2. KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI
Teknik Radiografi adalah ilmu yang mempelajari tata
cara pemotretan dengan menggunakan sinar
pengion seperti sinar x untuk membuat citra gambar
radiografi guna menegakkan diagnosa.
Radiologi dibagi menjadi 2 cabang yaitu
• Radiodiagnostik : Pemamfaatan sinar X untuk
mendiagnosa/memeriksa suatu kelainan pada organ
anggota tubuh Pasien.
• Radioterapi : Pemamfaatan sinar X atau Sumber
radiasi lainnya untuk penyembuhan kelainan pada
tubuh Pasien. Seperti : Kanker atau Tumor
3. Kualitas gambar dapat didefinisikan sebagai rasio
antara signal dan noise.
a. Signal adalah informasi yang diperlukan dari
sistem pencitraan, misalnya radiograf
b. Signal dapat didefinisikan sebagai siza minimum
objek yang harus terlihat
c. Noise adalah sesuatu yang dapat mengurangi
signal pada gambaran
d. Noise, dalam film / screen sistem konvensional,
dapat didefinisikan sebagai graininess gambar
4. • Eksposi dan proses pada film akan menghasilkan derajat dan pola
penghitaman film yang tergantung dari berbagai factor yaitu:
a. Densitas Radiografi
Menurut Stuart dan Michael, densitas radiografi adalah
keseluruhan derajat penghitaman pada film radiografi yang telah
dieksposi dan mengalami proses pencucian.
b. Kontras Radiografi
Menurut Stuart dan Michael, kontras radiografi biasanya melukiskan
jarak atau perbandingan hitam dan putih pada gambaran radiografi.
c. Detail Radiografi
Detail radiografi adalah hasil gambaran radiografi yang mampu
memperlihatkan struktur yang kecil dari organ yang difoto.
d. Ketajaman
Ketajaman adalah hasil gambaran radiografi yang mampu
memperlihatkan batas yang tegas bagian-bagian objek yang difoto
sehingga struktur organ terlihat dengan baik.
5. Ada dua hal yang mempengaruhi kontras radiografi ,
yaitu :
• 1) Subjek kontras
Subyek kontras merupakan perbandingan intensitas radiasi
yang ditransmisikan melewati area berbeda dari maerial yang
diinspeksi. Hal ini tergantung pada kemampuan serapan
material yang berbeda-beda, panjang gelombang radiasi dan
intensitas radiasi serta hamburan balik radiasi (back
scattering).
Perbedaan material dalam menyerap radiasi, berakibat
pada tingkat kontras film radiografi. Perbedaan ketebalan atau
massa jenis material yang lebih besar, akan memberikan
perbedaan densitas radiografi atau kontras yang semakin
besar.
6. Akan tetapi, dari satu obyek material bisa dihasilkan dua
gambar radiografi dengan kontras yang berbeda.
Sinar-X yang ditembakkan dengan kV yang lebih kecil akan
menghasilkan gambar radiografi dengan kontras yang lebih
tinggi
Hal ini terjadi karena energi radiasi yang rendah lebih mudah
diserap oleh bahan, sehingga perbandingan foton yang
ditransmisikan melewati material yang tebaldan tipis akan
lebih besar dengan energi radiasi rendah.
7. Kontras radiografi memiliki unsur yang berbeda :
Kontras Objektif, perbedaan kehitaman ada seluruh bagian
citra yang dapat dilihat & dinyatakan dengan angka.
Adapun penyebabnya :
• Faktor radiasi
• Kualitas sinar primer
• Sinar hambur / scatter
• Faktor film
• Faktor processing
• Jenis & susunan bahan pembangkit
• Waktu & suhu pembangkitkan
• Lemahnya cairan pembangkit
• Agitasi film
• Reducer
8. • · Kontras Subjektif, yaitu perbedaan terang di antara bagian film, jadi tidak
dapat diukur, tergantung dari pemirsa/pengamat
• a. Ketajaman
• Citra-radiografi merupakan bentuk bayangan; citra yang diperoleh sebagai akibat
dari sinar x melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada tembok bila melewatkan
sinar matahari pada tubuh. Bayangan yang membentuk citra radiografi haruslah
dengan bentuk yang jelas dan tajam, dimana tingkat pengaburannya berkurang.
Pada praktek bentuk bayangan sering diikuti oleh pengaburan, dimana tingkat
pengaburan itu disebabkan oleh beberapa hal, seperti:
• 1) Faktor Geometrik; yang berhubungan dengan pembentukan citra (misal :
ukuran, jarak)
• 2) Faktor Goyang; yang berhubungan dengan penderita (pasien) dan alat
• 3) Faktor Fotografi atau intrinsik; yang berhubungan dengan bahan perekam
citra.
• 4) Layar Pendar terdiri dari kristal fosfor yang bila terkena sinar-x akan
memendarkan cahaya, ini menimbulkan ketidaktajaman bentuk.
• 5) Efek Parallax pengamatan dari jarak tertentu dengan sudut yang berbeda.
• 6) Emulsi film ”iradiation”, yakni menyebar/melebarnya cahaya yang tiba pada
film, menyebabkan ketidaktajaman bentuk citra
• Ketajaman Radiografi dimaksudkan untuk membedakan detail dari struktur yang
dapat terlihat pada citra radiografi
9. • Adapun faktor yang dapat mempengaruhi ketajaman, yaitu:
• 1) Faktor Citra Radiografi, meliputi:
• a) Ketajaman dan kontras objektif
• b) Tingkat eksposi
• Bila citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda densitas
masih dapat diamati, walau tingkat densitasnya sedikit
(ketajaman baik walau dengan kontras yang sangat rendah).
Jika citra radiografi dengan perbedaan densitas tinggi, struktur
masih dapat terlihat jelas walau dengan batas yang tidak
begitu tegas (ketajaman masih dapat dilihat, walaupun detail
struktur tidak optimal).
• Pada praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada x-foto
abdomen
10. • 2) Faktor Viewer/Illuiminator (alat baca x-foto)
Hubungannya terhadap detail (devinition) adalah dengan
contras subyektif faktor viewer
11. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
Ada tiga factor dalam persiapan alat dan gambar, yaitu:
• Factor pesawat
• Factor pasien
• Factor perlengkapan
dalam persiapan alat dan bahan ini akan dijelaskan tentang
pesawat radiologi.
Pesawat sinar-X terdiri dari sistem dan subsistem sinar-X atau
komponen. Sistem sinar-X adalah seperangkat komponen untuk
menghasilkan radiasi dengan cara terkendali. Sedangkan subsistem
berarti setiap kombinasi dari dua atau lebih komponen sistem sinar-
X. Pesawat sinar-X diagnostik yang lengkap terdiri dari sekurang-kurangnya
generator tegangan tinggi, panel kontrol, tabung sinar-X,
kolimator, dan tiang penyanggah tabung.
12. Apabila ditinjau dari segi bentuk fisik dan penginstalasiannya
maka pesawat sinar-X dapat diklasifikasi dalam 3 (tiga) jenis,
meliputi:
(1) Pesawat Sinar-X Dapat Dijinjing/Portabel (Portable);
(2) Pesawat Sinar-X Mudah Dipindahkan (Mobile); dan
(3) Pesawat Sinar-X Terpasang Tetap (Stationery).
pesawat sinar-X diagnostik dapat dijadikan dalam 7 (tujuh)
kelompok, meliputi:
1. Pesawat sinar-X portabel (Portable Radiographic Equipment)
13. 2. Pesawat Sinar-X Mobile
(Mobile Radiographic
Equipment)
3. Pesawat Sinar-X Mamografi
(Mammographic Equipment)
14. 4. Pesawat Sinar-X Terpasang
Tetap/Besar (Major/Fixed
Radiographic Equipment)
5. Pesawat Sinar-X
Fluoroskopi (Fluoroscopic
Equipment)
15. 6. Pesawat Sinar-X Gigi
(Dental Radiographic
Equipment)
7. Pesawat Sinar-X CT- Scan
(Computed Tomographic
Equipment)
16. • Pesawat sinar-X diagnostik untuk radiografi maupun
fluoroskopi harus dipasang secara lengkap dengan
memenuhi spesifikasi dan parameter keselamatan, antara
lain meliputi:
a. Spesifikasi Radiografi
1. Wadah Tabung
- Setiap wadah tabung pesawat sinar-X diagnostik harus
dibuat sedemikian rupa sehingga kebocoran radiasi yang
keluar dari berbagai arah tabung, dengan luas tidak lebih
besar 100 cm, paparan di udara 1 mGy dalam 1 jam pada
jarak 1 m dari sumber radiasi sinar-X pada saat
dioperasikan tiap tingkat yang dispesifikasi oleh pabrik.
- Harus nampak dengan jelas setiap tanda wadah tabung
untuk menunjukkan letak fokus.
17. • 2. Diafragma
- Wadah tabung pesawat sinar-X stationery harus
dilengkapi dengan kolimator yang ada lampunya.
- Sedangkan untuk pesawat sinar-X mobile, lampu
kolimatornya lebih baik yang berbentuk konus jika
mungkin.
- Diafragma yang membatasi luas lapangan atau konus
harus dilengkapi dengan persyaratan tingkat kebocoran
radiasi yang menjelaskan wadah tabung.
- Setiap diafragma harus diberi tanda yang tidak mudah
hapus dengan luas lapangan yang menunjukkan jarak
fokus ke film.
18. 3. Filter
- Tabung pesawat sinar-X dengan kemampuan rata-rata di atas 100 kV
harus mengggunakan total filter setara 2,5 mm Al dengan 1,5 mm
Al filter permanen atau bawaan.
- Wadah tabung harus mempunyai total filter yang ekivalen dengan 2,
0 mm Al (dengan 1,5 mm filter permanen) untuk pesawat sinar-X
yang pengoperasiannya di atas 100 kV kecuali untuk pesawat
mammografi atau dental.
- Mammografi harus mempunyai filter permanen ekivalen 0,5 mm Al
atau 0,03 molybdenum (Mo) dalam berkas guna.
- Total filter permanen dalam radiografi Dental konvensional dengan
tegangan tabung sekitar 70 kV harus ekivalen 1,5 mm Al.
- Sedangkan untuk pesawat gigi extra-oral (Panoramic dan
Chepalometri) tegangan tabung lebih besar 70 kV (sekitar 90 kV),
total filter harus ekivalen 2,5 mm Al.
- Filter bawaan harus diberi tanda di tabungnya. Filter tambahan juga
harus diberi tanda yang jelas, misalnya pada diafragma.
19. 4. Konus Khusus
- Konus dental radiografi atau mammografi harus dibuat sedemikian
sehingga jarak fokus dengan kulit paling tidak 20 cm untuk pesawat
yang beroperasi di atas 60 kV dan sekurang-kurangnya 10 cm untuk
pesawat hingga 60 kV.
- Konus dental radiografi harus membatasi luas lapangan pada jarak
kurang dari 7,5 cm pada bagian ujung konus.
- Untuk Tomografi Panoramic, ukuran berkas pada holder kaset tidak
boleh melebihi ukuran 10 mm x 150 mm.
- Luas berkas total tersebut hendaknya tidak melebihi dari luas celah
penerimaan pemegang (holder) kaset, artinya kelebihan luas tidak
boleh lebih dari 20 %.
- Sedangkan untuk Chepalometri harus dilengkapi dengan diafragma
atau kolimasi
- Tempat kedudukan fokus dalam arah sumbu berkas sinar-x harus
mudah terlihat.
25. ANODA
ANODA YANG MASIH BARU
ANODA YANG SUDAH RUSAK
(TERDAPAT LUBANG-LUBANG
BEKAS TEMBAKAN ELEKTRON)
26. TABUNG RONTGEN DENGAN ANODA
PUTAR
Anoda putar memungkinkan elektron
tidak tertuju pada satu titik sehingga
pesawat tidak cepat panas dan
membuat pesawat lebih awet
TABUNG RONTGEN DENGAN ANODA
DIAM
Kelemahan tabung rontgen dengan
anoda diam ini adalah pesawat
mudah rusak karena elektron hanya
tertuju pada satu titik pada anoda.
28. MEJA KONTROL
meja kontrol terletak dibelakang
shielding, berfungsi mengatur
faktor exposi dan melakukan
expose.
MEJA PEMERIKSAAN
gambar meja pemeriksaan
tanpa tutup atas.
30. Faktor pasien
• Dalam hal ini ada beberapa dalam factor pasien:
Posisi Penderita Pasien
Pengaturan kedudukan penderita secara keseluruhan dalam suatu
pemeriksaan. Posisi penderita dapat disebut dengan berbagai istilah,
sebagai berikut :
Supine : tidur telentang
Prone : tidur telengkup
Erect : berdiri
Lateral : miring/menyamping (membentuk sudut 90 derajat terhadap
Flim)
Oblique :miring (membentuk sudut lebih atau kurang dari 90 derajat
Terhadap film)
31. Oblique terbagi 4 macam kedudukan, yaitu :
>Right Anterior Oblique (RA0), artinya letak penderita miring
dengan tepi kanan depan dekat terhadap film.
> Right Posterior Oblique (RPO), artinya letak penderita miring
dengan tepi kanan belakang dekat terhadap film.
> Left Anterior Oblique ( LAO), artinya letak penderita miring
dengan tepi kiri depan dekat terhadap film.
> Left Posterior Oblique (LPO), artinya letak penderita miring
dengan tepi kiri belakang dekat terhadap film
32. • Posisi Obyek
Pengaturan kedudukan bagian tubuh / obyek yang
akan di periksa (dibuat image).
Beberapa istilah pergerakan yang penting, antara lain
:
• Fleksio : gerakan melipat sendi
Ekstensio : gerakan membuka sendi
Endorotasi : gerakan memutar kedalam
Eksorotasi : gerakan memutar keluar
Adduksi : gerakan merapat ketubuh
Abduksi : gerakan menjauhi tubuh
Inspirasi : gerakan menarik napas
Ekspirasi :gerakan mengeluarkan napas
33. Pengaturan Sinar
Sinar X yang akan digunakan dalam pemotretan perlu
diarahkan secara tepat pada obyek yang akan difoto.
Disamping itu faktor eksposi perlu diatur agar sesuai
dengan tebalnya obyek (nomor atom berbeda) yang
akan difoto. Karena hal tersebut maka pengaturan sinar
terbagi dalam :
Pengaturan Focus Film Distance (FFD)
Jarak antara sumber sinar ke film, hubungannya
dengan faktor eksposi adalah bahwa semakin dekat
jarak FFD maka faktor eksposi harus dikurangi.
Pengaturan Central Ray (CR)
Central Ray adalah arah berkas sinar terhadap obyek
yang diperiksa. Terbagi dalam beberapa istilah dilihat
dari posisi pasien, yaitu :
34. > Antero Posterior : Sinar dari depan ke belakang
>Postero Anterior :sinar dari belakang ke depan
>Dorso Ventra l : sinar dari punggung ke perut
>Ventro Dorsal : sinar dari perut ke punggung
>Dorso Plantar : sinar dari punggung kaki / tangan ke telapak
>Planto Dorsal : sinar dari telapak ke punggung kaki / tangan
>Supero Inferior : sinar dari atas ke bawah
>Infero Superior : sinar dari bawah ke atas
>Latero Medial : sinar dari lateral ke tengah tubuh
>Medio Lateral : sinar dari tengah tubuh ke lateral
>Translateral : sinar dari satu tepi ke tepi yang lain
>Caudo Cranial : sinar dari kaki ke kepala
>Cranio Caudal : sinar dari kepala ke kaki
>Axial : sinar menuju poros sendi
>Tangensial : sinar membentuk garis singgung terhadap obyek
• Central Point (CP)Adalah garis tengah / titik pusat dari berkas sinar x yang
digunakan dalam pemeriksaan terhadap obyek yang diperiksa menuju ke
tengah kaset / film.
35. • Faktor Ekspose
• Faktor ekspose adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya
pencitraan gambar pada film yang terdiri dari : tegangan satuan KV
(Kilo Volt), Arus satuan MA (Milli Ampere) dan Secon (Second). KV
adalah beda potensial yang diberikan antara katoda dan anoda
didalam tabung roentgen yang akan menentukan daya tembus
terhadap ketebalan obyek yang diperiksa. MA mempengaruhi
kualitas kehitaman / densitas pada film karena mA kuantitas
banyaknya elektron yang terkumpul pada anoda. Secon adalah
waktu yang dibutuhkan elektron untuk menembus ketebalan obyek
selama penyinaran.
• Penentuan faktor eksposi tergantung pada permintaan foto
• Foto tulang sebaiknya menaikkan KV
• Foto organ tubuh sebaiknya menaikan mA
• Foto organ yang memerlukan pergerakan yang sering ataupun foto
dimana pasien tidak diam sebaiknya menaikan Secon seperti pada
foto bayi
36. • Ada nilai standar pesawat untuk melakukan suatu teknik radiografi dan
nilainya tidak sama untuk setiap pesawat sehingga faktor eksposi harus
dipahami benar oleh seorang radiografer. Besarnya faktor ekspose
berbeda-beda untuk tiap jenis pemotretan beberapa faktor, yaitu :
• Ketebalan Obyek
Semakin tebal obyek yang difoto, semakin tinggi faktor eksposi yang
dibutuhkan dalam pemotretan tersebut.Focus Film Distance (FFD)
Pada penggunaan FFD yang lebih besar, membutuhkan faktor eksposi yang
lebih tinggi.
• Jenis Pemeriksaan
• Seperti Soft tissue, High KV, Low KV membutuhkan faktor eksposi yang
berbeda dengan teknik biasa meskipun pada obyek yang sama.
• Aksesories Radiologi
• Penggunaan screen film, speed film, green film, grid dan lain-lain akan
membutuhkan faktor eksposi yang berbeda.
37. • Beberapa distorsi yang terjadi pada gambaran radiografi
• Gunakan standar FFD 90 cm untuk pemeriksaan konvensional dan 120 cm
untuk analisa jantung, besarnya FFD akan mengakibatkan magnifikasi
(pembesaran)
• Central ray Yang tidak tegak lurus terhadap film akan mengakibatkan
distorsi. Semakin besar sudut dari tegak lurus akan mengakibatkan
elongasi (pemanjangan) dan sudut yang tidak tepat pada CP standar teknik
pemeriksaan maka obyek akan mengalami shortening (pemendekan).
Dengan adanya sifat ini maka ditemukan beberapa teknik pemeriksaan
yang khusus seperti pada patella sky line view, axial klavikula dsb.
• Pembatasan Luas lapangan penyinaran (kolimasi) sesuai obyek yang
diperiksa karena semakin besar kolimasi maka radiasi hambur akan
semakin besar sehingga akan membuat ketajaman gambar
berkurang/kabur karena sifat sinar x yang arahnya divergen.
• Pikirkan faktor keselamatan radiografer dan pasien dalam hal posisi
pasien, kenyamanan pasien dan proteksi pasien, radiografer dan
lingkungan sekitar.
• Hindarilah pengulangan penyinaran akibat reject karena posisi, pergerakan
dan faktor eksposi.