SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  23
1
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
NURLAILIS SAADAH
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
MODUL
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI,
BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH
Asuhan Neonatus dan Bayi dengan Resiko Tinggi dan
Penatalaksanaan
SEMESTER 4
KEGIATAN BELAJAR 6
ASUHAN NEONATUS DAN BAYI DENGAN
IKTERUS DAN HIPOGLIKEMI
2
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Kegiatan
Belajar 6
ASUHAN NEONATUS DAN BAYI
DENGAN IKTERUS DAN HIPOGLIKEMI
Setelah kegiatan belajat ini diharapkan saudara mampu memahami tentang konsep
dasar neonatus bayi dengan kejang
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini saudara akan dapat :
1. Menjelaskan asuhan neonatus ,bayi,balita dengan ikterus
2. Menjelaskan asuhan neonatus ,bayi,balita dengan hipoglikemia
Pada kegiatan belajar ini saudara akan mempelajari tentang :
pengertian ikterus, penyebab ikterus, patofisiologi ikterus, penatalaksanaan ikterus,
pengobatan ikterus, komplikasi ikterus, macam – macam ikterus, asuhan kebidanan
pada ikterus, pengertian hipoglikemi , penyebab dan mekanisme hipoglikemi, faktor
resiko hipoglikemi , asuhan neonatus dan bayi dengan hipoglikemi
Tujuan Pembelajaran Umum
Pokok - Pokok Materi
Tujuan Pembelajaran Khusus
3
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Uraian
Materi
Ikterus
Gambar: Bayi Kuning
Ikterus berati gejala kuning karena penumpukan bilirubin dalam aliran darah yang
menyebabkan pigmentasi kuning pada plasma darah yang menimbulkan perubahan
warna pada jaringan yang memperoleh banyak aliran darah tersebut. Jaringan
permukaan yang kaya elastin sperti sklera dan permukaan bawah lidah biasanya
pertama kali menjadi kuning. Ikhterus biasanya baru dapat dilihat kalau kadar bilirubin
serum mencapai 2-3 mg/dl. Kadar bilirubin serum normal 0,3-1 mg/dl.
Apakah penyebab dari ikterus pada bayi ?
Etiologi hiperbilirubin antara lain :
a. Peningkatan produksi
1.	Hemolisis, misalnya pada inkompibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah dan anak pada penggolongan rhesus dan ABO.
2.	Perdarahan tertutup pada trauma kelahiran.
3.	Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat
pada bayi hipoksia atau asidosis.
4.	Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase )
5.	Breast milk jaundice yang disebabkan oleh kekurangannya pregnan 3 (alfa), 20
(beta), diol (sterid).
6.	Kurangnya enzim glukoronil transferase, sehingga kadar bilirubin indirek meningkat
misalnya pada BBLR.
7.	Kelainan kongenetal.
b.	Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya
hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya sulfadiazine.
c.	Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin
yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi, toksoplasmasis,
sifilis
4
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
d.	Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra hepatik
e.	Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya pada ileus obstruktif.
Apa sajakah patofisiologi dari penyakit ikterus pada bayi ?
Kurang lebih 80%-85% bilirubin berasal dari penghancuran eritrosit tua. Sisanya 15%-
20% bilirubin berasal dari penghancuran eritrosit muda karena proses eritropoesis yang
inefektif di sumsum tulang, hasil metabolisme protein yang mengandung heme lain
seperti sitokrom P-450 hepatik, katalase, peroksidase, mioglobin otot dan enzim yang
mengandung heme dengan distribusi luas.
Gangguan metabolisme bilirubin dapat terjadi lewat salah satu dari keempat
mekanisme ini :
Over produksi, penurunan ambilan hepatic, penurunan konjugasi hepatic, penurunan
eksresi bilirubin ke dalam empedu (akibat disfungsi intrahepatik atu obtruksi mekanik
ekstrahepatik).
1. Over produksi
Peningatan jumlah hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah yang sudah tua
atau yang mengalami hemolisis akan meningkatkan produksi bilirubin. Penghancuran
eritrosit yang menimbulkan hiperbilirubinemia paling sering akibat hemolisis
intravaskular (kelainan autoinum, mikroangiopati atau hemoglobinopati) atau akibat
resorbsi hematom yang besar. Ikterus yang timbul sering disebut hemolitik.
Konjugasi dan transfer bilirubin berlangsung normal, tetapi suplai bilirubin tak
terkonjugasi melampaui kemampuan sel hati. Akibatnya bilirubin ta terkonjugasi
tidak larut dalam air maka tidak dapat dieksresikan ke dalam urine dan tidak terjadi
bilirubinuria. Tetapi pembentukan urobilinogen meningkat yang mengakibatkan
peningkatan ekskresi dalam urine feses (warna gelap).
Beberapa penyebab ikterus hemolitik : Hemglobin abnormal ( cickle sel anemia
hemoglobin),kelainaneritrosit(sferositosisheriditer),antibodiserum(Rh.Inkompatibilitas
transfusi), obat-obatan.
2. Penurunan ambilan hepatik
Pengambilan bilirubin tak terkonjugasi dilaukan dengan memisahkannya dari albumin
danberkaitandenganproteinpenerima.Beberapaobat-obatansepertiasamflavaspidat,
novobiosin dapat mempengaruhi uptake ini.
3. Penurunan konjugasi hepatik
Terjadi gangguan bilirubin sehingga terjadi peingkatan bilirubin tak terkonjugasi. Hal
ini disebabkan defisiensi enzim glukoronil transferase. Terjadi pada : Sindrom Gilberth,
Sindroma Crigler Najjar I, Sindroma Crigler Najjar II.
4. Penurunan eksresi bilirubin ke dalam empedu (akibat disfungsi intraheptik
atau obstruksi mekanik ekstrahepatik)
Gangguan eksresi bilirubin dapat disebabkan oleh kelainan intrahepatik dan
ekstrahepatik, tergantung eksresi bilirubin terkonjugasi dan ekstrshpatik, tergantung
ekskresi bilirubin terkonjugasi ole hepatosit akan menbulkan masuknya kembali bilirubin
ke dalam sirkulasi sistemik sehingga timbul hiperbilirubinemia. Kelinan hepatoselular
dapat berkaitan dengan : reaksi obat, hepatitis alkhoholik serta pelemakan hati oleh
alkohol. Ikterus pada trimester terakhir kehamilan hepatitis virus, sindroma dubin
5
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
johnson dan rotor, ikhterus pasca bedah.
Obstruksi saluran bilier ekstrshepatik akan menimbulkan hiperbilirubinemia teknjugasi
yang disertai bilirubinuria. Obstruksi saluran nilier ekstrahepatik dapat total maupun
parsial. Obstruksi total dapat disertai tinja yng alkoholik. Penyebab tersering obstruksi
bilierekstrahepatikadalah:sumbatanbatuempedupadaujungbawahductuskoledokus,
karsinoma kaput pankreas, karsinoma ampula vateri, striktura pasca peradangan atau
operasi
Bagaimanakah penatalaksanaan dari kasus ikterus pada bayi ?
Berdasarkan pada penyebabnya maka manajemen bayi dengan hiperbilirubinemia
diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia.
Penobatan mempunyai tujuan :
a. Menghilangkan anemia
b. Menghiangkan antibodi maternal dan eritrosit teresensitisasi.
c. Meningkatkan badan serum albumin.
d. Menurunkan serum bilirubin.
Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, tranfusi pengganti, infus
albumin dan terapi obat.
1. Fototerapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri
atau dikombinasi dengan transfuse
pengganti untuk menurunkan
bilirubin. Memaparkan neonatus
pada cahaya dengan intensitas
yang tinggi (a bound of fluorescent
light bulbs or bulbs in the blue
light spectrum) akan menurunkan
bilirubin dalam kulit. Fototerapi
menurunkan kadar bilirubin dengan
cara memfasilitasi ekskresi bilirubin
tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika
cahaya yang diabsorbsi jarigan
merubah bilirubin tak terkonjugasi
menjad dua isomer yang disebut
fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak
dari jaringan ke pembuluh darah
melalui mekanisme difusi. Di
dalam darah fotobilirubin berkaita
dengan albumin dan di kirim ke hati.
Fotobilirubin kemudian bergerak ke
empedu dan di ekskresikan ke dalam
duodenum untuk dibuang bersama
feses tanpa proses konjugasi oleh
ati. Hasil fotodegradasi terbentuk
ketika sinar mengoksidasi bilirubin
dapat dikeluarkan melalui urine.
Gambar: Fototerapi
6
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Fototerapi mempunyai perana dalam pencegahan peningkatan kadar bilirubin, tetapi
tiak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan
anemia. Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/
dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dai1000 gram harus difototerapi
dengan konsentrasi bilirubin 5mg/dl. Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan
fototerapi profilaksasi pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan
lahir rendah.
2. Transfusi pengganti
Transfusi penggnti atau imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1) Tinter anti R lebih dari 1 : 16 pada ibu
2) Penyakit hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3) Penyakit hemolisis pad bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4) Kadar bilirubin direk lebih besar 3,5 mg/dl di minggu pertama.
5) Serum bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam pertama.
6) Hemoglobin kurang dari 12 gr/dl.
7) Bayi pada resiko terjadi kern ikterus.
Tranfusi pengganti dugunakan untuk :
1)	Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak suscepatible (rentan) terhadap sel
darah merah terhadap antibodi maternal.
2)	Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan).
3)	Menghilangkan serum bilirubin.
4)	Meningkatkan albumin bebas bilirbin dan meningkatkan keterkaitan dengan bilirubin.
Pada Rh inkomptabilitas diperlukan transfusi darah golongan O segera ( kurang dari
2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan
antigen B. Setiap 4-8 jam kadar bilirubin harus di cek. Hemoglobin harus diperiksa setiap
hari sampai stabil.
3. Terapi obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan
konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini fkt baik diberikan pad iu hamil
untuk beberapa harisampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan
phenobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya
(letargi). Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine
sehingga menurunkan siklus enterohepatika.
Penggolongan hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi ikhterus :
1) Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
Penyebab ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya kemungkinan dapat
disusun sebagai berikut :
a) Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau glongan lain.
b) Infeksi intra uterin (Virus, Toksoplasma, Sifilis dan kadang-kadang Bakteri)
c) Kadang –kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.
7
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Pemeriksaan yang perlu dilakukan :
a). Kadar bilirubin serum berkala.
b). Darah tepi lengkap.
c). Golongan darah ibu dan bayi.
d). Test Coombs
e). Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakan darah atau biopsi hepar bila perlu.
2) Ikterus yang timbul 24-72jam sesudah lahir.
a)	Biasanya ikterus fisiologis.
b)	Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau golongan lain.
Hal ini diduga kalau kenaikan kadar bilirubin cepat misalnya melebihi 5mg% per 24
jam.
c)	Defisiensi enzim G6PD atau enzim eritrosit lain juga masi mungkin.
d)	Polisetimia
e)	Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan subaponeurosis, perdarahan hepar,
sub kapsula dan lain-lain).
Bila keadaan bayi baik da peningkatannya cepat maka pemeriksaan yang dilakukan :
a). Pemeriksaan darah tepi.
b). Pemeriksaan darah bilirubin berkala.
c). Pemeriksaan skrining enzim G6PD.
d). Pemeriksaan lain bila perlu.
3) Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama.
a)	Sepsis
b)	 Dehidrasi dan Asidosis
c)	 Defisiensi Enzim G6PD
d)	 Pengaruh obat-obat.
e)	Sindroma).
f)	 Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.
4)	 Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya :
a)	 Karena ikterus obstruktif
b)	Hipotiroidisme
c)	 Breast milk Jaundice
d)	Infeksi
e)	 Hepatitis Neonatal
f)	Galaktosemia
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan :
a). Pemeriksaan bilirubin berkala.
b). Pemeriksaan darah tepi.
c). Skrining enzim G6PD.
d). Biarkan darah, biopsi hepar bila ada indikasi.
8
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Bagaimana pengobatan pada kasus ikterus ?
Pada ikterus ringan sampai sedang, dalam 1-2 minggu bayi dapat mengeluarkan
bilirubin dengan sendirinya. Pada kadar bilirubin yang tinggi dapat dilakukan fototerapi-
pengobatan dengan sinar khusus yang membantu pengeluaran bilirubin dengan
memecahkan bilirubin sehingga lebih mudah di metabolisme oleh hati bayi.
Pemberian ASI atau nutrisi serig untuk membantu bayi mengeluarkan bilirubin melali
tinja. Pada kasus sangat berat transfusi tukar merupakan suatu pertimbangan.
Apa saja komplikasi dari kasus ikterus ?
Terjadi kern ikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengkapan bilirubin indirek pada
otak. Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak
mau menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary
movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya opistotonus.
Meliputi apa saja macam – macam dari ikterus ?
1. Ikterus Fisiologis
ikterus fisiologis menurut Tarigan (2003) dan Callhon (1996) dalam Schwats (2005)
adalah ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Timbul pada hari kedua-ketiga.
b. Kadar bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus
cukup bulan dan 10 mg% per hari pada kurang bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.
d. Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg%.
e. Ikterus hilang pada 10 hari pertama.
f. Tidak mempunyai dasar patologis
Sebagai neonatus, terutama bayi prematur, menunjukkan gejala ikterus pada hari
pertama ikterus ini biasanya timbul pada hari ke dua, kemudian menghilang pada hari
ke sepuluh, atau pada akhir minggu ke dua. Bayi dengan gejala ikterus ini tidak sakit
dan tidak memerlukan pengobatan, kecuali dalam pengertian mencegah terjadinya
penumpukan bilirubin tidak langsung yang berlebihan ikterus dengan kemungkinan
besar menjadi patologik dan memerlukan pemeriksaan yang mendalam antara lain :
Gambar: Ikterus Fisiologis
9
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
a.	Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama.
b.	Bilirubin serum meningkat lebih dari 5 mg% per hari.
c.	Bilirubin melebihi 10mg% pada bayi cukup bulan.
d.	Bilirubin melebihi 15 mg% pada bayi prematur.
e.	Ikterus yang menetap sesudah minggu pertama.
f.	Ikterus dengan bilirubin langsung melebihi 1 mg% pada setiap waktu.
g.	Ikterus yang mempunyai hubungan dengan penyakit hemoglobin, infeksi, atau suatu
keadaan patologik lain yang telah diketahui.
2. Ikterus pathologis/hiperbilirubinemia
Ikterus patologis/hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi
bilirubin dalam darah mencapai nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern
ikteruskalautidakditanggulangidenganbaikataumemunyaihubungandengankeadaan
yang patologis. Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia
dengan karakteristik sebgai berikut :
a. Menurut Surasmi (2003) bila :
1.	Ikteus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
2.	Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau > setiap 24 jam.
3.	Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada neonatus < bulan dan 12,5 %
pada neonatus cukup bulan.
4.	Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, deisiensi enzim G6PD dan
sepsis).
5.	Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia, hipoksia,
sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperosmolalitas darah.
b. Menurut Tarigan (2003), adalah :
Suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan
baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan
hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12 mg % pada cukup bulan, dan 15 mg
% pada bayi yang kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg % dan 15 mg %.
Ikterus patologik dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu :
a.	Meningkatnya produksi bilirubin, sehingga melampaui batas kemampuan hepar
untuk dikeluarkan.
b.	Faktor-faktor yang menghalangi itu menadakan obstruksi pengeluaran bilirubin.
c.	Faktor yang mengurangi atau menghalangi kemampuan hepar untuk mengadakan
konjugasi bilirubin.
3. Ikterus Hemolitik
Pada umumnya merupakan suatu golongan penyakit yang disebut Erythroblastosis
foetalis atau Morbus Harolitik Neonatorum ( Hemolytic disease of the new born ). Penyait
hemolitik ini biasanya disebabkan leh inkompatibilitas golongan darah itu dan bayi.
a. Inkompatibilitas Rhesus
Penyakit ini sangat jarang terdapat di indonesia. Penyakit ini terutama terdapat di
negeri barat karena 15% penduduknya mempunyai golongan darah rhesus negatif.
10
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Di indonesia, dimana penduduknya hapir 100% rhesus positif, terutama terdapat
dikota besar, tempat adanya pencampuran penduduk dengan orang barat. Walaupun
demikian, kadang-kadang dilakukan transfusi tukar darah pada bayi dengan ikterus
karena antagonismus rhesus, dimana tidak didapatkan campuran darah dengan orang
asing pada susunan keluarga orang tuanya.
Bayirhesus positif dari rhesus negatif tidak selamanya menunjukkan gejala klinik pada
waktu lahir, tetapi dapat terlihat ikterus pada hari pertama kemudian makin lama makin
berat ikterusnya, disertai dengan anemia yang makin lama makin berat pula. Bila mana
sebelum kelahiran terdapat hemolisis yang berat maka bayi dapat lahir dengan oedema
umum disertai ikterus dan pebesaran hepar dan lien ( hydropsfoetalis ).
Tetapiditujukanuntukmemperbaikianemiadanmengeluarkanbilirubinyangberlebihan
dalam serum, agar tidak terjadi Kern Ikterus.
b. Inkompatibilitas ABO
Penderita ikterus akibat hemolisis karena inkom patibilitas golongan darah ABO lebih
sering ditemukan di indonesia dai pada inkom patiilitas Rh. Transfusi tukar darah pada
neonatus ditunjukkan untuk mengatasi hiperbilirubinemia karena defisiensi G-6-PD
dan Inkompatibilitas ABO. Ikterus dapat terjadi pada hari pertama dan ke dua yang
sifatnya biasanya ringan. Bayi tidak tampak sakit, anemianya ringan, hepar dan lien
tidak membesar, ikterus dapat menghilang dalam beberapa hari. Kalau hemolisisnya
berat, sering kali diperlukan juga transfusi tukar darah untuk mencegah terjadinya Kern
Ikterus. Pemeriksaan yang perlu dilakukan ialah pemeriksaan kadar bilirubin serum
sewaktu-waktu.
c. Ikterus hemolitik karena incompatiblitas golongan darah lain
Selain inkompatibilitas darah golongan Rh dan ABO, hemolisis dapat pula terjadi bila
terdapat inkompatibilitas darah golongan Kell, Duffy, MN, dan lain-lain. Hemolisis dan
ikterus biasanya ringan pada neonatus dengan ikterus hemolitik, dimana pemeriksaan
kearah inkompatibilitas Rh dan ABO hasilnya negatif, sedang coombs test positif,
kemungkinan ikterus akibat hemolisis inkompatibilitas golongan darah lain.
d. Penyakit hemolitik dengan kelainan eritrosit kongenital.
Golongan penyakit ini dapat menimbulkan gambaran klinik yang menyerupai
eritroblasthosis foetalis akibat isoimunisasi. Pada penyakit ini coombs test biasanya
negatif. Beberapa penyakit lain yang dapat disebut ialah sperositosis kogenital, anemia
sel sabit (sichle-cell anemia), dan elyptocytosis herediter.
e.	Hemolisis karena diferensi enzim glukosa-6-phosphat dehydrogenase ( G-6-PD
defeciency)
Penyakit ini mungkin banyak terdapat di indonesia tetapi angka kejadiannya belum
diketahui dengan pasti defisiensi G-6-PD ini merupakan salah satu sebab utama ikterus
neonatorum yang memerlukan transfusi tukar darah. Ikterus walaupun tidak terdapat
faktor oksigen, misalnya obat-obat sebagai faktor pencetusnya walaupun hemolisis
merupakan sebab ikterus pada defesiensi G-6-PD, kemungkinan besar ada faktor lain
yang ikut berperan, misalnya faktor kematangan hepar.
f. Ikterus Obstruktiva
11
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Obstruksi dalam penyaluran empedu dapat terjadi didalam hepar dan di luar hepar.
Akibat obstruksi itu terjadi penumpukan bilirubin tidak langsung dan bilirubin langsung.
Bila kadar bilirubin langsung melebihi 1 mg %, maka harus curiga akan terjadi hal-hal
yang menyebabkan obstruksi, misalnya hepatitis, sepsis, pyelonephritis, atau obstruksi
saluran empedu peningkatan kadar bilirubin langsung dalam serum, walaupun kadar
bilirubin total masih dalam batas normal, selamanya berhubungan dengan keadaan
patologik. Bisa terjadi karena sumbatan penyaluran empedu baik dalam hati maupun
luar hati. Akibatnya kadar bilirubin direk maupun indirek meningkat. Bila sampai dengan
terjadi obstruksi (penyubatan) penyaluran empedu maka pengaruhya adalah tindakan
operatif, bila keadaan bayi memungkinkan.
g. Kern Ikterus
Encephalopatia oleh bilirubin merupakan satu hal yang sangat diakui sebagai komplikasi
hiperbilirubinemia. Bayi-bayi yang mati dengan ikterus berupa ikterus yang berat,
letargia tidak mau minum, muntah-muntah, sianosis, opisthotonus dan kejang. Kadang
gejala klinik ini tidak ditemukan dan bayi biasanya meninggal karena serangan apnoea.
Kernicterus biasanya disertai dengan meningkatnya kadar bilirubin tidak langsung dalam
serum. Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi kernicterus.
Pada bayi prematur batas yang dapat dikatakan cuman ialah 18 mg % kecuali bila kadar
albumin serum lebih dari 3 gr %. Pada neonatus yang menderita hyipolia, asidosis,
dan hypoglycaemia kernicterus dapat terjadi walaupun kadar bilirubin < 16 mg %.
Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar darah bila kadar
bilirubin tidak langsung mencapai 20 mg %.
Bagaimana asuhan kebidanan pada ikterus ?
1. Data Subtektif
a. Ikterus berarti gejala kuning karena penumpukan bilirubin dalam aliran darah
yang menyebabkan pigmentasi kuning pada plasma darah yang menimbulkan
perubahan warna pada jaringan yang memperoleh banyak aliran darah tersebut.
Jaringan permukaan yang kaya elastin seperti sklera dan permukaan bawah lidah
biasanya pertama kali menjadi kuning.
b. Ikterus biasanya baru dapat dilihat kalu kadar bilirubin serum mencapai 2-3 mg/dl.
Kadar bilirubin serum normal 0,3-1 mg/dl.
c. Ikterus fisiologis ini memiliki tanda – tanda sebagai berikut :
a). Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir.
b). Kadar bilirubin inderect tidak lebih dari 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan
12
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
c). Kecepatan kadar peningkatan bilirubin tidak lebih dari 5 mg% per hari
d). Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%	
e). Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
f). Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.
d. Ikterus patolgis mempunyai tanda dan gejala sebagai berikut :
a). Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
b). Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5
mg% pada neonatus cukup bulan.
c). Peningkatan bilirubin melebihi 5mg% per hari
d). Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
e). Kadar bilirubin direct lebih dari 1 mg%.
f). Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
2. Data Oyektif
a.	Pemeriksaan fisik : kuning pucat, urine pekat, letargi, penurunan kekuatan otot
(hipotonia), penurunan refleks menghisap, gatal, tremor, convulsio (kejang perut),
dan menangis dengan nada tinggi.
b.	Pemeriksaanpsikologis:efekdarisakitbayi:gelisah,tidakkooperatif/sulitkooperatif,
merasa asing.
c.	Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan bilirubin berkala, test golongan darah ibu
dan bayi, serta test Coombs.
3. Diagnosa Masalah
Ikterus
4 Intervensi
a. Ikterus fisiologis
1.	 Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal lainnya.
2.	 Lakukan perawatan bayi sehari-hari, seperti :
•	 Memandikan
•	 Melakukan perawatan tali pusat
•	 Membersihkan jalan nafas.
•	 Menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30 menit.
3.	 Ajarkan ibu cara :
•	 Memandikan bayi
•	 Melakukan perawatan tali pusat
•	 Menjaga agar bayi tidak hipotermi
•	 Menjemur bayi dii bawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30 menit.
4.	 Jelaskan pentingnya hal-hal seperti :
•	 Memberikan ASI sedini dan sesering mungkin
•	 Menjemur bayi di bawah sinar matahari dengan kondisi telanjang selama 30 menit,
15 menit dalam posisi terlentang dan 15 menit sisanya dalam posisi tengkurap.
•	 Memberikan asupan makanan bergizi tinggi bagi ibu.
•	 Menganjurkan ibu dan pasangan untuk ber-KB sesegera mungkin
•	 Menganjurkan ibu untuk tidak minum jamu
5.	Apabila ada tanda ikterus yang lebih parah ( misalnya feses berwarna putih keabu-
abuan dan liat seperti dempul), anjurkan ibu untuk segera membawa bayinya ke
13
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
puskesmas.
6.	Anjurkan ibu untuk kontrol setelah 2 hari.
b. Ikterus patologis
1. Berikan ASI secara adekuat
2. Lakukan fototerapi
•	 Bayi telanjang, kedua mata ditutup, sedangkan posisinya diubah-ubah setiap 6
jam.
•	 Suhu tubuh bayi dipertahankan sekitar 36,5-37oC
•	 Perhatikan keseimbangan elektrolit
•	 Pemeriksaan Hb teratur setiap hari
•	 Pemeriksaan bilirubin darah setiap hari atau dua hari, setelah terapi sebanyak 3
kali dalam sehari.
•	 Lama terapi 100 jam atau bila kadar bilirubin darah sudah mencapai ≤ 7,5 mg%.
3. Transfusi pengganti
•	 Kosongkan lambung bayi (3-4 jam sebelum jaringan diberi minum, bila
memungkinkan 4 jam sebelumnya diberi infus albumin 1 gram/KgBB atau plasma
manusia 210 ml/KgBB)
•	 Lakukan tehnik aseptik pada daerah tindakan.
•	 Awasi selalu tanda-tanda vital dan jaga agar jangan sampai kedinginan.
•	 Bila tali pusat masih segar, potong ± 3-5 cm dari dinding perut. Bila tali pusat sudah
kering, potong rata dengan dinding perut untuk mencegah bahaya perdarahan
tali pusat, lalu buat jahitan laso di pangkal pusat.
•	 Kateter polietilen diisi dengan lartan heparin kemudian salah satu ujungnya
dihubungkan dengan semprit tiga cabang, sedangkan ujung yang lain dimasukkan
dalam vena umbilikus sedalam 4-5 cm.
•	 Periksa tekanan pada vena umbilikalis dengan mencabut ujung luar dan
mengangkat kateter naik + 6 cm.
•	 Dengan mengubah-ubah keran pada semprit tiga cabang, lakukan penukaran
dengan cara mengeluarkan 20 ml darah dan memasukkan 20 ml darah. Demikian
berulang-ulang sampai jumlah total yang keluar adalah 190 ml/kbBB dan darah
yang masuk adalah 170 ml/kgBB. Selama proses pertukaran, semprit harus sering
dibilas dengan heparin.
•	 Setelah darah masuk sekitar 150 ml, lanjutkan dengan memasukkan Caglukonat
10% sebanyak 1,5 ml, dan perhatian denyut jantung bayi. Apabila lebih dari 100
kali per menit waspadai adanya henti jantung.
•	 Bila vena umbilikalis tak dapat dipakai, maka gunakan vena safena magna ± 1 cm
di bawah ligamentum inguinal dan medical dari arteri femoralis.
•	 Pascatindakan : vena umbilikalis dikompres, kateter dapat ditinggalkan lalu ditutup
secara steril, berikan antibiotik spektrum luas, misalnya kombinasi penisilin 50.000
U/kgBB per hari dengan kamnancin 15 mg/kgBB selama 5-7 hari, pemeriksaan Hb
dan bilirubin darah dilakukan setiap 12 jam, diberikan terapi sinar.
4. Terapi obat
•	 Phenobarbital
•	 Coloistrin
14
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Hipoglikemia
Untuk setiap neonatus manapun, kadar glukosa <45 mg/dl dianggap tidak normal.
Sering gejala tidak jelas/asimptomatik, Semua dokter / petugas bidan perlu mewaspadai
kemungkinan adanya hipoglikemia.
Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius.
Apa saja penyebab dan mekanisme Hipoglikemia pada bayi ?
a. Berkurangnya simpanan glukosa dan menurunkan produksi glukosa
1. Neonatus yang mempunyai risiko untuk keadaan ini:
• SGA
• Bayi prematur atau lebih bulan.
• Neonatus yang mengalami penundaan pemberian asupan.
• Neonatus yang menderita asfiksia perinatal
• Neonatus dengan hipotermia dan atau stres dingin
2. Peningkatan pemakaian glukosa: Hiperinsulinisme
b. Neonatus yang berisiko untuk keadaan ini:
• IDM (ibu DM) – BMK < besar masa kehamilan >
• Neonatus dengan polisitemia
• Neonatus yang menderita eritroblastosis fetalis
c. Peningkatan pemakaian glukosa (hiperinsulinisme).
d. Kedua mekanisme telah disebutkan di atas.
e. Lain-lain :
• Insufisiensi adrenal
• Sepsis
• Penyakit penyimpanan glikogen (glycogen storage)
• Transfusi tukar
• Penyakit jantung kongenital – hipopituitarisme congenital
Apa faktor risiko hipoglikemia pada neonatus ?
a. Bayi dari ibu dengan diabetes (IDM)
b. Neonatus yang besar untuk masa kehamilan (BMK)
c. Neonatus yang kecil untuk masa kehamilan (KMK)
d. Bayi prematur dan lebih bulan
e. Neonatus sakit atau stres (sindrom gawat nafas, hipotermia).
f. Neonatus puasa
g. Neonatus dengan polisitemia
h. Neonatus dengan eritroblastosis
15
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Pengkajian:
a.	Kasus bisa menunjukkan gejala ataupun tidak. Kecurigaan tinggi harus selalu
diterapkan dan selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus dengan faktor risiko.
1)	 Tidak tenang, gerakan tak beraturan (jittering)
2)	Sianosis
3)	 Kejang atau tremor
4)	 Letargi dan sulit menyusui
5)	 Asupan yang buruk
b. Diagnosis Hipoglikemia pada Neonatus
1)	Untuk mencegah abnormalitas perkembangan syaraf, identifikasi dan pengobatan
tepat waktu untuk hipoglikemia adalah sangat penting.
2)	Pemantauan glukosa di tempat tidur adalah tindakan tepat untuk penapisan dan
deteksi awal.
3)	Hipoglikemia harus dikonfirmasi oleh nilai serum dari laboratorium jika
memungkinkan.
c. Intervensi Hipoglikemia pada Neonatus
1.	 Pencegahan paling penting
2.	 Perawatan kasus Asimtomatik dan Simptomatik
d. Mencegah agar gula darah tidak turun
1.	Jika bayi masih bisa menetek à inta ibu untuk tetap meneteki
2.	Jika bayi tidak bisa menetek tapi masih bisa menelan à beri ASI peras dengan cangkir
kecil atau sendok atau ditetesi dengan pipet. Berikan kira-kira 50 ml sebelum
dirujuk,jika tidak memungkinkan beri susu pengganti atau air gula.
3.	Jika bayi tidak bisa menelan à beri 50 ml ASI peras, susu pengganti atau air gula
melalui pipa lambung kecuali bayi dengan klasifikasi gangguan saluran cerna
4.	Jika bayi dengan klasifikasi gangguan sal cerna à jika memungkinkan segera beri
infus dekstrose 5% , kemudian rujuk segera
e. Cara memberi infus dekstrose 5%
Umur Jumlah cairan/kgBB/hari
1 ml = 20 tetes makro = 60 tetes mikro
1-7 hari 80 ml
8-14 hari 150 ml
≥ 15 hari 200 ml
f. Cara membuat air gula :
•	 Larutkan gula sebanyak 2 sendok the (10 gram) ke dalam 1 gelas berisi air matang
sebanyak 200 ml, aduk sampai rata
g. Intervensi Hipoglikemia Neonatus di RS
1. Memantau Kadar Glukosa Darah Semua neonatus berisiko tinggi harusditapis:
	Pada saat lahir
	30 menit setelah lahir
	Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian minum berjalan
16
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
baik dan kadar glukosa normal tercapai
2. Pencegahan Hipoglikemia
	Menghindari faktor risiko yang dapat dicegah (misalnya hipotermia).
	Pemberian makan enteral merupakan tindakan preventif tunggal paling penting
	Jika bayi tidak mungkin menyusui, mulailah pemberian minum gavage dalam
waktu 1-3 jam setelah lahir.
	Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya sampai asupannya
penuh dan tiga kali pengukuran normal sebelum pemberian minum berada di
atas 40-45 mg/dl.
	Jika ini gagal, terapi IV dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar glukosa
dipantau.
3. Perawatan Hipoglikemia
	Koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg dengan dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan
diberikan melalui IV selama 5 menit dan diulang sesuai keperluan.
	Infus tak terputus (continual) glukosa 10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg/menit
harus dimulai.
	Pemantauan glukosa di tempat tidur (bed side) secara sering diperlukan untuk
memastikan bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang memadai.
	Pemantauan glukosa di tempat tidur (bed side) secara sering diperlukan untuk
memastikan bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang memadai.
h. Infus Glukosa pada Neonatus
Kecepatan Infus Glukosa (GIR)
Kecepatan Infus Glukosa (GIR) dihitung menurut formula berikut:
GIR (mg/kg/min) = Kecepatan cairan (cc/jam) x konsentrasi Dextrose (%)
6 x berat (Kg)
17
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Rangkuman
Ikterus pada bayi disebabkan oleh peningkatan produksi bilirubin, gangguan
transportasi, gangguan fungsi hati, gangguan ekskresi dan peningkatan
sirkulasi,enterohepatik.Terapi hyperbilirubinemia bias dilaksanakan dengan
foto terapy, trannfusi pengganti ,infuse albumin dan terapi obat.Sedangkan
hypoglikemi adalah masalah metabolic yang bersifat sementara akibat
kekurangan produksi glukosa karena kurangnya depo glikogen
18
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Evaluasi
Formatif
Petunjuk :
1.Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X)
2.Pilihlah jawaban :
A.	 jika jawaban 1,2 dan 3 benar
B.	 jika jawaban 1 dan 3 benar
C.	 jika jawaban 2 dan 4 benar
D.	 jika jawaban 4 benar
E.	 jika jawaban 1,2,3 dan 4 benar semua atau salah semua
1 Etiologi ikterus antara lain kecuali
A.	Tenosis
B.	 Perdarhan tertutup pada trauma kelahiran
C.	 Defisiensi G6PD
D.	 Breaot milk joundicl
E.	 Bayi tidak bisa minum
2 Terapi hiperbilirubin antara lain
1.	 Foto terapi
2.	 Transfusi pengganti
3.	 Infus albumin
4.	 Di jemur di terik matahari
3 3. Penggolongan ikterus antra lain :
A. Ikterus timbul di 24 jam pertama
B. Ikterus timbul di 24-72 jam pertama
C. Ikterus timbul di >72 jam pertama
D. Ikterus timbul akhir minggu pertama
E. Ikterus timbul di awal minggu pertama
4 Pemeriksaan laboratoium yang perlu dilakukan
1.	 Pemeriksan bilirubin berkala
2.	 Pemeriksaan darah tepi
3.	 Skrining enzim G6PD
4.	 Biopsi hepar
5 Macam –macam ikterus
1. Ikterus isiologis
2. Ikterus ringan
3. Ikterus patologis
4. Ikterus berat
19
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
6 Faktor resiko hipoglikemi pada neonatus
1. Bayi dan ibu dengan DM
2. Neonatus puasa
3. Bayi prematur lebih bulan
4. Neonatus sehat
7 Pembagian hipoglikemi kecuali
1. Hindari faktor resiko
2. Pemberian makan eksternal
3. Beri minum bayi
4. Beri selimut hangat
8 Penyebab hipogikemi
1.	 Neonatus yang stres
2.	 Bayi prematur lebih bulan
3.	 Pemindaan pemberian asupan
4.	 Neonatus dengan asfiksia perinatal
9 Pada pengkajian neonatus dengan hipoglikemi adalah
1. Tidak tenang
2. Sianosis
3. Kejang /tremor
4. Nutrisi baik
10 Perawatan bayi dengan hipoglikemi kecuali
1. Infus glukosa 10% 6-8 tetes/menit
2. Pemantauan glukosa di tempat tidur
3. Inful RL selang seling dengan glukosa 10%
4. Koreksi segera dengan fokus200 mg/kg
5. Infus dextrose 105,2 cc/kg N selama 5 menit
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT KEGIATAN BELAJAR 6
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian
akhir Kegiatan Belajar 6, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban
yang benar adalah:
90% - 100%		 : baik sekali
80% - 89%		 : baik
70% -79%		 : cukup
kurang dari 70%	 : kurang
Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda Bagus! Anda telah
menyelesaikan Kegiatan Belajar 6 ini. Tetapi jika pencapaian Anda kurang dari 80%,
maka sebaiknya ulangilah Kegiatan Belajar 6, terutama bagian-bagian yang belum Anda
kuasai!
20
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
TUGAS
Selamat, saudara telah menyelesaikan kegiatan belajar 6 dan sekaligus sebagai kegiatan
belajar terakhir pada modul 8 ini…..sekarang coba anda kerjakan tugas berikut :
1. Jelaskan tanda tanda ikterus pada bayi yg saudara ketahui.?
2. Jelaskan pula penyebab dari hypoglikemi yang sudah saudara pelajari..?
KUNCI JAWABAN
1.	E
2.	A
3.	E
4.	E
5.	B
6.	A
7.	A
8.	E
9.	 A
10.	C
21
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Tugas
Mandiri
•	 Akhir semester ini saudara dinas di RS (PKK 1). Anda amati segala sesuatu yang anda
temui di ruang praktek tersebut terutama yang berkaitn dengan identifikasi bayi /
neonatus dengan resiko tinggi.
•	 Saudara lihat dan identifikasi serta buat laporan tentang kondisi bayi tersebut dan
tindakan yang diberikan., kemudian buat laporanya dan serahkan ke pembimbing
saudara
22
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis, Lippincott , New York
Fakultas Kedokteran UI, 2000, Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid 2, Jakarta: Medica
Aesculapius.
Marino (1991), ICU Book, Lea & Febiger, London
Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta
Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC
Suparman (1988), Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia, Jakarta
Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta: CV. Sagung Seto
Wong and Whaley (1996) Peiatric Nursing ; Clinical Manual, Morsby, Philadelpia
Daftar
Pustaka
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS)
2015

Contenu connexe

Tendances

Hiperbilirubin
HiperbilirubinHiperbilirubin
Hiperbilirubin
tiofanni
 
HIPOGLIKEMIA PADA ANAK
HIPOGLIKEMIA PADA ANAKHIPOGLIKEMIA PADA ANAK
HIPOGLIKEMIA PADA ANAK
Kindal
 
Askep anak dgn dm
Askep  anak dgn dmAskep  anak dgn dm
Askep anak dgn dm
Sumadin1112
 
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit dan pengaruh penyakit terhadap kehamilan
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit dan pengaruh penyakit terhadap kehamilanPengaruh kehamilan terhadap penyakit dan pengaruh penyakit terhadap kehamilan
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit dan pengaruh penyakit terhadap kehamilan
Rofi'ah Muwafaqoh
 

Tendances (20)

Ikterus Neonatorum
Ikterus NeonatorumIkterus Neonatorum
Ikterus Neonatorum
 
Mengenali bayi kuning dan penanganannya
Mengenali bayi kuning dan penanganannyaMengenali bayi kuning dan penanganannya
Mengenali bayi kuning dan penanganannya
 
ikterik
ikterikikterik
ikterik
 
Asuhan Keperawatan HIPERBILIRUBIN
Asuhan Keperawatan HIPERBILIRUBINAsuhan Keperawatan HIPERBILIRUBIN
Asuhan Keperawatan HIPERBILIRUBIN
 
Kb 6 asuhan ikterus dan hipoglikemi
Kb 6 asuhan ikterus dan hipoglikemiKb 6 asuhan ikterus dan hipoglikemi
Kb 6 asuhan ikterus dan hipoglikemi
 
Ikterus Neonatorum
Ikterus NeonatorumIkterus Neonatorum
Ikterus Neonatorum
 
Rkik1
Rkik1Rkik1
Rkik1
 
Neonatal jaudice
Neonatal jaudiceNeonatal jaudice
Neonatal jaudice
 
Asuhan neonatus, bayi, dan balita
Asuhan neonatus, bayi, dan balitaAsuhan neonatus, bayi, dan balita
Asuhan neonatus, bayi, dan balita
 
Hiperbilirubin
HiperbilirubinHiperbilirubin
Hiperbilirubin
 
Ikterus neonatorum (1)
Ikterus neonatorum (1)Ikterus neonatorum (1)
Ikterus neonatorum (1)
 
HIPOGLIKEMIA PADA ANAK
HIPOGLIKEMIA PADA ANAKHIPOGLIKEMIA PADA ANAK
HIPOGLIKEMIA PADA ANAK
 
Askep anak dgn dm
Askep  anak dgn dmAskep  anak dgn dm
Askep anak dgn dm
 
Hiperbilirubin
HiperbilirubinHiperbilirubin
Hiperbilirubin
 
DIABETES MELLITUS IN PREGNANCY
DIABETES MELLITUS IN PREGNANCYDIABETES MELLITUS IN PREGNANCY
DIABETES MELLITUS IN PREGNANCY
 
Ikterus neonatorum
Ikterus neonatorumIkterus neonatorum
Ikterus neonatorum
 
146195298 case-ikterus-jess-08-27-2
146195298 case-ikterus-jess-08-27-2146195298 case-ikterus-jess-08-27-2
146195298 case-ikterus-jess-08-27-2
 
skrining dalam kehamilan
skrining dalam kehamilanskrining dalam kehamilan
skrining dalam kehamilan
 
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit dan pengaruh penyakit terhadap kehamilan
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit dan pengaruh penyakit terhadap kehamilanPengaruh kehamilan terhadap penyakit dan pengaruh penyakit terhadap kehamilan
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit dan pengaruh penyakit terhadap kehamilan
 
Power point Hiperemesis Gravidarum
Power point Hiperemesis GravidarumPower point Hiperemesis Gravidarum
Power point Hiperemesis Gravidarum
 

Similaire à Kb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemi

Askep anak balita ikterus
Askep anak balita ikterusAskep anak balita ikterus
Askep anak balita ikterus
Mansur Aurel
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterusAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterusAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Operator Warnet Vast Raha
 
Menyusui bagi anak (page15)
Menyusui bagi anak (page15)Menyusui bagi anak (page15)
Menyusui bagi anak (page15)
REISA Class
 
Ikterik neonatus
Ikterik neonatus Ikterik neonatus
Ikterik neonatus
EndahPentiannisa2
 
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Operator Warnet Vast Raha
 
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Operator Warnet Vast Raha
 

Similaire à Kb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemi (20)

Asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin
Asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubinAsuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin
Asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin
 
Askep anak balita ikterus
Askep anak balita ikterusAskep anak balita ikterus
Askep anak balita ikterus
 
TAZKIA IBU WULAN PPT HIPERBIL.pptx
TAZKIA IBU WULAN PPT HIPERBIL.pptxTAZKIA IBU WULAN PPT HIPERBIL.pptx
TAZKIA IBU WULAN PPT HIPERBIL.pptx
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterusAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterusAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
 
Tgas pa dokter bainudin
Tgas pa dokter bainudinTgas pa dokter bainudin
Tgas pa dokter bainudin
 
Rkk1
Rkk1Rkk1
Rkk1
 
Menyusui bagi anak (page15)
Menyusui bagi anak (page15)Menyusui bagi anak (page15)
Menyusui bagi anak (page15)
 
Ikterik neonatus
Ikterik neonatus Ikterik neonatus
Ikterik neonatus
 
Bab2
Bab2Bab2
Bab2
 
Bidan widya
Bidan widyaBidan widya
Bidan widya
 
Kernikterus
KernikterusKernikterus
Kernikterus
 
PPT Metabolisme Bilirubin.pptx
PPT Metabolisme Bilirubin.pptxPPT Metabolisme Bilirubin.pptx
PPT Metabolisme Bilirubin.pptx
 
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
 
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
 
Ikterus (kuning) pada bayi baru lahir
Ikterus (kuning) pada bayi baru lahirIkterus (kuning) pada bayi baru lahir
Ikterus (kuning) pada bayi baru lahir
 
Ikterus (kuning) pada bayi baru lahir
Ikterus (kuning) pada bayi baru lahirIkterus (kuning) pada bayi baru lahir
Ikterus (kuning) pada bayi baru lahir
 
16_HYPERBILIRUBIAEMIA.ppt
16_HYPERBILIRUBIAEMIA.ppt16_HYPERBILIRUBIAEMIA.ppt
16_HYPERBILIRUBIAEMIA.ppt
 
Ikterus files of_drsmed_fkur
Ikterus files of_drsmed_fkurIkterus files of_drsmed_fkur
Ikterus files of_drsmed_fkur
 
Mini research ikterus neonatorum
Mini research ikterus neonatorum Mini research ikterus neonatorum
Mini research ikterus neonatorum
 

Plus de pjj_kemenkes

Plus de pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 

Dernier

ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
marodotodo
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
fidel377036
 

Dernier (15)

081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 

Kb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemi

  • 1. 1 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 NURLAILIS SAADAH Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) MODUL ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH Asuhan Neonatus dan Bayi dengan Resiko Tinggi dan Penatalaksanaan SEMESTER 4 KEGIATAN BELAJAR 6 ASUHAN NEONATUS DAN BAYI DENGAN IKTERUS DAN HIPOGLIKEMI
  • 2. 2 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Kegiatan Belajar 6 ASUHAN NEONATUS DAN BAYI DENGAN IKTERUS DAN HIPOGLIKEMI Setelah kegiatan belajat ini diharapkan saudara mampu memahami tentang konsep dasar neonatus bayi dengan kejang Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini saudara akan dapat : 1. Menjelaskan asuhan neonatus ,bayi,balita dengan ikterus 2. Menjelaskan asuhan neonatus ,bayi,balita dengan hipoglikemia Pada kegiatan belajar ini saudara akan mempelajari tentang : pengertian ikterus, penyebab ikterus, patofisiologi ikterus, penatalaksanaan ikterus, pengobatan ikterus, komplikasi ikterus, macam – macam ikterus, asuhan kebidanan pada ikterus, pengertian hipoglikemi , penyebab dan mekanisme hipoglikemi, faktor resiko hipoglikemi , asuhan neonatus dan bayi dengan hipoglikemi Tujuan Pembelajaran Umum Pokok - Pokok Materi Tujuan Pembelajaran Khusus
  • 3. 3 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Uraian Materi Ikterus Gambar: Bayi Kuning Ikterus berati gejala kuning karena penumpukan bilirubin dalam aliran darah yang menyebabkan pigmentasi kuning pada plasma darah yang menimbulkan perubahan warna pada jaringan yang memperoleh banyak aliran darah tersebut. Jaringan permukaan yang kaya elastin sperti sklera dan permukaan bawah lidah biasanya pertama kali menjadi kuning. Ikhterus biasanya baru dapat dilihat kalau kadar bilirubin serum mencapai 2-3 mg/dl. Kadar bilirubin serum normal 0,3-1 mg/dl. Apakah penyebab dari ikterus pada bayi ? Etiologi hiperbilirubin antara lain : a. Peningkatan produksi 1. Hemolisis, misalnya pada inkompibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan rhesus dan ABO. 2. Perdarahan tertutup pada trauma kelahiran. 3. Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis. 4. Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase ) 5. Breast milk jaundice yang disebabkan oleh kekurangannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta), diol (sterid). 6. Kurangnya enzim glukoronil transferase, sehingga kadar bilirubin indirek meningkat misalnya pada BBLR. 7. Kelainan kongenetal. b. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya sulfadiazine. c. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi, toksoplasmasis, sifilis
  • 4. 4 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan d. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra hepatik e. Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya pada ileus obstruktif. Apa sajakah patofisiologi dari penyakit ikterus pada bayi ? Kurang lebih 80%-85% bilirubin berasal dari penghancuran eritrosit tua. Sisanya 15%- 20% bilirubin berasal dari penghancuran eritrosit muda karena proses eritropoesis yang inefektif di sumsum tulang, hasil metabolisme protein yang mengandung heme lain seperti sitokrom P-450 hepatik, katalase, peroksidase, mioglobin otot dan enzim yang mengandung heme dengan distribusi luas. Gangguan metabolisme bilirubin dapat terjadi lewat salah satu dari keempat mekanisme ini : Over produksi, penurunan ambilan hepatic, penurunan konjugasi hepatic, penurunan eksresi bilirubin ke dalam empedu (akibat disfungsi intrahepatik atu obtruksi mekanik ekstrahepatik). 1. Over produksi Peningatan jumlah hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah yang sudah tua atau yang mengalami hemolisis akan meningkatkan produksi bilirubin. Penghancuran eritrosit yang menimbulkan hiperbilirubinemia paling sering akibat hemolisis intravaskular (kelainan autoinum, mikroangiopati atau hemoglobinopati) atau akibat resorbsi hematom yang besar. Ikterus yang timbul sering disebut hemolitik. Konjugasi dan transfer bilirubin berlangsung normal, tetapi suplai bilirubin tak terkonjugasi melampaui kemampuan sel hati. Akibatnya bilirubin ta terkonjugasi tidak larut dalam air maka tidak dapat dieksresikan ke dalam urine dan tidak terjadi bilirubinuria. Tetapi pembentukan urobilinogen meningkat yang mengakibatkan peningkatan ekskresi dalam urine feses (warna gelap). Beberapa penyebab ikterus hemolitik : Hemglobin abnormal ( cickle sel anemia hemoglobin),kelainaneritrosit(sferositosisheriditer),antibodiserum(Rh.Inkompatibilitas transfusi), obat-obatan. 2. Penurunan ambilan hepatik Pengambilan bilirubin tak terkonjugasi dilaukan dengan memisahkannya dari albumin danberkaitandenganproteinpenerima.Beberapaobat-obatansepertiasamflavaspidat, novobiosin dapat mempengaruhi uptake ini. 3. Penurunan konjugasi hepatik Terjadi gangguan bilirubin sehingga terjadi peingkatan bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini disebabkan defisiensi enzim glukoronil transferase. Terjadi pada : Sindrom Gilberth, Sindroma Crigler Najjar I, Sindroma Crigler Najjar II. 4. Penurunan eksresi bilirubin ke dalam empedu (akibat disfungsi intraheptik atau obstruksi mekanik ekstrahepatik) Gangguan eksresi bilirubin dapat disebabkan oleh kelainan intrahepatik dan ekstrahepatik, tergantung eksresi bilirubin terkonjugasi dan ekstrshpatik, tergantung ekskresi bilirubin terkonjugasi ole hepatosit akan menbulkan masuknya kembali bilirubin ke dalam sirkulasi sistemik sehingga timbul hiperbilirubinemia. Kelinan hepatoselular dapat berkaitan dengan : reaksi obat, hepatitis alkhoholik serta pelemakan hati oleh alkohol. Ikterus pada trimester terakhir kehamilan hepatitis virus, sindroma dubin
  • 5. 5 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan johnson dan rotor, ikhterus pasca bedah. Obstruksi saluran bilier ekstrshepatik akan menimbulkan hiperbilirubinemia teknjugasi yang disertai bilirubinuria. Obstruksi saluran nilier ekstrahepatik dapat total maupun parsial. Obstruksi total dapat disertai tinja yng alkoholik. Penyebab tersering obstruksi bilierekstrahepatikadalah:sumbatanbatuempedupadaujungbawahductuskoledokus, karsinoma kaput pankreas, karsinoma ampula vateri, striktura pasca peradangan atau operasi Bagaimanakah penatalaksanaan dari kasus ikterus pada bayi ? Berdasarkan pada penyebabnya maka manajemen bayi dengan hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia. Penobatan mempunyai tujuan : a. Menghilangkan anemia b. Menghiangkan antibodi maternal dan eritrosit teresensitisasi. c. Meningkatkan badan serum albumin. d. Menurunkan serum bilirubin. Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, tranfusi pengganti, infus albumin dan terapi obat. 1. Fototerapi Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse pengganti untuk menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi (a bound of fluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan menurunkan bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorbsi jarigan merubah bilirubin tak terkonjugasi menjad dua isomer yang disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berkaita dengan albumin dan di kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan ke dalam duodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh ati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine. Gambar: Fototerapi
  • 6. 6 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Fototerapi mempunyai perana dalam pencegahan peningkatan kadar bilirubin, tetapi tiak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan anemia. Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/ dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dai1000 gram harus difototerapi dengan konsentrasi bilirubin 5mg/dl. Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan fototerapi profilaksasi pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir rendah. 2. Transfusi pengganti Transfusi penggnti atau imediat diindikasikan adanya faktor-faktor : 1) Tinter anti R lebih dari 1 : 16 pada ibu 2) Penyakit hemolisis berat pada bayi baru lahir. 3) Penyakit hemolisis pad bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama. 4) Kadar bilirubin direk lebih besar 3,5 mg/dl di minggu pertama. 5) Serum bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam pertama. 6) Hemoglobin kurang dari 12 gr/dl. 7) Bayi pada resiko terjadi kern ikterus. Tranfusi pengganti dugunakan untuk : 1) Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak suscepatible (rentan) terhadap sel darah merah terhadap antibodi maternal. 2) Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan). 3) Menghilangkan serum bilirubin. 4) Meningkatkan albumin bebas bilirbin dan meningkatkan keterkaitan dengan bilirubin. Pada Rh inkomptabilitas diperlukan transfusi darah golongan O segera ( kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan antigen B. Setiap 4-8 jam kadar bilirubin harus di cek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil. 3. Terapi obat Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini fkt baik diberikan pad iu hamil untuk beberapa harisampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan phenobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus enterohepatika. Penggolongan hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi ikhterus : 1) Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama. Penyebab ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya kemungkinan dapat disusun sebagai berikut : a) Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau glongan lain. b) Infeksi intra uterin (Virus, Toksoplasma, Sifilis dan kadang-kadang Bakteri) c) Kadang –kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.
  • 7. 7 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Pemeriksaan yang perlu dilakukan : a). Kadar bilirubin serum berkala. b). Darah tepi lengkap. c). Golongan darah ibu dan bayi. d). Test Coombs e). Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakan darah atau biopsi hepar bila perlu. 2) Ikterus yang timbul 24-72jam sesudah lahir. a) Biasanya ikterus fisiologis. b) Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau golongan lain. Hal ini diduga kalau kenaikan kadar bilirubin cepat misalnya melebihi 5mg% per 24 jam. c) Defisiensi enzim G6PD atau enzim eritrosit lain juga masi mungkin. d) Polisetimia e) Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan subaponeurosis, perdarahan hepar, sub kapsula dan lain-lain). Bila keadaan bayi baik da peningkatannya cepat maka pemeriksaan yang dilakukan : a). Pemeriksaan darah tepi. b). Pemeriksaan darah bilirubin berkala. c). Pemeriksaan skrining enzim G6PD. d). Pemeriksaan lain bila perlu. 3) Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama. a) Sepsis b) Dehidrasi dan Asidosis c) Defisiensi Enzim G6PD d) Pengaruh obat-obat. e) Sindroma). f) Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert. 4) Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya : a) Karena ikterus obstruktif b) Hipotiroidisme c) Breast milk Jaundice d) Infeksi e) Hepatitis Neonatal f) Galaktosemia Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan : a). Pemeriksaan bilirubin berkala. b). Pemeriksaan darah tepi. c). Skrining enzim G6PD. d). Biarkan darah, biopsi hepar bila ada indikasi.
  • 8. 8 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Bagaimana pengobatan pada kasus ikterus ? Pada ikterus ringan sampai sedang, dalam 1-2 minggu bayi dapat mengeluarkan bilirubin dengan sendirinya. Pada kadar bilirubin yang tinggi dapat dilakukan fototerapi- pengobatan dengan sinar khusus yang membantu pengeluaran bilirubin dengan memecahkan bilirubin sehingga lebih mudah di metabolisme oleh hati bayi. Pemberian ASI atau nutrisi serig untuk membantu bayi mengeluarkan bilirubin melali tinja. Pada kasus sangat berat transfusi tukar merupakan suatu pertimbangan. Apa saja komplikasi dari kasus ikterus ? Terjadi kern ikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengkapan bilirubin indirek pada otak. Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya opistotonus. Meliputi apa saja macam – macam dari ikterus ? 1. Ikterus Fisiologis ikterus fisiologis menurut Tarigan (2003) dan Callhon (1996) dalam Schwats (2005) adalah ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Timbul pada hari kedua-ketiga. b. Kadar bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg% per hari pada kurang bulan. c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari. d. Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg%. e. Ikterus hilang pada 10 hari pertama. f. Tidak mempunyai dasar patologis Sebagai neonatus, terutama bayi prematur, menunjukkan gejala ikterus pada hari pertama ikterus ini biasanya timbul pada hari ke dua, kemudian menghilang pada hari ke sepuluh, atau pada akhir minggu ke dua. Bayi dengan gejala ikterus ini tidak sakit dan tidak memerlukan pengobatan, kecuali dalam pengertian mencegah terjadinya penumpukan bilirubin tidak langsung yang berlebihan ikterus dengan kemungkinan besar menjadi patologik dan memerlukan pemeriksaan yang mendalam antara lain : Gambar: Ikterus Fisiologis
  • 9. 9 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan a. Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama. b. Bilirubin serum meningkat lebih dari 5 mg% per hari. c. Bilirubin melebihi 10mg% pada bayi cukup bulan. d. Bilirubin melebihi 15 mg% pada bayi prematur. e. Ikterus yang menetap sesudah minggu pertama. f. Ikterus dengan bilirubin langsung melebihi 1 mg% pada setiap waktu. g. Ikterus yang mempunyai hubungan dengan penyakit hemoglobin, infeksi, atau suatu keadaan patologik lain yang telah diketahui. 2. Ikterus pathologis/hiperbilirubinemia Ikterus patologis/hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin dalam darah mencapai nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikteruskalautidakditanggulangidenganbaikataumemunyaihubungandengankeadaan yang patologis. Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia dengan karakteristik sebgai berikut : a. Menurut Surasmi (2003) bila : 1. Ikteus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran. 2. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau > setiap 24 jam. 3. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada neonatus < bulan dan 12,5 % pada neonatus cukup bulan. 4. Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, deisiensi enzim G6PD dan sepsis). 5. Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperosmolalitas darah. b. Menurut Tarigan (2003), adalah : Suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12 mg % pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi yang kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg % dan 15 mg %. Ikterus patologik dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu : a. Meningkatnya produksi bilirubin, sehingga melampaui batas kemampuan hepar untuk dikeluarkan. b. Faktor-faktor yang menghalangi itu menadakan obstruksi pengeluaran bilirubin. c. Faktor yang mengurangi atau menghalangi kemampuan hepar untuk mengadakan konjugasi bilirubin. 3. Ikterus Hemolitik Pada umumnya merupakan suatu golongan penyakit yang disebut Erythroblastosis foetalis atau Morbus Harolitik Neonatorum ( Hemolytic disease of the new born ). Penyait hemolitik ini biasanya disebabkan leh inkompatibilitas golongan darah itu dan bayi. a. Inkompatibilitas Rhesus Penyakit ini sangat jarang terdapat di indonesia. Penyakit ini terutama terdapat di negeri barat karena 15% penduduknya mempunyai golongan darah rhesus negatif.
  • 10. 10 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Di indonesia, dimana penduduknya hapir 100% rhesus positif, terutama terdapat dikota besar, tempat adanya pencampuran penduduk dengan orang barat. Walaupun demikian, kadang-kadang dilakukan transfusi tukar darah pada bayi dengan ikterus karena antagonismus rhesus, dimana tidak didapatkan campuran darah dengan orang asing pada susunan keluarga orang tuanya. Bayirhesus positif dari rhesus negatif tidak selamanya menunjukkan gejala klinik pada waktu lahir, tetapi dapat terlihat ikterus pada hari pertama kemudian makin lama makin berat ikterusnya, disertai dengan anemia yang makin lama makin berat pula. Bila mana sebelum kelahiran terdapat hemolisis yang berat maka bayi dapat lahir dengan oedema umum disertai ikterus dan pebesaran hepar dan lien ( hydropsfoetalis ). Tetapiditujukanuntukmemperbaikianemiadanmengeluarkanbilirubinyangberlebihan dalam serum, agar tidak terjadi Kern Ikterus. b. Inkompatibilitas ABO Penderita ikterus akibat hemolisis karena inkom patibilitas golongan darah ABO lebih sering ditemukan di indonesia dai pada inkom patiilitas Rh. Transfusi tukar darah pada neonatus ditunjukkan untuk mengatasi hiperbilirubinemia karena defisiensi G-6-PD dan Inkompatibilitas ABO. Ikterus dapat terjadi pada hari pertama dan ke dua yang sifatnya biasanya ringan. Bayi tidak tampak sakit, anemianya ringan, hepar dan lien tidak membesar, ikterus dapat menghilang dalam beberapa hari. Kalau hemolisisnya berat, sering kali diperlukan juga transfusi tukar darah untuk mencegah terjadinya Kern Ikterus. Pemeriksaan yang perlu dilakukan ialah pemeriksaan kadar bilirubin serum sewaktu-waktu. c. Ikterus hemolitik karena incompatiblitas golongan darah lain Selain inkompatibilitas darah golongan Rh dan ABO, hemolisis dapat pula terjadi bila terdapat inkompatibilitas darah golongan Kell, Duffy, MN, dan lain-lain. Hemolisis dan ikterus biasanya ringan pada neonatus dengan ikterus hemolitik, dimana pemeriksaan kearah inkompatibilitas Rh dan ABO hasilnya negatif, sedang coombs test positif, kemungkinan ikterus akibat hemolisis inkompatibilitas golongan darah lain. d. Penyakit hemolitik dengan kelainan eritrosit kongenital. Golongan penyakit ini dapat menimbulkan gambaran klinik yang menyerupai eritroblasthosis foetalis akibat isoimunisasi. Pada penyakit ini coombs test biasanya negatif. Beberapa penyakit lain yang dapat disebut ialah sperositosis kogenital, anemia sel sabit (sichle-cell anemia), dan elyptocytosis herediter. e. Hemolisis karena diferensi enzim glukosa-6-phosphat dehydrogenase ( G-6-PD defeciency) Penyakit ini mungkin banyak terdapat di indonesia tetapi angka kejadiannya belum diketahui dengan pasti defisiensi G-6-PD ini merupakan salah satu sebab utama ikterus neonatorum yang memerlukan transfusi tukar darah. Ikterus walaupun tidak terdapat faktor oksigen, misalnya obat-obat sebagai faktor pencetusnya walaupun hemolisis merupakan sebab ikterus pada defesiensi G-6-PD, kemungkinan besar ada faktor lain yang ikut berperan, misalnya faktor kematangan hepar. f. Ikterus Obstruktiva
  • 11. 11 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Obstruksi dalam penyaluran empedu dapat terjadi didalam hepar dan di luar hepar. Akibat obstruksi itu terjadi penumpukan bilirubin tidak langsung dan bilirubin langsung. Bila kadar bilirubin langsung melebihi 1 mg %, maka harus curiga akan terjadi hal-hal yang menyebabkan obstruksi, misalnya hepatitis, sepsis, pyelonephritis, atau obstruksi saluran empedu peningkatan kadar bilirubin langsung dalam serum, walaupun kadar bilirubin total masih dalam batas normal, selamanya berhubungan dengan keadaan patologik. Bisa terjadi karena sumbatan penyaluran empedu baik dalam hati maupun luar hati. Akibatnya kadar bilirubin direk maupun indirek meningkat. Bila sampai dengan terjadi obstruksi (penyubatan) penyaluran empedu maka pengaruhya adalah tindakan operatif, bila keadaan bayi memungkinkan. g. Kern Ikterus Encephalopatia oleh bilirubin merupakan satu hal yang sangat diakui sebagai komplikasi hiperbilirubinemia. Bayi-bayi yang mati dengan ikterus berupa ikterus yang berat, letargia tidak mau minum, muntah-muntah, sianosis, opisthotonus dan kejang. Kadang gejala klinik ini tidak ditemukan dan bayi biasanya meninggal karena serangan apnoea. Kernicterus biasanya disertai dengan meningkatnya kadar bilirubin tidak langsung dalam serum. Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi kernicterus. Pada bayi prematur batas yang dapat dikatakan cuman ialah 18 mg % kecuali bila kadar albumin serum lebih dari 3 gr %. Pada neonatus yang menderita hyipolia, asidosis, dan hypoglycaemia kernicterus dapat terjadi walaupun kadar bilirubin < 16 mg %. Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar darah bila kadar bilirubin tidak langsung mencapai 20 mg %. Bagaimana asuhan kebidanan pada ikterus ? 1. Data Subtektif a. Ikterus berarti gejala kuning karena penumpukan bilirubin dalam aliran darah yang menyebabkan pigmentasi kuning pada plasma darah yang menimbulkan perubahan warna pada jaringan yang memperoleh banyak aliran darah tersebut. Jaringan permukaan yang kaya elastin seperti sklera dan permukaan bawah lidah biasanya pertama kali menjadi kuning. b. Ikterus biasanya baru dapat dilihat kalu kadar bilirubin serum mencapai 2-3 mg/dl. Kadar bilirubin serum normal 0,3-1 mg/dl. c. Ikterus fisiologis ini memiliki tanda – tanda sebagai berikut : a). Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir. b). Kadar bilirubin inderect tidak lebih dari 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan
  • 12. 12 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan. c). Kecepatan kadar peningkatan bilirubin tidak lebih dari 5 mg% per hari d). Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg% e). Ikterus menghilang pada 10 hari pertama. f). Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis. d. Ikterus patolgis mempunyai tanda dan gejala sebagai berikut : a). Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama. b). Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan. c). Peningkatan bilirubin melebihi 5mg% per hari d). Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama. e). Kadar bilirubin direct lebih dari 1 mg%. f). Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik. 2. Data Oyektif a. Pemeriksaan fisik : kuning pucat, urine pekat, letargi, penurunan kekuatan otot (hipotonia), penurunan refleks menghisap, gatal, tremor, convulsio (kejang perut), dan menangis dengan nada tinggi. b. Pemeriksaanpsikologis:efekdarisakitbayi:gelisah,tidakkooperatif/sulitkooperatif, merasa asing. c. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan bilirubin berkala, test golongan darah ibu dan bayi, serta test Coombs. 3. Diagnosa Masalah Ikterus 4 Intervensi a. Ikterus fisiologis 1. Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal lainnya. 2. Lakukan perawatan bayi sehari-hari, seperti : • Memandikan • Melakukan perawatan tali pusat • Membersihkan jalan nafas. • Menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30 menit. 3. Ajarkan ibu cara : • Memandikan bayi • Melakukan perawatan tali pusat • Menjaga agar bayi tidak hipotermi • Menjemur bayi dii bawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30 menit. 4. Jelaskan pentingnya hal-hal seperti : • Memberikan ASI sedini dan sesering mungkin • Menjemur bayi di bawah sinar matahari dengan kondisi telanjang selama 30 menit, 15 menit dalam posisi terlentang dan 15 menit sisanya dalam posisi tengkurap. • Memberikan asupan makanan bergizi tinggi bagi ibu. • Menganjurkan ibu dan pasangan untuk ber-KB sesegera mungkin • Menganjurkan ibu untuk tidak minum jamu 5. Apabila ada tanda ikterus yang lebih parah ( misalnya feses berwarna putih keabu- abuan dan liat seperti dempul), anjurkan ibu untuk segera membawa bayinya ke
  • 13. 13 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan puskesmas. 6. Anjurkan ibu untuk kontrol setelah 2 hari. b. Ikterus patologis 1. Berikan ASI secara adekuat 2. Lakukan fototerapi • Bayi telanjang, kedua mata ditutup, sedangkan posisinya diubah-ubah setiap 6 jam. • Suhu tubuh bayi dipertahankan sekitar 36,5-37oC • Perhatikan keseimbangan elektrolit • Pemeriksaan Hb teratur setiap hari • Pemeriksaan bilirubin darah setiap hari atau dua hari, setelah terapi sebanyak 3 kali dalam sehari. • Lama terapi 100 jam atau bila kadar bilirubin darah sudah mencapai ≤ 7,5 mg%. 3. Transfusi pengganti • Kosongkan lambung bayi (3-4 jam sebelum jaringan diberi minum, bila memungkinkan 4 jam sebelumnya diberi infus albumin 1 gram/KgBB atau plasma manusia 210 ml/KgBB) • Lakukan tehnik aseptik pada daerah tindakan. • Awasi selalu tanda-tanda vital dan jaga agar jangan sampai kedinginan. • Bila tali pusat masih segar, potong ± 3-5 cm dari dinding perut. Bila tali pusat sudah kering, potong rata dengan dinding perut untuk mencegah bahaya perdarahan tali pusat, lalu buat jahitan laso di pangkal pusat. • Kateter polietilen diisi dengan lartan heparin kemudian salah satu ujungnya dihubungkan dengan semprit tiga cabang, sedangkan ujung yang lain dimasukkan dalam vena umbilikus sedalam 4-5 cm. • Periksa tekanan pada vena umbilikalis dengan mencabut ujung luar dan mengangkat kateter naik + 6 cm. • Dengan mengubah-ubah keran pada semprit tiga cabang, lakukan penukaran dengan cara mengeluarkan 20 ml darah dan memasukkan 20 ml darah. Demikian berulang-ulang sampai jumlah total yang keluar adalah 190 ml/kbBB dan darah yang masuk adalah 170 ml/kgBB. Selama proses pertukaran, semprit harus sering dibilas dengan heparin. • Setelah darah masuk sekitar 150 ml, lanjutkan dengan memasukkan Caglukonat 10% sebanyak 1,5 ml, dan perhatian denyut jantung bayi. Apabila lebih dari 100 kali per menit waspadai adanya henti jantung. • Bila vena umbilikalis tak dapat dipakai, maka gunakan vena safena magna ± 1 cm di bawah ligamentum inguinal dan medical dari arteri femoralis. • Pascatindakan : vena umbilikalis dikompres, kateter dapat ditinggalkan lalu ditutup secara steril, berikan antibiotik spektrum luas, misalnya kombinasi penisilin 50.000 U/kgBB per hari dengan kamnancin 15 mg/kgBB selama 5-7 hari, pemeriksaan Hb dan bilirubin darah dilakukan setiap 12 jam, diberikan terapi sinar. 4. Terapi obat • Phenobarbital • Coloistrin
  • 14. 14 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Hipoglikemia Untuk setiap neonatus manapun, kadar glukosa <45 mg/dl dianggap tidak normal. Sering gejala tidak jelas/asimptomatik, Semua dokter / petugas bidan perlu mewaspadai kemungkinan adanya hipoglikemia. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius. Apa saja penyebab dan mekanisme Hipoglikemia pada bayi ? a. Berkurangnya simpanan glukosa dan menurunkan produksi glukosa 1. Neonatus yang mempunyai risiko untuk keadaan ini: • SGA • Bayi prematur atau lebih bulan. • Neonatus yang mengalami penundaan pemberian asupan. • Neonatus yang menderita asfiksia perinatal • Neonatus dengan hipotermia dan atau stres dingin 2. Peningkatan pemakaian glukosa: Hiperinsulinisme b. Neonatus yang berisiko untuk keadaan ini: • IDM (ibu DM) – BMK < besar masa kehamilan > • Neonatus dengan polisitemia • Neonatus yang menderita eritroblastosis fetalis c. Peningkatan pemakaian glukosa (hiperinsulinisme). d. Kedua mekanisme telah disebutkan di atas. e. Lain-lain : • Insufisiensi adrenal • Sepsis • Penyakit penyimpanan glikogen (glycogen storage) • Transfusi tukar • Penyakit jantung kongenital – hipopituitarisme congenital Apa faktor risiko hipoglikemia pada neonatus ? a. Bayi dari ibu dengan diabetes (IDM) b. Neonatus yang besar untuk masa kehamilan (BMK) c. Neonatus yang kecil untuk masa kehamilan (KMK) d. Bayi prematur dan lebih bulan e. Neonatus sakit atau stres (sindrom gawat nafas, hipotermia). f. Neonatus puasa g. Neonatus dengan polisitemia h. Neonatus dengan eritroblastosis
  • 15. 15 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Pengkajian: a. Kasus bisa menunjukkan gejala ataupun tidak. Kecurigaan tinggi harus selalu diterapkan dan selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus dengan faktor risiko. 1) Tidak tenang, gerakan tak beraturan (jittering) 2) Sianosis 3) Kejang atau tremor 4) Letargi dan sulit menyusui 5) Asupan yang buruk b. Diagnosis Hipoglikemia pada Neonatus 1) Untuk mencegah abnormalitas perkembangan syaraf, identifikasi dan pengobatan tepat waktu untuk hipoglikemia adalah sangat penting. 2) Pemantauan glukosa di tempat tidur adalah tindakan tepat untuk penapisan dan deteksi awal. 3) Hipoglikemia harus dikonfirmasi oleh nilai serum dari laboratorium jika memungkinkan. c. Intervensi Hipoglikemia pada Neonatus 1. Pencegahan paling penting 2. Perawatan kasus Asimtomatik dan Simptomatik d. Mencegah agar gula darah tidak turun 1. Jika bayi masih bisa menetek à inta ibu untuk tetap meneteki 2. Jika bayi tidak bisa menetek tapi masih bisa menelan à beri ASI peras dengan cangkir kecil atau sendok atau ditetesi dengan pipet. Berikan kira-kira 50 ml sebelum dirujuk,jika tidak memungkinkan beri susu pengganti atau air gula. 3. Jika bayi tidak bisa menelan à beri 50 ml ASI peras, susu pengganti atau air gula melalui pipa lambung kecuali bayi dengan klasifikasi gangguan saluran cerna 4. Jika bayi dengan klasifikasi gangguan sal cerna à jika memungkinkan segera beri infus dekstrose 5% , kemudian rujuk segera e. Cara memberi infus dekstrose 5% Umur Jumlah cairan/kgBB/hari 1 ml = 20 tetes makro = 60 tetes mikro 1-7 hari 80 ml 8-14 hari 150 ml ≥ 15 hari 200 ml f. Cara membuat air gula : • Larutkan gula sebanyak 2 sendok the (10 gram) ke dalam 1 gelas berisi air matang sebanyak 200 ml, aduk sampai rata g. Intervensi Hipoglikemia Neonatus di RS 1. Memantau Kadar Glukosa Darah Semua neonatus berisiko tinggi harusditapis:  Pada saat lahir  30 menit setelah lahir  Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian minum berjalan
  • 16. 16 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan baik dan kadar glukosa normal tercapai 2. Pencegahan Hipoglikemia  Menghindari faktor risiko yang dapat dicegah (misalnya hipotermia).  Pemberian makan enteral merupakan tindakan preventif tunggal paling penting  Jika bayi tidak mungkin menyusui, mulailah pemberian minum gavage dalam waktu 1-3 jam setelah lahir.  Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya sampai asupannya penuh dan tiga kali pengukuran normal sebelum pemberian minum berada di atas 40-45 mg/dl.  Jika ini gagal, terapi IV dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar glukosa dipantau. 3. Perawatan Hipoglikemia  Koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg dengan dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan diberikan melalui IV selama 5 menit dan diulang sesuai keperluan.  Infus tak terputus (continual) glukosa 10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg/menit harus dimulai.  Pemantauan glukosa di tempat tidur (bed side) secara sering diperlukan untuk memastikan bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang memadai.  Pemantauan glukosa di tempat tidur (bed side) secara sering diperlukan untuk memastikan bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang memadai. h. Infus Glukosa pada Neonatus Kecepatan Infus Glukosa (GIR) Kecepatan Infus Glukosa (GIR) dihitung menurut formula berikut: GIR (mg/kg/min) = Kecepatan cairan (cc/jam) x konsentrasi Dextrose (%) 6 x berat (Kg)
  • 17. 17 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Rangkuman Ikterus pada bayi disebabkan oleh peningkatan produksi bilirubin, gangguan transportasi, gangguan fungsi hati, gangguan ekskresi dan peningkatan sirkulasi,enterohepatik.Terapi hyperbilirubinemia bias dilaksanakan dengan foto terapy, trannfusi pengganti ,infuse albumin dan terapi obat.Sedangkan hypoglikemi adalah masalah metabolic yang bersifat sementara akibat kekurangan produksi glukosa karena kurangnya depo glikogen
  • 18. 18 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Evaluasi Formatif Petunjuk : 1.Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) 2.Pilihlah jawaban : A. jika jawaban 1,2 dan 3 benar B. jika jawaban 1 dan 3 benar C. jika jawaban 2 dan 4 benar D. jika jawaban 4 benar E. jika jawaban 1,2,3 dan 4 benar semua atau salah semua 1 Etiologi ikterus antara lain kecuali A. Tenosis B. Perdarhan tertutup pada trauma kelahiran C. Defisiensi G6PD D. Breaot milk joundicl E. Bayi tidak bisa minum 2 Terapi hiperbilirubin antara lain 1. Foto terapi 2. Transfusi pengganti 3. Infus albumin 4. Di jemur di terik matahari 3 3. Penggolongan ikterus antra lain : A. Ikterus timbul di 24 jam pertama B. Ikterus timbul di 24-72 jam pertama C. Ikterus timbul di >72 jam pertama D. Ikterus timbul akhir minggu pertama E. Ikterus timbul di awal minggu pertama 4 Pemeriksaan laboratoium yang perlu dilakukan 1. Pemeriksan bilirubin berkala 2. Pemeriksaan darah tepi 3. Skrining enzim G6PD 4. Biopsi hepar 5 Macam –macam ikterus 1. Ikterus isiologis 2. Ikterus ringan 3. Ikterus patologis 4. Ikterus berat
  • 19. 19 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 6 Faktor resiko hipoglikemi pada neonatus 1. Bayi dan ibu dengan DM 2. Neonatus puasa 3. Bayi prematur lebih bulan 4. Neonatus sehat 7 Pembagian hipoglikemi kecuali 1. Hindari faktor resiko 2. Pemberian makan eksternal 3. Beri minum bayi 4. Beri selimut hangat 8 Penyebab hipogikemi 1. Neonatus yang stres 2. Bayi prematur lebih bulan 3. Pemindaan pemberian asupan 4. Neonatus dengan asfiksia perinatal 9 Pada pengkajian neonatus dengan hipoglikemi adalah 1. Tidak tenang 2. Sianosis 3. Kejang /tremor 4. Nutrisi baik 10 Perawatan bayi dengan hipoglikemi kecuali 1. Infus glukosa 10% 6-8 tetes/menit 2. Pemantauan glukosa di tempat tidur 3. Inful RL selang seling dengan glukosa 10% 4. Koreksi segera dengan fokus200 mg/kg 5. Infus dextrose 105,2 cc/kg N selama 5 menit UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT KEGIATAN BELAJAR 6 Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir Kegiatan Belajar 6, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah: 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% -79% : cukup kurang dari 70% : kurang Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda Bagus! Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 6 ini. Tetapi jika pencapaian Anda kurang dari 80%, maka sebaiknya ulangilah Kegiatan Belajar 6, terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai!
  • 20. 20 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan TUGAS Selamat, saudara telah menyelesaikan kegiatan belajar 6 dan sekaligus sebagai kegiatan belajar terakhir pada modul 8 ini…..sekarang coba anda kerjakan tugas berikut : 1. Jelaskan tanda tanda ikterus pada bayi yg saudara ketahui.? 2. Jelaskan pula penyebab dari hypoglikemi yang sudah saudara pelajari..? KUNCI JAWABAN 1. E 2. A 3. E 4. E 5. B 6. A 7. A 8. E 9. A 10. C
  • 21. 21 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Tugas Mandiri • Akhir semester ini saudara dinas di RS (PKK 1). Anda amati segala sesuatu yang anda temui di ruang praktek tersebut terutama yang berkaitn dengan identifikasi bayi / neonatus dengan resiko tinggi. • Saudara lihat dan identifikasi serta buat laporan tentang kondisi bayi tersebut dan tindakan yang diberikan., kemudian buat laporanya dan serahkan ke pembimbing saudara
  • 22. 22 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis, Lippincott , New York Fakultas Kedokteran UI, 2000, Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid 2, Jakarta: Medica Aesculapius. Marino (1991), ICU Book, Lea & Febiger, London Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC Suparman (1988), Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia, Jakarta Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta: CV. Sagung Seto Wong and Whaley (1996) Peiatric Nursing ; Clinical Manual, Morsby, Philadelpia Daftar Pustaka
  • 23. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS) 2015