Empat siswa MTsN Sumber Bungur Pakong, Pamekasan berhasil meraih prestasi di ajang olimpiade matematika internasional di Thailand dengan meraih dua medali perunggu dan satu medali perak. Prestasi ini diharapkan dapat memotivasi siswa dan wali murid lainnya.
1. D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : NUR SHIFA SETYO UTAMI
NPM : 037117144
KELAS : 2F
MATA KULIAH : PROFESI KEPENDIDIKAN
2. TEMA : KEPENDIDIKAN
Baban Gandapurnama – detikNews Selasa 08 Agustus 2017, 17:24 WIB
Kemendikbud Minta Saber Pungli Tindak Penyimpangan di Bidang pendidikan
Irjen Kemendikbud Daryanto /Foto: Baban Gandapurnama
Bandung - Kemendikbud memberi ruang gerak kepada Tim Saber Pungli untuk menindak
tegas praktik penyimpangan yang terjadi di bidang pendidikan. Diharapkan penegakan
hukum dapat membuat efek jera.
Irjen Kemendikbud Daryanto tak memungkiri di sektor pendidikan berpotensi terjadinya
pungli dan maladministrasi. Guna mencegah pelanggaran tersebut, Daryanto mendorong Tim
Saber Pungli turun tangan.
"Untuk efek jera, kita kan ada pasukan Saber Pungli. Nanti saya komuniasi terus dengan
pasukan Saber Pungli di seluruh Indonesia," ucap Daryanto usai menghadiri workshop
'Deseminasi Hasil Pemantauan PPDB 2017 Jabar' yang digelar Ombudsman Jabar di Hotel
Nexa, Jalan Supratman, Kota Bandung, Selasa (8/8/2017).
Salah satu contohnya praktik pungli saat proses dan pasca PPDB pada sekolah negeri. Para
calo bermodus 'jual kursi' kepada calon peserta didik dan pungutan pihak sekolah yang
melanggar aturan berlaku agar ditindak tegas.
"Kalau itu ditenggarai nakal, ya harus diproses. Dihukumlah," ujar Daryanto.
Tim Saber Pungli diharapkan jangan tebang pilih untuk menindak pihak-pihak terbukti
melakukan penyimpangan dalam urusan pendidikan. Pelanggaran dilakoni oknum PNS dan
masyarakat dapat diproses sesuai ketentuan Undang-Undang.
Ia menegaskan, sanksi disiplin adminstrasi berlaku untuk oknum PNS bertindak curang dan
menyimpang. Jika Tim Saber Pungli dapat membuktikan oknum PNS dan masyarakat yang
melanggar pidana, sambung dia, tentu harus berlanjut proses hukumnya.
"Kalau menyangkut pidana, maka diproses pidana," kata Daryanto.
3. Achmad SudarnoAchmad Sudarno 02 Jan 2018, 17:05 WIB
Tawuran Pelajar SMK di Bogor, 1 Siswa Tewas
Liputan6.com, Bogor - Hari pertama masuk sekolah di Bogor, Jawa Barat, diwarnai aksi
tawuran pelajar, Selasa (2/1/2018). Tawuran antarpelajar ini menyebabkan satu orang tewas
dan enam luka akibat sabetan senjata tajam.
Korban tewas bernama Yudi Saputra (18), pelajar SMK PGRI 2 Bogor. Adapun korban luka
adalah Gilang Setiawan (16), Muhamnad Dafikri (17), Aura Lio alias Ahonk (17), Wahyu
alias Gayung (16), Rendi (17), dan Algi Fahri (17).
Kapolsek Citeureup Kompol Tri Suhartanto menuturkan, aksi tawuran bermula saat
sekelompok siswa SMK Karya Nugraha bersama pelajar SMK PGRI 2 Kota Bogor (AOET)
sedang nongkrong sambil menunggu angkutan umum di depan Ruko Jalan Mayor Oking
Citeureup pada pukul 08.15 WIB.
Tiba-tiba remaja berseragam putih abu-abu yang sedang nongkrong ini diserang dari arah
Gang Pasar Citeureup oleh sekelompok pelajar lainnya yang berjumlah kurang lebih 30
orang.
Para pelajar dari sekolah SMK Yapis dan Mekanika Kota Bogor ini menyerang menggunakan
senjata tajam seperti celurit, sehingga menyebabkan satu korban tewas dan enam luka.
"Akibat tawuran ini satu pelajar tewas dan enam lainnya terluka akibat sabetan benda tajam,"
kata Tri.
Pelajar jalan jongkok menuju polres Bekasi. (Liputan6.com/Fernando Purba)
Satu korban meninggal dunia setelah sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Cibinong. Yudi Saputra tewas akibat mengalami luka sabetan senjata tajam di bagian leher.
Menerima laporan adanya tawuran pelajar, petugas dari Polsek Citeureup langsung
mendatangi lokasi.
Di lokasi kejadian, petugas menemukan tujuh pelajar, salah satunya diduga pelaku
penyerangan ikut terluka akibat sabetan senjata tajam, sedangkan lainnya berhasil melarikan
diri saat dikejar polisi.
"Kami masih memeriksa saksi-saksi dan memburu para pelakunya," kata dia.
4. Kompas.com 19/03/2018, 10:04 WIB
Cara Wali Kota Risma Atasi Anak Putus Sekolah di Surabaya
Pemerintah kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan
Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP5A) Surabaya, terus memperhatikan dan
memfasilitasi kebutuhan anak-anak yang mengalami permasalahan kesejahteraan sosial.
Salah satu bentuk perhatian Pemkot Surabaya adalah dengan menggelar acara tatap muka
secara langsung bersama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Hal itu diharapkan bisa
menyelesaikan problematika anak putus sekolah di Surabaya. Dihadapan puluhan anak putus
sekolah, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan agar mereka bisa belajar untuk
hidup secara mandiri dan tidak terus bergantung kepada orang tua. Sebab, tidak selamanya
orang tua mampu menopang kehidupan mereka. "Mulailah diri dengan hidup mandiri, dan
jangan terus menggantungkan dengan orang tua kalian," kata Wali Kota Risma, saat
memberikan pengarahan kepada anak putus sekolah, bertempat di eks Gedung Siola lantai
IV, Sabtu, (10/03/18). Tidak hanya itu, wali kota perempuan pertama di Surabaya tersebut
juga mengunggah kesadaraan para anak putus sekolah ini agar mereka lebih menghargai
kepada orang tua. “Tolong hargai juga orang tua kalian, yang tiap hari sudah susah payah cari
uang untuk kalian,” pesannya. Wali kota yang akrab disapa Bu Risma ini menuturkan bahwa
setiap orang pasti butuh untuk makan dan butuh untuk masa depan. Maka dari itu, wali kota
sarat akan prestasi tersebut berpesan agar anak-anak putus sekolah ini mau mengubah jalan
hidupnya menjadi lebih baik. “Kalau kalian tidak bisa memikirkan masa depan kalian sendiri,
terus siapa yang akan memikirkan, karena orang tua kalian tidak bisa mendampingi kalian
terus,” ujar wali kota kepada puluhan anak putus sekolah ini. Dalam kesempatan ini, Wali
Kota Risma kemudian memberi kesempatan kepada anak-anak ini untuk menyampaikan
secara langsung apa saja keluhan dan problematika mereka melalui selembar kertas.
Selanjutnya, wali kota mulai memanggil satu persatu anak-anak untuk ditanyai keinginan
mereka. Mereka ditawari untuk melanjutkan sekolah kembali atau bisa mengikuti ujian paket,
supaya mereka bisa mendapatkan ijazah dan bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Salah satu yang menarik adalah pernyataan yang disampaikan oleh Adi
Wicaksono (16) tahun, dirinya yang putus sekolah SMK ini, kemudian memilih untuk
mencari uang setiap malam dengan cara mengamen. “Kamu nanti saya ikutkan kejar paket,
ojok keluyuran ae (jangan keluyuran saja), kasihan orang tuamu,” kata wali kota kepada Adi.
Disampaikan Wali Kota Risma, bahwa sebenarnya permasalahan anak putus sekolah ini
bermacam-macam alasannya. Mulai dari karena memang mereka malas sekolah, ada yang
5. nakal. Namun, ada pula yang memang mereka tidak mampu untuk membayar biaya sekolah.
"Kita treatment dulu anak-anak ini. Tapi yang paling penting adalah bagaimana mereka bisa
mengakses masa depan mereka," tutur wali kota kelahiran kediri tersebut. Dijelaskan oleh
Wali Kota Risma, sejauh ini banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemkot dalam
meminimalisir jumlah anak putus sekolah di Surabaya. Selain akan mengembalikan mereka
ke pendidikan formal dan non formal, pihaknya juga akan menyisipkan beberapa kegiatan
dalam upaya mengembangkan minat dan bakat anak, seperti mengarahkan mereka yang
kreatif menuju ke koridor, dan memberikan bimbingan usaha bagi anak yang ingin
berwirausaha melalui program pejuang muda. "Yang ingin usaha nanti akan kita latih, dan
nanti kalau usianya sudah 18 tahun, baru kita berikan modal," jelas wali kota berkerudung ini.
Wali Kota Risma menambahkan, bahwa esensi utama dari acara ini adalah bagaimana bisa
mengembalikan mereka ke sekolah, supaya mampu mengubah hidupnya ke arah yang lebih
baik, karena orang hidup itu harus punya bekal, yakni pendidikan. Selain itu, pengarahan bagi
anak putus sekolah ini bertujuan agar anak-anak tersebut kedepannya bisa mendapatkan
kehidupan yang lebih baik dan layak. Serta membangun generasi muda yang berhasil dan
bermanfaat bagi nusa dan bangsa. “Kita coba akan treatment lebih detail lagi, untuk
bagaimana mereka tertarik dibidang apa, supaya dia langsung kita fokuskan kemana dan ke
bisnis apa,” pungkasnya.
6. Ardian Fanani – detikNews Rabu 07 Maret 2018, 18:27 WIB
Perpus Keliling Diluncurkan untuk Tingkatkan Minat Baca Pelajar
Banyuwangi - Pemkab Banyuwangi terus berusaha menumbuhkan minat baca bagi pelajar.
Untuk itu, bekerjasama dengan perusahaan swasta, pemkab meluncurkan perpustakaan
keliling dan tablod.
Peluncuran perpustakaan keliling dan tabloid ini untuk mendorong peningkatan Sumber Daya
Manusia (SDM) melalui gerakan gemar membaca dan mengangkat potensi lokal.
"Dengan peningkatan SDM dan terangkatnya potensi lokal, kami berharap bisa berimbas
pada peningkatan kesejahteraan di masyarakat," kata Coorporate Communications Manager
PT BSI, T Mufizar Mahmud, di Sekolah Dasar Islam (SDI) Al Muttaqin, Dusun Seloagung,
Rabu (7/3/2018).
Khusus tabloid, yang diberi nama 'Sedulur' menurut Mahmud berisi tentang informasi tentang
kegiatan perusahaan serta berbagai potensi yang ada di sekitar pertambangan emas di Selatan
kota Banyuwangi ini. Dengan begitu, masyarakat bisa terbentengi dari kabar hoaks
menyesatkan yang dihembuskan pihak tak bertanggung jawab.
Sementara itu, Kepala Sekolah SDI Al Muttaqin, Sri Indah Utami Ningtyas, mengaku senang
dengan adanya perpustakaan keliling PT BSI dan tabloid 'Sedulur'. Selain dapat
meningkatkan minat baca para murid, keberadaan tabloid diharap juga mampu meningkatkan
prestasi para siswa.
"Kegiatan-kegiatan sekolah kalau bisa juga ikut diangkat dipemberitaan, jadi akan
memotivasi para guru dan murid untuk berkompetisi dalam prestasi," katanya.
7. Reporter : Samsul Arifin Jum'at, 23 Februari 2018 11:39:00 WIB
4 Siswa MTsN Sumber Bungur Ukir Prestasi di Ajang Internasional
Pamekasan (beritajatim.com) - Empat siswa asal Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)
Sumber Bungur Pakong Pamekasan berhasil menorehkan tinta emas berupa prestasi pada
ajang Thailand International Mathematical Olympiad (TIMO) di Thailand.
Keempat siswa tersebut masing-masing Arbil Shofiyurrahman (bronze), Hazim A Arief
Madani (bronze), Moh Samsul Arifin Bakri (silver) dan Wildan Hidayatullah (merit).
Mereka mengikuti ajang olimpiade di negeri Gajah Putih selama empat hari, terhitung mulai
Selasa hingga Jum'at (20-23/2/2018).
"Sebelum (berangkat) ke Thailand, anak-anak harus melewati seleksi ketat di Indonesia.
Akhirnya mereka lolos seleksi dan masuk nominasi," kata Kepala MTsN Sumber Bungur
Pakong Mohammad Holis, berdasar rilis yang diterima beritajatim.com.
Selain itu pihaknya mengaku sangat senang dengan prestasi yang ditorehkan peserta
didiknya, terlebih di ajang internasional seperti TIMO. "Prestasi ini kami persembahkan
untuk semua wali murid MTsN Sumber Bungur," ungkapnya.
Pihaknya berharap prestasi tersebut bisa menjadi motivasi tersendiri bagi para wali murid,
khususnya para siswa lain. Apalagi selama ini lembaga yang dipimpinnya kerap menorehkan
prestasi di berbagai ajang, baik regional maupun nasional.
"Semoga menjadi motivasi untuk lebih baik di masa mendatang," harapnya. [pin] Pamekasan
(beritajatim.com) - Empat siswa asal Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Sumber Bungur
Pakong, Pamekasan, berhasil menorehkan tinta emas berupa prestasi pada ajang Thailand
International Mathematical Olympiad (TIMO) di Thailand.
Keempat siswa tersebut masing-masing Arbil Shofiyurrahman (bronze), Hazim A Arief
Madani (bronze), Moh Samsul Arifin Bakri (silver) dan Wildan Hidayatullah (merit). Mereka
mengikuti ajang olimpiade di negeri Gajah Putih selama empat hari, terhitung mulai Selasa
hingga Jum'at (20-23/2/2018).
8. "Sebelum (berangkat) ke Thailand, anak-anak harus melewati seleksi ketat di Indonesia.
Akhirnya mereka lolos seleksi dan masuk nominasi," kata Kepala MTsN Sumber Bungur
Pakong Mohammad Holis, berdasar rilis yang diterima beritajatim.com.
Selain itu pihaknya mengaku sangat senang dengan prestasi yang ditorehkan peserta
didiknya, terlebih di ajang internasional seperti TIMO. "Prestasi ini kami persembahkan
untuk semua wali murid MTsN Sumber Bungur," ungkapnya.
Pihaknya berharap prestasi tersebut bisa menjadi motivasi tersendiri bagi para wali murid,
khususnya para siswa lain. Apalagi selama ini lembaga yang dipimpinnya kerap menorehkan
prestasi di berbagai ajang, baik regional maupun nasional. "Semoga menjadi motivasi untuk
lebih baik di masa mendatang," harapnya.
9. Raden AMP 04 Mar 2018, 20:01 WIB
Kesal Anaknya Dicubit, Orangtua Siswa Tinju Guru SD
Liputan6.com, Sanggau - Tindak kekerasan di lingkungan sekolah kembali terjadi. Kali ini
terjadi di sebuah desa di Kalimantan Barat, tepatnya SDN 31 Meliau, Emplasmen PTPN XIII
Gunung Meliau, Desa Meliau Hilir, Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan
Barat.
Seorang guru bernama Lastini diduga dianiaya Sukardi yang tak lain adalah orangtua salah
seorang siswa di SDN 31 Meliau. Guru itu ditinju hingga mengalami cedera di wajah.
Kapolsek Meliau, Iptu MR Pardosi, melaporkan Polsek Meliau telah menangkap Sukardi
yang diduga pelaku penganiayaan guru SD itu. Penangkapan itu dilakukan karena adanya
laporan penganiayaan terhadap Lastini pada Jumat, 2 Maret 2018.
"Penganiayaan tersebut terjadi pada Kamis, 1 Maret 2018 pukul 15.45 WIB di Lapangan
SDN 31 Meliau, Emplasmen PTPN XIII Gunung Meliau, Desa Meliau Hilir, Kecamatan
Meliau," kata Pardosi.
Pardosi memaparkan kronologi penganiayaan tersebut. Berdasarkan laporan Lastini, ketika
Lastini tengah memberikan materi ekstrakulikuler di lapangan SDN 31 Meliau, datanglah
Sukardi.
Tanpa basa basi, Sukardi langsung mendatangi Lastini dan menganiayai guru PNS itu dengan
cara menggunakan tangan kiri memegang serta menarik kerah baju Lastini dari depan di
hadapan siswa SDN tersebut.
"Tangan kanan Sukardi memukul wajah Lastini mengenai bagian hidung sehingga
mengakibatkan hidung luka robek serta mengeluarkan darah dan rasa sakit pada bagian
kepala," Pardosi menambahkan.
Lastini langsung dibawa ke Klinik Kebun PTPN XIII Gunung Meliau untuk mendapatkan
perawatan. Setelah kondisinya stabil, Lastini mendatangi Mapolsek Meliau mengadukan
penganiayaan yang dialaminya.
10. Amarah Sukardi tak terkendali begitu mengetahui anaknya, A, dicubit oleh sang guru, yakni
Lastini. Padahal, bukan tanpa sebab Lastini mencubit A. Siswa SDN 31 Meliau itu dinilai
berkelakuan tidak baik ketika di sekolah.
"Pada hari Kamis ada kegiatan ekstra kurikuler, saat itu ada pelajaran, si anak nakal, guru
menegur, diingatkan dan dicubit, namun si anak atau si murid, mengadu ke orangtuanya,"
kata Pardosi.
"Nah si orangtua terlalu berlebihan menanggapi atau reaksinya berlebihan, dan mendatangi
guru tersebut di SDN 31 Gunung Meliau, pada saat itulah terjadi percekcokan, dan si pelaku
meninju ibu guru tersebut atau ibu Lastini," dia menambahkan.
Pardosi mengatakan aparat telah melakukan tindak lanjut terhadap kasus ini, seperti
mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP), interogasi terhadap korban dan pelaku, serta
mengambil keterangan singkat saksi-saksi.
"Akan segera memproses tuntas perkara penganiayaan guru ini. Sedangkan, terhadap korban
saat ini dirujuk ke RSUD Sanggau," Iptu Pardosi menandaskan.
11. Muhamad Ridlo 13 Mar 2018, 10:32 WIB
Modus Selesaikan Tugas Sekolah, Guru Cabuli 35 Siswi
Kapolres Cilacap, AKBP Djoko Julianto menanyai tersangka guru cabul, Nasro.
Liputan6.com, Cilacap - Melihat tampang guru cabul yang sudah sepuh ini, barangkali orang
akan teringat lagu legendaris karya Iwan Fals, "Oemar Bakri". Satu lagu yang berkisah
tentang balada guru masa lalu yang hanya bersepeda butut lantaran gajinya cuma cukup
sampai tanggal 10 tiap bulannya.
Saat lagu itu ngehits, guru yang merupakan pengajar di sebuah sekolah dasar (SD) negeri di
Kesugihan, Cilacap, ini pun sudah mengajar. Saat ini, usianya sudah 58 tahun lebih, dan
sebentar lagi pensiun sebagai pegawai negeri sipil (PNS).Tentu, amat naif menyamakan nasib
guru zaman sekarang dengan Oemar Bakri. Gaji bulanan guru PNS zaman sekarang sudah
lebih dari cukup untuk membuat mereka sejahtera.
Selain itu, tak pantas pula menyematkan pahlawan tanda jasa pada sosok Nasro, sang guru
cabul ini. Apalagi, jika menilik perlakuan guru Nasro terhadap muridnya. Ia telah mencoreng
nama para pendidik anak bangsa ini.Ia ditangkap lantaran diduga menjadi pelaku pencabulan
terhadap muridnya sendiri. Bayangan untuk menikmati masa pensiun dengan beribadah dan
memelihara hewan atau tanaman pun buyar sudah.
Barang bukti pencabulan guru terhadap siswi yang disita polisi. (Foto: Liputan6.com/Polres
Cilacap/Muhamad Ridlo).Tak tanggung-tanggung, selama 11 tahun terakhir, Nasro diduga
mencabuli 35 siswinya. Padahal, jika menilik usianya, anak-anak SD ini lebih pantas disebut
sebagai cucunya. Kepala Polres Cilacap AKBP Djoko Julianto mengatakan, Nasro diduga
mencabuli 35 siswi kelas 1 dan 2 sejak tahun 2006. Jumlah ini ada kemungkinan bertambah.
Pasalnya, diduga masih ada korban yang belum melapor.
Kepada penyidik, Nasro mengaku terpaksa mencabuli siswinya lantaran tak bisa
berhubungan intim dengan istrinya. Istrinya selalu mengeluh sakit saat berhubungan lantaran
sebuah penyakit pada alat vitalnya. Dengan alasan itu, Nasro pun tega mencabuli siswinya.
Modusnya, ia menyuruh muridnya untuk menghadap untuk menyelesaikan tugas sekolah.
12. Kapolres Cilacap menunjukkan barang bukti pencabulan guru terhadap sisiwnya. (Foto:
Liputan6.com/Polres Cilacap/Muhamad Ridlo). Di dalam ruangan, ia lalu berpura-pura
mengoreksi tugas, lantas meraba-raba siswinya. Bahkan sebagian korban ada yang sempat
dipaksa memegang kemaluannya.
Untuk melancarkan aksinya itu, ia mengiming-imingi bocah-bocah itu dengan uang Rp 2
ribu. Dengan leluasa, ia pun mencabuli siswinya sesuka hati. Kasus ini terkuak ketika salah
satu orangtua siswi mendapati kejanggalan pada anaknya. Siswi itu lantas mengaku
memperoleh perlakuan cabul dari sang guru. Tak terima, orangtua ini melapor kepada polisi.
Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Cilacap pun bergerak. Hasilnya
sungguh mengejutkan. Nasro diduga mencabuli 35 siswinya selama 11 tahun terakhir."Ada
kemungkinan korban masih bertambah," Kapolres menjelaskan, melalui keterangan tertulis
yang diterima Liputan6.com, Senin, 12 Maret 2018.
Ganjaran untuk Guru Cabul Pelaku pencabulan terhadap puluhan siswi selama 35 tahun, Ia
dijerat dengan Pasal 82 ayat 2 dan ayat 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak menjadi Undang-Undang Terkait dengan ancaman hukuman 15 tahun
penjara.
Nasro pun terancam hukuman tambahan sepertiga hukuman maksimal lantaran pelaku masuk
kategori orang terdekat korban, yakni guru.Statusnya sebagai guru yang mestinya digugu dan
ditiru pun memperberat situasinya. Ia telah mencoreng nama baik guru. Kini, Nasro pun
hanya bisa menyesal. Bukannya menikmati hari tua dengan nyaman, bapak tiga putri satu
putra ini justru terancam mendekam di bui belasan tahun."Saya mengaku khilaf," ucap Nasro,
di Markas Polres Cilacap.