BAB 1 membahas latar belakang peran penting orang tua dalam membentuk pribadi anak, rumusan masalah tentang peran orang tua di era globalisasi, serta tujuan dan manfaat penelitian tentang hal tersebut. BAB 2 menjelaskan teori-teori peran orang tua, faktor yang mempengaruhi pribadi anak, dan pendidikan Islam dalam keluarga.
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK DI ERA GLOBALISASI
1. 1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat mempunyai peranan
yang sangat besar dalam mempengaruhi kehidupan dan perilaku anak. Kedudukan
dan fungsi keluarga dalam kehidupan manusia bersifat fundamental karena pada ha-
kekatnya keluarga merupakan wadah pembentukan watak dan akhlak. Lingkungan
yang berpengaruh terhadap perkembangan Jasmani, Rohani dan akal anak sejak dila-
hirkan sampai dewasa adalah keluarga, oleh karena itu perlu ditanamkan nilai-nilai
akhlak karimah sejak dini.
Peran dan tanggungjawab orang tua mendidik anak dalam keluarga sangat
dominan, sebab ditangan orang tualah baik dan buruknya akhlak seorang anak diben-
tuk. Pendidikan dan pembinaan akhlak merupakan hal paling penting dan sangat
mendesak untuk dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas hidup. Dalam ajaran
agama Islam masalah akhlak mendapat perhatian yang sangat besar sebagaimana
sabda Nabi ”Sempurnanya iman seorang mukmin adalah mempunyai akhlak yang
bagus”. Dan dalam riwayat lain dikatakan ”Sesungguhnya yang dicintai olehku (Nabi
Muhammad SAW) adalah mereka yang mempunyai akhlak yang bagus”.
Mengingat masalah akhlak adalah masalah yang penting seperti sabda Nabi di atas,
maka dalam mendidik dan membina akhlak sang anak, orang tua dituntut untuk dapat
berperan aktif. Peran utama orang tua sebagai pendidik dalam menanamkan nilai-
nilai akhlak karimah kepada anaknya sebaiknya berdasarkan ajaran agama Islam agar
2. 2
anak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sesuai dengan norma agama, norma hu-
kum, norma kesusilaan, dan dengan akhlak yang mulia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diuraikan rumusan masalah se-
bagai berikut :
1. Apakah orang tua berperan dalam membangun pribadi anak di era globali-
sasi?
C. Hipotesis
Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam membangun pribadi
anak di era globalisasi.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Mengetahui ada atau tidaknya peran orang tua dalam membangun pribadi
anak di era globalisasi.
Adapun penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat mengetahui ada tidak-
nya peran orang tua dalam membangun pribadi anak di era globalisasi. Dan apabila
orang tua memiliki peran penting dalam membangun pribadi anak maka sejauh ma-
nakah pengaruh tersebut
E. Sistematika Penulisan
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAKSI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
3. 3
C. Hipotesis
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
E. Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Beberapa Pengertian Dasar
1. Orang Tua
2. Pribadi Anak
3. Era Globalisasi
B. Teori
1. Peran Orang Tua
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan anak
3. Pendidikan Islam dalam Keluarga
BAB III PEMBAHASAN
A. Metode Penulisan
B. Pembahasan
C. Analisis
BAB IV PUNUTUP
A. Simpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
4. 4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Beberapa Pengertian Dasar
1. Orang tua
Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun
umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan
kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu
dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara
memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu
orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di du-
nia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak.
Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya. Karena
orang tua adalah pusat kehidupan rohani anak, maka setiap reaksi emosi anak dan
pemikirannya dikemudian adalah hasil dari ajaran orang tuanya tersebut.
Jadi, orang tua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat
berpengaruh atas pendidikan anak-anak. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang
selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya
seorang anak lebih cinta kepada ibunya apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan
baik dan penuh kasih sayang.
Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan membentuk mental anak
terletak pada peranan orang tuanya, sehingga baik buruknya budi pekerti itu tergan-
tung kepada budi pekertiorang tuanya
Sesungguhnya sejak lahir anak dalam keadaan suci dan telah membawa fitrah
beragama, maka orang tuanyalah yang merupakan sumber untuk mengembang fitrah
beragama bagi kehidupan anak dimasa depan. Sebab cara pergaulan, aqidah dan ta-
5. 5
biat adalah warisan orang tua yang kuat untuk menentukan subur tidaknya arah pen-
didikan terhadap anak.
2. Kepribadian Anak
Kepribadian sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol pada diri anak, se-
perti kepada anak yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada
anak supeldiberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada anak yang plin-plan,
pengecut, dansemacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.
Dari penjelasan diatas bisa diperoleh gambaran bahwa kepribadian, menurut
pengertian sehari-hari atau masyarakat awam adalah gambaran bagaimana seseorang
tampil dan menimbulkan kesan bagi orang lain.
Anggapan seperti ini sangatlah mudah dimengerti, tetapi juga sangat tidak bi-
sa mengartikan kepribadian dalam arti yang sesungguhnya. Karena hanya mengarti-
kan kepribadian berdasarkan nilai dan hasil evaluatif. Padahal kerpibadian adalah su-
atu hal yang netral, dimana tidak ada baik dan buruk. Kepribadian juga tidak terbatas
kepada hal yang ditampakkan saja, tetapi juga hal yang tidak ditampakkan, serta
adanya dinamika kepribadian, dimana kepribadian bisa berubah tergantung situasi
dan lingkungan yang dihadapi seseorang.
Adapun pengertian kepribadian menurut psikologi bisa diambil dari rumusan
beberapa teoris kepribadian terkemuka. Gordon Allport, merumuskan kepribadian
adalah organisasi dinamis sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan ka-
rakteristik perilaku dan pikirannya.
Istilah ”psikofisik” menekankan pentingnya aspek psikologis dan fisik dari
kepribadian. Kata ”menentukan” dalam definisi kepribadian menunjukkan bahwa ke-
pribadian ”merupakan sesuatu dan melakukan sesuatu”. Kepribadian bukanlah topeng
yang secara tetap dikenakan seseorang; dan juga bukan perilaku sederhana. Kepriba-
dian menunjuk orang di balik perilakunya atau organisme di balik tindakannya.
3. Era Globalisasi
6. 6
Globalisasi memiliki pengertian yaitu suatu proses yang mencakup keseluru-
han dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya batas-batas
yang mengikat secara nyata, sehingga sulit untuk disaring atau dikontrol.
Laju era globalisasi seakan tidak bisa dibendung disetiap sudut negara dan
menjadi sebuah keniscayaan. Era ini menghendaki setiap negara beserta individunya
harus mampu bersaing satu sama lain baik antar negara maupun antar individu. Per-
saingan yang menjadi esensi dari globalisasi tak jarang memiliki pengaruh dan dam-
pak yang negatif . Pengaruh dari globalisasi pada aspek kehidupan awalnya diarahkan
pada bidang ekonomi dan perdagangan serta memberikan dampak multidimensi.
Globalisasi memang menjadi lokomotif perubahan tata dunia yang tentu saja akan
menarik gerbong-gerbongnya yang berisi budaya, pemikiran maupun materi bidang
pendidikan. Isu yang digulirkan untuk pendidikan adalah kompetensi bagi setiap in-
dividu yang terlibat dalam proses pendidikan maupun keunggulan kompetitif yang
harus dimiliki oleh institusi pendidikan. Jika dilihat sekilas, muatan nilai yang terda-
pat dalam agenda globalisasi nampak universal dan tidak memiliki dampak negatif.
Namun jika standard kompetensi dan keunggulan kompetitif tersebut kembali ditelah,
akan sangat terlihat dampak-dampak negatifnya.
Perlu diketahui bersama, sisi gelap dalam pola pendidikan yang dirumuskan
oleh Amerika dan Eropa yaitu tidak adanya muatan nilai ruhiyah, dan lebih menge-
depankan logika materialisme serta memisahkan antara agama dengan kehidupan
yang ada. Hal ini sering disebut paham Sekulerisme. Implikasi yang bisa dirasakan
namun jarang disadari adalah adanya degradasi moral yang dialami oleh anak bangsa.
Banyak kasus buruk dunia pendidikan yang mencuat di permukaan dimuat oleh bebe-
rapa media masa yang cukup meresahkan semua pihak yang peduli terhadap masa
depan pendidikan bangsa yang lebih baik. Efek negatif dari pola pendidikan yang di-
adopsi Indonesia dari negara acuannya yaitu Eropa dan Amerika dapat di tinjau seca-
ra kebijakan makro, pendidikan Barat tidak lepas dari kerangka berpikir pada ideologi
kapitalisme. Padahal sudah banyak dikupas habis tentang banyaknya kelemahan dan
7. 7
keburukan pada ideologi kapitalisme sebagai buah tangan manusia. Sedangkan jika
ditinjau secara mikro, permasalahan tidak adanya link and match antara materi yang
didapatkan di bangku sekolah dengan realitas yang ada di lapangan, Sehingga anak
didik sering mengalami kebingungan sesudahmenyelesaikan masa studi dan mulai
memasuki masyarakat.Lulusan institusi pendidikan belum sempat menentukan lang-
kah sudah tenggelam dengan hiruk pikuknya tata kehidupan materialistik.
Arus globalisasi yang diantaranya ditandai dengan perkembangan sistem in-
formasi dan komunikasi rupanya memberi pengaruh terhadap kehidupan kaum muda.
Beberapa pengaruh tersebut adalah :
Pertama, meningkatnya mobilitas manusia yang membuat manusia berpindah
dari satu tempat ke tempat lain dengan dukungan alat transportasi dan komunikasi.
Perpindahan itu untuk mencari pendidikan, pekerjaan, atau yang lain.
Kedua, semakin lunturnya nilai-nilai soial yang dianut masyarakat, mengenai
yang dianggap baik dan buruk yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam
hidup sehari-hari. Untuk menemukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas
atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi
oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang
satu dengan yang lain terdapat perbedaan tata nilai.
Ketiga, yang dahulu dianggap tabu, sekarang dianggap biasa. Contohnya, pa-
da masa lalu, berpacaran di muka umum dianggap tabu, namun saat ini berpacaran di
pojok-pojok taman merupakan pemandangan yang biasa. Orientasi orang telah beru-
bah.
Keempat, nilai-nilai iman semakin luntur. Orang di zaman sekarang dipacu
untuk meraih sukses, yang ditandai oleh kecukupan materi, kedudukan yang terpan-
dang dan semuanya yang kasat mata. Nilai-nilai iman semakin tidak popular. Kese-
tiaan, kejujuran, integritas, solidaritas, saling menjaga kepercayaan sering kali diang-
gap menutup pintu meraih sukses, maka dengan mudah diabaikan. Karena itu orang
semakin permisif terhadap berbagai pelanggaran hukum.
8. 8
B. Teori
1. Peran Orang Tua
Dalam sebuah keluarga, orang tua memiliki peran masing-masing dalam men-
jalankan tugasnya sebagai pendidik pertama seorang anak. Seperti halnya seorang
Ayah yang merupakan kepala keluarga dan penanggung jawab dalam perkembangan
anak-anaknya, baik secara fisik maupun secara psikis. Di samping memenuhi kebutu-
han secara fisik seperti makan, minum, sandang dan sebagainya, ayah juga dituntun
agar aktif dalam membina perkembangan pendidikan pada anak. Seorang Anak bi-
asanya memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi prestasinya, sehingga seo-
rang ayah dijadikan sebagai Pimpinan yang sangat patut untuk dijadikan cermin bagi
anaknya atau dengan kata lain ayah merupakan figur yang terpandai dan berwibawa.
Dengan demikian,
Setiap perilaku ayah merupakan contoh dorongan bagi anak untuk mengiku-
tinya.Dalam mendidik anak-anaknya seorang Ayah memiliki partner yang sama-sama
memiliki peran dan tanggung jawab dalam mendidik anak, yakni seorang ibu. Pembi-
naan dan pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang
tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaknya bijaksana
dan pandai dalam mendidik anak-anaknya. Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu
sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik buruknya pendidikan seorang ibu
terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak anak-
nya dikemudian hari, karena ibu adalah seseorang yang pertama berkomunikasi lang-
sung dengan anaknya. Pernyataan rasa kasih sayang dan perlindungan merupakan hal
sangat penting bagi anak untuk mengembangkan rasa percaya diri dan terhindar dari
rasa takut dan gelisah yang akan mengganggu perkembangan jiwa anak. Peranan ibu
dalam pendidikan anak-anaknya adalah sumber dan pemberi rasa kasih sayang, pen-
gasuh dan pemelihara, tempat mencurahkan isi hati, pengatur kehidupan dalam rumah
tangga, pendidik dalam segi-segi emosional.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Anak
9. 9
Seseorang memiliki pengaruh terhadap kepribadian dan tata nilai, karena pada
dasarnya manusia adalah makhluk peniru, oleh karenanya Allah SWT memberikan
contoh atau suri tauladan manusia-manusia pilihan, yaitu Ibrahim A.S. dan Muham-
mad SAW. Sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran ; “Sungguh ada bagi kamu
sekalian contoh yang baik pada pribadi Ibrahim (QS 60 / Mumtahanah : 4)”. “Sung-
guh ada bagi kamu sekalian pada pribadi Rasulullah suri tauladan (contoh yang baik).
(QS. 33 Al-Ahzab : 21)”.
Dengan sifat dasar manusia sebagai makhluk peniru dilengkapi dengan indra,
maka manusia belajar dan meniru apa yang di dengar, dilihat, dirasa dan difikirkan,
sehingga terbentuklah pribadi dan tata nilai serta pengetahuan pada setiap individu
manusia. Lingkungandimasa kanak-kanak dapat mewarnai pribadi individu manusia,
karena pada saat itu pemikiran dan hati manusia masih bersih bagaikan kain putih,
maka apapun yang ditulis pertama akan memberikan bekas yang kuat dan sulit untuk
dirubah.
Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang, yai-
tu Frame of experience (pola yang terbentuk dari pengalaman) dan Frame of Reffe-
rence (pola yang terbentuk dari rujukan / norma-norma).
Frame of experience adalah pengalaman yang merupakan hasil interaksi ma-
nusia dengan lingkungannya (apa yang didengar, dilihat dan dirasa) dan boleh jadi
pengalaman pada masa usia dini (balita sampai remaja) akan membentuk tata nilai
yang permanen pada anak manusia. Sementara Frame of Refference adalah rujukan
dari beberapa norma-norma yang telah ada yang dijadikan acuan oleh seorang anak
dalam menentukan sikapnya. Dibawah ini merupakan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kenakalan anak yang diakibatkan oleh pengaruh lingkungan, perte-
manan sebaya dan penggunaan waktu luang:
1. Dalam lingkungan rumah, seorang ayah yang di idolakan anak tidak mampu
memberikan suri tauladan terhadap anak-anaknya dan seorang ibu yang me-
10. 10
rupakan pendidik utama dan pertama lebih suka mengejar nafkah di luar
rumah dan meninggalkan kewajibanya sebagai seorang Ibu.
2. Dalam lingkungan sekolah, para pendidik lebih cenderung memposisikan
dirinya sebagai pengajar yang hanya bertugas sebagai pentransfer pengeta-
huan dan tidak memberikan contoh yang baik, serta adanya kurikulim pen-
didikan yang tidak lagi berorientasi pada pembentukan kepribadian/karakter
(imtaq) dan hanya berperan sebagai pembekalan ilmu pengetahuan (iptek),
hal tersebut terbukti dengan dikuranginya mutan bidang studi agama dan
akhlaq.
3. Dalam lingkungan pertemanan, seorang teman dekat yang biasa menjadi
kawan seperjuangan memiliki sifat yang kurang baik sehingga seorang anak
yang merasa dirinya dan temannya harus selalu satu tujuan meniru dan
mengikuti segala sesuatu yang dilakukan oleh temanya tersebut.
4. Dalam penggunaan waktu luang, seorang anak yang dalam masa peralihan
menuju dewasa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan memiliki kepriba-
dian yang senang terhadap hal-hal baru menggunakan waktu luangnya ter-
sebut untuk mencoba hal baru dengan niat utama hanya sekedar iseng men-
coba. Contohnya, seorang remaja yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
terhadap barang-barang haram seperti narkoba dan minuman-minuman ke-
ras mulai mencoba barang-barang haram tersebut karna rasa ingin tahu yang
sangat tinggi.
3. Pendidikan Islam Dalam Keluarga
11. 11
Dalam ajaran agama islam terdapat aturan-aturan dalam memberikan pendidi-
kan yang islami dalam sebuah keluarga, seperti pemberian Pendidikan Iman, Pendi-
dikan Moral, Pendidikan Jasmani, Pendidikan Akal dan Pendidikan Kejiwaan.
Dalam sebuah buku yang berjudul “Tarbiyatul Aulad Fil Islam”, Dr. Abdulah
Nashih Ulwan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan iman adalah
mengikat anak dengan dasar-dasar keimanan sejak ia mengerti, membiasakannya
dengan rukun islam sejak ia memahami, dan mengajarkan kepadanya dasar-dasar
syariat islam sejak usia dini.
Yang dimaksud dengan dasar-dasar syariat adalah segala yang berhubungan
dengan sistem atau aturan ilahi, dan ajaran-ajaran islam, berupa akidah, ibadah, ak-
hlak, perundang-undangan, peraturan, dan hukum.
Pemahaman yang menyeluruh tentang pendidikan iman ini hendaklah dida-
sarkan kepada wasiat-wasiat Rasulullah SAW. Sebagai berikut:
1. Membuka kehidupan anak dengan kalimat Laa Ilaaha Illallah
Al-hakim meriwayatkan dari Ibnu Abas r.a. dari Nabi SAW bahwa beliau ber-
sabda yang artinya: “ Bacakanlah kepada anak-anak kamu kalimat pertama Laa Ilaa-
ha Illallah (Tiada Tuhan selain Allah)”.
Maksudnya adalah agar kalimat tauhid dan syiar masuk islam itu menjadi
yang pertama masuk ke dalam pendengaran anak, kalimat pertama yang diucapkan
oleh lisannya dan lafal pertama yang dipahami anak.
Tentang ajaran mengumandangkan adzan di telinga kanan anak dan iqomat di
telinga kirinya. Jelas bahwa upaya ini mempunyai pengaruh terhadap dasar-dasar
akidah, tauhid, dan iman pada anak.
2. Mengenalkan hukum-hukum halal dan haram pada anak sejak dini.
Ibnu Jarir dan Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Abas r.a. yang artinya :
“ ajarkan mereka untuk taat kepada Allah dan takut berbuat maksiat kepada Allah
12. 12
serta suruh anak-anak kamu untuk menaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-
larangan. Karena hal itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka”.
Maksudnya adalah agar ketika anak akan membuka kedua matanya dan tum-
buh besar, ia telah mengenal perintah-perintah Allah, sehingga ia bersegera untuk
melaksanakannya, dan mengerti larangan-larangannya sehingga menjauhinya. Apabi-
la anak sejak memasuki masa baliq telah memahami hukum-hukum yang halal dan
haram, disamping telah mengenal hukum-hukum syariat, maka selanjutnya ia tidak
akan mengenal hukum-hukum dan undang-undang lain selain Islam.
3. Menyuruh anak untuk beribadah ketika telah memasuki usia tujuh tahun.
Al-Hakim dan Abu Daud meriwayatkan dari Ibnu Amr Bin Al-Ash r.a. dari
Rassulullah SAW. Bahwa beliau bersabda yang artinya: “ Perintahkan anak-anak
kamu menjalankan ibadah shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun. Terus jika
mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah mereka jika tidak mau melak-
sankannya dan pisahkanlah tempat tidur mereka. “
Maksudnya adalah agar anak dapat bisa mempelajari hukum-hukum ini se-
menjak masa pertumbuhannya. Sehingga ketika anak tumbuh besar, ia telah terbiasa
melakukan dan terdidik untuk menaati Allah, melaksanakan hakNya, bersyukur ke-
padaNya, kembali kepadaNya, berpegang teguh kepadaNya, bersandar kepadaNya,
dan berserah diri kepadaNya. Disamping itu anak akan mendapatkan kesucian rohani,
kesehatan jasmani, kebaikan akhlak, perkataan, dan perbuatan.
4. Mendidik anak untuk mencintai Rasul, keluarganya, dan membaca Al-Qur’an.
Ath-Thabrani meriwayatkan Ali r.a. bahwa Nabi SAW.Bersabda yang artinya
“ Didiklah anak-anakmu pada tiga hal: mencintai Nabi kamu, mencintai keluarganya,
dan membaca Al-Qur’an. Sebab orang-orang yang ahli Al-Qur’an itu berada dalam
lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain daripada perlin-
dunganNya beserta para Nabi-Nya dan orang-orang yang suci. “
Maksudnya adalah agar anak-anak mampu meneladani perjalanan hidup
orang-orang terdahulu, baik mengenai gerakan, kepahlawanan, maupun jihad mereka,
13. 13
agar mereka juga memiliki keterkaitan sejarah baik perasaan maupun kejayaannya,
dan juga agar mereka terikat dengan Al-Qur’an baik semangat metode maupun ba-
caannya.
Pendidikan yang perlu diberikan kepada anak setelah pendidikan iman adalah
pendidikan moral. pendidikan moral adalah serangkaian prinsip dasar moral dan keu-
tamaan sikap serta watak yang harus dimliki dan dijadikan kebiasaan anak semasa
pemula hingga ia menjadi seorang mukalaf, yakni siap mengarungi lautan kehidupan.
Jika sejak masa kanak-kanaknya ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak
pada landasan iman kepada Allah dan terdidik selalu takut, ingat, pasrah, meminta
pertolongan, dan berserah diri kepada-Nya, ia akan memiliki kemampuan dan bekal
pengetahuan di dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan, disamping terbisa
dengan sikap akhlak mulia. Sebab benteng pertahanan religius yang berakar pada hati
sanubarinya, kebiasaan mengingat Allah yang telah dihayati pada dirinya dan in-
strokpeksi diri yang telah menguasai seluruh pikiran dan perasaan, telah memisahkan
anak dari sikap-sikap jelek, kebiasaan-kebiasaan dosa, dan tradisi-tradisi jahiliyah
yang rusak. Bahwa setiap kebaikan akan diterima menjadi salah satu kebiasaan dan
kesenangan, dan kemuliaan akan menjadi akhlah dan sifat yang paling utama.
Selain itu agar seorang muslim dapat menjalankan tanggung jawabnya dalam kehidu-
pan ini, maka kesehatan jasmani atau fisiknya harus dijaga dengan benar. Panca in-
dranya harus menjalankan tugas-tugasnya sebaik mungkin. Sehingga, semua anggota
tubuhnya dapat berfungsi dan menjalankan tugas-tugasnya masing-masing, dan satu
sama lainnya saling menyesuikan diri. Karena, agama islam sangat menganjurkan
terwujudnya anggota tubuh manusia yang kuat, sehingga mampu menjalankan kewa-
jibannya ditengah-tengah masyarakat muslim. Dengan demikian, seorang mukmin
yang kuat tentunya lebih baik dan lebih disenangi Allah SWT. Daripada seorang
mukmin yang lemah.
Yang selanjutnya, setelah seorang anak diberi pendidikan Iman, Moral dan
Jasmani, seorang anak juga perlu diberi pendidikan akal. Yang dimaksud dengan
14. 14
pendidikan akal adalah membentuk pola pikir anak dengan segala sesuatu yang ber-
manfaat, seperti ilmu agama, kebudayaan, dan peradaban. Dengan demikian, pikiran
anak menjadi matang, bermuatan ilmu, kebudayaan, dan sebagainya. Pendidikan akal
merupakan penyadaran, pembudayaan dan pengajaran.
Islam sangat memperhatikan pendidikan akal karena akal merupakan kekua-
tan besar yang diberikan Allah SWT. kepada manusia. Islam telah meletakan konsep
yang benar bagi akal, agar hal tersebut digunakan untuk merenungkan dan memikir-
kan tanda-tanda kebesaran Allah, serta menghayati berbagai hikmah yang tersirat di
dalamnya
.Selain itu ada pula pendidikan kejiwaan. Pendidikan kejiwaan bagi anak di-
maksud adalah untuk mendidik anak semenjak mulai mengerti supaya bersikap berani
terbuka, mandiri, suka menolong, bisa mengendalikan amarah dan senang kepada se-
luruh bentuk keutamaan jiwa dan moral secara mutlak.
Sejak anak dilahirkan, Islam telah memerintahkan kepada orang tua untuk
mengajari dasar-dasar kesehatan jiwa yang memungkinkan ia dapat menjadi seorang
manusia yang berakal, berpikir sehat, bertindak penuh pertimbangan, dan berke-
mauan tinggi. Selain itu Islam juga memerintahkan kepada mereka untuk membe-
baskan anak dari setiap faktor yang menghalangi kemuliaannya, menghancurkan diri
dan kepribadiannya, serta menjadikan kehidupan dirinya dalam pandangan yang dili-
puti kedengkian, kebencian, dan ketidak gairahan. Adapun faktor-faktor terpenting
yang harus dihindarkan oleh orang tua dari anak-anaknya adalah sifat-sifat berikut:
a. Sifat minder
b. Sifat penakut
c. Sifat kurang percaya diri
d. Sifat dengki
e. Sifat pemarah.
15. 15
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah Study
kepustakaan, yakni mengumpulkan bahan dari buku-buku juga internet sebagai
sumber informasi.
B. Pembahasan
Anak adalah buah hati orang tua yang merupakan harapan masa depan. Oleh
karena itu, anak harus dipersiapkan agar kelak menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas, sehat, bermoral dan berkepribadian yang baik juga berguna bagi masya-
rakat.
Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat mempengaruhi kepribadian
anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui bagaimana cara men-
gasuh anak dengan baik sehingga terbentuklah kepribadian yang baik pula.
Kepribadian anak terbentuk dengan melihat dan belajar dari orang-orang dis-
ekitar anak. Orang tua adalah orang yang terdekat bagi anak dan mempunyai penga-
ruh yang sangat besar. Segala perilaku orang tua yang baik dan buruk akan ditiru oleh
anak. Oleh karena itu, orang tua perlu menerapkan sikap dan perilaku yang baik demi
pembentukan kepribadian anak yang baik.Pola asuh yang baik untuk pembentukan
kepribadian anak yang baik adalah pola asuh orang tua yang memprioritaskan kepen-
tingan anak, akan tetapi orang tua juga tetap mengendalikan anak, sehingga anak
yang juga hidup dalam mansyarakat dapat bergaul dengan lingkungan dan tentunya
terhindar dari pengaruh-pengaruh luar yang mungkin dapat merusak kepribadian-
nya.Kepibadian anak akan dapat dikendalikan oleh orang tua dengan menerapkan si-
kap-sikap yang baik dalam keluarga serta contoh atau tauladan dari orang tua. Orang
tua yang bisa dianggap teman oleh anak akan menjadikan kehidupan yang hangat da-
lam keluarga. Sehingga antara orang tua dan anak mempunyai keterbukaan dan saling
16. 16
memberi. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, gagasan, keingi-
nan, perasaan, serta kebebasan untuk menanggapi pendapat orang lain.
Anak-anak yang hidup dengan pola asuh yang demikian akan menghasilkan
karakteristik yang dapat mengontrol diri, mandiri, mempunyai hubungan baik dengan
teman, mampu menghadapi stres dan mempunyai minat terhadap hal-hal baru.
Pengasuhan anak perlu disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Per-
kembangan anak dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni faktor bawaan dan faktor lingkun-
gan.
Faktor bawaan merupakan sifat yang dibawa anak sejak lahir seperti sifat pe-
nyabar, pendiam, banyak bicara, cerdas atau tidak cerdas juga keadaan fisik seperti
warna kulit, bentuk hidung sampai rambut. Faktor bawaan tersebut merupakan wari-
san dari sifat Ibu dan Ayah atau pengaruh sewaktu anak berada dalam kandungan,
misalnya pengaruh gizi, penyakit dan lain-lain. Faktor bawaan dapat mempercepat,
mengahambat atau melemahkan pengaruh dari luar yang masuk dalam diri anak. Oleh
karna itu faktor bawaan memiliki peran yang cukup penting karna faktor tersebut juga
bisa di jadikan sebagai acuan perbandingan antara satu anak dengan anak yang lain-
nya.
Sementara itu Faktor lingkungan merupakan faktor dari luar diri anak yang
mempengaruhi proses perkembangan anak yang meliputi suasana dan cara pendidi-
kan dalam suatu lingkungan tertentu, seperti lingkungan rumah atau keluarga dan hal
lain seperti sarana prasarana yang tersedia, misalnya alat bermain atau lapangan ber-
main. Faktor lingkungan dapat merangsang berkembangnya fungsi tertentu dari da-
lam diri anak yang dapat menghambat atau mengganggu kelangsungan perkemban-
gan anak.Hakikat mengasuh anak adalah proses mendidik agar kepribadian anak da-
pat berkembang dengan baik, sehingga ketika dewasa, seorang anak dapat menjadi
pribadi yang bertanggung jawab.Pola asuh yang baik menjadikan anak berkepriba-
dian yang kuat, tidak mudah putus asa dan tangguh menghadapi tekanan hidup. Seba-
17. 17
liknya pola asuh yang salah menjadikan anak rentan terhadap stres, mudah terjerumus
pada hal-hal yang negatif.
Mendidik anak melibatkan seluruh aspek kepribadian anak baik jasmani, inte-
lektual, emosional, keterampilan, norma dan nilai-nilai. Hakikat mendidik anak meli-
puti pemberian kasih sayang dan rasa aman, sekaligus disiplin dan contoh yang baik.
Karenanya diperlukan suasana kehidupan keluarga yang stabil dan bahagia. Cara
mendidik anak pun harus sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan
anak sejak dalam kandungan sampai umur 6 tahun merupakan pondasi dalam mem-
bentuk kepribadian anak.
Dalam penerapan pola asuh guna mendidik anak, orang tua harus sangat ber-
hati-hati karna apabila pola asuh orang tua menyimpang atau berbeda dari pola asuh
pada umumnya akan berpengaruh pada penyesuaian pribadi dan sosial anak. Besar-
nya bahaya pola asuh orang tua yang menyimpang terhadap penyesuaian pribadi dan
sosial anak akan bergantung pada tiga kondisi yaitu:
1. Sikap sosial yang umum berlaku terhadap pola kehidupan keluarga yang
menyimpang akan mempunyai pengaruh kuat pada sikap teman sebaya.
Sikap sosial ini dipelajari anak dari orang tua dan orang dewasa lain dan
kemudian dijadikannya sikapnya sendiri.
2. Terdapatnya keragaman menurut kelompok sosial yang memberikan peni-
laian.
3. Mencoloknya pola asuh orang tua yang menyimpang yang mempengaruhi
anak dalampenyesuaian sosialnya.
Sikap Orang tua yang tidak mengerti dengan pribadi anaknya bisa disebut ju-
ga dengan kesalahan pola asuh orang tua. Contohnya seperti banyaknya orang tua
yang tidak mengizinkan anaknya bermain keluar, padahal anak itu perlu bermain. Da-
lam hal ini kecerdasan emosi anak sudah diredam oleh orang tuanya. Agar anak mau
tinggal di rumah, orang tua yang kemudian memberikan play station menjadikan
anaknya hanya bisa bermain dengan benda mati dan mengakibatkan anak tersebut
18. 18
menjadi tidak bisa berteman dengan individunya dan cenderung egois ketika ia mulai
berada di lingkungan masyarakat. Padahal akan lebih baik jika anak tersebut di biar-
kan bermain sepak bola dengan banyak temannya diluar sehingga akan muncul kerja
sama yang baik, sikap demokratis, disiplin dan mampu merasakan kalah-
menang.Orang tua perlu meminimalkan gaya pola asuh yang negatif pada anak. Me-
nurut Dr. Abdulah Nashih Ulwan dalam buku ”Tarbiyatul Aulad Fil Islam” ada lima
gaya asuh orang tua. Yang pertama adalah gaya asuh orang tua eksesif yang bisa dis-
ederhanakan dengan ungkapan, “Awas! Ayah/Ibu bisa jadi marah”. Kedua, gaya asuh
orang tua otoriter yang bisa dicontohkan dengan ungkapan, “Lakukan yang Ibu kata-
kan!”. Ketiga adalah gaya asuh orang tua cuek. Orang tua seperti ini dalam pola
asuhnya mengisyaratkan, “Lakukan apa yang kau inginkan!”. Keempat, gaya asuh
orang tua absen, yakni orang tua yang bertindak seolah mereka tidak ada, hal ini bi-
asanya karena orang tua yang sibuk bekerja. Seolah mereka mengatakan, “Tolong
jangan ganggu saya!”. dan yang terakhir adalah gaya asuh orang tua pelatih (coach)
yang menghadapi anaknya dengan gaya, “ungkapkan keinginan dan pandanganmu!”.
Selain pola asuh, sikap juga dapat mempengaruhi kepribadian anak. Ada be-
berapa sikap baik yang dapat mendukung pembentukan kepribadian anak antara lain:
a. Penanaman pekerti sejak dini
b. pendisiplinan anak sejak dini
c. Menyayangi anak secara wajar
d. Menghindari pemberian label ”malas” pada anak
e. Hati-hati dalam mendidik anak
C. Analisis
Anak-anak biasa belajar cara berinteraksi dengan orang lain dengan mencon-
toh, berbagi dan menjadi teman baik. Mereka juga mempelajari sikap, nilai, pre-
fensi pribadi dan beberapa kebiasaan dengan mengikuti contoh, termasuk cara
mengenali dan menangani emosi mereka. Seorang anak belajar banyak dari peri-
19. 19
laku mereka dengan mengamati dan meniru perilaku orang-orang disekitar mere-
ka.
Orang Tua adalah kelompok sosial pertama dengan siapa anak diidentifikasi-
kan, anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kelompok orang tua daripa-
da dengan kelompok sosial lainnya. Orang Tua merupakan orang yang paling berarti
dalam kehidupan anak selama tahun-tahun saat desas-desus kepribadian diletakkan,
dan pengaruh Orang Tua jauh lebih luas dibandingkan pengaruh kepribadian lainnya,
bahkan dengan lingkungan sekolah sekalipun. Betapa besar pengaruh Orang Tua pa-
da perkembangan kepribadian anak telah dinyatakan oleh seorang penulis tak berna-
ma dengan cara berikut:
1. Bila seorang anak hidup dengan kecaman, maka dia belajar mengutuk
2. Bila dia hidup dalam permusuhan, maka dia belajar berkelahi
3. Bila dia hidup dalam ketakutan, maka dia belajar menjadi penakut
4. Bila dia hidup dikasihani, maka dia belajar mengasihi dirinya
5. Bila dia hidup dalam toleransi, maka dia belajar bersabar
6. Bila dia hidup dalam kecemburuan, maka dia belajar merasa bersalah
7. Bila dia hidup diejek, maka dia belajar menjadi malu
8. Bila dia hidup dipermalukan, maka dia belajar yakin akan dirinya
9. Bila dia hidup dengan pujian, maka dia belajar menghargai
10. Bila dia hidup dengan penerimaan, maka dia belajar menyukai dirinya
11. Bila dia memperoleh pengakuan, maka dia belajar mempunyai tujuan
12. Bila dia hidup dalam kebijakan, maka dia belajar menghargai keadilan
13. Bila dia hidup dalam kejujuran, maka dia belajar menghargai kebenaran
14. Bila dia hidup dalam suasana aman, maak dia belajar percaya akan dirinya
dan orang lain.
Pengaruh keluarga pada perkembangan kepribadian bergantung sampai batas
tertentu pada tipe anak. Misalnya, seorang anak yang sehat akan sangat berbeda reak-
sinya terhadap perlindungan orang tua yang berlebihan dibandingkan dengan seorang
20. 20
anak yang sakit dan lemah.Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama
tahuntahun pertama, sangat menentukan seberapa jauh individu-individu berhasil
menyesuaikan diri dalam kehidupan ketika mereka bertambah tua. Kenyataan terse-
but menyiratkan betapa pentingnya dasar-dasar yang diberikan orang tua pada anak-
nya pada masa kanak-kanak. Karena dasar-dasar inilah yang akan membentuk kepri-
badian yang dibawa sampai masa tua.
Tidak dapat dipungkiri kesempatan pertama bagi anak untuk mengenal dunia
sosialnya adalah dalam keluarga. Didalam keluarga untuk pertama kalinya anak men-
genal aturan tentang apa yang baik dan tidak baik. Oleh karena itu, orang tua harus
bisa memberikan pendidikan dasar yang baik kepada anak-anaknya agar nantinya bi-
sa berkembang dengan baik.Kenyataan yang terjadi pada masa sekarang adalah ber-
kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya karena keduanya sama-sama beker-
ja. Hal tersebut mengakibatkan terbatasnya interaksi orang tua dengan anaknya. Kea-
daan ini biasanya terjadi pada keluarga-keluarga muda yang semuanya bekerja.
Anak-anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua
karena keduanya sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Sedangkan
anak pada usia ini sangat mambutuhkan perhatian lebih dari orang tua terutama untuk
perkembangan kepribadian. Anak yang ditinggal orang tuanya dan hanya tinggal
dengan seorang pengasuh yang dibayar orang tua untuk menjaga dan mengasuh, be-
lum tentu anak mendapatkan pengasuhan yang baik sesuai perkembangannya dari
seorang pengasuh.
Anak yang ditinggal kedua orang tuanya bekerja cenderung bersifat manja.
Biasanya orang tua akan merasa bersalah terhadap anak karena telah meninggalkan
anak seharian. Sehingga orang tua akan menuruti semua permintaan anak untuk me-
nebus kesalahanya tersebut tanpa berfikir lebih lanjut permintaan anak baik atau tidak
untuk perkembangan kepribadiaan anak selanjutnya. Kurangnya perhatiaan dari
orang tua akan mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar, baik dilingkungan
sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan orang tua pada saat mereka di rumah.
21. 21
Anak suka mengganggu temannya ketika bermain, membuat keributan di rumah dan
melakukan hal-hal yang terkadang membuat kesal orang lain. Semua perlakuan anak
tersebut dilakukan hanya untuk menarik perhatian orang lain karena kurangnya per-
hatian dari orangtua. Sedangkan orang tua yang tidak bekerja di luar rumah akan le-
bih fokus pada pengasuhan anak dan pekerjaan rumah lainnya. Anak sepenuhnya
mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan anak menjadi kurang mandiri, karena terbiasa dengan orang tua. Segala
yang dilakukan anak selalu dengan pangawasan orang tua. Oleh karena itu, orang tua
yang tidak bekerja sebaiknya juga tidak terlalu over protektif. Sehingga anak mampu
untuk bersikap mandiri.
Latar belakang pendidikan orang tuapun mempunyai pengaruh yang besar
terhadap pembentukan kepribadian anak. Orang tua yang mempunyai latar belakang
pendidikan yang tingi akan lebih memperhatikan segala perubahan dan setiap per-
kembangan yang terjadi pada anaknya. Orang tua yang berpendidikan tinggi umum-
nya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak dan bagaimana pengasuhan
orang tua yang baik sesuai dengan perkembangan anak khususnya untuk pembentu-
kan kepribadian yang baik bagi anak. Orang tua yang berpendidikan tinggi umumnya
dapat mengajarkan sopan santun kepada orang lain, baik dalam berbicara ataupun da-
lam hal lain.Berbeda dengan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan
yang rendah. Dalam pengasuhan anak umumnya orang tua kurang memperhatikan
tingkat perkembangan anak. Hal ini dikarenakan orang tua yang masih awam dan ti-
dak mengetahui tingkat perkembangan anak. Bagaimana anaknya berkembang dan
dalam tahap apa anak pada saat itu. Orang tua biasanya mengasuh anak dengan gaya
dan cara mereka sendiri. Apa yang menurut mereka baik untuk anaknya. Anak den-
gan pola asuh orang tua yang seperti ini akan membentuk suatu kepribadian yang ku-
rang baik.
Selain itu permasalahan ekonomi dalam keluarga juga merupakan masalah
yang sering dihadapi. Tanpa disadari bahwa permasalahan ekonomi dalam keluarga
22. 22
akan berdampak pada anak. Orang tua terkadang melampiaskan kekesalannya dalam
menghadapi permasalahan pada anak. Anak usia prasekolah yang belum mengerti
tentang masalah perekonomian dalam keluarga hanya akan menjadi korban dari orang
tua.Dalam pola asuh yang diberikan oleh orang tua yang tingkat perekonomiannya
menengah keatas dan orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah
berbeda.Orang tua yang tingkat perekonominnya menengah keatas dalam pengasu-
hannya biasanya orang tua memanjakan anaknya. Apapun yang diinginkan oleh anak
akan dipenuhi orang tua. Segala kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan kekayaan
yang dimiliki orang tua. Pengasuhan anak sebagian besar hanya sebatas dengan mate-
ri. Perhatian dan kasih sayang orang tua diwujudkan dalam materi atau pemenuhan
kebutuhan anak.
Anak yang terbiasa dengan pola asuh yang demikian, maka akan membentuk
suatu kepribadian yang manja, serba menilai sesuatu dengan materi dan tidak menu-
tup kemungkinan anak akan sombong dengan kekayaan yang dimiliki orang tua serta
kurang menghormati orang yang lebih rendah darinya. Sedangkan pada orang tua
yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah dalam cara pengasuhannya me-
mang kurang dapat memenuhi kebutuhan anak yang bersifat materi. Orang tua hanya
dapat memenuhi kebutuhan anak yang benar-benar penting bagi anak. Perhatian dan
kasih sayang orang tualah yang dapat diberikan. Anak yang hidup dalam perekono-
mian menengah kebawah terbiasa hidup dengan segala kekurangan yang dialami ke-
luarga. Sehingga akan terbentuk kepribadian anak yang mandiri, mampu menyelesai-
kan permasalahan dan tidak mudah stres dalam menghadapi suatu permasalahan, dan
anak dapat menghargai usaha orang lain. Pada kenyataannya terdapat juga anak yang
minder dengan keadaan ekonomi orang tua yang kurang. Oleh karena itu, peran orang
tua dalam hal ini sangat penting. Orang tua harus menyeimbangkan dengan pendidi-
kan agama pada anak. Sehingga anak mampu mensyukuri segala yang telah diberikan
oleh sang Pencipta
23. 23
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Keluarga sebagai untit sosial terkecil dalam masyarakat mempunyai peranan
yang sangat besar dalam mempengaruhi kehidupan dan perilaku anak.Kedudukan dan
fungsi keluarga dalam kehidupan manusia bersifat fundamental karena pada hakikat-
nya keluarga merupakan wadah pembentukan akhlak.
Tempat perkembangan anak semenjak anak dilahirkan sampai proses pertum-
buhan dan perkembangannya baik jasmani maupun rohani adalah lingkungan keluar-
ga, oleh karena itu didalam keluarga orang tua merupakan tempat penanaman perta-
ma akhlak karimah bagi semua anggota keluarga termasuk terhadap anak.
Orang tua merupakan lingkungan pertama bagi anak yang sangat berperan
penting dalam setiap perkembangan anak khususnya perkembangan kepribadian
anak. Oleh karena itu, diperlukan cara yang tepat untuk mengasuh anak sehingga ter-
bentuklah suatu kepribadian anak yang diharapkan oleh orang tua sebagai harapan
masa depan. Pola asuh yang baik untuk pembentukan kepribadian anak adalah pola
asuh orang tua yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tetap dengan
pengawasan dan pengendalian orang tua. Sehingga terbentuklah karakteristik anak
yang dapat mengontrol diri, mandiri, mempunyai hubungan yang baik dengan teman,
mampu menghadapi stres dan mempunyai minat terhadap hal-hal baru.
Pola asuh orang tuapun sangat mempengaruhi setiap kepribadian yang telah terben-
tuk. Segala gaya atau model pengasuhan orang tua akan membentuk suatu kepriba-
dian yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh orang tua.
Sikap orang tua yang dapat mendukung dalam pembentukan kepribadian anak
antara lain:
1. Penanaman pekerti sejak dini
2. Mendisiplinkan anak
24. 24
3. Menyayangi anak secara wajar
4. Menghindari pemberian label “malas” pada anak
5. Hati-hati dalam menghukum anak
Dalam cara pengasuhan orang tua yang bekerja dan orang tua yang tidak be-
kerja berbeda. Begitu pula dengan gaya pengasuhan orang tua yang mempunyai pen-
didikan yang tinggi dan orang tua yang mempunyai pendidikan yang rendah. Dan ju-
ga pola asuh orang tua yang tingkat perekonomian menengah keatas dan orang tua
yang perekonomiannya menengah kebawah. Masing-masing pola asuh yang telah di-
berikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar tehadap pembentukan kepriba-
dian anak.
B. Rekomendasi
1. Kepada para orang tua agar kiranya dapat menciptakan kenyamanan,
ketenangan, kesejahteraan, keakraban, dan kasih sayang di dalam keluarga
serta dapat menanamkan nilai-nilai agama kepada anggota keluarga, agar
tercipta keluarga yang diridhai Allah dan Rasul-Nya.
2. Hendaklah para orang tua menjadi tauladan yang baik untuk anak-
anaknya.
3. Semua perilaku orang tua yang baik atau buruk akan ditiru oleh anak, oleh
karena itu perlunya orang tua untuk menjaga setiap perilakunya sehingga
anak akan meniru sikap positif dari orang tua
4. Diharapkan para orang tua dapat mencegah anak-anaknya untuk tidak ter-
jerumus oleh dampak negative globalisasi.
5. Pola asuh orang tua harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak pa-
da saat itu, ada kalanya orang tua bersikap demokratis, ada kalanya juga
harus bersikap otoriter, ataupun bersikap permisif.
6. Para calon orang tua hendaknya dibekali pengetahuan tentang anak dan
keluarga.
25. 25
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Mhudy, 20 Kesalahan dalam Mendidik Anak, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2013)
Syakir,Muhammad.(1994).Kepada anakku:’Selamatkan Akhlakmu’.Jakarta
Tarbiyatui Aulad fil Islam “Pendidikan Anak Dalam Islam”, Prof Abdullah-
Nasih Ulwan.
Kamaruddin Sapa BA. Psikologi Kepribadian dan Ulama. Jenepotno: Tamala-
tea, E. 2014.
www.google.com
mhudysangkarya.bloggers.com
http://psikologi-tentang-bimbingan-orang-tua-dalam-membina-akhlak-anak-
usia-pra-sekolah-di-lingkungan-keluarga/
http://muazarhabibiupi.com/bab2/
http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=534
http://rumahbelajarpisikologi.com/index.php
http://peran-orang-tua-dalam-pembentukan-karakter-dan-mardiya/
http://pola-pola-asuh-orangotua-terhadap-anak/
http://memahami-pendidikan-anak-usia-dini/
http://ebook/pisikologi-anak/
http://ebook/TarbiyatuiAuladFilIslam-ProfAbdullah/