1. MODEL PEMBELAJARAN
MAMPU MEMAHAMI LANDASAN MODEL
PEMBELAJARAN, PRINSIP
PENGEMBANGAN MODEL, PROSEDUR
PENGEMBANGAN MODEL DAN
MENGIMPLEMENTASIKANNYA UNTUK
MENGEMBANGKAN MODEL/ METODE
PEMBELAJARAN DAN METODE
MEMBACA, MENYIMAK, MENULIS,
BERBICARA
3. Apa model pembelajaran?
Gunter et al (1990:67) mendefinisikan model
pembelajaran sebagai langkah-langkah suatu
prosedur yang mengarah pada hasil belajar
secara khusus
Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model
pembelajaran sebagai kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan pembelajaran.
4. Konsep Model Pembelajaran
model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Jadi model pembelajaran cenderung
preskriptif, yang relatif sulit dibedakan
dengan strategi pembelajaran
5. Landasan
Pendekatan dalam pembelajaran
Tujuan pembelajaran dan konsep belajar
Karakteristik pembelajar
Teori proses belajar
6. Prinsip Model Pembelajaran
Sesuai dengan karakteristik tujuan
Sesuai dengan karakteristik pembelajar
Memfasilitasi siswa dalam belajar
Berisi unsur model pembelajaran secara
jelas
7.
8.
9. Contoh Model Pembelajaran
Model pembelajaran observasional
(A = atensi
R = untuk mereproduksi tindakan model, murid
mengkode dan menyimpan dalam memori
sehingga bisa duambil kembali
P = produksi belajar/ berlatih untuk
mereproduksi apa yang dilakukan model
M = motivasi (memotivasi murid untuk
menghasilkan perilaku model – motivasi diri)
10. Unsur Model Pembelajaran
Syntax, yaitu langkah-langkah operasional
pembelajaran,
Social system, adalah suasana dan norma
yang berlaku dalam pembelajaran,
Principles of reaction, menggambarkan
bagaimana seharusnya guru memandang,
memperlakukan, dan merespon siswa,
11. Support system, segala sarana, bahan, alat,
atau lingkungan belajar yang mendukung
pembelajaran, dan
Instructional dan nurturant effects—hasil
belajar yang diperoleh langsung berdasarkan
tujuan yang menjadi sasaran (instructional
effects) dan hasil belajar di luar yang menjadi
sasaran (nurturant effects).
13. Pendekatan dan konsep pembelajaran
Konsep Pembelajaran dipengaruhi pendekatan
Proses perubahan perilaku berdasarkan
rangsangan dari lingkungannya.
Proses transformasi pengalaman secara
kognitif berdasarkan peran lingkungan dan
perilaku
Pengaruh yang relatif permanen atas
perilaku, pengetahuan, dan keterampilan
berpikir yang diperoleh melalui pengalaman
Proses mengkonstruk pengetahuan
14. 4 Pendekatan Pembelajaran
1. Behavioral = belajar adalah meningkatkan
perilaku yang diharapkan, menggunakan
dorongan, pembentukan dan mengurangi
perilaku yang tidak diharapkan
2. Pemrosesan informasi = penekanan bgmn
siswa memproses informasi melalui atensi,
memori, pemikiran, dan proses kognitif
lainnya ( mengolah informasi, memonitor,
dan menyusun strategi/ cara berpikir)
15. 3. Kognitif sosial = penekanan pada hubungan
perilaku, kognitif, dan perilaku (strategi
observasional – metode modelling)
4. Konstruktivis sosial = penekanan pada
kolaborasi dengan orang lain untuk
menghasilkan pengetahuan dan pemahaman
16. Pendekatan behaviorisme
Strategi Behavioral
prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau
isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan
meningkatkan kemungkinan respons itu akan terjadi.
Ketika guru menggunakan prompt, mereka berasumsi
bahwa murid dapat melakukan perilaku yang diinginkan.
Tetapi, kadang-kadang murid tidak punya kemampuan
untuk melakukannya. Dalam kasus ini diperlukan
shaping (pembentukan)
Shaping = mengajari perilaku baru dengan memperkuat
perilaku yang mirip dengan perilaku sasaran
17. Behavioral = penekanan pada pengalaman
terutama penguatan dan hukuman sebagai
determinan dari pembelajaran dan perilaku
Kelemahan pendekatan behavioral kontrol
eksternal dominan
Direvisi oleh pendekatan kognitif sosial yang
memberi ruang kontrol internal
18. 5 Strategi untuk mengingkatkan
perilaku yang diharapkan
memilih penguat yang efektif
membuat penguatan bersifat kontingen dan
tepat waktu
memilih jadwal penguatan yang terbaik
mempertimbangkan penggunaan perjanjian
(contracting)
dan menggunakan penguatan negatif secara
efektif
19. PENDEKATAN PERILAKU
KOGNITIF
Membuat murid memonitor, mengelola, dan
mengatur perilaku mereka sendiri (mendorong
murid agar bertang jawab atas perilaku dan
pembelajaran aktif mrk sendri)
Mengubah miskonsepsi murid, memperkuat
keahlian mereka dalam menangani sesuatu,
meningkatkan kontrol diri, dan mendorong
refleksi diri yang konstruktif. Metode instruksi
diri = membantu murid mengubah apa
anggapan mereka tentang diri mereka sendiri
(berbicara kepada diri sendiri secara positif)
20. Membaca sastra : memupuk pemahaman
pengalaman kemanusiaan dan kemampuan
berempati
21. PENDEKATAN KOGNITIF DAN
KOGNITIF SOSIAL
Pendekatan kognitif menekankan agar murid
memonitor, mengelola, dan mengatur
perilaku mereka sendiri (bukan mengontrol
dari luar)
Kognitif sosial = penekanan pada interaksi
faktor perilaku, lingkungan, dan orang
(kognitif) sebagai determinan
pembelajara(pembelajaran resiprokal)
Pembelajaran observasional melalui atensi,
retensi, produksi, motivasi)
23. Contoh Model Pembelajaran
Model pembelajaran regulasi diri
1. Menentukan tujuan dan perencanaan
strategis
2. Melaksanakan rencana dan memonitornya
3. Monitoring hasil dan memperbaiki strategi
4. Evaluasi dan monitoring diri
24. Model pembelajaran resiprokal
Model resiprokal dalam pembelajaran membaca
Guru bergantian dengan murid
Guru menjelaskan/ mendemonstrasikan /
mencontohkan cara menggunakan strategi dalam
memahami suatu teks.
Murid diminta mendemostrasikan strategi tersebut
Murid bergantian memimpin diskusi kelompok kecil
Guru memberi dukungan saat siswa mempelajar.
Guru secara bertahap mengurangi peran aktifnya
(scaffolding)
25. Menurut Bandura
Person = sikap bawaan (introvet-ekstrovet,
tenang-cemas, ramah- jutek
Kognitif = strategi memahami, pemikiran,
kecerdasan, ekspektasi, keyakinan
Faktor person ditekankan pada self eficacy
yaitu keyakinan bahwa seseorang bisa
menguasai situasi dan menghasilkan hal
positif.
26. Pembelajaran observasional efektif untuk
mengajar perilaku baru (mengamati model
yang kompeten)
Retensi akan meningkat jika siswa mengamti
demontrasi dan contoh yang jelas
27. Jenis modelling berdasarkan
bentuknya
Modeling langsung
Modeling simbolik (karakter tokoh cerita)
Modelling sintetik
Modelling kognitif (demonstrasi yang
dimodelkan disertai deskripsi verbal dari apa
yang dipikirkan dan dilakukan oleh model di
hadapan siswa
28. Jenis modelling berdasarkan pelaku
Model teman sebaya
Model guru
Model orangtua
Model panutan yang dihargai bersama
29. Proses Asimilasi dan Akomodasi
Hal Baru
(benda, peristiwa, gagasan)
Mencocokkan dengan konsep
yang telah dimiliki
Cocok
Tidak cocok
Penguatan
Asimilasi
Ketidak-seimbangan
(Disbalance)
Akomodasi
Adaptasi (Belajar)
Cocok
transformasi
Keseimbangan
(Balance)
Mengerti
Jalan buntu
(tidak mengerti)
30. Mutiara-mutiara dalam Teori
pemrosesan informasi
Peranan pengetahuan/ pengalaman awal
menentukan pemahaman siswa
Pemahaman bermakna perlu dibuat agar
masuk pada memori jangka panjang
Pengetahuan dan pengalaman disusun
dalam pikiran manusia dalam bentuk jaringan
(skemata) – skemata isi (tentang apa yang
dibicaran– skemata formal (tentang cara
melakukan sesuatu)
Implikasi – peta konsep (mata pelajaran yang
35. Pembelajaran Aktif (Fink)
Melibatkan pikiran, emosi, fisik
Siswa sebagai subjek
Belajar dengan melakukan
Berorientasi kelompok
Variasi model disessikan dengan kecerdasan
majemuk
Multiarah
Fisik kelas kondusif
Daya imajinasi, dan fantasi dikembangkan
36. PEMBELAJARAN AKTIF
Lebih bermakna
Pemahaman konsep “tahan lama”
Interaksi sosial (social interaction)
Menekankan pada aktivitas hands-on
dan minds-on
Belajar lebih menyenangkan
Lahan subur untuk membentuk
karakter siswa
37. Kecemasan tinggi mengganggu kemampuan
murid mencapai prestasi
Strategi relaksasi bisa mengurangi
kecemasan tetapi tidak meningkatkan
prestasi (eccless 1989).
Strategi membantu murid yang tidak tertarik
(teralineasi) dengan cara mengajar yang
menyenangkan, membangun hubungan
positif, membuat sekolah lebih menarik,
penggunaan mentor yang lebih tua
38. Asosiasi Pembelajaran Aktif
Pembelajaran kontekstual (CTL)
PAKEM/PAIKEM
Pembelajaran berdasarkan masalah (PBL)
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
CBSA
39. Pembelajaran Berbasis Proyek
Mengimplementasikan determinasi personal
(memilih fokus sendiri, merencanakan cara memonitor)
Proyek sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan
berisi langkah-langkah sehingga menghasilkan “produk”
Kegiatan dilaksanakan jangka waktu yang relatif lama-
Produk proyek bermakna bagi siswa (kumpulan puisi,
pementasan cerita, membuat pameran
Mengapa begini mengapa begitu
40. Bagaimana bentuk pekerjaan rumah yang
baik untuk murid kelas rendah?
Siswa kelas rendah PR yang menimbulkan
kesukaan belajar
Menambah keterampilan studi
Tugas pendek dan dapat diselesaikan
dengan cepat
Jangan buat tugas yang membuat murid
stres dan tegang
Berguna untuk menambah keterampilan di
41. Pekerjaan rumah berkaitan dengan
aktivitas kelas berikutnya agar punya
makna
Tugas rumah harus fokus (bukan mencari
tema tetapi memilih salah satu tokoh dan
menjelaskan mengapa tokoh bertindak
seperti itu)
Memberi kesempatan murid melakukan
pekerjaan kreatif dan mendalam
42. (bukan menghafal tanggal dan nama perang tetapi
membuat surat fiksional kepada para tentara)
Tugas kelas tinggi (SMP dan SMA) –murid sekolah
menengah lebih suka bekerja keras setelah sekolah
dan mempelajari keterampilan studi yang baik
Tugas menantang
Menuntut siswa mengaplikasikan pengetahuannya
Sebagai alat melatih tanggung jawab (Santrok , 2004)
Memberikan pedoman kepada orangtua (cara
membantu)
Tugas bermakna
Memantau PR
46. Model untuk KD yang bisa
Siswa berkelompok mencoba sebisanya
indikator KD, guru menempelkan hasil di
papan tulis dan mengelompokkan hasil
pada kategori tepat, kurang tepat, salah –
guru menempelkan jawaban bandingan –
siswa secara kelompok mengamati dan
menyimpulkan perbedaan dan ciri tiap-tiap
kategori – guru menyimpulkan ciri hasil
yang tepat dan kurang tepat – siswa secara
mandiri mencoba menerapkan langkah
pada wacana yang lain dan dinilai.
47. Model KD Keterampilan/ terapan
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok –
wakil kelompok diajari guru langkah/ cara
mencapai indikator KD- Siswa wakil
mengajarkan pada anggota kelompoknya –
tiap anggota mencoba menerapkan langkah
mencapai indikator KD - siswa didorong
membuat simpulan langkah menentukan KD
dilakukan untuk guru dan beberapa siswa-
siswa mencoba secara kelompok langkah
yang dilakukan guru– siswa mencoba
individu dengan wacana yang berbeda.
48. 1. Observasi
2. Pembentukan Interpretasi
3. Kontekstualisasi
4. Penguasaan kognitif
5. Kolaborasi
6. Multi-Interpretasi
7. Multi-Manifestasi
Model Konstruksi Informasi
(The Information Construction - ICON)
49. Pembelajaran
KONTEKSTUAL
CTL adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari
50. Contextual Teaching and Learning
(Model Pembelajaran Kontekstual)
konsep pembelajaran yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa
mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat
menjadikan siswa bekerja keras dalam usaha
mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru yang dipelajarinya.
51. STRATEGI CL
(Berdasarkan Center of Occupational Research and Development)
Mengaitkan
Belajar dalam konteks pengalaman sehari-hari
Mengalami
Belajar dari pengalaman – melalui explorasi, discovery, dan invention
Mengaplikasikan
Belajar dengan mengaplikasikan konsep, pengalaman dan kegiatan problem solving
Bekerja sama
Belajar dalam konteks saling berbagi, merespon, dan berkomunikasi antar pebelajar.
Mentransfer
Belajar dengan menggunakan pengetahuan dalam konteks dan situasi yang baru.
52. 6 ELEMEN KUNCI CTL
(Berdasarkan Laboratorium Pendidikan Wilayah)
Pembelajaran Bermakna
Pemahaman, relevansi personal dan penilaian yang dikaitkan oleh pebelajar terhadap isi dari
apa yang dipelajari
Aplikasi Pengetahuan
Kemampuan untuk melihat bagaimana materi yang telah dipelajari dapat digunakan untuk
setting dan fungsi yang berbeda di masa mendatang.
Cara Pikir yang lebih Tinggi
Pebelajar diharuskan untuk menggunakan pemikiran yang kritis dan kreatif dalam
mengumpulkan data, memahami masalah, atau memecahkan sebuah permasalahan.
Kurikulum Standar-berkaitan
Isi dari pengajaran berkaitan dengan variasi dan cakupan standar lokal, regional, nasional dan
industri.
Respon Budaya
Pendidik harus mengerti dan menghormati nilai, kepercayaan dan adat istiadat pebelajar.
Penilaian otentik
Penggunaan berbagai alat penilaian yang mencerminkan validitas hasil yang diharapkan dari pebelajar.
53. Prinsip Penerapan CTL
1. Merencanakan pembelajaran
sesuai dg kewajaran
perkembangan mental siswa
2. Membentuk kelompok belajar
yang saling bergantung
3. Menyediakan lingkungan yang
mendukung pembelajaran mandiri
4. Mempertimbangkan keragaman
siswa
5. Memperhatikan multi intelegensi
siswa6. Menggunakan teknik-teknik
bertanya
7. Menerapkan penilaian otentik
62. Rasakan, raba, Lihat, dengar, Asosiasikan,
Rangkaikan
Amati, tuliskan, beri pendapat, hubungkan,
kembangkan secara utuh, Penghargaan
untuk semua yang berhasil
Amati sekitarmu, rumuskan masalah (kalimat
tanya- memertanyakan) - tuliskan apa saja
Baca, petakan, hubungkan/ cari yang belum
banyak
63. Menemukan (Inquiry)
Siklus Inquiry
Observasi
(Observation )
Bertanya
(Questioning)
Mengajukan dugaan
(Hiphotesis)
Pengumpulan Data
(Data gathering)
Penyimpulan
(Conclusion)
64. Amati, Tulis, Asosiasikan, Rangkaikan
Baca, baca, baca, catat proposisi, rumuskan
masalah, simpulkan
Tema yang berkaitan yang sudah ada/
masalalu, tambahkan, cari sisi lainnya
Ungkapan yang sudah ada – membuat yang
berbeda
65. Langkah-langkah kegiatan
menemukan (Inquiry)
Merumuskan masalah
Mengamati atau melakukan observasi
Menganalisis dan menyajikan hasil dalam
tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan
karya lainnya
Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil
karya pada pembaca, teman sekelas, guru,
atau audien yang lain
66. Model Tradisional Model Contekstual
PERAN
GURU
Pentransmisi
Pengetahuan
Fasilitator, koordinator
atau pembimbing untuk
menemukan,
mengembangkan dan
mengaplikasikan
pengetahuan
PERAN
SISWA
Penerima pasif
pengetahuan dan
informasi melalui
ceramah atau teks
bacaan
Terlibat aktif dalam
proses pembelajaran;
siswa membangun
pengetahuan melalui
kegiatan lingkungan kerja
aktual
67. ALIR PEDAGOGI PENGEMBANGAN KONSEP
DALAM CONTEXTUAL LEARNING
Observasi dan
Diskusi
Kegiatan yang
Berkaitan
Pengenalan
konsep
Experimen
Pengembangan
Konsep
Aplikasi
Konsep.
Masalah /
Pertanyaan
68. Kontrak Belajar 081252670462
ha Usahakan tepat waktu
Minimal 80% hadir
Membuat respon (mencari informasi
lanjutan)
Toleransi waktu 10 menit
Usahakan menyerahkan tugas tepat waktu
Penggantian waktu kuliah kesepakatan
dosen dan mahasiswa (ketua tingkat) – harus
bisa diikuti semua mahasiswa (Syukri )
Jika tidak masuk cukup sms (dosen)
69. Kami mengingat mereka yang
membutuhkan (murid didorong mengingat
yang menderita, terluka, anggota tim
penyelamat, anggota keluarga/ teman
korban
Kami ingin membantu
Kami menunjukkan dukungan
Kami ingin mengambil hikmah
Kami ingin menghargai diversitas
Membantu murid merayakan kebahagiaan
70. Metode regulasi diri = memunculkan dan memonitor
sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai
suatu tujuan (tujuan akademik, sosioemosional)
Tujuan emosional – mengontrol kemarahan, belajar
akrap dengan teman sebaya.
Ciri pembelajar regulasi diri (1) memperluas pengetahuan
dan menjaga motivasi, menyadari keadaan emosi dan
punya strategi untuk mengatasinya, (3) secara periodik
memonitor kemajuan, (4) menyesuaikan strategi
berdasarkan hasil monitor, (5) mengevaluasi halangan
yang mungkin muncul dengan adaptasi yang diperlukan
71. Strategi peningkatan self eficacy
self eficacy = keyakinan bahwa seseorang
bisa menguasai situasi dan menghasilkan hal
positif (motivasi ut menguasai/ mot intrinsik)
Self eficacy penting mempengaruhi prestasi
murid. Murid dengan self eficacy tinggi setuju
saya mampu menguasai/ mengerjakan,
tekun, mau mengerjakan tugas sulit. Self
eficacy rendah menghindari banyak tugas
belajar (khususnya yang menantang dan
sulit)
72. Lembaran monitoring waktu studi
Tgl Tugas Wkt
mulai
Selesai Konteks studi
(dimana, dengan
siapa, gangguan
yang terjadi
Self eficacy
1 = tidak
percaya diri
2= cukup
percaya diri
3 = sangat
percaya diri
73. Penguatan diri sendiri dengan
pengamatan model
Penggunaan penguatan tidak selalu
dibutuhkan. Jika murid tidak memproduksi
perilaku yang diharapkan, perlu tiga jenis
penguat (1) memberi imbalan pada model
yang diamati, (2) memberi imbalan pada
murid, dan (3) meminta murid membuat
pernyataan untuk memperkuat diri sendiri
dan self asessment
74. Empat proses kognitif untuk motivasi
1. Teori Atribusi = dalam usaha murid untuk
memahami kinerja sendiri mereka termotivasi
ut menemukan sebab-sebab yang mendasari
Penyebab kesuksesan/ kegagalan = kemampuan,
usaha, tingkat kesulitan tugas, keberuntungan, suasana
hati, bantuan/rintangan dari orang lain
Tiga dimensi atribusi kausal = lokus (persepsi murid ttg
sebab kegagalan/ kesksesan bersifat eksternal/ internal,
stabilitas sebab, sejauh mana dapat mengontrol sebab
75. 2. Motivasi menguasai keahlian (mastery)
Dua tipe murid: orientasi ut menguasai dan
orientasi tak berdaya
3. Perencanaan tujuan, perencanaan, dan
monitoring diri. Mis: Pembelajaran regulasi
diri dg penentuan tujuan, perencanaan, dan
monitoring diri untuk mencapai tujuan.
menentukan tujuan jangka pendek yang
spesifik , menantang, dan realistis (sesuai
kemamp optimal). Mendorong cara murid
mencapai tujuan scr benar
4. Self eficacy
76. Strategi meningkatkan Self eficacy dalam
pendekatan Kognitif Sosial
1. Ajarkan strategi spesifik (menyusun garis besar,
ringkasan) yang dapat memampuan untuk fokus pada
tugas murid
2. Dukungan positif dari guru, orangtua, lingkungan
3. Modelling dari orang dewasa/ sebaya (murid yang
selesai mengerjakan menjelaskan kepada teman lain)
4. Self eficacy dan prestasi akan meningkat jika murid
menentukan tujuan jangka pendek yang spesifik ,
menantang, dan realistis (sesuai kemamp optimal)
5. Kombinasikan strategi training dan tujuan.
6. Beri umpan balik pada murid ttg bagaimana strategi
beljr berhub dg kinerjanya
77. Pendekatan pemrosesan informasi
Proses mengolah informasi, memonitornya,
dan menyusun strategi berkenaan dengan
informasi tersebut (proses memori dan
proses berpikir)
Murid secara bertahap mengembangkan
kapasitas untuk memproses informasi dan
secara bertahap pula mendapatkan
pengetahuan dan keahlian secara kompleks
78. PENDEKATAN PEMROSESAN
INFORMASI
KESADARAN DIRI MURID DAPAT
MEMAMPUKAN MEREKA UNTUK
BERADAPTASI DAN MENGELOLA
STRATEGI DALAM BERPIKIR/
MEMECAHKAN MASALAH
MURID MENGGUNAKAN PENGETAHUAN
DAN STRATEGI YANG MEREKA PELAJARI
UNTUK MENYESUAIKAN RESPON PADA
SITUASI PEMBELAJARAN BARU
79. Bagaimana merepresentasikan
informasi dalam memori
Teori jaringan = informasi pada memori diorganisasikan
dan dihubungkan (pengambilan informasi melibatkan
fakta spesifik)
Teori skema = rekonstruksi informasi disesuaikan
dengan informasi yang sudah ada di benak siswa
(skema = informasi konsep, pengetahuan kejadian yang
sudah eksis dalam pikiran seseorang). Skema ini
mempengaruhi cara kita menyambil informasi dan
memahaminya.
80. PENDEKATAN PEMROSESAN
INFORMASI
ENCODING = PROSES MEMASUKKAN INFORMASI
KE DALAM MEMORI (MENYANDIKAN INFORMASI
YANG RELEVAN DAN MENGABAIKAN INFORMASI
YANG TIDAK RELEVAN)
MEMORI = RETENSI INFORMASI (BAGAIMANA
INFORMASI DISIMPAN SETELAH DISANDIKAN/
BAGAIMANA SISWA MENYUSUN MEMORI)
AGAR MEMORI BEKERJA MURID HARUS
MENGAMBIL INFORMASI, MENYIMPANNYA, DAN
KEMUDIAN MENGAMBILNYA KEMBALI UNTUK
SUATU TUJUAN
81. Ada 6 konsep yang berhubungan dengan
enkoding yaitu atensi, pengulangan,
pemrosesan mendalam, elaborasi,
mengkontruksi citra, dan penataan.
Untuk mengawali proses enkoding murid
harus memperhatikan informasi. Atensi
adalah mengkonsentrasikan sunber daya
mental. Atensi bersifat selektif karena sumber
daya otak terbatas.Siswa SD butuh bantuan
untuk memperhatikan dimensi yang relevan
daripada yang menonjol
82. Strategi menghasilkan memori yang
baik
Repetisi = informasi perlu diulang agar
informsi lebih lama berada di memori
Mengkontruksi secara bermakna bisa
mengingat lebih lama (pengulangan tidak
dapat bekerja baik jika berupa pengulangan
tanpa makna)
Pemrosesan yang mendalam bisa
menghasilkan memori yang baik.
83. Kapal -- level dangkal memperhatikan huruf
Level menengah memikirkan karakteristik
kata (seperti kadal) dan level mendalam
informasi diproses secara semantik
(memikirkan kapan terakhir naik kapal)
Elaborasi = ekstensivitas pemrosesan
informasi Murid perlu menggunakan
elaborasi agar memori terbantu. Mencari
contoh dan bukan contoh dari kehidupan
lingkunagn dan diri sendiri adalah cara
terbaik untuk mengelaborasi informasi dari
84. Mengkontruksi citra = elaborasi informasi
(disimpan sebagai kode verbal atau kode
citra). Mengingat kalimat lebih mudah
dilupakan daripada membuat gambaran di
dalam benak untuk setiap kalimat.
Penataan = jika murid menata informasi
ketika menyandikan maka
Chunking = strategi penataan dengan
mengelompokkan atau mengepak informasi
menjadi unit-unit
85. Penyimpanan
Memori sensoris = mempertahankan
informasi beberapa detik (bertahan sesaat
sehingga siswa informasi sensoris yang
penting)
Memori jangka pendek = sekitar 30 detik
kecuali jika diulangi atau diproses lebih lanjut
Memori jangka panjang = periode lama dan
waktu tak terbatas ( memori
deklaratifpengingatan kembali secara sadar –
duduk dan merenungkan pengalamannya)
86. Memori episodik = kapan, dimana suatu
peristiwa terjadi
Memori semantik = pengetahuan umum
murid tentang dunia
Bagaimana mempresentasikan memori
Teori jaringan
Teori skema
88. Mengambil informasi kembali
Efek posisi serial = orang lebih mudah mengingat item yang ada di
awal dan di akhir dari suatu daftar (lebih mengingat pelajaran jumat
daripada rabu) pad minggu berikutnya
Semakin banyak siswa melakukan elaborasi dalam menyandikan
informasi semakin baik mereka dalam mengingat informasi
(spesifitas penyandian) Asosiasi yang dibentuk dalam penyandian,
cenderung efektif untuk pengambilan kembali)
Teori interferensi halangan informasi lain dalam mengambil kembali
(perlu menggunakan regency effect = item yang terakhir yang
mudah diingat)
Memori yang memiliki kaitan emosional bertahan
89. MODEL PEMBELAJARAN
DENGAN SIKLUS BELAJAR
melibatkan peserta didik mencari informasi yang
luas tentang topik/tema materi yang akan
dipelajari dengan mengeksplorasi berbagai
sumber belajar
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta
didik serta antara peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
90. ELABORASI
memfasilitasi peserta didik untuk mengkaji lebih lanjut
informasi yang ditemukan pada tahap eksplorasi
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi
yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara
individual maupun kelompok dan menyajikan hasilnya
91. KONFIRMASI
memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun
hadiah terhadap apa yang dihasilkan siswa
melalui berbagai sumber,
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi
untuk memperoleh pengalaman belajar yang
telah dilakukan,
memberikan motivasi kepada peserta didik yang
kurang atau belum berpartisipasi aktif.
92. Pembelajaran Abad ke -20
Berpusat pada guru
Instruksi langsung
Menekankan Pengetahuan
Berorientasi pada Isi
Berkaitan dengan Ketrampilan dasar
Penekanan pada Teori
Akademik
Individual
Berlangsung di Ruang kelas
Penilaian sumatif
Belajar demi sekolah
93. Pembelajaran abad ke-21
Berpusat pada guru
Pembelajaran langsung
Menekankan Pengetahuan
Berorientasi pada Isi/materi
Berkaitan dengan Ketrampilan dasar
Penekanan pada Teori
Akademik
Individual
Berlangsung di Ruang kelas
Penilaian sumatif
Belajar demi sekolah
Berpusat pada siswa
Pembelajaran kolaboratif
Menekankan ketrampilan
Berorientasi pada proses
Berpikir tingkat tinggi
Menekankan Praktik
Life Skills
Kelompok
Berlangsung dalam komunitas
Penilaian formatif
Belajar demi hidup
A BetterA Better BalanceBalance
94. PENDEKATAN Konstruktivisme
(Constructivism)
Belajar adalah proses pencarian makna. Oleh
karena itu, belajar harus dimulai di seputar
persoalan yang maknanya sedang secara aktif
dicoba dikonstruksikan oleh siswa.
Makna menuntut pemahaman keseluruhan
maupun bagianbagiannya. Dan bagianbagian
harus dipahami dalam konteks keseluruhan.
Oleh karena itu, proses belajar difokuskan pada
pemahaman konsep primer, bukan pada fakta
fakta yang terpisahpisah.
95. Konstruktivisme
Pembelajaran difokuskan pada upaya
membuat hubungan antar berbagai fakta dan
mendorong terjadinya pemahaman baru
pada diri siswa.
Strategi pembelajaran disesuaikan dengan
respon siswa dan siswa didorong untuk
menganalisis, menginterpretasi dan
memprediksi informasi.
Guru banyak mengandalkan open-ended
questions dan mendorong terjadinya
banyak dialog di antara siswa.
96. Konstruktivisme
Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuannya dan memberi
makna melalui pengalaman nyata.
Struktur pengetahuan
dikembangkan dalam otak melalui
dua cara, yaitu proses asimilasi
atau akomodasi.
97. Konstruktivisme Piaget ke Vigotsky
Murid mengkonstruksi pengetahuan dengan
mentransformasikan, mengorganisasikan,
dan mereorganisasikan pengetahuan dengan
informasi sebelumnya
Murid mengkonstruksi pengetahuan melalui
interaksi sosial dengan orang lain. Isi
pengetahuan dipengaruhi kultur dimana
murid tinggal (bahasa, keyakinan, keahlian/
keterampilan)
98. Dukungan guru
Piaget dan vigotsky= guru sebagai fasilitator
Piaget : guru seharusnya memberi dukungan
mengeksplorasi dan mengembangkan
pemahaman
Vigotsky: guru harus menciptakan banyak
kesempatan untuk belajar dengan guru,
teman sebaya dalam mengkonstruksi
pengetahuan bersama.
Menekankan pentingnya kultur dalam
pembelajaran, situasi sosial/ sekitar
99. Mutiara-mutiara Konstruktivisme
sosial
Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa
Pemikiran diletakkan dalam konteks sosial dan fisik
bukan pada pikiran
Menciptakan pembelajaran semirip situasi riil
Makna kolaboratif penting (pengetahuan dibangun
bersama)
guru memantau perspektif, pemikiran, dan perasaan
murid
Guru dan murid saling belajar dan mengajar
Kurikulum dan isi mencerminkan minat dan kultur
mereka
100. Apa yang dapat dilakukan sendiri =
perkembangan aktual anak
Apa yang dapat dilakukan hanya dengan
pertolongan orang lain = perkembangan
potensial
ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT
TUGAS DALAM ZONE INI TIDAK DAPAT
DISELESAIKAN SENDIRI OLEH SISWA
101. Guru dan teman member konstribusi
bersama
1. Scaffolding= bantuan jika dibutuhkan/ disesuaikan –
guru/ teman sebaya erkolaboratif membantu siswa
belajar (beri dukungan dengan jumlah yang sesuai,
jangan lakukan apa yang bisa dilakukan siswa sendiri,
monitor dan beri dukungan dan bantuan yang
dibutuhkan)
2. Pelatihan Kognitif = pakar memperluas dan mendukung
– guru memberi contoh teman lain membantu
melaksanakan tugas mendorong murid untuk
melakukan secara mandiri (guru memonitor kapan siap
diajak ke langkah berikutnya respon tidak ada
pemahaman akan diulang/ dirumuskan kembali
102. 3. Tutoring = pelatihan kognitif antara pakar
dengan pemula (siswa yang lebih pandai
dengan siswa lain, orang dewasa/ pakar
dengan siswa). Tutoring individual efektif
dalam kelas heterogen –membantu yang
kurang pandai
a. Mentor/ pembantu kelas = cari orang pada
komunitas yang punya keahlian – tatap muka
satu per satu untuk murid yang kesulitan
belajar membaca
103. b. Tutor sebaya = lintas usia atau sebaya.
Model bermanfaat baik bagi tutor maupun
teman yang dibantu
4. Kooperatif (berpasangan/ kelompok) –
kerjasama dan ketergantungan kelompok
harus ada antarkomunitas sekolah
Penghargaan kelompok, individu dimintai
pertanggungjawaban dan diperlukan metode
mengevaluasi individu. Motivasi dalam
kelompok, memperbesar ketergantungan
kelompok,
104. Kerjasama kelas, antarkelas, kerjasama
sekolah, sekolahorangtua, sekolah
lingkungan
Menyusun kelompok –heterogen
kemampuan, heterogen etnis, team building,
Memberi peran yang berbeda agar lancar–
pendorong, pemuji, penjaga, pelatih,
pemimpin pertanyaan, pengecek, penguasa
tugas, pencatat/peringkas, pemikir, kapten
tenang, monitor bahan (suplier)
105. Dalam pandangan konstruktivisme “strategi
memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan
“seberapa banyak” siswa memperoleh dan
mengingat pengetahuan.
Tugas Guru adalah memfasilitasi dengan:
1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan
relevan bagi siswa
2. Memberi kesempatan siswa menemukan
dan menerapkan idenya sendiri
3. Menyadarkan siswa agar menerapkan
strategi mereka sendiri dalam belajar
106. Mengapa Konstruktivisme?
Lebih bermakna
Pembelajaran tidak sia-sia
Interaksi sosial (social interaction)
Membuat masuk akal (sense making)
Pengetahuan dikonstruksikan dari
pengalaman
Menekankan pada aktivitas hands-on
dan minds-on
107. • Mengajukan masalah-masalah yang relevan
dengan siswa
• Struktur pembelajaran berkisar pada
konsep-konsep utama.
• Mencari dan menilai pemikiran siswa
• Menyesuaikan kurikulum dengan pemikiran
dan perkembangan siswa
• Menilai proses belajar siswa dalam konteks
pengajaran
PRINSIP-PRINSIP IMPLEMENTASI
KONSTRUKTIVISME DI DALAM
KELAS
108. 1. Siklus pembelajaran
Guru mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan dan hipotesis dari tugas materi.
Guru fokus pada pertanyaan siswa dan
membantu mereka membuat hipotesis dan
desain eksperimen.
Aplikasi konsep
Tiga Model Desain Konstruktivis
109. • Mengembangkan sebuah situasi bagi siswa untuk
menjelaskan proses pemilihan pengelompokan materi dan
siswa.
• Membangun sebuah jembatan antara apa yang sudah
diketahui siswa dan apa yang akan mereka pelajari
• Mengantisipasi pertanyan dengan bertanya dan menjawab
tanpa memberikan penjelasan
• Mendorong siswa untuk menunukkan catatan pemikiran
mereka dengan saling berbagai sesama siswa.
• Mengumpulkan refleksi siswa tentang apa yang mereka
pelajari
2. Pembelajaran Konstruktivis oleh George W.
Gagnon Jr., and Michelle Collay
110. Problem-based Learning – melibatkan pebelajar dalam investigasi
pemecahan masalah yang mengintegrasikan kemampuan dan
konsep dari berbagai bidang (Moffitt 2001)
Cooperative Learning – mengorganisasikan pembelajaran dengan
menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja bersama
untuk mencapai tujuan pembelajaran (Holubec 2001)
Project-based Learning – menekankan pada konsepkonsep utama
dan prinsipprinsip disiplin, melibatkan siswa dalam investigasi
penyelesaian masalah dan tugastugas lain (Buck Institute for
Education 2001)
Service Learning – memberikan aplikasi praktis dari pengetahuan
dan keterampilan yang baru diperoleh yang dibutuhkan dalam
masyarakat melalui projek dan berbagai kegiatan (McPherson 2001)
Work-based Learning – tempat kerja, modifikasi serupa tempat
kerja, dan kegiatan diintegrasikan dengan isi kelas (Smith 2001)
BEBERAPA STRATEGI
untuk MENGIMPLEMENTASIKAN CL