Dokumen tersebut memberikan definisi dan ciri-ciri cerpen serta unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang membentuk cerpen. Ia juga menjelaskan objektif dan batasan dari kertas kerja analisis 4 buah cerpen tertentu berdasarkan tema, watak, latar, plot, teknik penceritaan, gaya bahasa, dan nilai pengajarannya.
Akademika SasteraPemahaman dan Penerapan Sosiologi69 (Julai) 2006: 3 - 16
Pengenalan Menganalisis Cerpen
1. PENGENALAN
DEFINISI CERPEN
Cerpen merupakan genre sastera yang jauh lebih muda usianya dibandingkan
dengan puisi dan novel. Cerpen yang bertajuk Kecelakaan Pemalas tulisan Nor bin
Ibrahim, seorang yang berbangsa Madrasi adalah dipercayai cerpen Melayu pertama
yang disiarkan. Ianya telah dimuatkan dalam majalah Pengasuh Jilid 2. Bil. 40 pada 4
Februari 1920. Cerpen ini dikatakan mengandungi unsur-unsur pengaruh dari Eropah
dan Timur Tengah dan cuma mengandungi sebanyak 760 perkataan.
Cerpen ialah bentuk cereka pendek, yang membawakan satu persoalan bagi
menghasilkan satu kesan tertentu yang indah ( Hashim Awang ). Cerpen adalah
singkatan dari cerita pendek. Namun cerita pendek bukanlah cerpen. Cerpen merupakan
salah satu ragam dari jenis prosa. Cerpen, sesuai dengan namanya adalah cerita yang
relatif pendek yang selesai dibaca sekali duduk. Proses sekali duduk dapat diartikan
sebagai memahami isi pula. Ertinya, pembacaan cerpen pada ketika itu dapat difahami.
Cerpen terdiri dari berbagai kisah, separa kisah percintaan (roman), kasih sayang, jenaka,
dan banyak lagi. Cerpen biasanya mengandungi nilai atau amanat yang sangat mudah
difahami, dan sangat sesuai untuk dibaca oleh semua golongan.
Cerpen merupakan cerita yang pendek, hanya mengisahkan satu peristiwa
(konflik tunggal), tetapi menyelesaikan semua tema dan persoalan secara tuntas dan utuh.
Awal cerita (opening) ditulis secara menarik dan mudah diingat oleh pembacanya.
Kemudian, pada bagian akhir cerita (ending) ditutup dengan suatu kejutan (surprise).
Menurut Phyllis Duganne, seorang wanita penulis dari Amerika, cerpen ialah
susunan kalimat yang merupakan cerita yang mempunyai awal, bagian tengah, dan akhir.
Setiap cerpen mempunyai tema, yakni inti cerita atau gagasan yang ingin diucapkan
cerita itu.
A. Bakar Hamid dalam tulisan “Pengertian Cerpen” berpendapat bahwa yang
disebut cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang
dipakai: antara 500-20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, dan adanya satu
kesan. Sedangkan Aoh. KH, mendefinisikan bahwa cerpen adalah salah satu ragam fiksi
atau cerita rekaan yang sering disebut kisahan prosa pendek.
1
2. H.B. Jassin yang dianggap Paus Sastera Indonesia mengatakan bahawa ” yang
disebut cerita pendek harus memiliki bagian perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian. ”
Hashim Awang Glosori Mini Kesusasteraan, Fajar Bakti , 1987) menyebut
bentuk cereka yang pendek yang membawa satu persoalan bagi menghasilkan satu kesan
tertentu yang indah. Ia memusatkan diri pada satu watak dalam suatu situasi di suatu
tempat dan ketika.
Hendry Guntur Tarigan (Prinsip-prinsip Dasar Sastera, 1984) mengutip kata B.
Mathew menyebut bukan cerita pendek jika tidak ada sesuatu yang diceritakan. Hendri
Guntur sendiri mengulas cerpen seperti berikut " cerita pendek harus mengandungi
interpretasi pengarang tentang komsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung
atau pun tidak langsung, harus menimbulkan satu efek dalam fikiran pembaca, cerita
pendek juga mengandungi detail-detail dan insiden-insiden yang dipilih dengan sengaja,
dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan di dalam fikiran pembaca.
CIRI -CIRI CERPEN
• Sebuah cerita atau kisah berbentuk prosa
• Menonjolkan hanya satu kesan
• Mengisahkan dengan agak terperinci suatu perisiwa
• Cerpen memperlihatkan adanya unsur-unsur dramatik. Contohnya cerpen Segeluk
Air tulisn Khadijah Hashim.
UNSUR-UNSUR CERPEN
Cerpen dilengkapi oleh unsur-unsur penting yang membangunnya. Unsur itu terdiri dari
unsur intinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik antara lain, tema, alur, setting/latar/waktu,
penokohan, watak, dan amanat/nilai. Sedangkan unsur ekstrinsik antara lain, budaya,
jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain. Cerpen terdiri dari empat tahap seperti :
2
3. Pengenalan Konflik/Rumitan
Insiden/Masalah Penyelesaian. / Peleraian
Bahagian yang banyak diminati pembaca ialah bahagian konflik keranaa merupakan
puncak cerita.
Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen
Sebagaimana novel, cerpen juga dibentuk atas unsur. ekstrinsik dan intrinsik.
Meskipun bentuknya pendek dan kadang –kadang hanya satu halaman, di dalamnya
terdapat unsur-unsur intrinsik secara lengkap, Iaitu tema,amanat,tokoh, jalan cerita (plot),
latar, sudut padang pengarang,dan dialog. Unsur – unsur intrinsik cerpen mencakupi :
1) Tema
Tema adaah idea utama sesebuah cerita diyakini dan dijadikan sumber cerita.
Dalam sebuah cerpen, tema selalunya disamakan dengan tapak bagi membina sebuah
bangunan. Bangunan tidak akan dapt didirikan tanpa memiliki tapak terlebih dahulu.
Oleh itu tema adalah faktor utama untuk membentuk rangkaian cerita atau untuk
bercerita.Tema dapat diwujudkan melalui pengamatan pengarang terhadap berbagai
peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah
membaca cerita tersebut secara keseluruhan.
2) Latar
Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu,
dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. . Sebuah
cerita harus jelas tempat peristiwaa berlaku, waktu ia terjadi dan suasana serta keadaan
ketika cerita berlangsung.Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada
pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan
terjadi. Unsur latar dapat dipecahkan kepada tiga bahagian seperti berikut :
3
4. i) LatarTempat
Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang
dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu.
ii) Latar Waktu
Latar waktu mengaitkan waktu dan masa terjadinya peristiwa-peristiwa yang
disampaikan oleh pengarang.
iii) Latar Sosial
Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan
dosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat
berupa kebiasaan hidup, istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan
bersikap, Serta hal-hal lainnya.
3) Plot
Plot atau alur adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.
Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan mengapa hal
ini terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Menurut Aswendo
Atmowiloto plot adalah sebab-akibat yang membuat cerita berjalan dengan irama atau
gaya dalam menghadirkan ide dasar.
Oleh kerana itu, alur juga disebut sebagai susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua
cara yang dapat digunakan dalam menyusun bahagian-bahagian cerita, Pengarang
menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai
penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju dari awal seperti berikut :
- Mulai melukiskan keadaan (situation);
- Peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses);
- Keadaan mulai memuncak (rising action);
- Mencapai titik puncak (klimaks)
- Pemecahan masalah/ penyelesaian (denouement)
4
5. Urutan peristiwa boleh difahami mengikut urutan Plot seperti :
a) Pengenalan - Bahagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang
merupakan awal cerita.
b) Penampilan masalah - Bahagian yang menceritakan masalah yang dihadapi
watak dalam cerita.
c) Puncak ketegangan / klimaks – Menceritakan masalah dalam cerita dan konflik
telah memuncak.
d) Ketegangan menurun / antiklimaks – Menceritakan masalah telah beransur –
ansur dapat diatasi dan mulai hilang.
e) Penyelesaian - Masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
Pengarang menyusun peristiwa secara tidak berurutan. Pengarang dapat
memulainya dari peristiwa terakhir atau peristiwa yang ada di tengah, kemudian melihat
kembali pada peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya. Susunan yang demikian disebut
alur sorot balik (flashback). Selain itu, ada juga istilah alur erat dan alur longgar. Alur
erat adalah jalinan peristiwa yang sangat padu sehingga apabila salah satu peristiwa
ditiadakan maka dapat mengganggu keutuhan cerita. Adapun alur longgar adalah jalinan
peristiwa yang tidak begitu padu sehingga apabila salah satu peristiwa ditiadakan tidak
akan mengganggu jalan cerita.
4) Watak dan Perwatakan
Istilah watak menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan perwatakan, atau
karakter menunjuk pada sifat dan sikap para watak atau tokoh yang menggambarkan
kualiti peribadi seorang tokoh. Tokoh cerita merupakan pembawa dan penyampai pesan,
amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Secara
umum kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis.
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, tokoh yang mengikuti norma-
norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang
sesuai dengan pandangan dan harapan pembaca.
5
6. Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik. Tokoh
antagonis merupakan penentang tokoh protagonis. Ada beberapa cara penggambaran
karakter tokoh dalam cerpen, di antaranya melalui apa yang dilakukan oleh tokoh. Hal ini
berkaitan dengan bagaimana tokoh tersebut bersikap dalam situasi ketika tokoh harus
mengambil keputusan.
Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh juga yang dapat dilihat dari
tiga segi iaitu melalui:
- Dialog tokoh
- Penjelasan tokoh
- Penggambaran fizikal tokoh
5) Nilai ( amanat )
Pesan atau amanat yang ingin di sampaikan pengarang dalam bentuk tulisan.
Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif
maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan
pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita.
Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi
secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya
6) Sudut pandangan ( Point of View )
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam
cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah
yang menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut pandang, di antaranya
sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang "aku"), sudut
pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.
7) Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan
dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi,
6
7. penggunaan majas,dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni pengungkapan
seorang pengarang terhadap karyanya..
OBJEKTIF KERTAS KERJA
Objektif kertas kerja ini dihasilkan adalah untuk menganalisis 4 buah cerpen
terpilih iaitu :
1) Cerpen Warna Hati Seorang Datin Karya Rahman Haji Yusof
2) Cerpen Pahlawan Buntung Karya S. Othman Kelantan
3) Cerpen Gersang Karya Masniah Kalyubi
4) Cerpen Seekor Manusia Seorang Manusia Seorang Binatang Karya Muhammad
Isa Al-Jambuli
Kertas kerja ini akan menganalisis cerpen-cerpen tersebut melalui beberapa
perkara iaitu :
A. Tema
B. Watak dan Perwatakan
C. Latar
D. Plot
E. Teknik Penceritaan
F. Gaya Bahasa
G. Nilai Pengajaran
7
8. Diharapkan dengan penghasilan kertas kerja ini dapat membantu pembaca untuk
lebih memahami cerpen-cerpen diatas dengan lebih baik. Hasil analisi ini juga diharapkan
mampu menjadi sumber informasi dan tambahan ilmu pengetahuan khususnya bidang
karya sastera.
PEMBATASAN KAJIAN
Kajian ini menggunakan kaedah ke perpustakaan. Rujukan telah dibuat di
perpustakaan Universiti Putra Malaysia, Perpustakaan Universiti Kebangsaan Malaysia
dan Dewan Bahasa dan Pustaka. Selain itu rujukan turut dibuat berdasarkan jurnal Dewan
sastera dan Dewan Bahasa. Rujukan dalam talian maya turut menyumbang dalam proses
kajian ini dilaksanakan selain daripada rujukan dan perbincangan bersama rakan kuliah
yang lain.
Penganalisisan cerpen dapat dibuat melalui banyak perkara atau fokus. Walau
bagaimanapun kertas kerja ini hanya akan menganalisis cerpen-cerpen yang telah dipilih
melalui beberapa perkara iaitu :
A. Tema
B. Watak dan Perwatakan
C. Latar
D. Plot
E. Teknik Penceritaan
F. Gaya Bahasa
G. Nilai Pengajaran
8