SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  42
Télécharger pour lire hors ligne
RANCANGAN

     PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

              (NOMOR: .......... TAHUN: ..........)



                        TENTANG



   RENCANA TATA RUANG (RTR)
        PULAU PAPUA




                      Edisi : Desember 2005




BADAN KOORDINASI TATA RUANG NASIONAL
SEKRETARIAT TIM TEKNIS: DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
DEPARTEMEN                  PEKERJAAN                 UMUM
RANCANGAN
                       PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
                                 NOMOR ..... TAHUN .....
                                         TENTANG
                       RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU PAPUA
                             PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,




Menimbang:
a.   bahwa dalam rangka menciptakan keseimbangan pembangunan antar wilayah di
     Indonesia, perlu dirumuskan suatu landasan kebijakan percepatan pembangunan
     Pulau Papua;
b.   bahwa untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang
     Wilayah Nasional ke dalam rencana pemanfaatan ruang di Pulau Papua perlu
     ditetapkan pengaturan lebih lanjut mengenai perwujudan struktur dan pola
     pemanfaatan ruang nasional di Pulau Papua;
c.   bahwa untuk mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan ruang nasional di Pulau
     Papua perlu ditetapkan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang di Pulau Papua
     yang bertujuan untuk menjamin keterpaduan pembangunan lintas wilayah dan lintas
     sektor;
d.   bahwa sehubungan dengan hal-hal sebagaimana dimaksud pada butir a, b dan c,
     maka perlu ditetapkan Rencana Tata Ruang Pulau Papua yang diatur dengan
     Peraturan Presiden.


Mengingat:
1.   Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2.   Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian
     Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara
     Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
     Indonesia Nomor 2907);
3.   Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
     Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik
     Indonesia Nomor 3501);
4.   Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya
     Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten
     Puncak Jaya, dan Kota Sorong (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 173, Tambahan
     Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894);
5.   Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua
     (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran
     Negara Republik Indonesia Nomor 4151);



Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                  1
6.    Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
      Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104);
7.    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
      Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125);
8.    Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan dan Kewajiban
      serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang;
9.    Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (pengganti
      Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1997);
10.   Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
      Pemerintah Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia
      Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952).


                                      MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG RENCANA TATA
             RUANG (RTR) PULAU PAPUA




                                           BAB I
                                    KETENTUAN UMUM
                                      Bagian Pertama
                                        Pengertian
                                           Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
(1) Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara
    sebagai. satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan
    melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya;
(2) Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan
    maupun tidak;
(3) Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
    pengendalian pemanfaatan ruang;
(4) Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang;
(5) Rencana Tata Ruang Pulau yang selanjutnya disingkat RTR Pulau adalah hasil
    perencanaan tata ruang pada wilayah pulau/kepulauan yang terbentuk dari kesatuan
    wilayah geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas-batasnya
    ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsionalnya;
(6) Wilayah Pulau Papua merupakan kesatuan fungsional wilayah geografis dan ekosistem
    yang mencakup wilayah darat, laut, dan udara yang menjadi bagian dari provinsi-
    provinsi yang ada di Pulau Papua menurut undang-undang pembentukannya;




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                  2
(7) Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
    kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
    buatan;
(8) Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
    dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
    dan sumber daya buatan;
(9) Kawasan Tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai
    strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan;
(10)Kawasan Andalan adalah bagian dari kawasan budidaya yang dapat berperan
    mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan itu sendiri dan kawasan di sekitarnya
    serta dapat mewujudkan pemerataan pemanfaatan ruang di wilayah nasional;
(11)Ruang Lintas Wilayah adalah bagian ruang wilayah nasional yang perencanaannya,
    pemanfaatannya dan pengendalian pemanfaatan ruangnya diselenggarakan dengan
    memperhatikan kesatuan fungsional wilayah yang tidak dibatasi oleh batas-batas
    administrasi provinsi, kabupaten dan kota;
(12)Ruang Lintas Sektor adalah bagian ruang wilayah nasional yang proses
    perencanaannya, pemanfaatannya, dan pengendalian pemanfaatan ruangnya
    diselenggarakan oleh lebih dari satu sektor secara terpadu;
(13)Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh,
    menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan
    produktivitas lingkungan hidup;
(14)Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
    mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;
(15)Pulau adalah daerah daratan yang terbentuk secara alami yang dikelilingi oleh air dan
    ada diatas permukaan air pada saat air pasang;
(16)Pulau-pulau Kecil adalah pulau yang memiliki luas area kurang dari atau sama dengan
    2.000 km2, baik berpenduduk maupun tidak;
(17)Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi
    hasil hutan;
(18)Hutan Lindung adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
    fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata
    air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara
    kesuburan tanah;
(19)Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
    fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya;
(20)Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun
    di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
    keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai
    wilayah sistem penyangga kehidupan;
(21)Kawasan Cagar Alam yang selanjutnya disingkat CA adalah kawasan suaka alam yang
    karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya
    atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung
    secara alami;


Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                     3
(22)Kawasan Suaka Margasatwa yang selanjutnya disingkat SM adalah kawasan suaka alam
    yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang
    untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya;
(23)Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
    maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,
    pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara
    lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;
(24)Kawasan Taman Nasional yang selanjutnya disingkat TN adalah kawasan pelestarian
    alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan
    untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
    pariwisata, dan rekreasi;
(25)Kawasan Taman Nasional Laut yang selanjutnya disingkat TNL adalah habitat biota
    perairan yang memiliki satu atau beberapa ekosistem yang kondisi alam secara fisik
    tidak mengalami perubahan, serta mempunyai arti untuk kepentingan ilmu
    pengetahuan;
(26)Kawasan Taman Wisata Alam yang selanjutnya disingkat TWA adalah kawasan
    pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
    Kawasan Perbatasan Negara adalah bagian dari wilayah nasional yang secara geografis
    berbatasan langsung dengan wilayah negara tetangga di darat, laut, dan udara.
(27)Alur Pelayaran adalah bagian dari perairan yang alami maupun buatan yang dari segi
    kedalaman, lebar dan hambatan pelayaran lainnya dianggap aman untuk dilayari.
(28)Wilayah Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Ke arah darat
    meliputi bagian daratan yang masih dipengaruhi oleh ekosistem laut, seperti: pasang-
    surut, angin laut, ombak, gelombang, serta intrusi air laut. Sedangkan ke arah laut
    meliputi bagian laut yang dipengaruhi oleh ekosistem darat, seperti: sedimentasi,
    aliran air tawar dari daratan maupun disebabkan oleh kegiatan manusia di darat.
(29)Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau
    lebih daerah aliran sungai.
(30)Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
    dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan
    mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami yang
    batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan daerah
    perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
(31)Pusat Kegiatan Nasional selanjutnya disingkat PKN adalah kota yang mempunyai
    potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional, pusat ekonomi
    perkotaan (jasa dan industri) nasional dan simpul transportasi yang melayani nasional
    dan atau beberapa provinsi.
(32)Pusat Kegiatan Wilayah selanjutnya disingkat PKW adalah adalah kota sebagai pusat
    ekonomi perkotaan (jasa dan industri) regional dan simpul transportasi yang melayani
    provinsi dan atau beberapa kabupaten
(33)Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah kota sebagai pusat
    ekonomi perkotaan (jasa dan industri) lokal dan simpul transportasi yang melayani
    kabupaten dan atau beberapa kecamatan.




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                     4
(34)Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah pusat
    permukiman sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang
    terletak di kawasan yang memiliki nilai strategis politik pertahanan keamanan negara
    di perbatasan dengan Negara Bagian Sarawak-Malaysia dan Sabah-Malaysia.
(35)Pusat Pelayanan Primer adalah kota atau kawasan perkotaan yang memiliki tingkat
    kelengkapan prasarana wilayah tertinggi, yang dapat mendukung peran kota atau
    kawasan perkotaan untuk menjadi simpul utama jasa distribusi dan pengumpul
    kegiatan ekonomi wilayah yang melayani wilayah pulau dan/atau antar pulau.
(36)Pusat Pelayanan Sekunder adalah kota yang memiliki tingkat kelengkapan prasarana
    wilayah sedang, yang dapat mendukung peran kota untuk menjadi simpul utama jasa
    distribusi dan pengumpul kegiatan ekonomi wilayah yang melayani beberapa bagian
    wilayah pulau.
(37)Pusat Pelayanan Tersier adalah kota yang memiliki tingkat kelengkapan prasarana
    wilayah terendah, yang dapat mendukung peran kota untuk menjadi simpul utama jasa
    distribusi dan pengumpul kegiatan ekonomi wilayah yang melayani bagian wilayah
    pulau secara terbatas.
(38)Perangkat Insentif adalah pengaturan yang bertujuan memberikan rangsangan
    terhadap kegiatan yang sejalan dengan tujuan rencana tata ruang.
(39)Perangkat Disinsentif adalah pengaturan yang bertujuan membatasi pertumbuhan
    atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan tujuan rencana tata ruang.
(40)Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari
    Presiden beserta para Menteri.
(41)Pemerintah Daerah adalah sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
    undangan.
(42)Wilayah Administrasi adalah wilayah kerja Gubernur selaku wakil pemerintah.
(43)Terminal Penumpang Tipe A adalah terminal penumpang yang berfungsi melayani
    kendaraan umum untuk angkutan antar-kota antar-provinsi dan/atau angkutan lintas
    batas negara, angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota dan angkutan
    perdesaan.
(44)Aturan Pemintakatan atau Zoning Regulation adalah ketentuan pengaturan zonasi dan
    penerapannya ke dalam pemanfaatan lahan, yang menjadi acuan prosedur
    pengendalian pemanfaatan ruang kota.
(45)Sarana Bantu Navigasi Pelayaran yang selanjutnya disingkat SBNP adalah sarana yang
    dibangun atau terbentuk secara alami yang berada di luar kapal yang berfungsi
    membantu navigasi dalam menentukan posisi dan/atau haluan kapal serta
    memberitahukan bahaya dan/atau rintangan pelayaran untuk keselamatan berlayar.
(46)Adat adalah kebiasaan yang diakui, dipatuhi dan dilembagakan, serta dipertahankan
    oleh masyarakat adat setempat secara turun-temurun.
(47)Masyarakat Adat adalah warga masyarakat asli Papua yang hidup dalam wilayah dan
    terikat serta tunduk kepada adat tertentu dengan rasa solidaritas yang tinggi di antara
    para anggotanya.
(48)Hukum Adat adalah aturan atau norma tidak tertulis yang hidup dalam masyarakat
    adat, mengatur, mengikat dan dipertahankan, serta mempunyai sanksi.


Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                       5
(49)Hak Ulayat adalah hak persekutuan yang dipunyai oleh masyarakat hukum adat
    tertentu atas suatu wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warganya,
    yang meliputi hak untuk memanfaatkan tanah dan air sesuai dengan peraturan
    perundang-undangan.


                                       Bagian Kedua
                                   Tujuan dan Sasaran
                                           Pasal 2
(1) Tujuan penetapan RTR Pulau Papua adalah untuk:
    a. menetapkan RTR Pulau Papua dalam rangka operasionalisasi Rencana Tata Ruang
       Wilayah Nasional;
    b. mengatur tata laksana dan kelembagaan perwujudan Rencana Tata Ruang Wilayah
       Nasional di Pulau Papua sebagai landasan hukum yang mengikat bagi Pemerintah
       dan Pemerintah Daerah, sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya;
    c. mengarahkan pengembangan wilayah Pulau Papua secara terpadu sebagai
       kesatuan kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya dengan memperhatikan potensi,
       karakteristik dan daya dukung lingkungannya;
    d. menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang antara kawasan berfungsi lindung
       dan budidaya dalam satu ekosistem pulau dan perairannya;
    e. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan lintas sektor dan
       lintas wilayah provinsi yang konsisten dengan kebijakan nasional yang
       memayunginya;
    f. memulihkan daya dukung lingkungan untuk mencegah terjadinya bencana yang
       lebih besar dan menjamin keberlanjutan pembangunan.
(2) Sasaran Peraturan Presiden tentang RTR Pulau Papua adalah :
   a. Tersedianya landasan hukum yang mengikat bagi pemerintah dan pemerintah
      daerah sesuai tugas dan fungsi kewenangannya dalam mengoperasionalkan RTRWN
      di Pulau Papua;
   b. Terarahnya pengembangan Pulau Papua secara lebih terpadu dan sinergis sebagai
      kesatuan kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya dengan memperhatikan potensi,
      karakteristik dan daya dukung lingkungannya;
   c. Terlaksananya pembangunan lintas sektor dan lintas provinsi secara lebih efektif
      dan efisien serta konsisten dengan kebijakan nasional yang memayunginya.
   d. Tersedianya landasan pencapaian keterpaduan dan kerjasama pembangunan lintas
      wilayah provinsi dan lintas sektor guna mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan
      ruang yang optimal;
   e. Tersedianya acuan penyelesaian konflik pemanfaatan ruang lintas sektor dan lintas
      wilayah provinsi.




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                   6
Bagian Ketiga
                                Peran dan Fungsi RTR Pulau
                                           Pasal 3
Kedudukan RTR Pulau Papua adalah sebagai alat untuk mensinerjikan aspek-aspek yang
menjadi kepentingan Nasional yang direncanakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional dengan aspek-aspek yang menjadi kepentingan daerah yang direncanakan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.


                                           Pasal 4
RTR Pulau Papua berperan sebagai acuan untuk:
a.   memadukan pemanfaatan ruang lintas wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota di Pulau
     Papua;
b.   menyusun rencana tata ruang wilayah provinsi, kabupaten, kota, dan kawasan di
     Pulau Papua;
c.   merumuskan program pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh Pemerintah,
     Pemerintah Daerah, Swasta, dan masyarakat di Pulau Papua;
d.   mengendalikan pemanfaatan ruang yang diselenggarakan di seluruh wilayah Pulau
     Papua.


                                           Pasal 5
Fungsi RTR Pulau Papua adalah memberikan dasar pencapaian keterpaduan, keserasian
dan keterkaitan ruang lintas wilayah provinsi dan lintas sektor sebagai satu kesatuan
dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan ruang.


                                           BAB II
                           RENCANA TATA RUANG PULAU PAPUA
                                      Bagian Pertama
                                            Umum
                                           Pasal 6
(1) RTR Pulau Papua merupakan penjabaran struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah
    nasional ke dalam kebijaksanaan dan strategi pemanfaatan ruang Pulau Papua.
(2) RTR Pulau Papua sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) digambarkan pada peta dengan
    tingkat ketelitian minimal berskala 1 : 500.000, sebagaimana tercantum dalam
    Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.


                                           Pasal 7
RTR Pulau Papua disusun berdasarkan prinsip-prinsip kebijakan sebagai berikut :
 a. mendukung peningkatan serta mempekuat persatuan, kesatuan dan keutuhan
    kehidupan bangsa dan pertahanan negara;

Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                  7
b. menempatkan hak ulayat dalam penataan ruang sebagai salah satu upaya untuk
   mempertahankan nilai-nilai sosial budaya setempat;
c. memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara produktif dan efisien,
   agar terhindar dari pemborosan dan penurunan daya dukung lingkungan sehingga
   dapat memberi manfaat sebesar-besarnya berdasarkan prinsip-prinsip kelestarian dan
   berkelanjutan;
d. mempertahankan kawasan lindung sekurang-kurangnya 50 persen dari luas wilayah
   Pulau Papua;
e. memacu pertumbuhan ekonomi wilayah Pulau Papua melalui pengembangan sektor-
   sektor unggulan yang berbasis sumber daya setempat dan meningkatkan keterkaitan
   antar pusat-pusat pertumbuhan;
f. menampung kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja, dan sekaligus memenuhi
   fungsi sebagai pusat pelayanan usaha melalui pengembangan kawasan dan pusat
   pertumbuhan;
g. meningkatkan keterkaitan yang saling menguntungkan antara kawasan andalan dan
   tertinggal dalam rangka peningkatan kesejahteraan ekonomi daerah di sekitar
   kawasan andalan;
h. meningkatkan ketersediaan dan kualitas, serta memperluas jangkauan pelayanan
   prasarana dasar, khususnya transportasi laut yang didukung oleh transportasi antar
   moda secara terpadu dan optimal dengan mengikutsertakan dunia usaha;
i. meningkatkan pengembangan wilayah pedalaman dan perbatasan yang tertinggal dan
   terisolasi dengan menyerasikan laju pertumbuhan antar wilayah.


                                       Bagian Kedua
                     Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang
                                           Pasal 8
Struktur ruang Pulau Papua merupakan struktur ruang sebagaimana tercantum dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dapat dilihat pada Lampiran I yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.


                                           Pasal 9
Pola pemanfaatan ruang Pulau Papua merupakan pola pemanfaatan ruang sebagaimana
tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagaimana dapat dilihat pada
Lampiran I yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                  8
BAB III
                             STRATEGI PEMANFAATAN RUANG
                                      Bagian Pertama
                                           Umum
                                       Pasal 10
(1) Strategi pemanfaatan ruang Pulau Papua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
    (1), diwujudkan dalam RTR Pulau Papua yang berisi:
      a. strategi pengembangan struktur ruang;
      b. strategi pengelolaan pola pemanfaatan ruang.
(2) Strategi pengembangan struktur ruang sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf a
    mencakup:
      a. strategi pengembangan sistem pusat permukiman;
      b. strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah.
(3) Strategi pengelolaan pola pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
    huruf b mencakup:
      a. strategi pengelolaan ruang kawasan lindung;
      b. strategi pengelolaan ruang kawasan budidaya.


                                       Pasal 11
(1)    Strategi perwujudan rencana tata ruang dituangkan dalam indikasi program
       pembangunan.
(2)    Indikasi program pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menurut
       prioritas penanganannya diklasifikasikan ke dalam indikasi program pembangunan
       prioritas tinggi, prioritas sedang, dan prioritas rendah.
(3)    Indikasi program pembangunan prioritas tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
       dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun pertama.
(4)    Indikasi program pembangunan prioritas sedang dan prioritas rendah sebagaimana
       dimaksud pada ayat (2) dapat dilaksanakan setelah jangka waktu 5 (lima) tahun
       pertama.


                                       Bagian Kedua
                    Strategi Pengembangan Sistem Pusat Permukiman
                                       Pasal 12
(1)    Pengembangan sistem pusat permukiman di wilayah Pulau Papua sebagaimana
       dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a ditekankan pada terbentuknya fungsi dan
       hirarki pusat permukiman sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
(2)    Sistem pusat permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi PKN, PKW,
       dan PKL sebagai satu kesatuan sistem yang berhirarki.



Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                    9
(3)   Dalam rangka mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara, dikembangkan
      PKSN.


                                       Pasal 13
Pengembangan PKN di Pulau Papua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2)
meliputi upaya untuk :
 a. mendorong pengembangan kota Sorong dan Jayapura sebagai pusat pelayanan primer
    yang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan;
 b. mendorong pengembangan kota, dan Timika sebagai pusat pelayanan sekunder yang
    sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan;


                                       Pasal 14
Pengembangan PKW di Pulau Papua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2)
meliputi upaya untuk :
 a. mendorong pengembangan kota Fak Fak, Manokwari, Nabire, Biak, Merauke dan
    Wamena sebagai pusat pelayanan sekunder yang sesuai dengan prinsip pembangunan
    berkelanjutan;
 b. mengendalikan pengembangan kota Bade, Muting, Arso, Ayamaru, Teminabuan, dan
    Sarmi sebagai pusat pelayanan tersier yang sesuai dengan prinsip pembangunan
    berkelanjutan.


                                       Pasal 15
(1)   PKL di Pulau Papua ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi berdasarkan usulan
      Pemerintah Kabupaten/Kota dengan kriteria sebagaimana ditetapkan dalam RTRWN.
(2)   Pengembangan kota-kota PKL merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
      pengembangan sistem pusat permukiman di Pulau Papua.


                                       Pasal 16
Pengembangan PKSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) di kawasan
perbatasan negara merupakan upaya untuk mendorong pengembangan kota kota Tanah
Merah, Merauke dan Jayapura.


                                       Pasal 17
Pengembangan PKN, PKW, dan PKSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14, dan
Pasal 16 dijelaskan secara lebih rinci dalam Lampiran II merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                   10
Bagian Ketiga
              Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
                                       Pasal 18
Strategi pengembangan jaringan prasarana dan sarana Pulau Papua sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b meliputi :
a. strategi pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat yang terdiri dari jaringan
   jalan, jaringan jalur kereta api, serta jaringan transportasi sungai, danau, dan
   penyeberangan;
b. strategi pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut yang terdiri dari jaringan
   prasarana dan jaringan pelayanan;
c. strategi pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Udara yang terdiri dari bandar
   udara dan ruang udara;
d. strategi pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Pipa;
e. strategi pengembangan Sarana Layanan Pos dan Sistem Jaringan Telekomunikasi;
f. strategi pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi dan Tenaga Listrik;
g. strategi pengembangan Sistem Pengelolaan Sumberdaya Air dalam sektor pengairan
   yang terdiri dari sub sektor pengembangan dan pengelolaan pengairan serta sub sektor
   pengembangan dan pengelolaan sumber-sumber air lainnya;
h. strategi pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Perkotaan yang terdiri dari sistem
   jaringan air bersih, air limbah, drainase, dan persampahan.


                                       Pasal 19
Strategi pengembangan sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 huruf a meliputi upaya untuk:
a. membuka akses daerah terisolir dan mengatasi kesenjangan pembangunan antar
   wilayah;
b. meningkatkan aksesibilitas dari kawasan-kawasan andalan dan kawasan budidaya
   lainnya ke tujuan-tujuan pemasaran;
c. mendukung peningkatan pemanfaatan potensi unggulan wilayah secara optimal, yang
   diikuti dengan meningkatnya daya saing produk-produk unggulan di Pulau Papua;
d. mendukung pengembangan sistem kota-kota di Pulau Papua melalui pengintegrasian
   sistem transportasi antar moda;
    a. Jaringan jalan di Pulau Papua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikembangkan
       secara terpadu sebagai satu kesatuan sistem transportasi nasional;
    b. Pengembangan jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diupayakan
       sebagai kesatuan intra dan antar moda transportasi dengan sistem jaringan
       transportasi darat, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan
       transportasi udara.




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                  11
Pasal 20
Strategi pengembangan sistem jaringan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
huruf a meliputi upaya untuk :
a. mengembangkan jaringan kereta api sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf a
   meliputi upaya untuk menghubungkan daerah-daerah yang mempunyai potensi baik
   penumpang maupun barang;
b. mengembangkan jaringan kereta api di Pulau Papua dikembangkan secara terpadu
   sebagai satu kesatuan sistem transportasi nasional;
c. Jaringan kereta api di Pulau Papua dikembangkan sebagai satu kesatuan intra dan
   antar moda transportasi dengan sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan
   transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara;
d. mewujudkan keterpaduan sistem transportasi wilayah Papua, Nasional, dan sub-
   regional ASEAN;
e. mewujudkan keterpaduan sistem jaringan jalur kereta api dengan sistem jaringan
   transportasi lainnya;
f. mengembangkan strasiun kereta api sebagai simpul jaringan jalur kereta api diarahkan
   pada kota-kota PKN dan PKW sebagai mana disebut dalam Pasal 13 dan Pasal 14.


                                       Pasal 21
Strategi pengembangan jaringan transportasi sungai, danau dan           penyeberangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a meliputi upaya untuk:
a.   berdasarkan kondisi geografisnya, pengembangan jaringan transportasi sungai dan
     penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf a diarahkan pada
     pengembangan angkutan penyeberangan di bagian utara wilayah Papua, sementara di
     bagian selatan wilayah Papua diarahkan pada angkutan sungai guna menjangkau
     wilayah pedalaman dan terpencil;
b.   mengembangkan jaringan transportasi sungai meliputi upaya untuk menjangkau
     daerah-daerah pedalaman yang belum dijangkau oleh jaringan jalan maupun sistem
     jaringan transportasi udara;
c.   mengembangkan jaringan transportasi penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam
     pasal 14 huruf a meliputi upaya untuk:
     i) meningkatkan aksesibilitas daerah dan pulau-pulau terpencil;
     ii) menghubungkan jaringan jalan yang terpisah oleh perairan;
d.   Jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan di Pulau Papua sebagaimana
     dimaksud pada pasal 14 huruf a dikembangkan secara terpadu sebagai satu kesatuan
     sistem transportasi nasional;
e.   Pengembangan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan diupayakan sebagai
     kesatuan intra dan antar moda transportasi dengan sistem jaringan transportasi
     darat, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara.




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                  12
Pasal 22
Strategi pengembangan sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 huruf b meliputi upaya untuk:
a.    meningkatkan efisiensi dan skala ekonomi investasi pengembangan pelabuhan laut
      baik pelabuhan umum maupun pelabuhan khusus sesuai dengan komoditas yang
      dominan (misalnya perikanan);
b.    meningkatkan kelancaran proses koleksi dan distribusi orang dan barang dalam
      rangka mendukung pengembangan ekonomi wilayah;
c.    meningkatkan aksesibilitas dari kawasan andalan dan kawasan budidaya lainnya ke
      tujuan pemasaran, baik ke kawasan sub-regional ASEAN, Asia Pasifik, maupun
      kawasan internasional lainnya;
d.    meningkatkan volume perdagangan dalam negeri dan ekspor-impor melalui
      pelabuhan;
e.    mengembangkan sistem jaringan transportasi laut antar provinsi, antar pulau, dan
      antar negara;
f.    mengembangkan sistem jaringan transportasi laut antar-negara yang sesuai dengan
      kebutuhan ekspor-impor perekonomian, pertahanan negara dan kepentingan nasional
      lainnya;
g.    mengembangkan sistem jaringan transportasi laut Papua sebagaimana secara terpadu
      sebagai satu kesatuan sistem transportasi wilayah Papua, nasional, dan internasional;
h.    mewujudkan keterpaduan sistem jaringan transportasi laut dengan sistem jaringan
      transportasi lainnya.


                                        Pasal 23
Strategi pengembangan jaringan prasarana transportasi udara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 huruf c meliputi upaya untuk:
a. memantapkan fungsi bandar udara pusat penyebaran di wilayah Pulau Papua dalam
   rangka meningkatkan aksesibilitas antar kota dalam lingkup wilayah Pulau Papua
   maupun antar kota dalam lingkup nasional dan internasional;
b. mendukung pengembangan potensi pariwisata pada lokasi-lokasi yang sangat potensial;
c. membuka dan memantapkan jalur-jalur penerbangan internasional antara kota-kota
   PKN dengan negara tetangga dan negara-negara pusat pemasaran produksi dan jasa
   dari Pulau Papua, khususnya ke kawasan sub-regional ASEAN.
     a. mengembangkan sistem jaringan transportasi udara Pulau Papua secara terpadu
       sebagai satu     kesatuan   sistem   transportasi   wilayah   Papua,   nasional,   dan
       internasional;
     b. mewujudkan keterpaduan sistem jaringan transportasi udara dengan sistem
       jaringan transportasi lainnya;
     c. mengembangkan sistem jaringan transportasi udara secara dinamis dengan
       memperhatikan tatanan kebandarudaraan nasional.




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                         13
Pasal 24
(1)   Pengembangan sistem jaringan transportasi pipa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
      18 huruf d, merupakan upaya untuk efisiensi distribusi barang khususnya barang cair
      dan gas dengan memperhatikan perkembangan teknologinya.
(2)   Pengembangan jalur-jalur pipa dapat dilakukan di daratan dan perairan disesuaikan
      dengan kebutuhan dan harus memperhatikan persyaratan keamanan, keselamatan,
      dan kelestarian lingkungan.


                                       Pasal 25
Pengembangan dan penyediaan sarana layanan pos dan sistem jaringan telekomunikasi
untuk keperluan publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf e, diarahkan untuk:
a. mengembangkan dan menyediakan sarana layanan pos dan telekomunikasi ke seluruh
   wilayah Indonesia dan dalam hubungan antar bangsa;
b. melayani kebutuhan masyarakat dan membuka keterisoliran wilayah pedalaman dan
   terpencil.


                                       Pasal 26
Pengembangan sistem jaringan prasarana energi dan tenaga listrik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 huruf f meliputi upaya untuk:
a.    mengatasi ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan tenaga listrik baik
      untuk jangka pendek maupun jangka panjang;
b.    memberikan dukungan yang optimal bagi pemanfaatan dan peningkatan nilai tambah
      potensi sektor-sektor unggulan pada kawasan budidaya dan pusat-pusat permukiman;
c.    memanfaatkan potensi energi setempat/lokal termasuk energi terbarukan seperti
      mikrohidro, surya, biomassa, dan panas bumi;
d.    mengembangkan jaringan transmisi dan distribusi listrik di kawasan tertinggal,
      terpencil, dan terisolasi, termasuk gugus pulau-pulau kecil;
e.    mengembangkan sistem jaringan prasarana energi dan tenaga listrik yang selaras
      dengan pengembangan kawasan budidaya dan pusat-pusat permukiman.


                                       Pasal 27
Strategi pengembangan sistem pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 huruf g meliputi upaya untuk:
a.    menjamin kelestarian fungsi sarana dan prasarana sumberdaya air melalui
      pengamanan kawasan-kawasan tangkapan air;
b.    menyediakan prasarana air baku untuk menunjang pengembangan sentra-sentra
      pangan, kawasan perkebunan, kawasan permukiman perkotaan, kawasan industri
      dan sumber tenaga air secara berkelanjutan untuk mendukung pengembangan
      kawasan-kawasan andalan dan pusat koleksi-distribusi;


Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                    14
c.    menjamin ketersediaan air baku bagi kawasan-kawasan sentra pangan nasional,
      pusat-pusat permukiman, kawasan industri, kawasan pariwisata dan sebagainya,
      serta kota-kota strategis yang meliputi kota besar, ibukota provinsi, dan
      kabupaten/kota melalui konservasi daerah tangkapan air;
d.    menanggulangi dampak bencana alam yang terkait dengan air, diantaranya banjir,
      longsor, dan kekeringan;
e.    merehabilitasi dan mencegah terjadinya proses pendangkalan danau-danau besar,
      seperti di Danau Sentani, Danau Ayamaru, Danau Bian, dan Danau Enarotali;
f.    mempertahankan kawasan karst sebagai kawasan penyimpan cadangan air tanah;
g.    mengembangkan sistem pengelolaan sumber daya air dengan mengacu pada Pola
      Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah Sungai dan Rencana Tata Ruang Wilayah.


                                       Pasal 28
(1)   Strategi pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Perkotaan sebagaimana dimaksud
      dalam Pasal 18 huruf h meliputi upaya untuk:
      a. meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan prasarana dan sarana dasar
         perkotaan yang terdiri atas air bersih, air limbah, drainase, persampahan, jalan
         kota, listrik dan telekomunikasi secara terpadu dalam rangka memantapkan
         fungsi kota;
      b. mengembangkan kerjasama pengelolaan prasarana dan sarana dasar perkotaan,
         khususnya antara kota-kota yang bertetangga;
      c. menjamin keberlanjutan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan sesuai
         dengan tingkat pelayanan yang dibutuhkan oleh penduduk perkotaan;
      d. mempertahankan kualitas lingkungan perkotaan dari ancaman pencemaran air,
         udara dan tanah.
(2)   Strategi pengembangan sistem jaringan prasarana perkotaan adalah melalui
      penyusunan Rencana Induk Sistem Prasarana dan Sarana Perkotaan untuk
      keterpaduan program pembangunan yang meliputi upaya untuk:
      a. meningkatkan kualitas dan kapasitas, serta memperluas instalasi pengolahan dan
         jaringan air bersih perpipaan melalui pengembangan sistem transmisi dan
         distribusi;
      b. meningkatkan kapasitas dan memperluas jaringan pelayanan Satuan Sambungan
         Telepon pada kawasan perkotaan;
      c. meningkatkan kapasitas dan memperluas jaringan distribusi listrik;
      d. meningkatkan kapasitas dan memperluas cakupan pelayanan pengelolaan air
         limbah perkotaan;
      e. meningkatkan kapasitas dan memperluas cakupan pelayanan pengelolaan
         persampahan    yang    mencakup    kegiatan  pengumpulan, pengangkutan,
         pendaurulangan, pengolahan, dan pembuangan akhir sampah;
      f. meningkatkan kapasitas dan memperluas cakupan pelayanan prasarana drainase
         perkotaan yang terintegrasi dengan sistem drainase wilayah untuk pengendalian
         banjir dan genangan;

Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                    15
g. meningkatkan kapasitas dan memperluas jaringan prasarana jalan kota, termasuk
        mengembangkan jalan lingkar untuk mengatasi aliran lalulintas menerus pada
        kawasan perkotaan sesuai dengan ketentuan teknis yang ada.
     h. mengendalikan pencemaran lingkungan perkotaan terhadap air permukaan, air
        tanah, udara, tanah dan laut.


                                      Bagian Keempat
                      Strategi Pengelolaan Ruang Kawasan Lindung
                                       Pasal 29
Strategi pengelolaan ruang kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
(3) huruf a meliputi upaya untuk:
a. strategi pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan pada
   kawasan bawahannya yang terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan bergambut,
   kawasan resapan air dan kawasan mangrove;
b. strategi pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan setempat
   yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan waduk
   serta kawasan sekitar mata air;
c. strategi pengelolaan ruang pada kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar
   budaya;
d. strategi pengelolaan ruang pada kawasan rawan bencana alam.


                                       Pasal 30
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan
bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a meliputi upaya untuk:
a. mempertahankan luasan kawasan hutan lindung sebagai hutan dengan tutupan vegetasi
   tetap;
b. mempertahankan fungsi hutan lindung sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir,
   dan erosi;
c. mempertahankan keberadaan hutan lindung agar kesuburan tanah pada hutan lindung
   dan daerah sekitarnya dapat terpelihara;
d. melindungi ekosistem bergambut yang khas serta mengkonservasi cadangan air tanah;
e. memberikan ruang yang memadai bagi peresapan air hujan pada zona-zona resapan air
   tanah untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir;
f. merehabilitasi hutan lindung yang telah mengalami kerusakan;
g. merehabilitasi luasan hutan mangrove sebagai ekosistem esensial pada kawasan
   pesisir.




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                 16
Pasal 31
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan setempat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b meliputi upaya untuk :
a.   melindungi kawasan sempadan pantai dari gangguan kegiatan budidaya yang dapat
     mengganggu kelestarian fungsi pantai;
b.   melindungi kawasan sempadan sungai dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu
     dan/atau merusak kualitas air sungai, kondisi fisik bantaran sungai, dan dasar sungai,
     aliran sungai, serta yang dapat meningkatkan daya rusak air;
c.   melindungi kawasan sekitar danau/waduk dari kegiatan budidaya yang dapat
     mengganggu ketersediaan air, dan/atau merusak kualitas air danau, serta kelestarian
     fungsi danau/waduk;
d.   melindungi kawasan sekitar mata air dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu
     ketersediaan air, dan/atau merusak kualitas air serta kelestarian fungsi mata air.


                                       Pasal 32
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf c meliputi upaya untuk:
a. melestarikan cagar alam dan cagar alam laut beserta segenap flora dan ekosistem
   didalamnya yang tergolong unik dan/atau langka sehingga proses alami yang terjadi
   senantiasa dalam keadaan stabil;
b. melestarikan suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut beserta segenap fauna
   yang tergolong unik dan atau langka, serta komunitas biotik dan unsur fisik lingkungan
   lainnya;
c. melestarikan taman nasional dan taman nasional laut dengan segenap kekhasan dan
   keindahan ekosistemnya yang penting secara nasional maupun internasional untuk
   tujuan keilmuan, pendidikan, dan pariwisata;
d. melestarikan taman wisata alam, taman wisata laut, dan taman buru dengan segenap
   keunikan alam dan ekosistemnya yang alami sehingga dapat dimanfaatkan untuk
   kegiatan rekreasi dan pariwisata;
e. melestarikan cagar budaya yang berisikan benda-benda bersejarah peninggalan masa
   lalu, dan/atau segenap adat istiadat, kebiasaan, dan tradisi setempat, serta unsur
   alam lainnya yang unik.


                                       Pasal 33
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan rawan bencana lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 huruf d meliputi upaya untuk:
a.   melindungi resiko gangguan dan ancaman langsung maupun tidak langsung dari
     terjadinya bencana alam;
b.   melindungi aset-aset sosial ekonomi masyarakat yang berupa prasarana,
     permukiman, dan kawasan budidaya dari gangguan dan ancaman bencana alam;




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                      17
c.   menyelenggarakan tindakan preventif dalam penanganan bencana alam berdasarkan
     siklus bencana melalui upaya mitigasi bencana, pengawasan terhadap pelaksanaan
     rencana tata ruang, kesiapsiagaan masyarakat yang berada di kawasan rawan
     bencana, tanggap darurat, pemulihan dan pembangunan kembali pasca bencana;
d.   menyiapkan peta bencana alam yang dijadikan acuan dalam pengembangan wilayah
     provinsi, kabupaten, dan kota;
e.   menetapkan kawasan rawan bencana alam dan wilayah pengaruhnya, serta
     membatasi pengembangan wilayah di sekitar kawasan rawan bencana alam.


                                       Bagian Kelima
                     Strategi Pengelolaan Ruang Kawasan Budidaya
                                       Pasal 34
Strategi pengelolaan ruang kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
(3) huruf b meliputi upaya untuk:
a. strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya pertanian tanaman pangan dan
   perkebunan;
b. strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kelautan dan perikanan;
c. strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kehutanan;
d. strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya pariwisata;
e. strategi pengelolaan ruang pada kawasan permukiman;
f. strategi pengelolaan ruang pada kawasan pertambangan;
g. strategi pengelolaan ruang pada kawasan andalan dan kawasan andalan laut
h. strategi pengelolaan ruang pada kawasan tertentu.


                                       Pasal 35
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya pertanian            dan   perkebunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a meliputi upaya untuk:
a. mendukung ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis nasional;
b. meningkatkan kualitas fungsi kawasan budidaya pertanian tanaman pangan dan
   perkebunan;
c. mengatur pemanfaatan ruang untuk terwujudnya keseimbangan kepentingan
   kesejahteraan dan keamanan demi menghindari terjadinya konflik kepentingan baik
   sosial ekonomi maupun fisik;
d. mengatur pemanfaaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan secara efisien dan
   efektif bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan kegiatan usaha;
e. mengatur pemanfaatan ruang untuk mendorong pengembangan industri pengolahan
   produk pertanian tanaman pangan dan perkebunan untuk meningkatkan nilai tambah.




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                  18
Pasal 36
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kelautan dan perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 huruf b meliputi upaya untuk:
a. mengoptimalkan pemanfaatan potensi kelautan, perikanan tangkap, dan perikanan
   budidaya secara berkelanjutan melalui pengembangan pusat-pusat kegiatan kelautan
   dan perikanan yang terpadu dengan pusat-pusat koleksi dan distribusi;
b. mendorong peningkatan nilai tambah manfaat hasil-hasil perikanan yang didukung oleh
   fasilitas pelayanan informasi dan jasa terpadu serta industri pengolahan ikan yang
   memiliki dukungan akses yang baik ke pasar;
c. mengembangkan kerjasama perdagangan/pemasaran dengan daerah-daerah produsen
   lainnya dan kerjasama perdagangan antar negara;
d. mengelola pulau-pulau kecil yang secara berkelanjutan dan berbasis masyarakat.


                                       Pasal 37
Strategi pengelolaan ruang kawasan budidaya kehutanan sebagaimana dimaksud pada
dalam Pasal 34 huruf c meliputi upaya untuk:
a. mewujudkan pengelolaan hutan lestari melalui pemantapan kondisi kawasan hutan,
   perencanaan, pengamanan dan perlindungan hutan yang terpadu melalui pengendalian
   penebangan liar dan penanggulangan kebakaran hutan serta rehabilitasi kawasan hutan
   kritis;
b. memenuhi bahan baku industri hilir dengan pembangunan Hutan Tanaman Industri
   (HTI) dan pengembangan hutan rakyat;
c. memperkuat kelembagaan masyarakat dalam rangka mitra sepaham pembangunan
   kehutanan dan peningkatan kesejahteraan;
d. menghindari terjadinya konflik kepentingan/penguasaan lahan/kawasan hutan;
e. mengembangkan kerjasama dengan lembaga peneliti lokal/regional /internasional
   dalam rangka mengembangkan produk hasil hutan;
f. mendorong pengembangan industri pengolahan produk kehutanan untuk meningkatkan
   nilai tambah.


                                       Pasal 38
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal
34 huruf d didasarkan atas strategi untuk mengembangkan kawasan pariwisata tanpa
merusak lingkungan hidup maupun budaya setempat.


                                       Pasal 39
(1)   Strategi pengelolaan ruang pada kawasan-kawasan permukiman sebagaimana
      dimaksud dalam Pasal 34 huruf e meliputi pusat-pusat permukiman perkotaan dan
      pusat-pusat permukiman perdesaan.




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                  19
(2)    Strategi pengelolaan ruang pada kawasan permukiman sebagaimana dimaksud pada
       ayat (1) meliputi upaya untuk:
       a. mendorong pengembangan pusat-pusat permukiman perdesaan sebagai desa
          pusat pertumbuhan terutama wilayah desa yang mempunyai potensi cepat
          berkembang dan dapat meningkatkan perkembangan desa di sekitarnya;
       b. mendorong pengembangan permukiman sub-urban atau kota baru pada daerah
          peripheral kota-kota metropolitan dan kota besar untuk memenuhi kebutuhan
          perumahan pada kota-kota tersebut dan sekaligus berperan sebagai penyaring
          arus migrasi desa-kota.


                                       Pasal 40
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 huruf f meliputi upaya untuk:
a.    mengembangkan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya energi dan mineral secara
      optimal dengan memperhatikan daya dukung lingkungan secara makro dan mikro;
b.    mencegah pemanfaatan sumber daya pertambangan secara ilegal terutama untuk
      mengurangi dampak lingkungan terhadap wilayah sekitarnya.


                                       Pasal 41
(1) Strategi pengelolaan ruang pada kawasan andalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
    34 huruf g meliputi upaya untuk:
      a. mengembangkan potensi sektor-sektor unggulan di setiap kawasan andalan secara
         optimal dengan memperhatikan prinsip-prinsip konservasi dan pembangunan
         berkelanjutan;
      b. merevitalisasi kawasan andalan di Pulau Papua sebagai pusat pertumbuhan
         ekonomi wilayah;
      c. memantapkan keterkaitan antar kota sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
         kawasan;
      d. meningkatkan nilai tambah hasil-hasil produksi kawasan melalui pengembangan
         industri maritim, agroindustri, manufaktur, dan petrokimia;
      e. meningkatkan intensitas dan perluasan jangkauan promosi investasi kawasan, baik
         melalui kerjasama ekonomi bilateral antara Indonesia-Papua Nugini, Indonesia-
         Australia, kerjasama ekonomi sub regional segitiga pertumbuhan Brunei-Indonesia-
         Malaysia-Philipina, maupun kerjasama ekonomi internasional;
      f. meningkatkan fungsi dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana kawasan;
      g. meningkatkan aksesibilitas antar kota di dalam kawasan dan ke tujuan-tujuan
         pemasaran melalui keterpaduan pengembangan sistem transportasi antar moda;
      h. mengurangi dampak negatif pengembangan kawasan terhadap lingkungan sekitar;
      i. menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui penyederhanaan prosedur
         perizinan di kawasan andalan.



Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                     20
(2) Strategi pengelolaan ruang pada kawasan andalan laut sebagaimana dimaksud dalam
    Pasal 34 huruf g meliputi upaya untuk:
   a. mengembangkan potensi sumberdaya kelautan secara optimal dengan
      memperhatikan prinsip-prinsip konservasi dan pembangunan berkelanjutan;
   b. mengembangkan pusat pengolahan hasil produksi kelautan untuk meningkatkan
      nilai tambahnya termasuk pengembangan pelabuhan khusus untuk mendukung
      kegiatan ekspor-impor;
   c. meningkatkan aksesibilitas dari kawasan andalan laut ke kota-kota di wilayah
      pesisir dan tujuan-tujuan pemasaran melalui pembangunan prasarana dan sarana
      transportasi;
   d. mengurangi dampak negatif pengembangan kawasan andalan laut terhadap
      kawasan lindung di sekitarnya;
   e. mengembangkan potensi dan fungsi pulau-pulau kecil atau gugus pulau sebagai
      pendorong kegiatan ekonomi lokal, regional, dan nasional melalui pengembangan
      investasi, terutama pada bidang pariwisata bahari.


                                       Pasal 42
(1) Untuk mendukung pemanfaatan ruang nasional telah ditetapkan kawasan tertentu
    sebagaimana disebutkan dalam RTRWN.
(2) Pemanfaatan ruang pada kawasan konservasi keanekaragaman hayati di Pulau Papua
    meliputi upaya untuk:
    a. menjaga kelestarian keanekaragaman hayati, baik di dalam maupun di luar
       kawasan konservasi dari ancaman konversi lahan ke budidaya;
    b. meningkatkan nilai manfaat keanekaragaman hayati melalui pengembangan
       ekowisata.
(3) Pemanfaatan ruang pada kawasan perbatasan lintas wilayah negara meliputi upaya
    untuk :
   a. menjaga dan mengamankan wilayah teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia
      di Pulau Papua, termasuk pulau-pulau kecil dan gugus kepulauan;
   b. mengembangkan kawasan perbatasan dengan menganut keserasian antara prinsip
      keamanan dan prinsip kesejahteraan masyarakat;
   c. mengembangkan kawasan perbatasan sebagai beranda depan sekaligus pintu
      gerbang menuju dunia internasional;
   d. mengembangkan pola-pola kerjasama pembangunan lintas batas dengan negara
      tetangga;
   e. mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan perbatasan secara
      selektif yang didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai;
   f. memaduserasikan struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan perbatasan
      dengan wilayah negara tetangga.




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                               21
(4) Pemanfaatan ruang pada kawasan Timika meliputi upaya untuk:
      a. meminimalkan dampak negatif akibat kegiatan pertambangan untuk menjaga
         kelestarian lingkungan sekitar;
      b. meningkatkan hasil guna       pertambangan   untuk   peningkatan    kesejahteraan
         masyarakat setempat;
      c. mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya mineral sesuai dengan daya dukung
         lingkungannya;
      d. mengembangkan dan menyebar sektor-sektor ikutan khususnya industri derivatif
         dari sektor pertambangan di daerah sekitarnya;
      e. membatasi eksploitasi pertambangan ke kawasan lindung;
      f. merehabilitasi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pertambangan;
      g. mengendalikan    perkembangan      permukiman   penduduk     di    sekitar   lokasi
         pertambangan.


                                      Bagian Keenam
                      Program Pemanfaatan Ruang dan Pembiayaan
                                       Pasal 43
a. Program pemanfaatan ruang yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah provinsi
   disusun dengan mengacu pada RTR Pulau Papua.
b. Penyusunan program pemanfaatan ruang dan pembiayaannya sebagaimana dimaksud
   pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan sistem dan mekanisme perencanaan
   pembangunan nasional dan daerah, yang disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan
   yang bersumber dari APBN, APBD maupun sumber-sumber pembiayaan lainnya yang
   sah.
c. Program pemanfaatan ruang Pulau Papua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
   ayat (2) dijabarkan lebih lanjut ke dalam program Departemen/Badan/
   Lembaga/Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan lingkup kewenangan
   masing-masing.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme penyusunan program sektor dan daerah
   dalam rangka penjabaran RTR Pulau Papua lebih lanjut diatur dalam bentuk pedoman
   yang ditetapkan oleh Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang penataan
   ruang.


                                       Pasal 44
Indikasi program pembangunan sistem jaringan jalan Papua sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 menurut prioritas penanganannya meliputi :
(1)    Pengembangan jaringan jalan di Pulau Papua menurut prioritas penanganannya
       meliputi:
       a. penanganan 11 ruas jalan strategis yaitu ruas-ruas: Nabire-Wagete-Enarotali,
          Jayapura-Nimbrokang-Sarmi, Serui-Menawi-Saubeba, Timika-Mapurujaya-Pomako,
          Jayapura-Wamena-Mulia, Merauke-Tanah Merah-Waropko, Hamadi-Holtekamp-

Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                       22
Skouw (perbatasan dengan Negara Papua Nugini), Sorong-Klamono-Ayamaru-
         Maruni,   Manokwari-Maruni-Mameh-Bintuni, Sorong-Makbon-Mega,   Fakfak-
         Hurimber-Bomberay.


                                       Pasal 45
Indikasi program pembangunan Pengembangan sistem jaringan kereta api di Pulau Papua
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 diwujudkan secara bertahap menurut prioritasnya:
Jayapura-Sarmi, Sarmi-Nabire, Nabire-Manokwari, Manokwari-Sorong, Nabire-Timika, dan
Merauke-Jayapura.


                                       Pasal 46
Indikasi program pembangunan jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan di
Pulau Papua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 meliputi upaya untuk:
b. mengarahkan pengembangan simpul jaringan penyeberangan lintas provinsi dengan
   interaksi kuat, meliputi: Sorong-Patani, Sorong-Wahai, Fak-fak-Wahai, Sorong-Biak,
   Timika-Dobo, dan Merauke-Dobo;
c. mengarahkan pengembangan simpul jaringan penyeberangan lintas antar
   kabupaten/kota dengan interaksi kuat, meliputi: Biak Jayapura, Biak-Nabire, Serui-
   Biak, Serui-Nabire, Mapurajaya-Pomako, Tanah Merah-Merauke;
d. mengarahkan pengembangan simpul jaringan penyeberangan lintas dalam
   kabupaten/kota dengan interaksi kuat, meliputi: Jefman-Kalobo, Sorong-Seget, Seget-
   Mogem, Seget-Taminabuan, Serui-Waren, Agats-Ewer, Biak-Numfor, Merauke-Atsy,
   Atsy-Asgon, Atsy-Agats, Merauke-Poo, Tanah Merah-Kepi.


                                       Pasal 47
Indikasi program pengembangan simpul jaringan prasarana pelabuhan laut sebagai bagian
dari sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 menurut
prioritas penanganannya meliputi:
a. Pelabuhan Nasional di Manokwari, Sorong, Biak, Jayapura, Merauke, Pomako, dan
   Kaimana;
b. Pelabuhan Nasional di Sorong diarahkan menjadi pelabuhan umum internasional dan
   pelabuhan khusus untuk komoditas migas dan perikanan.


                                       Pasal 48
Indikasi program pengembangan sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 dilakukan secara dinamis dengan memperhatikan tatanan kebandarudaraan
nasional dengan prioritas penanganan meliputi:
a. Bandar udara pusat penyebaran dengan skala pelayanan sekunder untuk
   pengembangan wilayah dengan prioritas tinggi di Mopah – Merauke Frans Kaisepo –
   Biak dan Sentani – Jayapura;




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                  23
b. Bandar udara pusat penyebaran dengan skala pelayanan tersier untuk pengembangan
   wilayah dengan prioritas sedang di Frans Kaisepo – Biak, Rendani – Manokwari, Mopah
   – Merauke, Nabire – Nabire, Jeffman Domine Eduard Osok – Sorong, Timika – Timika,
   dan Wamena - Wamena;
c. Bandar Udara bukan pusat penyebaran untuk pengembangan wilayah dengan prioritas
   sedang di Toreo-Fak-fak, Utarom, Bintuni, Ijahabra, Wasior, Babo, Anggi, Kebar,
   Ransiki, Inanwatan, Taminabuan, Ayawasi, Kambuaya (Ayawaru), Werur, Merdei,
   Kokonao, Akimuga, Ombano, Moanamani, Kebo, Waghete (Waghete Baru), Bilai,
   Bilorai, Enarotali, Sudjarwo, Tjondronegoro, Numfor, Tanah Merah, Kepi,
   Mindiptanah, Senggo, Bomakia, Ewer, Bade, Kamur, Kimam, Manggelum, Bokondini,
   Oksibil, Batom, Ilaga, Elelim, Illu, Karubaga, Kelila, Kiwirok, Tiom, Yuruf, Mulia,
   Mararena, Leleh, Molof, Dabra, Okaba, Senggeh, Ubrub, Waris, Klamono, Bako dan
   Manam.


                                       Pasal 49
Indikasi program pengembangan sistem prasarana jaringan prasarana energi dan tenaga
listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 menurut prioritas penanganannya meliputi:
pengembangan sistem jaringan prasarana energi dan tenaga listrik menurut prioritas
penanganannya meliputi peningkatan kapasitas tenaga listrik pada PLTA Genyem, PLTD
Biak, PLTD Fak-fak, PLTD Jayapura, PLTD Manokwari, PLTD Merauke, PLTD Nabire, PLTD
Raha, PLTD Serui, PLTD Sorong, PLTD Timika, PLTM Prafi, PLTM Amai, PLTM Tatui, dan
PLTM Ransiki.


                                       Pasal 50
Indikasi program pengembangan sistem pengelolaan Sumber Daya Air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 menurut prioritas penanganannya meliputi :
h. penanganan wilayah-wilayah sungai yang berada pada kondisi kritis, yaitu Satuan
   Wilayah Sungai Mamberamo, Wasi-Kais Omba, dan Digul Bikuma;
i. penerapan konsep “Satu Sungai, Satu Rencana, Satu Pengelolaan Terpadu” dari hulu
   hingga hilir;
j. pemeliharaan, peningkatan dan perluasan jaringan irigasi teknis pada sentra-sentra
   produksi pangan nasional meliputi kawasan pertanian tanaman pangan, yang meliputi
   kawasan Inanwatan, Bintuni, Digul Bawah, Merauke, Manokwari, dan Nabire;
k. penyediaan air baku untuk mendukung pengembangan kawasan budidaya perkebunan
   di Pulau Papua, meliputi kawasan Manokwari, Bintuni, Mimika, Kaimana, Nabire, Boven
   Digoel, Waropen, Sarmi, Jayapura, Kerom;
l. perlindungan daerah tangkapan air, sempadan sungai, sempadan waduk dan danau dari
   pemanfaatan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
m. penghutanan kembali kawasan-kawasan konservasi pada hulu danau-danau kritis di
   Pulau Papua, meliputi hulu Danau Sentani, Danau Ayamaru, Danau Bian, dan Danau
   Enarotali;




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                  24
n. pengendalian pencemaran sungai dan air permukaan lain secara ketat yang bersumber
   dari kegiatan pertambangan, permukiman perkotaan, pertanian, industri, dan kegiatan
   pariwisata.


                                       Pasal 51
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan pada
kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 meliputi upaya untuk:
a. mempertahankan luasan hutan lindung Pulau Papua dengan lokasi dan luasan yang
   diatur oleh departemen terkait;
b. mencegah terjadinya erosi dan/atau sedimentasi pada kota-kota atau kawasan-
   kawasan budidaya khususnya yang berada pada kelerengan terjal;
c. memanfaatkan kawasan bergambut yang mempunyai kedalaman kurang dari 3 meter
   melalui pemanfaatan yang berkelanjutan;
d. mempertahankan keberadaan zona-zona resapan air di Pulau Papua;
e. mempertahankan dan meningkatkan keberadaan hutan mangrove di Cagar Alam Teluk
   Bintuni, Taman Nasional Lorentz bagian selatan, Kabupaten Sorong bagian selatan,
   Teluk Cendrawasih, dan sebelah utara Waropen.


                                       Pasal 52
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan pada
kawasan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 meliputi upaya untuk:
a. menetapkan kawasan sempadan pantai sebagai kawasan berfungsi lindung pada RTRW
   Provinsi, Kabupaten/Kota;
b. menetapkan kawasan sempadan sungai sebagai kawasan berfungsi lindung pada RTRW
   Provinsi, Kabupaten/Kota, meliputi Satuan Wilayah Sungai Memberamo, Wasi-Kais
   Omba, Eilanden Edera, dan Digul Bikuma;
c. menetapkan kawasan sekitar danau/waduk sebagai kawasan berfungsi lindung pada
   RTRW Provinsi, Kabupaten/Kota meliputi Danau Sentani, Danau Ayamaru, dan Danau
   Bian;
d. menetapkan kawasan sekitar mata air sebagai kawasan berfungsi lindung pada RTRW
   Provinsi, Kabupaten/Kota.


                                       Pasal 53
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan yang suaka alam, pelestarian alam dan
cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 meliputi upaya untuk:
a. mengelola Cagar Alam yang meliputi CA Pegunungan Cyclops (22.500 ha), CA Enarotali
   (300.000 ha), CA Pulau Waigeo Barat (95.200 ha), CA Batanta Barat (16.749,08 ha), CA
   Pegunungan Arfak (68.325 ha), CA Salawati Utara (57.000 ha), CA Biak Utara (6.138,04
   ha), CA Yapen Tengah (119.140,75 ha), CA Pulau Supriori (42.000 ha), CA Wondiboy
   (73.022 ha), CA Tamrau Selatan (350.000 Ha), CA Misool Selatan (84.000 ha), CA Teluk
   Bintuni (124.850,90 ha), CA Mioswar (11.089,35 ha), CA Sau Sapor (62.660 ha), CA


Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                  25
Pegunungan Fakfak (34.391 ha), CA Pegunungan Kumawa (97.089, 38 ha), CA Bopol
   (92.704 ha), CA Wailan (22.000 ha), CA Kofiau (7.747 ha) ;
b. mengelola Suaka Margasatwa dan Suaka Marga Satwa Laut yang meliputi SML Kep.Raja
   Ampat (60.000 ha), SML Sabuda Tataruga (5.000 ha), SML Kep Panjang (271.630 ha) SM
   Foja (2.018.000 ha), SM Jayawijaya (800.000 ha), SM Danau Bian (69.390 ha), SM Pulau
   Dolok (664.627,97 ha), SM Mubrani – Kaironi- Sidei – Wibain (9142,63 ha), SM Pulau
   Anggrameos (2.086,29 ha);
c. mengelola Taman Nasional dan Taman Nasional Laut yang meliputi TNL Teluk
   Cendrawasih (1.453.500 ha), TN Lorentz (2.450.000 ha), TN Wasur (413.810 ha);
d. mengelola Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Laut dan yang meliputi TWA Klamono
   (1.909,37 ha), TWA Beriat (9.193,75 ha), TWL Kep. Padaido (183.000 ha), TWA Teluk
   Yoteta (1.675 ha).


                                       Pasal 54
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan rawan bencana lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 meliputi upaya untuk :
a. kawasan rawan gempa bumi terutama di sebagian besar wilayah Papua meliputi pesisir
   utara Kota Manokwari, pesisir utara Pulau Papua, Nabire, P. Yapen, dan P. Biak;
b. kawasan rawan banjir terutama di wilayah Sorong, Nabire, Waropen, Sarmi, Kabupaten
   dan Kota Jayapura, dan Merauke;
c. kawasan rawan gerakan tanah atau longsor terutama di wilayah Jayapura bagian
   tengah, Manokwari, Fak Fak, Puncak Jaya, Jayawijaya, dan Pulau Waigeo;
d. kawasan potensi terkena dampak kenaikan paras air laut akibat fenomena pemanasan
   global terutama di sepanjang pantai barat Papua, meliputi wilayah sepanjang
   Manokwari dan Mimika-Merauke.


                                       Pasal 55
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan budidaya pertanian dan perkebunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 menurut prioritas penanganannya meliputi:
a. sentra produksi pangan terutama di Kabupaten: Inanwatan, Bintuni, Digul Bawah,
   Wamena, Merauke, Nabire, Jayapura, dan Manokwari;
b. sentra perkebunan terutama di Kabupaten: Manokwari, Bintuni, Mimika, Kaimana,
   Nabire, Waropen, Sarmi, Jayapura, Kerom, Merauke dan Boven Digoel.




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                  26
Pasal 56
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kelautan dan perikanan dalam
Pasal 36 menurut prioritas penanganannya meliputi:
a. perikanan budidaya laut di Kepulauan Raja Ampat, pesisir selatan Kabupaten Kaimana,
   Teluk Cenderawasih, dan Jayapura;
b. pengembangan perikanan tangkap meliputi wilayah:
   (i) Laut Papua Utara dikembangkan untuk penangkapan ikan dengan pusat kegiatan di
       Sorong, Biak, dan Jayapura.
   (ii) Laut Kepala Burung – Teluk Bintuni dikembangkan untuk penangkapan ikan dengan
        pusat kegiatan di Sorong.
   (iii) Laut Papua Selatan dikembangkan untuk penangkapan ikan dengan pusat kegiatan
         di Timika, Merauke, dan Kaimana.
c. perikanan budidaya air payau (tambak) di Sarmi, Sorong Selatan dan Yapen Waropen;
d. perikanan budidaya air tawar (kolam) di Kabupaten Jayawijaya, Jayapura dan
   Manokwari.


                                       Pasal 57
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kehutanan dalam Pasal 37
menurut prioritas penanganannya meliputi:
g. pembangunan sentra produksi hasil hutan (kayu dan non kayu) di Kabupaten Sorong,
   Teminabuan, Manokwari, Bintuni, Fak fak, Kaimana, Nabire, Waropen, Enarotali,
   Mimika, Jayapura, Kerom, Sarmi, Yahukiumo, dan Boven Digoel;
h. pengembangan kawasan hutan produksi sebagai sentra industri pengolahan hasil hutan
   (kayu dan non kayu) di Kota Sorong, Fak fak, Biak, Serui, Bintuni, dan Merauke;
i. pembangunan kawasan hutan penunjang industri pariwisata di Kabupaten Sorong,
   Wondama, Enarotali, Mimika, Puncak Jaya, Wamena, Sarmi, Yahukiumo, Pegunungan
   Bintang, serta Merauke.


                                       Pasal 58
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan budidaya pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 meliputi upaya untuk:
a. mengembangkan wisata alam di TN Lorentz, TN Wasur, Raja Ampat dan Danau Sentani;
b. mengembangkan wisata bahari di TWA Laut Kep. Padaido, Teluk Cenderawasih dan
   Pantai Tanjung Kasuari;
c. mengembangkan pariwisata budaya terutama di Gua Abba, Biak, Pulau Doom,
   Bokondini, Lembah Baliem, Candi Kariwari, Jembatan Sinakma, serta Tanah Tingii
   Skyline.




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                     27
Pasal 59
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 meliputi upaya untuk:
a. Kawasan pertambangan batubara, minyak bumi dan gas di sebagian besar Kabupaten
   Merauke, Timika, Kaimana, Fakfak, Bintuni, Teminabuan, Sorong, Manokwari, dan
   Pantai Utara Papua;
b. Kawasan pertambangan bahan galian logam di Kabupaten Merauke, Timika, Manokwari,
   Sorong, Jayapura, Fak fak, Nabire, dan Pulau Waigeo.


                                       Pasal 60
(1) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan andalan sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 41 ayat (1) menurut prioritas penanganannya meliputi Kawasan Andalan
    Manokwari dsk, Fak-fak dsk, Sorong dsk, Timika (Tembagapura) dsk, Biak, Nabire dsk
    (Aran Moswaren, Legare), Merauke dsk, Memberamo-Lereh (Jayapura), serta Wamena
    dsk.
(2) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan andalan laut sebagaimana dimaksud
    Pasal 41 ayat (2) menurut prioritas penanganannya meliputi:
   a. Kawasan andalan laut Teluk Cendrawasih-Biak, dsk;
   b. Kawasan andalan laut Jayapura-Sarmi, dsk;
   c. Kawasan andalan laut Raja Ampat-Bintuni, dsk;
(3) Pemanfaatan ruang pada pulau-pulau kecil atau gugus pulau yang diprioritaskan
    penanganannya meliputi: P. Fani, P. Budd, P. Miossu, P. Bras, P. Fanildo, P. Bepondi,
    dan P. Liki.


                                       Pasal 61
(1) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan tertentu sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 42 meliputi upaya untuk:
   a. Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati;
   b. Kawasan Perbatasan RI (Papua) dengan Papua Nugini, Australia, dan Palau;
   c. Kawasan Timika
(2) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan tertentu sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 42 ayat (1) huruf a meliputi upaya untuk melindungi wilayah-wilayah yang
    memiliki keanekaragaman hayati, terutama: habitat terumbu karang (Raja Ampat),
    habitat mangrove (Teluk Bintuni), kawasan peneluran penyu laut (Manokwari-Saukorem
    dan Pulau Yapen bagian Timur-Kurudu).
(3) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan tertentu sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 42 ayat (1) huruf b meliputi:
   a. wilayah daratan Papua dengan Papua Nugini dan wilayah laut Papua dengan
      Australia dan Palau;




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                    28
b. pulau-pulau kecil terluar pada kawasan perbatasan negara RI dengan Palau meliputi
      P. Brass, P. Liki, P. Bepondi, P. Fanildo, P. Fani, dll;
   c. pengembangan pelayanan penunjang kegiatan perdagangan internasional, baik
      berskala kecil hingga besar;
   d. penerapan insentif dan disinsentif untuk pengembangan kawasan perbatasan
      berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
(4) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan Timika sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 42 ayat (1) huruf c meliputi:
   a. Kawasan pertambangan yang didukung oleh Kota Timika sebagai kota utama serta
      kota-kota Tembagapura, Mimika, dan Amamapare sebagai kota pendukung;
   b. Kegiatan pertambangan dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan
      sekitar, terutama untuk melindungi Taman Nasional Lorentz;
   c. Peningkatan    sarana     dan    prasarana   Kota  Timika     untuk   mendukung
      pengembangannya sebagai pusat kegiatan pertambangan dan pengembangan
      kegiatan industri derivatif lainnya yang dapat memberikan nilai tambah bagi hasil-
      hasil pertambangan;
   d. Pengembangan Bandara Timika untuk mendukung pemasaran hasil industri di
      kawasan Timika;
   e. Pengembangan pelabuhan laut Timika untuk tujuan ekspor-impor;
   f. Pengembangan kawasan Timika sebagai pusat pelayanan ekowisata ke Taman
      Nasional Lorentz.


                                           BAB IV
                     STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
                                      Bagian Pertama
                                   Strategi Pengawasan
                                       Pasal 62
(1) Pengawasan pemanfaatan ruang Pulau Papua pada tingkat nasional dilakukan melalui
    Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional.
(2) Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional sebagaimana dimaksud melakukan monitoring
    dan evaluasi terhadap pemanfaatan ruang Pulau Papua.
(3) Kinerja pemanfaatan ruang sebagai hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Presiden secara berkala sekurang-kurangnya
    dua kali dalam setahun.
(4) Tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi dikoordinasikan oleh Badan Koordinasi Tata
    Ruang Nasional setelah memperoleh arahan Presiden.
(5) Departemen/Badan/Lembaga/Instansi Pusat dan Pemerintah                Daerah    wajib
    melaksanakan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (4).




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                     29
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara monitoring dan evaluasi serta tindak
    lanjutnya diatur dengan Pedoman yang ditetapkan oleh Menteri yang menangani
    urusan pemerintahan di bidang penataan ruang.


                                       Pasal 63
(1) Pengawasan pemanfaatan ruang Pulau Papua pada tingkat provinsi dikoordinasikan
    oleh Gubernur.
(2) Untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
    Gubernur membentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
(3) Badan Koordinasi Tata Ruang Daerah sebagaimana dimaksud ayat (2) melakukan
    monitoring dan evaluasi terhadap pemanfaatan ruang Pulau Papua.
(4) Gubernur melaporkan penyelenggaraan pemanfaatan ruang Pulau Papua pada wilayah
    administratifnya kepada Presiden melalui Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional
    perihal secara berkala sekurang-kurangnya dua kali setahun.




                                       Bagian Kedua
                                    Strategi Penertiban
                                       Pasal 64
(1) Penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang Pulau Suawesi dilaksanakan
    melalui pengenaan sanksi menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Bentuk sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi sanksi administratif,
    sanksi pidana, dan sanksi perdata.


                                       Pasal 65
(1) Dalam rangka penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang dilaksanakan
    pemeriksaan dan penyelidikan.
(2) Pemeriksaan dan penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
    menurut peraturan perundang-undangan.
(3) Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota wajib membantu
    proses pemeriksaan dan penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui
    penyediaan data dan informasi yang berkaitan dengan pelanggaran pemanfaatan
    ruang.




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                               30
BAB V
                         KELEMBAGAAN DAN PERAN MASYARAKAT
                                      Bagian Pertama
                                           Umum
                                       Pasal 66
(1) Lingkup kelembagaan dalam rangka pelaksanaan strategi pemanfaatan ruang dan
    pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Papua meliputi aspek organisasi kerja sama
    pembangunan lintas provinsi, peran Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional, peran
    Gubernur, mekanisme pemberian insentif dan disinsentif dan pembinaan.
(2) Lingkup peran masyarakat dalam pelaksanaan strategi pemanfaatan ruang dan
    pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Papua meliputi peran masyarakat dalam
    pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.


                                       Bagian Kedua
                                       Kelembagaan
                                       Pasal 67
(1) Gubernur se-Papua dapat membentuk lembaga kerjasama pembangunan lintas provinsi
    dalam rangka koordinasi, fasilitasi, mediasi, dan pengendalian pemanfaatan ruang
    Pulau Papua.
(2) Tata kerja lembaga kerjasama pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    diatur berdasarkan kesepakatan para Gubernur.
(3) Pembiayaan dalam penyelenggaraan kerjasama pembangunan sebagaimana dimaksud
    pada ayat (1) dibebankan pada APBN, APBD Provinsi dan sumber lainnya yang tidak
    mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


                                       Pasal 68
(1) Koordinasi, fasilitasi, mediasi, dan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Papua
    dalam lingkup nasional dilakukan melalui Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional.
(2) Mekanisme koordinasi, fasilitasi, mediasi, dan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau
    Papua dalam lingkup nasional ditetapkan oleh Menteri yang menangani urusan
    pemerintahan di bidang penataan ruang.
(3) Ketua Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional melaporkan kinerja pemanfaatan ruang
    Pulau Papua kepada Presiden secara berkala sekurang-kurangnya dua kali dalam
    setahun.


                                       Pasal 69
(6) Gubernur melaksanakan koordinasi, fasilitasi, sinkronisasi, pengawasan dan
    pengendalian pelaksanaan RTR Pulau Papua pada masing-masing wilayah
    administratifnya.



Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                  31
(7) Untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
    Gubernur membentuk dan atau memfungsikan Badan Koordinasi Penataan Ruang
    Daerah.
(8) Dalam hal terjadi konflik pemanfaatan ruang lintas sektor dan lintas wilayah provinsi,
    penyelesaiannya dilakukan melalui mekanisme koordinasi yang melibatkan Badan
    Koordinasi Penataan Ruang Daerah, lembaga kerjasama pembangunan lintas provinsi
    se-Papua, dan Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional.
(9) Gubernur melaporkan kepada Presiden melalui Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional
    perihal penyelenggaraan pemanfaatan ruang Pulau Papua pada wilayah
    administratifnya secara berkala sekurang-kurangnya dua kali setahun.


                                       Pasal 70
(1) Pemerintah dapat memberikan insentif kepada pemerintah provinsi, kabupaten dan
    kota dalam setiap upaya untuk mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan ruang
    sebagaimana tertuang dalam RTR Pulau Papua.
(2) Rekomendasi pemberian insentif kepada pemerintah provinsi oleh Pemerintah,
    didasarkan pada hasil penilaian kinerja pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh Tim
    Teknis yang ditunjuk dengan Keputusan Menteri yang menangani urusan pemerintahan
    di bidang penataan ruang.
(3) Rekomendasi pemberian insentif kepada pemerintah Kabupaten/Kota didasarkan pada
    hasil penilaian kinerja pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh Tim Teknis yang
    ditunjuk dengan Keputusan Gubernur.
(4) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa penambahan dana alokasi
    khusus dan dana dekonsentrasi, pembangunan prasarana dan sarana, dan insentif lain
    sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk dan mekanisme pemberian insentif
    diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


                                       Pasal 71
(1) Pemerintah dapat memberikan disinsentif kepada pemerintah provinsi, kabupaten dan
    kota yang pemanfaatan ruang wilayahnya tidak sesuai dengan RTR Pulau Papua.
(2) Rekomendasi pemberian disinsentif kepada pemerintah provinsi oleh Pemerintah,
    didasarkan pada hasil penilaian kinerja pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh Tim
    Teknis yang ditunjuk dengan Keputusan Menteri yang menangani urusan pemerintahan
    di bidang penataan ruang.
(3) Rekomendasi pemberian disinsentif kepada pemerintah Kabupaten/Kota didasarkan
    pada hasil penilaian kinerja pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh Tim Teknis
    yang ditunjuk dengan Keputusan Gubenur.
(4) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengurangan dana
    alokasi khusus dan dana dekonsentrasi, pembangunan prasarana dan sarana, dan
    disinsentif lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                     32
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk dan mekanisme pemberian disinsentif
    diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


                                       Pasal 72
(10)   Pembinaan dalam pelaksanaan RTR Pulau Papua diselenggarakan untuk
    menyelaraskan dan menyerasikan pemanfaatan ruang yang bersifat lintas wilayah
    provinsi dan lintas sektor.
(11)    Penyelenggaraan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
    oleh Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang penataan ruang.


                                       Bagian Ketiga
                                     Peran Masyarakat
                                       Pasal 73
(1) Pemerintah berkewajiban mendorong peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang
    Pulau Papua.
(2) Dalam upaya mendorong peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
    dilakukan sosialisasi RTR Pulau Papua secara berkesinambungan.


                                         BAB III
                                   KETENTUAN LAIN-LAIN
                                       Pasal 74
(1) Rencana Tata Ruang Pulau Papua berlaku untuk jangka waktu 20 tahun sejak
    ditetapkan Peraturan Presiden ini.
(2) RTR Pulau Papua dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun setelah
    berlakunya Peraturan Presiden ini.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara peninjauan kembali atas RTR
    Pulau Papua diatur dengan Pedoman yang ditetapkan oleh Menteri yang menangani
    urusan pemerintahan di bidang penataan ruang.




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                 33
BAB IV
                                   KETENTUAN PENUTUP
                                       Pasal 75
(1) Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(2) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden
    ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.


                                                                     Ditetapkan di Jakarta
                                                                     pada tanggal ... 2005


                                                     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
                                                                    Ttd
                                                     SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal ...............
        MENTERI HUKUM DAN HAM
           REPUBLIK INDONESIA
                     ttd
             HAMID AWALUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ….. NOMOR ….




Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                     34
Lampiran II
     Peraturan Presiden Tentang RTR Pulau Papua:
     Strategi Pengembangan Sistem Pusat Permukiman di Pulau Papua


NO    NAMA KOTA     FUNGSI KOTA JENIS PELAYANAN                                               STRATEGI PENGEMBANGAN
1.   Sorong         PKN & PKSN     Pusat Pelayanan     • Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berorientasi
                                   Primer Jasa            pada kegiatan produksi hasil perikanan tangkap, industri pengolahan hasil hutan, serta hasil
                                   Pemerintahan,          pertambangan minyak dan gas bumi, batubara, dan bahan galian logam.
                                   Perikanan,          • Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst)
                                   Pertambangan,          dan fasilitas perdagangan untuk mendukung peran Sorong sebagai pusat pelayanan regional dan
                                   dan Industri.          nasional melalui kerjasama dengan pihak swasta secara selektif.
                                                       • Pembangunan pelabuhan perikanan serta sarana dan prasarana pendukung kegiatan perikanan guna
                                                          mendorong Kota Sorong menjadi pusat kegiatan perikanan nusantara.
                                                       • Mengembangkan kawasan industri pengolahan hasil hutan, bahan tambang dan perikanan tangkap yang
                                                          komplementer dengan keberadaan Pelabuhan NasionalSorong yang diarahkan menjadi pelabuhan
                                                          internasional.
                                                       • Meningkatkan aksesibilitas kota Sorong ke sentra-sentra produksi di sekitarnya (Ayamaru,
                                                          Teminabuan, Mega, Seget, Sausapor, Aimas, Waisai).
                                                       • Meningkatkan aksesibilitas jaringan jalan Sorong-Klamono-Ayamaru-Maruni-Manokwari untuk
                                                          mendukung proses koleksi dan distribusi kegiatan perekonomian.
                                                       • Menyiapkan aturan pelaksanaan pembangunan kawasan perkotaan (zoning regulation) sebagai
                                                          pelengkap dari RTRW Kota
                                                       • Menyiapkan rencana tata ruang kawasan Sorong dan sekitarnya untuk keterpaduan pembangunan
                                                          sektor dan daerah otonom.
2.  Jayapura         PKN & PKSN     Pusat pelayanan    • Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas negara yang juga berfungsi sebagai
                                    primer jasa           pusat pertumbuhan wilayah nasional dan sebagai outlet pemasaran produksi tanaman pangan,
                                    pemerintahan,         hortikultura, tanaman tahunan, sentra produksi hasil hutan, bahan galian logam, , serta hasil
                                    administrasi          perikanan.
                                    pelintas batas     • Meningkatkan aksesibilitas menuju sentra-sentra produksi di wilayah sekitarnya melalui keterpaduan
                                    negara,               sistem transportasi darat, diantaranya melalui pengembangan jaringan jalan Jayapura-Nimbrokang-
                                    perdagangan-jasa      Sarmi dan Jayapura-Wamena-Mulia.
                                    dan transhipment • Mengembangkan kawasan industri pengolahan hasil-hasil pertanian, perkebunan, kehutanan,
                                    point, Industri,      pertambangan, serta perikanan yang komplementer dengan keberadaan Pelabuhan Nasional Jayapura
                                    dan Perikanan.
   Lampiran II Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                                                    Lampiran Halaman - 1
NO   NAMA KOTA      FUNGSI KOTA JENIS PELAYANAN                                               STRATEGI PENGEMBANGAN
                                   dan Perikanan.         pertambangan, serta perikanan yang komplementer dengan keberadaan Pelabuhan Nasional Jayapura
                                                          dan Bandar Udara Sentani.
                                                       • Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst)
                                                          dan fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung sebagai pintu gerbang lintas negara.
                                                       • Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang kawasan Jayapura dsk dengan kawasan perbatasan di
                                                          wilayah Papua Nugini.
                                                       • Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah negara tetangga.
                                                       • Menyiapkan perangkat zoning regulation sebagai landasan pembangunan kegiatan perkotaan ikutan
                                                          sekaligus sebagai landasan pengendalian pembangunan.
3.  Manokwari        PKW            Pusat Pelayanan    • Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berorientasi
                                    Sekunder Jasa         pada aktivitas produksi pertanian tanaman pangan, perkebunan, sentra produksi hasil hutan,
                                    Pemerintahan,         perikanan budidaya, serta hasil tambang.
                                    Kehutanan,         • Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst)
                                    Perikanan, dan        dan fasilitas perdagangan untuk mendukung peran Manokwari sebagai pusat pelayanan regional dan
                                    Pertambangan          nasional melalui kerjasama dengan pihak swasta secara selektif.
                                                       • Meningkatkan aksesibilitas kota Manokwari ke kota-kota utama lain melalui jaringan jalan Manokwari-
                                                          Nabire serta Sorong-Ayamaru-Manokwari dengan keterpaduan sistem transportasi darat dan laut.
                                                       • Meningkatkan aksesibilitas kota Manokwari ke sentra-sentra produksi di kawasan perdesaan
                                                          (agropolitan) menuju outlet-outlet pemasaran (Pelabuhan Bintuni dan Pelabuhan Nasional
                                                          Manokwari).
                                                       • Mengembangkan pelabuhan perikanan untuk meningkatkan nilai tambah hasil produksi perikanan di
                                                          Samudera Pasifik.
                                                       • Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata ke TN Teluk Cendrawasih.
4.  Merauke          PKW &PKSN      Pusat pelayanan    • Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas negara yang juga berfungsi sebagai
                                    sekunder jasa        pusat pertumbuhan wilayah nasional dan sebagai outlet pemasaran produksi tanaman pangan,
                                    pemerintahan,        tanaman tahunan, perikanan tangkap, sentra industri pengolahan hasil hutan, pariwisata kehutanan,
                                    administrasi         dan hasil tambang.
                                    pelintas batas     • Meningkatkan aksesibilitas menuju sentra-sentra produksi di Bade, Muting, Kumbe, Okaba, Kimaam,
                                    negara,              Mindiptana, dan Kepi melalui keterpaduan sistem transportasi darat, laut, dan udara.
                                    perdagangan-       • Mengembangkan kawasan industri pengolahan hasil-hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan yang
                                    jasa,                komplementer dengan keberadaan Pelabuhan Bade dan Pelabuhan Nasional Merauke.
                                    transhipment
                                                       • Mengembangkan pelabuhan perikanan dan prasarana perikanan lainnya untuk meningkatkan nilai
                                    point Pertanian,
                                                         tambah hasil produksi perikanan tangkap di Laut Arafura.
                                    Perkebunan,
   Lampiran II Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                                                      Lampiran Halaman - 2
NO     NAMA KOTA      FUNGSI KOTA JENIS PELAYANAN                                              STRATEGI PENGEMBANGAN
                                     Perkebunan,           tambah hasil produksi perikanan tangkap di Laut Arafura.
                                     Perikanan.          • Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst)
                                                           dan fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung sebagai pintu gerbang lintas negara.
                                                         • Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang kawasan Merauke dsk dengan kawasan perbatasan di
                                                           wilayah Papua Nugini.
                                                         • Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah negara tetangga
                                                           yaitu dengan Papua Nugini dan Australia.
                                                         • Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata ecotourism ke TN Wasur.
5.    Timika          PKN            Pusat Pelayanan     • Diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan wilayah nasional yang mendorong pertumbuhan produksi
                                     Sekunder Jasa         hortikultura, perikanan tangkap, hasil tambang (bahan galian logam dan batubara), serta hasil hutan.
                                     Pemerintahan,       • Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst)
                                     Pertanian,            dan fasilitas perdagangan untuk mendukung peran Timika sebagai pusat pelayanan regional dan
                                     Pertambangan,         nasional melalui kerjasama dengan pihak swasta secara selektif.
                                     dan Industri.       • Meningkatkan aksesibilitas antar kota melalui jaringan jalan Timika-Mapurujaya-Pomako, dan melalui
                                                           jaringan sungai, laut dan udara, serta menuju outlet pemasaran di bagian barat Papua (Pelabuhan
                                                           Pomako dan Bandar Udara Timika).
                                                         • Mengembangkan kualitas pelayanan prasarana dan sarana kota berstandar Internasional (bandara,
                                                           pelabuhan, telekomunikasi high-tech, kesehatan), termasuk dengan mendorong peran swasta yang
                                                           lebih besar secara selektif.
                                                         • Memperketat perijinan pelaksanaan pembangunan di sekitar TN Lorentz agar tidak mengganggu
                                                           kelestarian lingkungannya
6.    Tanah Merah     PKSN           Pusat pelayanan     • Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas negara serta sebagai outlet pemasaran
                                     sekunder              produksi hasil hutan dan hasil tambang.
                                     administrasi        • Meningkatkan aksesibilitas di kawasan perbatasan, terutama jaringan jalan Merauke-Muting-Tanah
                                     pelintas batas        Merah-Waropko.
                                     negara,             • Mengembangkan kawasan industri pengolahan hasil hutan dan pertambangan.
                                     kehutanan,
                                                         • Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst)
                                     pertambangan.
                                                           dan fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung sebagai pintu gerbang lintas negara.
                                                         • Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang kawasan Tanah Merah dsk dengan kawasan perbatasan di
                                                           wilayah Papua Nugini.
                                                         • Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah negara tetangga.

     Lampiran II Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005)                                                                    Lampiran Halaman - 3
Rencana Tata Ruang Pulau Papua
Rencana Tata Ruang Pulau Papua
Rencana Tata Ruang Pulau Papua
Rencana Tata Ruang Pulau Papua

Contenu connexe

Tendances

Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)bintang purba
 
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangInstrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangMusnanda Satar
 
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruangushfia
 
Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan Tata RuangPerencanaan Tata Ruang
Perencanaan Tata RuangSri Wahyuni
 
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor  26 Tahun  2007 tentang Penataan RuangUndang-Undang Nomor  26 Tahun  2007 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan RuangOswar Mungkasa
 
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Deki Zulkarnain
 
PERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGPERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGDadang Solihin
 
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdfPPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdfHackEuy
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayainfosanitasi
 
Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampekhenny ferniza
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPenataan Ruang
 
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaaninfosanitasi
 
Analisis satuan kemampuan lahan
Analisis satuan kemampuan lahanAnalisis satuan kemampuan lahan
Analisis satuan kemampuan lahanSOFI ANI
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
PPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptxPPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptxYettiAnita
 
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Yogan Daru Prabowo
 
Batasan dan muatan rzwp3 k kabupaten kota
Batasan dan muatan rzwp3 k kabupaten kotaBatasan dan muatan rzwp3 k kabupaten kota
Batasan dan muatan rzwp3 k kabupaten kotaDidi Sadili
 
Bab 5 penetapan kawasan strategis
Bab 5 penetapan kawasan strategisBab 5 penetapan kawasan strategis
Bab 5 penetapan kawasan strategisDeki Zulkarnain
 

Tendances (20)

Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
 
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangInstrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Peraturan Zonasi
Peraturan ZonasiPeraturan Zonasi
Peraturan Zonasi
 
Struktur ruang
Struktur ruangStruktur ruang
Struktur ruang
 
Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan Tata RuangPerencanaan Tata Ruang
Perencanaan Tata Ruang
 
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor  26 Tahun  2007 tentang Penataan RuangUndang-Undang Nomor  26 Tahun  2007 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
 
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
 
PERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGPERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANG
 
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdfPPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
 
Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampek
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
 
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
 
Analisis satuan kemampuan lahan
Analisis satuan kemampuan lahanAnalisis satuan kemampuan lahan
Analisis satuan kemampuan lahan
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
 
PPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptxPPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptx
 
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
 
Batasan dan muatan rzwp3 k kabupaten kota
Batasan dan muatan rzwp3 k kabupaten kotaBatasan dan muatan rzwp3 k kabupaten kota
Batasan dan muatan rzwp3 k kabupaten kota
 
Bab 5 penetapan kawasan strategis
Bab 5 penetapan kawasan strategisBab 5 penetapan kawasan strategis
Bab 5 penetapan kawasan strategis
 

En vedette

Perda nomor 23 tahun 2013 ttg rtrw provinsi papua
Perda nomor 23 tahun 2013 ttg rtrw provinsi papuaPerda nomor 23 tahun 2013 ttg rtrw provinsi papua
Perda nomor 23 tahun 2013 ttg rtrw provinsi papuaBogor
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi LampungRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi LampungPenataan Ruang
 
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Pulau Papua dan Rencana Ta...
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang  Pulau Papua dan Rencana Ta...Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang  Pulau Papua dan Rencana Ta...
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Pulau Papua dan Rencana Ta...Oswar Mungkasa
 
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaRencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaPenataan Ruang
 
Ruas jalan perpres kehutanan papua
Ruas jalan perpres kehutanan papuaRuas jalan perpres kehutanan papua
Ruas jalan perpres kehutanan papuaRoni Tresna Nugraha
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BaliRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BaliPenataan Ruang
 
Buku ii-bab-ix rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-ix rpjmn tahun 2010-2014Buku ii-bab-ix rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-ix rpjmn tahun 2010-2014PA Rianto
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi GorontaloRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi GorontaloPenataan Ruang
 
Kebijakan untuk sektor pertanian dan pembiayaan pedesaan
Kebijakan untuk sektor pertanian dan pembiayaan pedesaanKebijakan untuk sektor pertanian dan pembiayaan pedesaan
Kebijakan untuk sektor pertanian dan pembiayaan pedesaanYandry Abun
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa TimurPenataan Ruang
 
Ruas jalan perpres kehutanan papua barat
Ruas jalan perpres kehutanan papua baratRuas jalan perpres kehutanan papua barat
Ruas jalan perpres kehutanan papua baratRoni Tresna Nugraha
 
Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisi...
Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisi...Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisi...
Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisi...Penataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)Penataan Ruang
 
Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...
Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...
Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...Penataan Ruang
 
PP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
PP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat DaerahPP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
PP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat DaerahPenataan Ruang
 
Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...
Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...
Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...Penataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota YogyakartaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota YogyakartaPenataan Ruang
 
Keppres No, 04 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang
Keppres No, 04 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan RuangKeppres No, 04 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang
Keppres No, 04 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan RuangPenataan Ruang
 

En vedette (20)

Perda nomor 23 tahun 2013 ttg rtrw provinsi papua
Perda nomor 23 tahun 2013 ttg rtrw provinsi papuaPerda nomor 23 tahun 2013 ttg rtrw provinsi papua
Perda nomor 23 tahun 2013 ttg rtrw provinsi papua
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi LampungRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung
 
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Pulau Papua dan Rencana Ta...
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang  Pulau Papua dan Rencana Ta...Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang  Pulau Papua dan Rencana Ta...
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Pulau Papua dan Rencana Ta...
 
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaRencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
 
Bahan paparan sorong
Bahan paparan sorongBahan paparan sorong
Bahan paparan sorong
 
Ruas jalan perpres kehutanan papua
Ruas jalan perpres kehutanan papuaRuas jalan perpres kehutanan papua
Ruas jalan perpres kehutanan papua
 
Lokasi pel. wowi
Lokasi pel. wowiLokasi pel. wowi
Lokasi pel. wowi
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BaliRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali
 
Buku ii-bab-ix rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-ix rpjmn tahun 2010-2014Buku ii-bab-ix rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-ix rpjmn tahun 2010-2014
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi GorontaloRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo
 
Kebijakan untuk sektor pertanian dan pembiayaan pedesaan
Kebijakan untuk sektor pertanian dan pembiayaan pedesaanKebijakan untuk sektor pertanian dan pembiayaan pedesaan
Kebijakan untuk sektor pertanian dan pembiayaan pedesaan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
 
Ruas jalan perpres kehutanan papua barat
Ruas jalan perpres kehutanan papua baratRuas jalan perpres kehutanan papua barat
Ruas jalan perpres kehutanan papua barat
 
Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisi...
Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisi...Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisi...
Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisi...
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
 
Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...
Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...
Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...
 
PP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
PP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat DaerahPP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
PP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
 
Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...
Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...
Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota YogyakartaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta
 
Keppres No, 04 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang
Keppres No, 04 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan RuangKeppres No, 04 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang
Keppres No, 04 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang
 

Similaire à Rencana Tata Ruang Pulau Papua

Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
Rencana Tata Ruang Pulau SulawesiRencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
Rencana Tata Ruang Pulau SulawesiPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera
Rencana Tata Ruang Pulau SumateraRencana Tata Ruang Pulau Sumatera
Rencana Tata Ruang Pulau SumateraPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa BaliRencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa BaliPenataan Ruang
 
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1Nick Nick
 
Rtrw nasional 2008 2028
Rtrw nasional 2008 2028Rtrw nasional 2008 2028
Rtrw nasional 2008 2028pamboedi
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah NasionalRencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah NasionalPenataan Ruang
 
PP No. 26 Tahun 2008 tentang Pedoman Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional
PP No. 26 Tahun 2008 tentang Pedoman Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) NasionalPP No. 26 Tahun 2008 tentang Pedoman Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional
PP No. 26 Tahun 2008 tentang Pedoman Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) NasionalPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
Rencana Tata Ruang Pulau KalimantanRencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
Rencana Tata Ruang Pulau KalimantanPenataan Ruang
 
Tata ruang pulau kalimantan
Tata ruang pulau kalimantanTata ruang pulau kalimantan
Tata ruang pulau kalimantanzhelotech
 
Keppres no-32-th-1990-ttg-pengelolaan-kawasan-lindung
Keppres no-32-th-1990-ttg-pengelolaan-kawasan-lindungKeppres no-32-th-1990-ttg-pengelolaan-kawasan-lindung
Keppres no-32-th-1990-ttg-pengelolaan-kawasan-lindungwalhiaceh
 
PERMEN-ATR-BPN-13-2021.pdf
PERMEN-ATR-BPN-13-2021.pdfPERMEN-ATR-BPN-13-2021.pdf
PERMEN-ATR-BPN-13-2021.pdfIsmailAja2
 
Pp no.26 tahun 2008 rtrwn
Pp no.26 tahun 2008   rtrwnPp no.26 tahun 2008   rtrwn
Pp no.26 tahun 2008 rtrwnRizki Fitrianto
 
Rtrw Kab sigi 21_2012
Rtrw Kab sigi 21_2012Rtrw Kab sigi 21_2012
Rtrw Kab sigi 21_2012Aidil Fitrah
 
PERDA RTRW 2021-2041 KOTA PALU.pdf
PERDA RTRW 2021-2041 KOTA PALU.pdfPERDA RTRW 2021-2041 KOTA PALU.pdf
PERDA RTRW 2021-2041 KOTA PALU.pdffadelhasyim
 
Perda no 12 th 2014 ttg rtrw kota surabaya
Perda no 12 th 2014 ttg rtrw kota surabayaPerda no 12 th 2014 ttg rtrw kota surabaya
Perda no 12 th 2014 ttg rtrw kota surabayaRoritaCarolina
 
Mendagri 1 2007
Mendagri 1 2007Mendagri 1 2007
Mendagri 1 2007071090is
 
Pp no 26 tahun 2008
Pp no 26 tahun 2008Pp no 26 tahun 2008
Pp no 26 tahun 2008farah5
 

Similaire à Rencana Tata Ruang Pulau Papua (20)

Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
Rencana Tata Ruang Pulau SulawesiRencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
 
Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera
Rencana Tata Ruang Pulau SumateraRencana Tata Ruang Pulau Sumatera
Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera
 
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa BaliRencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
 
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1
 
uud
uuduud
uud
 
Rtrw nasional 2008 2028
Rtrw nasional 2008 2028Rtrw nasional 2008 2028
Rtrw nasional 2008 2028
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah NasionalRencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
 
PP No. 26 Tahun 2008 tentang Pedoman Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional
PP No. 26 Tahun 2008 tentang Pedoman Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) NasionalPP No. 26 Tahun 2008 tentang Pedoman Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional
PP No. 26 Tahun 2008 tentang Pedoman Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional
 
Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
Rencana Tata Ruang Pulau KalimantanRencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
 
Tata ruang pulau kalimantan
Tata ruang pulau kalimantanTata ruang pulau kalimantan
Tata ruang pulau kalimantan
 
Keppres no-32-th-1990-ttg-pengelolaan-kawasan-lindung
Keppres no-32-th-1990-ttg-pengelolaan-kawasan-lindungKeppres no-32-th-1990-ttg-pengelolaan-kawasan-lindung
Keppres no-32-th-1990-ttg-pengelolaan-kawasan-lindung
 
PERMEN-ATR-BPN-13-2021.pdf
PERMEN-ATR-BPN-13-2021.pdfPERMEN-ATR-BPN-13-2021.pdf
PERMEN-ATR-BPN-13-2021.pdf
 
Pp no.26 tahun 2008 rtrwn
Pp no.26 tahun 2008   rtrwnPp no.26 tahun 2008   rtrwn
Pp no.26 tahun 2008 rtrwn
 
Uu 24 1992
Uu 24 1992Uu 24 1992
Uu 24 1992
 
Rtrw Kab sigi 21_2012
Rtrw Kab sigi 21_2012Rtrw Kab sigi 21_2012
Rtrw Kab sigi 21_2012
 
PERDA RTRW 2021-2041 KOTA PALU.pdf
PERDA RTRW 2021-2041 KOTA PALU.pdfPERDA RTRW 2021-2041 KOTA PALU.pdf
PERDA RTRW 2021-2041 KOTA PALU.pdf
 
Perda no 12 th 2014 ttg rtrw kota surabaya
Perda no 12 th 2014 ttg rtrw kota surabayaPerda no 12 th 2014 ttg rtrw kota surabaya
Perda no 12 th 2014 ttg rtrw kota surabaya
 
Mendagri 1 2007
Mendagri 1 2007Mendagri 1 2007
Mendagri 1 2007
 
100
100100
100
 
Pp no 26 tahun 2008
Pp no 26 tahun 2008Pp no 26 tahun 2008
Pp no 26 tahun 2008
 

Plus de Penataan Ruang

Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
 
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...Penataan Ruang
 

Plus de Penataan Ruang (20)

Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
 
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
 
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
 
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...
 

Rencana Tata Ruang Pulau Papua

  • 1. RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (NOMOR: .......... TAHUN: ..........) TENTANG RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU PAPUA Edisi : Desember 2005 BADAN KOORDINASI TATA RUANG NASIONAL SEKRETARIAT TIM TEKNIS: DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
  • 2. RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ..... TAHUN ..... TENTANG RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU PAPUA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan keseimbangan pembangunan antar wilayah di Indonesia, perlu dirumuskan suatu landasan kebijakan percepatan pembangunan Pulau Papua; b. bahwa untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ke dalam rencana pemanfaatan ruang di Pulau Papua perlu ditetapkan pengaturan lebih lanjut mengenai perwujudan struktur dan pola pemanfaatan ruang nasional di Pulau Papua; c. bahwa untuk mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan ruang nasional di Pulau Papua perlu ditetapkan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang di Pulau Papua yang bertujuan untuk menjamin keterpaduan pembangunan lintas wilayah dan lintas sektor; d. bahwa sehubungan dengan hal-hal sebagaimana dimaksud pada butir a, b dan c, maka perlu ditetapkan Rencana Tata Ruang Pulau Papua yang diatur dengan Peraturan Presiden. Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); 4. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 173, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894); 5. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151); Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 1
  • 3. 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang; 9. Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1997); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952). MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU PAPUA BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: (1) Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai. satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya; (2) Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak; (3) Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang; (4) Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang; (5) Rencana Tata Ruang Pulau yang selanjutnya disingkat RTR Pulau adalah hasil perencanaan tata ruang pada wilayah pulau/kepulauan yang terbentuk dari kesatuan wilayah geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas-batasnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsionalnya; (6) Wilayah Pulau Papua merupakan kesatuan fungsional wilayah geografis dan ekosistem yang mencakup wilayah darat, laut, dan udara yang menjadi bagian dari provinsi- provinsi yang ada di Pulau Papua menurut undang-undang pembentukannya; Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 2
  • 4. (7) Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan; (8) Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan; (9) Kawasan Tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan; (10)Kawasan Andalan adalah bagian dari kawasan budidaya yang dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan itu sendiri dan kawasan di sekitarnya serta dapat mewujudkan pemerataan pemanfaatan ruang di wilayah nasional; (11)Ruang Lintas Wilayah adalah bagian ruang wilayah nasional yang perencanaannya, pemanfaatannya dan pengendalian pemanfaatan ruangnya diselenggarakan dengan memperhatikan kesatuan fungsional wilayah yang tidak dibatasi oleh batas-batas administrasi provinsi, kabupaten dan kota; (12)Ruang Lintas Sektor adalah bagian ruang wilayah nasional yang proses perencanaannya, pemanfaatannya, dan pengendalian pemanfaatan ruangnya diselenggarakan oleh lebih dari satu sektor secara terpadu; (13)Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh, menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup; (14)Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; (15)Pulau adalah daerah daratan yang terbentuk secara alami yang dikelilingi oleh air dan ada diatas permukaan air pada saat air pasang; (16)Pulau-pulau Kecil adalah pulau yang memiliki luas area kurang dari atau sama dengan 2.000 km2, baik berpenduduk maupun tidak; (17)Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan; (18)Hutan Lindung adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah; (19)Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya; (20)Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan; (21)Kawasan Cagar Alam yang selanjutnya disingkat CA adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami; Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 3
  • 5. (22)Kawasan Suaka Margasatwa yang selanjutnya disingkat SM adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya; (23)Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; (24)Kawasan Taman Nasional yang selanjutnya disingkat TN adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi; (25)Kawasan Taman Nasional Laut yang selanjutnya disingkat TNL adalah habitat biota perairan yang memiliki satu atau beberapa ekosistem yang kondisi alam secara fisik tidak mengalami perubahan, serta mempunyai arti untuk kepentingan ilmu pengetahuan; (26)Kawasan Taman Wisata Alam yang selanjutnya disingkat TWA adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Kawasan Perbatasan Negara adalah bagian dari wilayah nasional yang secara geografis berbatasan langsung dengan wilayah negara tetangga di darat, laut, dan udara. (27)Alur Pelayaran adalah bagian dari perairan yang alami maupun buatan yang dari segi kedalaman, lebar dan hambatan pelayaran lainnya dianggap aman untuk dilayari. (28)Wilayah Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Ke arah darat meliputi bagian daratan yang masih dipengaruhi oleh ekosistem laut, seperti: pasang- surut, angin laut, ombak, gelombang, serta intrusi air laut. Sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang dipengaruhi oleh ekosistem darat, seperti: sedimentasi, aliran air tawar dari daratan maupun disebabkan oleh kegiatan manusia di darat. (29)Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai. (30)Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami yang batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. (31)Pusat Kegiatan Nasional selanjutnya disingkat PKN adalah kota yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional, pusat ekonomi perkotaan (jasa dan industri) nasional dan simpul transportasi yang melayani nasional dan atau beberapa provinsi. (32)Pusat Kegiatan Wilayah selanjutnya disingkat PKW adalah adalah kota sebagai pusat ekonomi perkotaan (jasa dan industri) regional dan simpul transportasi yang melayani provinsi dan atau beberapa kabupaten (33)Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah kota sebagai pusat ekonomi perkotaan (jasa dan industri) lokal dan simpul transportasi yang melayani kabupaten dan atau beberapa kecamatan. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 4
  • 6. (34)Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah pusat permukiman sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang terletak di kawasan yang memiliki nilai strategis politik pertahanan keamanan negara di perbatasan dengan Negara Bagian Sarawak-Malaysia dan Sabah-Malaysia. (35)Pusat Pelayanan Primer adalah kota atau kawasan perkotaan yang memiliki tingkat kelengkapan prasarana wilayah tertinggi, yang dapat mendukung peran kota atau kawasan perkotaan untuk menjadi simpul utama jasa distribusi dan pengumpul kegiatan ekonomi wilayah yang melayani wilayah pulau dan/atau antar pulau. (36)Pusat Pelayanan Sekunder adalah kota yang memiliki tingkat kelengkapan prasarana wilayah sedang, yang dapat mendukung peran kota untuk menjadi simpul utama jasa distribusi dan pengumpul kegiatan ekonomi wilayah yang melayani beberapa bagian wilayah pulau. (37)Pusat Pelayanan Tersier adalah kota yang memiliki tingkat kelengkapan prasarana wilayah terendah, yang dapat mendukung peran kota untuk menjadi simpul utama jasa distribusi dan pengumpul kegiatan ekonomi wilayah yang melayani bagian wilayah pulau secara terbatas. (38)Perangkat Insentif adalah pengaturan yang bertujuan memberikan rangsangan terhadap kegiatan yang sejalan dengan tujuan rencana tata ruang. (39)Perangkat Disinsentif adalah pengaturan yang bertujuan membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan tujuan rencana tata ruang. (40)Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para Menteri. (41)Pemerintah Daerah adalah sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang- undangan. (42)Wilayah Administrasi adalah wilayah kerja Gubernur selaku wakil pemerintah. (43)Terminal Penumpang Tipe A adalah terminal penumpang yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar-kota antar-provinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota dan angkutan perdesaan. (44)Aturan Pemintakatan atau Zoning Regulation adalah ketentuan pengaturan zonasi dan penerapannya ke dalam pemanfaatan lahan, yang menjadi acuan prosedur pengendalian pemanfaatan ruang kota. (45)Sarana Bantu Navigasi Pelayaran yang selanjutnya disingkat SBNP adalah sarana yang dibangun atau terbentuk secara alami yang berada di luar kapal yang berfungsi membantu navigasi dalam menentukan posisi dan/atau haluan kapal serta memberitahukan bahaya dan/atau rintangan pelayaran untuk keselamatan berlayar. (46)Adat adalah kebiasaan yang diakui, dipatuhi dan dilembagakan, serta dipertahankan oleh masyarakat adat setempat secara turun-temurun. (47)Masyarakat Adat adalah warga masyarakat asli Papua yang hidup dalam wilayah dan terikat serta tunduk kepada adat tertentu dengan rasa solidaritas yang tinggi di antara para anggotanya. (48)Hukum Adat adalah aturan atau norma tidak tertulis yang hidup dalam masyarakat adat, mengatur, mengikat dan dipertahankan, serta mempunyai sanksi. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 5
  • 7. (49)Hak Ulayat adalah hak persekutuan yang dipunyai oleh masyarakat hukum adat tertentu atas suatu wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warganya, yang meliputi hak untuk memanfaatkan tanah dan air sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Tujuan dan Sasaran Pasal 2 (1) Tujuan penetapan RTR Pulau Papua adalah untuk: a. menetapkan RTR Pulau Papua dalam rangka operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; b. mengatur tata laksana dan kelembagaan perwujudan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional di Pulau Papua sebagai landasan hukum yang mengikat bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah, sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya; c. mengarahkan pengembangan wilayah Pulau Papua secara terpadu sebagai kesatuan kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya dengan memperhatikan potensi, karakteristik dan daya dukung lingkungannya; d. menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang antara kawasan berfungsi lindung dan budidaya dalam satu ekosistem pulau dan perairannya; e. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan lintas sektor dan lintas wilayah provinsi yang konsisten dengan kebijakan nasional yang memayunginya; f. memulihkan daya dukung lingkungan untuk mencegah terjadinya bencana yang lebih besar dan menjamin keberlanjutan pembangunan. (2) Sasaran Peraturan Presiden tentang RTR Pulau Papua adalah : a. Tersedianya landasan hukum yang mengikat bagi pemerintah dan pemerintah daerah sesuai tugas dan fungsi kewenangannya dalam mengoperasionalkan RTRWN di Pulau Papua; b. Terarahnya pengembangan Pulau Papua secara lebih terpadu dan sinergis sebagai kesatuan kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya dengan memperhatikan potensi, karakteristik dan daya dukung lingkungannya; c. Terlaksananya pembangunan lintas sektor dan lintas provinsi secara lebih efektif dan efisien serta konsisten dengan kebijakan nasional yang memayunginya. d. Tersedianya landasan pencapaian keterpaduan dan kerjasama pembangunan lintas wilayah provinsi dan lintas sektor guna mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang optimal; e. Tersedianya acuan penyelesaian konflik pemanfaatan ruang lintas sektor dan lintas wilayah provinsi. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 6
  • 8. Bagian Ketiga Peran dan Fungsi RTR Pulau Pasal 3 Kedudukan RTR Pulau Papua adalah sebagai alat untuk mensinerjikan aspek-aspek yang menjadi kepentingan Nasional yang direncanakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dengan aspek-aspek yang menjadi kepentingan daerah yang direncanakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Pasal 4 RTR Pulau Papua berperan sebagai acuan untuk: a. memadukan pemanfaatan ruang lintas wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota di Pulau Papua; b. menyusun rencana tata ruang wilayah provinsi, kabupaten, kota, dan kawasan di Pulau Papua; c. merumuskan program pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, dan masyarakat di Pulau Papua; d. mengendalikan pemanfaatan ruang yang diselenggarakan di seluruh wilayah Pulau Papua. Pasal 5 Fungsi RTR Pulau Papua adalah memberikan dasar pencapaian keterpaduan, keserasian dan keterkaitan ruang lintas wilayah provinsi dan lintas sektor sebagai satu kesatuan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan ruang. BAB II RENCANA TATA RUANG PULAU PAPUA Bagian Pertama Umum Pasal 6 (1) RTR Pulau Papua merupakan penjabaran struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional ke dalam kebijaksanaan dan strategi pemanfaatan ruang Pulau Papua. (2) RTR Pulau Papua sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) digambarkan pada peta dengan tingkat ketelitian minimal berskala 1 : 500.000, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini. Pasal 7 RTR Pulau Papua disusun berdasarkan prinsip-prinsip kebijakan sebagai berikut : a. mendukung peningkatan serta mempekuat persatuan, kesatuan dan keutuhan kehidupan bangsa dan pertahanan negara; Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 7
  • 9. b. menempatkan hak ulayat dalam penataan ruang sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan nilai-nilai sosial budaya setempat; c. memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara produktif dan efisien, agar terhindar dari pemborosan dan penurunan daya dukung lingkungan sehingga dapat memberi manfaat sebesar-besarnya berdasarkan prinsip-prinsip kelestarian dan berkelanjutan; d. mempertahankan kawasan lindung sekurang-kurangnya 50 persen dari luas wilayah Pulau Papua; e. memacu pertumbuhan ekonomi wilayah Pulau Papua melalui pengembangan sektor- sektor unggulan yang berbasis sumber daya setempat dan meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat pertumbuhan; f. menampung kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja, dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan usaha melalui pengembangan kawasan dan pusat pertumbuhan; g. meningkatkan keterkaitan yang saling menguntungkan antara kawasan andalan dan tertinggal dalam rangka peningkatan kesejahteraan ekonomi daerah di sekitar kawasan andalan; h. meningkatkan ketersediaan dan kualitas, serta memperluas jangkauan pelayanan prasarana dasar, khususnya transportasi laut yang didukung oleh transportasi antar moda secara terpadu dan optimal dengan mengikutsertakan dunia usaha; i. meningkatkan pengembangan wilayah pedalaman dan perbatasan yang tertinggal dan terisolasi dengan menyerasikan laju pertumbuhan antar wilayah. Bagian Kedua Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Pasal 8 Struktur ruang Pulau Papua merupakan struktur ruang sebagaimana tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dapat dilihat pada Lampiran I yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini. Pasal 9 Pola pemanfaatan ruang Pulau Papua merupakan pola pemanfaatan ruang sebagaimana tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran I yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 8
  • 10. BAB III STRATEGI PEMANFAATAN RUANG Bagian Pertama Umum Pasal 10 (1) Strategi pemanfaatan ruang Pulau Papua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), diwujudkan dalam RTR Pulau Papua yang berisi: a. strategi pengembangan struktur ruang; b. strategi pengelolaan pola pemanfaatan ruang. (2) Strategi pengembangan struktur ruang sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf a mencakup: a. strategi pengembangan sistem pusat permukiman; b. strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah. (3) Strategi pengelolaan pola pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b mencakup: a. strategi pengelolaan ruang kawasan lindung; b. strategi pengelolaan ruang kawasan budidaya. Pasal 11 (1) Strategi perwujudan rencana tata ruang dituangkan dalam indikasi program pembangunan. (2) Indikasi program pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menurut prioritas penanganannya diklasifikasikan ke dalam indikasi program pembangunan prioritas tinggi, prioritas sedang, dan prioritas rendah. (3) Indikasi program pembangunan prioritas tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun pertama. (4) Indikasi program pembangunan prioritas sedang dan prioritas rendah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilaksanakan setelah jangka waktu 5 (lima) tahun pertama. Bagian Kedua Strategi Pengembangan Sistem Pusat Permukiman Pasal 12 (1) Pengembangan sistem pusat permukiman di wilayah Pulau Papua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a ditekankan pada terbentuknya fungsi dan hirarki pusat permukiman sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. (2) Sistem pusat permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi PKN, PKW, dan PKL sebagai satu kesatuan sistem yang berhirarki. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 9
  • 11. (3) Dalam rangka mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara, dikembangkan PKSN. Pasal 13 Pengembangan PKN di Pulau Papua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) meliputi upaya untuk : a. mendorong pengembangan kota Sorong dan Jayapura sebagai pusat pelayanan primer yang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan; b. mendorong pengembangan kota, dan Timika sebagai pusat pelayanan sekunder yang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan; Pasal 14 Pengembangan PKW di Pulau Papua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) meliputi upaya untuk : a. mendorong pengembangan kota Fak Fak, Manokwari, Nabire, Biak, Merauke dan Wamena sebagai pusat pelayanan sekunder yang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan; b. mengendalikan pengembangan kota Bade, Muting, Arso, Ayamaru, Teminabuan, dan Sarmi sebagai pusat pelayanan tersier yang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pasal 15 (1) PKL di Pulau Papua ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi berdasarkan usulan Pemerintah Kabupaten/Kota dengan kriteria sebagaimana ditetapkan dalam RTRWN. (2) Pengembangan kota-kota PKL merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan sistem pusat permukiman di Pulau Papua. Pasal 16 Pengembangan PKSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) di kawasan perbatasan negara merupakan upaya untuk mendorong pengembangan kota kota Tanah Merah, Merauke dan Jayapura. Pasal 17 Pengembangan PKN, PKW, dan PKSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14, dan Pasal 16 dijelaskan secara lebih rinci dalam Lampiran II merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 10
  • 12. Bagian Ketiga Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Pasal 18 Strategi pengembangan jaringan prasarana dan sarana Pulau Papua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b meliputi : a. strategi pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat yang terdiri dari jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan; b. strategi pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut yang terdiri dari jaringan prasarana dan jaringan pelayanan; c. strategi pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Udara yang terdiri dari bandar udara dan ruang udara; d. strategi pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Pipa; e. strategi pengembangan Sarana Layanan Pos dan Sistem Jaringan Telekomunikasi; f. strategi pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi dan Tenaga Listrik; g. strategi pengembangan Sistem Pengelolaan Sumberdaya Air dalam sektor pengairan yang terdiri dari sub sektor pengembangan dan pengelolaan pengairan serta sub sektor pengembangan dan pengelolaan sumber-sumber air lainnya; h. strategi pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Perkotaan yang terdiri dari sistem jaringan air bersih, air limbah, drainase, dan persampahan. Pasal 19 Strategi pengembangan sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a meliputi upaya untuk: a. membuka akses daerah terisolir dan mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah; b. meningkatkan aksesibilitas dari kawasan-kawasan andalan dan kawasan budidaya lainnya ke tujuan-tujuan pemasaran; c. mendukung peningkatan pemanfaatan potensi unggulan wilayah secara optimal, yang diikuti dengan meningkatnya daya saing produk-produk unggulan di Pulau Papua; d. mendukung pengembangan sistem kota-kota di Pulau Papua melalui pengintegrasian sistem transportasi antar moda; a. Jaringan jalan di Pulau Papua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikembangkan secara terpadu sebagai satu kesatuan sistem transportasi nasional; b. Pengembangan jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diupayakan sebagai kesatuan intra dan antar moda transportasi dengan sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 11
  • 13. Pasal 20 Strategi pengembangan sistem jaringan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a meliputi upaya untuk : a. mengembangkan jaringan kereta api sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf a meliputi upaya untuk menghubungkan daerah-daerah yang mempunyai potensi baik penumpang maupun barang; b. mengembangkan jaringan kereta api di Pulau Papua dikembangkan secara terpadu sebagai satu kesatuan sistem transportasi nasional; c. Jaringan kereta api di Pulau Papua dikembangkan sebagai satu kesatuan intra dan antar moda transportasi dengan sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara; d. mewujudkan keterpaduan sistem transportasi wilayah Papua, Nasional, dan sub- regional ASEAN; e. mewujudkan keterpaduan sistem jaringan jalur kereta api dengan sistem jaringan transportasi lainnya; f. mengembangkan strasiun kereta api sebagai simpul jaringan jalur kereta api diarahkan pada kota-kota PKN dan PKW sebagai mana disebut dalam Pasal 13 dan Pasal 14. Pasal 21 Strategi pengembangan jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a meliputi upaya untuk: a. berdasarkan kondisi geografisnya, pengembangan jaringan transportasi sungai dan penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf a diarahkan pada pengembangan angkutan penyeberangan di bagian utara wilayah Papua, sementara di bagian selatan wilayah Papua diarahkan pada angkutan sungai guna menjangkau wilayah pedalaman dan terpencil; b. mengembangkan jaringan transportasi sungai meliputi upaya untuk menjangkau daerah-daerah pedalaman yang belum dijangkau oleh jaringan jalan maupun sistem jaringan transportasi udara; c. mengembangkan jaringan transportasi penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf a meliputi upaya untuk: i) meningkatkan aksesibilitas daerah dan pulau-pulau terpencil; ii) menghubungkan jaringan jalan yang terpisah oleh perairan; d. Jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan di Pulau Papua sebagaimana dimaksud pada pasal 14 huruf a dikembangkan secara terpadu sebagai satu kesatuan sistem transportasi nasional; e. Pengembangan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan diupayakan sebagai kesatuan intra dan antar moda transportasi dengan sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 12
  • 14. Pasal 22 Strategi pengembangan sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b meliputi upaya untuk: a. meningkatkan efisiensi dan skala ekonomi investasi pengembangan pelabuhan laut baik pelabuhan umum maupun pelabuhan khusus sesuai dengan komoditas yang dominan (misalnya perikanan); b. meningkatkan kelancaran proses koleksi dan distribusi orang dan barang dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi wilayah; c. meningkatkan aksesibilitas dari kawasan andalan dan kawasan budidaya lainnya ke tujuan pemasaran, baik ke kawasan sub-regional ASEAN, Asia Pasifik, maupun kawasan internasional lainnya; d. meningkatkan volume perdagangan dalam negeri dan ekspor-impor melalui pelabuhan; e. mengembangkan sistem jaringan transportasi laut antar provinsi, antar pulau, dan antar negara; f. mengembangkan sistem jaringan transportasi laut antar-negara yang sesuai dengan kebutuhan ekspor-impor perekonomian, pertahanan negara dan kepentingan nasional lainnya; g. mengembangkan sistem jaringan transportasi laut Papua sebagaimana secara terpadu sebagai satu kesatuan sistem transportasi wilayah Papua, nasional, dan internasional; h. mewujudkan keterpaduan sistem jaringan transportasi laut dengan sistem jaringan transportasi lainnya. Pasal 23 Strategi pengembangan jaringan prasarana transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf c meliputi upaya untuk: a. memantapkan fungsi bandar udara pusat penyebaran di wilayah Pulau Papua dalam rangka meningkatkan aksesibilitas antar kota dalam lingkup wilayah Pulau Papua maupun antar kota dalam lingkup nasional dan internasional; b. mendukung pengembangan potensi pariwisata pada lokasi-lokasi yang sangat potensial; c. membuka dan memantapkan jalur-jalur penerbangan internasional antara kota-kota PKN dengan negara tetangga dan negara-negara pusat pemasaran produksi dan jasa dari Pulau Papua, khususnya ke kawasan sub-regional ASEAN. a. mengembangkan sistem jaringan transportasi udara Pulau Papua secara terpadu sebagai satu kesatuan sistem transportasi wilayah Papua, nasional, dan internasional; b. mewujudkan keterpaduan sistem jaringan transportasi udara dengan sistem jaringan transportasi lainnya; c. mengembangkan sistem jaringan transportasi udara secara dinamis dengan memperhatikan tatanan kebandarudaraan nasional. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 13
  • 15. Pasal 24 (1) Pengembangan sistem jaringan transportasi pipa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf d, merupakan upaya untuk efisiensi distribusi barang khususnya barang cair dan gas dengan memperhatikan perkembangan teknologinya. (2) Pengembangan jalur-jalur pipa dapat dilakukan di daratan dan perairan disesuaikan dengan kebutuhan dan harus memperhatikan persyaratan keamanan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan. Pasal 25 Pengembangan dan penyediaan sarana layanan pos dan sistem jaringan telekomunikasi untuk keperluan publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf e, diarahkan untuk: a. mengembangkan dan menyediakan sarana layanan pos dan telekomunikasi ke seluruh wilayah Indonesia dan dalam hubungan antar bangsa; b. melayani kebutuhan masyarakat dan membuka keterisoliran wilayah pedalaman dan terpencil. Pasal 26 Pengembangan sistem jaringan prasarana energi dan tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf f meliputi upaya untuk: a. mengatasi ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan tenaga listrik baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang; b. memberikan dukungan yang optimal bagi pemanfaatan dan peningkatan nilai tambah potensi sektor-sektor unggulan pada kawasan budidaya dan pusat-pusat permukiman; c. memanfaatkan potensi energi setempat/lokal termasuk energi terbarukan seperti mikrohidro, surya, biomassa, dan panas bumi; d. mengembangkan jaringan transmisi dan distribusi listrik di kawasan tertinggal, terpencil, dan terisolasi, termasuk gugus pulau-pulau kecil; e. mengembangkan sistem jaringan prasarana energi dan tenaga listrik yang selaras dengan pengembangan kawasan budidaya dan pusat-pusat permukiman. Pasal 27 Strategi pengembangan sistem pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf g meliputi upaya untuk: a. menjamin kelestarian fungsi sarana dan prasarana sumberdaya air melalui pengamanan kawasan-kawasan tangkapan air; b. menyediakan prasarana air baku untuk menunjang pengembangan sentra-sentra pangan, kawasan perkebunan, kawasan permukiman perkotaan, kawasan industri dan sumber tenaga air secara berkelanjutan untuk mendukung pengembangan kawasan-kawasan andalan dan pusat koleksi-distribusi; Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 14
  • 16. c. menjamin ketersediaan air baku bagi kawasan-kawasan sentra pangan nasional, pusat-pusat permukiman, kawasan industri, kawasan pariwisata dan sebagainya, serta kota-kota strategis yang meliputi kota besar, ibukota provinsi, dan kabupaten/kota melalui konservasi daerah tangkapan air; d. menanggulangi dampak bencana alam yang terkait dengan air, diantaranya banjir, longsor, dan kekeringan; e. merehabilitasi dan mencegah terjadinya proses pendangkalan danau-danau besar, seperti di Danau Sentani, Danau Ayamaru, Danau Bian, dan Danau Enarotali; f. mempertahankan kawasan karst sebagai kawasan penyimpan cadangan air tanah; g. mengembangkan sistem pengelolaan sumber daya air dengan mengacu pada Pola Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah Sungai dan Rencana Tata Ruang Wilayah. Pasal 28 (1) Strategi pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf h meliputi upaya untuk: a. meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan prasarana dan sarana dasar perkotaan yang terdiri atas air bersih, air limbah, drainase, persampahan, jalan kota, listrik dan telekomunikasi secara terpadu dalam rangka memantapkan fungsi kota; b. mengembangkan kerjasama pengelolaan prasarana dan sarana dasar perkotaan, khususnya antara kota-kota yang bertetangga; c. menjamin keberlanjutan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dibutuhkan oleh penduduk perkotaan; d. mempertahankan kualitas lingkungan perkotaan dari ancaman pencemaran air, udara dan tanah. (2) Strategi pengembangan sistem jaringan prasarana perkotaan adalah melalui penyusunan Rencana Induk Sistem Prasarana dan Sarana Perkotaan untuk keterpaduan program pembangunan yang meliputi upaya untuk: a. meningkatkan kualitas dan kapasitas, serta memperluas instalasi pengolahan dan jaringan air bersih perpipaan melalui pengembangan sistem transmisi dan distribusi; b. meningkatkan kapasitas dan memperluas jaringan pelayanan Satuan Sambungan Telepon pada kawasan perkotaan; c. meningkatkan kapasitas dan memperluas jaringan distribusi listrik; d. meningkatkan kapasitas dan memperluas cakupan pelayanan pengelolaan air limbah perkotaan; e. meningkatkan kapasitas dan memperluas cakupan pelayanan pengelolaan persampahan yang mencakup kegiatan pengumpulan, pengangkutan, pendaurulangan, pengolahan, dan pembuangan akhir sampah; f. meningkatkan kapasitas dan memperluas cakupan pelayanan prasarana drainase perkotaan yang terintegrasi dengan sistem drainase wilayah untuk pengendalian banjir dan genangan; Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 15
  • 17. g. meningkatkan kapasitas dan memperluas jaringan prasarana jalan kota, termasuk mengembangkan jalan lingkar untuk mengatasi aliran lalulintas menerus pada kawasan perkotaan sesuai dengan ketentuan teknis yang ada. h. mengendalikan pencemaran lingkungan perkotaan terhadap air permukaan, air tanah, udara, tanah dan laut. Bagian Keempat Strategi Pengelolaan Ruang Kawasan Lindung Pasal 29 Strategi pengelolaan ruang kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf a meliputi upaya untuk: a. strategi pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya yang terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan resapan air dan kawasan mangrove; b. strategi pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan setempat yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan waduk serta kawasan sekitar mata air; c. strategi pengelolaan ruang pada kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; d. strategi pengelolaan ruang pada kawasan rawan bencana alam. Pasal 30 Strategi pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a meliputi upaya untuk: a. mempertahankan luasan kawasan hutan lindung sebagai hutan dengan tutupan vegetasi tetap; b. mempertahankan fungsi hutan lindung sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir, dan erosi; c. mempertahankan keberadaan hutan lindung agar kesuburan tanah pada hutan lindung dan daerah sekitarnya dapat terpelihara; d. melindungi ekosistem bergambut yang khas serta mengkonservasi cadangan air tanah; e. memberikan ruang yang memadai bagi peresapan air hujan pada zona-zona resapan air tanah untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir; f. merehabilitasi hutan lindung yang telah mengalami kerusakan; g. merehabilitasi luasan hutan mangrove sebagai ekosistem esensial pada kawasan pesisir. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 16
  • 18. Pasal 31 Strategi pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b meliputi upaya untuk : a. melindungi kawasan sempadan pantai dari gangguan kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi pantai; b. melindungi kawasan sempadan sungai dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu dan/atau merusak kualitas air sungai, kondisi fisik bantaran sungai, dan dasar sungai, aliran sungai, serta yang dapat meningkatkan daya rusak air; c. melindungi kawasan sekitar danau/waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu ketersediaan air, dan/atau merusak kualitas air danau, serta kelestarian fungsi danau/waduk; d. melindungi kawasan sekitar mata air dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu ketersediaan air, dan/atau merusak kualitas air serta kelestarian fungsi mata air. Pasal 32 Strategi pengelolaan ruang pada kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf c meliputi upaya untuk: a. melestarikan cagar alam dan cagar alam laut beserta segenap flora dan ekosistem didalamnya yang tergolong unik dan/atau langka sehingga proses alami yang terjadi senantiasa dalam keadaan stabil; b. melestarikan suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut beserta segenap fauna yang tergolong unik dan atau langka, serta komunitas biotik dan unsur fisik lingkungan lainnya; c. melestarikan taman nasional dan taman nasional laut dengan segenap kekhasan dan keindahan ekosistemnya yang penting secara nasional maupun internasional untuk tujuan keilmuan, pendidikan, dan pariwisata; d. melestarikan taman wisata alam, taman wisata laut, dan taman buru dengan segenap keunikan alam dan ekosistemnya yang alami sehingga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan rekreasi dan pariwisata; e. melestarikan cagar budaya yang berisikan benda-benda bersejarah peninggalan masa lalu, dan/atau segenap adat istiadat, kebiasaan, dan tradisi setempat, serta unsur alam lainnya yang unik. Pasal 33 Strategi pengelolaan ruang pada kawasan rawan bencana lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf d meliputi upaya untuk: a. melindungi resiko gangguan dan ancaman langsung maupun tidak langsung dari terjadinya bencana alam; b. melindungi aset-aset sosial ekonomi masyarakat yang berupa prasarana, permukiman, dan kawasan budidaya dari gangguan dan ancaman bencana alam; Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 17
  • 19. c. menyelenggarakan tindakan preventif dalam penanganan bencana alam berdasarkan siklus bencana melalui upaya mitigasi bencana, pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tata ruang, kesiapsiagaan masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana, tanggap darurat, pemulihan dan pembangunan kembali pasca bencana; d. menyiapkan peta bencana alam yang dijadikan acuan dalam pengembangan wilayah provinsi, kabupaten, dan kota; e. menetapkan kawasan rawan bencana alam dan wilayah pengaruhnya, serta membatasi pengembangan wilayah di sekitar kawasan rawan bencana alam. Bagian Kelima Strategi Pengelolaan Ruang Kawasan Budidaya Pasal 34 Strategi pengelolaan ruang kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf b meliputi upaya untuk: a. strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya pertanian tanaman pangan dan perkebunan; b. strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kelautan dan perikanan; c. strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kehutanan; d. strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya pariwisata; e. strategi pengelolaan ruang pada kawasan permukiman; f. strategi pengelolaan ruang pada kawasan pertambangan; g. strategi pengelolaan ruang pada kawasan andalan dan kawasan andalan laut h. strategi pengelolaan ruang pada kawasan tertentu. Pasal 35 Strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya pertanian dan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a meliputi upaya untuk: a. mendukung ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis nasional; b. meningkatkan kualitas fungsi kawasan budidaya pertanian tanaman pangan dan perkebunan; c. mengatur pemanfaatan ruang untuk terwujudnya keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan demi menghindari terjadinya konflik kepentingan baik sosial ekonomi maupun fisik; d. mengatur pemanfaaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan secara efisien dan efektif bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan kegiatan usaha; e. mengatur pemanfaatan ruang untuk mendorong pengembangan industri pengolahan produk pertanian tanaman pangan dan perkebunan untuk meningkatkan nilai tambah. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 18
  • 20. Pasal 36 Strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kelautan dan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf b meliputi upaya untuk: a. mengoptimalkan pemanfaatan potensi kelautan, perikanan tangkap, dan perikanan budidaya secara berkelanjutan melalui pengembangan pusat-pusat kegiatan kelautan dan perikanan yang terpadu dengan pusat-pusat koleksi dan distribusi; b. mendorong peningkatan nilai tambah manfaat hasil-hasil perikanan yang didukung oleh fasilitas pelayanan informasi dan jasa terpadu serta industri pengolahan ikan yang memiliki dukungan akses yang baik ke pasar; c. mengembangkan kerjasama perdagangan/pemasaran dengan daerah-daerah produsen lainnya dan kerjasama perdagangan antar negara; d. mengelola pulau-pulau kecil yang secara berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Pasal 37 Strategi pengelolaan ruang kawasan budidaya kehutanan sebagaimana dimaksud pada dalam Pasal 34 huruf c meliputi upaya untuk: a. mewujudkan pengelolaan hutan lestari melalui pemantapan kondisi kawasan hutan, perencanaan, pengamanan dan perlindungan hutan yang terpadu melalui pengendalian penebangan liar dan penanggulangan kebakaran hutan serta rehabilitasi kawasan hutan kritis; b. memenuhi bahan baku industri hilir dengan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan pengembangan hutan rakyat; c. memperkuat kelembagaan masyarakat dalam rangka mitra sepaham pembangunan kehutanan dan peningkatan kesejahteraan; d. menghindari terjadinya konflik kepentingan/penguasaan lahan/kawasan hutan; e. mengembangkan kerjasama dengan lembaga peneliti lokal/regional /internasional dalam rangka mengembangkan produk hasil hutan; f. mendorong pengembangan industri pengolahan produk kehutanan untuk meningkatkan nilai tambah. Pasal 38 Strategi pengelolaan ruang pada kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf d didasarkan atas strategi untuk mengembangkan kawasan pariwisata tanpa merusak lingkungan hidup maupun budaya setempat. Pasal 39 (1) Strategi pengelolaan ruang pada kawasan-kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf e meliputi pusat-pusat permukiman perkotaan dan pusat-pusat permukiman perdesaan. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 19
  • 21. (2) Strategi pengelolaan ruang pada kawasan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi upaya untuk: a. mendorong pengembangan pusat-pusat permukiman perdesaan sebagai desa pusat pertumbuhan terutama wilayah desa yang mempunyai potensi cepat berkembang dan dapat meningkatkan perkembangan desa di sekitarnya; b. mendorong pengembangan permukiman sub-urban atau kota baru pada daerah peripheral kota-kota metropolitan dan kota besar untuk memenuhi kebutuhan perumahan pada kota-kota tersebut dan sekaligus berperan sebagai penyaring arus migrasi desa-kota. Pasal 40 Strategi pengelolaan ruang pada kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf f meliputi upaya untuk: a. mengembangkan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya energi dan mineral secara optimal dengan memperhatikan daya dukung lingkungan secara makro dan mikro; b. mencegah pemanfaatan sumber daya pertambangan secara ilegal terutama untuk mengurangi dampak lingkungan terhadap wilayah sekitarnya. Pasal 41 (1) Strategi pengelolaan ruang pada kawasan andalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf g meliputi upaya untuk: a. mengembangkan potensi sektor-sektor unggulan di setiap kawasan andalan secara optimal dengan memperhatikan prinsip-prinsip konservasi dan pembangunan berkelanjutan; b. merevitalisasi kawasan andalan di Pulau Papua sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah; c. memantapkan keterkaitan antar kota sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi kawasan; d. meningkatkan nilai tambah hasil-hasil produksi kawasan melalui pengembangan industri maritim, agroindustri, manufaktur, dan petrokimia; e. meningkatkan intensitas dan perluasan jangkauan promosi investasi kawasan, baik melalui kerjasama ekonomi bilateral antara Indonesia-Papua Nugini, Indonesia- Australia, kerjasama ekonomi sub regional segitiga pertumbuhan Brunei-Indonesia- Malaysia-Philipina, maupun kerjasama ekonomi internasional; f. meningkatkan fungsi dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana kawasan; g. meningkatkan aksesibilitas antar kota di dalam kawasan dan ke tujuan-tujuan pemasaran melalui keterpaduan pengembangan sistem transportasi antar moda; h. mengurangi dampak negatif pengembangan kawasan terhadap lingkungan sekitar; i. menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui penyederhanaan prosedur perizinan di kawasan andalan. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 20
  • 22. (2) Strategi pengelolaan ruang pada kawasan andalan laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf g meliputi upaya untuk: a. mengembangkan potensi sumberdaya kelautan secara optimal dengan memperhatikan prinsip-prinsip konservasi dan pembangunan berkelanjutan; b. mengembangkan pusat pengolahan hasil produksi kelautan untuk meningkatkan nilai tambahnya termasuk pengembangan pelabuhan khusus untuk mendukung kegiatan ekspor-impor; c. meningkatkan aksesibilitas dari kawasan andalan laut ke kota-kota di wilayah pesisir dan tujuan-tujuan pemasaran melalui pembangunan prasarana dan sarana transportasi; d. mengurangi dampak negatif pengembangan kawasan andalan laut terhadap kawasan lindung di sekitarnya; e. mengembangkan potensi dan fungsi pulau-pulau kecil atau gugus pulau sebagai pendorong kegiatan ekonomi lokal, regional, dan nasional melalui pengembangan investasi, terutama pada bidang pariwisata bahari. Pasal 42 (1) Untuk mendukung pemanfaatan ruang nasional telah ditetapkan kawasan tertentu sebagaimana disebutkan dalam RTRWN. (2) Pemanfaatan ruang pada kawasan konservasi keanekaragaman hayati di Pulau Papua meliputi upaya untuk: a. menjaga kelestarian keanekaragaman hayati, baik di dalam maupun di luar kawasan konservasi dari ancaman konversi lahan ke budidaya; b. meningkatkan nilai manfaat keanekaragaman hayati melalui pengembangan ekowisata. (3) Pemanfaatan ruang pada kawasan perbatasan lintas wilayah negara meliputi upaya untuk : a. menjaga dan mengamankan wilayah teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia di Pulau Papua, termasuk pulau-pulau kecil dan gugus kepulauan; b. mengembangkan kawasan perbatasan dengan menganut keserasian antara prinsip keamanan dan prinsip kesejahteraan masyarakat; c. mengembangkan kawasan perbatasan sebagai beranda depan sekaligus pintu gerbang menuju dunia internasional; d. mengembangkan pola-pola kerjasama pembangunan lintas batas dengan negara tetangga; e. mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan perbatasan secara selektif yang didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai; f. memaduserasikan struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan perbatasan dengan wilayah negara tetangga. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 21
  • 23. (4) Pemanfaatan ruang pada kawasan Timika meliputi upaya untuk: a. meminimalkan dampak negatif akibat kegiatan pertambangan untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar; b. meningkatkan hasil guna pertambangan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat; c. mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya mineral sesuai dengan daya dukung lingkungannya; d. mengembangkan dan menyebar sektor-sektor ikutan khususnya industri derivatif dari sektor pertambangan di daerah sekitarnya; e. membatasi eksploitasi pertambangan ke kawasan lindung; f. merehabilitasi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pertambangan; g. mengendalikan perkembangan permukiman penduduk di sekitar lokasi pertambangan. Bagian Keenam Program Pemanfaatan Ruang dan Pembiayaan Pasal 43 a. Program pemanfaatan ruang yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah provinsi disusun dengan mengacu pada RTR Pulau Papua. b. Penyusunan program pemanfaatan ruang dan pembiayaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan sistem dan mekanisme perencanaan pembangunan nasional dan daerah, yang disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan yang bersumber dari APBN, APBD maupun sumber-sumber pembiayaan lainnya yang sah. c. Program pemanfaatan ruang Pulau Papua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dijabarkan lebih lanjut ke dalam program Departemen/Badan/ Lembaga/Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan lingkup kewenangan masing-masing. d. Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme penyusunan program sektor dan daerah dalam rangka penjabaran RTR Pulau Papua lebih lanjut diatur dalam bentuk pedoman yang ditetapkan oleh Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang penataan ruang. Pasal 44 Indikasi program pembangunan sistem jaringan jalan Papua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 menurut prioritas penanganannya meliputi : (1) Pengembangan jaringan jalan di Pulau Papua menurut prioritas penanganannya meliputi: a. penanganan 11 ruas jalan strategis yaitu ruas-ruas: Nabire-Wagete-Enarotali, Jayapura-Nimbrokang-Sarmi, Serui-Menawi-Saubeba, Timika-Mapurujaya-Pomako, Jayapura-Wamena-Mulia, Merauke-Tanah Merah-Waropko, Hamadi-Holtekamp- Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 22
  • 24. Skouw (perbatasan dengan Negara Papua Nugini), Sorong-Klamono-Ayamaru- Maruni, Manokwari-Maruni-Mameh-Bintuni, Sorong-Makbon-Mega, Fakfak- Hurimber-Bomberay. Pasal 45 Indikasi program pembangunan Pengembangan sistem jaringan kereta api di Pulau Papua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 diwujudkan secara bertahap menurut prioritasnya: Jayapura-Sarmi, Sarmi-Nabire, Nabire-Manokwari, Manokwari-Sorong, Nabire-Timika, dan Merauke-Jayapura. Pasal 46 Indikasi program pembangunan jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan di Pulau Papua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 meliputi upaya untuk: b. mengarahkan pengembangan simpul jaringan penyeberangan lintas provinsi dengan interaksi kuat, meliputi: Sorong-Patani, Sorong-Wahai, Fak-fak-Wahai, Sorong-Biak, Timika-Dobo, dan Merauke-Dobo; c. mengarahkan pengembangan simpul jaringan penyeberangan lintas antar kabupaten/kota dengan interaksi kuat, meliputi: Biak Jayapura, Biak-Nabire, Serui- Biak, Serui-Nabire, Mapurajaya-Pomako, Tanah Merah-Merauke; d. mengarahkan pengembangan simpul jaringan penyeberangan lintas dalam kabupaten/kota dengan interaksi kuat, meliputi: Jefman-Kalobo, Sorong-Seget, Seget- Mogem, Seget-Taminabuan, Serui-Waren, Agats-Ewer, Biak-Numfor, Merauke-Atsy, Atsy-Asgon, Atsy-Agats, Merauke-Poo, Tanah Merah-Kepi. Pasal 47 Indikasi program pengembangan simpul jaringan prasarana pelabuhan laut sebagai bagian dari sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 menurut prioritas penanganannya meliputi: a. Pelabuhan Nasional di Manokwari, Sorong, Biak, Jayapura, Merauke, Pomako, dan Kaimana; b. Pelabuhan Nasional di Sorong diarahkan menjadi pelabuhan umum internasional dan pelabuhan khusus untuk komoditas migas dan perikanan. Pasal 48 Indikasi program pengembangan sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dilakukan secara dinamis dengan memperhatikan tatanan kebandarudaraan nasional dengan prioritas penanganan meliputi: a. Bandar udara pusat penyebaran dengan skala pelayanan sekunder untuk pengembangan wilayah dengan prioritas tinggi di Mopah – Merauke Frans Kaisepo – Biak dan Sentani – Jayapura; Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 23
  • 25. b. Bandar udara pusat penyebaran dengan skala pelayanan tersier untuk pengembangan wilayah dengan prioritas sedang di Frans Kaisepo – Biak, Rendani – Manokwari, Mopah – Merauke, Nabire – Nabire, Jeffman Domine Eduard Osok – Sorong, Timika – Timika, dan Wamena - Wamena; c. Bandar Udara bukan pusat penyebaran untuk pengembangan wilayah dengan prioritas sedang di Toreo-Fak-fak, Utarom, Bintuni, Ijahabra, Wasior, Babo, Anggi, Kebar, Ransiki, Inanwatan, Taminabuan, Ayawasi, Kambuaya (Ayawaru), Werur, Merdei, Kokonao, Akimuga, Ombano, Moanamani, Kebo, Waghete (Waghete Baru), Bilai, Bilorai, Enarotali, Sudjarwo, Tjondronegoro, Numfor, Tanah Merah, Kepi, Mindiptanah, Senggo, Bomakia, Ewer, Bade, Kamur, Kimam, Manggelum, Bokondini, Oksibil, Batom, Ilaga, Elelim, Illu, Karubaga, Kelila, Kiwirok, Tiom, Yuruf, Mulia, Mararena, Leleh, Molof, Dabra, Okaba, Senggeh, Ubrub, Waris, Klamono, Bako dan Manam. Pasal 49 Indikasi program pengembangan sistem prasarana jaringan prasarana energi dan tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 menurut prioritas penanganannya meliputi: pengembangan sistem jaringan prasarana energi dan tenaga listrik menurut prioritas penanganannya meliputi peningkatan kapasitas tenaga listrik pada PLTA Genyem, PLTD Biak, PLTD Fak-fak, PLTD Jayapura, PLTD Manokwari, PLTD Merauke, PLTD Nabire, PLTD Raha, PLTD Serui, PLTD Sorong, PLTD Timika, PLTM Prafi, PLTM Amai, PLTM Tatui, dan PLTM Ransiki. Pasal 50 Indikasi program pengembangan sistem pengelolaan Sumber Daya Air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 menurut prioritas penanganannya meliputi : h. penanganan wilayah-wilayah sungai yang berada pada kondisi kritis, yaitu Satuan Wilayah Sungai Mamberamo, Wasi-Kais Omba, dan Digul Bikuma; i. penerapan konsep “Satu Sungai, Satu Rencana, Satu Pengelolaan Terpadu” dari hulu hingga hilir; j. pemeliharaan, peningkatan dan perluasan jaringan irigasi teknis pada sentra-sentra produksi pangan nasional meliputi kawasan pertanian tanaman pangan, yang meliputi kawasan Inanwatan, Bintuni, Digul Bawah, Merauke, Manokwari, dan Nabire; k. penyediaan air baku untuk mendukung pengembangan kawasan budidaya perkebunan di Pulau Papua, meliputi kawasan Manokwari, Bintuni, Mimika, Kaimana, Nabire, Boven Digoel, Waropen, Sarmi, Jayapura, Kerom; l. perlindungan daerah tangkapan air, sempadan sungai, sempadan waduk dan danau dari pemanfaatan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku; m. penghutanan kembali kawasan-kawasan konservasi pada hulu danau-danau kritis di Pulau Papua, meliputi hulu Danau Sentani, Danau Ayamaru, Danau Bian, dan Danau Enarotali; Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 24
  • 26. n. pengendalian pencemaran sungai dan air permukaan lain secara ketat yang bersumber dari kegiatan pertambangan, permukiman perkotaan, pertanian, industri, dan kegiatan pariwisata. Pasal 51 Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 meliputi upaya untuk: a. mempertahankan luasan hutan lindung Pulau Papua dengan lokasi dan luasan yang diatur oleh departemen terkait; b. mencegah terjadinya erosi dan/atau sedimentasi pada kota-kota atau kawasan- kawasan budidaya khususnya yang berada pada kelerengan terjal; c. memanfaatkan kawasan bergambut yang mempunyai kedalaman kurang dari 3 meter melalui pemanfaatan yang berkelanjutan; d. mempertahankan keberadaan zona-zona resapan air di Pulau Papua; e. mempertahankan dan meningkatkan keberadaan hutan mangrove di Cagar Alam Teluk Bintuni, Taman Nasional Lorentz bagian selatan, Kabupaten Sorong bagian selatan, Teluk Cendrawasih, dan sebelah utara Waropen. Pasal 52 Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 meliputi upaya untuk: a. menetapkan kawasan sempadan pantai sebagai kawasan berfungsi lindung pada RTRW Provinsi, Kabupaten/Kota; b. menetapkan kawasan sempadan sungai sebagai kawasan berfungsi lindung pada RTRW Provinsi, Kabupaten/Kota, meliputi Satuan Wilayah Sungai Memberamo, Wasi-Kais Omba, Eilanden Edera, dan Digul Bikuma; c. menetapkan kawasan sekitar danau/waduk sebagai kawasan berfungsi lindung pada RTRW Provinsi, Kabupaten/Kota meliputi Danau Sentani, Danau Ayamaru, dan Danau Bian; d. menetapkan kawasan sekitar mata air sebagai kawasan berfungsi lindung pada RTRW Provinsi, Kabupaten/Kota. Pasal 53 Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan yang suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 meliputi upaya untuk: a. mengelola Cagar Alam yang meliputi CA Pegunungan Cyclops (22.500 ha), CA Enarotali (300.000 ha), CA Pulau Waigeo Barat (95.200 ha), CA Batanta Barat (16.749,08 ha), CA Pegunungan Arfak (68.325 ha), CA Salawati Utara (57.000 ha), CA Biak Utara (6.138,04 ha), CA Yapen Tengah (119.140,75 ha), CA Pulau Supriori (42.000 ha), CA Wondiboy (73.022 ha), CA Tamrau Selatan (350.000 Ha), CA Misool Selatan (84.000 ha), CA Teluk Bintuni (124.850,90 ha), CA Mioswar (11.089,35 ha), CA Sau Sapor (62.660 ha), CA Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 25
  • 27. Pegunungan Fakfak (34.391 ha), CA Pegunungan Kumawa (97.089, 38 ha), CA Bopol (92.704 ha), CA Wailan (22.000 ha), CA Kofiau (7.747 ha) ; b. mengelola Suaka Margasatwa dan Suaka Marga Satwa Laut yang meliputi SML Kep.Raja Ampat (60.000 ha), SML Sabuda Tataruga (5.000 ha), SML Kep Panjang (271.630 ha) SM Foja (2.018.000 ha), SM Jayawijaya (800.000 ha), SM Danau Bian (69.390 ha), SM Pulau Dolok (664.627,97 ha), SM Mubrani – Kaironi- Sidei – Wibain (9142,63 ha), SM Pulau Anggrameos (2.086,29 ha); c. mengelola Taman Nasional dan Taman Nasional Laut yang meliputi TNL Teluk Cendrawasih (1.453.500 ha), TN Lorentz (2.450.000 ha), TN Wasur (413.810 ha); d. mengelola Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Laut dan yang meliputi TWA Klamono (1.909,37 ha), TWA Beriat (9.193,75 ha), TWL Kep. Padaido (183.000 ha), TWA Teluk Yoteta (1.675 ha). Pasal 54 Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan rawan bencana lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 meliputi upaya untuk : a. kawasan rawan gempa bumi terutama di sebagian besar wilayah Papua meliputi pesisir utara Kota Manokwari, pesisir utara Pulau Papua, Nabire, P. Yapen, dan P. Biak; b. kawasan rawan banjir terutama di wilayah Sorong, Nabire, Waropen, Sarmi, Kabupaten dan Kota Jayapura, dan Merauke; c. kawasan rawan gerakan tanah atau longsor terutama di wilayah Jayapura bagian tengah, Manokwari, Fak Fak, Puncak Jaya, Jayawijaya, dan Pulau Waigeo; d. kawasan potensi terkena dampak kenaikan paras air laut akibat fenomena pemanasan global terutama di sepanjang pantai barat Papua, meliputi wilayah sepanjang Manokwari dan Mimika-Merauke. Pasal 55 Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan budidaya pertanian dan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 menurut prioritas penanganannya meliputi: a. sentra produksi pangan terutama di Kabupaten: Inanwatan, Bintuni, Digul Bawah, Wamena, Merauke, Nabire, Jayapura, dan Manokwari; b. sentra perkebunan terutama di Kabupaten: Manokwari, Bintuni, Mimika, Kaimana, Nabire, Waropen, Sarmi, Jayapura, Kerom, Merauke dan Boven Digoel. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 26
  • 28. Pasal 56 Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kelautan dan perikanan dalam Pasal 36 menurut prioritas penanganannya meliputi: a. perikanan budidaya laut di Kepulauan Raja Ampat, pesisir selatan Kabupaten Kaimana, Teluk Cenderawasih, dan Jayapura; b. pengembangan perikanan tangkap meliputi wilayah: (i) Laut Papua Utara dikembangkan untuk penangkapan ikan dengan pusat kegiatan di Sorong, Biak, dan Jayapura. (ii) Laut Kepala Burung – Teluk Bintuni dikembangkan untuk penangkapan ikan dengan pusat kegiatan di Sorong. (iii) Laut Papua Selatan dikembangkan untuk penangkapan ikan dengan pusat kegiatan di Timika, Merauke, dan Kaimana. c. perikanan budidaya air payau (tambak) di Sarmi, Sorong Selatan dan Yapen Waropen; d. perikanan budidaya air tawar (kolam) di Kabupaten Jayawijaya, Jayapura dan Manokwari. Pasal 57 Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kehutanan dalam Pasal 37 menurut prioritas penanganannya meliputi: g. pembangunan sentra produksi hasil hutan (kayu dan non kayu) di Kabupaten Sorong, Teminabuan, Manokwari, Bintuni, Fak fak, Kaimana, Nabire, Waropen, Enarotali, Mimika, Jayapura, Kerom, Sarmi, Yahukiumo, dan Boven Digoel; h. pengembangan kawasan hutan produksi sebagai sentra industri pengolahan hasil hutan (kayu dan non kayu) di Kota Sorong, Fak fak, Biak, Serui, Bintuni, dan Merauke; i. pembangunan kawasan hutan penunjang industri pariwisata di Kabupaten Sorong, Wondama, Enarotali, Mimika, Puncak Jaya, Wamena, Sarmi, Yahukiumo, Pegunungan Bintang, serta Merauke. Pasal 58 Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan budidaya pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 meliputi upaya untuk: a. mengembangkan wisata alam di TN Lorentz, TN Wasur, Raja Ampat dan Danau Sentani; b. mengembangkan wisata bahari di TWA Laut Kep. Padaido, Teluk Cenderawasih dan Pantai Tanjung Kasuari; c. mengembangkan pariwisata budaya terutama di Gua Abba, Biak, Pulau Doom, Bokondini, Lembah Baliem, Candi Kariwari, Jembatan Sinakma, serta Tanah Tingii Skyline. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 27
  • 29. Pasal 59 Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 meliputi upaya untuk: a. Kawasan pertambangan batubara, minyak bumi dan gas di sebagian besar Kabupaten Merauke, Timika, Kaimana, Fakfak, Bintuni, Teminabuan, Sorong, Manokwari, dan Pantai Utara Papua; b. Kawasan pertambangan bahan galian logam di Kabupaten Merauke, Timika, Manokwari, Sorong, Jayapura, Fak fak, Nabire, dan Pulau Waigeo. Pasal 60 (1) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan andalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) menurut prioritas penanganannya meliputi Kawasan Andalan Manokwari dsk, Fak-fak dsk, Sorong dsk, Timika (Tembagapura) dsk, Biak, Nabire dsk (Aran Moswaren, Legare), Merauke dsk, Memberamo-Lereh (Jayapura), serta Wamena dsk. (2) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan andalan laut sebagaimana dimaksud Pasal 41 ayat (2) menurut prioritas penanganannya meliputi: a. Kawasan andalan laut Teluk Cendrawasih-Biak, dsk; b. Kawasan andalan laut Jayapura-Sarmi, dsk; c. Kawasan andalan laut Raja Ampat-Bintuni, dsk; (3) Pemanfaatan ruang pada pulau-pulau kecil atau gugus pulau yang diprioritaskan penanganannya meliputi: P. Fani, P. Budd, P. Miossu, P. Bras, P. Fanildo, P. Bepondi, dan P. Liki. Pasal 61 (1) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 meliputi upaya untuk: a. Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati; b. Kawasan Perbatasan RI (Papua) dengan Papua Nugini, Australia, dan Palau; c. Kawasan Timika (2) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf a meliputi upaya untuk melindungi wilayah-wilayah yang memiliki keanekaragaman hayati, terutama: habitat terumbu karang (Raja Ampat), habitat mangrove (Teluk Bintuni), kawasan peneluran penyu laut (Manokwari-Saukorem dan Pulau Yapen bagian Timur-Kurudu). (3) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf b meliputi: a. wilayah daratan Papua dengan Papua Nugini dan wilayah laut Papua dengan Australia dan Palau; Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 28
  • 30. b. pulau-pulau kecil terluar pada kawasan perbatasan negara RI dengan Palau meliputi P. Brass, P. Liki, P. Bepondi, P. Fanildo, P. Fani, dll; c. pengembangan pelayanan penunjang kegiatan perdagangan internasional, baik berskala kecil hingga besar; d. penerapan insentif dan disinsentif untuk pengembangan kawasan perbatasan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. (4) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan Timika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf c meliputi: a. Kawasan pertambangan yang didukung oleh Kota Timika sebagai kota utama serta kota-kota Tembagapura, Mimika, dan Amamapare sebagai kota pendukung; b. Kegiatan pertambangan dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan sekitar, terutama untuk melindungi Taman Nasional Lorentz; c. Peningkatan sarana dan prasarana Kota Timika untuk mendukung pengembangannya sebagai pusat kegiatan pertambangan dan pengembangan kegiatan industri derivatif lainnya yang dapat memberikan nilai tambah bagi hasil- hasil pertambangan; d. Pengembangan Bandara Timika untuk mendukung pemasaran hasil industri di kawasan Timika; e. Pengembangan pelabuhan laut Timika untuk tujuan ekspor-impor; f. Pengembangan kawasan Timika sebagai pusat pelayanan ekowisata ke Taman Nasional Lorentz. BAB IV STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Bagian Pertama Strategi Pengawasan Pasal 62 (1) Pengawasan pemanfaatan ruang Pulau Papua pada tingkat nasional dilakukan melalui Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional. (2) Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional sebagaimana dimaksud melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pemanfaatan ruang Pulau Papua. (3) Kinerja pemanfaatan ruang sebagai hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Presiden secara berkala sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun. (4) Tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi dikoordinasikan oleh Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional setelah memperoleh arahan Presiden. (5) Departemen/Badan/Lembaga/Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah wajib melaksanakan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (4). Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 29
  • 31. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara monitoring dan evaluasi serta tindak lanjutnya diatur dengan Pedoman yang ditetapkan oleh Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang penataan ruang. Pasal 63 (1) Pengawasan pemanfaatan ruang Pulau Papua pada tingkat provinsi dikoordinasikan oleh Gubernur. (2) Untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur membentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah. (3) Badan Koordinasi Tata Ruang Daerah sebagaimana dimaksud ayat (2) melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pemanfaatan ruang Pulau Papua. (4) Gubernur melaporkan penyelenggaraan pemanfaatan ruang Pulau Papua pada wilayah administratifnya kepada Presiden melalui Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional perihal secara berkala sekurang-kurangnya dua kali setahun. Bagian Kedua Strategi Penertiban Pasal 64 (1) Penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang Pulau Suawesi dilaksanakan melalui pengenaan sanksi menurut ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Bentuk sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi sanksi administratif, sanksi pidana, dan sanksi perdata. Pasal 65 (1) Dalam rangka penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang dilaksanakan pemeriksaan dan penyelidikan. (2) Pemeriksaan dan penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan menurut peraturan perundang-undangan. (3) Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota wajib membantu proses pemeriksaan dan penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui penyediaan data dan informasi yang berkaitan dengan pelanggaran pemanfaatan ruang. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 30
  • 32. BAB V KELEMBAGAAN DAN PERAN MASYARAKAT Bagian Pertama Umum Pasal 66 (1) Lingkup kelembagaan dalam rangka pelaksanaan strategi pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Papua meliputi aspek organisasi kerja sama pembangunan lintas provinsi, peran Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional, peran Gubernur, mekanisme pemberian insentif dan disinsentif dan pembinaan. (2) Lingkup peran masyarakat dalam pelaksanaan strategi pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Papua meliputi peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Bagian Kedua Kelembagaan Pasal 67 (1) Gubernur se-Papua dapat membentuk lembaga kerjasama pembangunan lintas provinsi dalam rangka koordinasi, fasilitasi, mediasi, dan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Papua. (2) Tata kerja lembaga kerjasama pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur berdasarkan kesepakatan para Gubernur. (3) Pembiayaan dalam penyelenggaraan kerjasama pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada APBN, APBD Provinsi dan sumber lainnya yang tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 68 (1) Koordinasi, fasilitasi, mediasi, dan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Papua dalam lingkup nasional dilakukan melalui Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional. (2) Mekanisme koordinasi, fasilitasi, mediasi, dan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Papua dalam lingkup nasional ditetapkan oleh Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang penataan ruang. (3) Ketua Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional melaporkan kinerja pemanfaatan ruang Pulau Papua kepada Presiden secara berkala sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun. Pasal 69 (6) Gubernur melaksanakan koordinasi, fasilitasi, sinkronisasi, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan RTR Pulau Papua pada masing-masing wilayah administratifnya. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 31
  • 33. (7) Untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur membentuk dan atau memfungsikan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah. (8) Dalam hal terjadi konflik pemanfaatan ruang lintas sektor dan lintas wilayah provinsi, penyelesaiannya dilakukan melalui mekanisme koordinasi yang melibatkan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, lembaga kerjasama pembangunan lintas provinsi se-Papua, dan Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional. (9) Gubernur melaporkan kepada Presiden melalui Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional perihal penyelenggaraan pemanfaatan ruang Pulau Papua pada wilayah administratifnya secara berkala sekurang-kurangnya dua kali setahun. Pasal 70 (1) Pemerintah dapat memberikan insentif kepada pemerintah provinsi, kabupaten dan kota dalam setiap upaya untuk mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan ruang sebagaimana tertuang dalam RTR Pulau Papua. (2) Rekomendasi pemberian insentif kepada pemerintah provinsi oleh Pemerintah, didasarkan pada hasil penilaian kinerja pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh Tim Teknis yang ditunjuk dengan Keputusan Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang penataan ruang. (3) Rekomendasi pemberian insentif kepada pemerintah Kabupaten/Kota didasarkan pada hasil penilaian kinerja pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh Tim Teknis yang ditunjuk dengan Keputusan Gubernur. (4) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa penambahan dana alokasi khusus dan dana dekonsentrasi, pembangunan prasarana dan sarana, dan insentif lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk dan mekanisme pemberian insentif diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 71 (1) Pemerintah dapat memberikan disinsentif kepada pemerintah provinsi, kabupaten dan kota yang pemanfaatan ruang wilayahnya tidak sesuai dengan RTR Pulau Papua. (2) Rekomendasi pemberian disinsentif kepada pemerintah provinsi oleh Pemerintah, didasarkan pada hasil penilaian kinerja pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh Tim Teknis yang ditunjuk dengan Keputusan Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang penataan ruang. (3) Rekomendasi pemberian disinsentif kepada pemerintah Kabupaten/Kota didasarkan pada hasil penilaian kinerja pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh Tim Teknis yang ditunjuk dengan Keputusan Gubenur. (4) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengurangan dana alokasi khusus dan dana dekonsentrasi, pembangunan prasarana dan sarana, dan disinsentif lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 32
  • 34. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk dan mekanisme pemberian disinsentif diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 72 (10) Pembinaan dalam pelaksanaan RTR Pulau Papua diselenggarakan untuk menyelaraskan dan menyerasikan pemanfaatan ruang yang bersifat lintas wilayah provinsi dan lintas sektor. (11) Penyelenggaraan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang penataan ruang. Bagian Ketiga Peran Masyarakat Pasal 73 (1) Pemerintah berkewajiban mendorong peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang Pulau Papua. (2) Dalam upaya mendorong peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sosialisasi RTR Pulau Papua secara berkesinambungan. BAB III KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 74 (1) Rencana Tata Ruang Pulau Papua berlaku untuk jangka waktu 20 tahun sejak ditetapkan Peraturan Presiden ini. (2) RTR Pulau Papua dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun setelah berlakunya Peraturan Presiden ini. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara peninjauan kembali atas RTR Pulau Papua diatur dengan Pedoman yang ditetapkan oleh Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang penataan ruang. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 33
  • 35. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 75 (1) Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. (2) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal ... 2005 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Ttd SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta Pada tanggal ............... MENTERI HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA ttd HAMID AWALUDIN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ….. NOMOR …. Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) 34
  • 36. Lampiran II Peraturan Presiden Tentang RTR Pulau Papua: Strategi Pengembangan Sistem Pusat Permukiman di Pulau Papua NO NAMA KOTA FUNGSI KOTA JENIS PELAYANAN STRATEGI PENGEMBANGAN 1. Sorong PKN & PKSN Pusat Pelayanan • Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berorientasi Primer Jasa pada kegiatan produksi hasil perikanan tangkap, industri pengolahan hasil hutan, serta hasil Pemerintahan, pertambangan minyak dan gas bumi, batubara, dan bahan galian logam. Perikanan, • Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst) Pertambangan, dan fasilitas perdagangan untuk mendukung peran Sorong sebagai pusat pelayanan regional dan dan Industri. nasional melalui kerjasama dengan pihak swasta secara selektif. • Pembangunan pelabuhan perikanan serta sarana dan prasarana pendukung kegiatan perikanan guna mendorong Kota Sorong menjadi pusat kegiatan perikanan nusantara. • Mengembangkan kawasan industri pengolahan hasil hutan, bahan tambang dan perikanan tangkap yang komplementer dengan keberadaan Pelabuhan NasionalSorong yang diarahkan menjadi pelabuhan internasional. • Meningkatkan aksesibilitas kota Sorong ke sentra-sentra produksi di sekitarnya (Ayamaru, Teminabuan, Mega, Seget, Sausapor, Aimas, Waisai). • Meningkatkan aksesibilitas jaringan jalan Sorong-Klamono-Ayamaru-Maruni-Manokwari untuk mendukung proses koleksi dan distribusi kegiatan perekonomian. • Menyiapkan aturan pelaksanaan pembangunan kawasan perkotaan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW Kota • Menyiapkan rencana tata ruang kawasan Sorong dan sekitarnya untuk keterpaduan pembangunan sektor dan daerah otonom. 2. Jayapura PKN & PKSN Pusat pelayanan • Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas negara yang juga berfungsi sebagai primer jasa pusat pertumbuhan wilayah nasional dan sebagai outlet pemasaran produksi tanaman pangan, pemerintahan, hortikultura, tanaman tahunan, sentra produksi hasil hutan, bahan galian logam, , serta hasil administrasi perikanan. pelintas batas • Meningkatkan aksesibilitas menuju sentra-sentra produksi di wilayah sekitarnya melalui keterpaduan negara, sistem transportasi darat, diantaranya melalui pengembangan jaringan jalan Jayapura-Nimbrokang- perdagangan-jasa Sarmi dan Jayapura-Wamena-Mulia. dan transhipment • Mengembangkan kawasan industri pengolahan hasil-hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, point, Industri, pertambangan, serta perikanan yang komplementer dengan keberadaan Pelabuhan Nasional Jayapura dan Perikanan. Lampiran II Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) Lampiran Halaman - 1
  • 37. NO NAMA KOTA FUNGSI KOTA JENIS PELAYANAN STRATEGI PENGEMBANGAN dan Perikanan. pertambangan, serta perikanan yang komplementer dengan keberadaan Pelabuhan Nasional Jayapura dan Bandar Udara Sentani. • Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst) dan fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung sebagai pintu gerbang lintas negara. • Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang kawasan Jayapura dsk dengan kawasan perbatasan di wilayah Papua Nugini. • Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah negara tetangga. • Menyiapkan perangkat zoning regulation sebagai landasan pembangunan kegiatan perkotaan ikutan sekaligus sebagai landasan pengendalian pembangunan. 3. Manokwari PKW Pusat Pelayanan • Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berorientasi Sekunder Jasa pada aktivitas produksi pertanian tanaman pangan, perkebunan, sentra produksi hasil hutan, Pemerintahan, perikanan budidaya, serta hasil tambang. Kehutanan, • Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst) Perikanan, dan dan fasilitas perdagangan untuk mendukung peran Manokwari sebagai pusat pelayanan regional dan Pertambangan nasional melalui kerjasama dengan pihak swasta secara selektif. • Meningkatkan aksesibilitas kota Manokwari ke kota-kota utama lain melalui jaringan jalan Manokwari- Nabire serta Sorong-Ayamaru-Manokwari dengan keterpaduan sistem transportasi darat dan laut. • Meningkatkan aksesibilitas kota Manokwari ke sentra-sentra produksi di kawasan perdesaan (agropolitan) menuju outlet-outlet pemasaran (Pelabuhan Bintuni dan Pelabuhan Nasional Manokwari). • Mengembangkan pelabuhan perikanan untuk meningkatkan nilai tambah hasil produksi perikanan di Samudera Pasifik. • Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata ke TN Teluk Cendrawasih. 4. Merauke PKW &PKSN Pusat pelayanan • Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas negara yang juga berfungsi sebagai sekunder jasa pusat pertumbuhan wilayah nasional dan sebagai outlet pemasaran produksi tanaman pangan, pemerintahan, tanaman tahunan, perikanan tangkap, sentra industri pengolahan hasil hutan, pariwisata kehutanan, administrasi dan hasil tambang. pelintas batas • Meningkatkan aksesibilitas menuju sentra-sentra produksi di Bade, Muting, Kumbe, Okaba, Kimaam, negara, Mindiptana, dan Kepi melalui keterpaduan sistem transportasi darat, laut, dan udara. perdagangan- • Mengembangkan kawasan industri pengolahan hasil-hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan yang jasa, komplementer dengan keberadaan Pelabuhan Bade dan Pelabuhan Nasional Merauke. transhipment • Mengembangkan pelabuhan perikanan dan prasarana perikanan lainnya untuk meningkatkan nilai point Pertanian, tambah hasil produksi perikanan tangkap di Laut Arafura. Perkebunan, Lampiran II Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) Lampiran Halaman - 2
  • 38. NO NAMA KOTA FUNGSI KOTA JENIS PELAYANAN STRATEGI PENGEMBANGAN Perkebunan, tambah hasil produksi perikanan tangkap di Laut Arafura. Perikanan. • Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst) dan fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung sebagai pintu gerbang lintas negara. • Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang kawasan Merauke dsk dengan kawasan perbatasan di wilayah Papua Nugini. • Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah negara tetangga yaitu dengan Papua Nugini dan Australia. • Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata ecotourism ke TN Wasur. 5. Timika PKN Pusat Pelayanan • Diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan wilayah nasional yang mendorong pertumbuhan produksi Sekunder Jasa hortikultura, perikanan tangkap, hasil tambang (bahan galian logam dan batubara), serta hasil hutan. Pemerintahan, • Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst) Pertanian, dan fasilitas perdagangan untuk mendukung peran Timika sebagai pusat pelayanan regional dan Pertambangan, nasional melalui kerjasama dengan pihak swasta secara selektif. dan Industri. • Meningkatkan aksesibilitas antar kota melalui jaringan jalan Timika-Mapurujaya-Pomako, dan melalui jaringan sungai, laut dan udara, serta menuju outlet pemasaran di bagian barat Papua (Pelabuhan Pomako dan Bandar Udara Timika). • Mengembangkan kualitas pelayanan prasarana dan sarana kota berstandar Internasional (bandara, pelabuhan, telekomunikasi high-tech, kesehatan), termasuk dengan mendorong peran swasta yang lebih besar secara selektif. • Memperketat perijinan pelaksanaan pembangunan di sekitar TN Lorentz agar tidak mengganggu kelestarian lingkungannya 6. Tanah Merah PKSN Pusat pelayanan • Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas negara serta sebagai outlet pemasaran sekunder produksi hasil hutan dan hasil tambang. administrasi • Meningkatkan aksesibilitas di kawasan perbatasan, terutama jaringan jalan Merauke-Muting-Tanah pelintas batas Merah-Waropko. negara, • Mengembangkan kawasan industri pengolahan hasil hutan dan pertambangan. kehutanan, • Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, dst) pertambangan. dan fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung sebagai pintu gerbang lintas negara. • Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang kawasan Tanah Merah dsk dengan kawasan perbatasan di wilayah Papua Nugini. • Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah negara tetangga. Lampiran II Raperpres RTR Pulau Papua (versi 27 Desember 2005) Lampiran Halaman - 3