghazali dalam Al-Mustashfa Menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang diketahui dalam hal menetapkan hukum pada keduanya, dalam penetapan hukum atau peniadaan hukum. • Abu Hasan al-Bashri Menghasilkan (menetapkan) hukum ashal pada “furu‟” karena keduanya sama dalam „illat hukum menurut mujtahid.
  • 4. Lanjutan…. • Al-Baidhawi Menetapkan semisal hukum yang diketahui pada sesuatu lain yang diketahui karena keduanya berserikat dalam „illat hukum menurut pandangan ulama yang menetapkan. • Shaadru al-Syari’ah Merentangkan (menjangkaukan) hukum dari ashal kepada furu‟ karena ada kesatuan „illat yang tidak mungkin dikenal dengan pemahaman lughowi semata.
  • 5. Qiyas itu berarti para mujtahid telah mengembalikan ketentuan hukum sesuatu kepada sumbernya Alqur‟an dan Hadits. Sebab hukum islam, kadang tersurat jelas dalam nash Alqur‟an atau Hadits, kadang juga bersifat implisit-analogik terkandung dalam nash tersebut. Mengenai Qiyas ini Imam Syafi‟i mengatakan: “Setiap peristiwa pasti ada kepastian hukum dan umat islam wajib melaksanakannya. Akan tetapi jika tidak ada ketentuan hukumnya yang pasti, maka harus dicari pendekatan yang sah, yaitu dengan ijtihad. Dan ijtihad itu adalah Qiyas.”
  • 6. B. Kedudukan dan Kehujjahan Qiyas Sebagian para ulama‟ fiqh dan para pengikut madzab yang empat sependapat bahwa qiyas dapat dijadikan salah satu dalil atau dasar hujjah dalam menetapkan hukum ajaran islam. Mereka itu barulah melakukan qiyas apabila ada kejadian atau peristiwa tetapi tidak diperoleh satu nashpun yang dapat dijadikan dasar. Hanya sebagian kecil para ulama‟ yang tidak membolehkan pemakaian qiyas sebagai dasar hujjah, diantaranya ialah salah satu cabang Madzab Dzahiri dan Madzab Syi‟ah.
  • 7. Lanjutan…. Ulama‟ Zahiriyah berpendapat bahwa secara logika qiyas memang boleh tetapi tidak ada satu nashpun dalam ayat Alqur‟an yang menyatakan wajib memakai qiyas. Ulama‟ Syi‟ah Imamiyah dan An-Nazzam dari Mu‟tazilah menyatakan bahwa qiyas tidak bisa dijadikan landasan hukum dan tidak wajib diamalkan karena mengamalkan qiyas sebagai sesuatu yang bersifat mustahil menurut akal. Mereka mengambil dalil QS. Al Hujurat: 1
  • 8. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui“
  • 9. Mengenai dasar hukum qiyas bagi yang membolehkannya sebagai dasar hujjah, ialah al- Qur‟an dan Al-Hadits serta perbuatan sahabat yaitu : a. Dalil Alqur‟an • Allah SWT memberi petunjuk bagi penggunaan qiyas dengan cara menyamakan dua hal sebagaimana dalam surat Yasin (36), ayat 78-79:
  • 10. 78. Dan ia membuat perumpamaan bagi kami dan dia lupa kepada kejadiannya, ia berkata : “ siapakah yang dapat menghidupkan Tulang belulang yang telah hancur luluh?” 79. Katakanlah : “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama dan Dia maha mengetahui tentang segala makhluk.
  • 11. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyamakan kemampuan-Nya menghidupkan tulang belulang yang telah berserakan dikemudian hari dengan kemampuan-Nya dalam menciptakan tulang belulang pertama kali. Hal ini berarti bahwa Allah menyamakan menghidupkan tulang tersebut kepada penciptaan pertama kali. •Allah menyuruh menggunakan qiyas sebagaimana dipahami dari beberapa ayat Alqur‟an, seperti dalam surat Al-Hasyr (59), ayat 2 :
  • 12.
  • 13. “Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka- sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan.”
  • 14. Pada ayat di atas terdapat perkataan fa‟ tabiru ya ulil abshar (maka ambillah tamsil dan ibarat dari kejadian itu hai orang-orang yang mempunyai pandangan tajam). Maksudnya ialah: Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar membandingkan kejadian yang terjadi pada diri sendiri kepada kejadian yang terjadi pada orang- orang kafir itu. Jika orang-orang beriman melakukan perbuatan seperti perbuatan orang-orang kafir itu, niscaya mereka akan memperoleh azab yang serupa. Dari penjelmaan ayat di atas dapat dipahamkan bahwa orang boleh menetapkan suatu hukum syara‟ dengan cara melakukan perbandingan, persamaan atau qiyas.
  • 15. b. Dalil Sunnah • Hadits mengenai percakapan Nabi dengan Muaz ibn Jabal, saat ia diutus ke Yaman untuk menjadi penguasa di sana. Nabi bertanya, “dengan cara apa engkau menetapkan hukum seandainya kepadamu diajukan sebuah perkara? “Muaz menjawab, “Saya menetapkan hukum berdasarkan kitab Allah”. Nabi bertanya lagi, “Bila engkau tidak menemukan hukumnya dalam kitab Allah?” Jawab Muaz, “Dengan sunnah Rasul.” Nabi bertanya lagi, “ kalau dalm Sunah juga engkau tidak menemukannya?” Muaz menjawab, “Saya akan menggunakan ijtihad denga nalar (ra‟yu) saya.” Nabi bersabda, “segala puji bagi Allah yang telah memberi Taufiq kepada utusan Rasul Allah dengan apa yang diridhoi Rasul Allah.” Hadits tersebut merupakan dalil sunnah yang kuat, menurut jumhur Ulama‟, tentang kekuatan qiyas sebagai dalil Syara‟
  • 16. • Nabi memberi petunjuk kepada sahabatnya tentang penggunaan qiyas dengan membandingkan antara dua hal, kemudian mengambil keputusan atas perbandingan tersebut. Dalam Hadits dari Ibnu „Abbas menurut riwayat An-Nasa‟i Nabi bersabda: “Bagaimana pendapatmu bila bapakmu berutang, apakah engkau akan membayarnya?” Dijawab oleh si penanya (al-Khatasamiyah), “ya, memang.” Nabi Berkata, “Utang terhadap Allah lebih patut untuk dibayar.”
  • 17. Hadits di atas adalah tanggapan atas persoalan si penanya yang bapaknya bernazar untuk haji tetapi meninggal dunia sebelum sempat mengerjakan haji. Ditanyakannya kepada Nabi dengan ucapannya, “Bagaimana kalau saya yang menghajikan bapak saya itu?” Keluarlah jawaban Nabi seperti tersebut di atas. Dalam hadits itu, Nabi memberikan taqrir (pengakuan) kepada sahabatnya yang menyamakan utang kepada Allah, yaitu haji lebih patut untuk dibayar. Dalil ini menurut jumhur ulama‟ cukup kuat sebagai alasan penggunaan qiyas.
  • 18. c. Atsar Sahabat Adapun argumentasi jumhur ulama’ berdasarkan atsar sahabat dalam penggunaan qiyas, adalah : • Surat Umar Ibn Khattab kepada Abu Musa Al- Asy’ari sewaktu diutus menjadi qodhi di Yaman. Umar berkata : Putuskanlah Hukum berdasarkan kitab Allah. Bila kamu tidak menemukannya, maka putuskan berdasarkan sunnah Rasul. Jika juga kamu peroleh di dalam sunnah, berijtihadlah dengan menggunakan ra’yu.
  • 19. Pesan Umar dilanjutkan dengan : Ketahuilah kesamaan dan keserupaan: Qiyas- kanlah segala urusan waktu itu. Bagian pertama atsar ini menjelaskan suruhan menggunakan ra‟yu pada waktu tidak menemukan jawaban dalam Alqur‟am maupun Sunnah, sedangkan bagian akhir atsar shahabi itu secara jelas menyuruh titik perbandingan dan kesamaan di antara dua hal dan menggunakan qiyas bila menemukan kesamaan.
  • 20. • Para Sahabat Nabi banyak menetapkan pendapatnya berdasarkan qiyas. Contoh yang popular adalah kesepakatan sahabat mengangkat Abu bakar menjadi khalifah pengganti Nabi. Mereka menetapkannya dengan dasar qiyas, yaitu karena Abu bakar pernah ditunjuk Nabi menggantikan beliau menjadi imam shalat jamaah sewaktu beliau sakit. Hal ini dijadikan alasan untuk mengangkat abu bakar menjadi khalifah. Para sahabat berkata: “Nabi telah menunjukkannya menjadi pemimpin urusan agama kita, kenapa kita tidak memilihnya untuk memimpin urusan dunia kita.” Kedudukan abu bakar sebagai khalifah diqiyas-kan kepada kedudukannya sebagai imam shalat jamaah. Ternyata argumen ini dipahami semua sahabat (yang hadir dalam pertemuan itu), sehingga mereka sepakat untuk mengangkat abu bakar dengan cara tersebut.
  • 21. C. Penolak dan Penerima Qiyas 1. Kelompok Jumhur, yang mempergunakan qiyas sebagai dasar hukum pada hal-hal yang tidak jelas nash baik dalam Alqur‟an, Sunnah, Pendapat sahabat maupun ijma‟ ulama. Hal itu dilakukan dengan tidak berlebihan dan melampaui batas. mereka menggunakan dalil qur‟an surat yasin ayat 78-79
  • 22. 78. Dan ia membuat perumpamaan bagi kami dan dia lupa kepada kejadiannya, ia berkata : “ siapakah yang dapat menghidupkan Tulang belulang yang telah hancur luluh?” 79. Katakanlah : “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama dan Dia maha mengetahui tentang segala makhluk.
  • 23. 2. Madzab Zhahiriyah dan Syi’ah Imamiyah, yang sama sekali tidak mempergunakan qiyas. Madzab zhahiriyah tidak mengakui adanya „illat nash dan tidak berusaha mengetahui sasaran dan tujuan nash, termasuk menyingkap alasan-alasannya guna menetapkan suatu kepastian hukum yang sesuai dengan „illat. Mereka membuang semua itu jauh-jauh dan sebaliknya, mereka menetapkan suatu hukum hanya dari teks nash semata. Dengan demikian mereka mempersempit kandungan lafadz, tidak mau memperluas wawasan untuk mengenali tujuan legislasi Islam. Mereka terpaku pada bagian “luar” dari teks semata. mereka menggunakan dalil qur‟an surat alhujurat ayat 1
  • 24. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui“
  • 25. D. Rukun Qiyas 1. Ashl (Pokok), yaitu suatu peristiwa yang sudah ada Nashnya yang dijadikan tempat mengqiyaskan, sedangkan menurut hukum teolog adalah suatu Nash syara‟ yang menunjukkan ketentuan hukum, dengan kata lain suatu Nash yang menjadi Dasar Hukum. Ashl disebut Maqis „Alaih (yang dijadika tempat mengqiyaskan), Mahmul „Alaih (tempat membandingkan) atau Musyabbah bih (tempat menyerupakan). 2. Far‟u (Cabang), yaitu peristiwa yang tidak ada nashnya. Far‟u itulah yang dikehendaki untuk disamakan hukumnya dengan ashl. Ia disebut juga maqis (yang dianalogikan) dan musyabbah (yang diserupakan). 3. Hukum Ashl, yaitu hukum syara‟ yang ditetapkan oleh suatu Nash. 4. „Illat, yaitu suatu sifat yang terdapat pada ashl. Dengan adanya sifat itulah ashl mempuyai suatu hukum. Dan dengan sifat itu pula terdapat cabang sehingga hukum cabang itu disamakanlah dengan hukum ashl.
  • 26. E. Macam-Macam Qiyas 1. Qiyas Aulawy Yaitu qiyas yang apabila „illatnya mewajibkan adanya hukum. Dan antara hukum asal dan hukum yang disamakan (furu‟) dan hukum cabang memiliki hukum yang lebih utama daripada hukum yang ada pada al-asal. Misalnya: berkata kepada kedua orang tua dengan mengatakan “uh”, “eh”, “busyet” atau kata-kata lain yang semakna dan menyakitakan itu hukumnya haram, sesuai dengan firman allah SWT QS. Al-Isra‟ (17) : 23. 2. Qiyas Musawy Yaitu qiyas yang apabila „illatnya mewajibkan adanya hukum dan sama antara hukum yang ada pada al-ashl maupun hukum yang ada pada al-far‟u (cabang). Contohnya, keharaman memakan harta anak yatim berdasarkan firman Allah Surat An-Nisa‟ (4):10.
  • 27. 3.Qiyas Adna Qiyas adna yaitu adanya hukum far‟u lebih lemah bila dirujuk dengan hukum al-ashlu. Sebagai contoh, mengqiyaskan hukum apel kepada gandum dalam hal riba fadl (riba yang terjadi karena adanya kelebihan dalam tukar menukar antara dua bahan kebutuhan pokok atau makanan). Dalam masalah kasus ini „illat hukumnya adalah baik apel maupun gandum merupakan jenis makanan yang bisa dimakan dan ditakar.