SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  34
Geografi Project

 Erosi Tanah dan Dampaknya
    Terhadap Kehidupan
Profil/Irisan Vertikal Tanah
        Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan
paling atas sampai pada lapisan batuan induk tanah (regolit).
        Syarat-syarat profil tanah:
1. Tegak (Vertikal)
2. Baru
3. Tidak terkena sinar matahari langsung
4. Tidak tergenang air
5. Mewakili tapak sekeliling
        Tiap tanah dicirikan oleh susunan horizon tertentu.
Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap profil tanah terdiri
atas dua lebih horizon utama. Tiap horizon dapat dibedakan
berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat morfologis lainnya.
Horison O merupakan horison organik. Terdapat pada
tanah bervegetasi padat (hutan primer) yang belum
diganggu oleh kegiatan manusia
Horison A merupakan campuran mineral dan organik.
Disebut horison eluviasi (pencucian), karena pada
horison ini banyak mineral dan organik yang tercuci
Horison B disebut horison iluviasi
(penimbunan), karena tempat penimbunan mineral
dan organik dari horison A
Horison C, lapisan batuan induk yang belum banyak
mengalami proses pelapukan
Horison R, batuan induk yang sama sekali belum
mengalami proses pelapukan
Secara garis besar, profil tanah terdiri atas empat
lapisan, yaitu:
1. Lapisan Tanah Atas
       Lapisan tanah atas disebut juga
topsoil, merupakan bentuk lapisan tanah yang
paling subur, berwarna cokelat kehitam-
hitaman, gembur, dan memiliki ketebalan hingga 30
cm. Pada lapisan tanah inilah berkembang aktivitas
organisme tanah. Warna cokelat kehitaman dan
kesuburan tanah pada lapisan ini disebabkan
pengaruh humus (bunga tanah), yaitu campuran
sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati dan
membusuk di dalam lapisan atas.
2. Lapisan tanah bawah
       Lapisan tanah bawah disebut
subsoil, merupakan lapisan tanah yang berada tepat
di bawah lapisan topsoil. Lapisan ini memiliki sifat
kurang subur karena memiliki kandungan zat
makanan yang sangat sedikit, berwarna kemerahan
atau lebih terang, strukturnya lebih padat, dan
memiliki ketebalan antara 50-60 cm. Pada lapisan
ini, aktivitas organisme dalam tanah mulai
berkurang, demikian juga dengan sistem perakaran
tanaman. Hanya tanaman keras yang berakar
tunggang saja yang mampu mencapainya.
3. Lapisan bahan induk tanah
      Lapisan bahan induk tanah disebut juga
regolith, merupakan asal atau induk dari lapisan
tanah bawah. Pada profil tanah, lapisan ini
berwarna kelabu keputih-putihan, bersifat kurang
subur karena tidak banyak mengandung zat-zat
makanan, strukturnya sangan keras, dan sulit
ditembus sistem perakaran. Di lerenr-lereng
pegunungan lipatan atau patahan, lapisan ini
seringkali tersingkap dengan jelas. Akan
tetapi, karena sifat-sifat tersebut, maka lapisan
tanah ini sulit dibudidayakan dan hanya akan
menghasilkan tanaman yang kerdil dan tidak
berkembang.
4. Lapisan batuan induk
      Lapisan batuan induk disebut juga bedrock,
merupakan bentuk batuan pejal yang belum
mengalami proses pemecahan. Lapisan ini
terletak di lapisan paling bawah, sehingga jarang
dijumpai manusia. Akan tetapi,di pegunungan
lipatan atau patahan, lapisan ini terkadang
tersingkap dan berada di lapisan atas. Bila hal ini
terjadi, maka lahan tersebut merupakan lahan
yang tandus dan tidak dapat ditanami karena
masih merupakan lapisan batuan.
Lahan Potensial dan Lahan Kritis
1.  Lahan Potensial
       Lahan potensial adalah lahan yang belum dimanfaatkan
atau belum diolah dan jika diolah akan mempunyai nilai ekonomis
yang besar karena mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi dan
mempunyai daya dukung terhadap kebutuhan manusia.
       Lahan potensial merupakan modal dasar dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
       Dalam arti sempit, lahan potensial selalu dikaitkan dengan
produksi pertanian, yaitu lahan yang dapat memberikan hasil
pertanian yang tinggi walaupun dengan biaya pengelolaan yang
rendah. Tetapi dalam arti luas, lahan potensial dikaitkan dengan
fungsinya bagi kehidupan manusia, yaitu lahan yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
 Merencanakan penggunaan lahan yang digunakan manusia
  Upaya-Upaya Pelestarian dan peningkatan manfaat
 Menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi dan
                    lahan-lahan potensial
  intensitas penggunaan lahan dalam wilayah tertentu
 Merencanakan penggunaan lahan kota agar jangan sampai
  menimbulkan dampak pencemaran
 Menggunakan lahan seoptimal mungkin bagi kepentingan
  manusia
 Memisahkan penggunaan lahan untuk
  permukiman, industri, pertanian, perkantoran, dan usaha-
  usaha lainnya
 Membuat peraturan perundang-undangan yang meliputi
  pengalihan hak atas tanah untuk kepentingan umum dan
  peraturan perpajakan
 Melakukan pengkajian terhadap kebijakan tata
  ruang, perijinan, dan pajak dalam kaitannya dengan konversi
  penggunaan lahan
Menggunakan teknologi pengolahan
 tanah, penghijauan,reboisasi, dan pembuatan
 sengkedan di daerah pegunungan
Perlu usaha pemukiman penduduk dan
 pengendalian peladang berpindah
Mengelola dengan baik daerah aliran
 sungai, daerah pesisir, dandaerah di sekitar
 lautan.
2. Lahan kritis
       Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami
kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis atau lahan yang
tidak mempunyai nilai ekonomis. Untuk menilai kritis
tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari kemampuan lahan
tersebut. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan
suatu lahan, dapat dilihat dari besarnya risiko ancaman
atau hambatan dalam pemanfaatan lahan.
       Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif.
Meskipun dikelola, produktivitas lahan kritis sangat
rendah. Bahkan, dapat terjadi jumlah produksi yang
diterima jauh lebih sedikit daripada biaya
pengelolaannya. Lahan ini bersifat tandus, gundul, tidak
dapat digunakan untuk usaha pertanian, karena tingkat
kesuburannya sangat rendah.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan
kritis, antara lain sebagai berikut:
 Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah
   bayangan hujan
 Genangan air yang terus-menerus, seperti di daerah
   pantai yang selalu tertutup rawa-rawa
 Erosi tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di
   daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah yang
   miring. Masswasting adalah gerakan masa tanah
   menuruni lereng
 Pengolahan lahan yang kurang memperhatikn aspek-
   aspek kelestarian lingkungan. Lahan kritis dapat terjadi
   di dataran tinggi, pegunungan, daerah yang
   miring, atau bahkan di dataran rendah
Masuknya material yang dapat bertahan lama
 ke lahan pertanian (tak dapat diuraikan oleh
 bakteri) misalnya plastic. Plastik dapat
 bertahan ± 200 tahun di dalam tanah sehingga
 sangat mengganggu kelestarian kesuburan
 tanah
Jika lahan kritis dibiarkan dan tidak ada
perlakuan perbaikan, maka keadaan itu akan
membahayakan kehidupan manusia, baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Maka dari
itu, lahan kritis harus segera diperbaiki. Untuk
menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh
adanya lahan kritis tersebut, pemerintah
Indonesia telah mengambil kebijakan, yaitu
melakukan rehabilitasi dan konservasi lahan-
lahan kritis di Indonesia.
 Lahan tanah dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi
  pertanian, perkebunan, peternakan, dan usaha lainnya
         Upaya penanggulangan lahan kritis
 Erosi tanah perlu dicegah melalui pembuatan teras-
  teras pada lereng bukit
 Usaha perluasan penghijauan tanah milik dan reboisasi
  lahan hutan
 Perlu reklamasi lahan bekas pertambangan
 Perlu adanya usaha ke arah Program Kali Bersih
  (Prokasih)
 Pengolahan wilayah terpadu di wilayah lautan dan
  daerah aliran sungai (DAS)
 Pengembangan keanekaragaman hayati
 Perlu tindakan tegas bagi siapa saja yang merusak
  lahan yang mengarah pada terjadinya lahan kritis
 Menghilangkan unsur-unsur yang dapat mengganggu
  kesuburan lahan pertanian, misalnya plastik. Berkaitan
  dengan hal ini, proses daur ulang sangat diharapkan
 Pemupukan dengan pupuk organik atau alami, yaitu
  pupuk kandang atau pupuk hijau secara tepat dan
  terus-menerus
 Guna menggemburkan tanah sawah, perlu
  dikembangkan tumbuhan yang disebut Azola
 Memanfaatkan tumbuhan eceng gondok guna
  menurunkan zat pencemaran yang ada pada lahan
  pertanian. Eceng gondok dapat menyerap pat
  pencemar dan dapat dimanfaatkan untuk makanan
  ikan. Namun, dalam hal ini kita harus berhati-hati
  karena eceng gondok sangat mudah berkembang
  sehingga dapat mengganggu lahan pertanian
Penyebab Kerusakan, Dampak
 Kerusakan dan Usaha yang Dilakukan
     Erosi Tanah adalah tanah yang lapuk & mudah
mengalami penghancuran.

Adapun penyebab utama erosi tanah:
• Tanah gundul
• Tanah miring tidak dibuat terasering/gulungan
  penyangga air
• Tanah tidak dibuat tanggul pasangan penahan erosi
• Penambangan
• Eksploitasi hutan
• Pengerukan tanah
Dampak Erosi Tanah:
Menipisnya lapisan permukaan tanah bagian
 atas, yang akan menyebabkan menurunnya
 kemampuan lahan (degradasi lahan)
Menurunnya kemampuan tanah untuk
 meresapkan air (infiltrasi)
Pelumpuran dan pendangkalan waduk
Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan
Konservasi tanah adalah serangkaian
strategi pengaturan untuk mencegah erosi tanah
dari permukaan bumi atau terjadi perubahan
secara kimiawi atau biologi akibat penggunaan
yang berlebihan, salinisasi, pengasaman, atau
akibat kontaminasi lainnya.
      untuk menjaga kestabilan tanah di daerah
miring dan untuk mengurangi tingkat erosi
tanah, maka diperlukan beberapa langkah
antara lain sebagai berikut:
a. Terasering, yaitu pola bercocok tanam
   dengan sistem berteras-teras (bertingkat)
   untuk mencegah terjadinya erosi tanah.
b. Contour farming, yaitu menanami lahan
menurut garis kontur (kemiringan). Sehingga
perakarannya dapat menahan tanah dari erosi.
c. Pembuatan tanggul pasangan (guludan) untuk
menahan laju erosi
d. Contour plowing, yaitu membajak tanah
searah garis kontur, sehingga terjadilah alur-alur
horizontal untuk mencegah terjadinya erosi.
e. Contour Strip Cropping, yaitu bercocok tanam dengan
cara membagi bidang-bidang tanah dalam bentuk
memanjang dan sempit dengan mengikuti garis kontur
sehingga bentuknya berbelok-belok. Masing-masing
ditanami tanaman yang berbeda-beda jenisnya secara
berselang-seling (tumpang sari)
f. Crop rotation, yaitu usaha pergantian jenis
tanaman supaya tanah tidak kehabisan salah
satu unsur hara, akibat diserap terus-menerus
oleh salah satu jenis tanaman.
g. Reboisasi, yaitu menanami kembali hutan-
hutan yang gundul untuk mencegah terjadinya
erosi, tanah longsor, dan banjir.
Kelas Kemampuan
      Tingkat kecocokan pola penggunaan lahan
dinamakan kelas kemampuan lahan.
Berdasarkan kelas kemampuannya, lahan
dikelompokkan dalam delapan kelas. Lahan I
sampai IV merupakan lahan yang sesuai bagi
usaha pertanian, sedangkan lahan kelas V
sampai VIII merupakan lahan yang tidak sesuai
untuk usaha pertanian. Ketidaksesuaian ini bisa
terjadi karena biaya pengolahannya lebih tinggi
dibandingkan hasil yang bisa dicapai.
Secara lebih terperinci, kelas-kelas kemampuan lahan dapat
dideskripsikan sebagai berikut.
1) Kelas I, merupakan lahan dengan ciri tanah
    datar, butiran tanah agak halus, mudah diolah, sangat
    responsif terhadap pemupukan dan memiliki sistem
    pengaliran air yang baik. Tanah kelas Isesuai untuk
    semua jenis penggunaan pertanian tanpa memerlukan
    usaha pengawetan tanah. Untuk meningkatkan
    kesuburannya dapat dilakukan pemupukan.
2) Kelas II, merupakan lahan dengan ciri lereng
    landai, butiran tanahnya halus sampai agak kasar. Tanah
    kelas II agak peka terhadap erosi. Tanah ini sesuai untuk
    usaha pertanian dengan tindakan pengawetan tanah
    yang ringan, seperti pengolahan tanah berdasarkan
    garis ketinggian dan penggunaan pupuk hijau.
3) Kelas III, merupakan lahan dengan ciri tanah terletak
di daerah yang agak miring dengan sistem pengairan air
yang kurang baik. Tanah kelas III sesuai untuk segala
jenis usaha pertanian dengan tindakan pengawetan
tanah yang khusus seperti pembuatan
terasering, pergiliran tanaman dan sistme penanaman
berjalur. Untuk mempertahankan kesuburan tanah
perlu pemupukan.
4) Kelas IV, merupakan lahan dengan ciri tanah terletak
pada wilayah yang miring sekitar 12-30% dengan sistem
pengairan yang buruk. Tanah kelas IV ini masih dapat
dijadikan lahan pertanian dengan tingkatan
pengawetan tanah yang lebih khusus dan lebih berat
5) Kelas V, merupakan lahan dengan ciri terletak di
wilayah yang datar atau agak cekung, namun
permukaannya banyak mengandung batu dan tanah liat.
Karena terdapat di daaerah yang cekung tanah ini
seringkali tergenang air sehingga tingkat keasaman
tanahnya tinggi. Tanah ini tidak cocok untuk dijadikan
lahan pertanian, tetapi inipun lebih sesuai untuk dijadikan
padang rumpur atau dihutankan
6) Kelas VI, merupakan lahan dengan ciri ketebalan
tanahnya tipis dan terletak di daerah yang agak curam
dengan kemiringan lahan sekitar 30-45%. Lahan kelas VI
ini mudah tererosi, sehingga lahan inipun lebih sesuai
untuk dijadikan padang rumput atau dihutankan
7) Kelas VII, merupakan lahan dengan ciri terletak di
wilayah yang sangat curam dengan kemiringan
antara 45-65% dan tanahnya sudah mengalami
erosi berat. Tanah ini sama sekali tidak sesuai untuk
dijadikan lahan pertanian, namun lebih sesuai
ditanami tanaman tahunan (tanaman keras)
8) Kelas VIII, merupakan lahan dengan ciri terletak
di daerah dengan kemiringan di atas 65%, butiran
tanah kasar dan mudah lepas dari induknya. Tanah
ini sangat rawan terhadap kerusakan, karena itu
lahan kelas VIII harus dibiarkan secara alamiah
tanpa campur tangan manusia atau dibuat cagar
alam.
Ada
Pertanyaan?
THANK YOU!!!!
 Kelompok 1
Mesa : Bisa dijelaskan mengenai perbandingan 1:3 pada
metode kimia! (OK)
 Kelompok 3
Andri : apa itu penjenuhan tanah oleh air? (OK)
 Kelompok 4
Nadya : Apa perbedaan dari metode contour strip
cropping dengan contour farming.....?
 Kelompok 5
Cindy : apa yang terdapat dalam suatu unsur hara?
HUMUS
 Kelompok 6
Nora : Apa yang dimaksud dengan penanaman searah
dengan garis kontur?

Contenu connexe

Tendances (18)

Geografi (erosi)
Geografi (erosi)Geografi (erosi)
Geografi (erosi)
 
Erosi
ErosiErosi
Erosi
 
Presentasi no 6 6_bentuk dan proses pembentukan erosi
Presentasi no 6 6_bentuk dan proses pembentukan erosiPresentasi no 6 6_bentuk dan proses pembentukan erosi
Presentasi no 6 6_bentuk dan proses pembentukan erosi
 
Tenaga eksogen
Tenaga eksogenTenaga eksogen
Tenaga eksogen
 
Litosfer dan pedosfer
Litosfer dan pedosferLitosfer dan pedosfer
Litosfer dan pedosfer
 
Tenaga eskogen
Tenaga eskogenTenaga eskogen
Tenaga eskogen
 
Erosi & Pelapukan
Erosi & PelapukanErosi & Pelapukan
Erosi & Pelapukan
 
Geografi physical
Geografi physicalGeografi physical
Geografi physical
 
LULUHAWA
LULUHAWALULUHAWA
LULUHAWA
 
Bahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugasBahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugas
 
Geografi lahan
Geografi lahanGeografi lahan
Geografi lahan
 
Makalah Geo
Makalah GeoMakalah Geo
Makalah Geo
 
Luluhawa
LuluhawaLuluhawa
Luluhawa
 
20151105081116 kuliah 10 luluhawa
20151105081116 kuliah 10 luluhawa20151105081116 kuliah 10 luluhawa
20151105081116 kuliah 10 luluhawa
 
Geografi Dinamika Litosfer
Geografi Dinamika LitosferGeografi Dinamika Litosfer
Geografi Dinamika Litosfer
 
Skema terengganu 2020 - semester 1
Skema terengganu 2020 - semester 1Skema terengganu 2020 - semester 1
Skema terengganu 2020 - semester 1
 
Tugas Geologi dan Ilmu Tanah
Tugas Geologi dan Ilmu TanahTugas Geologi dan Ilmu Tanah
Tugas Geologi dan Ilmu Tanah
 
Studi Kesesuaian Lahan di Wilayah Studi
Studi Kesesuaian Lahan di Wilayah StudiStudi Kesesuaian Lahan di Wilayah Studi
Studi Kesesuaian Lahan di Wilayah Studi
 

Similaire à GEOTANAH

Penataan lahan
Penataan lahan Penataan lahan
Penataan lahan Noveriady
 
Presentation pertambangan
Presentation  pertambanganPresentation  pertambangan
Presentation pertambanganShoetiaone
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaNurul Aulia
 
Contoh tugas mhs ugm2
Contoh tugas mhs  ugm2Contoh tugas mhs  ugm2
Contoh tugas mhs ugm2cobybryn
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian konservasi (bagian 38)
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian konservasi (bagian 38)Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian konservasi (bagian 38)
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian konservasi (bagian 38)Bondan the Planter of Palm Oil
 
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpspenyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpsNovita Lessy
 
Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012Paranody
 
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptx
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptxMODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptx
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptxRiadhatulUlum1
 
Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
Andrew hidayat  memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...Andrew hidayat  memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...Andrew Hidayat
 
Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
Andrew hidayat  memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...Andrew hidayat  memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...Andrew Hidayat
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surutsobarputra
 
Reklamasi Pasca Tambang_Eka Sulastri.ppt
Reklamasi Pasca Tambang_Eka Sulastri.pptReklamasi Pasca Tambang_Eka Sulastri.ppt
Reklamasi Pasca Tambang_Eka Sulastri.pptRandiAndhika3
 

Similaire à GEOTANAH (20)

Penataan lahan
Penataan lahan Penataan lahan
Penataan lahan
 
Presentation pertambangan
Presentation  pertambanganPresentation  pertambangan
Presentation pertambangan
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
Pelestarian tanah
Pelestarian tanahPelestarian tanah
Pelestarian tanah
 
Lahan Kritis
Lahan KritisLahan Kritis
Lahan Kritis
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimia
 
Contoh tugas mhs ugm2
Contoh tugas mhs  ugm2Contoh tugas mhs  ugm2
Contoh tugas mhs ugm2
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian konservasi (bagian 38)
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian konservasi (bagian 38)Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian konservasi (bagian 38)
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian konservasi (bagian 38)
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
Makalah eca
Makalah ecaMakalah eca
Makalah eca
 
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpspenyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
 
Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012
 
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptx
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptxMODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptx
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptx
 
Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
Andrew hidayat  memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...Andrew hidayat  memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
 
Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
Andrew hidayat  memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...Andrew hidayat  memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Laporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanahLaporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanah
 
Reklamasi Pasca Tambang_Eka Sulastri.ppt
Reklamasi Pasca Tambang_Eka Sulastri.pptReklamasi Pasca Tambang_Eka Sulastri.ppt
Reklamasi Pasca Tambang_Eka Sulastri.ppt
 

Plus de Nidya Milano

Biografi Johann Carl Friedrich Gauss (Bahasa)
Biografi Johann Carl Friedrich Gauss (Bahasa)Biografi Johann Carl Friedrich Gauss (Bahasa)
Biografi Johann Carl Friedrich Gauss (Bahasa)Nidya Milano
 
Proses Pembuatan Perjanjian Internasional
Proses Pembuatan Perjanjian InternasionalProses Pembuatan Perjanjian Internasional
Proses Pembuatan Perjanjian InternasionalNidya Milano
 
Prilaku Terpuji-Menghargai Karya Orang Lain
Prilaku Terpuji-Menghargai Karya Orang LainPrilaku Terpuji-Menghargai Karya Orang Lain
Prilaku Terpuji-Menghargai Karya Orang LainNidya Milano
 
Gangguan dan Kelainan pada Sistem Pencernaan Manusia
Gangguan dan Kelainan pada Sistem Pencernaan ManusiaGangguan dan Kelainan pada Sistem Pencernaan Manusia
Gangguan dan Kelainan pada Sistem Pencernaan ManusiaNidya Milano
 
Cara Setting IP Address
Cara Setting IP AddressCara Setting IP Address
Cara Setting IP AddressNidya Milano
 
Perlawanan rakyat indonesia terhadap kolonial belanda
Perlawanan rakyat indonesia terhadap kolonial belandaPerlawanan rakyat indonesia terhadap kolonial belanda
Perlawanan rakyat indonesia terhadap kolonial belandaNidya Milano
 
Daur biogeokimia dan pencemaran lingkungan
Daur biogeokimia dan pencemaran lingkunganDaur biogeokimia dan pencemaran lingkungan
Daur biogeokimia dan pencemaran lingkunganNidya Milano
 

Plus de Nidya Milano (10)

Biografi Johann Carl Friedrich Gauss (Bahasa)
Biografi Johann Carl Friedrich Gauss (Bahasa)Biografi Johann Carl Friedrich Gauss (Bahasa)
Biografi Johann Carl Friedrich Gauss (Bahasa)
 
Proses Pembuatan Perjanjian Internasional
Proses Pembuatan Perjanjian InternasionalProses Pembuatan Perjanjian Internasional
Proses Pembuatan Perjanjian Internasional
 
Prilaku Terpuji-Menghargai Karya Orang Lain
Prilaku Terpuji-Menghargai Karya Orang LainPrilaku Terpuji-Menghargai Karya Orang Lain
Prilaku Terpuji-Menghargai Karya Orang Lain
 
Gangguan dan Kelainan pada Sistem Pencernaan Manusia
Gangguan dan Kelainan pada Sistem Pencernaan ManusiaGangguan dan Kelainan pada Sistem Pencernaan Manusia
Gangguan dan Kelainan pada Sistem Pencernaan Manusia
 
Cara Setting IP Address
Cara Setting IP AddressCara Setting IP Address
Cara Setting IP Address
 
Perlawanan rakyat indonesia terhadap kolonial belanda
Perlawanan rakyat indonesia terhadap kolonial belandaPerlawanan rakyat indonesia terhadap kolonial belanda
Perlawanan rakyat indonesia terhadap kolonial belanda
 
Daur biogeokimia dan pencemaran lingkungan
Daur biogeokimia dan pencemaran lingkunganDaur biogeokimia dan pencemaran lingkungan
Daur biogeokimia dan pencemaran lingkungan
 
Diskriminasi
DiskriminasiDiskriminasi
Diskriminasi
 
Syirkah
SyirkahSyirkah
Syirkah
 
Jaringan saraf
Jaringan sarafJaringan saraf
Jaringan saraf
 

GEOTANAH

  • 1. Geografi Project Erosi Tanah dan Dampaknya Terhadap Kehidupan
  • 2. Profil/Irisan Vertikal Tanah Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas sampai pada lapisan batuan induk tanah (regolit). Syarat-syarat profil tanah: 1. Tegak (Vertikal) 2. Baru 3. Tidak terkena sinar matahari langsung 4. Tidak tergenang air 5. Mewakili tapak sekeliling Tiap tanah dicirikan oleh susunan horizon tertentu. Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap profil tanah terdiri atas dua lebih horizon utama. Tiap horizon dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat morfologis lainnya.
  • 3. Horison O merupakan horison organik. Terdapat pada tanah bervegetasi padat (hutan primer) yang belum diganggu oleh kegiatan manusia Horison A merupakan campuran mineral dan organik. Disebut horison eluviasi (pencucian), karena pada horison ini banyak mineral dan organik yang tercuci Horison B disebut horison iluviasi (penimbunan), karena tempat penimbunan mineral dan organik dari horison A Horison C, lapisan batuan induk yang belum banyak mengalami proses pelapukan Horison R, batuan induk yang sama sekali belum mengalami proses pelapukan
  • 4. Secara garis besar, profil tanah terdiri atas empat lapisan, yaitu: 1. Lapisan Tanah Atas Lapisan tanah atas disebut juga topsoil, merupakan bentuk lapisan tanah yang paling subur, berwarna cokelat kehitam- hitaman, gembur, dan memiliki ketebalan hingga 30 cm. Pada lapisan tanah inilah berkembang aktivitas organisme tanah. Warna cokelat kehitaman dan kesuburan tanah pada lapisan ini disebabkan pengaruh humus (bunga tanah), yaitu campuran sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati dan membusuk di dalam lapisan atas.
  • 5. 2. Lapisan tanah bawah Lapisan tanah bawah disebut subsoil, merupakan lapisan tanah yang berada tepat di bawah lapisan topsoil. Lapisan ini memiliki sifat kurang subur karena memiliki kandungan zat makanan yang sangat sedikit, berwarna kemerahan atau lebih terang, strukturnya lebih padat, dan memiliki ketebalan antara 50-60 cm. Pada lapisan ini, aktivitas organisme dalam tanah mulai berkurang, demikian juga dengan sistem perakaran tanaman. Hanya tanaman keras yang berakar tunggang saja yang mampu mencapainya.
  • 6. 3. Lapisan bahan induk tanah Lapisan bahan induk tanah disebut juga regolith, merupakan asal atau induk dari lapisan tanah bawah. Pada profil tanah, lapisan ini berwarna kelabu keputih-putihan, bersifat kurang subur karena tidak banyak mengandung zat-zat makanan, strukturnya sangan keras, dan sulit ditembus sistem perakaran. Di lerenr-lereng pegunungan lipatan atau patahan, lapisan ini seringkali tersingkap dengan jelas. Akan tetapi, karena sifat-sifat tersebut, maka lapisan tanah ini sulit dibudidayakan dan hanya akan menghasilkan tanaman yang kerdil dan tidak berkembang.
  • 7. 4. Lapisan batuan induk Lapisan batuan induk disebut juga bedrock, merupakan bentuk batuan pejal yang belum mengalami proses pemecahan. Lapisan ini terletak di lapisan paling bawah, sehingga jarang dijumpai manusia. Akan tetapi,di pegunungan lipatan atau patahan, lapisan ini terkadang tersingkap dan berada di lapisan atas. Bila hal ini terjadi, maka lahan tersebut merupakan lahan yang tandus dan tidak dapat ditanami karena masih merupakan lapisan batuan.
  • 8. Lahan Potensial dan Lahan Kritis 1. Lahan Potensial Lahan potensial adalah lahan yang belum dimanfaatkan atau belum diolah dan jika diolah akan mempunyai nilai ekonomis yang besar karena mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi dan mempunyai daya dukung terhadap kebutuhan manusia. Lahan potensial merupakan modal dasar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Dalam arti sempit, lahan potensial selalu dikaitkan dengan produksi pertanian, yaitu lahan yang dapat memberikan hasil pertanian yang tinggi walaupun dengan biaya pengelolaan yang rendah. Tetapi dalam arti luas, lahan potensial dikaitkan dengan fungsinya bagi kehidupan manusia, yaitu lahan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
  • 9.  Merencanakan penggunaan lahan yang digunakan manusia Upaya-Upaya Pelestarian dan peningkatan manfaat  Menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi dan lahan-lahan potensial intensitas penggunaan lahan dalam wilayah tertentu  Merencanakan penggunaan lahan kota agar jangan sampai menimbulkan dampak pencemaran  Menggunakan lahan seoptimal mungkin bagi kepentingan manusia  Memisahkan penggunaan lahan untuk permukiman, industri, pertanian, perkantoran, dan usaha- usaha lainnya  Membuat peraturan perundang-undangan yang meliputi pengalihan hak atas tanah untuk kepentingan umum dan peraturan perpajakan  Melakukan pengkajian terhadap kebijakan tata ruang, perijinan, dan pajak dalam kaitannya dengan konversi penggunaan lahan
  • 10. Menggunakan teknologi pengolahan tanah, penghijauan,reboisasi, dan pembuatan sengkedan di daerah pegunungan Perlu usaha pemukiman penduduk dan pengendalian peladang berpindah Mengelola dengan baik daerah aliran sungai, daerah pesisir, dandaerah di sekitar lautan.
  • 11. 2. Lahan kritis Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis atau lahan yang tidak mempunyai nilai ekonomis. Untuk menilai kritis tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari kemampuan lahan tersebut. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan suatu lahan, dapat dilihat dari besarnya risiko ancaman atau hambatan dalam pemanfaatan lahan. Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif. Meskipun dikelola, produktivitas lahan kritis sangat rendah. Bahkan, dapat terjadi jumlah produksi yang diterima jauh lebih sedikit daripada biaya pengelolaannya. Lahan ini bersifat tandus, gundul, tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian, karena tingkat kesuburannya sangat rendah.
  • 12. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis, antara lain sebagai berikut:  Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan  Genangan air yang terus-menerus, seperti di daerah pantai yang selalu tertutup rawa-rawa  Erosi tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah yang miring. Masswasting adalah gerakan masa tanah menuruni lereng  Pengolahan lahan yang kurang memperhatikn aspek- aspek kelestarian lingkungan. Lahan kritis dapat terjadi di dataran tinggi, pegunungan, daerah yang miring, atau bahkan di dataran rendah
  • 13. Masuknya material yang dapat bertahan lama ke lahan pertanian (tak dapat diuraikan oleh bakteri) misalnya plastic. Plastik dapat bertahan ± 200 tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggu kelestarian kesuburan tanah
  • 14. Jika lahan kritis dibiarkan dan tidak ada perlakuan perbaikan, maka keadaan itu akan membahayakan kehidupan manusia, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Maka dari itu, lahan kritis harus segera diperbaiki. Untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh adanya lahan kritis tersebut, pemerintah Indonesia telah mengambil kebijakan, yaitu melakukan rehabilitasi dan konservasi lahan- lahan kritis di Indonesia.
  • 15.  Lahan tanah dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi pertanian, perkebunan, peternakan, dan usaha lainnya Upaya penanggulangan lahan kritis  Erosi tanah perlu dicegah melalui pembuatan teras- teras pada lereng bukit  Usaha perluasan penghijauan tanah milik dan reboisasi lahan hutan  Perlu reklamasi lahan bekas pertambangan  Perlu adanya usaha ke arah Program Kali Bersih (Prokasih)  Pengolahan wilayah terpadu di wilayah lautan dan daerah aliran sungai (DAS)  Pengembangan keanekaragaman hayati  Perlu tindakan tegas bagi siapa saja yang merusak lahan yang mengarah pada terjadinya lahan kritis
  • 16.  Menghilangkan unsur-unsur yang dapat mengganggu kesuburan lahan pertanian, misalnya plastik. Berkaitan dengan hal ini, proses daur ulang sangat diharapkan  Pemupukan dengan pupuk organik atau alami, yaitu pupuk kandang atau pupuk hijau secara tepat dan terus-menerus  Guna menggemburkan tanah sawah, perlu dikembangkan tumbuhan yang disebut Azola  Memanfaatkan tumbuhan eceng gondok guna menurunkan zat pencemaran yang ada pada lahan pertanian. Eceng gondok dapat menyerap pat pencemar dan dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan. Namun, dalam hal ini kita harus berhati-hati karena eceng gondok sangat mudah berkembang sehingga dapat mengganggu lahan pertanian
  • 17. Penyebab Kerusakan, Dampak Kerusakan dan Usaha yang Dilakukan Erosi Tanah adalah tanah yang lapuk & mudah mengalami penghancuran. Adapun penyebab utama erosi tanah: • Tanah gundul • Tanah miring tidak dibuat terasering/gulungan penyangga air • Tanah tidak dibuat tanggul pasangan penahan erosi • Penambangan • Eksploitasi hutan • Pengerukan tanah
  • 18. Dampak Erosi Tanah: Menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnya kemampuan lahan (degradasi lahan) Menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi) Pelumpuran dan pendangkalan waduk Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan
  • 19. Konservasi tanah adalah serangkaian strategi pengaturan untuk mencegah erosi tanah dari permukaan bumi atau terjadi perubahan secara kimiawi atau biologi akibat penggunaan yang berlebihan, salinisasi, pengasaman, atau akibat kontaminasi lainnya. untuk menjaga kestabilan tanah di daerah miring dan untuk mengurangi tingkat erosi tanah, maka diperlukan beberapa langkah antara lain sebagai berikut:
  • 20. a. Terasering, yaitu pola bercocok tanam dengan sistem berteras-teras (bertingkat) untuk mencegah terjadinya erosi tanah.
  • 21. b. Contour farming, yaitu menanami lahan menurut garis kontur (kemiringan). Sehingga perakarannya dapat menahan tanah dari erosi.
  • 22. c. Pembuatan tanggul pasangan (guludan) untuk menahan laju erosi
  • 23. d. Contour plowing, yaitu membajak tanah searah garis kontur, sehingga terjadilah alur-alur horizontal untuk mencegah terjadinya erosi.
  • 24. e. Contour Strip Cropping, yaitu bercocok tanam dengan cara membagi bidang-bidang tanah dalam bentuk memanjang dan sempit dengan mengikuti garis kontur sehingga bentuknya berbelok-belok. Masing-masing ditanami tanaman yang berbeda-beda jenisnya secara berselang-seling (tumpang sari)
  • 25. f. Crop rotation, yaitu usaha pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak kehabisan salah satu unsur hara, akibat diserap terus-menerus oleh salah satu jenis tanaman.
  • 26. g. Reboisasi, yaitu menanami kembali hutan- hutan yang gundul untuk mencegah terjadinya erosi, tanah longsor, dan banjir.
  • 27. Kelas Kemampuan Tingkat kecocokan pola penggunaan lahan dinamakan kelas kemampuan lahan. Berdasarkan kelas kemampuannya, lahan dikelompokkan dalam delapan kelas. Lahan I sampai IV merupakan lahan yang sesuai bagi usaha pertanian, sedangkan lahan kelas V sampai VIII merupakan lahan yang tidak sesuai untuk usaha pertanian. Ketidaksesuaian ini bisa terjadi karena biaya pengolahannya lebih tinggi dibandingkan hasil yang bisa dicapai.
  • 28. Secara lebih terperinci, kelas-kelas kemampuan lahan dapat dideskripsikan sebagai berikut. 1) Kelas I, merupakan lahan dengan ciri tanah datar, butiran tanah agak halus, mudah diolah, sangat responsif terhadap pemupukan dan memiliki sistem pengaliran air yang baik. Tanah kelas Isesuai untuk semua jenis penggunaan pertanian tanpa memerlukan usaha pengawetan tanah. Untuk meningkatkan kesuburannya dapat dilakukan pemupukan. 2) Kelas II, merupakan lahan dengan ciri lereng landai, butiran tanahnya halus sampai agak kasar. Tanah kelas II agak peka terhadap erosi. Tanah ini sesuai untuk usaha pertanian dengan tindakan pengawetan tanah yang ringan, seperti pengolahan tanah berdasarkan garis ketinggian dan penggunaan pupuk hijau.
  • 29. 3) Kelas III, merupakan lahan dengan ciri tanah terletak di daerah yang agak miring dengan sistem pengairan air yang kurang baik. Tanah kelas III sesuai untuk segala jenis usaha pertanian dengan tindakan pengawetan tanah yang khusus seperti pembuatan terasering, pergiliran tanaman dan sistme penanaman berjalur. Untuk mempertahankan kesuburan tanah perlu pemupukan. 4) Kelas IV, merupakan lahan dengan ciri tanah terletak pada wilayah yang miring sekitar 12-30% dengan sistem pengairan yang buruk. Tanah kelas IV ini masih dapat dijadikan lahan pertanian dengan tingkatan pengawetan tanah yang lebih khusus dan lebih berat
  • 30. 5) Kelas V, merupakan lahan dengan ciri terletak di wilayah yang datar atau agak cekung, namun permukaannya banyak mengandung batu dan tanah liat. Karena terdapat di daaerah yang cekung tanah ini seringkali tergenang air sehingga tingkat keasaman tanahnya tinggi. Tanah ini tidak cocok untuk dijadikan lahan pertanian, tetapi inipun lebih sesuai untuk dijadikan padang rumpur atau dihutankan 6) Kelas VI, merupakan lahan dengan ciri ketebalan tanahnya tipis dan terletak di daerah yang agak curam dengan kemiringan lahan sekitar 30-45%. Lahan kelas VI ini mudah tererosi, sehingga lahan inipun lebih sesuai untuk dijadikan padang rumput atau dihutankan
  • 31. 7) Kelas VII, merupakan lahan dengan ciri terletak di wilayah yang sangat curam dengan kemiringan antara 45-65% dan tanahnya sudah mengalami erosi berat. Tanah ini sama sekali tidak sesuai untuk dijadikan lahan pertanian, namun lebih sesuai ditanami tanaman tahunan (tanaman keras) 8) Kelas VIII, merupakan lahan dengan ciri terletak di daerah dengan kemiringan di atas 65%, butiran tanah kasar dan mudah lepas dari induknya. Tanah ini sangat rawan terhadap kerusakan, karena itu lahan kelas VIII harus dibiarkan secara alamiah tanpa campur tangan manusia atau dibuat cagar alam.
  • 34.  Kelompok 1 Mesa : Bisa dijelaskan mengenai perbandingan 1:3 pada metode kimia! (OK)  Kelompok 3 Andri : apa itu penjenuhan tanah oleh air? (OK)  Kelompok 4 Nadya : Apa perbedaan dari metode contour strip cropping dengan contour farming.....?  Kelompok 5 Cindy : apa yang terdapat dalam suatu unsur hara? HUMUS  Kelompok 6 Nora : Apa yang dimaksud dengan penanaman searah dengan garis kontur?