SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  20
Télécharger pour lire hors ligne
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 29
VEKTOR DI RUANG DIMENSI 2 DAN 3
Setiap objek pembicaraan dalam matematika memiliki ruang himpunan di mana objek itu
berasal. Di dalamnya terdapat aturan-aturan yang berlaku yang dipenuhi oleh setiap
anggotanya. Misalnya, semua bilangan nyata tergabung dalam sebuah himpunan
bilangan yang dinamakan himpunan bilangan real (ℝ). Semua sifat-sifat dan aturan
perhitungan bilangan real berlaku bagi semua himpunan anggotanya, seperti pada
bilangan rasional, irasional, bulat, pecahan, dan lain-lain.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai vektor, akan diperkenalkan tentang konsep
ruang, mulai dari dimensi terkecil hingga dimensi yang digeneralisasi, sebagai ruang-n.
1. Ruang Dimensi-n
Himpunan bilangan nyata (real) biasanya digambarkan ke dalam sebuah gambar
sederhana yang disebut garis bilangan. Garis bilangan dapat dianggap sebagai grafik
sederhana yang menyatakan letak suatu bilangan, di mana bilangan yang lebih besar
berada di sebelah kanan bilangan yang lebih kecil.
Karena garis bilangan hanya memiliki satu dimensi yaitu panjang, maka himpunan
bilangan real dapat dinyatakan sebagai ruang berdimensi-1. Meskipun kata „ruang‟
menunjukkan suatu tempat berdimensi-3, namun dalam matematika „ruang‟
mempunyai makna tersendiri. Berdasarkan definisinya, ruang dalam matematika
merupakan himpunan dari objek-objek yang memiliki sifat yang sama dan memenuhi
semua aturan yang berlaku dalam ruang tersebut.
Definisi Ruang-1 atau 𝑅1
Ruang dimensi-1 atau ruang-1 (𝑅1
) adalah himpunan semua bilangan real (ℝ).
Himpunan bilangan real dapat digambarkan oleh garis bilangan real :
Jadi, garis bilangan berfungsi untuk menunjukkan letak suatu titik pada suatu garis
berdasarkan besarnya. Gagasan ini memunculkan gagasan berikutnya bahwa suatu
titik dapat berada pada suatu bidang ataupun ruang. Pada pertengahan abad ke-17
lahirlah konsep ruang dimensi-2 dan dimensi-3, yang kemudian pada akhir abad ke-19
para ahli matematika dan fisika memperluas gagasannya hingga ruang dimensi-n.
0 1 2 3-1-2-3
Bulat PositifBulat Negatif Nol
Bil. Rasional & irasional
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 30
Definisi Ruang-2 atau 𝑅2
Ruang dimensi-2 atau ruang-2 (𝑅2
) adalah himpunan pasangan bilangan berurutan
(𝑥, 𝑦), di mana x dan y adalah bilangan-bilangan real. Pasangan bilangan (𝑥, 𝑦)
dinamakan titik (point) dalam 𝑅2
, misal suatu titik P dapat ditulis 𝑃(𝑥, 𝑦). Bilangan x
dan y disebut koordinat dari titik P.
Untuk menggambarkan titik-titik di 𝑅2
secara geometris, koordinat x dan y dianggap
berada pada dua garis bilangan yang berbeda yang membentuk suatu sistem koordinat.
Garis bilangan tersebut dinamakan sumbu koordinat. Sumbu koordinat tersebut
digambarkan saling tegak lurus dan membentuk suatu sistem yang disebut sistem
koordinat siku-siku. Pada 𝑅2
sistem ini dinamakan sistem koordinat-xy atau sistem
koordinat kartesius (Cartesian system) yang dibangun oleh :
 Sumbu x (x-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (x, 0).
 Sumbu y (y-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (0, y).
Suatu titik yang berada tepat di kedua sumbu dinamakan titik asal (origin point) ditulis
O(0, 0). Titik ini adalah titik di mana sumbu x dan y saling berpotongan.
Definisi Ruang-3 atau 𝑅3
Ruang dimensi-3 atau ruang-3 (𝑅3
) adalah himpunan tripel bilangan berurutan
(𝑥, 𝑦, 𝑧), di mana x, y, dan z adalah bilangan-bilangan real. Tripel bilangan (𝑥, 𝑦, 𝑧)
dinamakan titik (point) dalam 𝑅3
, misal suatu titik P dapat ditulis 𝑃(𝑥, 𝑦, 𝑧). Bilangan
x, y, dan z, disebut koordinat dari titik P.
Seperti halnya 𝑅2
, 𝑅3
memiliki sistem koordinat siku-siku yaitu sistem koordinat-xyz,
dengan titik asal 𝑂 0,0, 0 , yang dibangun oleh :
 Sumbu x (x-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat
(𝑥,0, 0).
y
x
O
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 31
 Sumbu y (y-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat
(0, 𝑦, 0).
 Sumbu z (z-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat
(0,0, 𝑧).
Menjelang akhir abad 19, para matematikawan dan fisikawan mulai menemukan
gagasan bahwa dimensi tidak hanya terbatas pada dimensi-3 dengan tripel
bilangannya, tetapi juga kuadrupel sebagai titik pada ruang dimensi-4, kuintupel pada
ruang dimensi-5, dan seterusnya. Hal ini menghasilkan generalisasi untuk ruang
dimensi-n.
Definisi tupel-n-berurutan
Jika n adalah sebuah bilangan positif, maka tupel-n-berurutan (ordered-n-tuple)
adalah sebuah urutan n buah bilangan real (𝑎1, 𝑎2, . . . , 𝑎 𝑛 ).
Definisi Ruang-n atau 𝑅 𝑛
Ruang dimensi-n atau ruang-n (𝑅 𝑛
) adalah himpunan semua tupel-n-berurutan
(𝑎1, 𝑎2, . . . , 𝑎 𝑛 ), dengan 𝑎1, 𝑎2, . . ., dan 𝑎 𝑛 adalah bilangan-bilangan real. Tupel-n
bilangan 𝑎1, 𝑎2 , . . . , 𝑎 𝑛 dinamakan titik (point) dalam 𝑅 𝑛
, misal suatu titik P dapat
ditulis 𝑃(𝑎1, 𝑎2, . . . , 𝑎 𝑛 ). Bilangan 𝑎1, 𝑎2, .. . , dan 𝑎 𝑛 disebut koordinat dari P.
Jelas bahwa ruang dimensi-n dengan n > 3 tidak dapat divisualisasikan secara
geometris, namun penemuan ini sangat berguna dalam pekerjaan analitik dan numerik,
karena tidak sedikit permasalahan nyata tidak dapat divisualisasikan dengan grafis
namun memerlukan penalaran dan penyelesaian secara matematis.
𝑅 𝑛
yang merupakan generalisasi dari 𝑅1
, 𝑅2
, dan 𝑅3
, menyebabkan sifat-sifat dan
aturan-aturan di dalamnya adalah sama, perbedaannya hanya terletak pada ukuran atau
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 32
banyak komponen yang akan dihitung. Walaupun bab ini hanya menyajikan definisi,
teorema, atau sifat-sifat dalam 𝑅2
dan 𝑅3
, tetapi semuanya akan berlaku untuk 𝑅 𝑛
,
setelah dimodifikasi sesuai dimensinya. Seperti definisi jarak antar dua titik dalam 𝑅2
dan 𝑅3
berikut yang dapat digeneralisasi untuk 𝑅 𝑛
.
Definisi Jarak Dua Titik
Jarak antara dua titik 𝐴(𝑥1, 𝑦1) dan 𝐵(𝑥2, 𝑦2 ) di 𝑅2
didefinisikan oleh :
𝐴𝐵 = 𝑥2 − 𝑥1
2 + 𝑦2−𝑦1
2
Jarak antara dua titik 𝐴(𝑥1, 𝑦1, 𝑧1) dan 𝐵(𝑥2, 𝑦2 , 𝑧2) di 𝑅3
didefinisikan oleh :
𝐴𝐵 = 𝑥2 − 𝑥1
2 + 𝑦2−𝑦1
2 + 𝑧2−𝑧1
2
2. Titik dan Garis
Pada bagian sebelumnya telah dibahas pengertian titik pada 𝑅2
dan 𝑅3
serta 𝑅 𝑛
secara umum. Definisi titik ini sama untuk semua ruang, yang berbeda hanyalah
kedudukannya di dalam masing-masing ruang tersebut. Dua titik atau lebih jika
dihubungkan akan membentuk garis, kumpulan garis-garis akan menjadi bidang, dan
kumpulan bidang-bidang akan menjadi ruang.
Geometri adalah cabang matematika yang khusus mempelajari titik, garis, dan bidang.
Mengenai garis, geometri hanya terbatas pada kuantitas dan kedudukan, seperti
panjang garis atau besar sudut antara dua garis, tetapi tidak pada arahnya serta
kedudukannya dalam suatu bidang atau ruang. Ilmu vektor merupakan cabang dari
matematika yang mempelajari ruas garis berarah yang dinamakan vektor.
3. Vektor
Banyak kuantitas fisis, seperti luas, panjang, massa, suhu, dan lainnya, dapat
dijelaskan secara lengkap hanya dari besarnya, misalnya 50 kg, 100 m, 30 ℃, dll.
Kuantitas fisis ini dinamakan skalar. Dalam matematika, skalar mengacu pada semua
bilangan yang bersifat konstan.
Namun, ada kuantitas fisis lain yang tidak hanya memiliki besar/nilai tapi juga arah,
seperti kecepatan, gaya, pergeseran, dan lain-lain. Kuantitas fisis ini dalam fisika
maupun matematika dinamakan vektor. Dalam matematika, ilmu vektor menjadi salah
satu cabang ilmu yang semakin luas perkembangannya serta penerapannya, dan tidak
terbatas pada mempelajari besaran-besaran yang memiliki nilai dan arah tetapi sebagai
suatu besaran yang memiliki banyak komponen yang membentuk satu kesatuan dari
besaran itu sendiri.
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 33
Titik ujung
Titik awal
a
Notasi Vektor
Vektor biasanya dinyatakan dengan huruf kecil tebal (a), atau diberi tanda panah di
atasnya (𝑎), atau tanda garis bawah ( 𝑎 ).
Definisi Vektor
Sebuah vektor a dengan komponen-n (berdimensi-n) di dalam 𝑅 𝑛
adalah suatu aturan
tupel-n dari bilangan-bilangan yang ditulis sebagai baris (𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎 𝑛 ) atau sebagai
kolom
𝑎1
𝑎2
⋮
𝑎 𝑛
, dengan 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎 𝑛 adalah bilangan-bilangan real dan dinamakan
komponen dari vektor a.
Dengan demikian, di 𝑅2
vektor dapat ditulis : 𝐚 = (𝑎1, 𝑎2) atau 𝐚 =
𝑎1
𝑎2
, dan di 𝑅3
vektor dapat ditulis : 𝐚 = (𝑎1, 𝑎2, 𝑎3) atau 𝐚 =
𝑎1
𝑎2
𝑎3
. Pada bagian berikutnya, vektor
akan sering disajikan dalam bentuk baris (vektor baris).
Berdasarkan definisi titik dan vektor, simbol (𝑎1, 𝑎2, …, 𝑎 𝑛 ) mempunyai dua tafsiran
geometrik yang berbeda, yaitu sebagai titik dalam hal 𝑎1, 𝑎2, …, 𝑎 𝑛 adalah koordinat,
dan sebagai vektor dalam hal 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎 𝑛 adalah komponen.
Arti Geometrik Vektor
Secara geometris, vektor dinyatakan sebagai segmen garis berarah atau panah. Arah
panah menentukan arah vektor dan panjangnya menyatakan besar vektor. Ekor panah
dinamakan titik awal (initial point) dan ujung panah dinamakan titik ujung/terminal
(terminal point).
Komponen-komponen vektor menentukan besar dan arah vektor. Misal pada 𝑅2
,
vektor 𝐯 = (2, 3) berarti dari titik awal bergerak 2 satuan ke kanan, kemudian 3
satuan ke atas. Pada 𝑅3
, misalkan sebuah vektor 𝐯 = 3, 4, −2 berarti dari titik awal
bergerak 2 satuan ke depan (x-positif), 4 satuan ke kanan (y-positif), dan 2 satuan ke
bawah (z-negatif).
Definisi berikut dapat memperjelas tafsiran geometrik vektor.
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 34
Definisi Vektor Posisi
Vektor posisi dari 𝐴(𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎 𝑛 ) adalah suatu vektor yang titik awalnya adalah titik
asal O dan titik ujungnya adalah A, dan ditulis 𝑂𝐴 = (𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎 𝑛 ).
Berdasarkan definisi ini dapat dibuktikan bahwa, dari sebuah titik dapat dibuat tepat
satu buah vektor posisi. Dengan kata lain setiap titik dalam ruang memiliki vektor
posisi yang berbeda-beda.
Jika vektor v dengan titik awal A dan titik ujung B, maka v dapat ditulis sebagai : 𝐴𝐵.
Komponen-komponen dari 𝐴𝐵 akan dijelaskan setelah mempelajari aritmetika vektor.
Definisi Vektor-Vektor Ekuivalen
Vektor-vektor ekuivalen adalah vektor-vektor yang memiliki panjang dan arah yang
sama.
Vektor-vektor ekuivalen dianggap sebagai vektor yang sama meskipun kedudukannya
berbeda-beda. Jika v dan w ekuivalen maka dapat dituliskan v = w.
Contoh 1 :
Keempat ruas garis berarah di atas berawal di suatu titik tertentu yang kemudian
digerakkan 2 satuan ke kiri dan 5 satuan ke atas. Keempatnya dinamakan vektor dan
dapat dinotasikan oleh 𝐯 = −2, 5 =
−2
5
. Keempat ruas garis berarah di atas
dinamakan representasi dari vektor v. ∎
Definisi Vektor Nol
Vektor nol adalah vektor yang semua komponennya adalah nol, dan ditulis
𝟎 = (0, 0, 0).
Dengan demikian vektor nol adalah vektor yang tidak mempunyai panjang dan arah.
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 35
Definisi Negatif Vektor
Negatif dari vektor v, atau –v didefinisikan sebagai vektor yang mempunyai besar
yang sama dengan v, namun arahnya berlawanan dengan v.
Definisi Vektor satuan/unit (Unit Vectors)
Vektor satuan adalah vektor yang panjangnya adalah 1.
Definisi Vektor Basis/Satuan Standar (Standard Unit Vectors)
Vektor satuan baku adalah vektor yang mempunyai panjang 1 dan terletak sepanjang
sumbu-sumbu koordinat.
Untuk 𝑅2
, vektor satuan baku ditulis : i = 1,0 dan j = 0,1 .
Untuk 𝑅3
, vektor satuan baku ditulis : i = 1,0,0 , j = 0,1,0 , dan k = 0,0,1 .
Dengan demikian setiap vektor v = (𝑣1, 𝑣2 , 𝑣3 ) di 𝑅3
dapat ditulis
v = 𝑣1, 𝑣2 , 𝑣3 = 𝑣1 1,0,0 + 𝑣2 0,1, 0 + 𝑣3 0,0, 1 = 𝑣1 𝐢 + 𝑣2 𝐣 + 𝑣3 𝐤
Contoh 2 :
Nyatakan v = 2,−3, 4 dalam vektor basis.
Penyelesaian :
𝐯 = 2, −3, 4 = 2 1,0, 0 + −3 0,1, 0 + 4 0,0, 1 = 2𝐢 − 3𝐣 + 4𝐤 ∎
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 36
𝒃𝒂 + 𝒃
𝒂
4. Aritmetika Vektor
Pada bagian ini, definisi serta teorema yang diberikan hanya untuk vektor-vektor di
𝑅3
, sedangkan interpretasi geometris sedapatnya diberikan dalam 𝑅3
, namun
kebanyakan dalam 𝑅2
. Hal ini bertujuan hanya untuk mempermudah pemahaman
analitik dan geometrik. Secara konsep, teoretis, dan numeris, semua definisi, teorema,
dan rumus-rumus dapat dengan mudah dimodifikasi sesuai dimensi yang diinginkan.
Definisi Penjumlahan Vektor
Diberikan vektor 𝐚 = (𝑎1, 𝑎2, 𝑎3) dan 𝐛 = (𝑏1, 𝑏2, 𝑏3) vektor-vektor di 𝑅3
, maka
penjumlahan a dan b didefinisikan oleh
𝐚 + 𝐛 = (𝑎1 + 𝑏1 , 𝑎2 + 𝑏2 , 𝑎3 + 𝑏3)
Secara geometris, penjumlahan a + b dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan aturan
segitiga (triangle law) dan aturan jajar genjang (parallelogram law). Aturan segitiga
dilakukan dengan menghubungkan titik awal b dengan titik ujung a, kemudian
menghubungkan titik awal a dan titik ujung b sebagai (a + b). Sedangkan aturan jajar
genjang dilakukan dengan menghubungkan kedua titik asal a dan b, sehingga a dan b
membentuk jajaran genjang. Diagonal yang dibuat dari titik awal kedua vektor akan
menjadi (a + b). Seperti ilustrasi berikut :
Contoh 3 :
Misalkan 𝐮 = 1, 2,3 , 𝐯 = 2, −3, 1 ,dan 𝐰 = (3,2, −1) vektor-vektor di 𝑅3
, maka
𝐮 + 𝐯 + 𝐰 = (1 + 2 + 3, 2 + −3 + 2, 3 + 1 + −1 = 6,1, 3 ∎
Definisi Pengurangan Vektor
Diberikan vektor 𝐚 = (𝑎1, 𝑎2, 𝑎3) dan 𝐛 = (𝑏1, 𝑏2, 𝑏3), maka pengurangan a oleh b
didefinisikan oleh :
𝐚 − 𝐛 = 𝐚 + −𝐛 = [ 𝑎1 + (−𝑏1 , 𝑎2 + (−𝑏2 ), 𝑎3 + (−𝑏3)]
= ( 𝑎1 − 𝑏1 , 𝑎2 − 𝑏2 , 𝑎3 − 𝑏3)
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 37
Seperti halnya pada penjumlahan vektor, secara geometris pengurangan vektor dapat
dilakukan dengan aturan segitiga ataupun jajar genjang seperti ilustrasi berikut.
Contoh 4 :
Misalkan 𝐮 = 1, 2,3 , 𝐯 = 2, −3, 1 ,dan 𝐰 = (3,2, −1) vektor-vektor di 𝑅3
, maka
𝐮 − 𝐯 − 𝐰 = (1 − 2 − 3,2 − −3 − 2, 3 − 1 − −1 = −4,3, 3 ∎
Berdasarkan definisi ini, komponen-komponen dari vektor yang titik awalnya bukan
titik asal, misal 𝐴(𝑎1, 𝑎2, 𝑎3) dan titik ujung 𝐵(𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3), sehingga 𝐚 = 𝑂𝐴 =
𝑎1 , 𝑎2, 𝑎3 dan 𝐛 = 𝑂𝐵 = 𝑏1 , 𝑏2, 𝑏3 adalah :
𝐴𝐵 = 𝑂𝐵 – 𝑂𝐴 = 𝐛 – 𝐚 = 𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 − 𝑎1 , 𝑎2, 𝑎3
= (𝑏1 − 𝑎1 , 𝑏2 − 𝑎2 , 𝑏3 − 𝑎3 )
Contoh 5 :
Vektor dengan titik awal dan titik ujung berturut-turut 𝑃1 2,−7,0 dan 𝑃2(1,−3, −5)
adalah 𝑃1 𝑃2 = 1 − 2,−3 − −7 ,−5 − 0 = −1,4, −5 ∎
Dengan memisalkan semua koordinat ada di sumbu-sumbu positif, vektor 𝐴𝐵 di 𝑅3
,
dengan koordinat 𝐴 𝑥1, 𝑦1, 𝑧1 dan 𝐵(𝑥2, 𝑦2 , 𝑧2), dapat digambarkan sebagai berikut.
Sehingga 𝐴𝐵 = (𝑥2 − 𝑥1, 𝑦2 − 𝑦1, 𝑧2 − 𝑧1).
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 38
Definisi Perkalian Skalar-Vektor
Jika 𝐯 = (𝑣1, 𝑣2, 𝑣3 ) adalah vektor tak-nol dan k adalah bilangan real tak-nol, maka
hasil kali kv didefinisikan oleh
𝑘𝐯 = 𝑘 𝑣1, 𝑣2, 𝑣3 = (𝑘𝑣1, 𝑘𝑣2, 𝑘𝑣3)
Secara geometris, hasil kali kv adalah vektor yang panjangnya k kali panjang v, yang
arahnya sama dengan v jika k > 0, dan berlawanan arah dengan v jika k < 0.
Contoh 6 :
Misalkan suatu vektor di 𝑅2
, 𝐚 = (2,4). Hitunglah 3𝐚,
1
2
𝐚, dan − 2𝐚, dan gambarkan
keempat vektor tersebut ke dalam satu sistem koordinat.
Penyelesaian :
Berdasarkan definisi perkalian skalar-vektor, maka
3𝐚 = 6,12 ;
1
2
𝐚 = 1,2 ; −2𝐚 = (−4,−8)
∎
Norma/Panjang Vektor
Panjang suatu garis dapat diperoleh dengan menggunakan aturan Phytagoras. Karena
vektor adalah ruas garis berarah, maka panjang vektor, baik di 𝑅2
maupun 𝑅3
dapat
diperoleh dengan rumus yang sama.
Definisi Norma Vektor
Norma atau panjang vektor 𝐯 = (𝑣1, 𝑣2, 𝑣3 ) didefinisikan oleh :
𝐯 = 𝑣1
2 + 𝑣2
2 + 𝑣3
2
Berdasarkan definisi di atas, jika 𝐯 = 0 maka 𝐯 = 𝟎. Dan, jika v vektor satuan,
maka 𝐯 = 1, begitu pula dengan vektor basis 𝐢 = 1, 𝐣 = 1, dan 𝐤 = 1.
Contoh 7 :
Misalkan 𝐚 = (3, −5,10) maka 𝐚 = 9 + 25 + 100 = 134 ∎
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 39
a
b
𝐚
𝐛
𝜽
Teorema : Aturan Dasar Aritmetika Vektor
Jika u, v, dan w adalah vektor-vektor di 𝑅2
atau 𝑅3
, dan k serta l adalah skalar
(bilangan real), maka hubungan berikut akan berlaku,
a. u + v = v + u
b. (u + v) + w = u + (v + w)
c. u + 0 = 0 + u = u
d. u + (-u) = 0
e. k( lu ) = ( kl )u
f. k(u + v) = ku + kv
g. (k + l)u = ku + lu
h. 1u = u
5. Perkalian Titik / Perkalian Dalam (Dot Product/Inner Product)
Definisi pertama dari perkalian titik dua vektor adalah menggunakan sifat-sifat
geometrisnya, yaitu norma kedua vektor dan besar sudut di antara keduanya, dengan
asumsi titik-titik awalnya berimpit.
Definisi 1
Jika u dan v adalah vektor-vektor di 𝑅2
dan 𝑅3
, dan 𝜃 adalah sudut di antara u dan v,
maka perkalian titik (dot product) atau perkalian dalam Euclidis (Euclidean inner
product) 𝐮 ∙ 𝐯 didefinisikan oleh
𝐮 ∙ 𝐯 =
𝐮 𝐯 cos 𝜃 ; jika 𝐮 ≠ 𝟎 dan 𝐯 ≠ 𝟎
0 ; jika 𝐮 = 𝟎 atau 𝐯 = 𝟎
Pekalian ini juga dinamakan perkalian skalar (scalar product) karena hasil perkalian
titik dua vektor akan menghasilkan skalar (bilangan real). Dari definisi jelas bahwa
norma vektor u dan v serta nilai cosinus sebarang sudut di antara keduanya adalah
bilangan real, sehingga hasil kali ketiganya adalah bilangan real. Jika salah satu atau
kedua vektor merupakan vektor nol, maka hasilnya adalah nol.
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 40
Contoh 8 :
Misalkan 𝐮 = 0, 0,1 dan 𝐯 = (0,2, 2) sedangkan sudut di antaranya adalah 45°,
maka 𝐮 ∙ 𝐯 = 𝐮 𝐯 cos 45° = 02 + 02 + 12 02 + 22 + 22 1
2
= 2 ∎
Definisi ke-dua dari perkalian titik dua vektor adalah menggunakan komponen-
komponen dari masing-masing vektor.
Definisi 2
Jika 𝐮 = (𝑢1, 𝑢2) dan 𝐯 = (𝑣1, 𝑣2) adalah vektor di 𝑅2
, maka perkalian titik/perkalian
dalam 𝐮 ∙ 𝐯 didefinisikan oleh :
𝐮 ∙ 𝐯 = 𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2
Jika 𝐮 = (𝑢1, 𝑢2, 𝑢3) dan 𝐯 = (𝑣1, 𝑣2 , 𝑣3) adalah vektor di 𝑅3
, maka perkalian titik
𝐮 ∙ 𝐯 didefinisikan oleh :
𝐮 ∙ 𝐯 = 𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2 + 𝑢3 𝑣3
Contoh 9 :
Misalkan 𝐚 = 0, 3,−7 dan 𝐛 = (2,3, 1) maka 𝐚 ∙ 𝐛 = 0.2 + 3.3 + −7 .1 = 2 ∎
Kedua definisi ini saling berkaitan karena salah satu definisi diperoleh dari definisi
yang lain. Dalam beberapa buku, salah satu definisi dituliskan sebagai “definisi”,
kemudian definisi yang lainnya dituliskan sebagai “teorema” yang diturunkan dari
definisi sebelumnya. Biasanya kedua definisi digabungkan untuk mencari besar sudut
di antara u dan v jika komponen u dan v diketahui.
Contoh 10 :
Misalkan 𝐮 = (2, −1,1) dan 𝐯 = (1, 1, 2), Hitunglah 𝐮 ∙ 𝐯 dan tentukan sudut di
antara keduanya.
Penyelesaian :
𝐮 = 22 + (−1)2 + 12 = 6 ; 𝐯 = 12 + 12 + 22 = 6 ; dan
𝐮 ∙ 𝐯 = 2.1 + −1 .1 + 1.2 = 3
sehingga,
𝐮 ∙ 𝐯 = 𝐮 𝐯 cos 𝜃 ⇔ cos 𝜃 =
𝐮 ∙ 𝐯
𝐮 𝐯
=
3
6 6
=
1
2
⇔ 𝜃 = arccos
1
2
= 60° ∎
Teorema : Sudut Antara Dua Vektor
Jika u dan v adalah vektor-vektor tak nol, dan 𝜃 adalah besar sudut di antara kedua
vektor tersebut, maka
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 41
𝜃 lancip (0° < 𝜃 < 90°) jika dan hanya jika 𝐮 ∙ 𝐯 > 0
𝜃 tumpul (90° < 𝜃 < 180°) jika dan hanya jika 𝐮 ∙ 𝐯 < 0
𝜃 siku-siku (𝜃 = 90°) jika dan hanya jika 𝐮 ∙ 𝐯 = 0
Dua vektor yang membentuk sudut siku-siku dinamakan ortogonal (tegak lurus).
Teorema : Sifat-sifat Perkalian Titik
Jika u, v, dan w adalah vektor- vektor di 𝑅2
atau 𝑅3
dan k adalah skalar, maka
a. 𝐮 ∙ 𝐯 = 𝐯 ∙ 𝐮
b. 𝐮 ∙ 𝐯 + 𝐰 = 𝐮 ∙ 𝐯 + 𝐮 ∙ 𝐰
c. 𝑘 𝐮 ∙ 𝐯 = 𝑘𝐮 ∙ 𝐯 = 𝐮 ∙ (𝑘𝐯)
d. 𝐯 ∙ 𝐯 > 0 jika 𝐯 ≠ 𝟎 dan 𝐯∙ 𝐯 = 0 jika 𝐯 = 𝟎
6. Proyeksi
Dua vektor yang titik asalnya berimpit dapat menghasilkan vektor lain yang
dinamakan vektor proyeksi. Perhatikan ilustrasi berikut.
Misalkan a dan b berimpit di titik asalnya. Jika dari titik ujung b ditarik garis menuju
a sedemikian sehingga tegak lurus a (diproyeksikan terhadap a), maka vektor yang
dapat dibuat dengan titik asal yang sama dan berujung di titik di mana b
diproyeksikan pada a dinamakan vektor proyeksi b terhadap a. Vektor ini disebut juga
proyeksi ortogonal b pada a.
Dengan cara yang sama dapat diperoleh vektor proyeksi a terhadap b.
Notasi Vektor Proyeksi
Vektor proyeksi b terhadap a dinotasikan proy 𝐚 𝐛
Vektor proyeksi a terhadap b dinotasikan dengan proy 𝐚 𝐛
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 42
Teorema : Proyeksi Ortogonal
Jika u dan v adalah vektor di 𝑅2
atau 𝑅3
dan keduanya bukan vektor nol, maka
proy𝐚 𝐛 =
𝐚 ∙ 𝐛
𝐚 2
𝐚 dan proy 𝐛 𝐚 =
𝐚 ∙ 𝐛
𝐛 2
𝐛
Sedangkan panjang dari vektor-vektor proyeksi tersebut adalah
proy𝐚 𝐛 =
𝐚 ∙ 𝐛
𝐚
dan proy𝐛 𝐚 =
𝐚 ∙ 𝐛
𝐛
Contoh 11 :
Jika 𝐚 = (1, 0, −2) dan 𝐛 = (2,1, −1) , tentukan vektor proyeksi a pada b.
Penyelesaian : 𝐚 ∙ 𝐛 = 4 dan 𝐛 2
= 6 maka proyeksi ortogonal a pada b adalah
proy 𝐛 𝐚 =
𝐚 ∙ 𝐛
𝐛 2
𝐛 =
4
6
2,1, −1 =
4
3
,
2
3
, −
2
3
∎
7. Perkalian Silang (Cross Product)
Berikut akan diperkenalkan sebuah operasi antar vektor dalam 𝑅3
. Jika perkalian titik
akan menghasilkan skalar/bilangan, maka perkalian silang akan menghasilkan vektor.
Dan jika proyeksi ortogonal suatu vektor terhadap vektor lain akan menghasilkan
vektor baru yang berimpit dengan vektor tersebut, maka perkalian silang dua vektor
akan menghasilkan vektor baru yang tegak lurus dengan kedua vektor tersebut.
Definisi Perkalian Silang
Jika 𝐮 = (𝑢1, 𝑢2, 𝑢3) dan 𝐯 = (𝑣1, 𝑣2 , 𝑣3) adalah vektor di 𝑅3
, maka perkalian silang
𝐮 × 𝐯 didefinisikan oleh
𝐮 × 𝐯 = (𝑢2 𝑣3 − 𝑢3 𝑣2 , 𝑢3 𝑣1 − 𝑢1 𝑣3 , 𝑢1 𝑣2 − 𝑢2 𝑣1)
atau dalam notasi determinan
𝐮 × 𝐯 =
𝑢2 𝑢3
𝑣2 𝑣3
, −
𝑢1 𝑢3
𝑣1 𝑣3
,
𝑢1 𝑢2
𝑣1 𝑣2
Rumus di atas dapat dibuat pola yang mudah diingat. Bentuklah matriks 2 × 3 :
𝑢1 𝑢2 𝑢3
𝑣1 𝑣2 𝑣3
Komponen pertama dari 𝐮 × 𝐯 adalah determinan matriks tersebut setelah kolom
pertama dicoret, komponen ke-2 adalah negatif dari determinan matriks setelah kolom
ke-2 dicoret, dan komponen ke-3 adalah determinan matriks setelah kolom ke-3
dicoret.
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 43
i
jk
Contoh 12 :
Misalkan 𝐮 = (1, 2,−2) dan 𝐯 = (3, 0, 1), maka
1 2 −2
3 0 1
𝐮 × 𝐯 =
2 −2
0 1
, −
1 −2
3 1
,
1 2
3 0
= 2, −7,−6 ∎
Secara geometris, perkalian silang 𝐮 × 𝐯 dapat diinterpretasikn oleh gambar berikut,
Arah 𝐮 × 𝐯 dapat ditentukan dengan “aturan tangan kanan” (right hand rule).
Misalkan 𝜃 adalah sudut di antara u dan v, dan anggaplah u terotasi sejauh sudut 𝜃
menuju v (sehingga berimpit dengan v). Jika jari-jari tangan kanan menunjukkan arah
rotasi u maka ibu jari menunjukkan arah 𝐮 × 𝐯.
Dengan menggunakan definisi ataupun dengan mempraktekkan aturan ini, dapat
diperoleh hasil-hasil berikut :
𝐢 × 𝐢 = 𝐣 × 𝐣 = 𝐤 × 𝐤 = 𝟎
𝐢 × 𝐣 = 𝐤 , 𝐣 × 𝐤 = 𝐢 , 𝐤 × 𝐢 = 𝐣
𝐣 × 𝐢 = −𝐤 , 𝐤 × 𝐣 = −𝐢 , 𝐢 × 𝐤 = −𝐣
Diagram berikut dapat membantu untuk mengingat hasil perkalian di atas.
Perkalian silang 𝐮 × 𝐯 dapat dinyatakan secara simbolis dalam bentuk determinan
3 × 3 :
𝐮 × 𝐯 =
𝐢 𝐣 𝐤
𝑢1 𝑢2 𝑢3
𝑣1 𝑣2 𝑣3
=
𝑢2 𝑢3
𝑣2 𝑣3
𝐢 −
𝑢1 𝑢3
𝑣1 𝑣3
𝐣 +
𝑢1 𝑢2
𝑣1 𝑣2
𝐤
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 44
Contoh 13 :
Contoh 11 dapat dikejakan dengan cara :
𝐮 × 𝐯 =
𝐢 𝐣 𝐤
1 2 −2
3 0 1
=
2 −2
0 1
𝐢 −
1 −2
3 1
𝐣 +
1 2
3 0
𝐤 = 2𝐢 − 7𝐣 − 6𝐤 ∎
Teorema : Hubungan Perkalian Silang dan Perkalian titik
Jika u dan v adalah vektor di 𝑅3
, maka :
a. 𝐮 ∙ 𝐮 × 𝐯 = 0 ( 𝐮 × 𝐯 ortogonal ke u )
b. 𝐯 ∙ 𝐮 × 𝐯 = 0 ( 𝐮 × 𝐯 ortogonal ke u )
c. 𝐮 × 𝐯 𝟐
= 𝐮 𝟐
𝐯 𝟐
− 𝐮 ∙ 𝐯 𝟐
(Identitas Lagrange/Lagrange Identity)
Teorema : Sifat-Sifat Perkalian Silang
Jika u, v, dan w dalah sebarang vektor di 𝑅3
ddan k adalah sebarang skalar, maka :
a. 𝐮 × 𝐯 = − 𝐯 × 𝐮
b. 𝐮 × 𝐯+ 𝐰 = 𝐮 × 𝐯 + (𝐮 × 𝐰)
c. 𝐮 + 𝐯 × 𝐰 = 𝐮 × 𝐰 + (𝐯 × 𝐰)
d. 𝑘 𝐮 × 𝐯 = 𝑘𝐮 × 𝐯 = 𝐮 × (𝑘𝐯)
e. 𝐮 × 𝟎 = 𝟎 × 𝐮 = 𝟎
f. 𝐮 × 𝐮 = 𝟎
g. 𝐮 ∙ 𝐯 × 𝐰 = 𝐮 × 𝐯 ∙ 𝐰 =
𝑢1 𝑢2 𝑢3
𝑣1 𝑣2 𝑣3
𝑤1 𝑤2 𝑤3
Berdasarkan teorema-teorema sebelumnya, dapat diturunkan teorema berikut.
Teorema : Aplikasi Geometri Perkalian Silang
Jika u, v, dan w vektor-vektor di 𝑅3
dengan titik asal yang sama, maka
a. Jika 𝜃 adalah sudut di antara u dan v, maka 𝐮 × 𝐯 = 𝐮 𝐯 sin 𝜃
b. Norma dari 𝐮 × 𝐯 sama dengan luas jajaran genjang yang dibentuk oleh u dan v,
atau Luas jajar genjang = 𝐮 × 𝐯
c. Volume bangun yang dibentuk oleh ketiganya adalah 𝑎𝑏𝑠[𝐮 ∙ 𝐯 × 𝐰 ].
Contoh 14 :
a, b, dan c adalah sebarang vektor di 𝑅3
yang berimpit di titik awalnya. Jika
ketiganya dihubungkan akan membentuk suatu bangun dimensi-3 (parallelpiped).
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 45
Luas masing-masing sisinya adalah :
𝐚 × 𝐛 , 𝐛 × 𝐜 , 𝐚 × 𝐜
Sedangkan volume bangun tersebut adalah :
𝑎𝑏𝑠(𝐚 ∙ 𝐛 × 𝐜 )
Rumus volume di atas biasanya digunakan untuk mengetahui apakah ketiga vektor
berada pada bidang yang sama. Jika volume yang dihitung bernilai nol, maka
ketiganya berada pada bidang yang sama, dan sebaliknya jika volumenya tidak sama
dengan nol. Fungsi abs(absolute)/mutlak berguna untuk mempositifkan hasil akhir
perhitungan volume.
Contoh 15 :
Tentukan apakah ketiga vektor 𝐚 = (1, 4, −7), 𝐛 = (2,−1, 4), dan 𝐜 = (0,−9, 18)
terletak pada satu bidang di 𝑅3
atau tidak.
Penyelesaian :
𝐚 ∙ 𝐛 × 𝐜 =
1 4 −7
2 −1 4
0 −9 18
1 4
2 −1
0 −9
= 1 −1 18 + 4 4 0 + −7 2 −9 —
{ 7 −1 0 + 1 4 −9 + 4 2 18 }
= −18 + 126 − 144 + 36
= 0
Jadi, ketiga vektor tersebut terletak pada satu bidang di 𝑅3
∎
Contoh 16 :
Carilah luas segitiga yang dibentuk oleh 𝑃1 2,2, 0 , 𝑃2 −1,0, 2 ,dan 𝑃3(0,4, 3) .
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 46
x
y
z
𝑃2 −1,0, 2
𝑃1 2,2, 0
𝑃3(0,4, 3)
Penyelesaian :
Luas segitiga tersebut adalah ½ luas jajaran genjang yang dibentuk 𝑃1 𝑃2 dan 𝑃1 𝑃3, di
mana
𝑃1 𝑃2 = −1,0, 2 − 2,2, 0 = (−3, −2, 2)
𝑃1 𝑃3 = 0,4, 3 − 2,2, 0 = (−2, 2, 3)
𝑃1 𝑃2 × 𝑃1 𝑃3 = (−10, 5,−10)
Sehingga Luas segitiga =
1
2
𝑃1 𝑃2 × 𝑃1 𝑃3 =
1
2
15 = 7
1
2
∎
Latihan I
1. Carilah komponen vektor yang mempunyai titik awal 𝑃1 dan titik ujung 𝑃2.
a. 𝑃1 3,5 ; 𝑃2(2,8)
b. 𝑃1 7,−2 ; 𝑃2(0,0)
c. 𝑃1 6,5, 8 ; 𝑃2(8,−7, 3)
d. 𝑃1 0,0, 0 ; 𝑃2(−8,7, 4)
2. Misalkan 𝐮 = 1, − 2,3 , 𝐯 = 2,−3, 1 dan 𝐰 = (3, 2, −1). Carilah komponen-
komponen dari :
a. u – w
b. 7v + 3w
c. –w + v
d. 3(u – 7v)
e. – 3v – 8w
f. 2v – (u + w)
3. Carilah vektor dengan titik awal 𝑃(2, −1, 4) yang mempunyai arah yang sama dengan
𝐯 = (7, 6, −3).
4. Carilah vektor yang berlawanan arah dengan 𝐯 = (−2,4, −1) yang mempunyai titik
terminal di 𝑄(2,0, −7).
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 47
5. Misalkan 𝑃(2,3, −2) dan 𝑄(7,−4, 1).
a. Carilah titik tengah dari segmen garis yang menghubungkan P dan Q.
b. Carilah titik pada segmen garis 𝑃𝑄 sehingga dari P ke titik itu adalah ¾ dari 𝑃𝑄.
Latihan II
1. Hitunglah norma/panjang v jika
a. 𝐯 = (3, 4)
b. 𝐯 = (−1, 7)
c. 𝐯 = (0, −3)
d. 𝐯 = (1, 1, 1)
e. 𝐯 = (−8, 7,4)
f. 𝐯 = (9, 0, 0)
2. Hitunglah jarak di antara A dan B.
a. 𝐴 2, 3 , 𝐵(4, 6)
b. 𝐴 −2,7 , 𝐵(0, −3)
c. 𝐴 8, −4,2 , 𝐵(−6,−1, 0)
d. 𝐴 1, 1,1 , 𝐵(6, −7,3)
3. Misalkan 𝐮 = 1, −3,2 , 𝐯 = 1, 1, 0 dan 𝐰 = (2,2, −4). Carilah :
a. 𝐮 + 𝐯
b. 𝐮 + 𝐯
c. −2𝐮 + 2 𝐮
d. 3𝐮 − 5𝐯 + 𝐰
e.
1
𝐰
𝐰
f.
1
𝐰
𝐰
4. Carilah semua skalar k sehingga 𝑘𝐯 = 3, di mana 𝐯 = 1,2, 4 .
Latihan III
1. Carilah 𝐮 ∙ 𝐯 untuk :
a. 𝐮 = 1, 2 , 𝐯 = 6,−8
b. 𝐮 = −7, −3 , 𝐯 = 0,1
c. 𝐮 = 1, −3, 7 , 𝐯 = 8,−2, −2
d. 𝐮 = −3, 1, 2 , 𝐯 = 4,2, −5
2. Tentukan apakah u dan v membentuk sudut lancip, tumpul, atau keduanya ortogonal.
Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 48
a. 𝐮 = 7, 3, 5 , 𝐯 = −8,4, 2
b. 𝐮 = 6, 1, 3 , 𝐯 = 4,0, −6
c. 𝐮 = 1, 1, 1 , 𝐯 = −1,0, 0
d. 𝐮 = 4, 1, 6 , 𝐯 = −3,0, 2
3. Carilah proyeksi ortogonal u pada a, jika :
a. 𝐮 = 2, 1 , 𝐚 = −3,2
b. 𝐮 = 2, 6 , 𝐚 = −9,3
c. 𝐮 = −7, 1, 3 , 𝐚 = 5,0, 1
d. 𝐮 = 0, 0, 1 , 𝐚 = 8,3, 4
4. Carilah 𝑝𝑟𝑜𝑦𝐚 𝐮 , jika :
a. 𝐮 = 2, −1 , 𝐚 = 3,4
b. 𝐮 = 4, 5 , 𝐚 = 1,−2
c. 𝐮 = 2, −1, 3 , 𝐚 = 1,2, 2
d. 𝐮 = 4, −1, 7 , 𝐚 = 2,3, −6
5. Misalkan 𝐮 = 1, 2 , 𝐯 = 4, −2 ,dan 𝐰 = (6,0). Carilah :
a. 𝐮 ∙ 7𝐯 + 𝐰
b. 𝐮 ∙ 𝐰 𝐰
c. 𝐮 𝐯∙ 𝐰
d. 𝐮 𝐯 ∙ 𝐰
Latihan IV
1. Misal 𝐮 = 2,−1, 3 , 𝐯 = 0, 1,7 , dan 𝐰 = (1, 4, 5). Nyatakan dalam vektor basis :
a. 𝐯 × 𝐰
b. 𝐮 × (𝐯 × 𝐰)
c. 𝐮 × 𝐯 × 𝐰
d. (𝐮 × 𝐯) × (𝐯× 𝐰)
e. 𝐮 × (𝐯 − 2𝐰)
f. 𝐮 × 𝐯 − 2𝐰)
2. Carilah vektor yang ortogonal terhadap u dan v.
a. 𝐮 = −7, 3, 1 , 𝐯 = 2,0, 4
b. 𝐮 = −1, −1, −1 , 𝐯 = 2, 0, 2
3. Carilah luas segitiga yang mempunyai titik sudut P, Q, dan R.
a. 𝑃 1, 5,−2 𝑄 0,0,0 𝑅 3,5, 1
b. 𝑃 2, 0,−3 𝑄 1,4,5 𝑅(7,2, 9)

Contenu connexe

Tendances

Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
Charro NieZz
 
Pembuktian Sifat – Sifat Operasi Matriks
Pembuktian Sifat – Sifat Operasi MatriksPembuktian Sifat – Sifat Operasi Matriks
Pembuktian Sifat – Sifat Operasi Matriks
Ipit Sabrina
 

Tendances (20)

Soal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaanSoal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaan
 
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
 
koordinat tabung dan bola
koordinat tabung dan bolakoordinat tabung dan bola
koordinat tabung dan bola
 
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
 
Rangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriRangkuman materi Isometri
Rangkuman materi Isometri
 
Integral Lipat Tiga
Integral Lipat TigaIntegral Lipat Tiga
Integral Lipat Tiga
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleks
 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
 
Basis dan Dimensi
Basis dan DimensiBasis dan Dimensi
Basis dan Dimensi
 
Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )
Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )
Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )
 
Pembuktian Sifat – Sifat Operasi Matriks
Pembuktian Sifat – Sifat Operasi MatriksPembuktian Sifat – Sifat Operasi Matriks
Pembuktian Sifat – Sifat Operasi Matriks
 
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
 
Medan vektor
Medan vektorMedan vektor
Medan vektor
 
relasi himpunan
relasi himpunanrelasi himpunan
relasi himpunan
 
Aljabar Linier Bab 4 vektor
Aljabar Linier Bab 4 vektorAljabar Linier Bab 4 vektor
Aljabar Linier Bab 4 vektor
 

Similaire à Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D) (20)

Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3
 
Bab0
Bab0Bab0
Bab0
 
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdftopik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
 
PPT_MODUL 7_SISTEM KOORDINAT final.pptx
PPT_MODUL 7_SISTEM KOORDINAT final.pptxPPT_MODUL 7_SISTEM KOORDINAT final.pptx
PPT_MODUL 7_SISTEM KOORDINAT final.pptx
 
1.3 Perkalian Titik
1.3 Perkalian Titik1.3 Perkalian Titik
1.3 Perkalian Titik
 
geometri analitik
geometri analitikgeometri analitik
geometri analitik
 
Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)
 
Pamuji Yani-Vektor di R2
Pamuji Yani-Vektor di R2Pamuji Yani-Vektor di R2
Pamuji Yani-Vektor di R2
 
Bab 1 ok
Bab 1 okBab 1 ok
Bab 1 ok
 
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik RuangVektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
 
GAR-1.pptx
GAR-1.pptxGAR-1.pptx
GAR-1.pptx
 
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
 
1.2 Vektor di R3
1.2 Vektor di R31.2 Vektor di R3
1.2 Vektor di R3
 
Fisika dasar
Fisika dasarFisika dasar
Fisika dasar
 
Logika matematika
Logika matematikaLogika matematika
Logika matematika
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 

Dernier

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 

Dernier (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 

Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)

  • 1. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 29 VEKTOR DI RUANG DIMENSI 2 DAN 3 Setiap objek pembicaraan dalam matematika memiliki ruang himpunan di mana objek itu berasal. Di dalamnya terdapat aturan-aturan yang berlaku yang dipenuhi oleh setiap anggotanya. Misalnya, semua bilangan nyata tergabung dalam sebuah himpunan bilangan yang dinamakan himpunan bilangan real (ℝ). Semua sifat-sifat dan aturan perhitungan bilangan real berlaku bagi semua himpunan anggotanya, seperti pada bilangan rasional, irasional, bulat, pecahan, dan lain-lain. Sebelum membahas lebih jauh mengenai vektor, akan diperkenalkan tentang konsep ruang, mulai dari dimensi terkecil hingga dimensi yang digeneralisasi, sebagai ruang-n. 1. Ruang Dimensi-n Himpunan bilangan nyata (real) biasanya digambarkan ke dalam sebuah gambar sederhana yang disebut garis bilangan. Garis bilangan dapat dianggap sebagai grafik sederhana yang menyatakan letak suatu bilangan, di mana bilangan yang lebih besar berada di sebelah kanan bilangan yang lebih kecil. Karena garis bilangan hanya memiliki satu dimensi yaitu panjang, maka himpunan bilangan real dapat dinyatakan sebagai ruang berdimensi-1. Meskipun kata „ruang‟ menunjukkan suatu tempat berdimensi-3, namun dalam matematika „ruang‟ mempunyai makna tersendiri. Berdasarkan definisinya, ruang dalam matematika merupakan himpunan dari objek-objek yang memiliki sifat yang sama dan memenuhi semua aturan yang berlaku dalam ruang tersebut. Definisi Ruang-1 atau 𝑅1 Ruang dimensi-1 atau ruang-1 (𝑅1 ) adalah himpunan semua bilangan real (ℝ). Himpunan bilangan real dapat digambarkan oleh garis bilangan real : Jadi, garis bilangan berfungsi untuk menunjukkan letak suatu titik pada suatu garis berdasarkan besarnya. Gagasan ini memunculkan gagasan berikutnya bahwa suatu titik dapat berada pada suatu bidang ataupun ruang. Pada pertengahan abad ke-17 lahirlah konsep ruang dimensi-2 dan dimensi-3, yang kemudian pada akhir abad ke-19 para ahli matematika dan fisika memperluas gagasannya hingga ruang dimensi-n. 0 1 2 3-1-2-3 Bulat PositifBulat Negatif Nol Bil. Rasional & irasional
  • 2. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 30 Definisi Ruang-2 atau 𝑅2 Ruang dimensi-2 atau ruang-2 (𝑅2 ) adalah himpunan pasangan bilangan berurutan (𝑥, 𝑦), di mana x dan y adalah bilangan-bilangan real. Pasangan bilangan (𝑥, 𝑦) dinamakan titik (point) dalam 𝑅2 , misal suatu titik P dapat ditulis 𝑃(𝑥, 𝑦). Bilangan x dan y disebut koordinat dari titik P. Untuk menggambarkan titik-titik di 𝑅2 secara geometris, koordinat x dan y dianggap berada pada dua garis bilangan yang berbeda yang membentuk suatu sistem koordinat. Garis bilangan tersebut dinamakan sumbu koordinat. Sumbu koordinat tersebut digambarkan saling tegak lurus dan membentuk suatu sistem yang disebut sistem koordinat siku-siku. Pada 𝑅2 sistem ini dinamakan sistem koordinat-xy atau sistem koordinat kartesius (Cartesian system) yang dibangun oleh :  Sumbu x (x-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (x, 0).  Sumbu y (y-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (0, y). Suatu titik yang berada tepat di kedua sumbu dinamakan titik asal (origin point) ditulis O(0, 0). Titik ini adalah titik di mana sumbu x dan y saling berpotongan. Definisi Ruang-3 atau 𝑅3 Ruang dimensi-3 atau ruang-3 (𝑅3 ) adalah himpunan tripel bilangan berurutan (𝑥, 𝑦, 𝑧), di mana x, y, dan z adalah bilangan-bilangan real. Tripel bilangan (𝑥, 𝑦, 𝑧) dinamakan titik (point) dalam 𝑅3 , misal suatu titik P dapat ditulis 𝑃(𝑥, 𝑦, 𝑧). Bilangan x, y, dan z, disebut koordinat dari titik P. Seperti halnya 𝑅2 , 𝑅3 memiliki sistem koordinat siku-siku yaitu sistem koordinat-xyz, dengan titik asal 𝑂 0,0, 0 , yang dibangun oleh :  Sumbu x (x-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (𝑥,0, 0). y x O
  • 3. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 31  Sumbu y (y-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (0, 𝑦, 0).  Sumbu z (z-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (0,0, 𝑧). Menjelang akhir abad 19, para matematikawan dan fisikawan mulai menemukan gagasan bahwa dimensi tidak hanya terbatas pada dimensi-3 dengan tripel bilangannya, tetapi juga kuadrupel sebagai titik pada ruang dimensi-4, kuintupel pada ruang dimensi-5, dan seterusnya. Hal ini menghasilkan generalisasi untuk ruang dimensi-n. Definisi tupel-n-berurutan Jika n adalah sebuah bilangan positif, maka tupel-n-berurutan (ordered-n-tuple) adalah sebuah urutan n buah bilangan real (𝑎1, 𝑎2, . . . , 𝑎 𝑛 ). Definisi Ruang-n atau 𝑅 𝑛 Ruang dimensi-n atau ruang-n (𝑅 𝑛 ) adalah himpunan semua tupel-n-berurutan (𝑎1, 𝑎2, . . . , 𝑎 𝑛 ), dengan 𝑎1, 𝑎2, . . ., dan 𝑎 𝑛 adalah bilangan-bilangan real. Tupel-n bilangan 𝑎1, 𝑎2 , . . . , 𝑎 𝑛 dinamakan titik (point) dalam 𝑅 𝑛 , misal suatu titik P dapat ditulis 𝑃(𝑎1, 𝑎2, . . . , 𝑎 𝑛 ). Bilangan 𝑎1, 𝑎2, .. . , dan 𝑎 𝑛 disebut koordinat dari P. Jelas bahwa ruang dimensi-n dengan n > 3 tidak dapat divisualisasikan secara geometris, namun penemuan ini sangat berguna dalam pekerjaan analitik dan numerik, karena tidak sedikit permasalahan nyata tidak dapat divisualisasikan dengan grafis namun memerlukan penalaran dan penyelesaian secara matematis. 𝑅 𝑛 yang merupakan generalisasi dari 𝑅1 , 𝑅2 , dan 𝑅3 , menyebabkan sifat-sifat dan aturan-aturan di dalamnya adalah sama, perbedaannya hanya terletak pada ukuran atau
  • 4. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 32 banyak komponen yang akan dihitung. Walaupun bab ini hanya menyajikan definisi, teorema, atau sifat-sifat dalam 𝑅2 dan 𝑅3 , tetapi semuanya akan berlaku untuk 𝑅 𝑛 , setelah dimodifikasi sesuai dimensinya. Seperti definisi jarak antar dua titik dalam 𝑅2 dan 𝑅3 berikut yang dapat digeneralisasi untuk 𝑅 𝑛 . Definisi Jarak Dua Titik Jarak antara dua titik 𝐴(𝑥1, 𝑦1) dan 𝐵(𝑥2, 𝑦2 ) di 𝑅2 didefinisikan oleh : 𝐴𝐵 = 𝑥2 − 𝑥1 2 + 𝑦2−𝑦1 2 Jarak antara dua titik 𝐴(𝑥1, 𝑦1, 𝑧1) dan 𝐵(𝑥2, 𝑦2 , 𝑧2) di 𝑅3 didefinisikan oleh : 𝐴𝐵 = 𝑥2 − 𝑥1 2 + 𝑦2−𝑦1 2 + 𝑧2−𝑧1 2 2. Titik dan Garis Pada bagian sebelumnya telah dibahas pengertian titik pada 𝑅2 dan 𝑅3 serta 𝑅 𝑛 secara umum. Definisi titik ini sama untuk semua ruang, yang berbeda hanyalah kedudukannya di dalam masing-masing ruang tersebut. Dua titik atau lebih jika dihubungkan akan membentuk garis, kumpulan garis-garis akan menjadi bidang, dan kumpulan bidang-bidang akan menjadi ruang. Geometri adalah cabang matematika yang khusus mempelajari titik, garis, dan bidang. Mengenai garis, geometri hanya terbatas pada kuantitas dan kedudukan, seperti panjang garis atau besar sudut antara dua garis, tetapi tidak pada arahnya serta kedudukannya dalam suatu bidang atau ruang. Ilmu vektor merupakan cabang dari matematika yang mempelajari ruas garis berarah yang dinamakan vektor. 3. Vektor Banyak kuantitas fisis, seperti luas, panjang, massa, suhu, dan lainnya, dapat dijelaskan secara lengkap hanya dari besarnya, misalnya 50 kg, 100 m, 30 ℃, dll. Kuantitas fisis ini dinamakan skalar. Dalam matematika, skalar mengacu pada semua bilangan yang bersifat konstan. Namun, ada kuantitas fisis lain yang tidak hanya memiliki besar/nilai tapi juga arah, seperti kecepatan, gaya, pergeseran, dan lain-lain. Kuantitas fisis ini dalam fisika maupun matematika dinamakan vektor. Dalam matematika, ilmu vektor menjadi salah satu cabang ilmu yang semakin luas perkembangannya serta penerapannya, dan tidak terbatas pada mempelajari besaran-besaran yang memiliki nilai dan arah tetapi sebagai suatu besaran yang memiliki banyak komponen yang membentuk satu kesatuan dari besaran itu sendiri.
  • 5. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 33 Titik ujung Titik awal a Notasi Vektor Vektor biasanya dinyatakan dengan huruf kecil tebal (a), atau diberi tanda panah di atasnya (𝑎), atau tanda garis bawah ( 𝑎 ). Definisi Vektor Sebuah vektor a dengan komponen-n (berdimensi-n) di dalam 𝑅 𝑛 adalah suatu aturan tupel-n dari bilangan-bilangan yang ditulis sebagai baris (𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎 𝑛 ) atau sebagai kolom 𝑎1 𝑎2 ⋮ 𝑎 𝑛 , dengan 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎 𝑛 adalah bilangan-bilangan real dan dinamakan komponen dari vektor a. Dengan demikian, di 𝑅2 vektor dapat ditulis : 𝐚 = (𝑎1, 𝑎2) atau 𝐚 = 𝑎1 𝑎2 , dan di 𝑅3 vektor dapat ditulis : 𝐚 = (𝑎1, 𝑎2, 𝑎3) atau 𝐚 = 𝑎1 𝑎2 𝑎3 . Pada bagian berikutnya, vektor akan sering disajikan dalam bentuk baris (vektor baris). Berdasarkan definisi titik dan vektor, simbol (𝑎1, 𝑎2, …, 𝑎 𝑛 ) mempunyai dua tafsiran geometrik yang berbeda, yaitu sebagai titik dalam hal 𝑎1, 𝑎2, …, 𝑎 𝑛 adalah koordinat, dan sebagai vektor dalam hal 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎 𝑛 adalah komponen. Arti Geometrik Vektor Secara geometris, vektor dinyatakan sebagai segmen garis berarah atau panah. Arah panah menentukan arah vektor dan panjangnya menyatakan besar vektor. Ekor panah dinamakan titik awal (initial point) dan ujung panah dinamakan titik ujung/terminal (terminal point). Komponen-komponen vektor menentukan besar dan arah vektor. Misal pada 𝑅2 , vektor 𝐯 = (2, 3) berarti dari titik awal bergerak 2 satuan ke kanan, kemudian 3 satuan ke atas. Pada 𝑅3 , misalkan sebuah vektor 𝐯 = 3, 4, −2 berarti dari titik awal bergerak 2 satuan ke depan (x-positif), 4 satuan ke kanan (y-positif), dan 2 satuan ke bawah (z-negatif). Definisi berikut dapat memperjelas tafsiran geometrik vektor.
  • 6. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 34 Definisi Vektor Posisi Vektor posisi dari 𝐴(𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎 𝑛 ) adalah suatu vektor yang titik awalnya adalah titik asal O dan titik ujungnya adalah A, dan ditulis 𝑂𝐴 = (𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎 𝑛 ). Berdasarkan definisi ini dapat dibuktikan bahwa, dari sebuah titik dapat dibuat tepat satu buah vektor posisi. Dengan kata lain setiap titik dalam ruang memiliki vektor posisi yang berbeda-beda. Jika vektor v dengan titik awal A dan titik ujung B, maka v dapat ditulis sebagai : 𝐴𝐵. Komponen-komponen dari 𝐴𝐵 akan dijelaskan setelah mempelajari aritmetika vektor. Definisi Vektor-Vektor Ekuivalen Vektor-vektor ekuivalen adalah vektor-vektor yang memiliki panjang dan arah yang sama. Vektor-vektor ekuivalen dianggap sebagai vektor yang sama meskipun kedudukannya berbeda-beda. Jika v dan w ekuivalen maka dapat dituliskan v = w. Contoh 1 : Keempat ruas garis berarah di atas berawal di suatu titik tertentu yang kemudian digerakkan 2 satuan ke kiri dan 5 satuan ke atas. Keempatnya dinamakan vektor dan dapat dinotasikan oleh 𝐯 = −2, 5 = −2 5 . Keempat ruas garis berarah di atas dinamakan representasi dari vektor v. ∎ Definisi Vektor Nol Vektor nol adalah vektor yang semua komponennya adalah nol, dan ditulis 𝟎 = (0, 0, 0). Dengan demikian vektor nol adalah vektor yang tidak mempunyai panjang dan arah.
  • 7. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 35 Definisi Negatif Vektor Negatif dari vektor v, atau –v didefinisikan sebagai vektor yang mempunyai besar yang sama dengan v, namun arahnya berlawanan dengan v. Definisi Vektor satuan/unit (Unit Vectors) Vektor satuan adalah vektor yang panjangnya adalah 1. Definisi Vektor Basis/Satuan Standar (Standard Unit Vectors) Vektor satuan baku adalah vektor yang mempunyai panjang 1 dan terletak sepanjang sumbu-sumbu koordinat. Untuk 𝑅2 , vektor satuan baku ditulis : i = 1,0 dan j = 0,1 . Untuk 𝑅3 , vektor satuan baku ditulis : i = 1,0,0 , j = 0,1,0 , dan k = 0,0,1 . Dengan demikian setiap vektor v = (𝑣1, 𝑣2 , 𝑣3 ) di 𝑅3 dapat ditulis v = 𝑣1, 𝑣2 , 𝑣3 = 𝑣1 1,0,0 + 𝑣2 0,1, 0 + 𝑣3 0,0, 1 = 𝑣1 𝐢 + 𝑣2 𝐣 + 𝑣3 𝐤 Contoh 2 : Nyatakan v = 2,−3, 4 dalam vektor basis. Penyelesaian : 𝐯 = 2, −3, 4 = 2 1,0, 0 + −3 0,1, 0 + 4 0,0, 1 = 2𝐢 − 3𝐣 + 4𝐤 ∎
  • 8. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 36 𝒃𝒂 + 𝒃 𝒂 4. Aritmetika Vektor Pada bagian ini, definisi serta teorema yang diberikan hanya untuk vektor-vektor di 𝑅3 , sedangkan interpretasi geometris sedapatnya diberikan dalam 𝑅3 , namun kebanyakan dalam 𝑅2 . Hal ini bertujuan hanya untuk mempermudah pemahaman analitik dan geometrik. Secara konsep, teoretis, dan numeris, semua definisi, teorema, dan rumus-rumus dapat dengan mudah dimodifikasi sesuai dimensi yang diinginkan. Definisi Penjumlahan Vektor Diberikan vektor 𝐚 = (𝑎1, 𝑎2, 𝑎3) dan 𝐛 = (𝑏1, 𝑏2, 𝑏3) vektor-vektor di 𝑅3 , maka penjumlahan a dan b didefinisikan oleh 𝐚 + 𝐛 = (𝑎1 + 𝑏1 , 𝑎2 + 𝑏2 , 𝑎3 + 𝑏3) Secara geometris, penjumlahan a + b dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan aturan segitiga (triangle law) dan aturan jajar genjang (parallelogram law). Aturan segitiga dilakukan dengan menghubungkan titik awal b dengan titik ujung a, kemudian menghubungkan titik awal a dan titik ujung b sebagai (a + b). Sedangkan aturan jajar genjang dilakukan dengan menghubungkan kedua titik asal a dan b, sehingga a dan b membentuk jajaran genjang. Diagonal yang dibuat dari titik awal kedua vektor akan menjadi (a + b). Seperti ilustrasi berikut : Contoh 3 : Misalkan 𝐮 = 1, 2,3 , 𝐯 = 2, −3, 1 ,dan 𝐰 = (3,2, −1) vektor-vektor di 𝑅3 , maka 𝐮 + 𝐯 + 𝐰 = (1 + 2 + 3, 2 + −3 + 2, 3 + 1 + −1 = 6,1, 3 ∎ Definisi Pengurangan Vektor Diberikan vektor 𝐚 = (𝑎1, 𝑎2, 𝑎3) dan 𝐛 = (𝑏1, 𝑏2, 𝑏3), maka pengurangan a oleh b didefinisikan oleh : 𝐚 − 𝐛 = 𝐚 + −𝐛 = [ 𝑎1 + (−𝑏1 , 𝑎2 + (−𝑏2 ), 𝑎3 + (−𝑏3)] = ( 𝑎1 − 𝑏1 , 𝑎2 − 𝑏2 , 𝑎3 − 𝑏3)
  • 9. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 37 Seperti halnya pada penjumlahan vektor, secara geometris pengurangan vektor dapat dilakukan dengan aturan segitiga ataupun jajar genjang seperti ilustrasi berikut. Contoh 4 : Misalkan 𝐮 = 1, 2,3 , 𝐯 = 2, −3, 1 ,dan 𝐰 = (3,2, −1) vektor-vektor di 𝑅3 , maka 𝐮 − 𝐯 − 𝐰 = (1 − 2 − 3,2 − −3 − 2, 3 − 1 − −1 = −4,3, 3 ∎ Berdasarkan definisi ini, komponen-komponen dari vektor yang titik awalnya bukan titik asal, misal 𝐴(𝑎1, 𝑎2, 𝑎3) dan titik ujung 𝐵(𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3), sehingga 𝐚 = 𝑂𝐴 = 𝑎1 , 𝑎2, 𝑎3 dan 𝐛 = 𝑂𝐵 = 𝑏1 , 𝑏2, 𝑏3 adalah : 𝐴𝐵 = 𝑂𝐵 – 𝑂𝐴 = 𝐛 – 𝐚 = 𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 − 𝑎1 , 𝑎2, 𝑎3 = (𝑏1 − 𝑎1 , 𝑏2 − 𝑎2 , 𝑏3 − 𝑎3 ) Contoh 5 : Vektor dengan titik awal dan titik ujung berturut-turut 𝑃1 2,−7,0 dan 𝑃2(1,−3, −5) adalah 𝑃1 𝑃2 = 1 − 2,−3 − −7 ,−5 − 0 = −1,4, −5 ∎ Dengan memisalkan semua koordinat ada di sumbu-sumbu positif, vektor 𝐴𝐵 di 𝑅3 , dengan koordinat 𝐴 𝑥1, 𝑦1, 𝑧1 dan 𝐵(𝑥2, 𝑦2 , 𝑧2), dapat digambarkan sebagai berikut. Sehingga 𝐴𝐵 = (𝑥2 − 𝑥1, 𝑦2 − 𝑦1, 𝑧2 − 𝑧1).
  • 10. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 38 Definisi Perkalian Skalar-Vektor Jika 𝐯 = (𝑣1, 𝑣2, 𝑣3 ) adalah vektor tak-nol dan k adalah bilangan real tak-nol, maka hasil kali kv didefinisikan oleh 𝑘𝐯 = 𝑘 𝑣1, 𝑣2, 𝑣3 = (𝑘𝑣1, 𝑘𝑣2, 𝑘𝑣3) Secara geometris, hasil kali kv adalah vektor yang panjangnya k kali panjang v, yang arahnya sama dengan v jika k > 0, dan berlawanan arah dengan v jika k < 0. Contoh 6 : Misalkan suatu vektor di 𝑅2 , 𝐚 = (2,4). Hitunglah 3𝐚, 1 2 𝐚, dan − 2𝐚, dan gambarkan keempat vektor tersebut ke dalam satu sistem koordinat. Penyelesaian : Berdasarkan definisi perkalian skalar-vektor, maka 3𝐚 = 6,12 ; 1 2 𝐚 = 1,2 ; −2𝐚 = (−4,−8) ∎ Norma/Panjang Vektor Panjang suatu garis dapat diperoleh dengan menggunakan aturan Phytagoras. Karena vektor adalah ruas garis berarah, maka panjang vektor, baik di 𝑅2 maupun 𝑅3 dapat diperoleh dengan rumus yang sama. Definisi Norma Vektor Norma atau panjang vektor 𝐯 = (𝑣1, 𝑣2, 𝑣3 ) didefinisikan oleh : 𝐯 = 𝑣1 2 + 𝑣2 2 + 𝑣3 2 Berdasarkan definisi di atas, jika 𝐯 = 0 maka 𝐯 = 𝟎. Dan, jika v vektor satuan, maka 𝐯 = 1, begitu pula dengan vektor basis 𝐢 = 1, 𝐣 = 1, dan 𝐤 = 1. Contoh 7 : Misalkan 𝐚 = (3, −5,10) maka 𝐚 = 9 + 25 + 100 = 134 ∎
  • 11. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 39 a b 𝐚 𝐛 𝜽 Teorema : Aturan Dasar Aritmetika Vektor Jika u, v, dan w adalah vektor-vektor di 𝑅2 atau 𝑅3 , dan k serta l adalah skalar (bilangan real), maka hubungan berikut akan berlaku, a. u + v = v + u b. (u + v) + w = u + (v + w) c. u + 0 = 0 + u = u d. u + (-u) = 0 e. k( lu ) = ( kl )u f. k(u + v) = ku + kv g. (k + l)u = ku + lu h. 1u = u 5. Perkalian Titik / Perkalian Dalam (Dot Product/Inner Product) Definisi pertama dari perkalian titik dua vektor adalah menggunakan sifat-sifat geometrisnya, yaitu norma kedua vektor dan besar sudut di antara keduanya, dengan asumsi titik-titik awalnya berimpit. Definisi 1 Jika u dan v adalah vektor-vektor di 𝑅2 dan 𝑅3 , dan 𝜃 adalah sudut di antara u dan v, maka perkalian titik (dot product) atau perkalian dalam Euclidis (Euclidean inner product) 𝐮 ∙ 𝐯 didefinisikan oleh 𝐮 ∙ 𝐯 = 𝐮 𝐯 cos 𝜃 ; jika 𝐮 ≠ 𝟎 dan 𝐯 ≠ 𝟎 0 ; jika 𝐮 = 𝟎 atau 𝐯 = 𝟎 Pekalian ini juga dinamakan perkalian skalar (scalar product) karena hasil perkalian titik dua vektor akan menghasilkan skalar (bilangan real). Dari definisi jelas bahwa norma vektor u dan v serta nilai cosinus sebarang sudut di antara keduanya adalah bilangan real, sehingga hasil kali ketiganya adalah bilangan real. Jika salah satu atau kedua vektor merupakan vektor nol, maka hasilnya adalah nol.
  • 12. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 40 Contoh 8 : Misalkan 𝐮 = 0, 0,1 dan 𝐯 = (0,2, 2) sedangkan sudut di antaranya adalah 45°, maka 𝐮 ∙ 𝐯 = 𝐮 𝐯 cos 45° = 02 + 02 + 12 02 + 22 + 22 1 2 = 2 ∎ Definisi ke-dua dari perkalian titik dua vektor adalah menggunakan komponen- komponen dari masing-masing vektor. Definisi 2 Jika 𝐮 = (𝑢1, 𝑢2) dan 𝐯 = (𝑣1, 𝑣2) adalah vektor di 𝑅2 , maka perkalian titik/perkalian dalam 𝐮 ∙ 𝐯 didefinisikan oleh : 𝐮 ∙ 𝐯 = 𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2 Jika 𝐮 = (𝑢1, 𝑢2, 𝑢3) dan 𝐯 = (𝑣1, 𝑣2 , 𝑣3) adalah vektor di 𝑅3 , maka perkalian titik 𝐮 ∙ 𝐯 didefinisikan oleh : 𝐮 ∙ 𝐯 = 𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2 + 𝑢3 𝑣3 Contoh 9 : Misalkan 𝐚 = 0, 3,−7 dan 𝐛 = (2,3, 1) maka 𝐚 ∙ 𝐛 = 0.2 + 3.3 + −7 .1 = 2 ∎ Kedua definisi ini saling berkaitan karena salah satu definisi diperoleh dari definisi yang lain. Dalam beberapa buku, salah satu definisi dituliskan sebagai “definisi”, kemudian definisi yang lainnya dituliskan sebagai “teorema” yang diturunkan dari definisi sebelumnya. Biasanya kedua definisi digabungkan untuk mencari besar sudut di antara u dan v jika komponen u dan v diketahui. Contoh 10 : Misalkan 𝐮 = (2, −1,1) dan 𝐯 = (1, 1, 2), Hitunglah 𝐮 ∙ 𝐯 dan tentukan sudut di antara keduanya. Penyelesaian : 𝐮 = 22 + (−1)2 + 12 = 6 ; 𝐯 = 12 + 12 + 22 = 6 ; dan 𝐮 ∙ 𝐯 = 2.1 + −1 .1 + 1.2 = 3 sehingga, 𝐮 ∙ 𝐯 = 𝐮 𝐯 cos 𝜃 ⇔ cos 𝜃 = 𝐮 ∙ 𝐯 𝐮 𝐯 = 3 6 6 = 1 2 ⇔ 𝜃 = arccos 1 2 = 60° ∎ Teorema : Sudut Antara Dua Vektor Jika u dan v adalah vektor-vektor tak nol, dan 𝜃 adalah besar sudut di antara kedua vektor tersebut, maka
  • 13. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 41 𝜃 lancip (0° < 𝜃 < 90°) jika dan hanya jika 𝐮 ∙ 𝐯 > 0 𝜃 tumpul (90° < 𝜃 < 180°) jika dan hanya jika 𝐮 ∙ 𝐯 < 0 𝜃 siku-siku (𝜃 = 90°) jika dan hanya jika 𝐮 ∙ 𝐯 = 0 Dua vektor yang membentuk sudut siku-siku dinamakan ortogonal (tegak lurus). Teorema : Sifat-sifat Perkalian Titik Jika u, v, dan w adalah vektor- vektor di 𝑅2 atau 𝑅3 dan k adalah skalar, maka a. 𝐮 ∙ 𝐯 = 𝐯 ∙ 𝐮 b. 𝐮 ∙ 𝐯 + 𝐰 = 𝐮 ∙ 𝐯 + 𝐮 ∙ 𝐰 c. 𝑘 𝐮 ∙ 𝐯 = 𝑘𝐮 ∙ 𝐯 = 𝐮 ∙ (𝑘𝐯) d. 𝐯 ∙ 𝐯 > 0 jika 𝐯 ≠ 𝟎 dan 𝐯∙ 𝐯 = 0 jika 𝐯 = 𝟎 6. Proyeksi Dua vektor yang titik asalnya berimpit dapat menghasilkan vektor lain yang dinamakan vektor proyeksi. Perhatikan ilustrasi berikut. Misalkan a dan b berimpit di titik asalnya. Jika dari titik ujung b ditarik garis menuju a sedemikian sehingga tegak lurus a (diproyeksikan terhadap a), maka vektor yang dapat dibuat dengan titik asal yang sama dan berujung di titik di mana b diproyeksikan pada a dinamakan vektor proyeksi b terhadap a. Vektor ini disebut juga proyeksi ortogonal b pada a. Dengan cara yang sama dapat diperoleh vektor proyeksi a terhadap b. Notasi Vektor Proyeksi Vektor proyeksi b terhadap a dinotasikan proy 𝐚 𝐛 Vektor proyeksi a terhadap b dinotasikan dengan proy 𝐚 𝐛
  • 14. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 42 Teorema : Proyeksi Ortogonal Jika u dan v adalah vektor di 𝑅2 atau 𝑅3 dan keduanya bukan vektor nol, maka proy𝐚 𝐛 = 𝐚 ∙ 𝐛 𝐚 2 𝐚 dan proy 𝐛 𝐚 = 𝐚 ∙ 𝐛 𝐛 2 𝐛 Sedangkan panjang dari vektor-vektor proyeksi tersebut adalah proy𝐚 𝐛 = 𝐚 ∙ 𝐛 𝐚 dan proy𝐛 𝐚 = 𝐚 ∙ 𝐛 𝐛 Contoh 11 : Jika 𝐚 = (1, 0, −2) dan 𝐛 = (2,1, −1) , tentukan vektor proyeksi a pada b. Penyelesaian : 𝐚 ∙ 𝐛 = 4 dan 𝐛 2 = 6 maka proyeksi ortogonal a pada b adalah proy 𝐛 𝐚 = 𝐚 ∙ 𝐛 𝐛 2 𝐛 = 4 6 2,1, −1 = 4 3 , 2 3 , − 2 3 ∎ 7. Perkalian Silang (Cross Product) Berikut akan diperkenalkan sebuah operasi antar vektor dalam 𝑅3 . Jika perkalian titik akan menghasilkan skalar/bilangan, maka perkalian silang akan menghasilkan vektor. Dan jika proyeksi ortogonal suatu vektor terhadap vektor lain akan menghasilkan vektor baru yang berimpit dengan vektor tersebut, maka perkalian silang dua vektor akan menghasilkan vektor baru yang tegak lurus dengan kedua vektor tersebut. Definisi Perkalian Silang Jika 𝐮 = (𝑢1, 𝑢2, 𝑢3) dan 𝐯 = (𝑣1, 𝑣2 , 𝑣3) adalah vektor di 𝑅3 , maka perkalian silang 𝐮 × 𝐯 didefinisikan oleh 𝐮 × 𝐯 = (𝑢2 𝑣3 − 𝑢3 𝑣2 , 𝑢3 𝑣1 − 𝑢1 𝑣3 , 𝑢1 𝑣2 − 𝑢2 𝑣1) atau dalam notasi determinan 𝐮 × 𝐯 = 𝑢2 𝑢3 𝑣2 𝑣3 , − 𝑢1 𝑢3 𝑣1 𝑣3 , 𝑢1 𝑢2 𝑣1 𝑣2 Rumus di atas dapat dibuat pola yang mudah diingat. Bentuklah matriks 2 × 3 : 𝑢1 𝑢2 𝑢3 𝑣1 𝑣2 𝑣3 Komponen pertama dari 𝐮 × 𝐯 adalah determinan matriks tersebut setelah kolom pertama dicoret, komponen ke-2 adalah negatif dari determinan matriks setelah kolom ke-2 dicoret, dan komponen ke-3 adalah determinan matriks setelah kolom ke-3 dicoret.
  • 15. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 43 i jk Contoh 12 : Misalkan 𝐮 = (1, 2,−2) dan 𝐯 = (3, 0, 1), maka 1 2 −2 3 0 1 𝐮 × 𝐯 = 2 −2 0 1 , − 1 −2 3 1 , 1 2 3 0 = 2, −7,−6 ∎ Secara geometris, perkalian silang 𝐮 × 𝐯 dapat diinterpretasikn oleh gambar berikut, Arah 𝐮 × 𝐯 dapat ditentukan dengan “aturan tangan kanan” (right hand rule). Misalkan 𝜃 adalah sudut di antara u dan v, dan anggaplah u terotasi sejauh sudut 𝜃 menuju v (sehingga berimpit dengan v). Jika jari-jari tangan kanan menunjukkan arah rotasi u maka ibu jari menunjukkan arah 𝐮 × 𝐯. Dengan menggunakan definisi ataupun dengan mempraktekkan aturan ini, dapat diperoleh hasil-hasil berikut : 𝐢 × 𝐢 = 𝐣 × 𝐣 = 𝐤 × 𝐤 = 𝟎 𝐢 × 𝐣 = 𝐤 , 𝐣 × 𝐤 = 𝐢 , 𝐤 × 𝐢 = 𝐣 𝐣 × 𝐢 = −𝐤 , 𝐤 × 𝐣 = −𝐢 , 𝐢 × 𝐤 = −𝐣 Diagram berikut dapat membantu untuk mengingat hasil perkalian di atas. Perkalian silang 𝐮 × 𝐯 dapat dinyatakan secara simbolis dalam bentuk determinan 3 × 3 : 𝐮 × 𝐯 = 𝐢 𝐣 𝐤 𝑢1 𝑢2 𝑢3 𝑣1 𝑣2 𝑣3 = 𝑢2 𝑢3 𝑣2 𝑣3 𝐢 − 𝑢1 𝑢3 𝑣1 𝑣3 𝐣 + 𝑢1 𝑢2 𝑣1 𝑣2 𝐤
  • 16. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 44 Contoh 13 : Contoh 11 dapat dikejakan dengan cara : 𝐮 × 𝐯 = 𝐢 𝐣 𝐤 1 2 −2 3 0 1 = 2 −2 0 1 𝐢 − 1 −2 3 1 𝐣 + 1 2 3 0 𝐤 = 2𝐢 − 7𝐣 − 6𝐤 ∎ Teorema : Hubungan Perkalian Silang dan Perkalian titik Jika u dan v adalah vektor di 𝑅3 , maka : a. 𝐮 ∙ 𝐮 × 𝐯 = 0 ( 𝐮 × 𝐯 ortogonal ke u ) b. 𝐯 ∙ 𝐮 × 𝐯 = 0 ( 𝐮 × 𝐯 ortogonal ke u ) c. 𝐮 × 𝐯 𝟐 = 𝐮 𝟐 𝐯 𝟐 − 𝐮 ∙ 𝐯 𝟐 (Identitas Lagrange/Lagrange Identity) Teorema : Sifat-Sifat Perkalian Silang Jika u, v, dan w dalah sebarang vektor di 𝑅3 ddan k adalah sebarang skalar, maka : a. 𝐮 × 𝐯 = − 𝐯 × 𝐮 b. 𝐮 × 𝐯+ 𝐰 = 𝐮 × 𝐯 + (𝐮 × 𝐰) c. 𝐮 + 𝐯 × 𝐰 = 𝐮 × 𝐰 + (𝐯 × 𝐰) d. 𝑘 𝐮 × 𝐯 = 𝑘𝐮 × 𝐯 = 𝐮 × (𝑘𝐯) e. 𝐮 × 𝟎 = 𝟎 × 𝐮 = 𝟎 f. 𝐮 × 𝐮 = 𝟎 g. 𝐮 ∙ 𝐯 × 𝐰 = 𝐮 × 𝐯 ∙ 𝐰 = 𝑢1 𝑢2 𝑢3 𝑣1 𝑣2 𝑣3 𝑤1 𝑤2 𝑤3 Berdasarkan teorema-teorema sebelumnya, dapat diturunkan teorema berikut. Teorema : Aplikasi Geometri Perkalian Silang Jika u, v, dan w vektor-vektor di 𝑅3 dengan titik asal yang sama, maka a. Jika 𝜃 adalah sudut di antara u dan v, maka 𝐮 × 𝐯 = 𝐮 𝐯 sin 𝜃 b. Norma dari 𝐮 × 𝐯 sama dengan luas jajaran genjang yang dibentuk oleh u dan v, atau Luas jajar genjang = 𝐮 × 𝐯 c. Volume bangun yang dibentuk oleh ketiganya adalah 𝑎𝑏𝑠[𝐮 ∙ 𝐯 × 𝐰 ]. Contoh 14 : a, b, dan c adalah sebarang vektor di 𝑅3 yang berimpit di titik awalnya. Jika ketiganya dihubungkan akan membentuk suatu bangun dimensi-3 (parallelpiped).
  • 17. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 45 Luas masing-masing sisinya adalah : 𝐚 × 𝐛 , 𝐛 × 𝐜 , 𝐚 × 𝐜 Sedangkan volume bangun tersebut adalah : 𝑎𝑏𝑠(𝐚 ∙ 𝐛 × 𝐜 ) Rumus volume di atas biasanya digunakan untuk mengetahui apakah ketiga vektor berada pada bidang yang sama. Jika volume yang dihitung bernilai nol, maka ketiganya berada pada bidang yang sama, dan sebaliknya jika volumenya tidak sama dengan nol. Fungsi abs(absolute)/mutlak berguna untuk mempositifkan hasil akhir perhitungan volume. Contoh 15 : Tentukan apakah ketiga vektor 𝐚 = (1, 4, −7), 𝐛 = (2,−1, 4), dan 𝐜 = (0,−9, 18) terletak pada satu bidang di 𝑅3 atau tidak. Penyelesaian : 𝐚 ∙ 𝐛 × 𝐜 = 1 4 −7 2 −1 4 0 −9 18 1 4 2 −1 0 −9 = 1 −1 18 + 4 4 0 + −7 2 −9 — { 7 −1 0 + 1 4 −9 + 4 2 18 } = −18 + 126 − 144 + 36 = 0 Jadi, ketiga vektor tersebut terletak pada satu bidang di 𝑅3 ∎ Contoh 16 : Carilah luas segitiga yang dibentuk oleh 𝑃1 2,2, 0 , 𝑃2 −1,0, 2 ,dan 𝑃3(0,4, 3) .
  • 18. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 46 x y z 𝑃2 −1,0, 2 𝑃1 2,2, 0 𝑃3(0,4, 3) Penyelesaian : Luas segitiga tersebut adalah ½ luas jajaran genjang yang dibentuk 𝑃1 𝑃2 dan 𝑃1 𝑃3, di mana 𝑃1 𝑃2 = −1,0, 2 − 2,2, 0 = (−3, −2, 2) 𝑃1 𝑃3 = 0,4, 3 − 2,2, 0 = (−2, 2, 3) 𝑃1 𝑃2 × 𝑃1 𝑃3 = (−10, 5,−10) Sehingga Luas segitiga = 1 2 𝑃1 𝑃2 × 𝑃1 𝑃3 = 1 2 15 = 7 1 2 ∎ Latihan I 1. Carilah komponen vektor yang mempunyai titik awal 𝑃1 dan titik ujung 𝑃2. a. 𝑃1 3,5 ; 𝑃2(2,8) b. 𝑃1 7,−2 ; 𝑃2(0,0) c. 𝑃1 6,5, 8 ; 𝑃2(8,−7, 3) d. 𝑃1 0,0, 0 ; 𝑃2(−8,7, 4) 2. Misalkan 𝐮 = 1, − 2,3 , 𝐯 = 2,−3, 1 dan 𝐰 = (3, 2, −1). Carilah komponen- komponen dari : a. u – w b. 7v + 3w c. –w + v d. 3(u – 7v) e. – 3v – 8w f. 2v – (u + w) 3. Carilah vektor dengan titik awal 𝑃(2, −1, 4) yang mempunyai arah yang sama dengan 𝐯 = (7, 6, −3). 4. Carilah vektor yang berlawanan arah dengan 𝐯 = (−2,4, −1) yang mempunyai titik terminal di 𝑄(2,0, −7).
  • 19. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 47 5. Misalkan 𝑃(2,3, −2) dan 𝑄(7,−4, 1). a. Carilah titik tengah dari segmen garis yang menghubungkan P dan Q. b. Carilah titik pada segmen garis 𝑃𝑄 sehingga dari P ke titik itu adalah ¾ dari 𝑃𝑄. Latihan II 1. Hitunglah norma/panjang v jika a. 𝐯 = (3, 4) b. 𝐯 = (−1, 7) c. 𝐯 = (0, −3) d. 𝐯 = (1, 1, 1) e. 𝐯 = (−8, 7,4) f. 𝐯 = (9, 0, 0) 2. Hitunglah jarak di antara A dan B. a. 𝐴 2, 3 , 𝐵(4, 6) b. 𝐴 −2,7 , 𝐵(0, −3) c. 𝐴 8, −4,2 , 𝐵(−6,−1, 0) d. 𝐴 1, 1,1 , 𝐵(6, −7,3) 3. Misalkan 𝐮 = 1, −3,2 , 𝐯 = 1, 1, 0 dan 𝐰 = (2,2, −4). Carilah : a. 𝐮 + 𝐯 b. 𝐮 + 𝐯 c. −2𝐮 + 2 𝐮 d. 3𝐮 − 5𝐯 + 𝐰 e. 1 𝐰 𝐰 f. 1 𝐰 𝐰 4. Carilah semua skalar k sehingga 𝑘𝐯 = 3, di mana 𝐯 = 1,2, 4 . Latihan III 1. Carilah 𝐮 ∙ 𝐯 untuk : a. 𝐮 = 1, 2 , 𝐯 = 6,−8 b. 𝐮 = −7, −3 , 𝐯 = 0,1 c. 𝐮 = 1, −3, 7 , 𝐯 = 8,−2, −2 d. 𝐮 = −3, 1, 2 , 𝐯 = 4,2, −5 2. Tentukan apakah u dan v membentuk sudut lancip, tumpul, atau keduanya ortogonal.
  • 20. Vektor di Ruang Dimensi 2 dan 3 | 48 a. 𝐮 = 7, 3, 5 , 𝐯 = −8,4, 2 b. 𝐮 = 6, 1, 3 , 𝐯 = 4,0, −6 c. 𝐮 = 1, 1, 1 , 𝐯 = −1,0, 0 d. 𝐮 = 4, 1, 6 , 𝐯 = −3,0, 2 3. Carilah proyeksi ortogonal u pada a, jika : a. 𝐮 = 2, 1 , 𝐚 = −3,2 b. 𝐮 = 2, 6 , 𝐚 = −9,3 c. 𝐮 = −7, 1, 3 , 𝐚 = 5,0, 1 d. 𝐮 = 0, 0, 1 , 𝐚 = 8,3, 4 4. Carilah 𝑝𝑟𝑜𝑦𝐚 𝐮 , jika : a. 𝐮 = 2, −1 , 𝐚 = 3,4 b. 𝐮 = 4, 5 , 𝐚 = 1,−2 c. 𝐮 = 2, −1, 3 , 𝐚 = 1,2, 2 d. 𝐮 = 4, −1, 7 , 𝐚 = 2,3, −6 5. Misalkan 𝐮 = 1, 2 , 𝐯 = 4, −2 ,dan 𝐰 = (6,0). Carilah : a. 𝐮 ∙ 7𝐯 + 𝐰 b. 𝐮 ∙ 𝐰 𝐰 c. 𝐮 𝐯∙ 𝐰 d. 𝐮 𝐯 ∙ 𝐰 Latihan IV 1. Misal 𝐮 = 2,−1, 3 , 𝐯 = 0, 1,7 , dan 𝐰 = (1, 4, 5). Nyatakan dalam vektor basis : a. 𝐯 × 𝐰 b. 𝐮 × (𝐯 × 𝐰) c. 𝐮 × 𝐯 × 𝐰 d. (𝐮 × 𝐯) × (𝐯× 𝐰) e. 𝐮 × (𝐯 − 2𝐰) f. 𝐮 × 𝐯 − 2𝐰) 2. Carilah vektor yang ortogonal terhadap u dan v. a. 𝐮 = −7, 3, 1 , 𝐯 = 2,0, 4 b. 𝐮 = −1, −1, −1 , 𝐯 = 2, 0, 2 3. Carilah luas segitiga yang mempunyai titik sudut P, Q, dan R. a. 𝑃 1, 5,−2 𝑄 0,0,0 𝑅 3,5, 1 b. 𝑃 2, 0,−3 𝑄 1,4,5 𝑅(7,2, 9)