1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam keunikan yang
berbeda dari setiap sisinya.Keunikan ini baik berupa non fisik maupun fisik yang
terkandung didalamnya.Dalam keunikan non fisik berupa keaanekaragaman suku dan
budaya yang di miliki oleh Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari Pulau
miangas sampai Pulau rote.Sedangkan keunikan fisik adalah keunikan bentuk
Indonesia yang terdiri dari rentetan pulau-pulau yang berjejer seakan sambung
menyambung dan membentuk negara kepulauan atau istilahnya adalah Nusantara
(archipelago).Keunikan fisik tersebut bukan hanya itu berdasarkan dari
pembentukannya saja Indonesia sudah unik beberapa pulau yang terbentuk hampir
menyerupai hewan – hewan tertentu.Seperti Pulau sumatera menyerupai ikan dan
Pulau papua menyerupai burung dan pulau – pulau kecil nusa tenggara dikatakan
mirip dengan kalajengking.
Keunikan yang lain dimiliki Indonesia adalah pertemuan dua pegunungan
sirkum pasifik dan sirkum mediterania yang menyebabkan Indonesia berada pada
lingkaran bola api ( ring of fire ).Keadaan ini menyebabkan banyak gunung api aktif
yang menyebar di Indonesia.Namun kadang kala pergerakan lempeng ini
menyebabkan daerah Indonesia rentan akan terjadinya bencana di sekitar daerah
Indonesia.Bencana siap datang kapan saja dan tidak dapat dipastikan kapan waktu
terjadinya untuk itu masyarakat di harapkan agar selalu siap siaga di setiap kegiatan
yang mereka laksanakan.
Klasifikasi bencana terbagi menjadi dua jenis yakni bencana yang disebabkan
oleh alam dan bencana yang disebabkan oleh non alam.Bencana non alam di
Indonesia bisa dikatakan jarang namun bukan berarti tidak pernah terjadi.Sedangkan
bencana alam bisa dikatakan sering terjadi di beberapa wilayah di Indonesia mulai
dari longsor, gempa bumi, gunung meletus, banjir atau bahkan tsunami.
Beberapa kejadian bencana yang disebutkan diatas beberapa diantaranya adalah
bencana akibat geomorfologis dan bencana kelautan .Namun pada makalah ini akan
membahas mengenai bencana kelautan.
2. 2
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini rumusan masalah yang dimuat adalah :
1. Apakah bencana kelautan?
2. Apakah gelombang badai itu?
3. Apakah topan dan bagaimana terbentuknya?
4. Apakah tsunami dan bagaimana mitigasinya?
5. Bagaimana mitigasi bencana ?
C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang bencana
kelautan dan bagaimana mitigasinya.Semua pertanyaan diatas akan dibahas dalam bab
selanjutnya.
D. Manfaat Penulisan
Dalam penulisan makalah ini memiliki manfaat sebagai [emberi informasi serta
dapat berguna untuk menambah khasanah ilmu yang akan dimiliki baik si penulis
serta si pembaca.Bahkan dapat pula di manfaatkan sebagai media pembelajaran bagi
si pembaca..
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
Bencana laut adalah bencana alam yang berasal dari laut. lingkungan normal atau
perubahan drastis alam laut, sehingga di zona pesisir terjadi di laut atau serius
membahayakan masyarakat, ekonomi dan peristiwa-peristiwa kehidupan dan properti.
1) Gelombang badai
Gelombang badai adalah sebutan untuk fenomena gelombang laut yang terjadi karena
itupan angin badai, yang ukurannya di atas ukuran gelombang normal, yang melanda ke
daratan. Di Indonesia, secara umum masyarakat menyebut fenomena gelombang ini dengan
Gelombang Pasang. Gelombang badai dapat menyebabkan air laut masuk ke daratan dan
mencapat jarak 200 meter ke dalam daratan dari tepi pantai. Berbeda dengan tsunami yang
terjadi karena gempa, longsoran bawah laut atau letusan gunungapi bawah laut, fenomena
gelombang badai ini terjadi menyusul terjadinya badai atau tiupan angn yang sangat kencang
di lautan (fenomena meteorologi), tinggi gelombangnya dapat mencapai belasan meter di
daerah dekat sumber angin, dan gelombang terus berlangsung selama angin bertiup dan reda
bersama dengan redanya tiupan angin. Berkaitan dengan mekanisme pencetusannya,
fenomena gelombang badai ini hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu yang berkaitan
dengan musim angin tertentu, dan hanya akan melanda lokasi-lokasi tertentu pula.
Peristiwa gelombang badai yang terbaru terjadi di Indonesia terjadi pada pertengahan
bulan Mei 2007 yang melanda kawasan pesisir Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan pulau-pulau
Nusa Tenggara Barat dan Timur (BBC Indonesia, 2007; Antara, 2007), yang menghadap ke
Samudera Hindia; dan gelombang badai yang melanda kawasan pesisir utara Pulau Jawa di
daerah Inderamayu – Cirebon.
Gambar 1 : setting lingkungan pesisir
4. 4
Sumber : http://wayuancol.files.wordpress.com/
Pada Gambar terlihat bahwa terdapat dua setting lingkungan pesisir yang berbeda yang
dilanda oleh gelombang badai. Pertama, kawasan pesisir yang menghadap ke Samudera
Hindia mulai dari Sumatera sampai Nusa Tenggara Timur, dan ke-dua, kawasan pesisir yang
berada di “lingkungan dalam” (Laut Jawa) perairan Kepulauan Indonesia yaitu wilayah
pesisir Inderamayu – Cirebon, yang menghadap ke arah timur. Hal itu menunjukkan bahwa
kedua peristiwa gelombang bagai itu terjadi secara terpisah dengan dua pencetus yang
berbeda.
Pertama, gelombang badai yang melanda kawasan pesisir pulau-pulau yang menghadap
ke Samudera Hindia adalah gelombang bagai yang merupakan bagian dari fenomena yang
dikenal dengan “Southern Swell” yang muncul karena badai di Afrika Selatan pada posisi
40oS (AVISO, 2007 dan ESA, 2007). Kedua, gelombang badai yang melanda pesisir
Inderamayu – Cirebon yang menghadap ke arah timur itu adalah gelombang badai yang
timbul karena tiupan angin dari arah timur yang bertepatan dengan Musim Timur.
Gambar 2 : animasi perambatan gelombang
Sumber : http://wayuancol.files.wordpress.com/
Pada Gambar diatas Hasil animasi perambatan gelombang “Southern Swell” yang
memperlihatkan perambatan gelombang dari Afrika Selatan ke seluruh bagian Samudera
Hindia dan menjangkau Kepulauan Indonesia (AVISO, 2007 dengan modifikasi). Gambar
menunjukkan kondisi pada tanggal 17 Mei 2007.Dari dua peristiwa fenomena gelombang
badai tersebut dapat disimpulkan bahwa:
5. 5
1) Kawasan pesisir dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan pulau-pulau Nusa Tenggara
yang menghadap ke Samudera Hindia merupakan kawasan pesisir yang berpotensi
untuk terkena gelombang badai yang datang dari Samudera Hindia. Hal ini berkaitan
dengan kemungkinan terjadinya angin siklon di Samudera Hindia. Memperhatikan
kejadian terbaru dari gelombang badai yang terjadi, maka gelombang badai di masa
datang mungkin terjadi dalam bulan Mei.
2) Segmen pantai kawasan pesisir utara Pulau Jawa yang menghadap ke arah timur
adalah kawasan pesisir yang sangat berpotensi untuk terkena gelombang badai yang
terjadi pada saat Musim Timur berlangsung di bulan Mei.
Fenomena gelombang badai muncul berkaitan dengan fenomena meteorologi berupa
tiupan angin yang kemungkinan waktu terjadinya relatif teratur sepanjang tahun sesuai
dengan perubahan musim. Dengan demikian, prediksi atau peringatan dini akan terjadinya
gelombang badai lebih mudah dilakukan dari pada prediksi atau peringatan dini tsunami.
Mengenai sifat merusak dari gelombang badai ini, kemampuan merusak dari
gelombang badai memang kecil bila dibandingkan dengan tsunami seperti yang melanda
Propinsi Nagroe Aceh Darussalam pada 26 Desember 2004. Meskipun demikian, untuk
kondisi tertentu di suatu tempat tertentu, gelombang badi bisa cukup kuat, seperti yang terjadi
pada 11 Juni 2007 di Pantai Nobbys, Newcastle, Australia. Gelombang badai yang terjadi di
kawasan pesisir itu mampu mengkandaskan kapal yang memuat batubara seberat 30.000 ton
ke pantai
2) Tornado
Kata tornado merupakan perubahan dari kata dalam Bahasa Spanyol tronada, yang
berarti badai petir,kata tornado juga diambil dari Bahasa Latin tonare, yang berarti gemuruh.
Kata ini sangat mungkin merupakan kombinasi dari bahasa Spanyol tronada dan tornar
("berputar").Tornado juga secara umum dikenal sebagai twisters.
Tornado adalah di antara badai paling kejam di Bumi, dengan potensi untuk
menyebabkan kerusakan yang sangat serius. Perubahan lapisan udara merupakan pemicu
lahirnya tornado. Dalam hal ini jika lapisan udara dingin berada diatas lapisan udara panas,
udara panas naik dengan kecepatan 300-an km/jam, udara yang menyusup dari sisi inilah
yang mengakibatkan angin berputar sehingga membentuk tornado, dan bila sudah sempurna
6. 6
maka sebuah tornado bisa memiliki kecepatan hingga 400 km/jam serta lebar cerobong antara
15 - 365 meter.Berikut ini gambaran proses terjadinya badai tornado:
Gambar 3 : angin tornado
Sumber : http://1.bp.blogspot.com/
Udara panas yang terus menerus menghantam bumi akan menyebabkan suhu tanah
meningkat. Dan ketika suhu panas meningkat, udara panas dan lembab yang ada di udara
akan mulai naik dan semakin naik.
Gambar 4 : fase awal tornado
Sumber : http://3.bp.blogspot.com/
Ketika udara panas, udara lembab dan dingin memenuhi udara kering, dan terangkat ke
atas, kemudian akan masuk ke lapisan udara atas. Pada fase ini sebuah awan petir mulai
tercipta.
7. 7
Gambar 5 : fase tornado
Sumber : http://3.bp.blogspot.com/
Pergerakan udara keatas yang terjadi sangat cepat dan adanya angin dari sisi samping
menyebabkan arah yang berbeda dan membentuk sebuah pusaran.
Gambar 6 : fase tornado
Sumber : http://3.bp.blogspot.com/
Sebuah kerucut hasil putaran udara yang berpilin tersebut mulai terbentuk dan terlihat
dari awan ke permukaan tanah. Seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
8. 8
Gambar 7 : fase akhir tornado
Sumber : http://3.bp.blogspot.com/
Tornado adalah kolom udara yang berputar kencang yang membentuk hubungan antara
awan cumulonimbus atau dalam kejadian langka dari dasar awan cumulus dengan permukaan
tanah. Tornado muncul dalam banyak ukuran namun umumnya berbentuk corong kondensasi
yang terlihat jelas yang ujungnya yang menyentuh bumi menyempit dan sering dikelilingi
oleh awan yang membawa puing-puing.
Umumnya tornado memiliki kecepatan angin 177 km/jam atau lebih dengan rata-rata
jangkauan 75 m dan menempuh beberapa kilometer sebelum menghilang. Beberapa tornado
yang mencapai kecepatan angin lebih dari 300-480 km/jam memiliki lebar lebih dari satu mil
(1.6 km) dan dapat bertahan di permukaan dengan lebih dari 100 km.
Meskipun tornado telah diamati di tiap benua kecuali Antartika, tornado lebih sering
terjadi di Amerika Serikat. Tornado juga umumnya terjadi di Kanada bagian selatan, selatan-tengah
dan timur Asia, timur-tengah Amerika Latin, Afrika Selatan, barat laut dan tengah
Eropa, Italia, barat dan selatan Australia, dan Selandia Baru.
Beberapa mitigasi Untuk melindungi diri sendiri maupun orang lain dari bencana topan,
kita perlu mengetahui apa saja yang harus kita lakukan untuk menanggulanginya. Sebelum
terjadi :
a. Tetapkan suatu daerah di rumah sebagai tempat berlindung.
b. Buat rencana komunikasi darurat jika terjadi perpisahan.
c. Ketahui perbedaan antara kemungkinan adanya tornado (dikeluarkan ketika tornado
yang mungkin akan terjadi di daerah Anda) dan peringatan adanya tornado (tornado
telah terlihat oleh radar).
d. Ambil tempat berlindung di sebuah bangunan dengan pondasi yang kuat.
9. 9
e. Jika toilet tidak tersedia, berbaring di selokan atau dataran rendah.
f. Pelajari tanda-tanda bahaya: sebelum tornado menghantam, angin dapat mereda dan
udara dapat menjadi diam, dan umumnya terjadi di dekat tepi badai, Anda seringkali
dapat melihat jelas langit setelah tornado.
Saat terjadi tornado dan korban berada di dalam rumah :
a. Pergilah ke ruang bawah tanah atau bagian terendah dari bangunan.
b. Jika tidak ada ruang bawah tanah, pergi ke sebuah lorong dalam atau ruangan tanpa
jendela.
c. Pergi ke tengah ruangan, menjauhlah dari sudut karena mereka menarik puing-puing.
d. Berlidunglah di bawah perabot yang kokoh dan berpeganglah pada benda tersebut.
e. Gunakan lengan untuk melindungi kepala dan leher.
f. Jika berada dalam mobil , segera keluar dan cari tempat perlindungan.
Saat di sekolah atau kantor hal yang dilakukan adalah :
a. Pergi ke lantai terendah dalam gedung, hindari atap yang lebar seperti auditorium,
atau kafetaria.
b. Cari perabot yang kuat dan berlindunglah di bawahnya.
c. Gunakan lengan untuk melindungi kepala dan leher.
Saat di luar ruangan bila terjadi tornado hal yang dilakukan adalah :
a. Cobalah untuk masuk ke dalam, jika tidak memungkinkan , berbaringlah di selokan
atau dataran rendah atau berjongkok dekat sebuah bangunan yang kuat, dan sadari
potensi banjir.
b. Gunakan lengan untuk melindungi kepala dan leher.
Saat terjadi tornado bila berada di dalam mobil hal yang harus dilakukan adalah:
a. Jangan pernah mencoba mengendarai dan melawan tornado dengan kendaraan.
b. Keluar dari mobil dengan segera dan cobalah untuk menemukan tempat berlindung di
sebuah gedung atau bangunan yang kuat.
c. Berbaringlah di selokan atau dataran rendah yang jauh dari kendaraan.
Setelah terjadi tornado hal yang harus dilakukan adalah :
10. 10
a. Bantulah orang lain yang terjebak atau terluka , dan jangan mencoba untuk
memindahkan orang-orang yang terluka kecuali mereka berada dalam bahaya dengan
cedera.
b. Nyalakan radio atau televisi untuk mendapatkan informasi terbaru.
c. Tetap keluar dari bangunan yang rusak dan kembali ke rumah hanya ketika petugas
mengatakan aman.
d. Gunakan telepon hanya untuk panggilan darurat.
e. Bersihkan obat-obatan yang tumpah, pemutih, bensin, atau cairan yang mudah
terbakar lainnya dengan segera.
f. Tinggalkan bangunan jika Anda mencium bau gas atau asap kimia.
g. Ambil foto kerusakan untuk mengklaim asuransi.
h. Ingat untuk membantu tetangga yang mungkin membutuhkan bantuan.
3) El nina dan La nina
El-Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para
penduduk atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar Samudera Pasifik
bagian timur menjelang hari natal (Desember). Fenomena yang teramati adalah
meningkatnya suhu permukaan laut yang biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan
perairan yang tadinya subur dan kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik
permukaan yang membawa banyak nutrien dari dasar) menjadi sebaliknya. Pemberian nama
El-Nino pada fenomena ini disebabkan oleh karena kejadian ini seringkali terjadi pada bulan
Desember. El-Nino (bahasa Spanyol) sendiri dapat diartikan sebagai “anak lelaki”. Di
kemudian hari para ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu
permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut
akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina
(juga bahasa Spanyol) yang berarti “anak perempuan” (oseanografi.blogspot.com., 2005).
Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun.Jadi berdasarkan hal diatas dapat kita
memberi pengertian bahwa yang dimaksud dengan El-Nino adalah fenomena dimana terjadi
peningkatan suhu permukaan laut yang biasanya dingin yang menyebabkan upwelling dan
biasaya kita indikasikasikan dengan kekeringan pada daerah tersebut dan La-Nina adalah
fenomena dimanaterjadi pendingginan suhu permukaan laut akibat menguatnya upwellig dan
biasanya kita indikasikan dengan banjir pada daerah tersebut.
Proses kejadian El Nino dan La Nina
11. 11
Gambar 8 : proses el nino
Sumber : http://3.bp.blogspot.com/
Ketika Peru mengalami musim panas, arus laut dingin Humbolt tergantikan oleh arus
laut panas. Kuatnya penyinaran oleh sinar matahari pada perairan di Pasifik Tengah dan
Timur menyebabkan meningkatnya suhu dan kelembapan udara pada atmosfer sehingga
tekanan udara di Pasifik Tengah dan Timur menjadi rendah. Hal ini diikuti oleh kemunculan
awan-awan konvektif, atau awan yang terbentuk oleh penyinaran matahari yang kuat.
Di sisi lain, di bagian Pasifik Barat awan sulit terbentuk. Daerah Pasifik Barat
contohnya adalah Indonesia, yang pada dasarnya cuacanya dipengaruhi oleh angin muson,
angin pasat, dan angin lokal walaupun sebenarnya pengaruh angin muson yang lebih kuat
berasal dari daratan Asia. Oleh karena sifat udara adalah bergerak dari tekanan udara tinggi
ke tekanan udara rendah, udara dari Pasifik Barat akan bergerak ke Pasifik Tengah dan
Timur. Hal ini menyebabkan awan konvektif di atas Indonesia bergeser ke Pasifik tengah dan
Timur.
Pada La Nina, atau kebalikan dari El Nino, fenomena tersebut terjadi saat permukaan
laut di Pasifik Tengah dan Timur suhunya lebih rendah dari biasanya pada waktu-waktu
tertentu. Kemudian, tekanan udara di kawasan Pasifik Barat jadi menurun yang
memungkinkan terbentuknya awan. Sebagai akibatnya, tekanan udara di Pasifik Tengah dan
Timur menjadi tinggi sehingga proses pembentukan awan terhambat.
12. 12
Gambar 9 : proses la nina
Sumber : http://3.bp.blogspot.com/
Sementara itu, di bagian Pasifik Barat, misalnya di Indonesia, tekanan udara menjadi
rendah sehingga mudah terbentuk awan cumulus nimbus. Awan ini menimbulkan turunnya
hujan lebat yang disertai petir. Seperti yang disebutkan sebelumnya, sifat udara yang
bergerak dari tekanan udara tinggi ke tekanan udara rendah menyebabkan udara dari Pasifik
Tengah dan Timur bergerak ke Pasifik Barat. Hal ini menyebabkan awan konvektif di atas
Pasifik Tengah dan Timur bergeser ke Pasifik Barat.
Dampak El-Nino
Fenomena El-Nino mengakibatkan perairan yang tadinya subur menjadi sebaliknya. Ini
diakibatkan karena upwelling yang membawa banyak nutrien dari dasar laut dan biasanya
upwelling menjadi tempat berkumpulnya ikan dan plankton menjadi melemah. Air hangat
dengan kandungan nutrisi yang rendah menyebar di sepanjang pantai sehingga panen para
nelayan berkurang.Salah satu contoh kasus adalah pada fase El-Nino air dari Laut Maluku
banyak terhisap ke dalam Samudra Pasifik untuk menggantikan air yang terhisap kearah
timur. Untuk mengganti kekosongan di Laut Maluku, maka terjadi peristiwa upwelling. Hal
ini bisa menyebabkan melimpahnya plankton atau sering disebut dengan red tide.
Hal ini jelas tidak menguntungkan bagi kehidupan di laut, karena red tide bisa
menghasilkan racun yang bisa mengganggu kehidupan bawah laut terutama pada ikan.lain
yang disebabkan oleh El-Nino adalah matinya karang-karang atau sering disebut dengan
coral bleaching. Menurut saya hal ini disebabkan karena El-Nino bisa menghangatkan suhu
laut. Karena suhu laut naik maka alga yang hidup pada coral mengalami kematian sehingga
jaringan terumbu menjadi menjadi pudar sehingga warna putih kalsium karbonat yang seperti
tulang kelihatan.
13. 13
Coral bleaching yang terjadi di Indonesia telah terjadi selama periode El-Nino pada
tahun 1998, yang terlihat mulai dari kepulauan Riau sampai Kepulauan Seribu, kepulauan
Karimun Jawa, Pulau Bali, Pulau Lombok dan Selat Sunda. Gejala coral bleaching ini
pertama kali dilaporkan di Pulau Bali dan Pulau Lombok pada awal Maret 1998 dan di
Kepulauan Seribu pada awal Mei 1998. Pada Akhir Agustus kematian terumbu karang ini
semakin meluas bahkan mencapai 90-95%. Dari semua spesies terumbu karang yang mati
spesies yang paling banyak mengalami kematian adalah Acrocpora spp.
Pemantauan suhu secara terus-menerus yang dilakukan di pulau Pari menunjukan bahwa
pemanasan air dimulai pada 10 Januari dan mencapai suhu maksimum sekitar 19 Maret 1998.
Selama terjadinya pemutihan tercatat sehu air meningkat dekitar 2-3oC lebih tinggi dari nilai
rata-rata normalnya.
Menurut Dr. Wahyu S Hantoro, pakar iklim dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) mengatakan kerugian akibat kehadiran El-Nino tidak hanya menimpa manusia dan
sumber daya nabati, tetapi juga menimpa sumber daya hewani perairan, termasuk terumbu
karang. Pada 1997, banyak terumbu karang yang mati bukan hanya karena perubahan suhu
tetapi juga karena masuknya abu hasil pembakaran hutan ke perairan. Terumbu karang
dikenal sebagai hewan yang sensitif terhadap perubahan suhu
Cara Penanggulangan El-Nino
Seperti yang kita ketahui bahwa El-Nino bukan gejala yang disebabkan oleh ulah
manusia El-Nino adalah peristiwa alam. Oleh sebab itu El-Nino tidak bisa dicegah maupun
dihentikan, maka kita hanya bisa mencoba mengurangi dampak yang dihasilkan oleh El-
Nino. Oleh sebab itu, tindakan yang dapat dilakukan untuk beradaptasi dengan El-Nino
adalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat dari jauh-jauh hari.
Selain itu pemerintah juga harus mempersiapkan segala upaya untuk mencegah besarnya
akibat yang dihasilkan oleh El-Nino, seperti membuat gerakan hemat air karena
El-Nino bisa membuat kemarau yang berkepanjangan, mengatur tata penggunaan air,
irigasi, termasuk ketersediaan air di waduk-waduk, dll.El-Nino juga bisa mengancam
kehidupan nelayan tradisional di Indonesia. Menurut yang saya baca dari beberapa situs
internet mengatakan bahwa para nelayan hanya bisa pasrah dan menunggu El-Nino berlalu
karena mereka tidak mempunyai alat yang memadai untuk menangkap ikan.
Dampak El Nino dan La Nina di Indonesia
14. 14
Dampak yang paling nyata dari fenomena El Nino adalah kekeringan di Indonesia yang
menyebabkan langkanya air di sejumlah daerah dan kemudian berakibat pada penurunan
produksi pertanian karena tertundanya masa tanam. Selain itu, meluasnya kebakaran hutan
yang terjadi di beberapa wilayah di Kalimantan dan Sumatera juga diindikasikan sebagai
salah satu dampak dari fenomena El Nino tersebut. Untuk La Nina, dampak yang paling
terasa adalah hujan deras yang juga menyebabkan gagal panen pada pertanian karena sawah
tergenang.
Ada juga keuntungan dari El Nino, yaitu bergerak masuknya ikan tuna yang berada di
Samudera Hindia ke selatan Indonesia. Hal itu terjadi karena perairan di timur samudera
mendingin, sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa menghangat. Akibat
proses ini, Indonesia mendapat banyak ikan tuna, sebuah berkah yang perlu dimanfaatkan.
Dampak La-Nina
Hasil La-Nina sebagian besar kebalikan dari orang-orang dari El Nino , misalnya, El-
Nino akan menyebabkan periode basah di AS Midwestern, sedangkan La-Nina biasanya akan
menyebabkan musim kemarau di daerah ini. Di sisi lain dari Pasifik La-Nina dapat
menyebabkan hujan lebat. Untuk India, El-Nino sering menjadi penyebab keprihatinan
karena dampak buruk terhadap monsun barat, ini terjadi pada tahun 2009. La-Nina, di sisi
lain, sering menguntungkan bagi monsun, terutama di paruh kedua. La-Nina yang muncul di
Pasifik pada tahun 2010 mungkin membantu mengakhiri musim barat selatan-tahun lalu pada
catatan yang menguntungkan.
Tapi kemudian, hal itu juga memberikan kontribusi terhadap banjir di Australia, yang
mengakibatkan salah satu bencana terburuk negara itu alam dengan sebagian besar Negara
Queensland baik di bawah air dari banjir 'proporsi alkitabiah' atau dipukuli oleh Badai Tropis,
termasuk kategori 5 Siklon Tropis Yasi. Hal ini melancarkan kekacauan serupa di Brazil
selatan-timur dan memainkan bagian dalam hujan deras dan banjir akibat yang telah
mempengaruhi Sri Lanka. Cara Penanggulangan La-Nina
Untuk menggulangi La-Nina hal yang harus dilakukan adalah pembuatan waduk,
restorasi / reboisasi hutan yang gundul untuk memperluas resapan air, dan penertiban
pembuangan sampah di daerah sungai
4) Tsunami
15. 15
Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh macam-macam
gangguan di dasar samudra. Gangguan ini dapat berupa gempa bumi, pergeseran
lempeng, atau gunung meletus. Tsunami tidak kelihatan saat masih berada jauh di tengah
lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan
semakin membesar.pengertian tentang tsunami,penyebab tsunami,bahaya tsunami,sebab
terjadi nya gelombang tsunami,tsunami aceh 26 desember 2004 dan pengertian tsunami dan
penebabnya
Tsunami juga sering disangka sebagai gelombang air pasang. Ini karena saat mencapai
daratan, gelombang ini memang lebih menyerupai air pasang yang tinggi daripada
menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh tiupan angin. Namun
sebenarnya gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan peristiwa pasang surut air
laut. Karena itu untuk menghindari pemahaman yang salah, para ahli oseanografi sering
menggunakan istilah gelombang laut seismik (seismic sea wave) untuk menyebut tsunami,
yang secara ilmiah lebih akurat.
Tsunami dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan (disturbance) berskala besar
terhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung berapi di
bawah laut, atau tumbukan benda langit. Tsunami dapat terjadi apabila dasar laut bergerak
secara tiba-tiba dan mengalami perpindahan vertikal.
Langkah yang harus dilakukan Sinoman Sadar Bencana ini antara lain :
a. Petakan daerah rawan genangan tertinggi tsunami, jalur evakuasi, dan tempat
penampungan sementara yang cukup aman.
b. Berkoordinasi dengan Badan Meterologi dan Geofisika (BMG), kepolisian,
pemerintah daerah, dan rumah sakit. Jika data dari BMG mengenai peringatan dini
bencana tak bisa diharapkan kecepatannya, komunitas ini harus menghimpun gejala-gejala
alam yang tidak biasa terjadi.
c. Melakukan pertemuan rutin untuk menambah pengetahuan mengenai gempa dan
tsunami. Jika perlu, mendatangkan ahli.
d. Melakukan latihan secara reguler, baik terjadwal maupun tidak terjadwal.
e. Buat deadline waktu respon evakuasi untuk diterapkan saat latihan agar dalam
bencana sesungguhnya telah terbiasa merespon secara cepat.
f. Buat kode tertentu yang dikenali masyarakat sekitar untuk menandakan evakuasi.
Semisal di Pulau Simeuleu yang paling dekat dengan episentrum gempa Aceh,
16. 16
memiliki istilah Semong yang diteriakkan berulang kali untuk menunjukkan adanya
tsunami. Dengan kode ini, otomatis harus dilakukan evakuasi secepatnya ke tempat
yang lebih tinggi.Menyebarkan gambar peta evakuasi di pelosok daerah tempat
anggota komunitas tinggal.
g. Menyebarkan gambar peta evakuasi di pelosok daerah tempat anggota komunitas
tinggal.
Sedangkan langkah yang harus dilakukan tiap individu adalah :
a. Siapkan satu tas darurat yang sudah diisi keperluan-keperluan mengungsi untuk 3
hari. Di dalamnya termasuk, pakaian, makanan, surat-surat berharga, dan minuman
secukupnya. Jangan membawa tas terlalu berat karena akan mengurangi kelincahan
mobilitas.
b. Selalu merespon tiap latihan dengan serius sama seperti saat terjadinya bencana.
c. Selalu peka dengan fenomena alam yang tidak biasa.
Untuk membaca tanda-tanda alam sebelum terjadinya tsunami, Amien Widodo
memberikan sejumlah petunjuk berdasarkan pengalaman tsunami-tsunami sebelumnya.
1. Terdengar suara gemuruh yang terjadi akibat pergeseran lapisan tanah. Suara ini bisa
didengar dalam radius ratusan kilometer seperti yang terjadi saat gempa dan tsunami
di Pangandaran lalu.
2. Jika pusat gempa berada di bawah permukaan laut dikedalaman dangkal dan kekuatan
lebih dari 6 skala richter, perlu diwaspadai adanya tsunami.
3. Jangka waktu sapuan gelombang tsunami di pesisir bisa dihitung berdasarkan jarak
episentrumnya dengan pesisir.
4. Garis pantai dengan cepat surut karena gaya yang ditimbulkan pergeseran lapisan
tanah. Surutnya garis pantai ini bisa jadi cukup jauh.Karena surutnya garis pantai,
tercium bau-bau yang khas seperti bau amis dan kadang bau belerang.
5. Untuk wilayah yang memiliki jaringan pipa bawah tanah, terjadi kerusakan jaringan-jaringan
pipa akibat gerakan permukaan tanah.
Dalam sejumlah kasus, perilaku binatang juga bisa dijadikan peringatan dini terjadinya
tsunami. Sesaat sebelum tsunami di Aceh, ribuan burung panik dan menjauhi pantai,
sedangkan gajah-gajah di Thailand gelisah dan juga menjauhi pantai.
Upaya Mitigasi tsunami
17. 17
Mitigasi bencana gempa yang dilakukan oleh pemerintah ialah memberi peringatan dini
saat terjadi gempa bumi. Sedangkan untuk mendeteksi kemungkinan adanya bahaya tsunami,
telah dipasang beberapa alat peringatan tsunami di beberapa perairan Indonesia di antaranya
di Samudra Hindia sepanjang pantai barat Sumatera, Selat Sunda, Utara dan Pulau Komodo.
Saat ini telah terpasang lebih dari 90 alat pendeteksi tsunami yang dipasang di perairan
Indonesia.
Gambar 10 :Alat pendeteksi tsunami yang dipasang di perairan Indonesia
(Sumber: www.beritajakarta.com)
Jepang telah membangun dinding penahan tsunami setinggi 4,5 – 10 meter pada daerah
pantai yang padat penduduk. Ketika gempa tahun 1993 menimpa Hokkaido tahun 2011 lalu
di area Tohoku, tinggi gelombang tsunami mencapai 30 m. Dinding penahan terlampaui
namun dapat mengurangi kecepatan tsunami. Korban jiwa memang tidak terhindarkan.
Dinding semacam ini dapat digunakan di Aceh atau daerah lainnya (Pangandaran) yang
rawan Tsunami, namun efektivitas dinding penahan tersebut perlu dilakukan penelitian.
Pembuatan model dengan alat sentrifugal dan uji laboratorium dapat mensimulasikan tinggi
gelombang yang dikehendaki.
Mitigasi harus memperhatikan semua tindakan yang diambil untuk mengurangi
pengaruh dari bencana dan kondisi yang peka dalam rangka mengurangi bencana yang lebih
besar di kemudian hari. Oleh karena itu, seluruh aktivitas mitigasi difokuskan pada bencana
itu sendiri atau bagian/elemen dari ancaman.
Tsunami Early Warning System (TEWS) adalah upaya untuk mitigasi bencana tsunami.
Hal sederhana yang dapat dilakukan untuk memberi peringatan dini bagi penduduk yang
berada di sekitar kota/pantai yang memiliki potensi tsunami adalah memberi peringatan
18. 18
melalui sirene atau televisi/radio lokal yang dapat dengan segera mensosialisasikan akan
terjadinya Tsunami. Menurut pengalaman di Aceh ada jeda waktu sekitar 30 menit sampai
gelombang mencapai pantai. Saat ini di daerah yang rawan seperti Aceh dan Pangandaran
sedang disiapkan perangkat alat pendeteksi dini untuk memperkirakan terjadinya gempa
maupun tsunami.
Sudah menjadi keharusan bagi Indonesia untuk memiliki suatu sistem peringatan dini
tsunami TEWS yang terintegrasi, apalagi dengan pengalaman yang menimpa negeri semaju
Jepang yang tetap kewalahan menghadapi tsunami. Sejauh ini, Indonesia telah menerima
bantuan beberapa unit buoy dari Jerman, Norwegia, dan beberapa negara sahabat. Bahkan
beberapa waktu lalu, Indonesia juga telah menerima satu unit buoy dari Amerika Serikat.
Buoy adalah sebuah alat pendeteksi tsunami (Deep-Ocean Assessment and Reporting of
Tsunami/DART) yang terapung di permukaan laut dan merupakan bagian dari skema
teknologi TEWS yang disandingkan dengan perangkat OBU (Ocean Bottom Unit) yang
terpasang di dasar laut. OBU dipasang bersama seismometer untuk mendeteksi kekuatan
gempa di dasar laut. Ketika terjadi getaran gempa, OBU akan mengirimkan informasi
kekuatan gempa ke buoy yang dilengkapi dengan penerima GPS (Global Positioning System)
untuk memberikan data posisi derajat lintang dan derajat bujur unit yang terapung.
Kemudian, buoy langsung memberikan informasi lewat satelit pemancar untuk diteruskan ke
master station yang ada di daratan. Jika kekuatan gempa mengindikasikan akan ada tsunami,
pihak terkait yang berada di master station segera memberikan informasi ke beberapa
institusi untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat berupa alarm maupun
penyiaran darurat radio dan televisi.
19. 19
Gambar 11 :Skema kerja TEWS
(Sumber: www.majalaheindonesia.com)
Selain itu prinsip TEWS harus pula memperhatikan hal-hal berikut ini.
1. Dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di daerah rawan gempa.
Konstruksi bangunan tahan gempa biasanya di desain agar memberikan rasa aman
bagi penghuninya terhadap bencana gempa. Dengan mengikuti konstruksi yang tahan
gempa ini, dampak gempa dapat diminimalkan sehingga korban jiwa akibat runtuhnya
bangunan juga akan lebih sedikit.
2. Penguatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas terbaik.
Setiap bangunan tentunya harus memiliki standar kualitas bangunan yang baik.
Dengan mengikuti standar yang ada, bangunan akan kokoh dan dapat bertahan
terhadap goncangan atau getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi. Bangunan yang
mengikuti standar ialah bangunan yang dibuat dengan perencanaan yang matang agar
aman dan nyaman untuk ditempati.
3. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
Kegiatan pembangunan fasilitas umum seperti sekolah, pasar, rumah sakit, dan yang
lainnya juga harus memiliki standar kualitas yang tinggi. Rumah sakit terutama
sebagai fasilitas umum yang sifatnya penting dalam kondisi darurat saat bencana
harus memiliki bangunan yang kuat.
4. Pengaturan daerah pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah
rawan gempa bumi.
20. 20
5. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan.
Kegiatan zonasi dapat dilakukan dengan bantuan ilmu terapan seperti Sistem
Informasi Geografi (SIG) yang mampu memberikan gambaran dari kondisi/fenomena
yang terjadi di permukaan bumi. Indonesia sudah sarat pengalaman gempa. Oleh
karena itu, selain mempelajari proses terjadinya gempa bumi, kita masih harus mau
belajar dari pengalaman masa lalu agar mampu meminimalkan dampak gempa bumi.
Untuk jangka panjang, pemerintah bersama-sama peneliti ilmu geofisika perlu
membuat peta zonasi gempa bumi tektonik. Peta semacam ini secara global sudah
ada, namun perlu dikembangkan peta yang lebih rinci, misalnya peta zonasi gempa
untuk setiap provinsi atau bahkan setingkat kabupaten, disertai dengan peraturan
bangunan tahan gempa. Di samping itu, perlu diupayakan untuk merapatkan jaringan
seismograf (alat pendeteksi dan pencatat gempa bumi) di seluruh wilayah Indonesia,
sehingga peta bencana dapat dibuat per kecamatan atau bahkan per desa.Untuk jangka
pendek, perlu dilakukan riset yang lebih rinci di setiap segmen patahan (sesar) aktif
seperti Sesar Opak (Bantul), Sesar Menoreh (Kulon Progo), serta sesar-sesar mikro
aktif lainnya, yang sering memicu terjadinya gempa bumi tektonik. Perlu juga
disarankan kepada penduduk untuk tidak bermukim di wilayah yang diperkirakan
rawan gempa bumi. Selain itu, studi deformasi kerak bumi dilakukan dengan jalan
pemantauan dan monitoring gempa bumi mikro, pergerakan kerak bumi, memetakan
sesar-sesar aktif, dan mempelajari karakteristik seismologi suatu daerah. Memang
benar terjadinya gempa bumi tidak dapat kita cegah, tetapi para pakar dapat
memprediksi dan melakukan langkah antisipasi.
6. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara
penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.Berbagai cara telah dilakukan oleh
pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang konsen terhadap
mitigasi bencana. Pendidikan dan penyuluhan ini penting bagi masyarakat di daerah
rawan gempa dan sekaligus rawan tsunami.
Beberapa sumber lain menyatakan ada dua jenis dalam upaya mitigasi bencana tsunami
yakni :
1) Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Struktural
Upaya structural dalam menangani masalah bencana tsunami adalah upaya teknis yang
bertujuan untuk meredam/mengurangi energy gelombang tsunami yang menjalar ke kawasan
21. 21
pantai. Berdasarkan pemahaman atas mekanisme terjadinya tsunami, karateristik gelombang
tsunami, inventarisasi dan identifikasi kerusakan struktur bangunan, maka upaya structural
tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Alami, seperti penanaman hutan mangrove/ green belt, disepanjang kawasan pantai
dan perlindungan terumbu karang.
b. Buatan,Pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai untuk
menahan tsunami,Memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya dengan
kaidah teknik bangunan tahan bencana tsunami dan tata ruang akrab bencana, dengan
mengembangkan beberapa insentif anatara lain Retrofitting dan Relokasi.
2) Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Non Struktural
Upaya Non structural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan
pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi structural
maupun upaya lainnya. Upaya non structural tersebut meliputi antara lain :
a. Kebijakan tentang tata guna lahan/ tata ruang/ zonasi kawasan pantai yang aman
bencana,
b. Kebijakan tentang standarisasi bangunan (pemukiman maupun bangunan lainnya)
serta infrastruktur sarana dan prasarana,
c. Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala local,
d. Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan peta tingkat
ketahanan, sehingga dapat didesain komplek pemukiman “akrab bencana” yang
memperhaikan berbagai aspek,
e. Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan pantai,
f. Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami,
g. Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami dan,Pengembangan
system peringatan dini adanya bahaya tsunami
Mitigasi Bencana Kelautan
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang rawan terhadap berbagai ancaman
bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung berapi, banjir, tanah longsor kekeringan
22. 22
dan angin badai. Itu disebabkan lantaran wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi
aktif dunia akibat pertemuan tiga lempeng tektonik (Lempeng Samudra Indo-Australia,
Lempeng Benua Eurasia dan Lempeng Samudra Pasifik). Berkaitan dengan hal tersebut
Pemerintah Indonesia berupaya melakukan Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.
Dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia melakukan
Launching Sistem Informasi Mitigasi Bencana dan Adaptasi Lingkungan (SI-MAIL). Ini
adalah program yang diluncurkan guna memberikan informasi berkaitan dengan arah angin,
gempa, tsunami dan bahaya lainnya. “Informasi ini disebarkan oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan setempat.
Mitigasi bencana adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak risiko
bencana, melaui beberapa hal. Sedangkan mitigasi perubahan iklim adalah tindakan–tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca supaya global warming atau
pemanasan global bisa di turunkan.
Upaya–upaya mengurangi dampak iklim masyarakat belum banyak yang tahu dan
dianggap sebagai kegiatan yang menakut–nakuti, yang belum tentu benar, masalahnya adalah
belum ada data yang disebut data kerentanan wilayah pesisir.. Perubahan iklim diprediksi
dengan adanya kenaikan air laut yang mencapai 7 mili dalam satu tahun. Untuk pesisir di
Pantai Utara Jawa perubahan iklim bercampur dengan kenaikan permukaan air tanah. Ada
erosi, ada kenaikan permukaan air laut.
Menurunkan Emisi Karbon
Untuk mengantispiasi kenaikan permukaan air laut karena perubahan iklim hanya bisa
dilakukan dengan menurunkan emisi karbon, supaya perubahan iklim dapat diramalkan,
mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, mengurangi penebangan hutan, mengurangi
penggunaaan kendaraan bermotor, tidak membuang samaph sembarang, dan perbanyak hutan
atau perbanyak tanaman.
SI-MAIL merupakan Program Pusat Informasi tentang Mitigasi Bencana dan Adaptasi.
Informasi ini akan disebarluaskan kepada masyarakat nelayan dan masyarakat pesisir melalui
layanan SMS langsung dari BMKG. Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Jawa Tengah yang diwakili Kabid. Kelautan Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil,
mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu
pendekatan struktural dan nonstruktural.
23. 23
Mitigasi struktural dilakukan dengan melakukan upaya mengurangi dampak bencana
dan perubahan iklim yang bersifat fisik. Mitigasi ini dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
alami, seperti penanaman hutan pantai, di sepanjang pantai dan perlindungan terumbu karang
dan buatan, seperti pembangunan pemecah gelombang, shelter retrofitting ruang.Untuk
upaya mitigasi non-struktural adalah melalui sosialisasi penyadaran masyarakat, peningkatan
kapasitas kelembagaan, dan whorkshop untuk mengurangi pemanasan global.
24. 24
.DAFTAR PUSTAKA
http://wahyuancol.wordpress.com/2008/07/01/gelombang-badai-gelombang-tinggi/
http://alikaviamaru.blogspot.com/2013/04/makalah-tsunami-dan-pengrtian-tsunami.html
http://kskbiogama.wordpress.com/2010/03/22/identiikasi-dan-mitigasi-bencana-tsunami/
Ilyas,Tommy.2006. Mitigasi Gempa dan Tsunami di Daerah perkotaan. Makalah Seminar
Bidang Kerekayasaan, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi.
http://www.kkp.go.id/index.php/mobile/arsip/c/9465/Mitigasi-Bencana-Kelautan-Luncurkan-
SI-Mail-di-Batang/?category_id=58