SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  42
RADIOFOTOGRAFI II 
Kelompok : 8 
Miftahurrahman 
Suhanda 
Deka 
Yulia novita A 
Iman suhaina
KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI 
Teknik Radiografi adalah ilmu yang mempelajari tata 
cara pemotretan dengan menggunakan sinar 
pengion seperti sinar x untuk membuat citra gambar 
radiografi guna menegakkan diagnosa. 
Radiologi dibagi menjadi 2 cabang yaitu 
• Radiodiagnostik : Pemamfaatan sinar X untuk 
mendiagnosa/memeriksa suatu kelainan pada organ 
anggota tubuh Pasien. 
• Radioterapi : Pemamfaatan sinar X atau Sumber 
radiasi lainnya untuk penyembuhan kelainan pada 
tubuh Pasien. Seperti : Kanker atau Tumor
Kualitas gambar dapat didefinisikan sebagai rasio 
antara signal dan noise. 
a. Signal adalah informasi yang diperlukan dari 
sistem pencitraan, misalnya radiograf 
b. Signal dapat didefinisikan sebagai siza minimum 
objek yang harus terlihat 
c. Noise adalah sesuatu yang dapat mengurangi 
signal pada gambaran 
d. Noise, dalam film / screen sistem konvensional, 
dapat didefinisikan sebagai graininess gambar
• Eksposi dan proses pada film akan menghasilkan derajat dan pola 
penghitaman film yang tergantung dari berbagai factor yaitu: 
a. Densitas Radiografi 
Menurut Stuart dan Michael, densitas radiografi adalah 
keseluruhan derajat penghitaman pada film radiografi yang telah 
dieksposi dan mengalami proses pencucian. 
b. Kontras Radiografi 
Menurut Stuart dan Michael, kontras radiografi biasanya melukiskan 
jarak atau perbandingan hitam dan putih pada gambaran radiografi. 
c. Detail Radiografi 
Detail radiografi adalah hasil gambaran radiografi yang mampu 
memperlihatkan struktur yang kecil dari organ yang difoto. 
d. Ketajaman 
Ketajaman adalah hasil gambaran radiografi yang mampu 
memperlihatkan batas yang tegas bagian-bagian objek yang difoto 
sehingga struktur organ terlihat dengan baik.
Ada dua hal yang mempengaruhi kontras radiografi , 
yaitu : 
• 1) Subjek kontras 
Subyek kontras merupakan perbandingan intensitas radiasi 
yang ditransmisikan melewati area berbeda dari maerial yang 
diinspeksi. Hal ini tergantung pada kemampuan serapan 
material yang berbeda-beda, panjang gelombang radiasi dan 
intensitas radiasi serta hamburan balik radiasi (back 
scattering). 
Perbedaan material dalam menyerap radiasi, berakibat 
pada tingkat kontras film radiografi. Perbedaan ketebalan atau 
massa jenis material yang lebih besar, akan memberikan 
perbedaan densitas radiografi atau kontras yang semakin 
besar.
Akan tetapi, dari satu obyek material bisa dihasilkan dua 
gambar radiografi dengan kontras yang berbeda. 
Sinar-X yang ditembakkan dengan kV yang lebih kecil akan 
menghasilkan gambar radiografi dengan kontras yang lebih 
tinggi 
Hal ini terjadi karena energi radiasi yang rendah lebih mudah 
diserap oleh bahan, sehingga perbandingan foton yang 
ditransmisikan melewati material yang tebaldan tipis akan 
lebih besar dengan energi radiasi rendah.
Kontras radiografi memiliki unsur yang berbeda : 
Kontras Objektif, perbedaan kehitaman ada seluruh bagian 
citra yang dapat dilihat & dinyatakan dengan angka. 
Adapun penyebabnya : 
• Faktor radiasi 
• Kualitas sinar primer 
• Sinar hambur / scatter 
• Faktor film 
• Faktor processing 
• Jenis & susunan bahan pembangkit 
• Waktu & suhu pembangkitkan 
• Lemahnya cairan pembangkit 
• Agitasi film 
• Reducer
• · Kontras Subjektif, yaitu perbedaan terang di antara bagian film, jadi tidak 
dapat diukur, tergantung dari pemirsa/pengamat 
• a. Ketajaman 
• Citra-radiografi merupakan bentuk bayangan; citra yang diperoleh sebagai akibat 
dari sinar x melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada tembok bila melewatkan 
sinar matahari pada tubuh. Bayangan yang membentuk citra radiografi haruslah 
dengan bentuk yang jelas dan tajam, dimana tingkat pengaburannya berkurang. 
Pada praktek bentuk bayangan sering diikuti oleh pengaburan, dimana tingkat 
pengaburan itu disebabkan oleh beberapa hal, seperti: 
• 1) Faktor Geometrik; yang berhubungan dengan pembentukan citra (misal : 
ukuran, jarak) 
• 2) Faktor Goyang; yang berhubungan dengan penderita (pasien) dan alat 
• 3) Faktor Fotografi atau intrinsik; yang berhubungan dengan bahan perekam 
citra. 
• 4) Layar Pendar terdiri dari kristal fosfor yang bila terkena sinar-x akan 
memendarkan cahaya, ini menimbulkan ketidaktajaman bentuk. 
• 5) Efek Parallax pengamatan dari jarak tertentu dengan sudut yang berbeda. 
• 6) Emulsi film ”iradiation”, yakni menyebar/melebarnya cahaya yang tiba pada 
film, menyebabkan ketidaktajaman bentuk citra 
• Ketajaman Radiografi dimaksudkan untuk membedakan detail dari struktur yang 
dapat terlihat pada citra radiografi
• Adapun faktor yang dapat mempengaruhi ketajaman, yaitu: 
• 1) Faktor Citra Radiografi, meliputi: 
• a) Ketajaman dan kontras objektif 
• b) Tingkat eksposi 
• Bila citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda densitas 
masih dapat diamati, walau tingkat densitasnya sedikit 
(ketajaman baik walau dengan kontras yang sangat rendah). 
Jika citra radiografi dengan perbedaan densitas tinggi, struktur 
masih dapat terlihat jelas walau dengan batas yang tidak 
begitu tegas (ketajaman masih dapat dilihat, walaupun detail 
struktur tidak optimal). 
• Pada praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada x-foto 
abdomen
• 2) Faktor Viewer/Illuiminator (alat baca x-foto) 
Hubungannya terhadap detail (devinition) adalah dengan 
contras subyektif faktor viewer
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN 
Ada tiga factor dalam persiapan alat dan gambar, yaitu: 
• Factor pesawat 
• Factor pasien 
• Factor perlengkapan 
dalam persiapan alat dan bahan ini akan dijelaskan tentang 
pesawat radiologi. 
Pesawat sinar-X terdiri dari sistem dan subsistem sinar-X atau 
komponen. Sistem sinar-X adalah seperangkat komponen untuk 
menghasilkan radiasi dengan cara terkendali. Sedangkan subsistem 
berarti setiap kombinasi dari dua atau lebih komponen sistem sinar- 
X. Pesawat sinar-X diagnostik yang lengkap terdiri dari sekurang-kurangnya 
generator tegangan tinggi, panel kontrol, tabung sinar-X, 
kolimator, dan tiang penyanggah tabung.
Apabila ditinjau dari segi bentuk fisik dan penginstalasiannya 
maka pesawat sinar-X dapat diklasifikasi dalam 3 (tiga) jenis, 
meliputi: 
(1) Pesawat Sinar-X Dapat Dijinjing/Portabel (Portable); 
(2) Pesawat Sinar-X Mudah Dipindahkan (Mobile); dan 
(3) Pesawat Sinar-X Terpasang Tetap (Stationery). 
pesawat sinar-X diagnostik dapat dijadikan dalam 7 (tujuh) 
kelompok, meliputi: 
1. Pesawat sinar-X portabel (Portable Radiographic Equipment)
2. Pesawat Sinar-X Mobile 
(Mobile Radiographic 
Equipment) 
3. Pesawat Sinar-X Mamografi 
(Mammographic Equipment)
4. Pesawat Sinar-X Terpasang 
Tetap/Besar (Major/Fixed 
Radiographic Equipment) 
5. Pesawat Sinar-X 
Fluoroskopi (Fluoroscopic 
Equipment)
6. Pesawat Sinar-X Gigi 
(Dental Radiographic 
Equipment) 
7. Pesawat Sinar-X CT- Scan 
(Computed Tomographic 
Equipment)
• Pesawat sinar-X diagnostik untuk radiografi maupun 
fluoroskopi harus dipasang secara lengkap dengan 
memenuhi spesifikasi dan parameter keselamatan, antara 
lain meliputi: 
a. Spesifikasi Radiografi 
1. Wadah Tabung 
- Setiap wadah tabung pesawat sinar-X diagnostik harus 
dibuat sedemikian rupa sehingga kebocoran radiasi yang 
keluar dari berbagai arah tabung, dengan luas tidak lebih 
besar 100 cm, paparan di udara 1 mGy dalam 1 jam pada 
jarak 1 m dari sumber radiasi sinar-X pada saat 
dioperasikan tiap tingkat yang dispesifikasi oleh pabrik. 
- Harus nampak dengan jelas setiap tanda wadah tabung 
untuk menunjukkan letak fokus.
• 2. Diafragma 
- Wadah tabung pesawat sinar-X stationery harus 
dilengkapi dengan kolimator yang ada lampunya. 
- Sedangkan untuk pesawat sinar-X mobile, lampu 
kolimatornya lebih baik yang berbentuk konus jika 
mungkin. 
- Diafragma yang membatasi luas lapangan atau konus 
harus dilengkapi dengan persyaratan tingkat kebocoran 
radiasi yang menjelaskan wadah tabung. 
- Setiap diafragma harus diberi tanda yang tidak mudah 
hapus dengan luas lapangan yang menunjukkan jarak 
fokus ke film.
3. Filter 
- Tabung pesawat sinar-X dengan kemampuan rata-rata di atas 100 kV 
harus mengggunakan total filter setara 2,5 mm Al dengan 1,5 mm 
Al filter permanen atau bawaan. 
- Wadah tabung harus mempunyai total filter yang ekivalen dengan 2, 
0 mm Al (dengan 1,5 mm filter permanen) untuk pesawat sinar-X 
yang pengoperasiannya di atas 100 kV kecuali untuk pesawat 
mammografi atau dental. 
- Mammografi harus mempunyai filter permanen ekivalen 0,5 mm Al 
atau 0,03 molybdenum (Mo) dalam berkas guna. 
- Total filter permanen dalam radiografi Dental konvensional dengan 
tegangan tabung sekitar 70 kV harus ekivalen 1,5 mm Al. 
- Sedangkan untuk pesawat gigi extra-oral (Panoramic dan 
Chepalometri) tegangan tabung lebih besar 70 kV (sekitar 90 kV), 
total filter harus ekivalen 2,5 mm Al. 
- Filter bawaan harus diberi tanda di tabungnya. Filter tambahan juga 
harus diberi tanda yang jelas, misalnya pada diafragma.
4. Konus Khusus 
- Konus dental radiografi atau mammografi harus dibuat sedemikian 
sehingga jarak fokus dengan kulit paling tidak 20 cm untuk pesawat 
yang beroperasi di atas 60 kV dan sekurang-kurangnya 10 cm untuk 
pesawat hingga 60 kV. 
- Konus dental radiografi harus membatasi luas lapangan pada jarak 
kurang dari 7,5 cm pada bagian ujung konus. 
- Untuk Tomografi Panoramic, ukuran berkas pada holder kaset tidak 
boleh melebihi ukuran 10 mm x 150 mm. 
- Luas berkas total tersebut hendaknya tidak melebihi dari luas celah 
penerimaan pemegang (holder) kaset, artinya kelebihan luas tidak 
boleh lebih dari 20 %. 
- Sedangkan untuk Chepalometri harus dilengkapi dengan diafragma 
atau kolimasi 
- Tempat kedudukan fokus dalam arah sumbu berkas sinar-x harus 
mudah terlihat.
KOMPONEN UTAMA PESAWAT SINAR X :
Adapun bagian-bagian pesawat rontgen: 
TABUNG RONTGEN 
PRINSIP KERJA TABUNG RONTGEN
TUBE LABEL 
TABUNG RONTGEN DIBUAT 
HAMPA UDARA BERISI ANODA 
DAN KATODA
RUMAH TABUNG
KEPALA TABUNG
ANODA 
ANODA YANG MASIH BARU 
ANODA YANG SUDAH RUSAK 
(TERDAPAT LUBANG-LUBANG 
BEKAS TEMBAKAN ELEKTRON)
TABUNG RONTGEN DENGAN ANODA 
PUTAR 
Anoda putar memungkinkan elektron 
tidak tertuju pada satu titik sehingga 
pesawat tidak cepat panas dan 
membuat pesawat lebih awet 
TABUNG RONTGEN DENGAN ANODA 
DIAM 
Kelemahan tabung rontgen dengan 
anoda diam ini adalah pesawat 
mudah rusak karena elektron hanya 
tertuju pada satu titik pada anoda.
KOLIMATOR 
kolimator berfungsi sebagai 
pengatur kolimasi (luas 
lapangan penyinaran) PENDINGIN TABUNG
MEJA KONTROL 
meja kontrol terletak dibelakang 
shielding, berfungsi mengatur 
faktor exposi dan melakukan 
expose. 
MEJA PEMERIKSAAN 
gambar meja pemeriksaan 
tanpa tutup atas.
Tempat memasukkan kaset 
dibawah meja pemeriksaan. 
BUCKY STAND
Faktor pasien 
• Dalam hal ini ada beberapa dalam factor pasien: 
Posisi Penderita Pasien 
Pengaturan kedudukan penderita secara keseluruhan dalam suatu 
pemeriksaan. Posisi penderita dapat disebut dengan berbagai istilah, 
sebagai berikut : 
Supine : tidur telentang 
Prone : tidur telengkup 
Erect : berdiri 
Lateral : miring/menyamping (membentuk sudut 90 derajat terhadap 
Flim) 
Oblique :miring (membentuk sudut lebih atau kurang dari 90 derajat 
Terhadap film)
Oblique terbagi 4 macam kedudukan, yaitu : 
>Right Anterior Oblique (RA0), artinya letak penderita miring 
dengan tepi kanan depan dekat terhadap film. 
> Right Posterior Oblique (RPO), artinya letak penderita miring 
dengan tepi kanan belakang dekat terhadap film. 
> Left Anterior Oblique ( LAO), artinya letak penderita miring 
dengan tepi kiri depan dekat terhadap film. 
> Left Posterior Oblique (LPO), artinya letak penderita miring 
dengan tepi kiri belakang dekat terhadap film
• Posisi Obyek 
Pengaturan kedudukan bagian tubuh / obyek yang 
akan di periksa (dibuat image). 
Beberapa istilah pergerakan yang penting, antara lain 
: 
• Fleksio : gerakan melipat sendi 
Ekstensio : gerakan membuka sendi 
Endorotasi : gerakan memutar kedalam 
Eksorotasi : gerakan memutar keluar 
Adduksi : gerakan merapat ketubuh 
Abduksi : gerakan menjauhi tubuh 
Inspirasi : gerakan menarik napas 
Ekspirasi :gerakan mengeluarkan napas
Pengaturan Sinar 
Sinar X yang akan digunakan dalam pemotretan perlu 
diarahkan secara tepat pada obyek yang akan difoto. 
Disamping itu faktor eksposi perlu diatur agar sesuai 
dengan tebalnya obyek (nomor atom berbeda) yang 
akan difoto. Karena hal tersebut maka pengaturan sinar 
terbagi dalam : 
Pengaturan Focus Film Distance (FFD) 
Jarak antara sumber sinar ke film, hubungannya 
dengan faktor eksposi adalah bahwa semakin dekat 
jarak FFD maka faktor eksposi harus dikurangi. 
Pengaturan Central Ray (CR) 
Central Ray adalah arah berkas sinar terhadap obyek 
yang diperiksa. Terbagi dalam beberapa istilah dilihat 
dari posisi pasien, yaitu :
> Antero Posterior : Sinar dari depan ke belakang 
>Postero Anterior :sinar dari belakang ke depan 
>Dorso Ventra l : sinar dari punggung ke perut 
>Ventro Dorsal : sinar dari perut ke punggung 
>Dorso Plantar : sinar dari punggung kaki / tangan ke telapak 
>Planto Dorsal : sinar dari telapak ke punggung kaki / tangan 
>Supero Inferior : sinar dari atas ke bawah 
>Infero Superior : sinar dari bawah ke atas 
>Latero Medial : sinar dari lateral ke tengah tubuh 
>Medio Lateral : sinar dari tengah tubuh ke lateral 
>Translateral : sinar dari satu tepi ke tepi yang lain 
>Caudo Cranial : sinar dari kaki ke kepala 
>Cranio Caudal : sinar dari kepala ke kaki 
>Axial : sinar menuju poros sendi 
>Tangensial : sinar membentuk garis singgung terhadap obyek 
• Central Point (CP)Adalah garis tengah / titik pusat dari berkas sinar x yang 
digunakan dalam pemeriksaan terhadap obyek yang diperiksa menuju ke 
tengah kaset / film.
• Faktor Ekspose 
• Faktor ekspose adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya 
pencitraan gambar pada film yang terdiri dari : tegangan satuan KV 
(Kilo Volt), Arus satuan MA (Milli Ampere) dan Secon (Second). KV 
adalah beda potensial yang diberikan antara katoda dan anoda 
didalam tabung roentgen yang akan menentukan daya tembus 
terhadap ketebalan obyek yang diperiksa. MA mempengaruhi 
kualitas kehitaman / densitas pada film karena mA kuantitas 
banyaknya elektron yang terkumpul pada anoda. Secon adalah 
waktu yang dibutuhkan elektron untuk menembus ketebalan obyek 
selama penyinaran. 
• Penentuan faktor eksposi tergantung pada permintaan foto 
• Foto tulang sebaiknya menaikkan KV 
• Foto organ tubuh sebaiknya menaikan mA 
• Foto organ yang memerlukan pergerakan yang sering ataupun foto 
dimana pasien tidak diam sebaiknya menaikan Secon seperti pada 
foto bayi
• Ada nilai standar pesawat untuk melakukan suatu teknik radiografi dan 
nilainya tidak sama untuk setiap pesawat sehingga faktor eksposi harus 
dipahami benar oleh seorang radiografer. Besarnya faktor ekspose 
berbeda-beda untuk tiap jenis pemotretan beberapa faktor, yaitu : 
• Ketebalan Obyek 
Semakin tebal obyek yang difoto, semakin tinggi faktor eksposi yang 
dibutuhkan dalam pemotretan tersebut.Focus Film Distance (FFD) 
Pada penggunaan FFD yang lebih besar, membutuhkan faktor eksposi yang 
lebih tinggi. 
• Jenis Pemeriksaan 
• Seperti Soft tissue, High KV, Low KV membutuhkan faktor eksposi yang 
berbeda dengan teknik biasa meskipun pada obyek yang sama. 
• Aksesories Radiologi 
• Penggunaan screen film, speed film, green film, grid dan lain-lain akan 
membutuhkan faktor eksposi yang berbeda.
• Beberapa distorsi yang terjadi pada gambaran radiografi 
• Gunakan standar FFD 90 cm untuk pemeriksaan konvensional dan 120 cm 
untuk analisa jantung, besarnya FFD akan mengakibatkan magnifikasi 
(pembesaran) 
• Central ray Yang tidak tegak lurus terhadap film akan mengakibatkan 
distorsi. Semakin besar sudut dari tegak lurus akan mengakibatkan 
elongasi (pemanjangan) dan sudut yang tidak tepat pada CP standar teknik 
pemeriksaan maka obyek akan mengalami shortening (pemendekan). 
Dengan adanya sifat ini maka ditemukan beberapa teknik pemeriksaan 
yang khusus seperti pada patella sky line view, axial klavikula dsb. 
• Pembatasan Luas lapangan penyinaran (kolimasi) sesuai obyek yang 
diperiksa karena semakin besar kolimasi maka radiasi hambur akan 
semakin besar sehingga akan membuat ketajaman gambar 
berkurang/kabur karena sifat sinar x yang arahnya divergen. 
• Pikirkan faktor keselamatan radiografer dan pasien dalam hal posisi 
pasien, kenyamanan pasien dan proteksi pasien, radiografer dan 
lingkungan sekitar. 
• Hindarilah pengulangan penyinaran akibat reject karena posisi, pergerakan 
dan faktor eksposi.
FAKTOR PERLENGKAPAN
•TERIMAKSIH 

Contenu connexe

Tendances

Uji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografiUji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografi
Amalia Annisa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografippt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
Nona Zesifa
 
Prosessing otomatis radiografi
Prosessing otomatis radiografiProsessing otomatis radiografi
Prosessing otomatis radiografi
Amalia Annisa
 
PPT KEL 1 KUALITAS RADIOGRAFI.pptx
PPT KEL 1 KUALITAS RADIOGRAFI.pptxPPT KEL 1 KUALITAS RADIOGRAFI.pptx
PPT KEL 1 KUALITAS RADIOGRAFI.pptx
ImyLasama
 
Penggunaan media kontras
Penggunaan media  kontrasPenggunaan media  kontras
Penggunaan media kontras
Ich Bin Fandy
 

Tendances (20)

Uji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografiUji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografi
 
Radiofotografi Kurva karakteristik
Radiofotografi Kurva karakteristikRadiofotografi Kurva karakteristik
Radiofotografi Kurva karakteristik
 
Faktor Geometrik
Faktor GeometrikFaktor Geometrik
Faktor Geometrik
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografippt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
 
Teknik k v tinggi
Teknik k v tinggiTeknik k v tinggi
Teknik k v tinggi
 
Mammografi
MammografiMammografi
Mammografi
 
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
 
Prosessing otomatis radiografi
Prosessing otomatis radiografiProsessing otomatis radiografi
Prosessing otomatis radiografi
 
Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL)
Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL)Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL)
Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL)
 
PPT KEL 1 KUALITAS RADIOGRAFI.pptx
PPT KEL 1 KUALITAS RADIOGRAFI.pptxPPT KEL 1 KUALITAS RADIOGRAFI.pptx
PPT KEL 1 KUALITAS RADIOGRAFI.pptx
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
 
Teknik Radiografi 3 Sistem Biliari
Teknik Radiografi 3 Sistem BiliariTeknik Radiografi 3 Sistem Biliari
Teknik Radiografi 3 Sistem Biliari
 
Bahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografiBahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografi
 
Teknik Radiografi 2 Tomografi
Teknik Radiografi 2 TomografiTeknik Radiografi 2 Tomografi
Teknik Radiografi 2 Tomografi
 
Penggunaan media kontras
Penggunaan media  kontrasPenggunaan media  kontras
Penggunaan media kontras
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loop
ppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loopppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loop
ppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loop
 
Ivp
Ivp Ivp
Ivp
 
PPT Digital Radiography
PPT Digital RadiographyPPT Digital Radiography
PPT Digital Radiography
 
Training Radiasi
Training RadiasiTraining Radiasi
Training Radiasi
 

En vedette

Pengenalan Pesawat Sinar X Diagnostik
Pengenalan Pesawat Sinar X DiagnostikPengenalan Pesawat Sinar X Diagnostik
Pengenalan Pesawat Sinar X Diagnostik
wiranto santoso
 
Kemenkes no 1250 tahun 2009 tentang kendali mutu (quality control) peralatan ...
Kemenkes no 1250 tahun 2009 tentang kendali mutu (quality control) peralatan ...Kemenkes no 1250 tahun 2009 tentang kendali mutu (quality control) peralatan ...
Kemenkes no 1250 tahun 2009 tentang kendali mutu (quality control) peralatan ...
Ich Bin Fandy
 
X ray tube
X ray tubeX ray tube
X ray tube
Rad Tech
 
Presentasi Matode Penulisan & Penelitian Radiodiagnostik
Presentasi Matode Penulisan & Penelitian RadiodiagnostikPresentasi Matode Penulisan & Penelitian Radiodiagnostik
Presentasi Matode Penulisan & Penelitian Radiodiagnostik
Hariaty Fisika UNHAS
 
Tbr di bidang kesehatan kepres 48 th 1995 dan kepmenkes 1267 th 1995
Tbr di bidang kesehatan kepres 48 th 1995 dan kepmenkes 1267 th 1995Tbr di bidang kesehatan kepres 48 th 1995 dan kepmenkes 1267 th 1995
Tbr di bidang kesehatan kepres 48 th 1995 dan kepmenkes 1267 th 1995
Agung Oktavianto
 
Dosis personal pada pemeriksaan radiologi intervensional
Dosis personal pada pemeriksaan radiologi intervensionalDosis personal pada pemeriksaan radiologi intervensional
Dosis personal pada pemeriksaan radiologi intervensional
Agung Oktavianto
 
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystographyTeknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Ich Bin Fandy
 

En vedette (20)

Pengenalan Pesawat Sinar X Diagnostik
Pengenalan Pesawat Sinar X DiagnostikPengenalan Pesawat Sinar X Diagnostik
Pengenalan Pesawat Sinar X Diagnostik
 
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposiRadiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
 
Pengantar pesawat sinar-X
Pengantar pesawat sinar-XPengantar pesawat sinar-X
Pengantar pesawat sinar-X
 
Kemenkes no 1250 tahun 2009 tentang kendali mutu (quality control) peralatan ...
Kemenkes no 1250 tahun 2009 tentang kendali mutu (quality control) peralatan ...Kemenkes no 1250 tahun 2009 tentang kendali mutu (quality control) peralatan ...
Kemenkes no 1250 tahun 2009 tentang kendali mutu (quality control) peralatan ...
 
SInar X
SInar XSInar X
SInar X
 
Components of X-Ray Machine
Components of X-Ray MachineComponents of X-Ray Machine
Components of X-Ray Machine
 
x ray machine ppt
x ray machine pptx ray machine ppt
x ray machine ppt
 
X ray tube
X ray tubeX ray tube
X ray tube
 
Presentasi Matode Penulisan & Penelitian Radiodiagnostik
Presentasi Matode Penulisan & Penelitian RadiodiagnostikPresentasi Matode Penulisan & Penelitian Radiodiagnostik
Presentasi Matode Penulisan & Penelitian Radiodiagnostik
 
Ct scan kel viii
Ct scan kel viiiCt scan kel viii
Ct scan kel viii
 
Tbr di bidang kesehatan kepres 48 th 1995 dan kepmenkes 1267 th 1995
Tbr di bidang kesehatan kepres 48 th 1995 dan kepmenkes 1267 th 1995Tbr di bidang kesehatan kepres 48 th 1995 dan kepmenkes 1267 th 1995
Tbr di bidang kesehatan kepres 48 th 1995 dan kepmenkes 1267 th 1995
 
Wilhelm conrad rontgen penemu sinar x
Wilhelm conrad rontgen   penemu sinar xWilhelm conrad rontgen   penemu sinar x
Wilhelm conrad rontgen penemu sinar x
 
Skripsi Radiologi
Skripsi RadiologiSkripsi Radiologi
Skripsi Radiologi
 
Dosis personal pada pemeriksaan radiologi intervensional
Dosis personal pada pemeriksaan radiologi intervensionalDosis personal pada pemeriksaan radiologi intervensional
Dosis personal pada pemeriksaan radiologi intervensional
 
Sistem Limfatik (Getah Bening) pada Manusia
Sistem Limfatik (Getah Bening) pada ManusiaSistem Limfatik (Getah Bening) pada Manusia
Sistem Limfatik (Getah Bening) pada Manusia
 
Permenkes no 56 tahun 2015 tentang penetapan nilai tingkat tunjangan bahaya ...
Permenkes  no 56 tahun 2015 tentang penetapan nilai tingkat tunjangan bahaya ...Permenkes  no 56 tahun 2015 tentang penetapan nilai tingkat tunjangan bahaya ...
Permenkes no 56 tahun 2015 tentang penetapan nilai tingkat tunjangan bahaya ...
 
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystographyTeknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
 
sinar x
sinar xsinar x
sinar x
 
Fluoroscopy presentation1
Fluoroscopy presentation1Fluoroscopy presentation1
Fluoroscopy presentation1
 
Anatomi fisiologi limpatik
Anatomi fisiologi limpatikAnatomi fisiologi limpatik
Anatomi fisiologi limpatik
 

Similaire à Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

Citra penginderaan jauh dan contohnya
Citra penginderaan jauh dan contohnyaCitra penginderaan jauh dan contohnya
Citra penginderaan jauh dan contohnya
Agus Candra
 
202112077_Joko Windriarto_Radiography Test.pptx
202112077_Joko Windriarto_Radiography Test.pptx202112077_Joko Windriarto_Radiography Test.pptx
202112077_Joko Windriarto_Radiography Test.pptx
WidyoIsworo1
 

Similaire à Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA) (20)

Radiographic testing2
Radiographic testing2Radiographic testing2
Radiographic testing2
 
Spektrometer uv
Spektrometer uvSpektrometer uv
Spektrometer uv
 
Makalah c arm
Makalah c armMakalah c arm
Makalah c arm
 
Sistem Film Radiografi.pptx
Sistem Film Radiografi.pptxSistem Film Radiografi.pptx
Sistem Film Radiografi.pptx
 
Bimbingan Pesawat.pptx
Bimbingan Pesawat.pptxBimbingan Pesawat.pptx
Bimbingan Pesawat.pptx
 
UV_1.ppt
UV_1.pptUV_1.ppt
UV_1.ppt
 
Instrumen analitik(1)
Instrumen analitik(1)Instrumen analitik(1)
Instrumen analitik(1)
 
Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...
Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...
Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...
 
Citra penginderaan jauh dan contohnya
Citra penginderaan jauh dan contohnyaCitra penginderaan jauh dan contohnya
Citra penginderaan jauh dan contohnya
 
Spektrometri uv vis
Spektrometri uv visSpektrometri uv vis
Spektrometri uv vis
 
Presentasi spektro uv vis
Presentasi spektro uv visPresentasi spektro uv vis
Presentasi spektro uv vis
 
Laboratorium instrumentasi kimia(1)
Laboratorium instrumentasi kimia(1)Laboratorium instrumentasi kimia(1)
Laboratorium instrumentasi kimia(1)
 
SPEKTROSKOPI.pptx
SPEKTROSKOPI.pptxSPEKTROSKOPI.pptx
SPEKTROSKOPI.pptx
 
C arm ppt
C arm pptC arm ppt
C arm ppt
 
Nuklir
NuklirNuklir
Nuklir
 
K3 DI BIDANG RADIOLOGI KONVENSIONAL - KELOMPOK 5 2B.pptx
K3 DI BIDANG RADIOLOGI KONVENSIONAL - KELOMPOK 5 2B.pptxK3 DI BIDANG RADIOLOGI KONVENSIONAL - KELOMPOK 5 2B.pptx
K3 DI BIDANG RADIOLOGI KONVENSIONAL - KELOMPOK 5 2B.pptx
 
Faktor-Faktor Geometric.pptx
Faktor-Faktor Geometric.pptxFaktor-Faktor Geometric.pptx
Faktor-Faktor Geometric.pptx
 
O3 difraksi
O3 difraksiO3 difraksi
O3 difraksi
 
202112077_Joko Windriarto_Radiography Test.pptx
202112077_Joko Windriarto_Radiography Test.pptx202112077_Joko Windriarto_Radiography Test.pptx
202112077_Joko Windriarto_Radiography Test.pptx
 
Konsep Dasar Penginderaan Jauh.pptx
Konsep Dasar Penginderaan Jauh.pptxKonsep Dasar Penginderaan Jauh.pptx
Konsep Dasar Penginderaan Jauh.pptx
 

Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

  • 1. RADIOFOTOGRAFI II Kelompok : 8 Miftahurrahman Suhanda Deka Yulia novita A Iman suhaina
  • 2. KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI Teknik Radiografi adalah ilmu yang mempelajari tata cara pemotretan dengan menggunakan sinar pengion seperti sinar x untuk membuat citra gambar radiografi guna menegakkan diagnosa. Radiologi dibagi menjadi 2 cabang yaitu • Radiodiagnostik : Pemamfaatan sinar X untuk mendiagnosa/memeriksa suatu kelainan pada organ anggota tubuh Pasien. • Radioterapi : Pemamfaatan sinar X atau Sumber radiasi lainnya untuk penyembuhan kelainan pada tubuh Pasien. Seperti : Kanker atau Tumor
  • 3. Kualitas gambar dapat didefinisikan sebagai rasio antara signal dan noise. a. Signal adalah informasi yang diperlukan dari sistem pencitraan, misalnya radiograf b. Signal dapat didefinisikan sebagai siza minimum objek yang harus terlihat c. Noise adalah sesuatu yang dapat mengurangi signal pada gambaran d. Noise, dalam film / screen sistem konvensional, dapat didefinisikan sebagai graininess gambar
  • 4. • Eksposi dan proses pada film akan menghasilkan derajat dan pola penghitaman film yang tergantung dari berbagai factor yaitu: a. Densitas Radiografi Menurut Stuart dan Michael, densitas radiografi adalah keseluruhan derajat penghitaman pada film radiografi yang telah dieksposi dan mengalami proses pencucian. b. Kontras Radiografi Menurut Stuart dan Michael, kontras radiografi biasanya melukiskan jarak atau perbandingan hitam dan putih pada gambaran radiografi. c. Detail Radiografi Detail radiografi adalah hasil gambaran radiografi yang mampu memperlihatkan struktur yang kecil dari organ yang difoto. d. Ketajaman Ketajaman adalah hasil gambaran radiografi yang mampu memperlihatkan batas yang tegas bagian-bagian objek yang difoto sehingga struktur organ terlihat dengan baik.
  • 5. Ada dua hal yang mempengaruhi kontras radiografi , yaitu : • 1) Subjek kontras Subyek kontras merupakan perbandingan intensitas radiasi yang ditransmisikan melewati area berbeda dari maerial yang diinspeksi. Hal ini tergantung pada kemampuan serapan material yang berbeda-beda, panjang gelombang radiasi dan intensitas radiasi serta hamburan balik radiasi (back scattering). Perbedaan material dalam menyerap radiasi, berakibat pada tingkat kontras film radiografi. Perbedaan ketebalan atau massa jenis material yang lebih besar, akan memberikan perbedaan densitas radiografi atau kontras yang semakin besar.
  • 6. Akan tetapi, dari satu obyek material bisa dihasilkan dua gambar radiografi dengan kontras yang berbeda. Sinar-X yang ditembakkan dengan kV yang lebih kecil akan menghasilkan gambar radiografi dengan kontras yang lebih tinggi Hal ini terjadi karena energi radiasi yang rendah lebih mudah diserap oleh bahan, sehingga perbandingan foton yang ditransmisikan melewati material yang tebaldan tipis akan lebih besar dengan energi radiasi rendah.
  • 7. Kontras radiografi memiliki unsur yang berbeda : Kontras Objektif, perbedaan kehitaman ada seluruh bagian citra yang dapat dilihat & dinyatakan dengan angka. Adapun penyebabnya : • Faktor radiasi • Kualitas sinar primer • Sinar hambur / scatter • Faktor film • Faktor processing • Jenis & susunan bahan pembangkit • Waktu & suhu pembangkitkan • Lemahnya cairan pembangkit • Agitasi film • Reducer
  • 8. • · Kontras Subjektif, yaitu perbedaan terang di antara bagian film, jadi tidak dapat diukur, tergantung dari pemirsa/pengamat • a. Ketajaman • Citra-radiografi merupakan bentuk bayangan; citra yang diperoleh sebagai akibat dari sinar x melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada tembok bila melewatkan sinar matahari pada tubuh. Bayangan yang membentuk citra radiografi haruslah dengan bentuk yang jelas dan tajam, dimana tingkat pengaburannya berkurang. Pada praktek bentuk bayangan sering diikuti oleh pengaburan, dimana tingkat pengaburan itu disebabkan oleh beberapa hal, seperti: • 1) Faktor Geometrik; yang berhubungan dengan pembentukan citra (misal : ukuran, jarak) • 2) Faktor Goyang; yang berhubungan dengan penderita (pasien) dan alat • 3) Faktor Fotografi atau intrinsik; yang berhubungan dengan bahan perekam citra. • 4) Layar Pendar terdiri dari kristal fosfor yang bila terkena sinar-x akan memendarkan cahaya, ini menimbulkan ketidaktajaman bentuk. • 5) Efek Parallax pengamatan dari jarak tertentu dengan sudut yang berbeda. • 6) Emulsi film ”iradiation”, yakni menyebar/melebarnya cahaya yang tiba pada film, menyebabkan ketidaktajaman bentuk citra • Ketajaman Radiografi dimaksudkan untuk membedakan detail dari struktur yang dapat terlihat pada citra radiografi
  • 9. • Adapun faktor yang dapat mempengaruhi ketajaman, yaitu: • 1) Faktor Citra Radiografi, meliputi: • a) Ketajaman dan kontras objektif • b) Tingkat eksposi • Bila citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda densitas masih dapat diamati, walau tingkat densitasnya sedikit (ketajaman baik walau dengan kontras yang sangat rendah). Jika citra radiografi dengan perbedaan densitas tinggi, struktur masih dapat terlihat jelas walau dengan batas yang tidak begitu tegas (ketajaman masih dapat dilihat, walaupun detail struktur tidak optimal). • Pada praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada x-foto abdomen
  • 10. • 2) Faktor Viewer/Illuiminator (alat baca x-foto) Hubungannya terhadap detail (devinition) adalah dengan contras subyektif faktor viewer
  • 11. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN Ada tiga factor dalam persiapan alat dan gambar, yaitu: • Factor pesawat • Factor pasien • Factor perlengkapan dalam persiapan alat dan bahan ini akan dijelaskan tentang pesawat radiologi. Pesawat sinar-X terdiri dari sistem dan subsistem sinar-X atau komponen. Sistem sinar-X adalah seperangkat komponen untuk menghasilkan radiasi dengan cara terkendali. Sedangkan subsistem berarti setiap kombinasi dari dua atau lebih komponen sistem sinar- X. Pesawat sinar-X diagnostik yang lengkap terdiri dari sekurang-kurangnya generator tegangan tinggi, panel kontrol, tabung sinar-X, kolimator, dan tiang penyanggah tabung.
  • 12. Apabila ditinjau dari segi bentuk fisik dan penginstalasiannya maka pesawat sinar-X dapat diklasifikasi dalam 3 (tiga) jenis, meliputi: (1) Pesawat Sinar-X Dapat Dijinjing/Portabel (Portable); (2) Pesawat Sinar-X Mudah Dipindahkan (Mobile); dan (3) Pesawat Sinar-X Terpasang Tetap (Stationery). pesawat sinar-X diagnostik dapat dijadikan dalam 7 (tujuh) kelompok, meliputi: 1. Pesawat sinar-X portabel (Portable Radiographic Equipment)
  • 13. 2. Pesawat Sinar-X Mobile (Mobile Radiographic Equipment) 3. Pesawat Sinar-X Mamografi (Mammographic Equipment)
  • 14. 4. Pesawat Sinar-X Terpasang Tetap/Besar (Major/Fixed Radiographic Equipment) 5. Pesawat Sinar-X Fluoroskopi (Fluoroscopic Equipment)
  • 15. 6. Pesawat Sinar-X Gigi (Dental Radiographic Equipment) 7. Pesawat Sinar-X CT- Scan (Computed Tomographic Equipment)
  • 16. • Pesawat sinar-X diagnostik untuk radiografi maupun fluoroskopi harus dipasang secara lengkap dengan memenuhi spesifikasi dan parameter keselamatan, antara lain meliputi: a. Spesifikasi Radiografi 1. Wadah Tabung - Setiap wadah tabung pesawat sinar-X diagnostik harus dibuat sedemikian rupa sehingga kebocoran radiasi yang keluar dari berbagai arah tabung, dengan luas tidak lebih besar 100 cm, paparan di udara 1 mGy dalam 1 jam pada jarak 1 m dari sumber radiasi sinar-X pada saat dioperasikan tiap tingkat yang dispesifikasi oleh pabrik. - Harus nampak dengan jelas setiap tanda wadah tabung untuk menunjukkan letak fokus.
  • 17. • 2. Diafragma - Wadah tabung pesawat sinar-X stationery harus dilengkapi dengan kolimator yang ada lampunya. - Sedangkan untuk pesawat sinar-X mobile, lampu kolimatornya lebih baik yang berbentuk konus jika mungkin. - Diafragma yang membatasi luas lapangan atau konus harus dilengkapi dengan persyaratan tingkat kebocoran radiasi yang menjelaskan wadah tabung. - Setiap diafragma harus diberi tanda yang tidak mudah hapus dengan luas lapangan yang menunjukkan jarak fokus ke film.
  • 18. 3. Filter - Tabung pesawat sinar-X dengan kemampuan rata-rata di atas 100 kV harus mengggunakan total filter setara 2,5 mm Al dengan 1,5 mm Al filter permanen atau bawaan. - Wadah tabung harus mempunyai total filter yang ekivalen dengan 2, 0 mm Al (dengan 1,5 mm filter permanen) untuk pesawat sinar-X yang pengoperasiannya di atas 100 kV kecuali untuk pesawat mammografi atau dental. - Mammografi harus mempunyai filter permanen ekivalen 0,5 mm Al atau 0,03 molybdenum (Mo) dalam berkas guna. - Total filter permanen dalam radiografi Dental konvensional dengan tegangan tabung sekitar 70 kV harus ekivalen 1,5 mm Al. - Sedangkan untuk pesawat gigi extra-oral (Panoramic dan Chepalometri) tegangan tabung lebih besar 70 kV (sekitar 90 kV), total filter harus ekivalen 2,5 mm Al. - Filter bawaan harus diberi tanda di tabungnya. Filter tambahan juga harus diberi tanda yang jelas, misalnya pada diafragma.
  • 19. 4. Konus Khusus - Konus dental radiografi atau mammografi harus dibuat sedemikian sehingga jarak fokus dengan kulit paling tidak 20 cm untuk pesawat yang beroperasi di atas 60 kV dan sekurang-kurangnya 10 cm untuk pesawat hingga 60 kV. - Konus dental radiografi harus membatasi luas lapangan pada jarak kurang dari 7,5 cm pada bagian ujung konus. - Untuk Tomografi Panoramic, ukuran berkas pada holder kaset tidak boleh melebihi ukuran 10 mm x 150 mm. - Luas berkas total tersebut hendaknya tidak melebihi dari luas celah penerimaan pemegang (holder) kaset, artinya kelebihan luas tidak boleh lebih dari 20 %. - Sedangkan untuk Chepalometri harus dilengkapi dengan diafragma atau kolimasi - Tempat kedudukan fokus dalam arah sumbu berkas sinar-x harus mudah terlihat.
  • 21. Adapun bagian-bagian pesawat rontgen: TABUNG RONTGEN PRINSIP KERJA TABUNG RONTGEN
  • 22. TUBE LABEL TABUNG RONTGEN DIBUAT HAMPA UDARA BERISI ANODA DAN KATODA
  • 25. ANODA ANODA YANG MASIH BARU ANODA YANG SUDAH RUSAK (TERDAPAT LUBANG-LUBANG BEKAS TEMBAKAN ELEKTRON)
  • 26. TABUNG RONTGEN DENGAN ANODA PUTAR Anoda putar memungkinkan elektron tidak tertuju pada satu titik sehingga pesawat tidak cepat panas dan membuat pesawat lebih awet TABUNG RONTGEN DENGAN ANODA DIAM Kelemahan tabung rontgen dengan anoda diam ini adalah pesawat mudah rusak karena elektron hanya tertuju pada satu titik pada anoda.
  • 27. KOLIMATOR kolimator berfungsi sebagai pengatur kolimasi (luas lapangan penyinaran) PENDINGIN TABUNG
  • 28. MEJA KONTROL meja kontrol terletak dibelakang shielding, berfungsi mengatur faktor exposi dan melakukan expose. MEJA PEMERIKSAAN gambar meja pemeriksaan tanpa tutup atas.
  • 29. Tempat memasukkan kaset dibawah meja pemeriksaan. BUCKY STAND
  • 30. Faktor pasien • Dalam hal ini ada beberapa dalam factor pasien: Posisi Penderita Pasien Pengaturan kedudukan penderita secara keseluruhan dalam suatu pemeriksaan. Posisi penderita dapat disebut dengan berbagai istilah, sebagai berikut : Supine : tidur telentang Prone : tidur telengkup Erect : berdiri Lateral : miring/menyamping (membentuk sudut 90 derajat terhadap Flim) Oblique :miring (membentuk sudut lebih atau kurang dari 90 derajat Terhadap film)
  • 31. Oblique terbagi 4 macam kedudukan, yaitu : >Right Anterior Oblique (RA0), artinya letak penderita miring dengan tepi kanan depan dekat terhadap film. > Right Posterior Oblique (RPO), artinya letak penderita miring dengan tepi kanan belakang dekat terhadap film. > Left Anterior Oblique ( LAO), artinya letak penderita miring dengan tepi kiri depan dekat terhadap film. > Left Posterior Oblique (LPO), artinya letak penderita miring dengan tepi kiri belakang dekat terhadap film
  • 32. • Posisi Obyek Pengaturan kedudukan bagian tubuh / obyek yang akan di periksa (dibuat image). Beberapa istilah pergerakan yang penting, antara lain : • Fleksio : gerakan melipat sendi Ekstensio : gerakan membuka sendi Endorotasi : gerakan memutar kedalam Eksorotasi : gerakan memutar keluar Adduksi : gerakan merapat ketubuh Abduksi : gerakan menjauhi tubuh Inspirasi : gerakan menarik napas Ekspirasi :gerakan mengeluarkan napas
  • 33. Pengaturan Sinar Sinar X yang akan digunakan dalam pemotretan perlu diarahkan secara tepat pada obyek yang akan difoto. Disamping itu faktor eksposi perlu diatur agar sesuai dengan tebalnya obyek (nomor atom berbeda) yang akan difoto. Karena hal tersebut maka pengaturan sinar terbagi dalam : Pengaturan Focus Film Distance (FFD) Jarak antara sumber sinar ke film, hubungannya dengan faktor eksposi adalah bahwa semakin dekat jarak FFD maka faktor eksposi harus dikurangi. Pengaturan Central Ray (CR) Central Ray adalah arah berkas sinar terhadap obyek yang diperiksa. Terbagi dalam beberapa istilah dilihat dari posisi pasien, yaitu :
  • 34. > Antero Posterior : Sinar dari depan ke belakang >Postero Anterior :sinar dari belakang ke depan >Dorso Ventra l : sinar dari punggung ke perut >Ventro Dorsal : sinar dari perut ke punggung >Dorso Plantar : sinar dari punggung kaki / tangan ke telapak >Planto Dorsal : sinar dari telapak ke punggung kaki / tangan >Supero Inferior : sinar dari atas ke bawah >Infero Superior : sinar dari bawah ke atas >Latero Medial : sinar dari lateral ke tengah tubuh >Medio Lateral : sinar dari tengah tubuh ke lateral >Translateral : sinar dari satu tepi ke tepi yang lain >Caudo Cranial : sinar dari kaki ke kepala >Cranio Caudal : sinar dari kepala ke kaki >Axial : sinar menuju poros sendi >Tangensial : sinar membentuk garis singgung terhadap obyek • Central Point (CP)Adalah garis tengah / titik pusat dari berkas sinar x yang digunakan dalam pemeriksaan terhadap obyek yang diperiksa menuju ke tengah kaset / film.
  • 35. • Faktor Ekspose • Faktor ekspose adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya pencitraan gambar pada film yang terdiri dari : tegangan satuan KV (Kilo Volt), Arus satuan MA (Milli Ampere) dan Secon (Second). KV adalah beda potensial yang diberikan antara katoda dan anoda didalam tabung roentgen yang akan menentukan daya tembus terhadap ketebalan obyek yang diperiksa. MA mempengaruhi kualitas kehitaman / densitas pada film karena mA kuantitas banyaknya elektron yang terkumpul pada anoda. Secon adalah waktu yang dibutuhkan elektron untuk menembus ketebalan obyek selama penyinaran. • Penentuan faktor eksposi tergantung pada permintaan foto • Foto tulang sebaiknya menaikkan KV • Foto organ tubuh sebaiknya menaikan mA • Foto organ yang memerlukan pergerakan yang sering ataupun foto dimana pasien tidak diam sebaiknya menaikan Secon seperti pada foto bayi
  • 36. • Ada nilai standar pesawat untuk melakukan suatu teknik radiografi dan nilainya tidak sama untuk setiap pesawat sehingga faktor eksposi harus dipahami benar oleh seorang radiografer. Besarnya faktor ekspose berbeda-beda untuk tiap jenis pemotretan beberapa faktor, yaitu : • Ketebalan Obyek Semakin tebal obyek yang difoto, semakin tinggi faktor eksposi yang dibutuhkan dalam pemotretan tersebut.Focus Film Distance (FFD) Pada penggunaan FFD yang lebih besar, membutuhkan faktor eksposi yang lebih tinggi. • Jenis Pemeriksaan • Seperti Soft tissue, High KV, Low KV membutuhkan faktor eksposi yang berbeda dengan teknik biasa meskipun pada obyek yang sama. • Aksesories Radiologi • Penggunaan screen film, speed film, green film, grid dan lain-lain akan membutuhkan faktor eksposi yang berbeda.
  • 37. • Beberapa distorsi yang terjadi pada gambaran radiografi • Gunakan standar FFD 90 cm untuk pemeriksaan konvensional dan 120 cm untuk analisa jantung, besarnya FFD akan mengakibatkan magnifikasi (pembesaran) • Central ray Yang tidak tegak lurus terhadap film akan mengakibatkan distorsi. Semakin besar sudut dari tegak lurus akan mengakibatkan elongasi (pemanjangan) dan sudut yang tidak tepat pada CP standar teknik pemeriksaan maka obyek akan mengalami shortening (pemendekan). Dengan adanya sifat ini maka ditemukan beberapa teknik pemeriksaan yang khusus seperti pada patella sky line view, axial klavikula dsb. • Pembatasan Luas lapangan penyinaran (kolimasi) sesuai obyek yang diperiksa karena semakin besar kolimasi maka radiasi hambur akan semakin besar sehingga akan membuat ketajaman gambar berkurang/kabur karena sifat sinar x yang arahnya divergen. • Pikirkan faktor keselamatan radiografer dan pasien dalam hal posisi pasien, kenyamanan pasien dan proteksi pasien, radiografer dan lingkungan sekitar. • Hindarilah pengulangan penyinaran akibat reject karena posisi, pergerakan dan faktor eksposi.
  • 39.
  • 40.
  • 41.