SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  7
Tugas Makalah
Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Linguistik Kognitif

Dibuat oleh:
Nensy Megawati Simanjuntak, S.Pd, M.Pd.
17070956010
PRODI S3 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
PASCASARJANA
UNIVERISTAS NEGERI SURABYA
TAHUN AJARAN 2017-2018
A. Pendahuluan
Lahirnya linguistik kognitif tak bisa dipisahkan dari teori kognisi yang dikembangkan sekitar
tahun 1960 hingga 1990 . Oleh sebab itu perlu memahami beberapa pengertian mengenai
teori kognisiini.
Herbert A. Dan Craig A.Kaplan mendefinisikan teori kognisi sebagai “ilmu mengenai
inteligensi dan proses komputasinya”. Teori ini menekankan pada proses dan
menggambarkannya sebagai suatu model berpikir melalui tatakerja seperangkat aturan dan
jaringan otak. Sebagai model baku, kognisi meliputi memori jangka pendek yang dicirikan
dengan akses yang cepat dan kapasitas yang terbatas sedangkan memori jangka
panjang memiliki fungsi pengelolaan secara asosiatif dengan kapasitas tak terbatas. Model
ini memiliki berbagai macam versi yang biasanya dengan fungsi-fungsi dan komponen yang
lebih khusus, misalnya merujuk adanya “ informasi deklaratif”, “informasi prosedural”,
“jaringan diskriminasi”, dll. Model semacam ini dikritik karena ketidakjelasannya
sehubungan dengan kemampuan berbahasa yang terlalu digeneralisasi.
Howard Gardner (1985) mendefinisikan ilmu kognisi sebagai “ upaya empiris dan
kontemporer untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologis lama –khususnya yang
berhubungan dengan hakikat pengetahuan, konmponen-kmponennya, sumber-sumbernya,
perkembangannya, dan penyebarannya.” Definisi ini menjadi semacam payung yang
menaungi berbagai disiplin atau kajian sehubungan dengan ilmu kognisi. Gardner
mempersempit pengertian ilmu kognisi sebagai “ kajian terhadap representasi
mental” sehingga hanya meliputi simbol-simbol, skema, citra, ide, dan bentuk representasi
lainya.
Teori representasi ini yang mendorong munculnya linguistik kognitif. Wallace Chafe (1990)
menyatakan bahwa manusia mampu berhubungan dengan lingkungannya karena
kemampuannya untuk berimajinasi, yakni menciptakan representasi tentang dunia sekitarnya,
dan merepresentasikan dirinya sendiri di tengah dunia. Langacker dan Lakkof
menyampaikan bahwa bahasa mengungkapkan representasi mental atau ide-ide yang koheren
apa pun namanya. Lakkof pernah menggunakan istilah “experiential gestalt”, lalu
mengajukan istilah “Idealized Cognitive Models”(ICMs), yang didefinisikan sebagai “ suatu
gestalt yang terstruktur secara utuh dan kompleks, yang menerapkan empat prinsip
strukrurisasi—struktur proposisional, struktur pencitraan skematik, pemetaan metaforis, dan
pemetaan metonimik. Dengan demikian, teori representasi Gardner sejalan dengan teori
linguistik kognitif yang disampaikan Lakkof dan Langacker. Mereka berfokus pada
reprsentasi imajinatif yang koheren dan terstruktur.
Linguistik kognitif berhasil memadukan berbagai cabang linguistik konvensial seperti
fonologi, sintaksis, semantik, dan wacana dengan menggunakan seperangkat prinsip yang
sama. Dengan demikian, linguistik kognitif memperlakukan bahasa tidak sebagai level-level
yang kaku ( morfemàleksim àfrase àklausa), namun sebagai kategori-kategori yang
bersambungan secara mulus. Linguistik kognitif memberikan pendekatan yang bersifat
sintetik yang mengakomodasi semua kategori dalam linguistik.
Salah satu pendekatan dalam linguistik kognitif adalah konsep koneksi dan paralel. Dalam
konsep ini, pikiran dipandang sebagai jaringan neuron yang semuanya terlibat dalam interaksi
resiprokal melalui koneksi-koneksi dengan neuron dan lapisan neuron sekitarnya. Keadaan
mental tertentu merupakan suatu konfigurasi global yang memiliki fungsi membentuk pola-
pola baru atau bentukan lingkungan, termasuk proses persepsi langsung. Karena makna
didefinisikan sebagai keadaan mental secara global dari jaringan (konsep koneksi), bukan
kombinasi simbol, maka ada kesulitan sehubungan dengan proses simbolik seperti yang
terjadi dalam berbahasa. Solusinya adalah memandang simbol sebagai”properti yang lebih
tinggi “ yang diejawantahkan melalui sistem yang mendasarinya. Dengan demikian, makna
dan simbol bersifat relatif terhadap tingkat global pikiran. Makna simbol akan ditetapkan
pada tingkat bisa memenuhi keadaan jaringan neural, namun karena jaringan neural
mengalami perubahan terus-menerus, maka tak ada dua penggunaan simbol yang identik
secara tegas.
Para linguis kognitif telah memberikan sumbangan penting bagi pemahaman mengenai
kebudayaan dan cara memandang dunia ( world view), khususnya melalui kajian sistem
metafor.
Linguistik kognitif juga menjelaskan koneksi antara bahasa dan berpikir
( reasoning). Berpikir adalah proses imajinatif berdasar manipulasi mental dari model-model
kognitif yang imagistik serta skema-skema mengenai ruang, daya, perspektif, tindak sosial,
demikian juga logika mekanistik dari postulat verbal, proposisi formal, dan silogisme (
Lakkof:1988). Dalam arti ini, berpikir tidak seluruhnya melalui bahasa, namun dilakukan
melalui kerangka linguistik.
Karena cara memandang dunia terdiri dari model kognitif dan skema, maka bahasa dan cara
memandang dunia saling mempengaruhi melalui proses berpikir. Namun demikian berpikir
melalui bahasa dalam hubungan sosial bisa ditunjukkan berdasarkan konsep-konsep non-
imagistik, rumusan linguistik atau skema proposisi sehingga konsep –konsep tersebut bisa
dipandang sebagai salah satu kutub yang paling abstrak dari kontinuum skematik yang
memiliki gambaran citraan paling kongkret dan spesifik pada kutub lainnya.
Linguistik kognitif juga memberi manfaat bagi antropologi untuk kajian bidang nomenklatur,
saling pengaruh antara bahasa dan budaya, serta hubungan antara bahasa dan berpikir. Topik-
topik linguistik tradisional seperti fonologi, morfologi, sintak, sosiolinguistik, dan
wacana bisa dikaji dalam kerangka linguistik kognitif yang memiliki relevansinya dengan
antropologi.
B. Azas-azas Linguistik Kognitif
Linguistik kognitif memandang bahwa bahasa berkaitan erat dengan mekanisme kognitif
manusia. Oleh karena itu, sebagian besar teorinya berazaskan pada berbagai konsep
psikologi, seperti psikologi persepsi, psokologi kognitif, dan psikologi gestalt. 2. Psikologi
gestalt: totalitas adalah bukan merupakan penjumlahan belaka dari setiap elemen yang ada,
melainkan merupakan satu kesatuan yang utuh dengan ciri dan karakter totalitasnya. 3. Teori
gestal dikenal ada dua macam, yaitu gestalt secara ruang (lokal) dan gestalt secara waktu
(temporal). Bentuk wujud suatu benda atau tempat merupakan gestalt secara ruang,
sedangkan alunan lagu, melodi, atau kalimat merupakan gestalt temporal. 4. Kalimat menurut
gestalt, bukan hanya sekedar penggabungan atau penjumlahan sederetan kata-kata saja,
melainkan merupakan totalitas dari setiap kata yang memiliki ciri dan fungsi yang
terorganisir, sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh. 5. Teori ingatan menurut
Gestalt, berlangsung melalui hukum asosiasi dan reproduksi. Jika suatu stimulus muncul satu
atau beberapa kali dalam bentuk elemen-elemen dari gestalt (totalitas) dalam kesadaran
manusia, kemudian salah satu di antaranya muncul kembali, maka cenderung untuk
memunculkan totalitasnya dalam kesadaran tersebut. 6. Suatu kata dalam kalimat akan lebih
jelas maknanya, daripada kata tersebut berdiri sendiri. Dalam mempelajari huruf Kanji
bahasa Jepang, akan lebih mudah jika diingat dalam bentuk kata atau kalimat daripada
mengingat huruf satu persatu, karena kata atau kalimat tersebut merupakan suatu gestalt.
C. Penerapan Konsep Figure (figure) dan Ground (latar)
Salah satu asumsi dalam aliran gestalt, yaitu tentang organisasi persepsi yang dikenal dengan
hukum kesadaran. Ditegaskan bahwa dalam menafsirkan suatu stimulus ada kecenderungan
untuk mengambil sesuatu yang paling mudah dan paling memungkinkan. Di antaranya,
melalui konsep figure (gambar) dan ground (latar). Untuk kedua istilah tersebut, penulis
menggunakan figur dan latar. Gambar di atas bisa ditafsirkan dua macam, yaitu gambar trofi
dan gambar dua sosok wajah yang berhadapan. Jika kita memandang bagian yang hitam
sebagai pusat perhatian kita, maka akan nampak gambar sebuah trofi. Gambar trofi ini
dijadikan 3 sebagai figur, sedangkan bagian yang putih sebagai latar-nya. Sebaliknya jika
fokus kita tujukan pada bagian yang putih, maka yang nampak adalah gambar dua wajah
yang sedang berhadapan. Gambar dua wajah tersebut dijadikan sebagai figur, sedangkan
bagian yang hitamnya merupakan latar-nya. Kita tidak mungkin melihat kedua-duanya baik
sebagai figur ataupun sebagai latar secara bersamaan. Konsep figur dan latar juga mewarnai
aliran linguistik kognitif, seperti dalam menafsirkan suatu kalimat dari sudut padang yang
berbeda. Salah satu pandangan dari linguistik kognitif, bahwa makna suatu kata (dalam suatu
bahasa) bukan hanya ditentukan oleh objek yang menjadi refensinya saja, melainkan
pemahaman penutur (pengguna baha tersebut) terhadap objek tersebut berperan penting. Oleh
karena itu, dalam menjelaskan fenomena bahasa, penghayatan dan pemahaman secara
subjektif tentang konsep figur dan latar sangatlah bermanfaat. Dalam pengkajian fenomena
bahasa bisa dijabarkan bahwa, figur merupakan sesuatu yang bergerak, atau yang dapat
bergerak, menjadi fokus dan mudah diperhatikan; sedangkan latar merupakan suatu standar
untuk menentukan letak suatu figur, sifatnya statis, dan objeknya belum terpilah-pilahkan.
D. Model Pengkajian Kosakata
Linguistik kognitif memandang bahwa semua struktur bahasa merupakan suatu lambang,
sehingga pada setiap bentuk bahasa dianggap mempunyai makna, dan tidak ada bentuk tanpa
makna. Sumbangan linguistik kognitif terhadap penelitian kata sangat besar terutama dalam
mendeskripsikan makna kata dalam semantik kognitifnya. Manusia dalam memahami sesuatu
yang baru yang belum diketahui, biasanya dilakukan melalui berbagai pengasosiasian dengan
hal-hal telah diketahuinya. Asosiasi dilakukan untuk lebih mempermudah pemahaman dan
penguatan dalam ingatan. Misalnya, dengan cara membandingkan kesamaan atau kemiripan
antara sesuatu hal dengan hal yang lain yang sudah diketahui; atau melalui pengkategorian,
menghubungkan kedekatan, baik secara ruang maupun waktu antara satu hal dengan yang
lainnya. Hal seperti ini diterapakn dalam mendeskripsikan suatu kata. Misalnya, dengan
digunakannya gaya bahasa (比喩: metafora, metonimi, sinekdoke) dalam mendeskripsikan
kata yang berpolisemi. Linguistik kognitif memandang bahwa, makna suatu kata terutama
dalam polisemi tidak muncul begitu saja, melainkan pasti ada yang memotivasi dan
melatarbelakanginya. Apakah muncul karena pengaruh perkembangan jaman, perubahan
sosial, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, diyakini munculnya makna 5 baru
dalam suatu kata pasti ada pendorongnya. Misalnya, kata mencium mulai dari mencium bau,
mencium kening, sampai pada mencium perbuatan serong pasti ada sesuatu yang
memotivasinya, dan bentuk hubungan makna-makna tersebut bisa dideskripsikan. Untuk
mendeskripsikan hubungan antarmakna dalam polisemi, bisa melalui gaya bahasa. Lakkof
dan Johson (1980) telah mencobanya dalam Metaphors We Live By, Lakkof (1987) dalam
Women, Fire, and dangerous Thing: What Categories Reveal about the Mind, dan yang
lainnya, dengan menggunakan gaya bahasa metafora, metonimi, dan image schema.
Sementara Langacker mendeskripsikannya melalui teori prototype dan schema-nya. Hal ini
diikuti pula oleh para ahli linguistik Jepang seperti Tanaka Shigenori (1991), Yamanashi
(1995, 2000), Kawakami Seiyaku (1996), Momiyama (1997) dan yang lainnya. Momiyama
(1997 dan 1998) menggunakan gaya bahasa metafora, metonimi, dan sinekdoke dalam
mendeskripsikan hubungan makna polisemi.
E. Penutup
Demikian beberapa sumbangan pemikiran dari aliran linguistik kognitif (ninchi gengogaku) dalam
mendeskripsikan bahasa, yaitu dengan menggunakan gaya bahasa dalam hubungan antarmakna
dalampolisemi.Ketigajenisgayabahasa(metafora,metonimi,sinekdoke) tersebut telah menyusup
ke dalam kehidupan berbahasa kita semua. Sumber data mengacu pada bahasa yang digunakan
secara nyata (jitsuei) sebagai satuan dari parole.
Kepustakaan
Friedrich Ungerer & Hans-Jorg Schmid (1998), Ninchi Gengogaku Nyuumon, Tokyo: Taishuukan
Shoten, (Diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang oleh Ikegami Yoshihiko dkk. dari buku: An
Introduction to Cognitive Linguistics, (1996) by Addision Wesley Longman Limited).
Nishimura Yoshiki (1998), Ninchi Bunpou to seisei Bunpou, dalam Jurnal: Gekkan Gengo, Edisi
Nopemper 1998, hal: 49-55).
Ronald W. Langacker (1987), Foundations of Cognitive Grammar (Volume 1), California: Stanford
University Press. Rudzka-Ostyn (ed.) (1988), Topics in Cognitive Linguistics, Amsterdam: John
Benyamins.
Sato Nobuo (1998), Retorikku Kankaku, Tokyo: Koudansha Gakujutsu Bunko, terbitan ke-11. Seto
Ken-ichi (1995), Kuukan no Retoriiku, Tokyo: Kaimeisha.
___________ (1997), Ninshiki no Retorikku, Tokyo: Kaimeisha. Sutedi Dedi (2001), Makna Polisemi
Verba KUDARU, dalam Media Komunkasi ASPBJI Korwil Jabar, Edisi April 2001, hal 22-25. Tanaka
Shigenori (1990), Ninchi Imiron (Eigo Doushi no Tagi no Kouzou), Tokyo: Sanyuusha Shuppan.
Yamanashi Masaaki (1988), Ninchi Gengogaku no Kenkyuu Puroguramu, dalam Jurnal: Gekkan
Gengo, Edisi Novemper 1998, hal: 20-29).
_____________(1997), Ninchi Bunpouron, Tokyo: Hitsuji Shobou.
_____________(1998, terbitan ke-5), Hiyu to Rikai, Tokyo: Tokyo Daigaku Shuppankai.
_____________(2000), Ninchi Gengogaku Genri, Tokyo: Kuroshio Shuppan. Yoshimura Kimihiro
(1995), Ninchi Imiron no Houhou (Keiken to Douki no Gengogaku), Tokyo: Jinbu Shoin.

Contenu connexe

Tendances

Filsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiFilsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : Ontologi
Hosyatul Aliyah
 
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna SemantikMemahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Yudha Fadillah
 
Bahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatif
Bahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatifBahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatif
Bahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatif
idapurnama7475
 

Tendances (20)

Hipotesis
HipotesisHipotesis
Hipotesis
 
Filsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiFilsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : Ontologi
 
Filsafat peluang dalam ilmu
Filsafat peluang dalam ilmuFilsafat peluang dalam ilmu
Filsafat peluang dalam ilmu
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
 
VALIDITAS DAN RELIABILITA INSTRUMEN
VALIDITAS DAN RELIABILITA INSTRUMENVALIDITAS DAN RELIABILITA INSTRUMEN
VALIDITAS DAN RELIABILITA INSTRUMEN
 
Pengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKA
Pengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKAPengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKA
Pengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKA
 
Presentasi Sidang Skripsi - Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Presentasi Sidang Skripsi - Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaPresentasi Sidang Skripsi - Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Presentasi Sidang Skripsi - Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
 
Fenomenologis
FenomenologisFenomenologis
Fenomenologis
 
Dimensi Epistemologi
Dimensi EpistemologiDimensi Epistemologi
Dimensi Epistemologi
 
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori Psikolinguistik
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori PsikolinguistikKelompok 1 Psikolinguistik - Teori Psikolinguistik
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori Psikolinguistik
 
Filsafat hidup
Filsafat hidupFilsafat hidup
Filsafat hidup
 
Kebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme BudayaKebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
 
Konsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisiKonsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisi
 
Pancasila sebagai sistem filsafat kel.5
Pancasila sebagai sistem filsafat kel.5Pancasila sebagai sistem filsafat kel.5
Pancasila sebagai sistem filsafat kel.5
 
Persepsi Sosial
Persepsi SosialPersepsi Sosial
Persepsi Sosial
 
Proses Pembubuhan Afiks dalam Morfologi
Proses Pembubuhan Afiks dalam MorfologiProses Pembubuhan Afiks dalam Morfologi
Proses Pembubuhan Afiks dalam Morfologi
 
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna SemantikMemahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
 
Bahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatif
Bahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatifBahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatif
Bahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatif
 
Performansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi ChomskyPerformansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi Chomsky
 
Presentasi ontologi
Presentasi ontologiPresentasi ontologi
Presentasi ontologi
 

Similaire à LINGUISTIK KOGNITIF-MAKALAH

Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysis
juniato
 
Paper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse AnalysisPaper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse Analysis
juniato
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysis
juniato
 
New microsoft office word document
New microsoft office word documentNew microsoft office word document
New microsoft office word document
Fajar Pambudi
 
Ilmu bahasa, antropologi, dan kognitif
Ilmu bahasa, antropologi, dan kognitifIlmu bahasa, antropologi, dan kognitif
Ilmu bahasa, antropologi, dan kognitif
Heidy Kaeni
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3
Laila Mohd Sarjan
 

Similaire à LINGUISTIK KOGNITIF-MAKALAH (20)

Makalah Discourse analysis
 Makalah Discourse analysis Makalah Discourse analysis
Makalah Discourse analysis
 
Semantik sem.6
Semantik sem.6Semantik sem.6
Semantik sem.6
 
Semantik sem.6
Semantik sem.6Semantik sem.6
Semantik sem.6
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysis
 
Paper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse AnalysisPaper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse Analysis
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysis
 
Ferdinand de Saussure
Ferdinand de SaussureFerdinand de Saussure
Ferdinand de Saussure
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - WordPresentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
 
Presentasi Aliran Linguistik Tagmemik
Presentasi Aliran Linguistik TagmemikPresentasi Aliran Linguistik Tagmemik
Presentasi Aliran Linguistik Tagmemik
 
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikPengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
 
New microsoft office word document
New microsoft office word documentNew microsoft office word document
New microsoft office word document
 
semantik dalam bahasa indonesia
semantik dalam bahasa indonesiasemantik dalam bahasa indonesia
semantik dalam bahasa indonesia
 
Linguistik kognitif
Linguistik kognitifLinguistik kognitif
Linguistik kognitif
 
makalah Transformasi generatif
makalah Transformasi generatif makalah Transformasi generatif
makalah Transformasi generatif
 
Definisi analisis wacana
Definisi analisis wacanaDefinisi analisis wacana
Definisi analisis wacana
 
Ilmu bahasa, antropologi, dan kognitif
Ilmu bahasa, antropologi, dan kognitifIlmu bahasa, antropologi, dan kognitif
Ilmu bahasa, antropologi, dan kognitif
 
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronik
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronikLinguistik sinkronik dan linguistik diakronik
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronik
 
Esensial Sesi 2 Semantik.pptx
Esensial Sesi 2 Semantik.pptxEsensial Sesi 2 Semantik.pptx
Esensial Sesi 2 Semantik.pptx
 
Morfologi 2 april-2019 isi
Morfologi 2 april-2019 isiMorfologi 2 april-2019 isi
Morfologi 2 april-2019 isi
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3
 

Plus de Nancy Rothstein (16)

LINGUISTIK KOGNITIF
LINGUISTIK KOGNITIFLINGUISTIK KOGNITIF
LINGUISTIK KOGNITIF
 
LINGUISTIK KOGNITIF-NENSY MEGAWATI SIMANJUNTAK
LINGUISTIK KOGNITIF-NENSY MEGAWATI SIMANJUNTAKLINGUISTIK KOGNITIF-NENSY MEGAWATI SIMANJUNTAK
LINGUISTIK KOGNITIF-NENSY MEGAWATI SIMANJUNTAK
 
Proposal tesis new bba 1 3. docx
Proposal tesis new bba 1 3. docxProposal tesis new bba 1 3. docx
Proposal tesis new bba 1 3. docx
 
Drama ibsen
Drama ibsenDrama ibsen
Drama ibsen
 
Semiotika manusia berkepala binatang djenar maesa ayu
Semiotika manusia berkepala binatang djenar maesa ayuSemiotika manusia berkepala binatang djenar maesa ayu
Semiotika manusia berkepala binatang djenar maesa ayu
 
Rpp ta
Rpp taRpp ta
Rpp ta
 
Puisi nensy
Puisi nensyPuisi nensy
Puisi nensy
 
Kata pengantar new
Kata pengantar newKata pengantar new
Kata pengantar new
 
Kajian maut dan cinta new
Kajian maut dan cinta newKajian maut dan cinta new
Kajian maut dan cinta new
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
Daftar isi new
Daftar isi newDaftar isi new
Daftar isi new
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Menulis sebagai proses
Menulis sebagai prosesMenulis sebagai proses
Menulis sebagai proses
 
Kalimat berpelengkap
Kalimat berpelengkapKalimat berpelengkap
Kalimat berpelengkap
 
Maksud dan penulisan kalimat
Maksud dan penulisan kalimatMaksud dan penulisan kalimat
Maksud dan penulisan kalimat
 
Rima dalam puisi
Rima dalam puisiRima dalam puisi
Rima dalam puisi
 

Dernier

Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Dernier (20)

Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 

LINGUISTIK KOGNITIF-MAKALAH

  • 1. Tugas Makalah Mata Kuliah Metodologi Penelitian Linguistik Kognitif Dibuat oleh: Nensy Megawati Simanjuntak, S.Pd, M.Pd. 17070956010 PRODI S3 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA PASCASARJANA UNIVERISTAS NEGERI SURABYA TAHUN AJARAN 2017-2018
  • 2. A. Pendahuluan Lahirnya linguistik kognitif tak bisa dipisahkan dari teori kognisi yang dikembangkan sekitar tahun 1960 hingga 1990 . Oleh sebab itu perlu memahami beberapa pengertian mengenai teori kognisiini. Herbert A. Dan Craig A.Kaplan mendefinisikan teori kognisi sebagai “ilmu mengenai inteligensi dan proses komputasinya”. Teori ini menekankan pada proses dan menggambarkannya sebagai suatu model berpikir melalui tatakerja seperangkat aturan dan jaringan otak. Sebagai model baku, kognisi meliputi memori jangka pendek yang dicirikan dengan akses yang cepat dan kapasitas yang terbatas sedangkan memori jangka panjang memiliki fungsi pengelolaan secara asosiatif dengan kapasitas tak terbatas. Model ini memiliki berbagai macam versi yang biasanya dengan fungsi-fungsi dan komponen yang lebih khusus, misalnya merujuk adanya “ informasi deklaratif”, “informasi prosedural”, “jaringan diskriminasi”, dll. Model semacam ini dikritik karena ketidakjelasannya sehubungan dengan kemampuan berbahasa yang terlalu digeneralisasi. Howard Gardner (1985) mendefinisikan ilmu kognisi sebagai “ upaya empiris dan kontemporer untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologis lama –khususnya yang berhubungan dengan hakikat pengetahuan, konmponen-kmponennya, sumber-sumbernya, perkembangannya, dan penyebarannya.” Definisi ini menjadi semacam payung yang menaungi berbagai disiplin atau kajian sehubungan dengan ilmu kognisi. Gardner mempersempit pengertian ilmu kognisi sebagai “ kajian terhadap representasi mental” sehingga hanya meliputi simbol-simbol, skema, citra, ide, dan bentuk representasi lainya. Teori representasi ini yang mendorong munculnya linguistik kognitif. Wallace Chafe (1990) menyatakan bahwa manusia mampu berhubungan dengan lingkungannya karena kemampuannya untuk berimajinasi, yakni menciptakan representasi tentang dunia sekitarnya, dan merepresentasikan dirinya sendiri di tengah dunia. Langacker dan Lakkof menyampaikan bahwa bahasa mengungkapkan representasi mental atau ide-ide yang koheren apa pun namanya. Lakkof pernah menggunakan istilah “experiential gestalt”, lalu mengajukan istilah “Idealized Cognitive Models”(ICMs), yang didefinisikan sebagai “ suatu gestalt yang terstruktur secara utuh dan kompleks, yang menerapkan empat prinsip strukrurisasi—struktur proposisional, struktur pencitraan skematik, pemetaan metaforis, dan
  • 3. pemetaan metonimik. Dengan demikian, teori representasi Gardner sejalan dengan teori linguistik kognitif yang disampaikan Lakkof dan Langacker. Mereka berfokus pada reprsentasi imajinatif yang koheren dan terstruktur. Linguistik kognitif berhasil memadukan berbagai cabang linguistik konvensial seperti fonologi, sintaksis, semantik, dan wacana dengan menggunakan seperangkat prinsip yang sama. Dengan demikian, linguistik kognitif memperlakukan bahasa tidak sebagai level-level yang kaku ( morfemàleksim àfrase àklausa), namun sebagai kategori-kategori yang bersambungan secara mulus. Linguistik kognitif memberikan pendekatan yang bersifat sintetik yang mengakomodasi semua kategori dalam linguistik. Salah satu pendekatan dalam linguistik kognitif adalah konsep koneksi dan paralel. Dalam konsep ini, pikiran dipandang sebagai jaringan neuron yang semuanya terlibat dalam interaksi resiprokal melalui koneksi-koneksi dengan neuron dan lapisan neuron sekitarnya. Keadaan mental tertentu merupakan suatu konfigurasi global yang memiliki fungsi membentuk pola- pola baru atau bentukan lingkungan, termasuk proses persepsi langsung. Karena makna didefinisikan sebagai keadaan mental secara global dari jaringan (konsep koneksi), bukan kombinasi simbol, maka ada kesulitan sehubungan dengan proses simbolik seperti yang terjadi dalam berbahasa. Solusinya adalah memandang simbol sebagai”properti yang lebih tinggi “ yang diejawantahkan melalui sistem yang mendasarinya. Dengan demikian, makna dan simbol bersifat relatif terhadap tingkat global pikiran. Makna simbol akan ditetapkan pada tingkat bisa memenuhi keadaan jaringan neural, namun karena jaringan neural mengalami perubahan terus-menerus, maka tak ada dua penggunaan simbol yang identik secara tegas. Para linguis kognitif telah memberikan sumbangan penting bagi pemahaman mengenai kebudayaan dan cara memandang dunia ( world view), khususnya melalui kajian sistem metafor. Linguistik kognitif juga menjelaskan koneksi antara bahasa dan berpikir ( reasoning). Berpikir adalah proses imajinatif berdasar manipulasi mental dari model-model kognitif yang imagistik serta skema-skema mengenai ruang, daya, perspektif, tindak sosial,
  • 4. demikian juga logika mekanistik dari postulat verbal, proposisi formal, dan silogisme ( Lakkof:1988). Dalam arti ini, berpikir tidak seluruhnya melalui bahasa, namun dilakukan melalui kerangka linguistik. Karena cara memandang dunia terdiri dari model kognitif dan skema, maka bahasa dan cara memandang dunia saling mempengaruhi melalui proses berpikir. Namun demikian berpikir melalui bahasa dalam hubungan sosial bisa ditunjukkan berdasarkan konsep-konsep non- imagistik, rumusan linguistik atau skema proposisi sehingga konsep –konsep tersebut bisa dipandang sebagai salah satu kutub yang paling abstrak dari kontinuum skematik yang memiliki gambaran citraan paling kongkret dan spesifik pada kutub lainnya. Linguistik kognitif juga memberi manfaat bagi antropologi untuk kajian bidang nomenklatur, saling pengaruh antara bahasa dan budaya, serta hubungan antara bahasa dan berpikir. Topik- topik linguistik tradisional seperti fonologi, morfologi, sintak, sosiolinguistik, dan wacana bisa dikaji dalam kerangka linguistik kognitif yang memiliki relevansinya dengan antropologi. B. Azas-azas Linguistik Kognitif Linguistik kognitif memandang bahwa bahasa berkaitan erat dengan mekanisme kognitif manusia. Oleh karena itu, sebagian besar teorinya berazaskan pada berbagai konsep psikologi, seperti psikologi persepsi, psokologi kognitif, dan psikologi gestalt. 2. Psikologi gestalt: totalitas adalah bukan merupakan penjumlahan belaka dari setiap elemen yang ada, melainkan merupakan satu kesatuan yang utuh dengan ciri dan karakter totalitasnya. 3. Teori gestal dikenal ada dua macam, yaitu gestalt secara ruang (lokal) dan gestalt secara waktu (temporal). Bentuk wujud suatu benda atau tempat merupakan gestalt secara ruang, sedangkan alunan lagu, melodi, atau kalimat merupakan gestalt temporal. 4. Kalimat menurut gestalt, bukan hanya sekedar penggabungan atau penjumlahan sederetan kata-kata saja, melainkan merupakan totalitas dari setiap kata yang memiliki ciri dan fungsi yang terorganisir, sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh. 5. Teori ingatan menurut Gestalt, berlangsung melalui hukum asosiasi dan reproduksi. Jika suatu stimulus muncul satu atau beberapa kali dalam bentuk elemen-elemen dari gestalt (totalitas) dalam kesadaran manusia, kemudian salah satu di antaranya muncul kembali, maka cenderung untuk memunculkan totalitasnya dalam kesadaran tersebut. 6. Suatu kata dalam kalimat akan lebih
  • 5. jelas maknanya, daripada kata tersebut berdiri sendiri. Dalam mempelajari huruf Kanji bahasa Jepang, akan lebih mudah jika diingat dalam bentuk kata atau kalimat daripada mengingat huruf satu persatu, karena kata atau kalimat tersebut merupakan suatu gestalt. C. Penerapan Konsep Figure (figure) dan Ground (latar) Salah satu asumsi dalam aliran gestalt, yaitu tentang organisasi persepsi yang dikenal dengan hukum kesadaran. Ditegaskan bahwa dalam menafsirkan suatu stimulus ada kecenderungan untuk mengambil sesuatu yang paling mudah dan paling memungkinkan. Di antaranya, melalui konsep figure (gambar) dan ground (latar). Untuk kedua istilah tersebut, penulis menggunakan figur dan latar. Gambar di atas bisa ditafsirkan dua macam, yaitu gambar trofi dan gambar dua sosok wajah yang berhadapan. Jika kita memandang bagian yang hitam sebagai pusat perhatian kita, maka akan nampak gambar sebuah trofi. Gambar trofi ini dijadikan 3 sebagai figur, sedangkan bagian yang putih sebagai latar-nya. Sebaliknya jika fokus kita tujukan pada bagian yang putih, maka yang nampak adalah gambar dua wajah yang sedang berhadapan. Gambar dua wajah tersebut dijadikan sebagai figur, sedangkan bagian yang hitamnya merupakan latar-nya. Kita tidak mungkin melihat kedua-duanya baik sebagai figur ataupun sebagai latar secara bersamaan. Konsep figur dan latar juga mewarnai aliran linguistik kognitif, seperti dalam menafsirkan suatu kalimat dari sudut padang yang berbeda. Salah satu pandangan dari linguistik kognitif, bahwa makna suatu kata (dalam suatu bahasa) bukan hanya ditentukan oleh objek yang menjadi refensinya saja, melainkan pemahaman penutur (pengguna baha tersebut) terhadap objek tersebut berperan penting. Oleh karena itu, dalam menjelaskan fenomena bahasa, penghayatan dan pemahaman secara subjektif tentang konsep figur dan latar sangatlah bermanfaat. Dalam pengkajian fenomena bahasa bisa dijabarkan bahwa, figur merupakan sesuatu yang bergerak, atau yang dapat bergerak, menjadi fokus dan mudah diperhatikan; sedangkan latar merupakan suatu standar untuk menentukan letak suatu figur, sifatnya statis, dan objeknya belum terpilah-pilahkan. D. Model Pengkajian Kosakata Linguistik kognitif memandang bahwa semua struktur bahasa merupakan suatu lambang, sehingga pada setiap bentuk bahasa dianggap mempunyai makna, dan tidak ada bentuk tanpa makna. Sumbangan linguistik kognitif terhadap penelitian kata sangat besar terutama dalam
  • 6. mendeskripsikan makna kata dalam semantik kognitifnya. Manusia dalam memahami sesuatu yang baru yang belum diketahui, biasanya dilakukan melalui berbagai pengasosiasian dengan hal-hal telah diketahuinya. Asosiasi dilakukan untuk lebih mempermudah pemahaman dan penguatan dalam ingatan. Misalnya, dengan cara membandingkan kesamaan atau kemiripan antara sesuatu hal dengan hal yang lain yang sudah diketahui; atau melalui pengkategorian, menghubungkan kedekatan, baik secara ruang maupun waktu antara satu hal dengan yang lainnya. Hal seperti ini diterapakn dalam mendeskripsikan suatu kata. Misalnya, dengan digunakannya gaya bahasa (比喩: metafora, metonimi, sinekdoke) dalam mendeskripsikan kata yang berpolisemi. Linguistik kognitif memandang bahwa, makna suatu kata terutama dalam polisemi tidak muncul begitu saja, melainkan pasti ada yang memotivasi dan melatarbelakanginya. Apakah muncul karena pengaruh perkembangan jaman, perubahan sosial, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, diyakini munculnya makna 5 baru dalam suatu kata pasti ada pendorongnya. Misalnya, kata mencium mulai dari mencium bau, mencium kening, sampai pada mencium perbuatan serong pasti ada sesuatu yang memotivasinya, dan bentuk hubungan makna-makna tersebut bisa dideskripsikan. Untuk mendeskripsikan hubungan antarmakna dalam polisemi, bisa melalui gaya bahasa. Lakkof dan Johson (1980) telah mencobanya dalam Metaphors We Live By, Lakkof (1987) dalam Women, Fire, and dangerous Thing: What Categories Reveal about the Mind, dan yang lainnya, dengan menggunakan gaya bahasa metafora, metonimi, dan image schema. Sementara Langacker mendeskripsikannya melalui teori prototype dan schema-nya. Hal ini diikuti pula oleh para ahli linguistik Jepang seperti Tanaka Shigenori (1991), Yamanashi (1995, 2000), Kawakami Seiyaku (1996), Momiyama (1997) dan yang lainnya. Momiyama (1997 dan 1998) menggunakan gaya bahasa metafora, metonimi, dan sinekdoke dalam mendeskripsikan hubungan makna polisemi. E. Penutup Demikian beberapa sumbangan pemikiran dari aliran linguistik kognitif (ninchi gengogaku) dalam mendeskripsikan bahasa, yaitu dengan menggunakan gaya bahasa dalam hubungan antarmakna dalampolisemi.Ketigajenisgayabahasa(metafora,metonimi,sinekdoke) tersebut telah menyusup ke dalam kehidupan berbahasa kita semua. Sumber data mengacu pada bahasa yang digunakan secara nyata (jitsuei) sebagai satuan dari parole.
  • 7. Kepustakaan Friedrich Ungerer & Hans-Jorg Schmid (1998), Ninchi Gengogaku Nyuumon, Tokyo: Taishuukan Shoten, (Diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang oleh Ikegami Yoshihiko dkk. dari buku: An Introduction to Cognitive Linguistics, (1996) by Addision Wesley Longman Limited). Nishimura Yoshiki (1998), Ninchi Bunpou to seisei Bunpou, dalam Jurnal: Gekkan Gengo, Edisi Nopemper 1998, hal: 49-55). Ronald W. Langacker (1987), Foundations of Cognitive Grammar (Volume 1), California: Stanford University Press. Rudzka-Ostyn (ed.) (1988), Topics in Cognitive Linguistics, Amsterdam: John Benyamins. Sato Nobuo (1998), Retorikku Kankaku, Tokyo: Koudansha Gakujutsu Bunko, terbitan ke-11. Seto Ken-ichi (1995), Kuukan no Retoriiku, Tokyo: Kaimeisha. ___________ (1997), Ninshiki no Retorikku, Tokyo: Kaimeisha. Sutedi Dedi (2001), Makna Polisemi Verba KUDARU, dalam Media Komunkasi ASPBJI Korwil Jabar, Edisi April 2001, hal 22-25. Tanaka Shigenori (1990), Ninchi Imiron (Eigo Doushi no Tagi no Kouzou), Tokyo: Sanyuusha Shuppan. Yamanashi Masaaki (1988), Ninchi Gengogaku no Kenkyuu Puroguramu, dalam Jurnal: Gekkan Gengo, Edisi Novemper 1998, hal: 20-29). _____________(1997), Ninchi Bunpouron, Tokyo: Hitsuji Shobou. _____________(1998, terbitan ke-5), Hiyu to Rikai, Tokyo: Tokyo Daigaku Shuppankai. _____________(2000), Ninchi Gengogaku Genri, Tokyo: Kuroshio Shuppan. Yoshimura Kimihiro (1995), Ninchi Imiron no Houhou (Keiken to Douki no Gengogaku), Tokyo: Jinbu Shoin.