SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  42
Télécharger pour lire hors ligne
MAKALAH
AUDIT KINERJA PADA SEKTOR PUBLIK




                   OLEH
        AEGISIA SUKMAWATI (C1C01010)

        ADE BAKTI PRATAMA (C1C011024)

         AHMAD NOUVAL (C1C011029)

           DEVA ALVINA (C1C011043)




           JURUSAN AKUNTANSI

           FAKULTAS EKONOMI

         UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR


       Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat serta

hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “AUDIT KINERJA

PADA SEKTOR PUBLIK” tepat pada waktunya.

       Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Misni Erwati, S.E.,M,.Si. sebagai dosen

mata kuliah Akuntansi Sektor Publik atas arahan dan bimbingannya. Penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada berbagai pihak yang turut membantu baik secara moril maupun meteril

dalam proses penyelesaian makalah ini.

       Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan.

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun guna mewujudkan makalah yang lebih baik di masa mendatang.

       Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.




                                                                    Jambi, 15 Januari 2013




                                                                         Penulis




                                                                                           i
DAFTAR ISI


       KATA PENGANTAR .................................................................................................                      i

       DAFTAR ISI ................................................................................................................           ii
I.     PENDAHULUAN
       1.1     Latar Belakang ....................................................................................................           1
       1.2     Tujuan Penulisan ................................................................................................             2
       1.3     Metode Penulisan ...............................................................................................              2
II.    PERUMUSAN MASALAH                             ....................................................................................    3
III.   PEMBAHASAN
       3.1     Perkembangan Audit Kinerja .............................................................................                      4
       3.2     Definisi Audit Kinerja ........................................................................................               6
       3.3     Pentingnya Audit Kinerja ...................................................................................                  8
       3.4     Audit Kinerja untuk Akuntabilitas Publik ..........................................................                           9
       3.5     Keterkaitan Audit Kinerja dengan Manajemen Kinerja ..................................                                        10
       3.6     Istilah-istilah yang Dipergunakan dalam Audit Kinerja                                     ................................   10
       3.7     Perbedaan antara Audit Kinerja dan Audit Keuangan .....................................                                      12
       3.8     Karakteristik Audit Kinerja ................................................................................                 13
       3.9      Manfaat Audit Kinerja .......................................................................................               15
       3.10 Tujuan Audit Kinerja ..........................................................................................                 16
       3.11 Jenis-jenis Audit Kinerja ..................................................................................                    17
       3.12 Proses dan Tahapan Audit Kinerja ...................................................................                            20
       3.13 Peran Auditor dalam Audit Kinerja ...................................................................                           34




                                                                                                                                             ii
IV.   PENUTUP
      4.1     Kesimpulan ......................................................................................................   35
      4.2     Rekomendasi .....................................................................................................   36
V.    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................            37
VI.   LAMPIRAN ................................................................................................................   38




                                                                                                                                   iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Reformasi yang terjadi tahun 1998 membawa dampak yang signifikan dalam
pengelolaan keuangan negara. Sekitar sepuluh tahun terakhir, tuntutan masyarakat akan
transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana masyarakat oleh pemerintah semakin
meningkat. Masyarakat ingin mengetahui apakah berbagai program telah tercapai dan apakah
tercapainya program tersebut telah dilakukan dengan prinsip ekonomi (kehematan), dengan cara
efisien, dan dengan hasil yang efektif atau yang lebih dikenal dengan istilah spend well, spend
less, spend wisely.
            Keinginan dan tuntutan masyarakat tersebut belum sepenuhnya dapat dipenuhi
apabila hanya mengandalkan hasil audit laporan keuangan yang memuat opini tentang neraca,
perbandingan anggaran dan realisasi, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Masyarakat
ingin mengetahui apakah penyelenggaraan kegiatan oleh pemerintah dengan menggunakan dana
publik dapat memberikan nilai lebih bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu,
perlu diadakan perluasan tujuan dan jenis audit dari audit keuangan menuju audit kinerja
(performance audit).
            Audit kinerja (performance audit) terhadap sektor publik dapat membantu
masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih lengkap dari organisasi masyarakat (public).
Audit Kinerja dapat dilakukan baik pada sektor swasta maupun sektor publik dan badan
pemerintah, karena dari semua tujuan kepentingan masyarakat merupakan prioritas utama. Audit
kinerja bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dan mengidentifikasi kesempatan untuk
peningkatan rekomendasi guna perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Selama ini, hasil dari audit
kinerja cenderung diasumsikan sebagai informasi yang ditujukan kepada konsumsi pihak internal
perusahaan, karena menelaah secara sistematik kegiatan organisasi dalam hubungannya dengan
tujuan tertentu. Padahal laporan audit kinerja ini juga bisa digunakan oleh pihak eksternal untuk
pengambilan keputusan.




                                                                                               1
1.2     Tujuan Penulisan


1. Mengetahui perkembangan audit kinerja
2.    Mengetahui definisi audit kinerja
3.    Mengetahui pentingnya audit kinerja
4.    Menganalisis audit kinerja untuk akuntabilitas publik
5.    Menganalisis keterkaitan audit kinerja dengan manajemen kinerja
6.    Mengetahui istilah-istilah yang dipergunakan dalam audit kinerja
7.    Mengidentifikasi perbedaan antara audit kinerja dan audit keuangan
8.    Mengidentifikasi karakteristik audit kinerja
9.    Menganalisis manfaat audit kinerja
10. Mengidentifikasi tujuan audit kinerja
11. Mengetahui jenis-jenis audit kinerja
12. Menganalisis proses dan tahapan audit kinerja
13. Mengetahui peran audit kinerja




1.3 Metode Penulisan
             Metode penulisan yang diimplementasikan dalam makalah ini ialah metode pustaka,
yakni dengan menggali berbagai data yang dibutuhkan dari buku. Selanjutnya, dengan metode
diskusi. Diskusi dilakukan antar sesama anggota kelompok dan pihak lain yang memilki
informasi yang berelasi dengan judul yang diusung pada makalah ini. Kemudian, dalam proses
penyelesaian makalah juga menggunakan data yang diperoleh via internet.




                                                                                           2
II. PERUMUSAN MASALAH


1.   Bagaimanakah perkembangan audit kinerja?
2.   Apakah yang dimaksud dengan audit kinerja?
3.   Apakah pentingnya audit kinerja?
4.   Bagaimanakah relasi antara audit kinerja terhadap akuntabilitas publik?
5.   Apakah keterkaitan audit kinerja terhadap manajemen kinerja?
6.   Apa sajakah istilah-istilah yang digunakan dalam audit kinerja?
7.   Apakah perbedaan antara audit kinerja dan audit keuangan?
8.   Apakah karakteristik audit kinerja?
9.   Apakah manfaat audit kinerja?
10. Apakah tujuan dari audit kinerja?
11. Apakah jenis-jenis audit kinerja?
12. Bagaimanakah proses dan tahapan audit kinerja?
13. Apakah peran auditor dalam audit kinerja?




                                                                               3
III.    PEMBAHASAN

3.1     Perkembangan Audit Kinerja


            Leo Herbert dalam bukunya Auditing the Perfomance of Management membuat
gambaran yang cukup komprehensif tentang pengetahuan dan perkembangan audit yang
diperlukan dalam bidang audit, seperti yang terlihat pada figur 3.1.1

                                                       AUDIT
                                                       SOSIAL


                                                                  Sistem perencanaan
                                                                  & pengendalian

                                                       AUDIT      Akuntansi
                                                                  manajemen
                        Objek laporan keuangan PROGRAM
                                          AUDIT

                                                                  Perencanaan pajak
                           Standar keuangan
                                                                  Audit internal
                                Audit PDE
                        Prinsip pelaporan keuangan
                                                                  Konsultasi pajak
                            Uji dalam audit
                              Standar audit
                                                          AUDIT MANAJEMEN&
                                                                Analisis biaya
                         Perluasan prosedur audit                 manfaat

                           Prosedur audit
                  AUDIT LAPORAN KEUANGAN                          Biaya standar
                                                         Rekaman Komputer
                                                                  Pengendalian
                  Audit Fokus pada laporan laba rugi
                        neraca fokus pada neraca
                                                        Laporan yang seragam dan
                                                                   Analisis biaya
                                                                 anggaran
                                                          Akuntansi Biaya
              Audit kepatuhan
                                                  Akuntansi Pajak akuntansi
                                                          Anggaran
                          Audit penerimaan dan pengeluaranbiaya
             AUDIT KEUANGAN


        Gambar 3.1.1 Perkembangan Audit dan Pengetahuan yang Diperlukan dalam Bidang
Audit
Sumber: Leo,Herbert. Auditing the Perfomance of Management. Wodsworth, Inc US. 1979. Hal
10.




                                                                                       4
Bedasarkan figur tersebut, diketahui bahwa audit kinerja mengalami proses,
demikian pula dengan pengetahuan dan kompetisi yang dibutuhkan. Sebelum mencapai
bentuknya, audit kinerja mengalami evolusi yang cukup lama, dimulai dari financial statement
auditing pada tahum 1930, dilanjutkan dengan management auditing pada tahun 1950 dan
program auditing pada tahun 1970.
           Dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, tahun 1971 Elmer B Staat dari United
State Comptoreller General Accounting Office untuk pertama kalinya memperkenalkan audit
kinerja (performance audit) pada kongres INTOSAI (International Organization of Supreme
Audit Intitution), di Montreal, Kanada. Sejak itu, audit kinerja yang merupakan perluasan audit
keuangan mulai diimplementasikan pada audit sektor publik oleh Supreme Public Institution di
seluruh dunia.
           Pelaksanaan audit kinerja di seluruh dunia, termasuk di Indonesia terus mengalami
pasang surut. Sebagai gambaran pada Netherland Court of Audit (BPK Belanda), perkembangan
audit dimulai dengan pemberian mandat untuk melakukan audit kinerja pada tahun 1976. Pada
awalnya, audit kinerja berfokus pada efisiensi. Kemudian, mereka mulai menyusun dan
menyempurnakan manual audit kinerja yang ada. Pada perkembangannya, mereka mengintegrasi
teknologi informasi dan komunikasi dalam audit kinerja (antara lain untuk menganalisis data)
serta menggunakan pendekatan strategis dalam menyusun tema audit. Pada BPK Belanda, tema
audit yang berfokus pada mutu dan akuntabilitas kebijakan pemerintah merupakan perluasan dari
audit keuangan yang berfokus pada penganggaran.
           Di Australian National Audit Office (BPK Australia), audit kinerja dimulai pada
tahun 1970-an. Audit kinerja mulai berkembang di Australia karena ketertarikan pemerintah,
parlemen, dan masyarakat terhadap efektivitas program dan efisiensi administrasi pemerintah.
Pada saat itu, departemen pemerintah banyak diberikan kebebasan untuk mengelola operasi
mereka, dengan sedikit kendali dari pusat. Pada awalnya, pemeriksaan kinerja hanya divisi kecil
dari ANAO. Antara tahun 1980-1983, ANAO hanya membuat tujuh laporan audit kinerja. Saat
ini, ANAO membuat hampir 50 laporan audit kinerja setiap tahunnya.
            Di Indonesia, audit kinerja mulai diperkenalkan pada tahun 1976 yang dimulai
dengan management audit course di Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) dengan bekerja sama
dengan US-GAO. Serupa dengan negara lain, audit kinerja di Indonesia juga mengalami pasang
surut. Sejak tahun 2004-2007, BPK telah melaksanakan 99 audit kinerja, dengan rincian 37 audit


                                                                                             5
di kantor pusat dan 62 audit di kantor perwakilan daerah. Rekap audit kinerja pada tahun 2004-
2007 dapat dilihat di grafik 3.1.2. Grafik ini menunjukkan audit kinerja atas BUMN masih
sangat sedikit.
                                          Grafik Audit Kinerja




                             Gambar 3.1.2 Rekap pemeriksaan BPK tahun 2004-2007




3.2 Definisi Audit Kinerja

            Secara etimologi, audit kinerja terdiri atas dua kata, yaitu “audit” dan “kinerja”.
Audit menurut Arens adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi terhadap bukti-bukti
yang dilakukan oleh yang kompeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan tingkat
kesesuaian antara kondisi yang ditemukan dan kriteria yang ditetapkan.
            Sedangkan menurut Stephen P Robbins, kinerja merupakan hasil evaluasi terhadap
pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama. Di
pihak lain. Ayuha menjelaskan, “Perfomance is the way of job or task is done by an individual, a
group of organization”.
            Dari kedua definisi tersebut, terlihat bahwa istilah kinerja mengarah pada dua hal
yaitu proses dan hasil yang dicapai.
            Definisi yang cukup komprehensif diberikan oleh Malan, Fountain, Arrowsmith, dan
Lockridge (1984), sebagai berikut.




                                                                                              6
“Perfomance auditing is a systematic process of objectively obtaining dan evaluating
evidence regarding the performance of an organization, program, function, or activity.
Evaluation is made in terms of its economy and efficiency of operations, effectiveness in
achieving of desire results, and compliance with relevan policies, law, and regulations, for the
purposes of ascertaining the degree of correspondence between performance and established
criteria and communicating the results to interest the users. The performance audit function
provides an independent, third-party review of management’s performance and the degree to
which the perfomanced of audited entity meets pre-stated expectation”.
            [“Audit kinerja merupakan suatu proses sistematis dalam mendapatkan dan
mengevaluasi bukti yang secara objektif atas suatu kinerja organisasi, program, fungsi, atau
kegiatan. Evaluasi dilakukan bedasarkan aspek ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas dalam
mencapai hasil yang diinginkan, serta kepatuhan terhadap peraturan, hukum, dan kebijakan yang
terkait. Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keterkaitan antara kinerja dan
kriteria yang ditetapkan serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Fungsi dari audit kinerja ialah memberikan review dari pihak ketiga atas kinerja
manajemen dan menilai apakah kinerja organisasi dapat memenuhi harapan.”]
            Selanjutnya, Pasal 4 ayat (3) UU No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, mendefinisikan audit kinerja sebagai audit
atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi
serta pemeriksaan aspek efektivitas.
            Kemudian, bedasarkan PP No. 60 Tahun 2008 tentang SPIP mendefinisikan audit
kinerja sebagai audit atas pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi
instansi pemerintah yang terdiri atas aspek kehematan, efisiensi, dan efektivitas.
            Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa audit kinerja adalah audit
yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai bukti untuk menilai kinerja
entitas yang diaudit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.




                                                                                              7
3.3 Pentingnya Audit Kinerja


a. Pemerintah
           Bagi pemerintah, audit kinerja dapat menjadi ukuran penilaian dan perbaikan atas
3E (ekonomi, efektivitas, dan efisiensi) dari program kegiatan pemerintah dan pelayanan publik.


b. Legislatif & Masyarakat
           Memberikan informasi independen apakah uang negara digunakan secara 3E serta
mendukung pengawasan dan pengambilan keputusan oleh legislatif.


c. BPK
           Melakukan peningkatkan kematangan organisasi dan nilai BPK di masyarakat,
meningkatkan motivasi pemeriksa, dan mendorong kreativitas dan pembelajaran.



           Lebih lanjut, audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai kewajaran
laporan keuangan sektor publik, tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintahan terhadap
undang-undang dan peraturan yang berlaku. Disamping itu, audit sektor publik juga memeriksa
dan menilai sifat-sifat hemat (ekonomis), efisien serta keefektifan dari semua pekerjaan,
pelayanan atau program yang dilakukan pemerintah. Dengan demikian, bila kualitas audit kinerja
sektor publik rendah, akan mengakibatkan risiko tuntutan hukum (legitimasi) terhadap pejabat
pemerintah dan akan muncul kecurangan, korupsi, kolusi serta berbagai ketidakberesan.
Sehubungan dengan itulah, audit kinerja memegang peran yang sangat esensial dalam suatu
organisasi atau lembaga yang berkaitan dengan dana masyarakat.




                                                                                              8
3.4 Audit Kinerja untuk Akuntabilitas Publik

            Akuntabilitas publik meliputi :

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity and legality)

2. Akuntabilitas proses (process accountability)

3. Akuntabilitas program (program accountability)

4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)

            Akuntabilitas Publik tidak bisa dipisahkan dari prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik (Good Governance). Salah satu tata kelola yang baik ialah dengan

adanya kinerja yang baik. Kinerja inilah dapat diidentifikasi dan dievaluasi melalui audit kinerja.

Oleh sebab itu, audit kinerja sangat diperlukan dalam akuntabilitas publik, terutama dalam hal

menilai tingkat keberhasilan kinerja suatu kementerian atau lembaga pemerintah dan memastikan

sesuai atau tidaknya sasaran kegiatan yang menggunakan anggaran dan transparansi dalam

pelaksanaannya.

            Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas berupa

peningkatan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan, pengembangan

bentuk-bentuk laporan akuntabilitas, perbaikan indikator kinerja, perbaikan perbandingan

kinerja antara organisasi sejenis yang diperiksa, serta penyajian informasi yang lebih jelas dan

normatif.




                                                                                                 9
3.5 Keterkaitan Audit Kinerja dengan Manajemen Keuangan

           Audit kinerja dapat dilaksanakan oleh pihak auditor internal atau auditor eksternal
yang profesional dan kompeten sehingga menjamin objektivitas hasil audit. Dalam
melaksanakan audit kinerja penting bagi auditor untuk memiliki pengetahuan yang memadai
tentang pengelolaan terhadap hasil-hasil, khususnya sistem perencanaan, penganggaran dan
sistem pengindikator kinerja yang dimiliki atau melekat pada suatu instansi pemerintah, yang
mana informasi ini dipegang oleh manajemen keuangan.
           Pendekatan auditor pada bagian ini bertujuan untuk memperoleh dokumen yang
mencukupi untuk memeriksa peraturan dasar organisasi dan memahami sejarah serta kondisi
operasi sekarang. Auditor seharusnya mengenal struktur organisasi, sistem pengendalian, laporan
keuangan, sistem informasi, pegawai dan pelaksanaan adminsistratif .
           Mendekati akhir pendekatan ini, auditor seharusnya memperoleh informasi mengenai
hukum yang terkait, pernyataan kebijakan, dokumen dan catatan penelitian terdahulu, laporan
audit sebelumnya, dan studi lain yang dilakukan oleh departemen. Auditor harus memperoleh
gambaran mengenai informasi dasar yang berkaitan organisasi dengan mendapatkan bagan
organisasi, uraian tertulis, serta bagan alir dari proses kerja dan sistem informasi. Auditor juga
harus memperoleh informasi mengenai kebijakan dan prosedur administrasi dan personalia,
serta mengindentifikasi dan memperoleh prosedur operasi.



3.6 Istilah-istilah dalam Audit Kinerja

               Ada istilah umum yang digunakan dalam audit kinerja, di antaranya performance
audit dan Value For Money (VFM) audit. VFM audit mengacu pada penilaian apakah manfaat
yang dihasilkan oleh suatu program lebih besar dari biaya yang dikeluarkan atau masih
mungkinkah melakukan pengeluaran dengan bijak. Istilah VFM audit banyak digunakan di
Kanada dan negara persemakmurannya. Secara internasional, performance audit ialah istilah
resmi yang digunakaan kalangan INTOSAI.
               Istilah yang juga sering dijumpai ialah audit manajemen, audit operasional, atau
audit ekonomi dan efisiensi. Istilah ini digunakan untuk menilai dalam aspek ekonomi dan
efisiensi dari pengelolaan organisasi. Istilah lain ialah audit program atau audit efektivitas yang


                                                                                                10
ditujukan untuk menilai manfaat atau pencapaian suatu program. Gabungan antara audit
manajemen atau operasional dan audit program merupakan audit kinerja.
          Audit kinerja terkait erat dengan konsep akuntabilitas yang dikenal dengan istilah
akuntabilitas kinerja. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah antara lain diatur melalui Inpres
No.7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).
Beberapa istilah yang sering dikaitkan dalam konteks audit kinerja adalah
1. Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai pencapaian, prestasi atau unjuk kerja dari
  instansi pemerintah
2. Indikator kinerja (performance indicator) adalah deskripsi kuantitatif atau kualitatif terhadap
  tercapaiannya kinerja. Indikator kinerja dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai
  dan melihat perkembangan yang dicapai selama jangka waktu terterntu.
3. Indikator kinerja kunci (key performance indicator) adalah indikator kinerja yang memiliki
  fokus pada aspek kinerja yang penting bagi keberhasilan organisasi.
4. Efisiensi berkaitan dengan hubungan antara input yang digunakan untuk menghasilkan output.
  Efisiensi lazimnya dinyatakan dalam bentuk indeks, rasio, unit, atau bentuk lainnya
  (misalnya: dalam bentuk perbandingan). Secara umum efisiensi berkaitan dengan
  produktivitas.
5. Efektivitas berkaitan dengan pencapaian hasil (outcome) yang ditetapkan telah dicapai dengan
  output. Output sektor publik umumnya adalah jasa berupa layanan terhadap masyarakat.
  Output dikatakan efektif jika memberi pengaruh sesuai yang diharapkan.




                                                                                               11
3.7 Perbedaan antara Audit Kinerja dan Audit Keuangan

 No        Perbedaan                    Audit Kinerja                         Audit Keuangan
 1.     Tujuan             Menilai apakah audit telah mencapai Menilai              apakah     akun-akun
                           tujuan atau harapan yang ditetapkan.      benar     dan    disajikan   secara
                                                                     wajar.
 2.     Dasar              Ekonomi, ilmu politik, sosiologi, dan Akuntansi.
        Akademik           lain-lain.
 3.     Metode             Bervariasi antara satu proyek dan Kurang                    lebih       telah
                           proyek lain .                             terstandardisasi.
 4.     Fokus              Program dan kegiatan organisasi.          Sistem akuntansi dan sistem
                                                                     manajemen.
 5.     Kriteria              Lebih subjektif                          Kurang subjektif
        Penilaian             Terdapat kriteria yang unik untuk        Kriteria      untuk      semua
                               masing-masing audit.                      kegiatan audit
 6.     Laporan               Struktur dan isi laporan bervariasi      Bentuk laporan kurang lebih
                              Dipublikasikan secara tidak tetap         terstandardisai
                               (ad hoc basis )                          Dipublikasikan           secara
                                                                         berkala
Sumber : The Swedish National Audit Office Handbook In Permormance Auditing : Theory and
Practice

1.    Lingkup audit keuangan meliputi seluruh laporan keuangan, sedangkan audit kinerja lebih
      spesifik dan fleksibel dalam pemilihan subjek, objek, dan metodolgi audit.
2.    Audit keuangan merupakan audit reguler sedangkan audit kinerja bukan merupakan audit
      reguler karena tidak harus dilaksanakan setiap tahun atau secara berkala.
3.    Opini/Pendapat yang diberikan dalam audit keuangan bersifat baku yaitu unqualified,
      qualified, adverse atau disdalmer, sedangkan audit kinerja bukan merupakan audit dengan
      jenis opini yang sudah ditentukan (formalized opinion ).
4.    Audit kinerja dilaksanakan dengan dasar pengetahuan yang bersifat multidisiplin dan lebih
      banyak menekankan pada kemampuan analisis daripada sebatas pengetahuan akuntansi.


                                                                                                   12
5.    Audit kinerja bukanlah bentuk audit berdasarkan checklist, kompleksitas, dan keragaman.
      Pertanyaan dalam audit kinerja mengisyaratkan agar auditor dibekali dengan kemampuan
      berkomunikasi yang baik


3.8 Karakteristik Audit Kinerja


             Adalah sesuatu yang hanya dimiliki oleh audit kinerja yang membedakan audit
kinerja dengan jenis audit lainnya . Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari audit kinerja:

1. Audit kinerja berusaha mencari jawaban atas dua pertanyaan dasar berikut
     a. Apakah sesuatu yang benar telah dilakukan (doing the right things )?
     b. Apakah sesuatu telah dilakukan dengan cara yang benar (doing the things right)?
             Pertanyaan pertama ditujukan terutama bagi pembuat kebijakan. Tujuannya adalah
     untuk mengevaluasi apakah kebijakan telah diputuskan dengan tepat. Pertanyaan kedua
     ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kebijakan yang diambil telah diterapkan dengan
     benar atau apakah kebijakan tersebut telah dilaksanakan dengan cara-cara yang memadai.
     Kedua pertanyaan tersebut merupakan makna dari efektivitas dan efisiensi tidak selalu
     berbanding lurus. Suatu kegiatan yang telah dilakukan secara efektif belum tentu berarti
     bahwa kegiatan itu telah dilakukan secara efisien, demikian juga sebaliknya.


2. Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terinci dinilai tidak akan memberikan
     nilai tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen atau kondisi internal lembaga audit
     dinilai tidak mampu untuk melaksankan pengujian terinci.


             Profesor Soemardjo Tjitrosidojo (1980) memberikan karakteristik audit kinerja
sebagai berikut
a. Pemeriksaan operasional dengan menggunakan perbandingan dengan cara pemeriksaan oleh
      dokter haruslah merupakan pemeriksaan semacam “medical check up”, (penelitian
      kesehatan) dan bukan merupakan pemeriksaan semacam “otopsi post mortem”(pemeriksaan
      mayat). Jadi, pemeriksaan seharusnya dimaksudkan agar si pasien memperoleh petunjuk




                                                                                                     13
agar ia selanjutnya dapat hidup lebih sehat dan bukan sebagai pemeriksaan untuk
    menganalisis sebab-sebab kematian mayat.
b. Pemeriksa haruslah wajar (fair), objektif dan realities, mengingat bahwa ia harus dapat
   menjangkau hari depan organisasi yang diperiksanya. Ia harus dapat berpikir secara dinamis,
   konstruktif, dan kreatif, :mengingat bahwa dalam tugasnya ia harus berhadapan dengan
   banyak orang yang sifat serta tingkah lakunya beranekaragam. Ia harus dapat bertindak
   seccara diplomatis seterusnya ia haruslah sensitif dalam menghadapi masalah-masalah yang
   pelik dalam tugas serta tangguh untuk tetap bertekad meneruskan suatu penyelidikan sampai
   akhirnya berhasil.
c. Pemeriksa (atau setidak-tidaknya tim pemeriksa secara kolektif ) harus mempunyai
   pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai macam bidang seperti ekonomi, hukum, moneter,
   statistik, komputer, keinsinyuran, dan sebagainya .
d. Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat berpikir dengan
   menggunakan sudut pandangan pejabat pimpinan organisasi yang diperiksanya. Ia harus
   mendapat dukungan dari pimpinan tertinggi, pemeriksa harus benar-benar mengetahui
   persoalan yang dihadapinya, dapat mengantisipasi masalah serta cara penyelesaiannya, dan
   memberikan gambaran tentang perbaikan-perbaikan yang dapat diterapakan dalam organisasi
   yang diperiksa.
e. Pemeriksaan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatu”early warning system” (sistem
   peringatan dini) agar pimpinan secara tepat pada waktunya, setidak-tidaknya sebelum
   terlambat dapat mengadakan tindakan-tindakan korektif yang mengarah kepada perbaikan
   organisasinya
            Karakteristik diatas sangat relevan dengan konsep audit kinerja sebagai audit for
management bukan audit to management. Dalam audit for management, auditor harus
memberikan rekomendasi perbaikan bagi manajemen sebagai upaya peningkatan akuntabilitas
dan kinerja entitas yang diaudit.




                                                                                           14
3.9 Manfaat Audit Kinerja


     A.    Peningkatan Kinerja


1. Mengidentifikasi Masalah dan Alternatif Penyelesaiannya
           Auditor sebagai pihak independen dapat memberi pandangan kepada manajemen
  untuk melihat permasalahan secara lebih detail dari sisi operasional. Sehubungan dengan itu,
  auditor dapat melakukan diskusi dengan orang-orang yang bergelut dalam operasional dan
  menginformasikan hal tersebut kepada manajemen
2. Mengidentifikasi Sebab-sebab Aktual dari Suatu Masalah Yang Dapat Dihadapi oleh
  Kebijaksanaan Manajemen atau Tindakan Lainnya.
           Auditor harus dapat menetapkan masalah yang aktual dan solusi untuk mengatasinya.
  Auditor sebaiknya tidak memberi rekomendasi atau usulan bila ia tidak dapat membantu
  proses rekomendasi tersebut.
3. Mengidentifikasi   Peluang    dan   Kemungkinan     untuk   Mengatasi    Keborosan     dan
  Ketidakefisienan.
           Pengurangan biaya merupakan hal yang penting dalam audit kinerja. Namun,
  penghematan biaya dapat menjadi suatu hal yang besar dalam jangka waktu yang panjang.
  Biaya harus berada pada tingkat yang tepat dan jika perlu melakukan pemotongan. Keputusan
  mengurangi biaya haruslah mempertimbangankan dampaknya bagi kegiatan operasional.
4. Mengidentifikasi Kriteria untuk Menilai Pencapaian Tujuan Organisasi
           Pada situasi tertentu, kriteria tidak ada. Oleh sebab itu, auditor dapat membantu
  manajemen dalam membangun kriteria itu.
5. Melakukan Evaluasi atas Sistem Pengendalian Internal
           Auditor harus menentukan apakah mekanisme telah menyediakan informasi tentang
  efektivan operasional, yaitu: (1). Apakah ada perbedaan tingkat kedalaman atau detail
  laporan; (2). Apakah ada informasi yang belum disajikan dalam laporan; (3). Apakah
  indikator kerja telah dipertimbangkan dalam penyusunan laporan.




                                                                                           15
6. Menyediakan Jalur Komunikasi antara Tataran Operasional dan Manajemen
               Audit kerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan permasalahan yang tidak
   dapat tersalurkan melalui struktur komunikasi yang telah disususun organisasi tersebut.
7. Melaporkan Ketidakberesan
               Audit kerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan kepada manajemen setiap
    penyimpangan yang terjadi sehingga kerugian dan dampak yang lebih besar dapat diatasi.




    B. Peningkatan Akuntabilitas Publik


               Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas berupa
perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan, pengembangan bentuk-
bentuk laporan akuntabilitas; perbaikan indikator kinerja, perbaikan perbandingan pekerja antara
organisasi sejenis yang diperiksa, serta penyajian informasi yang jelas dan informatif. Perubahan
dan perbaikan dapat terjadi karena temuan atau rekomendasi audit. Umumnya, rekomendasi
dapat menjadi kunci atas perubahan dan perbaikan. Oleh sebab itu, penyusunan rekomendasi
yang baik perlu diperhatikan.


3.10 Tujuan Audit Kinerja


               Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa audit kinerja
mencakup tujuan yang luas dan bervariasi, termasuk tujuan yang berkaitan dengan penilaian
hasil dan efektivitas program, ekonomi dan efisiensi, pengendalian internal, ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta bagaimana cara untuk meningkatkan
efektivitas.
               Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dasar dari audit kinerja ialah menilai suatu
kinerja suatu organisasi, program, atau kegiatan yang meliputi audit atas aspek ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas. Audit kinerja (performance audit) merupakan perluasan atas audit
laporan keuangan atas prosedur dan tujuan.




                                                                                               16
3.11 Jenis Audit Kinerja
             Audit yang dilakukan dalam audit kinerja meliputi audit ekonomi, audit efisiensi dan
audit efektivitas. Audit ekonomi dan audit efisiensi disebut management audit atau operational
audit, sedangkan audit efektivitas disebut program audit.


a.   Audit Ekonomi
             Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik ialah ekonomi,
yang berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah.
Ekonomi merupakan perbandingan antara input dan input value yang dinyatakan dalam satuan
moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sector publik dapat meminimalisir
input resource yang digunakan, yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak
produktif.


b. Audit Efisiensi
             Konsep kedua dalam manajemen organisasi sector publik ialah efisiensi, yaitu
pencapaian output yang maksimal dengan input tertentu atau dengan penggunaan input yang
terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupkan perbandingan input/output yang
dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.


             Dapat disimpulkan bahwa ekonomi memiliki arti biaya terendah, sedangkan efisiensi
mengacu pada rasio terbaik antara output dan biaya (input). Ini dikarenakan keduanya diukur
dalam unit yang berbeda, maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan sumber daya yang ada
dapat dicapai output yang maksimal atau output tertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang
sekecil-kecilnya.
             Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan suatu entitas telah
memperoleh, melindungi, menggunakan sumber dayanya secara ekonomis, dan efisien. Selain
itu, juga bertujuan untuk menentukan dan mengidentifikasi penyebab terjadinya praktik-praktik
yang tidak ekonomis dan efisien, termasuk ketidakmampuan organisasi untuk mengelola sistem
informasi, administrasi, dan struktur organisasi.




                                                                                              17
Menurut The General Accounting Office Standards (1994), beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam audit ekonomi dan efisiensi, yaitu dengan mempertimbangkan apakah
entitas yang diaudit telah: (1) mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat; (2)
melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu dan jumlah) sesuai dengan kebutuhan pada
biaya terendah; (3) melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai;
(4) menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang jelas tujuannya;
(5) menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawai yang berlebihan; (6)
menggunakan prosedur kerja yang efisien; (7) menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan
fasilitas) yang minimum dalam menghasilkan atau menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas
dan kualitas yang tepat; (8) mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya negara; (9) melaporkan ukuran
yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai kehematan dan efisiensi (Mardiasmo,
2002). Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah menghasilkan output yang optimal
dengan sumber daya yang dimilikinya, auditor dapat membandingkan output yang telah dicapai
pada periode yang bersangkutan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, kinerja
tahun-tahunsebelumnya dan unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi yang
berbeda.


c. Audit Efektifitas
           Konsep yang ketiga dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah efektivitas.
Efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Efektivitas
merupakan perbandingan antara outcome dengan output. Outcome seringkali dikaitkan dengan
tujuan (objectives) atau target yang hendak dicapai. Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas
berkaitan dengan pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Audit Commission (1986) disebutkan
bahwa efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang
berwenang untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya.
           Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau manfaat
yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan menentukan
apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil yang
sama dengan biaya yang paling rendah. Secara lebih rinci, tujuan pelaksanaan audit efektivitas
atau audit program adalah dalam rangka: (1) menilai tujuan program, baik yang baru maupun

                                                                                             18
yang sudah berjalan, apakah sudah memadai dan tepat; (2) menentukan tingkat pencapaian hasil
suatu program yang diinginkan; (3) menilai efektivitas program dan atau unsur-unsur program
secara terpisah; (4) mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan
memuaskan; (5) menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk
melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik dan dengan biaya
yang lebih rendah; (6) menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih
atau bertentangan dengan program lain yang terkait; (7) mengidentifikasi cara untuk dapat
melaksanakan program tersebut dengan lebih baik; (8) menilai ketaatan terhadap peraturan
perundangundangan yang berlaku untuk program tersebut; (9) menilai apakah sistem
pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk mengukur, melaporkan dan memantau
tingkat efektivitas program; (10) menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang
sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program. Efektivitas berkenaan
dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa. Untuk mengukur efektivitas suatu kegiatan
harus didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika hal ini belum tersedia,
auditor bekerja sama dengan manajemen puncak dan badan pembuat keputusan untuk
menghasilkan kriteria tersebut dengan berpedoman pada tujuan pelaksanaan suatu program.
Meskipun efektivitas suatu program tidak dapat diukur secara langsung, ada beberapa alternatif
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu program, yaitu mengukur dampak
atau pengaruh evaluasi oleh konsumen dan evaluasi yang menitikberatkan pada proses, bukan
pada hasil. Tingkat komplain dan tingkat permintaan dari pengguna jasa dapat dijadikan sebagai
pengukuran standar kinerja yang sederhana untuk berbagai jasa. Evaluasi terhadap pelaksanaan
suatu program hendaknya mempertimbangkan apakah program tersebut relevan atau realistis,
apakah ada pengaruh dari program tersebut, apakah program telah mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil.




                                                                                           19
3.12 Proses dan Tahapan Audit Kinerja


       PROSES AUDIT

       Secara umum, proses audit kinerja memiliki sistematika:
1. Struktur audit kinerja
2. Tahapan audit kinerja
3. Kriteria atau indikator yang menjadi tolok ukur audit kinerja.


       1.   Struktur Audit Kinerja


            Pada dasarya, struktur audit adalah sama, hal yg membedakan adalah spesific tasks
pada tiap tahap audit yg menggambarkan kebutuhan dari masing-masing audit.

Secara umum, struktur audit kinerja terdiri atas:

a. Tahap-tahap audit

b. Elemen masing-masing tahap audit

c. Tujuan umum masing-masing elemen

d. Tugas-tugas yang diperlukan utuk mencapai setiap tujuan



       2.   Tahapan Audit Kinerja

            Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan
prosedurya. Berdasarkan kerangka umum struktur audit di atas, dapat dikembangkan struktur
audit kinerja yang terdiri atas:

A. Tahap pengenalan dan perencanaan (familiarization and planning phase)

B. Tahap pengauditan (audit phase)

C. Tahap pelaporan (reporting phase)

D. Tahap penindaklanjutan (follow-up phase)




                                                                                          20
TAHAP                                ELEMEN
         Tahap pengenalan dan perencanaan        Survei pendahuluan
         (familiarization and planning phase)    Review SPM

         Tahapan audit                           Review hasil-hasil program
         (audit phase)                           Review ekonomi
                                                 Review kepatuhan

         Tahap pelaporan                         Persiapan laporan
         (reporting phase)                       Review dan revisi
                                                 Pengiriman dan penyajian laporan

         Tahap penindaklanjutan                  Desain follow up
         (follow-up phase)                       Investigasi
                                                 Pelaporan


                         A. TAHAP PENGENALAN & PERENCANAAN
                             (Familiarization and Planning Phase)



           Tahap pengenalan dan perencanaan terdiri dari dua elemen:
a. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey)
           Survei pendahuluan, bertujuan untuk menghasilkan research plan yang detail yg
dapat membantu auditor dalam mengukur kinerja
           Auditor akan berupaya untuk memperoleh gambaran yang akurat tentang lingkungan
organisasi yang diaudit, terutama berkaitan dengan:
1. Struktur dan operasi organisasi
2. Lingkungan manajemen
3. Kebijakan, standar, dan prosedur kerja


           Deskripsi yang akurat tentang lingkungan organisasi yang diaudit akan membantu
auditor untuk menentukan tujuan audit dan rencana audit secara detail, memanfaatkan sumber
daya yang ada untuk berbagai hal yang bersifat material, mendesain tugas secara efisien dan
menghindari kesalahan.




                                                                                        21
b.    Review Sistem Pengendalian (Control System Review)


              Review SPM, bertujuan untuk mengembangkan temuan berdasarkan perbandingan
antara kinerja dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
              Pada audit keuangan, audit dimulai dengan review dan evaluasi terhadap SPI
terutama yang berkaitan dengan prosedur akuntansinya. Pada audit kinerja, auditor harus
menelaah SPM untuk menemukan kelemahan pengendalian yang signifikan agar menjadi
perhatian manajemen dan untuk luas, sifat dan waktu pekerjaan pemeriksaan berikutnya
              SPM memberikan gambaran tentang metoda dan prosedur yg digunakan oleh
organisasi untuk mengendalikan kinerjanya. Pengendalian manajemen bertujuan utk memastikan
bahwa tujuan organisasi dicapai secara ekonomis, efisien, dan sesuai dengan hukum dan
peraturan yang berlaku.
              Tiga langkah prosedur audit yg dilakukan pada review sistem pengendalian:
1. Menganalisis sistem manajemen organisasi
2. Membandingkannya dengan model yang ada.
3. Mencatat dugaan terhadap setiap ketidakcocokan/ketidaksesuaian


              Kriteria penilaian yang digunakan untuk reliabilitas data dibagi dalam dua area, yaitu:
1. Proses pengumpulan, perhitungan, dan pelaporan data
     a. Prosedur yang ada didesain untuk memastikan fairness, dependability, dan reliability data.
     b. Terdapat pengendalian dalam proses pengumpulan dan penghitungan data untuk
        memastikan integritas data.
     c. Pengendalian yang telah ditetapkan sudah dijalankan.
     d. Terdapat dokumentasi yang memadai untuk menentukan integritas data.
2. Kecukupan pelaporan data
     a. Data yang dikumpulkan dan dihitung, dibuat dengan dasar yang konsisten dengan tahun
        sebelumnya
     b. Kewajaran dan reliabilitas data disajikan dengan kriteria tertentu




                                                                                                  22
Audit pada tahap pengenalan dan perencanaan mempersiapkan dokumen:
1. Analitical memorandum berisi identifikasi kelemahan yang material dalam sistem
   pengendalian manajemen dan pembuatan rekomendasi untuk perbaikan atas kelemahan
   tersebut.
2. Planning memorandum dibuat berdasarkan hasil review sistem pengendalian untuk
   menentukan sifat, luas, dan waktu pekerjaan audit berikutnya.


               Indikator kinerja dapat membantu pemakai laporan dalam menilai kinerja organisasi
yang diaudit. Penggunaan indikator kinerja untuk masing-masing organisasi juga penting untuk
mengantisipasi kemungkinan bahwa ukuran kerja untuk suatu organisasi berbeda dengan ukuran
kerja organisasi lain.




                                          B. TAHAPAN AUDIT
                                                 (Audit Phase)


               Tahapan dalam audit kinerja terdiri dari tiga elemen, yaitu:
1. Telaah hasil-hasil program (program results review)
2. Telaah ekonomi dan efisiensi (economy and efficiency review)
3. Telaah kepatuhan (compliance review)


               Tahapan-tahapan dalam audit kinerja disusun untuk membantu auditor dalam
mencapai tujuan audit kinerja. Review hasil-hasil program akan membantu auditor untuk
mengetahui apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar. Review ekonomi dan efisiensi
akan mengarahkan auditor untuk mengetahui apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar
tadi secara ekonomis dan efisien. Review kepatuhan akan membnatu auditor untuk menentukan
apakah entitas telah melakukan segala sesuatu dengan cara-cara yang benar, sesuai aturan dan
hukum yang berlaku. Dalam menjalankan elemen-elemen tersebut, auditor juga harus
memepertimbangkan biaya. Atas dasar tersebut, setiap elemen harus dijalankan secara terpisah.




                                                                                             23
Secara lebih rinci, komponen audit terdiri dari
1.   Identifikasi Lingkungan Manajemen
            Auditor harus familiar dengan lingkungan manajemen klien untuk memahami
     keterbatasan yang dihadapi organisasi. Oleh sebab itu, auditor harus mengetahui secara
     akurat gambaran menyeluruh organisasi dari perspektif hukum, organisasi, dan karyawan.
     Auditor mengumpulkan informasi sehubungan dengan (a). Persyaratan hukum dan kinerja
     (b). Gambaran organisasi (c). Sistem informasi dan pengendalian (d). Pemahaman karyawan
     atas kebutuhan dan harapan.


2.   Perencanaan dan Tujuan
            Ini berkaitan dengan review atas proses penetapan rencana dan tujuan organisasi.
     Auditor menguji keberadaan tujuan yang ditetapkan secara jelas dan rencana-rencana untuk
     mencapai tujuan tersebut, serta keterkaitan antara aktivitas yang dilakukan dengan
     kebutuhan dan tujuan organisasi.


3.   Struktur Organisasi
            Komponen ini berkaitan dengan bagaimana sebuah unit diatur dan sumber daya
     dialokasikan untuk mencapai tujuan organisasi. Struktur organisasi menunjuk pada otoritas
     formal maupun informal dan tanggung jawab yang terkait organisasi.


4.   Kebijakan dan Praktik
            Ini mengacu pada kebijakan yang berlaku umum yang merupakan kesepakatan
     masyarakat yang diwakili lembaga legislatif, dan diformalkan dalam peraturan administratif
     yang mengacu pada sejumlah aktivitas yang harus dilaksanakan.


5.   Sistem dan Prosedur
             Ini merupakan rangkaian kegiatan atau aktivitas untuk menelaah struktur
     pengendalian, efektivitas, ketepatan, logika, dan kebutuhan organisasi.




                                                                                            24
6.   Pengendalian dan Metode
               Berhubungan dengan pengendalian internal terutama accounting control dan
     administrative control. Pengendalian akuntansi diperlukan untuk menyusun rencana,
     metode, dan prosedur organisasi untuk menjaga kekayaan perusahaan dan reabilitas data
     keuangan. Pengendalian administrasi terdiri dari rencana, metoda, dan prosedur organisasi
     yang berfokus pada efisiensi operasional, efektivitas organisasi, dan kepatuhan terhadap
     kebijakan manajemen serta ketentuan yang berlaku.

7.   Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Fisik
                Ini berkaitan dengan sikap karyawan, dokumentasi tentang berbagai aktivitas, dan
     kondisi fisik pekerjaan


8.   Praktik Pengelolaan Staf
               Komponen ini mengacu pada metode prosedur yang digunakan untuk melindungi
     sumber daya manusia yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi, metode dan
     prosedur yang mengatur administrasi penggajian, metode dan prosedur untuk menilai kinerja
     karyawan, kebijakan dan prosedur pelatihan karyawan, dan affirmative actions plans, yaitu
     berbagai rencana yang disetujui pihak-pihak tertentu. Auditor perlu mengevaluasi
     affirmative action plans untuk memastikan hal ini tidak bertentangan dengan hukum yang
     berlaku dan pelaksanaan rencana berjalan secara efektif.


9.   Analisis Fiskal
            Ini dibutuhkan untuk menganalisis informasi keuangan yang secara langsung atau
     tidak langsung dapat digunakan untuk mengindikasikan efisiensi operasi, ekonomi, dan
     efektivita unit organisasi yang dievaluasi.


10. Area Khusus Investigasi
            Ini bersifat lebih spesifik. Investigasi ini diarahkan pada usaha mengevaluasi soulusi
     alternatif yang didesain untuk meningkatkan efektivitas dan sfisiensi atau peningkatan nilai
     ekonomis sebuah fungsi organisasi.




                                                                                               25
C. TAHAPAN PELAPORAN
                                            (reporting phase)

             Laporan tertulis bersifat permanen dan sangat penting untuk akuntabilitas publik. Hal
terpenting bahwa laporan tersebut dapat dipahami oleh pihak-pihak yang menerima dan
membutuhkan. Tiga langkah pengembangan laporan audit, yaitu:
1.    Persiapan (preparation)
             Pada    tahap      persiapan,   auditor   mulai   mengembangkan       temuan   audit,
     menggabungkannya menjadi sebuah laporan yang koheren dan logis, serta menyiapkan bukti
     pendukung dan dokumentasi yang diperlukan.


2.    Penelaahan (review)
              Ini adalah tahap analisi kritis terhadap laporan tertulis yang dilakukan oleh staf
     audit, review, dan komentar atas laporan yang diberikan oleh pihak auditor.


3.    Pengiriman (transmission)
             Meliputi persiapan tertulis sebuah laporan yang permanen agar dapat dikirim ke
     lembaga yang memberi tugas untuk mengaudit.


             Hal yang terpenting dari laporan ialah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang
membutuhkan dan menerima sehingga efektif. Oleh sebab itu, auditor harus memutuskan siapa
yang kompeten untuk menulis laporan dan siapa pengguna laporan tersebut.
             Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan adalah:
1.    Laporan audit kinerja harus ditulis secara objektif
2.    Auditor tidak boleh overstate
3.    Informasi yang disajikan harus disertai suatu bukti yang kompeten
4.    Auditor hendaknya menulis laporan secara konstruktif, memberikan pengakuan terhadap
      kinerja yang baik maupun yang buruk
5.    Auditor hendaknya mengakomodasi usaha-usaha yang dilakukan oleh manajemen untuk
      memperbaiki kinerjanya




                                                                                               26
Selain hal-hal di atas, ada keahlian yang perlu dimiliki dan dikembangkan oleh
auditor agar menghasilkan laporan yang efektif adalah:
1.   Keahlian Teknis
            Keahlian yang dibutuhkan untuk mengorganisasikan atau menyusun informasi audit
     menjadi sebuah laporan yang koheren.
2.   Keahlian Manajerial
            Keahlian yang dibutuhkan untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan
     dan mengendalikan masing-masing tahap audit untuk memastikan hasil akhir yang
     berkualitas dan tepat waktu.
3.   Keahlian interpersonal
            Keahlian untuk menjaga hubungan baik dengan auditee, kemampuan untuk
     menyampaikan temuan-temuan negatif menjadi kesempatan-kesempatan positif sehingga
     mampu meyakinkan manajemen atas potensi-potensi yang ada.
            Sistematika laporan audit kinerja, terdiri atas:
           I. Pendahuluan
               a. Umum
               b. Surat pengiriman atau memorandum
               c. Laporan ringkasan
               d. Daftar isi laporan secara keseluruhan
               e. Daftar tabel dan gambar
           II. Teks
               a. Pendahuluan
               b. Body atau badan, mencakup:
                      1)   Pengantar masalah (jika perlu)
                      2)   Temuan-temuan
                      3)   Kesimpulan dan rekomendasi
               c. Komentar auditee
           III. Referensi Masalah
               a. Footnotes
               b. Lampiran
               c. Bibliografi


                                                                                       27
d. Komentar auditee (jika tidak dimasukkan ke dalam teks)
                e. Bahan referensi


           Format di atas menggambarkan susunan laporan akhir audit kinerja. Dalam
praktiknya, audotor harus melakukan langkah-langkah berikut untuk mengembangakan sebuah
laporan audit
1. Menyiapkan temuan-temuan secara individual
2. Mengumpulkan semua referensi yang diperlukan untuk mendukung teks
3. Menyiapkan teks
4. Menyiapkan laporan inti
5. Menyiapkan memorandum pengiriman laporan


           Temuan audit merupakan building blocks laporan audit, maksudnya bahwa temuan
audit akan disajikan secara tertulis sesuai dengan permasalahan yang relevan dan material yang
ditemukan selama audit, yang mencakup argumen yang logis dan komplit serta didukung oleh
bukti-bukti yang cukup. Relevansi maksudnya adalah temuan yang diperoleh haruslah sesuai
dengan masalah pokok dalam lingkung audit dan tujuan audit. Materialis berkaitan dengan
sejauh mana kondisi yang ada berpengaruh secara signifikan terhadap organisasi yang diaudit.


                                 D.     TAHAP PENINDAKLANJUTAN
                                                (follow up)

           Tahap penindaklanjutan melibatkan auditor, auditee, dan pihak lain yang
berkompeten. Tindak lanjut didisain untuk memastikan atau memberikan pendapat apakah
rekomendasi auditor sudah diimplementasikan. Dari sisi auditor, hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam tahap penindaklanjutan antara lain:
1. Dasar Pelaksanaan Follow Up
           Ini adalah perencanaan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Untuk setiap
  rekomendasi yang diberikan auditor, manajemen harus menentukan hal tersebut diterima atau
  ditolak. Jika diterima apakah rekomendasi tersebut diimplementasikan atau tidak, jika tidak
  diimplementasikan periode sekarang, kapan implementasi akan dilaksanakan. Jika
  rekomendasi telah dilaksanakan sebelum laporan diterbitkan, seharusnya telah diverifikasi

                                                                                               28
oleh auditor. Jika rekomendasi auditor tidak dilaksanakan, permasalahan apa saja yang
  dihadapi oleh organisasi dalam implementasi rekomendasi.
2. Pelaksanaan Review Follow Up
          Hal ini memberi dasar untuk review follow up. Hal pertama dilakukan adalah
  menyusun jadwal, yang mana hal ini tergantung dari kompleksitas rekomendasi dan tingkat
  kesulitan implementasi.
3. Batasan Review Follow Up
         Sebaiknya tidak terbatas pada penilaian pelaksanaan dan dampak rekomendasi yang
  diusulkan auditor, namun juga dihindari terjadi follow up yang overload. Kegiatan follow up
  diharapkan mampu menjelaskan peningkatan aktual yang telah dicapai setelah proses audit
  dilaksanakan pada organisasi tertentu.
4. Implementasi rekomendasi
  a. Implementasi oleh unit kerja
          Unit kerja dapat mengevaluasi dan menggunakan rekomendasi staf auditor ini
     dikarenakan unit yang diaudit memiliki kesempatan pertama kali untuk mempelajari
     temuan dan rekomendasi audit.
  b. Implementasi oleh eksekutif
          Manajemen biasanya menerima hasil audit terlebih dahulu dibandingkan legislatif.
     Diskusi antara auitor dan manejemen sebelum laporan audit dipublikasikan akan
     memungkinkan dihasilkan petunjuk administratif yang didesain untuk mengoreksi
     permasalahan.
  c. Peranan auditor dalam implementasi rekomendasi audit
          Auditor hanya berperan sebagai pendukung, tidak terlibat langsung di dalamnya. Ini
     untuk menjaga objektivitas dan independensi auditor karena ada kemungkinan bahwa
     masa-masa mendatang organisasi itu akan diaudit dengan auditor yang sama. Aoditor
     memberi penjelasan bagaimana dan mengapa sebuah rekomendasi diberikan. Auditor juga
     memonitor kegiatan dan tindakan manajemen sehubungan dengan laporan audit untuk
     mengetahui perkembangan implementasi rekomendasi audit.




                                                                                          29
d. Peranan legislatif dalam implementasi rekomendasi audit
           Merupakan otoritas tingkat akhir yang dapat mengambil tindakan implementasi
     rekomendasi secara formal dengan mengadopsi peraturan, mosi, dan lain-lain. Ada
     beberapa pendekatan yang dilakukan untuk memastikan implementasi rekomendasi audit.
     1. Tindakan legislatif secara formal. Pendekatan ini untuk mengimplementasikan
        rekomendasi tersebut ke dalam kebijakan formal.
     2. Tindakan legislatif secara informal. Pengimplementasian rekomendasi dilakukan secara
        tidak formal, misalnya melalui public sharing terhadap temuan audit, kontak langsung
        antara anggota legislatif dengan masing-masing eksekutif.
     3. Tindakan legislatif melalui anggaran. Lembaga legislatif memiliki otoritas atas lokasi
        dana melalui pengendalian terhadap anggaran. Implementasi rekomendasi dapat
        dilakukan melalui penetapan tujuan dalam anggaran yang akan dibiayai dengan
        sejumlah dana.


5. Pemeriksaan kembali secara periodik
              Audit kinerja merupakan suatu usaha yang meliputi lebih dari satu periode waktu
  karena sebagaiman variabel lain yang terus berubah, kinerja organisasi juga dapat mengalami
  fluktuasi. Setiap organisasi dapat menjadi objek pemeriksaan kembali. Laporan hasil
  pemeriksaan sebelumnya dapat dijadikan sebagai dasar memulai pekerjaan audit sehingga
  dapat menghemat waktu untuk perencanaan audit, dan isu-isu spesifik dapat diidentifikasi
  lebih awal dari proses perencanaan.


Penentuan Kriteria Audit
              Menurut DR. J. B. Sumarlin dalam bukunya ”Pemeriksa” mengemukakan bahwa :
”Dalam perencanaan audit, seorang auditor harus dapat menyatakan kriteria yang akan
dipergunakan dalam audit diantaranya:

A. Mengenal dan Mengembangkan Kriteria Audit

B. Menentukan Sumber dan Menilai Ketepatan Kriteria Audit

C. Menentukan Kriteria Audit Dari Pekerjaan Auditan”.




                                                                                           30
Pengertian yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa didalam melakukan

perencanaan perlu diambil perencanaan yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan.

Melihat hal tersebut maka, kriteria audit dapat dijelaskan sebagai berikut:


a. Mengenal dan Mengembangkan Kriteria Audit


                Kriteria audit dapat dipergunakan sebagai alat untuk menilai pengendalian,

menilai sumber daya, menilai proses pekerjaan dan menilai hasil-hasil kerja auditan. Supaya

kriteria audit dapat digunakan sebagai tolak ukur penilaian, maka kriteria tersebut:


1.    Harus berasal dari sumber yan berwenang sehingga hasil penilaiannya dapat dipertahankan

2.    Harus tidak berat sebelah, tidak memihak, tidak berprasangka (objective);

3.    Harus dapat dinyatakan secara tepat sebagai alat ukur dalam satuan jumlah tertentu

      (spesifik);

4.    Harus dapat disajikan sebagai standar pelaksanaan dan standar hasil serta dapat dicapai

      (realistic dan attainable)

            Kriteria harus memenuhi syarat dan untuk mendpatkan kriteria yang memenuhi

syarat seperti penilaian kriteria audit yang ada, kriteria audit perlu dikembangkan. Langkah-

langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan kriteria audit adalah:


      1. Menetapkan tujuan atau sasaran audit secara jelas;

      2. Menunjuk sumber informasi dari mana kriteria audit akan diangkat;

      3. Mengadakan penilaian terhadap kriteria audit.

            Dalam pengembangan kriteria audit, auditor harus memulai dari pernyataan standar

yang kemudian dikembangkan atau dirinci sampai pada pernyataan standar yang lebih khusus

sehingga dapat menuntun auditor untuk menilai tercapainya kehematan, efesiensi atau efektivitas


                                                                                            31
atas pelaksanaan dan hasil pekerjaan auditan. Semakin umum kriteria yang dipergunakan oleh

auditor maka semakin kualitatif hasil penilaiannya dan akan lebih banyak mengandung unsur

pendapat dan demikian sebaliknya. Pengembangan kriteria dengan cara ini mempunyai manfaat

yang besar karena ada jaminan dan kepastian bahwa semua kriteria yang dipakai dalam

pekerjaan audit akan berkaitan dengan tujuan auditnya.


b. Menentukan Sumber dan Menilai Ketepatan Kriteria Audit


            Dalam audit keuangan biasanya sudah tersedia kriteria audit dalam bentuk norma-

norma yang dpat dipakai sebagai alat untuk menilai pekerjaan auditan seperti norma-norma

pembukuan yang lazim dan peraturan perundang-unangan yang berlaku termasuk sasaran,

kebijaksanaan, prosedur, rencana dan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam

pekerjaan audit yang meluas sampai kepada penilaian kehematan, efesiensi dan efektifitas,

kriteria audit seperti hal tersebut kemungkinan tidak tersedia dan terodifikasi pada auditan

sehingga auditor akan menghadapi kesulitan dalam menentukan kriteria audit.


            Beberapa sumber informasi yang dapat dipergunakan sbagai referensi dalam

menentukan kriteria audit yaitu:


a)   Tim audit lainnya yang kebetulan mengaudit kegiatan yang sama pada periode sebelumnya.
b) Produk-produk kerja yang ditetapkan dlam peraturan dan perundangan yang berlaku.
c)   Maksud dan tujuan organissi/program yang di tetapkan undang-undang dan kebijaksanaan
     pemerintah pusat.
d) Ucapan dan pendpat para ahli dari perguruan tinggi
e)   Laporan-laporan yang disusus oleh instansi yang diaudit.
f)   Pendapat para ahli dan konsultan.
g) Pendapat manajemen tertinggi instansi yang diaudit.



                                                                                          32
h) Kebijaksanaan, pengarahan dan pedoman kerja yang ditetapkan oleh organisasi         yang
     diaudit.
i)   Auditan terutama dalam hal penentuan standar input, proses kerja dan output.
j)   Kinerja sektor swasta dibidang yang sama.



c. Menentukan Kriteria Audit Dari Pekerjaan Auditan

                Hubungan antara auditor dengan auditan dalam menentukan dan mengembangkan

kriteria audit cukup penting, namun auditor harus menyadari pengaruh negatifnya. Berdiskusi

dengan auditan memberikan peluang bagi auditor untuk menguji objektivitas kriteria yang akan

dipakai dan oleh karena itu auditor harus memperhatikan kepentingan auditan sepanjang

kepentingan tersebut tidak mengarah pada kepentingan pribadi yang mempengaruhi penilaian

atas hasil audit (vested interst).


                Auditor harus dapat meyakinkan auditan tentang objektivitas kriteria yang

dipergunakan dalam penilaian dan untuk itu auditor harus dpat menunjukkna sumber informasi

yang jelas dan benar akan kebenarannya dari yang bersangkutan. Banyak terjadi kesalah-

pahaman antara auditor dan auditan yang disebabkan penentua dasar penilaian yang kurang

tepat. Kesalahpahaman ini sebetulnya dpat dihindarkan apabila auditor dan auditan telah

mendiskusikan kriteria audit yang akn digunakan.




                                                                                         33
3.13 Peran Auditor dalam Audit Kinerja


           Kualitas audit sektor publik pemerintah ditentukan oleh kapabilitas teknikal auditor
dan independensi auditor. Kapabilitas teknikal auditor telah diatur dalam standar umum pertama,
yaitu bahwa staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki
kecakapan profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan, serta pada standar umum
yang ketiga, yaitu bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Disamping standar umum,
seluruh standar pekerjaan lapangan juga menggambarkan perlunya kapabilitas teknikal seorang
auditor.
       Selain itu, independensi auditor juga diperlukan, karena auditor sering disebut sebagai
pihak pertama dan memegang peran utama dalam pelaksanaan audit kinerja, sebab auditor dapat
mengakses informasi keuangan dan informasi manajemen dari organisasi yang diaudit, memiliki
kemampuan professional dan bersifat independen. Walaupun pada kenyataannya prinsip
independen ini sulit untuk benar-benar dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan audite
harus berusaha untuk menjaga independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat tercapai.
       Berikut merupakan peran auditor dalam proses audit kinerja:
a. Memberikan review independen dari pihak ketiga atas kinerja manajemen dan menilai apakah
   kinerja organisasi dapat memenuhi harapan.
b. Memberikan rekomendasi dan solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.
c. Membantu manajemen mencapai kinerja yang baik dengan memperkenalkan pendekatan yang
   sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengendalian intern serta
   memberikan catatam atas kekurangan yang ditemukan selama melakukan evaluasi.




                                                                                            34
IV. PENUTUPAN
4.1 Simpulan
            Audit kinerja mengalami perkembangan dan perubahan dari periode ke periode
sesuai dengan perkembangan zaman. Beberapa tahun belakangan ini, audit kinerja memiliki
peran yang sangat esensial khususnya dalam melakukan audit pada sektor publik. Ini disebabkan
terus meningkatnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik mempertahankan
kualitasnya. Dengan adanya audit kinerja, masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih
lengkap dari organisasi pemerintahan yang mengelola dana mereka serta dapat membantu
pemimpin organisasi tersebut dalam pelaksanakan tugas dan tanggung jawab, dan memberikan
informasi yang bermutu, tepat waktu untuk pengambilan keputusan, dalam rangka pencapaian
tujuan yaitu efesiensi dan efektif operasi.
            Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-
kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja
merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi,
efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan
dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-
pihak pengguna laporan tersebut.
            Kemampuan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) dari sektor publik pemerintah
sangat tergantung pada kualitas audit sektor publik. Tanpa kualitas audit yang baik, maka akan
timbul   permasalahan,     seperti   munculnya   kecurangan,   korupsi,   kolusi   dan   berbagai
ketidakberesan di pemerintahan.




                                                                                              35
4.2 Rekomendasi
          Audit performance seharusnya dilakukan secara regular seperti pada audit
konvensional   sehingga seberapa efisien, ekonomis dan efektivitas suatu organisasi dapat
ditelaah dari waktu ke waktu untuk mengetahui perkembangan suatu unit atau instansi
pemerintahan,dan ini dapat dilakukan oleh BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal/ Wilayah/ dan
Kabupaten, bahkan oleh auditor independen bila diminta secara khusus oleh DPRD atau oleh
Pemda sendiri. Diharapkan, audit kinerja kinerja dapat dilakukan baik pada sektor swasta
maupun pada sektor publik pada khusunya dan badan pemerintahan karena dari semua tujuan
kepentingan masyarakat merupakan prioritas utama.




                                                                                      36
V. DAFTAR PUSTAKA



1. Bastian, Indra. 2011. Audit Sektor Publik.Edisi 2. Salemba Empat: Jakarta
2. Ulum, Ihyaul. 2009. Audit sektor publik: Suatu Pengantar. Bumi Aksara: Jakarta.
3. I Gusti Agung Rai. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, Studi Kasus.
   Salemba Empat: Jakarta

4. Ely    Suhayati.   OPTIMALISASI      KINERJA     PEMERINTAH       DAERAH      MELALUI
   PERFORMANCE AUDIT dalam http://jurnal.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/v06-n02/vol-6-
   artikel-8.pdf/pdf/vol-6-artikel-8.pdf diunduh pada Selasa, 13 November 2012 jam 18.00.




                                                                                        37
VI. LAMPIRAN
STUDI KASUS

                         “Optimalisasi Kinerja Pemerintah Daerah
                               Melalui Perfomance Audit”
           Dengan adanya Otonomi Daerah, maka pengelolaan keuangan daerah berada pada
pemerintah daerah sendiri, di mana perlu adanya sistem pemeriksaan yang efektif untuk
memastikan bahwa dana desentralisasi yang telah dipercayakan oleh pusat kepada daerah telah
dikelola secara transparan. Berhasil tidaknya pembangunan di suatu daerah dalam meningkatkan
pelayanannya kepada masyarakat dan tumbuh secara berkelanjutan yang sangat tergantung pada
pengelolaan sumber daya yang dimiliki dan kualitas sumber daya manusianya dalam mengelola.
Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas berperan menjalankan aktivitas pembangunan
dan pelayanan bagi publik serta pemberdayaan potensi-potensi daerah dalam mencapai
tujuannya. Sistem pemeriksaan yang efektif, tidak hanya yang konvensional tetapi juga 3E audit
yaitu audit ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Audit kinerja atau performance audit terhadap
sektor pemerintah dapat membantu masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih lengkap
dari organisasi pemerintah (PEMDA). Audit Kinerja dapat dilakukan baik pada sektor swasta
maupun sektor publik dan badan pemerintah, karena dari semua tujuan kepentingan masyarakat
merupakan prioritas utama. Di Indonesia kita mengenal dua badan yang berhak melakukan audit
yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).




                                                                                           38

Contenu connexe

Tendances

Pelaporan Audit Keuangan dan Audit Kinerja
Pelaporan Audit Keuangan dan Audit KinerjaPelaporan Audit Keuangan dan Audit Kinerja
Pelaporan Audit Keuangan dan Audit KinerjaAjeng Pipit
 
Audit bab 2 langkah langkah audit
Audit bab 2 langkah langkah auditAudit bab 2 langkah langkah audit
Audit bab 2 langkah langkah auditsugeng1990
 
Analisis audit manajemen terhadap efektifitas penjualan dan penerimaan kas pa...
Analisis audit manajemen terhadap efektifitas penjualan dan penerimaan kas pa...Analisis audit manajemen terhadap efektifitas penjualan dan penerimaan kas pa...
Analisis audit manajemen terhadap efektifitas penjualan dan penerimaan kas pa...irlan_fery81
 
Audit manajemen ppt
Audit manajemen pptAudit manajemen ppt
Audit manajemen pptFerina Upi
 
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013Jiantari Marthen
 
Audit Internal PT.pptx
Audit Internal PT.pptxAudit Internal PT.pptx
Audit Internal PT.pptxpadlah1984
 
Pengukuran kinerja sektor publik
Pengukuran kinerja sektor publikPengukuran kinerja sektor publik
Pengukuran kinerja sektor publikMirsa Niati
 
F7 pelaporan kinerja
F7 pelaporan kinerjaF7 pelaporan kinerja
F7 pelaporan kinerjairho1962
 
Audit internal
Audit internalAudit internal
Audit internalpadlah1984
 
Audit bab 1 konsep dasar audit
Audit bab 1 konsep dasar auditAudit bab 1 konsep dasar audit
Audit bab 1 konsep dasar auditsugeng1990
 
Program audit manajemen (jiantari c 301 09 013)
Program audit manajemen (jiantari c 301 09 013)Program audit manajemen (jiantari c 301 09 013)
Program audit manajemen (jiantari c 301 09 013)Jiantari Marthen
 
BAB 3 KERTAS KERJA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT, BAB 4 PELAPORAN
BAB 3 KERTAS KERJA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT, BAB 4 PELAPORANBAB 3 KERTAS KERJA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT, BAB 4 PELAPORAN
BAB 3 KERTAS KERJA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT, BAB 4 PELAPORANMelanie Sinambella
 
Konsep konsep audit
Konsep konsep audit Konsep konsep audit
Konsep konsep audit An NHa
 
Audit bab 3 kertas kerja audit dan program audit
Audit bab 3 kertas kerja audit dan program auditAudit bab 3 kertas kerja audit dan program audit
Audit bab 3 kertas kerja audit dan program auditsugeng1990
 

Tendances (20)

Pelaporan Audit Keuangan dan Audit Kinerja
Pelaporan Audit Keuangan dan Audit KinerjaPelaporan Audit Keuangan dan Audit Kinerja
Pelaporan Audit Keuangan dan Audit Kinerja
 
Langkah audit manajemen
Langkah audit manajemenLangkah audit manajemen
Langkah audit manajemen
 
Audit bab 2 langkah langkah audit
Audit bab 2 langkah langkah auditAudit bab 2 langkah langkah audit
Audit bab 2 langkah langkah audit
 
audit manajemen
audit manajemenaudit manajemen
audit manajemen
 
Pemeriksaan kinerja 1
Pemeriksaan kinerja 1Pemeriksaan kinerja 1
Pemeriksaan kinerja 1
 
Analisis audit manajemen terhadap efektifitas penjualan dan penerimaan kas pa...
Analisis audit manajemen terhadap efektifitas penjualan dan penerimaan kas pa...Analisis audit manajemen terhadap efektifitas penjualan dan penerimaan kas pa...
Analisis audit manajemen terhadap efektifitas penjualan dan penerimaan kas pa...
 
Audit manajemen ppt
Audit manajemen pptAudit manajemen ppt
Audit manajemen ppt
 
Kedua
KeduaKedua
Kedua
 
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013
 
Audit Internal PT.pptx
Audit Internal PT.pptxAudit Internal PT.pptx
Audit Internal PT.pptx
 
Pengukuran kinerja sektor publik
Pengukuran kinerja sektor publikPengukuran kinerja sektor publik
Pengukuran kinerja sektor publik
 
F7 pelaporan kinerja
F7 pelaporan kinerjaF7 pelaporan kinerja
F7 pelaporan kinerja
 
Pelaporan audit (1)
Pelaporan audit (1)Pelaporan audit (1)
Pelaporan audit (1)
 
Audit internal
Audit internalAudit internal
Audit internal
 
Audit bab 1 konsep dasar audit
Audit bab 1 konsep dasar auditAudit bab 1 konsep dasar audit
Audit bab 1 konsep dasar audit
 
Program audit manajemen (jiantari c 301 09 013)
Program audit manajemen (jiantari c 301 09 013)Program audit manajemen (jiantari c 301 09 013)
Program audit manajemen (jiantari c 301 09 013)
 
Pelaporan audit
Pelaporan auditPelaporan audit
Pelaporan audit
 
BAB 3 KERTAS KERJA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT, BAB 4 PELAPORAN
BAB 3 KERTAS KERJA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT, BAB 4 PELAPORANBAB 3 KERTAS KERJA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT, BAB 4 PELAPORAN
BAB 3 KERTAS KERJA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT, BAB 4 PELAPORAN
 
Konsep konsep audit
Konsep konsep audit Konsep konsep audit
Konsep konsep audit
 
Audit bab 3 kertas kerja audit dan program audit
Audit bab 3 kertas kerja audit dan program auditAudit bab 3 kertas kerja audit dan program audit
Audit bab 3 kertas kerja audit dan program audit
 

En vedette

Makalah akuntansi sektor publik (studi kasus laporan keuangan yayasan) jianta...
Makalah akuntansi sektor publik (studi kasus laporan keuangan yayasan) jianta...Makalah akuntansi sektor publik (studi kasus laporan keuangan yayasan) jianta...
Makalah akuntansi sektor publik (studi kasus laporan keuangan yayasan) jianta...Jiantari Marthen
 
Makalah SIM Sistem Informasi Manajemen
Makalah SIM Sistem Informasi ManajemenMakalah SIM Sistem Informasi Manajemen
Makalah SIM Sistem Informasi ManajemenMuhammad Idris
 
komparasi mekanisme produk pegadaian syariah dg konvensional
komparasi mekanisme produk pegadaian syariah dg konvensionalkomparasi mekanisme produk pegadaian syariah dg konvensional
komparasi mekanisme produk pegadaian syariah dg konvensionalRohmi Hidayatun
 
Manajemen bank dan lembaga keuangan syariah
Manajemen bank dan lembaga keuangan syariahManajemen bank dan lembaga keuangan syariah
Manajemen bank dan lembaga keuangan syariahSyauqi Syaugi
 
Akuntansi Kewajiban Lancar & Penggajian (Pengantar Akuntansi II)
Akuntansi Kewajiban Lancar & Penggajian (Pengantar Akuntansi II)Akuntansi Kewajiban Lancar & Penggajian (Pengantar Akuntansi II)
Akuntansi Kewajiban Lancar & Penggajian (Pengantar Akuntansi II)Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
makalah bank indonesia
makalah bank indonesiamakalah bank indonesia
makalah bank indonesiaNisa Ell
 
Makalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor Publik
Makalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor PublikMakalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor Publik
Makalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor PublikMiRuu Resty
 
Makalah audit manajemen audit sumber daya manusia (jiantari c 301 09 013)
Makalah audit manajemen audit sumber daya manusia (jiantari c 301 09 013)Makalah audit manajemen audit sumber daya manusia (jiantari c 301 09 013)
Makalah audit manajemen audit sumber daya manusia (jiantari c 301 09 013)Jiantari Marthen
 
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkung...
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkung...Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkung...
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkung...infosanitasi
 
RESUME PEREKONOMIAN INDONESIA
RESUME PEREKONOMIAN INDONESIARESUME PEREKONOMIAN INDONESIA
RESUME PEREKONOMIAN INDONESIAabdul ajid
 
Proposal analisis laporan keuangan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan
Proposal analisis laporan keuangan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaanProposal analisis laporan keuangan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan
Proposal analisis laporan keuangan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaanMarobo United
 

En vedette (15)

Makalah akuntansi sektor publik (studi kasus laporan keuangan yayasan) jianta...
Makalah akuntansi sektor publik (studi kasus laporan keuangan yayasan) jianta...Makalah akuntansi sektor publik (studi kasus laporan keuangan yayasan) jianta...
Makalah akuntansi sektor publik (studi kasus laporan keuangan yayasan) jianta...
 
Makalah SIM Sistem Informasi Manajemen
Makalah SIM Sistem Informasi ManajemenMakalah SIM Sistem Informasi Manajemen
Makalah SIM Sistem Informasi Manajemen
 
Praktek audit
Praktek auditPraktek audit
Praktek audit
 
komparasi mekanisme produk pegadaian syariah dg konvensional
komparasi mekanisme produk pegadaian syariah dg konvensionalkomparasi mekanisme produk pegadaian syariah dg konvensional
komparasi mekanisme produk pegadaian syariah dg konvensional
 
Manajemen Dana Bank
Manajemen Dana BankManajemen Dana Bank
Manajemen Dana Bank
 
Manajemen bank dan lembaga keuangan syariah
Manajemen bank dan lembaga keuangan syariahManajemen bank dan lembaga keuangan syariah
Manajemen bank dan lembaga keuangan syariah
 
Akuntansi Kewajiban Lancar & Penggajian (Pengantar Akuntansi II)
Akuntansi Kewajiban Lancar & Penggajian (Pengantar Akuntansi II)Akuntansi Kewajiban Lancar & Penggajian (Pengantar Akuntansi II)
Akuntansi Kewajiban Lancar & Penggajian (Pengantar Akuntansi II)
 
Bank dan Lembaga Keuangan Lain
Bank dan Lembaga Keuangan LainBank dan Lembaga Keuangan Lain
Bank dan Lembaga Keuangan Lain
 
makalah bank indonesia
makalah bank indonesiamakalah bank indonesia
makalah bank indonesia
 
Teori Kuantitas Uang
Teori Kuantitas UangTeori Kuantitas Uang
Teori Kuantitas Uang
 
Makalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor Publik
Makalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor PublikMakalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor Publik
Makalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor Publik
 
Makalah audit manajemen audit sumber daya manusia (jiantari c 301 09 013)
Makalah audit manajemen audit sumber daya manusia (jiantari c 301 09 013)Makalah audit manajemen audit sumber daya manusia (jiantari c 301 09 013)
Makalah audit manajemen audit sumber daya manusia (jiantari c 301 09 013)
 
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkung...
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkung...Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkung...
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkung...
 
RESUME PEREKONOMIAN INDONESIA
RESUME PEREKONOMIAN INDONESIARESUME PEREKONOMIAN INDONESIA
RESUME PEREKONOMIAN INDONESIA
 
Proposal analisis laporan keuangan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan
Proposal analisis laporan keuangan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaanProposal analisis laporan keuangan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan
Proposal analisis laporan keuangan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan
 

Similaire à Makalah

Makalah evakinkomp 2 anggi lia chrisnawati
Makalah evakinkomp 2 anggi lia chrisnawatiMakalah evakinkomp 2 anggi lia chrisnawati
Makalah evakinkomp 2 anggi lia chrisnawatianggiliachrisnawati
 
Tugas makalah 1 uts, nur ilham s, 11150241, 7 n msdm
Tugas makalah 1 uts, nur ilham s, 11150241, 7 n msdmTugas makalah 1 uts, nur ilham s, 11150241, 7 n msdm
Tugas makalah 1 uts, nur ilham s, 11150241, 7 n msdmNur Ilham Septyadin
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMEKPD
 
Makalah auditing dan profesi akuntan publik
Makalah auditing dan profesi akuntan publikMakalah auditing dan profesi akuntan publik
Makalah auditing dan profesi akuntan publikUmmah Sadiyah
 
Audit Responbilities and Objectives
Audit Responbilities and ObjectivesAudit Responbilities and Objectives
Audit Responbilities and ObjectivesSuryo Aji Saputro
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENLaporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENEKPD
 
Makalah uas evkikomp-romdanah(11150755)-7 c-msdm
Makalah uas evkikomp-romdanah(11150755)-7 c-msdmMakalah uas evkikomp-romdanah(11150755)-7 c-msdm
Makalah uas evkikomp-romdanah(11150755)-7 c-msdmRomdanahIyom
 
Audit Lingkungan
Audit LingkunganAudit Lingkungan
Audit Lingkunganrisni sari
 
BUKU_PEDOMAN_DAN_JUKNIS_MATURTIRY_RATING.pdf
BUKU_PEDOMAN_DAN_JUKNIS_MATURTIRY_RATING.pdfBUKU_PEDOMAN_DAN_JUKNIS_MATURTIRY_RATING.pdf
BUKU_PEDOMAN_DAN_JUKNIS_MATURTIRY_RATING.pdfMasngud2
 
Makalah 1 nasoro abdah (11150100) uts 7 o msdm
Makalah 1 nasoro abdah (11150100) uts 7 o msdmMakalah 1 nasoro abdah (11150100) uts 7 o msdm
Makalah 1 nasoro abdah (11150100) uts 7 o msdmNasoroAbdah
 
Makalah 2 desy riwayana 11150501
Makalah 2 desy riwayana 11150501Makalah 2 desy riwayana 11150501
Makalah 2 desy riwayana 11150501desyriwayana
 
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGM
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGMLaporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGM
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGMEKPD
 
Makalah Balanced Scorecard
Makalah Balanced Scorecard Makalah Balanced Scorecard
Makalah Balanced Scorecard Yesica Adicondro
 

Similaire à Makalah (20)

Makalah evakinkomp 2 anggi lia chrisnawati
Makalah evakinkomp 2 anggi lia chrisnawatiMakalah evakinkomp 2 anggi lia chrisnawati
Makalah evakinkomp 2 anggi lia chrisnawati
 
Tugas makalah 1 uts, nur ilham s, 11150241, 7 n msdm
Tugas makalah 1 uts, nur ilham s, 11150241, 7 n msdmTugas makalah 1 uts, nur ilham s, 11150241, 7 n msdm
Tugas makalah 1 uts, nur ilham s, 11150241, 7 n msdm
 
audit-internal.docx
audit-internal.docxaudit-internal.docx
audit-internal.docx
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
 
Makalah auditing dan profesi akuntan publik
Makalah auditing dan profesi akuntan publikMakalah auditing dan profesi akuntan publik
Makalah auditing dan profesi akuntan publik
 
Audit Responbilities and Objectives
Audit Responbilities and ObjectivesAudit Responbilities and Objectives
Audit Responbilities and Objectives
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENLaporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
 
Makalah uas evkikomp-romdanah(11150755)-7 c-msdm
Makalah uas evkikomp-romdanah(11150755)-7 c-msdmMakalah uas evkikomp-romdanah(11150755)-7 c-msdm
Makalah uas evkikomp-romdanah(11150755)-7 c-msdm
 
auditing
auditingauditing
auditing
 
Audit Lingkungan
Audit LingkunganAudit Lingkungan
Audit Lingkungan
 
The Audit Report
The Audit ReportThe Audit Report
The Audit Report
 
BUKU_PEDOMAN_DAN_JUKNIS_MATURTIRY_RATING.pdf
BUKU_PEDOMAN_DAN_JUKNIS_MATURTIRY_RATING.pdfBUKU_PEDOMAN_DAN_JUKNIS_MATURTIRY_RATING.pdf
BUKU_PEDOMAN_DAN_JUKNIS_MATURTIRY_RATING.pdf
 
PPT ASP FIX.pptx
PPT ASP FIX.pptxPPT ASP FIX.pptx
PPT ASP FIX.pptx
 
Makalah 1 nasoro abdah (11150100) uts 7 o msdm
Makalah 1 nasoro abdah (11150100) uts 7 o msdmMakalah 1 nasoro abdah (11150100) uts 7 o msdm
Makalah 1 nasoro abdah (11150100) uts 7 o msdm
 
Peraturanbpk01 2007 sa
Peraturanbpk01 2007 saPeraturanbpk01 2007 sa
Peraturanbpk01 2007 sa
 
Makalah 1
Makalah 1Makalah 1
Makalah 1
 
Makalah 1
Makalah 1Makalah 1
Makalah 1
 
Makalah 2 desy riwayana 11150501
Makalah 2 desy riwayana 11150501Makalah 2 desy riwayana 11150501
Makalah 2 desy riwayana 11150501
 
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGM
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGMLaporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGM
Laporan Akhir EKPD 2006 DIY - UGM
 
Makalah Balanced Scorecard
Makalah Balanced Scorecard Makalah Balanced Scorecard
Makalah Balanced Scorecard
 

Makalah

  • 1. MAKALAH AUDIT KINERJA PADA SEKTOR PUBLIK OLEH AEGISIA SUKMAWATI (C1C01010) ADE BAKTI PRATAMA (C1C011024) AHMAD NOUVAL (C1C011029) DEVA ALVINA (C1C011043) JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JAMBI
  • 2. KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “AUDIT KINERJA PADA SEKTOR PUBLIK” tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Misni Erwati, S.E.,M,.Si. sebagai dosen mata kuliah Akuntansi Sektor Publik atas arahan dan bimbingannya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang turut membantu baik secara moril maupun meteril dalam proses penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna mewujudkan makalah yang lebih baik di masa mendatang. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Jambi, 15 Januari 2013 Penulis i
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2 1.3 Metode Penulisan ............................................................................................... 2 II. PERUMUSAN MASALAH .................................................................................... 3 III. PEMBAHASAN 3.1 Perkembangan Audit Kinerja ............................................................................. 4 3.2 Definisi Audit Kinerja ........................................................................................ 6 3.3 Pentingnya Audit Kinerja ................................................................................... 8 3.4 Audit Kinerja untuk Akuntabilitas Publik .......................................................... 9 3.5 Keterkaitan Audit Kinerja dengan Manajemen Kinerja .................................. 10 3.6 Istilah-istilah yang Dipergunakan dalam Audit Kinerja ................................ 10 3.7 Perbedaan antara Audit Kinerja dan Audit Keuangan ..................................... 12 3.8 Karakteristik Audit Kinerja ................................................................................ 13 3.9 Manfaat Audit Kinerja ....................................................................................... 15 3.10 Tujuan Audit Kinerja .......................................................................................... 16 3.11 Jenis-jenis Audit Kinerja .................................................................................. 17 3.12 Proses dan Tahapan Audit Kinerja ................................................................... 20 3.13 Peran Auditor dalam Audit Kinerja ................................................................... 34 ii
  • 4. IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 35 4.2 Rekomendasi ..................................................................................................... 36 V. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 37 VI. LAMPIRAN ................................................................................................................ 38 iii
  • 5. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi tahun 1998 membawa dampak yang signifikan dalam pengelolaan keuangan negara. Sekitar sepuluh tahun terakhir, tuntutan masyarakat akan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana masyarakat oleh pemerintah semakin meningkat. Masyarakat ingin mengetahui apakah berbagai program telah tercapai dan apakah tercapainya program tersebut telah dilakukan dengan prinsip ekonomi (kehematan), dengan cara efisien, dan dengan hasil yang efektif atau yang lebih dikenal dengan istilah spend well, spend less, spend wisely. Keinginan dan tuntutan masyarakat tersebut belum sepenuhnya dapat dipenuhi apabila hanya mengandalkan hasil audit laporan keuangan yang memuat opini tentang neraca, perbandingan anggaran dan realisasi, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Masyarakat ingin mengetahui apakah penyelenggaraan kegiatan oleh pemerintah dengan menggunakan dana publik dapat memberikan nilai lebih bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, perlu diadakan perluasan tujuan dan jenis audit dari audit keuangan menuju audit kinerja (performance audit). Audit kinerja (performance audit) terhadap sektor publik dapat membantu masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih lengkap dari organisasi masyarakat (public). Audit Kinerja dapat dilakukan baik pada sektor swasta maupun sektor publik dan badan pemerintah, karena dari semua tujuan kepentingan masyarakat merupakan prioritas utama. Audit kinerja bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dan mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan rekomendasi guna perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Selama ini, hasil dari audit kinerja cenderung diasumsikan sebagai informasi yang ditujukan kepada konsumsi pihak internal perusahaan, karena menelaah secara sistematik kegiatan organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Padahal laporan audit kinerja ini juga bisa digunakan oleh pihak eksternal untuk pengambilan keputusan. 1
  • 6. 1.2 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui perkembangan audit kinerja 2. Mengetahui definisi audit kinerja 3. Mengetahui pentingnya audit kinerja 4. Menganalisis audit kinerja untuk akuntabilitas publik 5. Menganalisis keterkaitan audit kinerja dengan manajemen kinerja 6. Mengetahui istilah-istilah yang dipergunakan dalam audit kinerja 7. Mengidentifikasi perbedaan antara audit kinerja dan audit keuangan 8. Mengidentifikasi karakteristik audit kinerja 9. Menganalisis manfaat audit kinerja 10. Mengidentifikasi tujuan audit kinerja 11. Mengetahui jenis-jenis audit kinerja 12. Menganalisis proses dan tahapan audit kinerja 13. Mengetahui peran audit kinerja 1.3 Metode Penulisan Metode penulisan yang diimplementasikan dalam makalah ini ialah metode pustaka, yakni dengan menggali berbagai data yang dibutuhkan dari buku. Selanjutnya, dengan metode diskusi. Diskusi dilakukan antar sesama anggota kelompok dan pihak lain yang memilki informasi yang berelasi dengan judul yang diusung pada makalah ini. Kemudian, dalam proses penyelesaian makalah juga menggunakan data yang diperoleh via internet. 2
  • 7. II. PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah perkembangan audit kinerja? 2. Apakah yang dimaksud dengan audit kinerja? 3. Apakah pentingnya audit kinerja? 4. Bagaimanakah relasi antara audit kinerja terhadap akuntabilitas publik? 5. Apakah keterkaitan audit kinerja terhadap manajemen kinerja? 6. Apa sajakah istilah-istilah yang digunakan dalam audit kinerja? 7. Apakah perbedaan antara audit kinerja dan audit keuangan? 8. Apakah karakteristik audit kinerja? 9. Apakah manfaat audit kinerja? 10. Apakah tujuan dari audit kinerja? 11. Apakah jenis-jenis audit kinerja? 12. Bagaimanakah proses dan tahapan audit kinerja? 13. Apakah peran auditor dalam audit kinerja? 3
  • 8. III. PEMBAHASAN 3.1 Perkembangan Audit Kinerja Leo Herbert dalam bukunya Auditing the Perfomance of Management membuat gambaran yang cukup komprehensif tentang pengetahuan dan perkembangan audit yang diperlukan dalam bidang audit, seperti yang terlihat pada figur 3.1.1 AUDIT SOSIAL Sistem perencanaan & pengendalian AUDIT Akuntansi manajemen Objek laporan keuangan PROGRAM AUDIT Perencanaan pajak Standar keuangan Audit internal Audit PDE Prinsip pelaporan keuangan Konsultasi pajak Uji dalam audit Standar audit AUDIT MANAJEMEN& Analisis biaya Perluasan prosedur audit manfaat Prosedur audit AUDIT LAPORAN KEUANGAN Biaya standar Rekaman Komputer Pengendalian Audit Fokus pada laporan laba rugi neraca fokus pada neraca Laporan yang seragam dan Analisis biaya anggaran Akuntansi Biaya Audit kepatuhan Akuntansi Pajak akuntansi Anggaran Audit penerimaan dan pengeluaranbiaya AUDIT KEUANGAN Gambar 3.1.1 Perkembangan Audit dan Pengetahuan yang Diperlukan dalam Bidang Audit Sumber: Leo,Herbert. Auditing the Perfomance of Management. Wodsworth, Inc US. 1979. Hal 10. 4
  • 9. Bedasarkan figur tersebut, diketahui bahwa audit kinerja mengalami proses, demikian pula dengan pengetahuan dan kompetisi yang dibutuhkan. Sebelum mencapai bentuknya, audit kinerja mengalami evolusi yang cukup lama, dimulai dari financial statement auditing pada tahum 1930, dilanjutkan dengan management auditing pada tahun 1950 dan program auditing pada tahun 1970. Dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, tahun 1971 Elmer B Staat dari United State Comptoreller General Accounting Office untuk pertama kalinya memperkenalkan audit kinerja (performance audit) pada kongres INTOSAI (International Organization of Supreme Audit Intitution), di Montreal, Kanada. Sejak itu, audit kinerja yang merupakan perluasan audit keuangan mulai diimplementasikan pada audit sektor publik oleh Supreme Public Institution di seluruh dunia. Pelaksanaan audit kinerja di seluruh dunia, termasuk di Indonesia terus mengalami pasang surut. Sebagai gambaran pada Netherland Court of Audit (BPK Belanda), perkembangan audit dimulai dengan pemberian mandat untuk melakukan audit kinerja pada tahun 1976. Pada awalnya, audit kinerja berfokus pada efisiensi. Kemudian, mereka mulai menyusun dan menyempurnakan manual audit kinerja yang ada. Pada perkembangannya, mereka mengintegrasi teknologi informasi dan komunikasi dalam audit kinerja (antara lain untuk menganalisis data) serta menggunakan pendekatan strategis dalam menyusun tema audit. Pada BPK Belanda, tema audit yang berfokus pada mutu dan akuntabilitas kebijakan pemerintah merupakan perluasan dari audit keuangan yang berfokus pada penganggaran. Di Australian National Audit Office (BPK Australia), audit kinerja dimulai pada tahun 1970-an. Audit kinerja mulai berkembang di Australia karena ketertarikan pemerintah, parlemen, dan masyarakat terhadap efektivitas program dan efisiensi administrasi pemerintah. Pada saat itu, departemen pemerintah banyak diberikan kebebasan untuk mengelola operasi mereka, dengan sedikit kendali dari pusat. Pada awalnya, pemeriksaan kinerja hanya divisi kecil dari ANAO. Antara tahun 1980-1983, ANAO hanya membuat tujuh laporan audit kinerja. Saat ini, ANAO membuat hampir 50 laporan audit kinerja setiap tahunnya. Di Indonesia, audit kinerja mulai diperkenalkan pada tahun 1976 yang dimulai dengan management audit course di Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) dengan bekerja sama dengan US-GAO. Serupa dengan negara lain, audit kinerja di Indonesia juga mengalami pasang surut. Sejak tahun 2004-2007, BPK telah melaksanakan 99 audit kinerja, dengan rincian 37 audit 5
  • 10. di kantor pusat dan 62 audit di kantor perwakilan daerah. Rekap audit kinerja pada tahun 2004- 2007 dapat dilihat di grafik 3.1.2. Grafik ini menunjukkan audit kinerja atas BUMN masih sangat sedikit. Grafik Audit Kinerja Gambar 3.1.2 Rekap pemeriksaan BPK tahun 2004-2007 3.2 Definisi Audit Kinerja Secara etimologi, audit kinerja terdiri atas dua kata, yaitu “audit” dan “kinerja”. Audit menurut Arens adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi terhadap bukti-bukti yang dilakukan oleh yang kompeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara kondisi yang ditemukan dan kriteria yang ditetapkan. Sedangkan menurut Stephen P Robbins, kinerja merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama. Di pihak lain. Ayuha menjelaskan, “Perfomance is the way of job or task is done by an individual, a group of organization”. Dari kedua definisi tersebut, terlihat bahwa istilah kinerja mengarah pada dua hal yaitu proses dan hasil yang dicapai. Definisi yang cukup komprehensif diberikan oleh Malan, Fountain, Arrowsmith, dan Lockridge (1984), sebagai berikut. 6
  • 11. “Perfomance auditing is a systematic process of objectively obtaining dan evaluating evidence regarding the performance of an organization, program, function, or activity. Evaluation is made in terms of its economy and efficiency of operations, effectiveness in achieving of desire results, and compliance with relevan policies, law, and regulations, for the purposes of ascertaining the degree of correspondence between performance and established criteria and communicating the results to interest the users. The performance audit function provides an independent, third-party review of management’s performance and the degree to which the perfomanced of audited entity meets pre-stated expectation”. [“Audit kinerja merupakan suatu proses sistematis dalam mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang secara objektif atas suatu kinerja organisasi, program, fungsi, atau kegiatan. Evaluasi dilakukan bedasarkan aspek ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas dalam mencapai hasil yang diinginkan, serta kepatuhan terhadap peraturan, hukum, dan kebijakan yang terkait. Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keterkaitan antara kinerja dan kriteria yang ditetapkan serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Fungsi dari audit kinerja ialah memberikan review dari pihak ketiga atas kinerja manajemen dan menilai apakah kinerja organisasi dapat memenuhi harapan.”] Selanjutnya, Pasal 4 ayat (3) UU No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, mendefinisikan audit kinerja sebagai audit atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas. Kemudian, bedasarkan PP No. 60 Tahun 2008 tentang SPIP mendefinisikan audit kinerja sebagai audit atas pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri atas aspek kehematan, efisiensi, dan efektivitas. Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa audit kinerja adalah audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. 7
  • 12. 3.3 Pentingnya Audit Kinerja a. Pemerintah Bagi pemerintah, audit kinerja dapat menjadi ukuran penilaian dan perbaikan atas 3E (ekonomi, efektivitas, dan efisiensi) dari program kegiatan pemerintah dan pelayanan publik. b. Legislatif & Masyarakat Memberikan informasi independen apakah uang negara digunakan secara 3E serta mendukung pengawasan dan pengambilan keputusan oleh legislatif. c. BPK Melakukan peningkatkan kematangan organisasi dan nilai BPK di masyarakat, meningkatkan motivasi pemeriksa, dan mendorong kreativitas dan pembelajaran. Lebih lanjut, audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai kewajaran laporan keuangan sektor publik, tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintahan terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku. Disamping itu, audit sektor publik juga memeriksa dan menilai sifat-sifat hemat (ekonomis), efisien serta keefektifan dari semua pekerjaan, pelayanan atau program yang dilakukan pemerintah. Dengan demikian, bila kualitas audit kinerja sektor publik rendah, akan mengakibatkan risiko tuntutan hukum (legitimasi) terhadap pejabat pemerintah dan akan muncul kecurangan, korupsi, kolusi serta berbagai ketidakberesan. Sehubungan dengan itulah, audit kinerja memegang peran yang sangat esensial dalam suatu organisasi atau lembaga yang berkaitan dengan dana masyarakat. 8
  • 13. 3.4 Audit Kinerja untuk Akuntabilitas Publik Akuntabilitas publik meliputi : 1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity and legality) 2. Akuntabilitas proses (process accountability) 3. Akuntabilitas program (program accountability) 4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability) Akuntabilitas Publik tidak bisa dipisahkan dari prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance). Salah satu tata kelola yang baik ialah dengan adanya kinerja yang baik. Kinerja inilah dapat diidentifikasi dan dievaluasi melalui audit kinerja. Oleh sebab itu, audit kinerja sangat diperlukan dalam akuntabilitas publik, terutama dalam hal menilai tingkat keberhasilan kinerja suatu kementerian atau lembaga pemerintah dan memastikan sesuai atau tidaknya sasaran kegiatan yang menggunakan anggaran dan transparansi dalam pelaksanaannya. Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas berupa peningkatan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan, pengembangan bentuk-bentuk laporan akuntabilitas, perbaikan indikator kinerja, perbaikan perbandingan kinerja antara organisasi sejenis yang diperiksa, serta penyajian informasi yang lebih jelas dan normatif. 9
  • 14. 3.5 Keterkaitan Audit Kinerja dengan Manajemen Keuangan Audit kinerja dapat dilaksanakan oleh pihak auditor internal atau auditor eksternal yang profesional dan kompeten sehingga menjamin objektivitas hasil audit. Dalam melaksanakan audit kinerja penting bagi auditor untuk memiliki pengetahuan yang memadai tentang pengelolaan terhadap hasil-hasil, khususnya sistem perencanaan, penganggaran dan sistem pengindikator kinerja yang dimiliki atau melekat pada suatu instansi pemerintah, yang mana informasi ini dipegang oleh manajemen keuangan. Pendekatan auditor pada bagian ini bertujuan untuk memperoleh dokumen yang mencukupi untuk memeriksa peraturan dasar organisasi dan memahami sejarah serta kondisi operasi sekarang. Auditor seharusnya mengenal struktur organisasi, sistem pengendalian, laporan keuangan, sistem informasi, pegawai dan pelaksanaan adminsistratif . Mendekati akhir pendekatan ini, auditor seharusnya memperoleh informasi mengenai hukum yang terkait, pernyataan kebijakan, dokumen dan catatan penelitian terdahulu, laporan audit sebelumnya, dan studi lain yang dilakukan oleh departemen. Auditor harus memperoleh gambaran mengenai informasi dasar yang berkaitan organisasi dengan mendapatkan bagan organisasi, uraian tertulis, serta bagan alir dari proses kerja dan sistem informasi. Auditor juga harus memperoleh informasi mengenai kebijakan dan prosedur administrasi dan personalia, serta mengindentifikasi dan memperoleh prosedur operasi. 3.6 Istilah-istilah dalam Audit Kinerja Ada istilah umum yang digunakan dalam audit kinerja, di antaranya performance audit dan Value For Money (VFM) audit. VFM audit mengacu pada penilaian apakah manfaat yang dihasilkan oleh suatu program lebih besar dari biaya yang dikeluarkan atau masih mungkinkah melakukan pengeluaran dengan bijak. Istilah VFM audit banyak digunakan di Kanada dan negara persemakmurannya. Secara internasional, performance audit ialah istilah resmi yang digunakaan kalangan INTOSAI. Istilah yang juga sering dijumpai ialah audit manajemen, audit operasional, atau audit ekonomi dan efisiensi. Istilah ini digunakan untuk menilai dalam aspek ekonomi dan efisiensi dari pengelolaan organisasi. Istilah lain ialah audit program atau audit efektivitas yang 10
  • 15. ditujukan untuk menilai manfaat atau pencapaian suatu program. Gabungan antara audit manajemen atau operasional dan audit program merupakan audit kinerja. Audit kinerja terkait erat dengan konsep akuntabilitas yang dikenal dengan istilah akuntabilitas kinerja. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah antara lain diatur melalui Inpres No.7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Beberapa istilah yang sering dikaitkan dalam konteks audit kinerja adalah 1. Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai pencapaian, prestasi atau unjuk kerja dari instansi pemerintah 2. Indikator kinerja (performance indicator) adalah deskripsi kuantitatif atau kualitatif terhadap tercapaiannya kinerja. Indikator kinerja dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai dan melihat perkembangan yang dicapai selama jangka waktu terterntu. 3. Indikator kinerja kunci (key performance indicator) adalah indikator kinerja yang memiliki fokus pada aspek kinerja yang penting bagi keberhasilan organisasi. 4. Efisiensi berkaitan dengan hubungan antara input yang digunakan untuk menghasilkan output. Efisiensi lazimnya dinyatakan dalam bentuk indeks, rasio, unit, atau bentuk lainnya (misalnya: dalam bentuk perbandingan). Secara umum efisiensi berkaitan dengan produktivitas. 5. Efektivitas berkaitan dengan pencapaian hasil (outcome) yang ditetapkan telah dicapai dengan output. Output sektor publik umumnya adalah jasa berupa layanan terhadap masyarakat. Output dikatakan efektif jika memberi pengaruh sesuai yang diharapkan. 11
  • 16. 3.7 Perbedaan antara Audit Kinerja dan Audit Keuangan No Perbedaan Audit Kinerja Audit Keuangan 1. Tujuan Menilai apakah audit telah mencapai Menilai apakah akun-akun tujuan atau harapan yang ditetapkan. benar dan disajikan secara wajar. 2. Dasar Ekonomi, ilmu politik, sosiologi, dan Akuntansi. Akademik lain-lain. 3. Metode Bervariasi antara satu proyek dan Kurang lebih telah proyek lain . terstandardisasi. 4. Fokus Program dan kegiatan organisasi. Sistem akuntansi dan sistem manajemen. 5. Kriteria  Lebih subjektif  Kurang subjektif Penilaian  Terdapat kriteria yang unik untuk  Kriteria untuk semua masing-masing audit. kegiatan audit 6. Laporan  Struktur dan isi laporan bervariasi  Bentuk laporan kurang lebih  Dipublikasikan secara tidak tetap terstandardisai (ad hoc basis )  Dipublikasikan secara berkala Sumber : The Swedish National Audit Office Handbook In Permormance Auditing : Theory and Practice 1. Lingkup audit keuangan meliputi seluruh laporan keuangan, sedangkan audit kinerja lebih spesifik dan fleksibel dalam pemilihan subjek, objek, dan metodolgi audit. 2. Audit keuangan merupakan audit reguler sedangkan audit kinerja bukan merupakan audit reguler karena tidak harus dilaksanakan setiap tahun atau secara berkala. 3. Opini/Pendapat yang diberikan dalam audit keuangan bersifat baku yaitu unqualified, qualified, adverse atau disdalmer, sedangkan audit kinerja bukan merupakan audit dengan jenis opini yang sudah ditentukan (formalized opinion ). 4. Audit kinerja dilaksanakan dengan dasar pengetahuan yang bersifat multidisiplin dan lebih banyak menekankan pada kemampuan analisis daripada sebatas pengetahuan akuntansi. 12
  • 17. 5. Audit kinerja bukanlah bentuk audit berdasarkan checklist, kompleksitas, dan keragaman. Pertanyaan dalam audit kinerja mengisyaratkan agar auditor dibekali dengan kemampuan berkomunikasi yang baik 3.8 Karakteristik Audit Kinerja Adalah sesuatu yang hanya dimiliki oleh audit kinerja yang membedakan audit kinerja dengan jenis audit lainnya . Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari audit kinerja: 1. Audit kinerja berusaha mencari jawaban atas dua pertanyaan dasar berikut a. Apakah sesuatu yang benar telah dilakukan (doing the right things )? b. Apakah sesuatu telah dilakukan dengan cara yang benar (doing the things right)? Pertanyaan pertama ditujukan terutama bagi pembuat kebijakan. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi apakah kebijakan telah diputuskan dengan tepat. Pertanyaan kedua ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kebijakan yang diambil telah diterapkan dengan benar atau apakah kebijakan tersebut telah dilaksanakan dengan cara-cara yang memadai. Kedua pertanyaan tersebut merupakan makna dari efektivitas dan efisiensi tidak selalu berbanding lurus. Suatu kegiatan yang telah dilakukan secara efektif belum tentu berarti bahwa kegiatan itu telah dilakukan secara efisien, demikian juga sebaliknya. 2. Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terinci dinilai tidak akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen atau kondisi internal lembaga audit dinilai tidak mampu untuk melaksankan pengujian terinci. Profesor Soemardjo Tjitrosidojo (1980) memberikan karakteristik audit kinerja sebagai berikut a. Pemeriksaan operasional dengan menggunakan perbandingan dengan cara pemeriksaan oleh dokter haruslah merupakan pemeriksaan semacam “medical check up”, (penelitian kesehatan) dan bukan merupakan pemeriksaan semacam “otopsi post mortem”(pemeriksaan mayat). Jadi, pemeriksaan seharusnya dimaksudkan agar si pasien memperoleh petunjuk 13
  • 18. agar ia selanjutnya dapat hidup lebih sehat dan bukan sebagai pemeriksaan untuk menganalisis sebab-sebab kematian mayat. b. Pemeriksa haruslah wajar (fair), objektif dan realities, mengingat bahwa ia harus dapat menjangkau hari depan organisasi yang diperiksanya. Ia harus dapat berpikir secara dinamis, konstruktif, dan kreatif, :mengingat bahwa dalam tugasnya ia harus berhadapan dengan banyak orang yang sifat serta tingkah lakunya beranekaragam. Ia harus dapat bertindak seccara diplomatis seterusnya ia haruslah sensitif dalam menghadapi masalah-masalah yang pelik dalam tugas serta tangguh untuk tetap bertekad meneruskan suatu penyelidikan sampai akhirnya berhasil. c. Pemeriksa (atau setidak-tidaknya tim pemeriksa secara kolektif ) harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai macam bidang seperti ekonomi, hukum, moneter, statistik, komputer, keinsinyuran, dan sebagainya . d. Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat berpikir dengan menggunakan sudut pandangan pejabat pimpinan organisasi yang diperiksanya. Ia harus mendapat dukungan dari pimpinan tertinggi, pemeriksa harus benar-benar mengetahui persoalan yang dihadapinya, dapat mengantisipasi masalah serta cara penyelesaiannya, dan memberikan gambaran tentang perbaikan-perbaikan yang dapat diterapakan dalam organisasi yang diperiksa. e. Pemeriksaan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatu”early warning system” (sistem peringatan dini) agar pimpinan secara tepat pada waktunya, setidak-tidaknya sebelum terlambat dapat mengadakan tindakan-tindakan korektif yang mengarah kepada perbaikan organisasinya Karakteristik diatas sangat relevan dengan konsep audit kinerja sebagai audit for management bukan audit to management. Dalam audit for management, auditor harus memberikan rekomendasi perbaikan bagi manajemen sebagai upaya peningkatan akuntabilitas dan kinerja entitas yang diaudit. 14
  • 19. 3.9 Manfaat Audit Kinerja A. Peningkatan Kinerja 1. Mengidentifikasi Masalah dan Alternatif Penyelesaiannya Auditor sebagai pihak independen dapat memberi pandangan kepada manajemen untuk melihat permasalahan secara lebih detail dari sisi operasional. Sehubungan dengan itu, auditor dapat melakukan diskusi dengan orang-orang yang bergelut dalam operasional dan menginformasikan hal tersebut kepada manajemen 2. Mengidentifikasi Sebab-sebab Aktual dari Suatu Masalah Yang Dapat Dihadapi oleh Kebijaksanaan Manajemen atau Tindakan Lainnya. Auditor harus dapat menetapkan masalah yang aktual dan solusi untuk mengatasinya. Auditor sebaiknya tidak memberi rekomendasi atau usulan bila ia tidak dapat membantu proses rekomendasi tersebut. 3. Mengidentifikasi Peluang dan Kemungkinan untuk Mengatasi Keborosan dan Ketidakefisienan. Pengurangan biaya merupakan hal yang penting dalam audit kinerja. Namun, penghematan biaya dapat menjadi suatu hal yang besar dalam jangka waktu yang panjang. Biaya harus berada pada tingkat yang tepat dan jika perlu melakukan pemotongan. Keputusan mengurangi biaya haruslah mempertimbangankan dampaknya bagi kegiatan operasional. 4. Mengidentifikasi Kriteria untuk Menilai Pencapaian Tujuan Organisasi Pada situasi tertentu, kriteria tidak ada. Oleh sebab itu, auditor dapat membantu manajemen dalam membangun kriteria itu. 5. Melakukan Evaluasi atas Sistem Pengendalian Internal Auditor harus menentukan apakah mekanisme telah menyediakan informasi tentang efektivan operasional, yaitu: (1). Apakah ada perbedaan tingkat kedalaman atau detail laporan; (2). Apakah ada informasi yang belum disajikan dalam laporan; (3). Apakah indikator kerja telah dipertimbangkan dalam penyusunan laporan. 15
  • 20. 6. Menyediakan Jalur Komunikasi antara Tataran Operasional dan Manajemen Audit kerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan permasalahan yang tidak dapat tersalurkan melalui struktur komunikasi yang telah disususun organisasi tersebut. 7. Melaporkan Ketidakberesan Audit kerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan kepada manajemen setiap penyimpangan yang terjadi sehingga kerugian dan dampak yang lebih besar dapat diatasi. B. Peningkatan Akuntabilitas Publik Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas berupa perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan, pengembangan bentuk- bentuk laporan akuntabilitas; perbaikan indikator kinerja, perbaikan perbandingan pekerja antara organisasi sejenis yang diperiksa, serta penyajian informasi yang jelas dan informatif. Perubahan dan perbaikan dapat terjadi karena temuan atau rekomendasi audit. Umumnya, rekomendasi dapat menjadi kunci atas perubahan dan perbaikan. Oleh sebab itu, penyusunan rekomendasi yang baik perlu diperhatikan. 3.10 Tujuan Audit Kinerja Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa audit kinerja mencakup tujuan yang luas dan bervariasi, termasuk tujuan yang berkaitan dengan penilaian hasil dan efektivitas program, ekonomi dan efisiensi, pengendalian internal, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta bagaimana cara untuk meningkatkan efektivitas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dasar dari audit kinerja ialah menilai suatu kinerja suatu organisasi, program, atau kegiatan yang meliputi audit atas aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Audit kinerja (performance audit) merupakan perluasan atas audit laporan keuangan atas prosedur dan tujuan. 16
  • 21. 3.11 Jenis Audit Kinerja Audit yang dilakukan dalam audit kinerja meliputi audit ekonomi, audit efisiensi dan audit efektivitas. Audit ekonomi dan audit efisiensi disebut management audit atau operational audit, sedangkan audit efektivitas disebut program audit. a. Audit Ekonomi Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik ialah ekonomi, yang berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan antara input dan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sector publik dapat meminimalisir input resource yang digunakan, yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. b. Audit Efisiensi Konsep kedua dalam manajemen organisasi sector publik ialah efisiensi, yaitu pencapaian output yang maksimal dengan input tertentu atau dengan penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupkan perbandingan input/output yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Dapat disimpulkan bahwa ekonomi memiliki arti biaya terendah, sedangkan efisiensi mengacu pada rasio terbaik antara output dan biaya (input). Ini dikarenakan keduanya diukur dalam unit yang berbeda, maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan sumber daya yang ada dapat dicapai output yang maksimal atau output tertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang sekecil-kecilnya. Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan suatu entitas telah memperoleh, melindungi, menggunakan sumber dayanya secara ekonomis, dan efisien. Selain itu, juga bertujuan untuk menentukan dan mengidentifikasi penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis dan efisien, termasuk ketidakmampuan organisasi untuk mengelola sistem informasi, administrasi, dan struktur organisasi. 17
  • 22. Menurut The General Accounting Office Standards (1994), beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam audit ekonomi dan efisiensi, yaitu dengan mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit telah: (1) mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat; (2) melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu dan jumlah) sesuai dengan kebutuhan pada biaya terendah; (3) melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai; (4) menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang jelas tujuannya; (5) menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawai yang berlebihan; (6) menggunakan prosedur kerja yang efisien; (7) menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan fasilitas) yang minimum dalam menghasilkan atau menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas dan kualitas yang tepat; (8) mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya negara; (9) melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai kehematan dan efisiensi (Mardiasmo, 2002). Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah menghasilkan output yang optimal dengan sumber daya yang dimilikinya, auditor dapat membandingkan output yang telah dicapai pada periode yang bersangkutan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, kinerja tahun-tahunsebelumnya dan unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi yang berbeda. c. Audit Efektifitas Konsep yang ketiga dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah efektivitas. Efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Efektivitas merupakan perbandingan antara outcome dengan output. Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak dicapai. Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Audit Commission (1986) disebutkan bahwa efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang berwenang untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya. Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan menentukan apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah. Secara lebih rinci, tujuan pelaksanaan audit efektivitas atau audit program adalah dalam rangka: (1) menilai tujuan program, baik yang baru maupun 18
  • 23. yang sudah berjalan, apakah sudah memadai dan tepat; (2) menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan; (3) menilai efektivitas program dan atau unsur-unsur program secara terpisah; (4) mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan memuaskan; (5) menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik dan dengan biaya yang lebih rendah; (6) menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih atau bertentangan dengan program lain yang terkait; (7) mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih baik; (8) menilai ketaatan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku untuk program tersebut; (9) menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk mengukur, melaporkan dan memantau tingkat efektivitas program; (10) menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program. Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa. Untuk mengukur efektivitas suatu kegiatan harus didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika hal ini belum tersedia, auditor bekerja sama dengan manajemen puncak dan badan pembuat keputusan untuk menghasilkan kriteria tersebut dengan berpedoman pada tujuan pelaksanaan suatu program. Meskipun efektivitas suatu program tidak dapat diukur secara langsung, ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu program, yaitu mengukur dampak atau pengaruh evaluasi oleh konsumen dan evaluasi yang menitikberatkan pada proses, bukan pada hasil. Tingkat komplain dan tingkat permintaan dari pengguna jasa dapat dijadikan sebagai pengukuran standar kinerja yang sederhana untuk berbagai jasa. Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program hendaknya mempertimbangkan apakah program tersebut relevan atau realistis, apakah ada pengaruh dari program tersebut, apakah program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil. 19
  • 24. 3.12 Proses dan Tahapan Audit Kinerja PROSES AUDIT Secara umum, proses audit kinerja memiliki sistematika: 1. Struktur audit kinerja 2. Tahapan audit kinerja 3. Kriteria atau indikator yang menjadi tolok ukur audit kinerja. 1. Struktur Audit Kinerja Pada dasarya, struktur audit adalah sama, hal yg membedakan adalah spesific tasks pada tiap tahap audit yg menggambarkan kebutuhan dari masing-masing audit. Secara umum, struktur audit kinerja terdiri atas: a. Tahap-tahap audit b. Elemen masing-masing tahap audit c. Tujuan umum masing-masing elemen d. Tugas-tugas yang diperlukan utuk mencapai setiap tujuan 2. Tahapan Audit Kinerja Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurya. Berdasarkan kerangka umum struktur audit di atas, dapat dikembangkan struktur audit kinerja yang terdiri atas: A. Tahap pengenalan dan perencanaan (familiarization and planning phase) B. Tahap pengauditan (audit phase) C. Tahap pelaporan (reporting phase) D. Tahap penindaklanjutan (follow-up phase) 20
  • 25. TAHAP ELEMEN Tahap pengenalan dan perencanaan Survei pendahuluan (familiarization and planning phase) Review SPM Tahapan audit Review hasil-hasil program (audit phase) Review ekonomi Review kepatuhan Tahap pelaporan Persiapan laporan (reporting phase) Review dan revisi Pengiriman dan penyajian laporan Tahap penindaklanjutan Desain follow up (follow-up phase) Investigasi Pelaporan A. TAHAP PENGENALAN & PERENCANAAN (Familiarization and Planning Phase) Tahap pengenalan dan perencanaan terdiri dari dua elemen: a. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey) Survei pendahuluan, bertujuan untuk menghasilkan research plan yang detail yg dapat membantu auditor dalam mengukur kinerja Auditor akan berupaya untuk memperoleh gambaran yang akurat tentang lingkungan organisasi yang diaudit, terutama berkaitan dengan: 1. Struktur dan operasi organisasi 2. Lingkungan manajemen 3. Kebijakan, standar, dan prosedur kerja Deskripsi yang akurat tentang lingkungan organisasi yang diaudit akan membantu auditor untuk menentukan tujuan audit dan rencana audit secara detail, memanfaatkan sumber daya yang ada untuk berbagai hal yang bersifat material, mendesain tugas secara efisien dan menghindari kesalahan. 21
  • 26. b. Review Sistem Pengendalian (Control System Review) Review SPM, bertujuan untuk mengembangkan temuan berdasarkan perbandingan antara kinerja dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada audit keuangan, audit dimulai dengan review dan evaluasi terhadap SPI terutama yang berkaitan dengan prosedur akuntansinya. Pada audit kinerja, auditor harus menelaah SPM untuk menemukan kelemahan pengendalian yang signifikan agar menjadi perhatian manajemen dan untuk luas, sifat dan waktu pekerjaan pemeriksaan berikutnya SPM memberikan gambaran tentang metoda dan prosedur yg digunakan oleh organisasi untuk mengendalikan kinerjanya. Pengendalian manajemen bertujuan utk memastikan bahwa tujuan organisasi dicapai secara ekonomis, efisien, dan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Tiga langkah prosedur audit yg dilakukan pada review sistem pengendalian: 1. Menganalisis sistem manajemen organisasi 2. Membandingkannya dengan model yang ada. 3. Mencatat dugaan terhadap setiap ketidakcocokan/ketidaksesuaian Kriteria penilaian yang digunakan untuk reliabilitas data dibagi dalam dua area, yaitu: 1. Proses pengumpulan, perhitungan, dan pelaporan data a. Prosedur yang ada didesain untuk memastikan fairness, dependability, dan reliability data. b. Terdapat pengendalian dalam proses pengumpulan dan penghitungan data untuk memastikan integritas data. c. Pengendalian yang telah ditetapkan sudah dijalankan. d. Terdapat dokumentasi yang memadai untuk menentukan integritas data. 2. Kecukupan pelaporan data a. Data yang dikumpulkan dan dihitung, dibuat dengan dasar yang konsisten dengan tahun sebelumnya b. Kewajaran dan reliabilitas data disajikan dengan kriteria tertentu 22
  • 27. Audit pada tahap pengenalan dan perencanaan mempersiapkan dokumen: 1. Analitical memorandum berisi identifikasi kelemahan yang material dalam sistem pengendalian manajemen dan pembuatan rekomendasi untuk perbaikan atas kelemahan tersebut. 2. Planning memorandum dibuat berdasarkan hasil review sistem pengendalian untuk menentukan sifat, luas, dan waktu pekerjaan audit berikutnya. Indikator kinerja dapat membantu pemakai laporan dalam menilai kinerja organisasi yang diaudit. Penggunaan indikator kinerja untuk masing-masing organisasi juga penting untuk mengantisipasi kemungkinan bahwa ukuran kerja untuk suatu organisasi berbeda dengan ukuran kerja organisasi lain. B. TAHAPAN AUDIT (Audit Phase) Tahapan dalam audit kinerja terdiri dari tiga elemen, yaitu: 1. Telaah hasil-hasil program (program results review) 2. Telaah ekonomi dan efisiensi (economy and efficiency review) 3. Telaah kepatuhan (compliance review) Tahapan-tahapan dalam audit kinerja disusun untuk membantu auditor dalam mencapai tujuan audit kinerja. Review hasil-hasil program akan membantu auditor untuk mengetahui apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar. Review ekonomi dan efisiensi akan mengarahkan auditor untuk mengetahui apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar tadi secara ekonomis dan efisien. Review kepatuhan akan membnatu auditor untuk menentukan apakah entitas telah melakukan segala sesuatu dengan cara-cara yang benar, sesuai aturan dan hukum yang berlaku. Dalam menjalankan elemen-elemen tersebut, auditor juga harus memepertimbangkan biaya. Atas dasar tersebut, setiap elemen harus dijalankan secara terpisah. 23
  • 28. Secara lebih rinci, komponen audit terdiri dari 1. Identifikasi Lingkungan Manajemen Auditor harus familiar dengan lingkungan manajemen klien untuk memahami keterbatasan yang dihadapi organisasi. Oleh sebab itu, auditor harus mengetahui secara akurat gambaran menyeluruh organisasi dari perspektif hukum, organisasi, dan karyawan. Auditor mengumpulkan informasi sehubungan dengan (a). Persyaratan hukum dan kinerja (b). Gambaran organisasi (c). Sistem informasi dan pengendalian (d). Pemahaman karyawan atas kebutuhan dan harapan. 2. Perencanaan dan Tujuan Ini berkaitan dengan review atas proses penetapan rencana dan tujuan organisasi. Auditor menguji keberadaan tujuan yang ditetapkan secara jelas dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut, serta keterkaitan antara aktivitas yang dilakukan dengan kebutuhan dan tujuan organisasi. 3. Struktur Organisasi Komponen ini berkaitan dengan bagaimana sebuah unit diatur dan sumber daya dialokasikan untuk mencapai tujuan organisasi. Struktur organisasi menunjuk pada otoritas formal maupun informal dan tanggung jawab yang terkait organisasi. 4. Kebijakan dan Praktik Ini mengacu pada kebijakan yang berlaku umum yang merupakan kesepakatan masyarakat yang diwakili lembaga legislatif, dan diformalkan dalam peraturan administratif yang mengacu pada sejumlah aktivitas yang harus dilaksanakan. 5. Sistem dan Prosedur Ini merupakan rangkaian kegiatan atau aktivitas untuk menelaah struktur pengendalian, efektivitas, ketepatan, logika, dan kebutuhan organisasi. 24
  • 29. 6. Pengendalian dan Metode Berhubungan dengan pengendalian internal terutama accounting control dan administrative control. Pengendalian akuntansi diperlukan untuk menyusun rencana, metode, dan prosedur organisasi untuk menjaga kekayaan perusahaan dan reabilitas data keuangan. Pengendalian administrasi terdiri dari rencana, metoda, dan prosedur organisasi yang berfokus pada efisiensi operasional, efektivitas organisasi, dan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen serta ketentuan yang berlaku. 7. Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Fisik Ini berkaitan dengan sikap karyawan, dokumentasi tentang berbagai aktivitas, dan kondisi fisik pekerjaan 8. Praktik Pengelolaan Staf Komponen ini mengacu pada metode prosedur yang digunakan untuk melindungi sumber daya manusia yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi, metode dan prosedur yang mengatur administrasi penggajian, metode dan prosedur untuk menilai kinerja karyawan, kebijakan dan prosedur pelatihan karyawan, dan affirmative actions plans, yaitu berbagai rencana yang disetujui pihak-pihak tertentu. Auditor perlu mengevaluasi affirmative action plans untuk memastikan hal ini tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku dan pelaksanaan rencana berjalan secara efektif. 9. Analisis Fiskal Ini dibutuhkan untuk menganalisis informasi keuangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat digunakan untuk mengindikasikan efisiensi operasi, ekonomi, dan efektivita unit organisasi yang dievaluasi. 10. Area Khusus Investigasi Ini bersifat lebih spesifik. Investigasi ini diarahkan pada usaha mengevaluasi soulusi alternatif yang didesain untuk meningkatkan efektivitas dan sfisiensi atau peningkatan nilai ekonomis sebuah fungsi organisasi. 25
  • 30. C. TAHAPAN PELAPORAN (reporting phase) Laporan tertulis bersifat permanen dan sangat penting untuk akuntabilitas publik. Hal terpenting bahwa laporan tersebut dapat dipahami oleh pihak-pihak yang menerima dan membutuhkan. Tiga langkah pengembangan laporan audit, yaitu: 1. Persiapan (preparation) Pada tahap persiapan, auditor mulai mengembangkan temuan audit, menggabungkannya menjadi sebuah laporan yang koheren dan logis, serta menyiapkan bukti pendukung dan dokumentasi yang diperlukan. 2. Penelaahan (review) Ini adalah tahap analisi kritis terhadap laporan tertulis yang dilakukan oleh staf audit, review, dan komentar atas laporan yang diberikan oleh pihak auditor. 3. Pengiriman (transmission) Meliputi persiapan tertulis sebuah laporan yang permanen agar dapat dikirim ke lembaga yang memberi tugas untuk mengaudit. Hal yang terpenting dari laporan ialah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang membutuhkan dan menerima sehingga efektif. Oleh sebab itu, auditor harus memutuskan siapa yang kompeten untuk menulis laporan dan siapa pengguna laporan tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan adalah: 1. Laporan audit kinerja harus ditulis secara objektif 2. Auditor tidak boleh overstate 3. Informasi yang disajikan harus disertai suatu bukti yang kompeten 4. Auditor hendaknya menulis laporan secara konstruktif, memberikan pengakuan terhadap kinerja yang baik maupun yang buruk 5. Auditor hendaknya mengakomodasi usaha-usaha yang dilakukan oleh manajemen untuk memperbaiki kinerjanya 26
  • 31. Selain hal-hal di atas, ada keahlian yang perlu dimiliki dan dikembangkan oleh auditor agar menghasilkan laporan yang efektif adalah: 1. Keahlian Teknis Keahlian yang dibutuhkan untuk mengorganisasikan atau menyusun informasi audit menjadi sebuah laporan yang koheren. 2. Keahlian Manajerial Keahlian yang dibutuhkan untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan masing-masing tahap audit untuk memastikan hasil akhir yang berkualitas dan tepat waktu. 3. Keahlian interpersonal Keahlian untuk menjaga hubungan baik dengan auditee, kemampuan untuk menyampaikan temuan-temuan negatif menjadi kesempatan-kesempatan positif sehingga mampu meyakinkan manajemen atas potensi-potensi yang ada. Sistematika laporan audit kinerja, terdiri atas: I. Pendahuluan a. Umum b. Surat pengiriman atau memorandum c. Laporan ringkasan d. Daftar isi laporan secara keseluruhan e. Daftar tabel dan gambar II. Teks a. Pendahuluan b. Body atau badan, mencakup: 1) Pengantar masalah (jika perlu) 2) Temuan-temuan 3) Kesimpulan dan rekomendasi c. Komentar auditee III. Referensi Masalah a. Footnotes b. Lampiran c. Bibliografi 27
  • 32. d. Komentar auditee (jika tidak dimasukkan ke dalam teks) e. Bahan referensi Format di atas menggambarkan susunan laporan akhir audit kinerja. Dalam praktiknya, audotor harus melakukan langkah-langkah berikut untuk mengembangakan sebuah laporan audit 1. Menyiapkan temuan-temuan secara individual 2. Mengumpulkan semua referensi yang diperlukan untuk mendukung teks 3. Menyiapkan teks 4. Menyiapkan laporan inti 5. Menyiapkan memorandum pengiriman laporan Temuan audit merupakan building blocks laporan audit, maksudnya bahwa temuan audit akan disajikan secara tertulis sesuai dengan permasalahan yang relevan dan material yang ditemukan selama audit, yang mencakup argumen yang logis dan komplit serta didukung oleh bukti-bukti yang cukup. Relevansi maksudnya adalah temuan yang diperoleh haruslah sesuai dengan masalah pokok dalam lingkung audit dan tujuan audit. Materialis berkaitan dengan sejauh mana kondisi yang ada berpengaruh secara signifikan terhadap organisasi yang diaudit. D. TAHAP PENINDAKLANJUTAN (follow up) Tahap penindaklanjutan melibatkan auditor, auditee, dan pihak lain yang berkompeten. Tindak lanjut didisain untuk memastikan atau memberikan pendapat apakah rekomendasi auditor sudah diimplementasikan. Dari sisi auditor, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap penindaklanjutan antara lain: 1. Dasar Pelaksanaan Follow Up Ini adalah perencanaan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Untuk setiap rekomendasi yang diberikan auditor, manajemen harus menentukan hal tersebut diterima atau ditolak. Jika diterima apakah rekomendasi tersebut diimplementasikan atau tidak, jika tidak diimplementasikan periode sekarang, kapan implementasi akan dilaksanakan. Jika rekomendasi telah dilaksanakan sebelum laporan diterbitkan, seharusnya telah diverifikasi 28
  • 33. oleh auditor. Jika rekomendasi auditor tidak dilaksanakan, permasalahan apa saja yang dihadapi oleh organisasi dalam implementasi rekomendasi. 2. Pelaksanaan Review Follow Up Hal ini memberi dasar untuk review follow up. Hal pertama dilakukan adalah menyusun jadwal, yang mana hal ini tergantung dari kompleksitas rekomendasi dan tingkat kesulitan implementasi. 3. Batasan Review Follow Up Sebaiknya tidak terbatas pada penilaian pelaksanaan dan dampak rekomendasi yang diusulkan auditor, namun juga dihindari terjadi follow up yang overload. Kegiatan follow up diharapkan mampu menjelaskan peningkatan aktual yang telah dicapai setelah proses audit dilaksanakan pada organisasi tertentu. 4. Implementasi rekomendasi a. Implementasi oleh unit kerja Unit kerja dapat mengevaluasi dan menggunakan rekomendasi staf auditor ini dikarenakan unit yang diaudit memiliki kesempatan pertama kali untuk mempelajari temuan dan rekomendasi audit. b. Implementasi oleh eksekutif Manajemen biasanya menerima hasil audit terlebih dahulu dibandingkan legislatif. Diskusi antara auitor dan manejemen sebelum laporan audit dipublikasikan akan memungkinkan dihasilkan petunjuk administratif yang didesain untuk mengoreksi permasalahan. c. Peranan auditor dalam implementasi rekomendasi audit Auditor hanya berperan sebagai pendukung, tidak terlibat langsung di dalamnya. Ini untuk menjaga objektivitas dan independensi auditor karena ada kemungkinan bahwa masa-masa mendatang organisasi itu akan diaudit dengan auditor yang sama. Aoditor memberi penjelasan bagaimana dan mengapa sebuah rekomendasi diberikan. Auditor juga memonitor kegiatan dan tindakan manajemen sehubungan dengan laporan audit untuk mengetahui perkembangan implementasi rekomendasi audit. 29
  • 34. d. Peranan legislatif dalam implementasi rekomendasi audit Merupakan otoritas tingkat akhir yang dapat mengambil tindakan implementasi rekomendasi secara formal dengan mengadopsi peraturan, mosi, dan lain-lain. Ada beberapa pendekatan yang dilakukan untuk memastikan implementasi rekomendasi audit. 1. Tindakan legislatif secara formal. Pendekatan ini untuk mengimplementasikan rekomendasi tersebut ke dalam kebijakan formal. 2. Tindakan legislatif secara informal. Pengimplementasian rekomendasi dilakukan secara tidak formal, misalnya melalui public sharing terhadap temuan audit, kontak langsung antara anggota legislatif dengan masing-masing eksekutif. 3. Tindakan legislatif melalui anggaran. Lembaga legislatif memiliki otoritas atas lokasi dana melalui pengendalian terhadap anggaran. Implementasi rekomendasi dapat dilakukan melalui penetapan tujuan dalam anggaran yang akan dibiayai dengan sejumlah dana. 5. Pemeriksaan kembali secara periodik Audit kinerja merupakan suatu usaha yang meliputi lebih dari satu periode waktu karena sebagaiman variabel lain yang terus berubah, kinerja organisasi juga dapat mengalami fluktuasi. Setiap organisasi dapat menjadi objek pemeriksaan kembali. Laporan hasil pemeriksaan sebelumnya dapat dijadikan sebagai dasar memulai pekerjaan audit sehingga dapat menghemat waktu untuk perencanaan audit, dan isu-isu spesifik dapat diidentifikasi lebih awal dari proses perencanaan. Penentuan Kriteria Audit Menurut DR. J. B. Sumarlin dalam bukunya ”Pemeriksa” mengemukakan bahwa : ”Dalam perencanaan audit, seorang auditor harus dapat menyatakan kriteria yang akan dipergunakan dalam audit diantaranya: A. Mengenal dan Mengembangkan Kriteria Audit B. Menentukan Sumber dan Menilai Ketepatan Kriteria Audit C. Menentukan Kriteria Audit Dari Pekerjaan Auditan”. 30
  • 35. Pengertian yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa didalam melakukan perencanaan perlu diambil perencanaan yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan. Melihat hal tersebut maka, kriteria audit dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Mengenal dan Mengembangkan Kriteria Audit Kriteria audit dapat dipergunakan sebagai alat untuk menilai pengendalian, menilai sumber daya, menilai proses pekerjaan dan menilai hasil-hasil kerja auditan. Supaya kriteria audit dapat digunakan sebagai tolak ukur penilaian, maka kriteria tersebut: 1. Harus berasal dari sumber yan berwenang sehingga hasil penilaiannya dapat dipertahankan 2. Harus tidak berat sebelah, tidak memihak, tidak berprasangka (objective); 3. Harus dapat dinyatakan secara tepat sebagai alat ukur dalam satuan jumlah tertentu (spesifik); 4. Harus dapat disajikan sebagai standar pelaksanaan dan standar hasil serta dapat dicapai (realistic dan attainable) Kriteria harus memenuhi syarat dan untuk mendpatkan kriteria yang memenuhi syarat seperti penilaian kriteria audit yang ada, kriteria audit perlu dikembangkan. Langkah- langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan kriteria audit adalah: 1. Menetapkan tujuan atau sasaran audit secara jelas; 2. Menunjuk sumber informasi dari mana kriteria audit akan diangkat; 3. Mengadakan penilaian terhadap kriteria audit. Dalam pengembangan kriteria audit, auditor harus memulai dari pernyataan standar yang kemudian dikembangkan atau dirinci sampai pada pernyataan standar yang lebih khusus sehingga dapat menuntun auditor untuk menilai tercapainya kehematan, efesiensi atau efektivitas 31
  • 36. atas pelaksanaan dan hasil pekerjaan auditan. Semakin umum kriteria yang dipergunakan oleh auditor maka semakin kualitatif hasil penilaiannya dan akan lebih banyak mengandung unsur pendapat dan demikian sebaliknya. Pengembangan kriteria dengan cara ini mempunyai manfaat yang besar karena ada jaminan dan kepastian bahwa semua kriteria yang dipakai dalam pekerjaan audit akan berkaitan dengan tujuan auditnya. b. Menentukan Sumber dan Menilai Ketepatan Kriteria Audit Dalam audit keuangan biasanya sudah tersedia kriteria audit dalam bentuk norma- norma yang dpat dipakai sebagai alat untuk menilai pekerjaan auditan seperti norma-norma pembukuan yang lazim dan peraturan perundang-unangan yang berlaku termasuk sasaran, kebijaksanaan, prosedur, rencana dan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pekerjaan audit yang meluas sampai kepada penilaian kehematan, efesiensi dan efektifitas, kriteria audit seperti hal tersebut kemungkinan tidak tersedia dan terodifikasi pada auditan sehingga auditor akan menghadapi kesulitan dalam menentukan kriteria audit. Beberapa sumber informasi yang dapat dipergunakan sbagai referensi dalam menentukan kriteria audit yaitu: a) Tim audit lainnya yang kebetulan mengaudit kegiatan yang sama pada periode sebelumnya. b) Produk-produk kerja yang ditetapkan dlam peraturan dan perundangan yang berlaku. c) Maksud dan tujuan organissi/program yang di tetapkan undang-undang dan kebijaksanaan pemerintah pusat. d) Ucapan dan pendpat para ahli dari perguruan tinggi e) Laporan-laporan yang disusus oleh instansi yang diaudit. f) Pendapat para ahli dan konsultan. g) Pendapat manajemen tertinggi instansi yang diaudit. 32
  • 37. h) Kebijaksanaan, pengarahan dan pedoman kerja yang ditetapkan oleh organisasi yang diaudit. i) Auditan terutama dalam hal penentuan standar input, proses kerja dan output. j) Kinerja sektor swasta dibidang yang sama. c. Menentukan Kriteria Audit Dari Pekerjaan Auditan Hubungan antara auditor dengan auditan dalam menentukan dan mengembangkan kriteria audit cukup penting, namun auditor harus menyadari pengaruh negatifnya. Berdiskusi dengan auditan memberikan peluang bagi auditor untuk menguji objektivitas kriteria yang akan dipakai dan oleh karena itu auditor harus memperhatikan kepentingan auditan sepanjang kepentingan tersebut tidak mengarah pada kepentingan pribadi yang mempengaruhi penilaian atas hasil audit (vested interst). Auditor harus dapat meyakinkan auditan tentang objektivitas kriteria yang dipergunakan dalam penilaian dan untuk itu auditor harus dpat menunjukkna sumber informasi yang jelas dan benar akan kebenarannya dari yang bersangkutan. Banyak terjadi kesalah- pahaman antara auditor dan auditan yang disebabkan penentua dasar penilaian yang kurang tepat. Kesalahpahaman ini sebetulnya dpat dihindarkan apabila auditor dan auditan telah mendiskusikan kriteria audit yang akn digunakan. 33
  • 38. 3.13 Peran Auditor dalam Audit Kinerja Kualitas audit sektor publik pemerintah ditentukan oleh kapabilitas teknikal auditor dan independensi auditor. Kapabilitas teknikal auditor telah diatur dalam standar umum pertama, yaitu bahwa staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan, serta pada standar umum yang ketiga, yaitu bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Disamping standar umum, seluruh standar pekerjaan lapangan juga menggambarkan perlunya kapabilitas teknikal seorang auditor. Selain itu, independensi auditor juga diperlukan, karena auditor sering disebut sebagai pihak pertama dan memegang peran utama dalam pelaksanaan audit kinerja, sebab auditor dapat mengakses informasi keuangan dan informasi manajemen dari organisasi yang diaudit, memiliki kemampuan professional dan bersifat independen. Walaupun pada kenyataannya prinsip independen ini sulit untuk benar-benar dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan audite harus berusaha untuk menjaga independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat tercapai. Berikut merupakan peran auditor dalam proses audit kinerja: a. Memberikan review independen dari pihak ketiga atas kinerja manajemen dan menilai apakah kinerja organisasi dapat memenuhi harapan. b. Memberikan rekomendasi dan solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. c. Membantu manajemen mencapai kinerja yang baik dengan memperkenalkan pendekatan yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengendalian intern serta memberikan catatam atas kekurangan yang ditemukan selama melakukan evaluasi. 34
  • 39. IV. PENUTUPAN 4.1 Simpulan Audit kinerja mengalami perkembangan dan perubahan dari periode ke periode sesuai dengan perkembangan zaman. Beberapa tahun belakangan ini, audit kinerja memiliki peran yang sangat esensial khususnya dalam melakukan audit pada sektor publik. Ini disebabkan terus meningkatnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik mempertahankan kualitasnya. Dengan adanya audit kinerja, masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih lengkap dari organisasi pemerintahan yang mengelola dana mereka serta dapat membantu pemimpin organisasi tersebut dalam pelaksanakan tugas dan tanggung jawab, dan memberikan informasi yang bermutu, tepat waktu untuk pengambilan keputusan, dalam rangka pencapaian tujuan yaitu efesiensi dan efektif operasi. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian- kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak- pihak pengguna laporan tersebut. Kemampuan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) dari sektor publik pemerintah sangat tergantung pada kualitas audit sektor publik. Tanpa kualitas audit yang baik, maka akan timbul permasalahan, seperti munculnya kecurangan, korupsi, kolusi dan berbagai ketidakberesan di pemerintahan. 35
  • 40. 4.2 Rekomendasi Audit performance seharusnya dilakukan secara regular seperti pada audit konvensional sehingga seberapa efisien, ekonomis dan efektivitas suatu organisasi dapat ditelaah dari waktu ke waktu untuk mengetahui perkembangan suatu unit atau instansi pemerintahan,dan ini dapat dilakukan oleh BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal/ Wilayah/ dan Kabupaten, bahkan oleh auditor independen bila diminta secara khusus oleh DPRD atau oleh Pemda sendiri. Diharapkan, audit kinerja kinerja dapat dilakukan baik pada sektor swasta maupun pada sektor publik pada khusunya dan badan pemerintahan karena dari semua tujuan kepentingan masyarakat merupakan prioritas utama. 36
  • 41. V. DAFTAR PUSTAKA 1. Bastian, Indra. 2011. Audit Sektor Publik.Edisi 2. Salemba Empat: Jakarta 2. Ulum, Ihyaul. 2009. Audit sektor publik: Suatu Pengantar. Bumi Aksara: Jakarta. 3. I Gusti Agung Rai. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, Studi Kasus. Salemba Empat: Jakarta 4. Ely Suhayati. OPTIMALISASI KINERJA PEMERINTAH DAERAH MELALUI PERFORMANCE AUDIT dalam http://jurnal.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/v06-n02/vol-6- artikel-8.pdf/pdf/vol-6-artikel-8.pdf diunduh pada Selasa, 13 November 2012 jam 18.00. 37
  • 42. VI. LAMPIRAN STUDI KASUS “Optimalisasi Kinerja Pemerintah Daerah Melalui Perfomance Audit” Dengan adanya Otonomi Daerah, maka pengelolaan keuangan daerah berada pada pemerintah daerah sendiri, di mana perlu adanya sistem pemeriksaan yang efektif untuk memastikan bahwa dana desentralisasi yang telah dipercayakan oleh pusat kepada daerah telah dikelola secara transparan. Berhasil tidaknya pembangunan di suatu daerah dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat dan tumbuh secara berkelanjutan yang sangat tergantung pada pengelolaan sumber daya yang dimiliki dan kualitas sumber daya manusianya dalam mengelola. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas berperan menjalankan aktivitas pembangunan dan pelayanan bagi publik serta pemberdayaan potensi-potensi daerah dalam mencapai tujuannya. Sistem pemeriksaan yang efektif, tidak hanya yang konvensional tetapi juga 3E audit yaitu audit ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Audit kinerja atau performance audit terhadap sektor pemerintah dapat membantu masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih lengkap dari organisasi pemerintah (PEMDA). Audit Kinerja dapat dilakukan baik pada sektor swasta maupun sektor publik dan badan pemerintah, karena dari semua tujuan kepentingan masyarakat merupakan prioritas utama. Di Indonesia kita mengenal dua badan yang berhak melakukan audit yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). 38