Profil tanah terdiri atas beberapa lapisan yang masing-masing memiliki ciri khas. Lahan potensial dan lahan kritis memiliki karakteristik yang berbeda dan perlu diolah secara berbeda untuk mencegah erosi tanah dan meningkatkan produktivitas lahan. Berbagai upaya konservasi tanah perlu dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif erosi tanah.
2. Profil/Irisan Vertikal Tanah
Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan
paling atas sampai pada lapisan batuan induk tanah (regolit).
Syarat-syarat profil tanah:
1. Tegak (Vertikal)
2. Baru
3. Tidak terkena sinar matahari langsung
4. Tidak tergenang air
5. Mewakili tapak sekeliling
Tiap tanah dicirikan oleh susunan horizon tertentu.
Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap profil tanah terdiri
atas dua lebih horizon utama. Tiap horizon dapat dibedakan
berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat morfologis lainnya.
3. Horison O merupakan horison organik. Terdapat pada
tanah bervegetasi padat (hutan primer) yang belum
diganggu oleh kegiatan manusia
Horison A merupakan campuran mineral dan organik.
Disebut horison eluviasi (pencucian), karena pada
horison ini banyak mineral dan organik yang tercuci
Horison B disebut horison iluviasi
(penimbunan), karena tempat penimbunan mineral
dan organik dari horison A
Horison C, lapisan batuan induk yang belum banyak
mengalami proses pelapukan
Horison R, batuan induk yang sama sekali belum
mengalami proses pelapukan
4. Secara garis besar, profil tanah terdiri atas empat
lapisan, yaitu:
1. Lapisan Tanah Atas
Lapisan tanah atas disebut juga
topsoil, merupakan bentuk lapisan tanah yang
paling subur, berwarna cokelat kehitam-
hitaman, gembur, dan memiliki ketebalan hingga 30
cm. Pada lapisan tanah inilah berkembang aktivitas
organisme tanah. Warna cokelat kehitaman dan
kesuburan tanah pada lapisan ini disebabkan
pengaruh humus (bunga tanah), yaitu campuran
sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati dan
membusuk di dalam lapisan atas.
5. 2. Lapisan tanah bawah
Lapisan tanah bawah disebut
subsoil, merupakan lapisan tanah yang berada tepat
di bawah lapisan topsoil. Lapisan ini memiliki sifat
kurang subur karena memiliki kandungan zat
makanan yang sangat sedikit, berwarna kemerahan
atau lebih terang, strukturnya lebih padat, dan
memiliki ketebalan antara 50-60 cm. Pada lapisan
ini, aktivitas organisme dalam tanah mulai
berkurang, demikian juga dengan sistem perakaran
tanaman. Hanya tanaman keras yang berakar
tunggang saja yang mampu mencapainya.
6. 3. Lapisan bahan induk tanah
Lapisan bahan induk tanah disebut juga
regolith, merupakan asal atau induk dari lapisan
tanah bawah. Pada profil tanah, lapisan ini
berwarna kelabu keputih-putihan, bersifat kurang
subur karena tidak banyak mengandung zat-zat
makanan, strukturnya sangan keras, dan sulit
ditembus sistem perakaran. Di lerenr-lereng
pegunungan lipatan atau patahan, lapisan ini
seringkali tersingkap dengan jelas. Akan
tetapi, karena sifat-sifat tersebut, maka lapisan
tanah ini sulit dibudidayakan dan hanya akan
menghasilkan tanaman yang kerdil dan tidak
berkembang.
7. 4. Lapisan batuan induk
Lapisan batuan induk disebut juga bedrock,
merupakan bentuk batuan pejal yang belum
mengalami proses pemecahan. Lapisan ini
terletak di lapisan paling bawah, sehingga jarang
dijumpai manusia. Akan tetapi,di pegunungan
lipatan atau patahan, lapisan ini terkadang
tersingkap dan berada di lapisan atas. Bila hal ini
terjadi, maka lahan tersebut merupakan lahan
yang tandus dan tidak dapat ditanami karena
masih merupakan lapisan batuan.
8. Lahan Potensial dan Lahan Kritis
1. Lahan Potensial
Lahan potensial adalah lahan yang belum dimanfaatkan
atau belum diolah dan jika diolah akan mempunyai nilai ekonomis
yang besar karena mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi dan
mempunyai daya dukung terhadap kebutuhan manusia.
Lahan potensial merupakan modal dasar dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Dalam arti sempit, lahan potensial selalu dikaitkan dengan
produksi pertanian, yaitu lahan yang dapat memberikan hasil
pertanian yang tinggi walaupun dengan biaya pengelolaan yang
rendah. Tetapi dalam arti luas, lahan potensial dikaitkan dengan
fungsinya bagi kehidupan manusia, yaitu lahan yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
9. Merencanakan penggunaan lahan yang digunakan manusia
Upaya-Upaya Pelestarian dan peningkatan manfaat
Menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi dan
lahan-lahan potensial
intensitas penggunaan lahan dalam wilayah tertentu
Merencanakan penggunaan lahan kota agar jangan sampai
menimbulkan dampak pencemaran
Menggunakan lahan seoptimal mungkin bagi kepentingan
manusia
Memisahkan penggunaan lahan untuk
permukiman, industri, pertanian, perkantoran, dan usaha-
usaha lainnya
Membuat peraturan perundang-undangan yang meliputi
pengalihan hak atas tanah untuk kepentingan umum dan
peraturan perpajakan
Melakukan pengkajian terhadap kebijakan tata
ruang, perijinan, dan pajak dalam kaitannya dengan konversi
penggunaan lahan
10. Menggunakan teknologi pengolahan
tanah, penghijauan,reboisasi, dan pembuatan
sengkedan di daerah pegunungan
Perlu usaha pemukiman penduduk dan
pengendalian peladang berpindah
Mengelola dengan baik daerah aliran
sungai, daerah pesisir, dandaerah di sekitar
lautan.
11. 2. Lahan kritis
Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami
kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis atau lahan yang
tidak mempunyai nilai ekonomis. Untuk menilai kritis
tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari kemampuan lahan
tersebut. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan
suatu lahan, dapat dilihat dari besarnya risiko ancaman
atau hambatan dalam pemanfaatan lahan.
Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif.
Meskipun dikelola, produktivitas lahan kritis sangat
rendah. Bahkan, dapat terjadi jumlah produksi yang
diterima jauh lebih sedikit daripada biaya
pengelolaannya. Lahan ini bersifat tandus, gundul, tidak
dapat digunakan untuk usaha pertanian, karena tingkat
kesuburannya sangat rendah.
12. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan
kritis, antara lain sebagai berikut:
Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah
bayangan hujan
Genangan air yang terus-menerus, seperti di daerah
pantai yang selalu tertutup rawa-rawa
Erosi tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di
daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah yang
miring. Masswasting adalah gerakan masa tanah
menuruni lereng
Pengolahan lahan yang kurang memperhatikn aspek-
aspek kelestarian lingkungan. Lahan kritis dapat terjadi
di dataran tinggi, pegunungan, daerah yang
miring, atau bahkan di dataran rendah
13. Masuknya material yang dapat bertahan lama
ke lahan pertanian (tak dapat diuraikan oleh
bakteri) misalnya plastic. Plastik dapat
bertahan ± 200 tahun di dalam tanah sehingga
sangat mengganggu kelestarian kesuburan
tanah
14. Jika lahan kritis dibiarkan dan tidak ada
perlakuan perbaikan, maka keadaan itu akan
membahayakan kehidupan manusia, baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Maka dari
itu, lahan kritis harus segera diperbaiki. Untuk
menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh
adanya lahan kritis tersebut, pemerintah
Indonesia telah mengambil kebijakan, yaitu
melakukan rehabilitasi dan konservasi lahan-
lahan kritis di Indonesia.
15. Lahan tanah dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi
pertanian, perkebunan, peternakan, dan usaha lainnya
Upaya penanggulangan lahan kritis
Erosi tanah perlu dicegah melalui pembuatan teras-
teras pada lereng bukit
Usaha perluasan penghijauan tanah milik dan reboisasi
lahan hutan
Perlu reklamasi lahan bekas pertambangan
Perlu adanya usaha ke arah Program Kali Bersih
(Prokasih)
Pengolahan wilayah terpadu di wilayah lautan dan
daerah aliran sungai (DAS)
Pengembangan keanekaragaman hayati
Perlu tindakan tegas bagi siapa saja yang merusak
lahan yang mengarah pada terjadinya lahan kritis
16. Menghilangkan unsur-unsur yang dapat mengganggu
kesuburan lahan pertanian, misalnya plastik. Berkaitan
dengan hal ini, proses daur ulang sangat diharapkan
Pemupukan dengan pupuk organik atau alami, yaitu
pupuk kandang atau pupuk hijau secara tepat dan
terus-menerus
Guna menggemburkan tanah sawah, perlu
dikembangkan tumbuhan yang disebut Azola
Memanfaatkan tumbuhan eceng gondok guna
menurunkan zat pencemaran yang ada pada lahan
pertanian. Eceng gondok dapat menyerap pat
pencemar dan dapat dimanfaatkan untuk makanan
ikan. Namun, dalam hal ini kita harus berhati-hati
karena eceng gondok sangat mudah berkembang
sehingga dapat mengganggu lahan pertanian
17. Penyebab Kerusakan, Dampak
Kerusakan dan Usaha yang Dilakukan
Erosi Tanah adalah tanah yang lapuk & mudah
mengalami penghancuran.
Adapun penyebab utama erosi tanah:
• Tanah gundul
• Tanah miring tidak dibuat terasering/gulungan
penyangga air
• Tanah tidak dibuat tanggul pasangan penahan erosi
• Penambangan
• Eksploitasi hutan
• Pengerukan tanah
18. Dampak Erosi Tanah:
Menipisnya lapisan permukaan tanah bagian
atas, yang akan menyebabkan menurunnya
kemampuan lahan (degradasi lahan)
Menurunnya kemampuan tanah untuk
meresapkan air (infiltrasi)
Pelumpuran dan pendangkalan waduk
Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan
19. Konservasi tanah adalah serangkaian
strategi pengaturan untuk mencegah erosi tanah
dari permukaan bumi atau terjadi perubahan
secara kimiawi atau biologi akibat penggunaan
yang berlebihan, salinisasi, pengasaman, atau
akibat kontaminasi lainnya.
untuk menjaga kestabilan tanah di daerah
miring dan untuk mengurangi tingkat erosi
tanah, maka diperlukan beberapa langkah
antara lain sebagai berikut:
20. a. Terasering, yaitu pola bercocok tanam
dengan sistem berteras-teras (bertingkat)
untuk mencegah terjadinya erosi tanah.
21. b. Contour farming, yaitu menanami lahan
menurut garis kontur (kemiringan). Sehingga
perakarannya dapat menahan tanah dari erosi.
23. d. Contour plowing, yaitu membajak tanah
searah garis kontur, sehingga terjadilah alur-alur
horizontal untuk mencegah terjadinya erosi.
24. e. Contour Strip Cropping, yaitu bercocok tanam dengan
cara membagi bidang-bidang tanah dalam bentuk
memanjang dan sempit dengan mengikuti garis kontur
sehingga bentuknya berbelok-belok. Masing-masing
ditanami tanaman yang berbeda-beda jenisnya secara
berselang-seling (tumpang sari)
25. f. Crop rotation, yaitu usaha pergantian jenis
tanaman supaya tanah tidak kehabisan salah
satu unsur hara, akibat diserap terus-menerus
oleh salah satu jenis tanaman.
26. g. Reboisasi, yaitu menanami kembali hutan-
hutan yang gundul untuk mencegah terjadinya
erosi, tanah longsor, dan banjir.
27. Kelas Kemampuan
Tingkat kecocokan pola penggunaan lahan
dinamakan kelas kemampuan lahan.
Berdasarkan kelas kemampuannya, lahan
dikelompokkan dalam delapan kelas. Lahan I
sampai IV merupakan lahan yang sesuai bagi
usaha pertanian, sedangkan lahan kelas V
sampai VIII merupakan lahan yang tidak sesuai
untuk usaha pertanian. Ketidaksesuaian ini bisa
terjadi karena biaya pengolahannya lebih tinggi
dibandingkan hasil yang bisa dicapai.
28. Secara lebih terperinci, kelas-kelas kemampuan lahan dapat
dideskripsikan sebagai berikut.
1) Kelas I, merupakan lahan dengan ciri tanah
datar, butiran tanah agak halus, mudah diolah, sangat
responsif terhadap pemupukan dan memiliki sistem
pengaliran air yang baik. Tanah kelas Isesuai untuk
semua jenis penggunaan pertanian tanpa memerlukan
usaha pengawetan tanah. Untuk meningkatkan
kesuburannya dapat dilakukan pemupukan.
2) Kelas II, merupakan lahan dengan ciri lereng
landai, butiran tanahnya halus sampai agak kasar. Tanah
kelas II agak peka terhadap erosi. Tanah ini sesuai untuk
usaha pertanian dengan tindakan pengawetan tanah
yang ringan, seperti pengolahan tanah berdasarkan
garis ketinggian dan penggunaan pupuk hijau.
29. 3) Kelas III, merupakan lahan dengan ciri tanah terletak
di daerah yang agak miring dengan sistem pengairan air
yang kurang baik. Tanah kelas III sesuai untuk segala
jenis usaha pertanian dengan tindakan pengawetan
tanah yang khusus seperti pembuatan
terasering, pergiliran tanaman dan sistme penanaman
berjalur. Untuk mempertahankan kesuburan tanah
perlu pemupukan.
4) Kelas IV, merupakan lahan dengan ciri tanah terletak
pada wilayah yang miring sekitar 12-30% dengan sistem
pengairan yang buruk. Tanah kelas IV ini masih dapat
dijadikan lahan pertanian dengan tingkatan
pengawetan tanah yang lebih khusus dan lebih berat
30. 5) Kelas V, merupakan lahan dengan ciri terletak di
wilayah yang datar atau agak cekung, namun
permukaannya banyak mengandung batu dan tanah liat.
Karena terdapat di daaerah yang cekung tanah ini
seringkali tergenang air sehingga tingkat keasaman
tanahnya tinggi. Tanah ini tidak cocok untuk dijadikan
lahan pertanian, tetapi inipun lebih sesuai untuk dijadikan
padang rumpur atau dihutankan
6) Kelas VI, merupakan lahan dengan ciri ketebalan
tanahnya tipis dan terletak di daerah yang agak curam
dengan kemiringan lahan sekitar 30-45%. Lahan kelas VI
ini mudah tererosi, sehingga lahan inipun lebih sesuai
untuk dijadikan padang rumput atau dihutankan
31. 7) Kelas VII, merupakan lahan dengan ciri terletak di
wilayah yang sangat curam dengan kemiringan
antara 45-65% dan tanahnya sudah mengalami
erosi berat. Tanah ini sama sekali tidak sesuai untuk
dijadikan lahan pertanian, namun lebih sesuai
ditanami tanaman tahunan (tanaman keras)
8) Kelas VIII, merupakan lahan dengan ciri terletak
di daerah dengan kemiringan di atas 65%, butiran
tanah kasar dan mudah lepas dari induknya. Tanah
ini sangat rawan terhadap kerusakan, karena itu
lahan kelas VIII harus dibiarkan secara alamiah
tanpa campur tangan manusia atau dibuat cagar
alam.
34. Kelompok 1
Mesa : Bisa dijelaskan mengenai perbandingan 1:3 pada
metode kimia! (OK)
Kelompok 3
Andri : apa itu penjenuhan tanah oleh air? (OK)
Kelompok 4
Nadya : Apa perbedaan dari metode contour strip
cropping dengan contour farming.....?
Kelompok 5
Cindy : apa yang terdapat dalam suatu unsur hara?
HUMUS
Kelompok 6
Nora : Apa yang dimaksud dengan penanaman searah
dengan garis kontur?