SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  72
Télécharger pour lire hors ligne
MEDIAKOM
Kementerian Kesehatan RI Info Sehat untuk Semua
ISSN1978-3523
EDISI40IDESEMBERI2012
ODHA
Berhak Peroleh
Jaminan Kesehatan
Hanya 20%
Remaja yang tahu
HIV-AIDS
mengenal, mencegah pertumbuhan
HIV-AIDS
ETALASE
SUSUNaN REDakSI PENANGGUNG JAWAB: drg. Murti Utami, MPH, I REDAKTUR:
Dra. Hikmandari A, M.Ed, Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS I EDITOR/PENYUNTING Mulyadi,
SKM, M.Kes, Busroni S.IP, Prawito, SKM, MM, M.Rijadi, SKM, MSc.PH, Mety Setyowati, SKM, Aji
Muhawarman, ST, Resti Kiantini, SKM, M.Kes I DESAIN GRAFIS dan FOTOGRAFER: Drg. Anitasari
S.M, Dewi Indah Sari, SE, MM, Giri Inayah, S.Sos, Sumardiono, SE, Sri Wahyuni, S.Sos, MM, Wayang
MasJendra,S.Sn,Lu’ay,S.Sos,DodiSukmana,S.I.KomISEKRETARIAT:WaspodoPurwanto,Endang
Retnowaty, drg. Ria Purwanti, M.Kes, Dwi Handriyani, S.Sos, Dessyana Fa’as, SE, Sekar Indrawati,
S.Sos, Awallokita Mayangsari, SKM, Delta Fitriana, SE, Iriyadi, Zahrudin. IALAMAT REDAKSI: Pusat
Komunikasi Publik, Gedung Kementerian Kesehatan RI Blok A, Ruang 109, JL. HR. Rasuna Said
Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950 I TELEPON: 021-5201590; 021-52907416-9 I FAKS: 021-5223002;
021-52960661 I EMAIL: info@depkes.go.id, kontak@depkes.go.id I CALL CENTER: 021-500567
REDAKSI MENERIMA NASKAH DARI PEMBACA, DAPAT DIKIRIM KE ALAMAT EMAIL kontak@depkes.go.id
lindungi
wanita dan anak
dari HIV/aIdS
drg. murti utami, mPH
T
ernyata, wanita dan anak menjadi kelompok yang paling rentan terhadap penularan HIV-AIDS. Mereka
tak berdaya untuk menolak atau menghindar. Dia sebagai korban orang lain yang tak bertanggung
jawab. Wanita itu bisa ibu rumah tangga, istri yang baik-baik atau pekerja seks komersial (PSK). Ibu
rumah tangga atau istri, karena tertular dari suami. Sedangkan PSK, karena tertular pelanggan kecannya.
Ibu rumah tangga dan PSK, tak kuasa menolak permintaan laki-laki, dengan berbagai alasan.
Anak juga menjadi korban berikutnya setelah ibunya terkena HIV-AIDS. Sebab, ibu yang menderita HIV-AIDS akan
menularkan kepada anak yang masih dalam kandungan. Anak, tidak punya pilihan, kecuali pasrah menjalani
keadaan. Ia tak kuasa menolak dan tidak tahu apa-apa.
Untuk itu, peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2012 mengambil tema “lindungi wanita dan anak dari HIV-AIDS”.
Upaya menggelorakan semangat seluruh masyarakat Indonesia untuk melindungi wanita dan anak dari HIV-AIDS.
Upaya ini harus mendapat dukungan semua pihak, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, LSM dalam negeri dan
luar negeri, Swasta, tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat luas. Dengan bekerja sama dengan semua
pihak, penanggulangan HIV-AIDS akan segera memperoleh hasil yang diharapkan. Secara utuh, dari berbagai
sudut pandang persoalan HIV-AIDS, kami kemukakan dalam rubrik Media Utama.
Selainitu,kamiketengahkanjugaberbagaiinformasiringandanmenariktentanghasilevaluasisementarahasilriset
jampersal, tip-tip hidup sehat pada rubrik info sehat, perkembangan BPJS dan perkembangan penanggulangan
HIV-AIDS di beberapa daerah Indonesia. Selamat mambaca. Redaksi.
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 3
SURAT
PEMBACA
PERTANYAAN:
Bagaimana cara mengurus dan
prosedur untuk mendapatkan
Kartu Jamkesmas yang baru
karena kartu Jamkesmas
saya hilang bersama dompet
dan tas yang dicuri? Mohon
informasi karena saya
sangat membutuhkan kartu
Jamkesmas tersebut?Terima
kasih.
Salam,
dariSeorangpeserta
Jamkesmas
JAWABAN:
Sebelumnya kami turut prihatin
atas kehilangan tersebut. Untuk
mengurus Jamkesmas tidaklah
sulit. Berikut ini langkah-
langkah untuk pengurusan
Kartu Jamkesmas yang hilang:
Hal pertama, saudara membuat
laporan pengaduan kehilangan
Kartu Jamkesmas ke Kepolisian
(Kantor POLSEK atau POLRES
terdekat), sama seperti bila
Anda kehilangan SIM, STNK
atau surat-surat penting
lainnya.
Kemudian kedua, menghubungi
PT Askes (Persero) Kantor
Cabang terdekat di kota Anda
dengan membawa kelangkapan
seperti: surat identitas (KTP
atau lainnya), Kartu Keluarga
dan Laporan kehilangan dari
Kepolisian.
Langkah ketiga, lalu PT Askes
(Persero) Kantor Cabang
terdekat akan menerbitkan
Surat Keterangan Pengganti
Kartu karena tidak ada
penggantian kartu baru lagi.
Untuk informasi lebih lanjut
dapat Anda tanyakan langsung
ke Kantor Cabang PT Askes
(Persero) terdekat di kota Anda.
Terima kasih
Kementerian Kesehatan.
21
64SIapa dia
aktivis aids
Indonesia
untuk rakyat
Wisata Kesehatan
Penggerak
Perekonomian
56
mengenal dan
mencegah pertumbuhan
HIV-aIdS
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM4
DAFTAR ISI
InFO SeHaT
mitos dan Kontroversi
anak Susah makan
Penularan HIV pada Ibu rumah
Tangga lebih Tinggi dari PSK
dengan atau Tanpa Jarum Steril,
Junkies Tetap ‘butuh’ nyuntik
dunia Kerja Tak bersahabat
pada Pasien HIV/aIdS
bersepeda Cepat bantu
atasi Parkinson
STOP PreSS
“CerdIK” langkah Penting Cegah
Penyakit Tidak menular Sehat
dengan Sedekah
apresiasi menkes
di Hari Kesehatan nasional 2012
rumah Sakit Jangan Tolak Pasien
dalam Keadaan darurat
Hanya 20%
remaja yang tau hiv-aids
gerakan Indonesia bersih
Perkembangan bPJS
Ormas, dunia usaha dan
Kemenkes sepakat Capai mdg’s
medIa uTama
mengenal, dan mencegah
Pertumbuhan HIV-aIdS
HIV-aIdS
menkes: “rS Perlu
menyiapkan diri menyongsong
era baru Pembangunan Kesehatan
di Tanah air”
Penandatanganan SKb
lima menteri untuk Tanggulangi
HIV-aIdS
OdHa berhak Peroleh
Jaminan Kesehatan
mengenali HIV aIdS lebih dalam
Yuk, dengar Pendapat remaja
tentang HIV-aIdS
Hentikan aIdS, lindungi
Perempuan dan anak-anak
6-13
14-20
21-37
38-47
48-49
70-71
68-69
64-67
56-63
50-55
daeraH
Fenomena HIV/aIdS
di Papua WaYabula
berita aIdS
di empat Provinsi di Indonesia
buSKI, di Hulu Sungai utara
KOlOm
Kubiarkan Tb merasuki Tubuhku
ragam
Ibu Selamat anak Sehat: Fokus Hari
Kesehatan nasional ke-48
Hasil Sementara Studi evaluatif
Implementasi Jampersal, 2012
menkes Harapkan Komitmen
bersama Wujudkan Jaminan
Kesehatan Semesta
unTuK raKYaT
Wisata Kesehatan
Jadi Penggerak Perekonomian
Kunjungan Kerja menteri Kesehatan
ke Provinsi nusa Tenggara barat &
Jawa Tengah
Program Internship dokter
SIaPa dIa
aktivis aids Indonesia
reSenSI
lenTera
menikmati bukan meratapi
(bagian kedua)
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 5
INFO SEHAT
Problem kesulitan makan pada anak balita
merupakan hal yang cukup lazim. Salah satu
problem yang paling sering ditemui adalah
kebiasaan pilih-pilih makanan atau biasa
disebutpicky eater. Kebiasaan ini banyak dialami
oleh anak balita ketika mereka mulai beralih
mengonsumsi makanan cair ke padat. Banyak
orang tua kerepotan ketika mereka menemukan
anaknya mogok makan atau hanya mau
mengonsumsi jenis makanan tertentu. Meski
masalah ini kadang membuat frustasi, tetapi
demi kebaikan dan masa depan buah hati, hal ini
tentu tidak boleh dibiarkan oleh para orang tua
mITOS dan
KOnTrOVerSI
anak Susah makanEDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM6
B
erikut adalah 14 informasi mengenai mitos-mitos,
kontroversi dan fakta seputar masalah anak yang
sulit makan dan yang pilih-pilih (picky eater) :  
    
Anak saya makannya banyak tetapi tidak
gemuk 
Fakta: Sebenarnya bila dicermati memang ada
ada anak tertentu yang mempunyai pola genetik
tertentu yang mengakibatkan berat badannya sulit gemuk. Tetapi
hal ini diperberat oleh pemberian jumlah asupan makanan yang
tidak optimal. 
Anak sulit makan sering bosan makan dan bosan susu. 
Fakta: Sebenarnya, saat anak tidak mau makan atau menolak
bukan karena bosan, tetapi karena nafsu makan yang berkurang.
Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan makan dengan
gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah muntah saat
menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual saat disuap
makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat terjadi keluhan
mual, biasanya nafsu makannnya menurun. Pada saat inilah
anak menutup mulut, menepis makanan atau menolak makanan
yang karena keluhan mual dan muntah tetapi dianggap bosan
makanan atau bosan susu.
    
Anak hingga usia 2-3  tahun hanya mau minum susu tidak mau
makan nasi, sayur atau daging. Karena kesalahan orangtua
terlambat atau kurang mengenalkan makanan padat sejak dini. 
Fakta: Sebenarnya bukan karena kesalahan orangtua, padahal
mereka sudah mengenalkan makanan padat tersebut pada
anak saat usia tertentu. Tetapi karena pada anak sulit makan
mengalami gangguan oral motor yang mengakibatkan
gangguan mengunyah menelan sehingga mereka akan pilih
pilih atau menolak makanan dengan tekstur tertentu terutama
yang berserat . Anak seperti ini hanya mau makanan yang tidak
berserat dan yang crispy atau kriuk.
    
Anak makannya pilih-pilih atau Picky Eaters karena salah
orangtua tidak pernah mengenalkan makanan bervariasi. 
Fakta: Sebenarnya bukan hanya karena kesalahan orangtua,
padahal mereka sudah mengenalkan makanan padat makanan
yang bervariasi. Tetapi karena pada anak sulit makan mengalami
gangguan oral motor yang mengakibatkan gangguan
mengunyah menelan sehingga mereka akan pilih pilih atau
menolak makanan dengan tekstur tertentu terutama yang
berserat seperti sayur, daging sapi atau nasi. Anak seperti ini
hanya mau makanan yang tidak berserat dan yang crispy atau
kriuks seperti biskuit, kerupuk dan sejenisnya
    
Anak beratnya kurang dan kurus karena anak tidak bisa diam
dan anak sangat lincah. 
Fakta: Pada anak dengan berat badan yang kurus terjadi bisa
karena genetik yang juga karena nafsu makannya hilang timbul
kadang baik kadang kurang. Karena asupan makanan yang tidak
optimal ini maka berakibat berat badan kurang. Anak aktif dan
banyak gerak tidak akan berdampak dengan gangguan kenaikkan
berat badan bila asupan makanannya baik. Banyak anak aktif dan
sangat lincah tetapi gemuk dan badannya bagus selama asupan
makanannya konsisten baik dalam jangka panjang.
    
Anak sulit makan adalah hal yang biasa karena masa-masanya
nanti juga akan membaik sendiri. 
Fakta: Memang sekitar 30% anak mengalami sulit makan
dengan penyebab tersering karena gangguan ketidakmatangan
saluran cerna. Hal itu dialami pada usia di bawah 3-5 tahun. Di
atas usia tersebut akan membaik. tetapi sekitar 70% anak tidak
mengalaminya.
Sehingga kalau dikatakan normal tidak sepenuhnya benar
karena sebagian besar anak tidak mengalami. memang nanti
usia tertentu akan membaik bukan karena masa-masanya anak
sulit makan tetapi pada usia tertentu sekelompok anak tertentu
mengalami hipersensitif atau ketidak matangan saluran cerna
sebagai penyebab utama sulit makan. Kalau dibiarkan kesulitan
makan disebabkan karena gangguan ketidakmatangan saluran
cerna akan membaik dengan sendirinya tetapi sebaiknya jangan
menunggu usia tertentu membaik karena bila hal ringan itu
terjadi akan banyak timbul komplikasi yang tidak disadari seperti
gangguan kenaikan berat badan, anemia (kekurangan darah) atau
defisiensi zat besi dan berbagai gangguan lainnya.
    
Anak tidak mau makan jika makanan kesukaannya tidak
disediakan, atau hanya mau makanan yang itu-itu saja. Pada
usia ini otak anak mulai berkembang dan bisa memilih mana
yang disukainya dan mana yang tidak. 
Fakta: Sebenarnya anak pilih-pilih makanan bukan karena yang
disukai tetapi karena yang hanya mau makanan yang mudah
dikunyah dan ditelan. Pda anak sulit makan mengalami gangguan
oral motor yang mengakibatkan gangguan mengunyah menelan
sehingga mereka akan pilih pilih atau menolak makanan dengan
tekstur tertentu terutama yang berserat seperti sayur, daging
sapi atau nasi. Anak seperti ini hanya mau makanan yang tidak
berserat dan yang crispy atau kriuk seperti telor, nugget dan
sejenisnya
    
Anak sulit makan dan pilih-pilih meniru pola makan
orangtuannya dari mulai meniru pola makan lingkungan
terdekatnya yang juga pilih-pilih makanan. 
Fakta: Anak sulit makan dan pilih-pilih meniru pola makan
orangtuannya dari mulai meniru pola makan lingkungan
terdekatnya yang juga pilih-pilih makanan. Tetapi karena
pada anak sulit makan mengalami gangguan oral motor yang
mengakibatkan gangguan mengunyah menelan sehingga
mereka akan pilih pilih atau menolak makanan dengan tekstur
tertentu terutama yang berserat seperti sayur, daging sapi atau
nasi. Anak seperti ini hanya mau makanan yang tidak berserat dan
yang crispy atau kriuks seperti telor, mi, nugget, biskuit, kerupuk
dan sejenisnya. Gangguan oral motor biasanya sering disebabkan
karena gangguan fungsi saluran cerna seperti GER, alergi atau
intoleransi makanan lainnya. Penderita alergi atau gangguan
genetik lainnya seringkali diturunkan oleh salah satu orangtuanya
terutama yang wajahnya sama. Jadi bila salah satu orangtua yang
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 7
INFO SEHAT
wajahnya sama juga mempunyai problema kesulitan makan
bukan karena meniru pola orangtua anaknya tetapi karena
problema itu diturunkan secara genetik.
    
Anak sulit makan tidak mau atau sulit mencoba jenis makanan
baru yang berbeda. Kondisi ini sering disebut dengan
neophobia, atau ketakutan untuk mencoba segala sesuatu
yang baru. 
Fakta: Anak sulit makan bukan karena tidak mau atau sulit
mencoba jenis makanan baru yang berbeda. Tetapi karena
pada anak sulit makan mengalami gangguan oral motor atau
oral hipersensitif. Gangguan itu mengakibatkan gangguan
mengunyah menelan sehingga mereka akan pilih pilih atau
menolak makanan dengan tekstur tertentu terutama yang
berserat seperti sayur, daging sapi atau nasi. Anak seperti ini
hanya mau makanan yang tidak berserat dan yang crispy atau
kriuks seperti telor, mi, nugget, biskuit, kerupuk dan sejenisnya.
Anak sulit makan juga mengalami oral hipersensitif ditandai sulit
makan makanan yang lengket, sulit makan makanan yang berasa
tajam seperti terlalu manis atau terlalu pahit biasanaya lebih suka
yang agak asam.
    
Tidak ada jam makan Tidak adanya kedisiplinan waktu makan,
pagi, siang, sore, dan kudapan di sela makan utama membuat
anak bisa makan kapan saja tanpa kontrol. 
Fakta: Sebenarnya saat anak tidak mau makan atau menolak
karena selera makannya hilang timbul tidak menentu. Kadang
makan sulit pada hari dan jam-jam tertentu. Keadaan ini sering
terjadi pada anak kesulitan makan dengan gangguan fungsi
saluran cerna seperti mudah muntah saat menangis atau batuk
atau mudah atau mudah mual saat disuap makanan atau
memasukkan tangan ke mulut. Saat terjadi keluhan mual biasanya
nafsu makannnya menurun. Pada saat inilah anak menutup
mulut, menepis makanan atau menolak makanan yang karena
keluhan mual dan muntah tetapi dianggap bosan makanan
atau bosan susu. Gangguan mual yang mengakibatkan nafsu
makan berkurang biasanya sering timbul saat pagi hari atau
sering diistilahkan morning sickness. Hal ini yang mengakibatkan
sebagian besar anak sulit makan lebih sulit makan saat pagi
hari, setelah pukul 10 dan diatasnya keadaan perutnya membaik
biasanya disertai nafsu makan agak membaik.
    
Komunikasi ibu-anak Jika ibu menyuapi anak balita dengan
pendekatan yang keliru, wajar jika anak menghindar saat
waktu makan tiba. Misalkan, ibu menjerit saking kesalnya
karena si anak tidak juga mau membuka mulutnya. Kebiasaan
semacam ini membuat anak tak lagi menyenangi suasana
makan, apalagi makanannya. 
Fakta: Komunikasi dan suasana hati memang berpengaruh
saat makan, tetapi hal itu bukan yang utama. Kalaupun itu
berpengaruh merupakan faktor yang memperberat bukan
penyebab utama. Anak sulit makan sering mengalami nafsu
makan yang hilang. Sebenarnya saat anak tidak mau makan atau
menolak bukan karena bosan tetapi karena nafsu makan yang
berkurang. Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan makan
dengan gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah muntah
saat menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual saat
disuap makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat terjadi
keluhan mual biasanya nafsu makannya menurun. Pada saat inilah
anak menutup mulut, menepis makanan atau menolak makanan
yang karena keluhan mual dan muntah tetapi dianggap bosan
makanan atau bosan susu. Dalam suasana hati yang baikpun,
gangguan nafsu makan itu tetap tidak bagus, tetapi mungkin
suasana dan komunikasi yang buruk memang memperberat
keadaan yang sudah ada.
    
Peralatan makan yang terlalu tua, tidak menarik tidak bisa
memancing selera makan. 
Fakta: Peralatan makan yang lucu, menarik mungkin akan
sedikit membantu problema sulit makan pada anak tetapi dalam
keadaan gangguan sulit makan yang tidak ringan cara itu tidak
akan berhasil sama sekali. Anak sulit makan sering mengalami
nafsu makan yang hilang. Sebenarnya saat anak tidak mau makan
atau menolak bukan karena bosan tetapi karena nafsu makan
yang berkurang. Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan
makan dengan gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah
muntah saat menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual
saat disuap makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat
terjadi keluhan mual biasanya nafsu makannnya menurun. Pada
saat inilah anak menutup mulut, menepis makanan atau menolak
makanan yang karena keluhan mual dan muntah tetapi dianggap
bosan makanan atau bosan susu.
Peralatan makan menarikpun kadang tidak akan memperbaiki
gangguan nafsu makan itu, tetapi mungkin peralatan yang tidak
menarik mungkin memang meperberat keadaan yang sudah ada.
Yang penting adalah mencari penyebab mengapa gangguan
pencernaan itu timbul dan bagaimana cara mengatasinya. Bila
gangguan saluran cerna tersebut tidak diperbaiki tip memakai
tempat makanan yang menarik tidak akan berdampak mengatasi
masalah.
    
Beri makanan yang bentuknya menarik , ada mata, telinga atau
bentuk gambar yang lucu-lucu. 
Fakta: Bentuk makan yang lucu atau menarik mungkin akan
sedikit membantu problema sulit makan pada anak tetapi dalam
keadaan gangguan sulit makan yang tidak ringan cara itu tidak
akan berhasil sama sekali. Anak sulit makan sering mengalami
nafsu makan yang hilang. Sebenarnya saat anak tidak mau makan
atau menolak bukan karena bosan tetapi karena nafsu makan
yang berkurang. Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan
makan dengan gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah
muntah saat menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual
saat disuap makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat
terjadi keluhan mual biasanya nafsu makannnya menurun. Pada
saat inilah anak menutup mulut, menepis makanan atau menolak
makanan yang karena keluhan mual dan muntah tetapi dianggap
bosan makanan atau bosan susu.
Bentuk makan yang tidak menarik mungkin kadang
mengakibatkan gangguan nafsu makan itu, tetapi mungkin
hal itu hanya meperberat keadaan yang sudah ada bukan
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM8
penyebab utama. Yang penting adalah mencari penyebab
mengapa gangguan pencernaan itu timbul dan bagaimana
cara mengatasinya. Bila gangguan saluran cerna tersebut tidak
diperbaiki tip menggunakan bentuk makan yang lucu atau
menarik mungkin tidak akan berdampak mengatasi masalah.
    
Anak sulit makan harus makan di pangkuan orangtua. Jangan
membiasakan anak makan sambil berjalan berkeliling komplek
rumah, bersepeda, atau menonton televisi. 
Fakta: Saat anak sulit makan kadang orangtua atau pengasuh
terpaksa harus memberi makan saat anak bermain atau banyak
bergerak. Beberapa rekomendasi menyebutkan bahwa saat
menyuap makan anak harus duduk manis dipangkuan orangtua.
Tetapi sayangnya hal ini sulit dilakukan. Justru anak sulit makan
dengan gangguan saluran cerna biasanya mengakibatkan anak
tidak bisa diam dan tidak bisa duduk lama. Anak sulit makan juga
sering mengalami nafsu makan yang hilang.
Sebenarnya saat anak tidak mau makan atau menolak bukan
karena bosan tetapi karena nafsu makan yang berkurang.
Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan makan dengan
gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah muntah saat
menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual saat disuap
makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat terjadi keluhan
mual biasanya nafsu makannnya menurun.
Pada saat inilah anak menutup mulut, menepis makanan atau
menolak makanan yang karena keluhan mual dan muntah
tetapi dianggap bosan makanan atau bosan susu. Berbagai
tip dan cara pemberian makanan pada anak sulit makan
tidak akan bermanfaat optimal bila tidak mencari penyebab
mengapa gangguan pencernaan itu timbul dan bagaimana
cara mengatasinya. Bila gangguan saluran cerna tersebut tidak
diperbaiki tip menggunakan bentuk makan yang lucu atau
menarik mungkin tidak akan berdampak mengatasi masalah.
Penanganan terbaik atasi penyebabnya 
Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makanan ke mulut,
kemudian mengunyah dan menelan, sehingga ketrampilan dan
kemampuan sistem pergerakan motorik kasar di sekitar mulut
sangat berperan dalam proses makan. Pergerakan motorik yang
berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah, dan menelan
dilakukan oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah, dan
banyak otot lainnya di sekitar mulut. 
Keterampilan dan kemampuan koordinasi oral motor atau
koordinasi pergerakan motorik kasar di sekitar mulut sangat
berperanan dalam proses makan tersebut. Pergerakan morik
tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah dan
menelan dilakukan oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir,
lidah dan banyak otot lainnya di sekitar mulut. Gangguan proses
makan di mulut tersebut seringkali berupa gangguan mengunyah
makanan.
Gangguan proses makan di mulut sering disertai gangguan nafsu
makan yang makan yang tidak baik. Pengertian kesulitan makan
adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau
mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman
dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah
dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan,
mengunyah, menelan hingga sampai terserap dipencernaan
secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat
tertentu. 
Gejala kesulitan makan pada anak adalah (1) Memuntahkan atau
menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut
anak, (2).Makan berlama-lama dan memainkan makanan, (3)
Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut
atau menutup mulut rapat, (4) Memuntahkan atau menumpahkan
makanan, menepis suapan dari orangtua, (5). Tidak menyukai
banyak variasi makanan atau suka pilih-pilih makan dan (6),
Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil. 
Gangguan oral motor dan nafsu makan yang berkurang sering
disebabkan karena gangguan fungsi saluran cerna.  Data yang ada
di Picky Eaters Clinic Jakarta, sebagian besar penderita atau sekitar
90 persen penderita sulit makan sering disertai gangguan alergi
dan hipersensitiftas saluran cerna. 
Berbagai tip dan cara pemberian makanan bagi anak ternyata
kurang bermanfaat bila penyebab utama gangguan saluran cerna
pada anak sulit makan tidak diperbaiki. Ternyata saat dilakukan
intervensi penanganan gangguan fungsi saluran cerna terdapat
perbaikan diikuti membaiknya nafsu makan anak. 
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 9
INFO SEHAT
P
enularan HIV kini tidak hanya terjadi pada kelompok
berisiko tinggi seperti pekerja seks dan pengguna narkoba
suntik. Ibu rumah tangga yang selama ini dianggap tidak
berisiko, malah lebih banyak terinfeksi dibandingkan
pekerja seks.
Tingginya kasus infeksi HIV, bahkan yang sudah berkembang
menjadi AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) pada
ibu-ibu rumah tangga diakui oleh Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian
Kesehatan, Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H,
DTCE.
«Jumlah kasus AIDS Januari-September 2012 pada ibu rumah
tangga dan penjaja seks di seluruh Indonesia, berdasarkan
pengakuan pasien dan berdasarkan laporan RS yang diterima
Ditjen P2PL Kemenkes adalah 561 kasus pada ibu rumah tangga
dan 128 kasus pada penjaja seks,» kata Prof Tjandra seperti ditulis
Rabu (5/12/2012).
Kerentanan ibu-ibu rumah tangga yang selama ini dianggap tidak
berisiko antara lain adalah ketimpangan gender yang membuat
perempuan sulit mengontrol perilaku pasangannya. Otomatis
jika perilaku pasangannya berisiko seperti suka membeli seks dan
pakai narkoba suntik, maka para istri ikut menanggung akibatnya.
Dibanding pekerja seks, ibu rumah tangga juga dianggap lebih
rentan terhadap penularan HIV karena minim perlindungan.
Pekerja seks masih bisa memaksa pelanggannya untuk memakai
Penularan HIV
pada Ibu
Rumah Tangga
Lebih Tinggi
dari PSK
kondom, sementara ibu rumah tangga karena berbagai alasan
sering tidak berdaya untuk meminta suaminya untuk memakai
kondom saat berhubungan seks.
Lebih memprihatinkan lagi, ibu-ibu yang tertular HIV oleh
suaminya sendiri masih berisiko untuk menularkannya lagi pada
anak-anak kandungnya. Akibatnya ibu-ibu rumah tangga dan
anak-anak yang tidak pernah pakai narkoba maupun membeli
seks ikut menanggung akibatnya.
«Peningkatan ibu rumah tangga menjadi keprihatinan karena
selalu diikuti oleh peningkatan kasus pada anak,» kata Dr Kemal N
Siregar, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN)
saat menghadiri peringatan Hari AIDS Sedunia yang diadakan
oleh Durex dan komunitas BIke2Work di area Car Free Day, Jl
Thamrin, Jakarta beberapa waktu lalu.
Untuk mengurangi risiko penularan HIV pada ibu rumah tangga,
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menganjurkan
agar perempuan memiliki posisi tawar dalam mengontrol perilaku
pasangannya. Bukan untuk urusan seks saja, tetapi juga perilaku lain
yang berisiko menularkan HIV seperti menggunakan narkoba suntik.
«Ibu rumah tangga harus bisa terbuka pada suaminya untuk
meminta pertanggungjawaban suaminya secara setara. Kalau
perilaku suaminya memang berisiko, ibu rumah tangga harus
bisa meminta suaminya untuk periksa. Sama-sama periksa
untuk memastikan ada penyakit atau tidak,» kata Inang Winarso,
Direktur Pelaksana Pusat PKBI.
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM10
J
akarta, Para junkies adalah kalangan yang rentan terkena
HIV/AIDS. Sebab salah satu penularan HIV/AIDS adalah
melalui jarum suntik yang tidak steril dan digunakan secara
bergantian. Untuk itu perlu dilakukan pemutusan mata
rantai penularan HIV/ AIDS melalui jarum suntik.
Karena itulah para junkies dianjurkan beralih ke metadon sebagai
upaya agar terlepas dari ketergantungan narkoba. Metadon
merupakan obat sintetis opioid yang memiliki efek sama dengan
opioid tapi tidak terlalu tinggi. Saat menggunakan metadon,
para pasien akan tetap mendapatkan efek sebagaimana saat
mengonsumsi opioid.
«Tapi ketergantungannya akan diturunkan sesuai respons
tubuh, sehingga lama-kelamaan junkies itu akan sembuh dari
ketergantungan,» terang sukarelawan di Puskesmas Menteng,
Bambang Sutrisno, dalam perbincangan dengan detikHealth,
Rabu (4/12/2012).
Menurut dia saat metadon diberikan, pasien juga mendapat
konsultasi dari para ahli. Terapinya pun berbeda-beda, antara 6
bulan hingga 2 tahun. Selama kurun waktu terapi, dosis yang
diberikan bisa dinaikkan maupun diturunkan, disesuaikan dengan
kondisi tubuh yang bersangkutan. Karena itulah waktu terapinya
bervariasi.
«Saat mendapat terapi di puskesmas harus didampingi oleh
wali. Dulu saat diberi metadon, ada biaya Rp 5.000-Rp 15 ribu,
tapi sekarang sudah gratis,» sambung pria yang akrab disapa
Benkbenk ini.
Menurut dia, metadon hanyalah salah satu bentuk terapi bagi
para pecandu narkoba suntik atau IDU (Injecting Drug User).
Sebab ada jalan terapi detoksifikasi, melalui jalur keagamaan dan
konseling mental. Terapi apa yang akan dijalani dikembalikan
kepada para junkies.
«Memang kalau junkie itu untuk metadon ada yang pasang
badan, nggak mau pakai. Ya itu tergantung keinginannya, kita
nggak bisa paksa. Ada yang memilih melalui detox, obat lain, dan
sebagainya,» sambung Benkbenk.
Saat mengonsumsi metadon, para junkies akan merasakan
efeknya sekitar satu jam kemudian. Efek metadon dapat bertahan
selama kurang lebih 24 jam, bahkan bisa mencapai 36 jam.
Bandingkan dengan efek putaw yang hanya 3-4 jam, sehingga
setelahnya harus memakai lagi.
«Treatment sampai 2 tahun. Dosisnya ada 200, 80, nanti diatur
atau dikurangi sehingga nggak lagi tergantung. Di Puskesmas
Menteng ada sekitar 150 orang yang menjalani terapi metadon,»
tutur pria yang juga aktivis Komunitas Proklamasi ini ini.
Pemberian metadon adalah legal karena ada payung hukumnya
yakni Peraturan Menkes Nomor 494/Menkes/SK/VII/2006 tentang
Penetapan Rumah Sakit dan Satelit Uji Coba Palayanan Terapi
Rumatan Metadon serta Pedoman Program Terapi Rumatan
Metadon.
Holmberg (1996) secara kasar memperkirakan bahwa separuh
dari infeksi HIV/AIDS terdapat pada pengguna jarum suntik.
Secara global, sekitar 15,9 juta orang memakai narkoba suntik
dan 3 juta di antaranya hidup dengan HIV. Data Kementerian
Kesehatan, pada 2011 terdapat sekitar 42,4 persen prevalensi HIV
dari pengguna jarum suntik. Angka ini menurun dari tahun 2007
yang tercatat 52,4 persen. Namun angka ini harus terus mendapat
perhatian. 
Telah ada upaya besar untuk meningkatkan layanan dampak
harm reduction di Indonesia sejak 2006. Pendanaan untuk
melaksanakan pencegahan HIV, pengobatan dan perawatan
sekarang tersedia untuk semua provinsi.
Pemberian terapi metadon merupakan salah satu upaya
pengurangan dampak buruk (harm reduction) HIV/AIDS yang
digelar pemerintah. Pemberian jarum suntik steril pada para
pecandu narkoba suntik adalah bentuk kegiatan harm reduction
lainnya.
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Dengan atau Tanpa Jarum Steril,
Junkies Tetap ‘Butuh’ Nyuntik
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 11
INFO SEHAT
T
idak semua orang dengan HIV/
AIDS (ODHA) adalah orang-
orang yang gemar melakukan
seks berisiko. Namun apapun
penyebabnya, pasien HIV/AIDS masih
kerap didiskriminasikan. Bahkan untuk
mendapat pekerjaan agar mandiri dalam
hidupnya, seorang ODHA sering kali
kesulitan.
Di tengah peringatan Hari AIDS sedunia
yang jatuh 1 Desember lalu, Xiao Qi
(bukan nama sebenarnya) bergulat
untuk memperoleh haknya mendapat
pekerjaan yang layak. Saat ini dia sedang
dalam proses gugatan terhadap otoritas
pendidikan yang menurutnya telah
menolak lamaran kerja karena dia adalah
seorang dengan HIV positif.
Gugatan yang dilayangkannya terhadap
biro pendidikan Kabupaten Jinxian di
Provinsi Jiangxi, China memang belum
secara resmi terdaftar untuk ditangani.
Xiao Qi mengajukan gugatan di
pengadilan setempat pada 26 November
lalu.
Pemuda ini bertekad untuk mendapatkan
keadilan sehingga nekat mengajukan
gugatan. «Karena ini bukan hanya untuk
saya, tapi untuk seluruh orang dengan
HIV/ AIDS yang rentan,» katanya seperti
dikutip dari China Daily, Senin (3/12/2012).
Pada Juni lalu Xiao telah lulus tes seleksi
menjadi guru dengan nilai yang tinggi.
Namun impiannya menjadi guru pupus
setelah dalam tes kesehatan dinyatakan
positif HIV. Biro pendidikan setempat
mendiskualifikasi pemuda tersebut.
Itulah yang melatar belakangi Xiao
mengajukan gugatan ke pengadilan.
Dunia Kerja
Tak Bersahabat
pada Pasien
HIV/AIDS
Kendati ada aturan hukum bahwa ODHA
dan keluarganya memiliki hak untuk
bekerja, bersekolah, dan mendapat
pelayanan kesehatan, namun dia
mengajukan gugatan dengan dipenuhi
ketidakoptimisan. Sebab Xiao bukanlah
orang pertama di China yang mengajukan
gugatan tentang diskriminasi kerja
terhadap ODHA.
780.000 Orang dari 1,3 miliar penduduk
di China diperkirakan hidup dengan
HIV/AIDS. Menurut data Departemen
Kesehatan China, jumlah kasus yang
dilaporkan hingga akhir Oktober
mencapai 492.191, termasuk 68.802 kasus
baru pada tahun ini.
Laporan Organisasi Buruh Internasional
(ILO) serta Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit China pada 2010
menyebut orang yang hidup dengan HIV/
AIDS masih banyak yang mendapatkan
diskriminasi kerja di China. Diskriminasi itu
antara lain penolakan kesempatan kerja
dan pengunduran diri paksa.
Padahal berdasar peraturan tentang
pencegahan dan penanganan HIV/
AIDS pada 2006 di China, ODHA dan
keluarganya memiliki hak hukum untuk
dilindungi, termasuk hak untuk menikah,
perawatan kesehatan, dan pendidikan. 
Di Indonesia, Menkes Nafsiah Mboi
menegaskan dirinya akan menindak
tegas petugas kesehatan yang bersikap
diskriminatif atau memberi stigma kepada
penderita HIV/AIDS. Pemerintah Indonesia
juga gencar menyosialisasikan slogan
‹Stop AIDS melalui Kesetaraan Gender
untuk Menghapus Segala Bentuk Stigma
dan Diskriminasi›.
Hingga September, jumlah kasus AIDS di
Indonesia ada 39 ribu jiwa. Sementara itu
3.541 kasus baru muncul pada Januari-
September 2012. Papua merupakan
provinsi dengan kasus ODHA HIV/AIDS
tertinggi dengan angka 7.527 orang. DKI
Jakarta berada di peringkat kedua dengan
pengidap HIV/AIDS mencapai 6.299 orang,
sedangkan Jawa Timur di tempat ketiga
dengan jumlah ODHA sebanyak 5.257
orang.
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM12
B
ersepeda ternyata dapat
bermanfaat untuk mencegah
ataupun mengobati penyakit
Parkinson, demikian menurut
penelitian terbaru yang dilakukan
ilmuwan dari Radiological Society of
North America di Chicago Amerika Serikat.
Riset menunjukkan, bersepeda dapat
membantu memulihkan hubungan antara
daerah otak yang terkait dengan penyakit,
dan meningkatkan koordinasi dan
keseimbangan.
Berdasarkan hasil pemindaian otak, para
peneliti menemukan bahwa mengayuh
sepeda menyebabkan konektivitas
yang lebih besar di daerah otak yang
bertanggung jawab untuk gerakan pada
pasien Parkinson, terutama jika mengayuh
dengan cepat melebihi rata-rata, meskipun
kecepatan ayuhan bisa ditentukan oleh
masing-masing individu.
Para ahli memperkirakan bahwa sekitar
7 sampai 10 juta orang di seluruh dunia
terkena penyakit Parkinson, gangguan
kronis neurologis progresif yang
menyebabkan sel-sel saraf di otak yang
membuat dopamin secara perlahan
hancur. Tanpa dopamin, otak tidak dapat
mengirimkan pesan dengan benar,
sehingga menyebabkan hilangnya fungsi
otot.
Gejala utama penyakit ini adalah gemetar
atau tremor, otot kaku, dan gerakan fisik
yang menjadi lambat, sampai kehilangan
keseimbangan.
Sebagian besar kasus terjadi setelah usia 50
tahun, dan apabila bertambah parah maka 
akhirnya dapat menyebabkan masalah
kognitif dan perilaku seperti demensia.
Ketua penelitian Jay Alberts, ahli syaraf di
Cleveland Clinic Lerner Research Institute,
mulai melakukan penelitian setelah ia
melihat perbaikan pada pasien Parkinson
setelah menempuh perjalanan jarak jauh
bersepeda di Iowa. «Hal itu merupakan
temuan yang tidak disengaja. Saat itu,
saya mengayuh dengan cepat sehingga
mengharuskan pasien mengayuh dengan
cepat juga,”kata Alberts dalam suatu
pernyataan. 
Penelitian ini melibatkan 26 pasien
penderita Parkinson berusia 30 hingga 75
tahun. Efek olahraga diukur menggunakan
alat bernama functional connectivity
magnetic resonance imaging (fcMRI). Alat
ini digunakan untuk mengukur perubahan
oksigen darah di otak, untuk melihat
seberapa aktif bagian otak yang berbeda
dan hubungannya satu sama lain.
Para peneliti membagi pasien menjadi
dua kelompok. Satu kelompok mengayuh
dengan kecepatan yang mereka tentukan
sendiri, sedangkan kelompok lainnya
mengayuh pada tingkat kecepatan yang
sudah ditentukan, yaitu dengan mengikuti
kecepatan sepeda motor.
Hasilnya membuktikan bersepeda dengan
ayuhan yang cepat dapat meningkatkan
hubungan antara otak dengan gerakan,
yang sangat baik untuk mencegah ataupun
mengobati penyakit Parkinson. Hal ini
menjadikan bersepeda dengan ayuhan
cepat disarankan dilakukan, mengingat
keefektifannya, serta biayanya yang murah.
Bersepeda
Cepat Bantu
Atasi Parkinson
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 13
STOP PRESS
Apresiasi Menkes
di Hari Kesehatan
Nasional 2012
T
anggal 12 Nopember 2012
lalu, Menteri Kesehatan RI,
dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH,
memimpin upacara peringatan
Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-48 yang
bertema“Indonesia Cinta Sehat”dengan
sub-tema“Ibu Selamat Anak Sehat”di
lapangan kantor Kemenkes, Jakarta.
Upacara diikuti para pegawai Kementerian
Kesehatan, yang berasal dari kantor pusat
maupun perwakilan unit pelaksana teknis
(UPT), rumah sakit vertikal, organisasi
kemasyarakatan dan dunia usaha.
Dalam sambutannya, Menkes menyatakan
bahwa pembangunan kesehatan tidak
mungkin berhasil tanpa dukungan, peran
serta dan komitmen seluruh pemangku
menjaga, meningkatkan serta mencintai
kesehatan sebagai perilaku sehari-hari
dengan menjaga dirinya agar sehat
dan tetap sehat, dari dalam kandungan
sampai seumur hidup. Hal ini dilakukan
dalam rangka menciptakan kemandirian
masyarakat untuk hidup sehat.
Usai pelaksanaan upacara, Menkes
membuka pameran foto HKN 2012, yang
bertema selaras dengan peringatan HKN
ke-48, yaitu“Ibu Selamat Anak Sehat”.
Dalam kegiatan tersebut, dipamerkan
berbagai karya fotografi para pegawai
Kementerian Kesehatan, juga dokumentasi
berbagai unit di Kemenkes. Hal yang
menarik dalam pameran tersebut
adalah keberadaan salah satu sudut
P
ada tanggal 7 November
2012 lalu, Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan,
Kementerian Kesehatan RI, Prof.
dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K). MARS,
DTM&H, DTCE, menyampaikan presentasi
mengenai Pengendalian Penyakit di
Indonesia, pada seminar Nasional yang
diselenggarakan oleh Persatuan Sarjana
Kesehatan Masyarakat (PERSAKMI) dan
Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia
(PAEI) di Sulawesi Selatan.
Dalam seminar tersebut Prof. Tjandra
menjelaskan mengenai peran kesehatan
dalam MDGs 2015, kesehatan dalam
bentuk triple burden di Indonesia, serta
menggambarkan situasi epidemiologi
dan program penanggulangan berbagai
penyakit.
Beliau juga menyampaikan pendekatan
CERDIK yaitu Cek kesehatan secara teratur,
Enyahkan asap rokok, Rajin berolahraga,
Diet yang sehat, Istirahat yang cukup
dan Kelola stress, sebagai upaya yang
sangat penting dilakukan cegah penyakit
tidak menular. Selain hal penting lain
seperti Penanggulanan masalah merokok,
pengaturan diet garam, dan gula serta
lemak.
Dalam kesempatan itu Prof. Tjandra juga
melakukan diskusi dengan para peserta
seminar, yang membahas beberapa topik,
seperti kondom dalam pencegahan
HIV/AIDS, Indonesia sehat vs MDGs,
pentingnya budaya setempat dalam
penyuluhan kesehatan, Hertz immunity,
dan kemampuan petugas kesehatan untuk
memasarkan isu kesehatan ke pimpinan
daerah, pihak legislatif, dan masyarakat
umum.
“CERDIK”
Langkah Penting
Cegah Penyakit
Tidak Menular
kepentingan dan seluruh lapisan
masyarakat. Karena itu, dalam peringatan
HKN ke-48 tersebut, Menkes menyampaikan
terima kasih dan apresiasi kepada semua
pihak yang terus memberikan dukungan
bagi suksesnya pembangunan kesehatan di
tanah air tercinta.
“Secara khusus, atas nama Pemerintah
dan Rakyat Indonesia saya ingin
menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada setiap petugas dan tenaga
kesehatan yang melayani masyarakat
di daerah-daerah yang paling susah, di
gunung-gunung dan pantai, di daerah
pedesan yang terpencil, bahkan di
pulau-pulau, di daerah perbatasan,
daerah-daerah di mana masyarakat secara
khusus membutuhkan sentuhan petugas
kesehatan”, kata Menkes.
Pada kesempatan tersebut, Menkes
mengajak semua pihak, untuk memelihara,
“in memoriam Ibu Endang Rahayu
Sedyaningsih”, dalam rangka mengenang
jasa almarhumah dalam pembangunan
kesehatan di Indonesia.
Selain acara tersebut Menkes juga
melakukan penandatangan memorandum
of understanding (MoU) antara Kemenkes
dengan empat lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan delapan pimpinan
dunia usaha.
Selain itu, diselenggarakan pula malam
resepsi pada hari yang sama dengan
agenda utama adalah pemberian
tanda penghargaan Manggala Karya
Bakti Husada, Ksatria Bakti Husada,
Mitra Bakti Husada. Selanjutnya, akan
diberikan pula penghargaan kepada
Tenaga Kesehatan Berprestasi, Institusi
Kesehatan Berprestasi, Perpustakaan
terbaik di lingkungan Kemenkes RI, serta
pengumuman pemenang lomba K3,
kebersihan dan kerapihan.
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM14
M
ulai sekarang setiap warga negara Indonesia, tidak
perlu lagi khawatir akan ditolak oleh rumah sakit
mana pun. Hal tersebut ditegaskan oleh Menkes RI, dr.
Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, dalam sambutannya pada
pembukaan Kongres XII Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia
(Persi) dengan tema Stragtegi Rumah Sakit Menghadapi Arus Kuat
Perubahan sebagai Dampak Berlakunya Undang-Undang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Akreditasi Nasional, d JCC
Jakarta, Rabu pagi (7/11).
“Tidak dibenarkan rumah sakit manapun, baik rumah sakit milik
pemerintah maupun swasta menolak pasien dalam keadaan
darurat, dengan alasan apapun. Apalagi bila karena alasan tidak
ada biaya.”Demikian pernyataan Menkes RI.
“Saat ini telah tersedia pelayanan asuransi kesehatan (Askes),
jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), bahkan jaminan
kesehatan daerah (Jamkesda)”, Menkes menambahkan.
Menkes juga menghimbau kepada seluruh dokter, baik dokter
umum maupun spesialis, untuk menuliskan resep berdasarkan
Rumah Sakit Jangan Tolak
Pasien Dalam Keadaan Darurat
daftar obat yang telah disetujui, khususnya bagi para pasien yang
merupakan peserta Askes, Jamkesmas dan Jamkesda.
“Jangan karena alasan dokter lebih suka obat paten, maka pasien
dibebani untuk membeli obat paten yang mahal dan belum tentu
efikasinya melebihi obat generik yang sudah tersedia”, terang
Menkes.
Menkes menyatakan bahwa dalam proses peningkatan menuju
rumah sakit yang bermutu dan terakreditasi, maka rumah sakit
harus berpegang teguh pada prinsip dasar memberikan perhatian
sebesar-besarnya kepada pasien (patient centeredness) dengan
pilar utama keselamatan pasien (patient safety).
Menurut Menkes, patient safety di rumah sakit hanya dapat dijamin
jika rumah sakit memberikan pelayanan bermutu dan seluruh
petugasnya bersikap profesional, dan memberikan perhatian baik
kepada pasien.
“Marikitabangunsemangatuntukbanggamelayanidanberprinsip
patient care”, ajak Menkes.
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 15
STOP PRESSSTOP PRESS
Sampah hingga saat ini menjadi
permasalahan yang krusial. Beberapa
daerah begitu kesulitan dalam
menangani hal ini. Setiap orang
Indonesia rata-rata menghasilkan 0,5
kg sampah/orang/hari
D
irektur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Kementerian
Kesehatan RI, Prof dr Tjandra Yoga Aditama
SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, dalam Rapat
Koordinasi Nasional Gerakan Indonesia
Bersih (GBI), di Jakarta, mengatakan untuk
Gerakan Indonesia Bersih
Hanya 20%
remaja yang tau hiv-aids
“
S
iapa yang tau berapa jumlah anak muda yang usia
15-24 tahun di Indonesia?”, tanya Menteri Kesehatan
RI dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH saat berdialog dengan
para wartawan pada Pekan Kondom Nasional 2012,
Rabu (5/12), di Jakarta. Diketahui bahwa penduduk
usia 15-24 tahun di Indonesia berjumlah 65 juta jiwa (28% dari
jumlah penduduk), dan hanya 20.6% yang tau tentang HIV-
AIDS. Artinya hampir 80% anak muda/remaja rentan terinfeksi
HIV karena kurangnya pengetahuan tersebut. Hal ini lah yang
menyebabkan meningkatnya angka HIV-AIDS di Indonesia.
Seperti yang sering diutarakan Menkes pada rangkaian kegiatan
Hari AIDS Sedunia tahun 2012, bahwa peningkatan pengetahuan
tentang HIV-AIDS pada kelompok usia remaja terus diupayakan.
Pengetahuan bukan hanya mengenai HIV-AIDS, tetapi juga
pendidikan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya Napza. Usia
ini sangat rentan terhadap infeksi HIV, karena terbukti pengidap
AIDS sebagian besar berusia 20-29 tahun. Artinya orang-orang
muda ini terinfeksi HIV pertama kali pada 5 tahun sebelumnya,
yaitu antara usia 15-24 tahun.
Pengendalian dan pencegahan infeksi HIV butuh kerjasama
semua pihak baik orang tua, guru, dan juga media/wartawan
untuk berperan penting dalam memberikan informasi mengenai
HIV dan AIDS.
“Disini lah peran Saudara untuk memberikan informasi yang
benar dan lengkap kepada generasi muda agar tidak berperilaku
berisiko”, pesan Menkes kepada wartawan yang hadir.
Peran semua masyarakat selain media masa dan guru, perusahaan
dan distributor kondom yang bekerjasama dengan Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) juga memegang peran
penting dalam pengendalian HIV AIDS. Ini bukan hanya masalah
kondom, tapi menyangkut pencapaian MDGs. Pengetahun
penggunaan kondom yang benar pada masyarakat khususnya
remaja, dilakukan untuk mencegah perilaku berisiko.
“Upaya kita komprehensif, di hulu itu yang paling penting”, tegas
Menkes.
Hal yang paling merisaukan adalah meningkatnya angka penyakit
kelamin pada usia muda dan ibu-ibu yang mayoritas adalah ibu
rumah tangga. Bila ibu hamil yang menderita penyakit kelamin,
maka bayi yang dilahirkannya nanti akan mengalami kecacatan.
Faktanya, ibu-ibu rumah tangga tersebut terinfeksi HIV bukan
karena selingkuh atau menggunakan narkoba, melainkan tertular
dari suami mereka. Ini lah mengapa peran laki-laki sangat penting
untuk melindungi diri dan pasangannya. Lelaki yang terinfeksi HIV
akan menimbulkan dampak pada kesehatan keluarganya.
Mengendalikan dan melakukan pencegahan infeksi baru HIV
merupakan upaya yang akan berpengaruh terhadap peningkatan
angka kesakitan penyerta AIDS yaitu TBC, selain itu juga
berpengaruh terhadap angka kematian ibu dan bayi. (Eci)
mengatasi pengelolaan sampah perlu
dilakukan 3R yaitu, reduce: kurangi jumlah
sampah, reuse: sedapat mungkin jangan
gunakan bahan yang sekali pakai buang,
tapi dapat digunakan kembali, dan recycle:
sampah organik dapat diolah kembali
menjadi pupuk.
“Untuk mewujudkan GBI diperlukan
beberapa tahapan kegiatan seperti
quick wins, perubahan paradigma, dan
keberlanjutan”, ujar Prof. Tjandra.
Dari sudut pandang kesehatan
Prof. Tjandra menambahkan bahwa
pengelolaan sampah dan sanitasi dapat
dilakukan oleh Rumah Sakit, Puskesmas,
apotek, dan laboratorium, dengan
kegiatan yang meliputi, sosialisasi
pedoman yang telah ada, penyiapan
sarana kebersihan, pelaksanaan
kebersihan, evaluasi, dan penilaian.
Pada acara Rapat Koordinasi Nasional
Gerakan Indonesia Bersih (GBI), dibuka
oleh Wakil Presiden RI, Dr. Boediono. Acara
ini mengusung tema“Menjaga Kebersihan
Cerminan Harkat, Martabat dan Harga Diri
Bangsa”.
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM16
Perkembangan
BPJSD
iterbitkannya Undang-
Undang (UU) Nomor
24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) yang
merupakan turunan dari UU Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) menjadi tonggak
sejarah pelaksanaan sistem jaminan sosial
secara komprehensif dan terintegrasi di
Indonesia.
Pada Pasal 1 ayat (1) Undang Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS
menyebutkan bahwa BPJS adalah
badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan
sosial. BPJS yang dimaksud terdiri dari
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Selanjutnya, dalam ayat (2) dijelaskan
bahwa jaminan sosial adalah salah
satu bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar.
BPJS Kesehatan sendiri merupakan hasil
transformasi dari PT Askes (Persero)
yang berfungsi menyelenggarakan
program jaminan kesehatan, sedangkan
BPJS Ketenagakerjaan merupakan hasil
transformasi dari PT Jamsostek (Persero)
yang berfungsi menyelenggarakan
program jaminan kecelakaan kerja,
program jaminan hari tua, program
jaminan pensiun dan program jaminan
kematian. BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan akan mulai beroperasi
pada 1 Januari 2014. Dengan terbentuknya
kedua BPJS tersebut nantinya jangkauan
kepesertaan program jaminan sosial akan
diperluas secara bertahap.
Dalam hal ini PT Jamsostek (Persero)
yang harus bertransformasi menjadi BPJS
Ketenagakerjaan tentu harus menyusun
serta merumuskan sistem dan prosedur
operasional yang diperlukan untuk
beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan.
Secara umum, transformasi Jamsostek
ke BPJS Ketenagakerjaan menyaratkan
hasil pengelolaan dana jaminan sosial
dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan sebesar-
besarnya demi kepentingan peserta.
Jamsostek juga terus melakukan ekspansi
dalam pelayanan dan peningkatan
manfaat tambahan untuk pekerja peserta,
selain yang didapat dari empat program
jaminan sosial. Bantuan uang muka
perumahan serta pembangunan rumah
pekerja terus ditingkatkan.
Sedangkan untuk masalah pelayanan
jaminan kesehatan bagi pekerja akan
dilimpahkan dari Jamnsostek ke Badan
Penyelenggara Jamainan Sosial (BPJS)
Kesehatan yaitu Askes mulai 2014.
Dalam proses transisi ini, pemerintah
menjamin tidak akan ada perubahan
pelayanan dalam jaminan kesehatan dari
Jamsostek. Pelayanan juga tidak akan
terganggu dengan adanya pelimpahan
pengurusan dan pengelolaan jaminan
kesehatan pekerja. Pada saat ini samapai
2013 akan terus dilakukan inventarisasi
dan pencocokan data. Siapa saja peserta
layanan kesehatan Jamsostek yang
akan ditangani BPJS Kesehatan. Dengan
demikian, pada hari pertama di tahun
2014, semuanya sudah bisa dilayani
maksimal.
Walaupun mempunyai pembagian tugas
yang jelas, Askes dan Jamsostek tetap
bekerja sama membangun Rumah Sakit
(RS) Pekerja yang juga bisa digunakan oleh
masyarakat umum di KBN Cakung, Jakarta.
Penandatanganan nota kesepahaman
(MoU) terkait hal dilakukan di Kementerian
BUMN Jakarta, Senin 24 September 2012.
Nilai investasi pembangunan rumah sakit
yang dibangun di lahan milik KBN seluas
2,1 hektare ini diproyeksikan berkisar
Rp 200 miliar dan beroperasi akhir 2013.
Sambil menunggu pembangunan RS
Pekerja di Cakung dan kawasan lainnya
selesai, Jamsostek dengan kemampuan
pendanaannya juga akan membangun
poliklinik plus di 200 titik sentra/
merupakan konsentrasi para buruh.
Namun, kesiapan infrastruktur menjadi
tidak berarti tanpa adanya aturan turunan
BPJS. Seharusnya saat ini pemerintah
sudah mulai bergerak untuk menerbitkan
aturan turunan UU BPJS yang berjumlah
16 aturan. Sayangnya, menurut Anggota
Komisi IX DPR dari Fraksi PKS, pemerintah
sulit menuntaskan 16 regulasi turunan
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 17
STOP PRESSSTOP PRESS
UU BPJS sesuai tenggat waktu yang
ditetapkan.
Proses transformasi dari Jamsostek
ke BPJS juga akan dipantau oleh BPK.
Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Bahrullah Akbar mengatakan, sesuai tugas
dan kewenangan, BPK akan memberikan
pertimbangan terhadap rancangan sistem
dan pengendalian internal pemerintah
sebelum BPJS Ketenagakerjaan terbentuk.
Saat ini hasil pemeriksaan BPK
menemukan beberapa masalah penting
dalam proses transformasi Jamsostek
menjadi PBJS Ketenagakerjaan. Hasil
pemeriksaan, di antaranya terkait masalah
evaluasi kebutuhan pegawai serta beban
kerja dalam program jaminan hari tua
(JHT). Selain itu menyangkut pengelolaan
data peserta JHT serta pembenahan
sistem teknologi informasi yang
mendukung keandalan data tersebut.
Menurut Bahrullah Akbar, terdapat
inefisiensi pada Jamsostek dalam
memberikan perlindungan dengan
membayarkan santunan JHT. Selain
itu juga ada beberapa permasalahan
dalam distribusi manfaat bagi peserta
Jamsostek. Terkait hal ini, BPK sudah
memberikan sejumlah rekomendasi terkait
hasil pemeriksaan/temuan. BPK juga
memberikan masukan untuk dijadikan
pertimbangan dalam penyusunan
peraturan pelaksana dari Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS
maupun peraturan teknis lainnya.
Sementara itu, Direktur Utama Jamsostek
Elvyn G Masassya menyambut baik inisiati
BPK sebagai lembaga pemeriksa keuangan
atau auditor negara. Kami di Jamsostek
akan tindak lanjuti masukan BPK. Terutama
soal efisiensi penyaluran dana JHT yang
saat ini nilainya terus menyusut, karena
sudah ada pencairan dari peserta, katanya.
Menurut dia, untuk meningkatkan efisiensi
terhadap peserta, ke depannya BPJS
Ketenagakerjaan akan mengarahkan
pelayanan berbasis teknologi. Layanan
akan cenderung mengedepankan
penggunaan teknologi pendukung,
seperti registrasi kepesertaan secara
elektronik (e-registration), pembayaran
iuran secara elektronik (e-payment)
serta penyaluran klaim secara elektronik
(e-claim). Elvyn juga menegaskan bahwa
selama dua tahun persiapan menjelang
perubahan menjadi BPJS Ketenagakerjaan,
Jamsostek akan menambah gerai (outlet)
hingga menjangkau 440 kabupaten/
kota di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan akses pekerja/perusahaan
terhadap pelayanan Jamsostek atau BPJS
Ketenagakerjaan.
Dukungan terhadap BPJS juga di
sampaikan oleh Menag BUMN Dahlan
Iskan. Beliau merasa yakin Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
bisa dilaksanakan pada Januari 2014,
untuk memberikan jaminan kesehatan
bagi seluruh masyarakat. Di sisi lain,
pemerintah daerah diharapkan dapat
mendata masyarakat dari sektor non
formal, agar segera dapat terwujud health
universal coverage. Pada salah satu
kesempatan beliau mengatakan mulai
2014 seluruh rakyat Indonesia mendapat
jaminan kesehatan . PT Askes (Persero)
sudah sangat siap sebagai BPJS yang tidak
hanya mengelola jaminan kesehatan PNS
dan pensiunan saja, tetapi akan mengelola
jaminana kesehatan untuk seluruh rakyat
Indonesia.
Di sisi lain, PT Jamsostek (Persero) sudah
berencana untuk memperbanyak kanal-
kanal distribusi pelayanan di seluruh
Indonesia mulai 2013. Hal ini dilakukan
untuk menjangtkau sekitar 20 juta pekerja
formal di perusahaan yang hingga kini
belum terlindungi program jaminan
sosial. Direktur Kepesertaan Jamsostek
mengatakan, dari total sekitar 33 juta
pekerja formal secara nasional, yang aktif
menjadi peserta program jaminan sosial
yang diselenggarakan Jamsostek baru
sekitar 11 juta orang. Sementara dari
pekerja sektor informal atau perorangan
masih di bawah satu juta orang. Sisanya
sekitar 20 jutaan pekerja formal hingga
kini sama sekali belum tersentuh program
Jamsostek. Padahal mereka memiliki hak
untuk ikut program-program Jamsostek
sesuai amanat Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1992.
Masih rendahnya kesadaran perusahaan
dan pekerja terhadap pentingnya program
Jamsostek ini menjadi salah satu kendala
belum optimalnya jumlah kepesertaan
di Jamsostek. Untuk itu Jamsostek akan
mengintensifkan sosialisasi program
jaminan sosial dan manfaatnya serta
memperbanyak kanal-kanal distribusi
pelayanan di seluruh Indonesia. Di
antaranya memperbanyak kantor unit
layanan, selain kantor cabang. Jamsostek
akan menjalin kerja sama dengan berbagai
instansi untuk membuka unit-unit
pelayanan bagi peserta tersebut.
Sebelumnya, Direktur Utama Jamsostek
Elvyn G Masassya mengatakan, kantor
cabang PT Jamsostek (Persero) siap
mengunjungi perusahaan-perusahaan
sebagai upaya jemput bola untuk
meningkatkan kepesertaan. Apalagi
hingga saat ini belum seluruh pekerja di
perusahaan menjadi peserta program
jaminan sosial yang diselenggarakan
Jamsostek. Dalam hal ini ke depan,
seluruh jajaran di Jamsostek tidak hanya
menunggu di kantor. Namun turun ke
lapangan melakukan pendekatan ke
perusahaan-perusahaan. Saat ini jumlah
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM18
pekerja formal di perusahaan swasta dan
BUMN yang menjadi peserta Jamsostek
sebanyak 11,1 juta orang. Padahal
diperkirakan pekerja formal tersebut
secara nasional mencapai 33 juta orang.
Sementara itu, PT Askes (Persero)
diingatkan untuk memperhatikan masalah
data kepesertaan sebelum bertransformasi
menjadi Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan pada 1 Januari
2014, terutama terkait penerapan sistem
data kepesertaan dan pelayanan yang
berbasis teknologi informasi (TI). Ketua
Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN)
Chazali H Situmorang mengatakan,
sistem berbasis TI harus sudah diterapkan
sebelum Askes bertransformasi menjadi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan. Hal ini bertujuan agar
program jaminan kesehatan untuk
masyarakat luas bisa dilaksanakan dengan
baik. Jika tidak didukung sistem berbasis
TI, maka BPJS Kesehatan berpotensi
mengalami kebangkrutan.
Pihaknya kerap mengingatkan kepada
Askes agar TI diperhatikan, karena bisa
terjadi peserta ganda, yang berarti
pembayaran berlapis. Lama-lama
masalah ini bisa membuat bangkrut BPJS
Kesehatan. Menurut Chazali, saat ini DJSN
tengah mengharmonisasikan sistem
informasi jaminan kesehatan nasional.
Selama ini, data pelaksanaan program
jaminan kesehatan di Indonesia belum
terintegrasi. Data peserta di seluruh
penyelenggara jaminan kesehatan
belum terhimpun dengan baik. Padahal
bagian terpenting dalam manajemen
dan penyelenggaraan jaminan kesehatan
yang efektif terkait sistem informasi
yang terintegrasi. Sistem ini dapat
mengharmonisasikan data peserta
program jaminan kesehatan dengan data
dari Kementerian Dalam Negeri yang
berdasarkan nomor induk kependudukan
(NIK). Namun, NIK juga belum
disinkronisasi sebagai identifikasi peserta
untuk para peserta program jaminan
kesehatan. Padahal sistem informasi
jaminan kesehatan ini harus menjadi
lokomotif pelaksanaan sistem jaminan
sosial nasional (SJSN) secara keseluruhan,
katanya.
Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan
Ali Gufron memastikan, BPJS Kesehatan
tetap akan beroperasi pada 1 Januari 2014
meski belum ada harmonisasi data dan
sistem TI yang baku. Apalagi penerapan
sistem TI tidak mudah, karena banyak
model yang harus disesuaikan dengan
kebutuhan. Apalagi sistem TI mencatat
data dan transaski yang ada. Beliau
lantas membantah bahwa akibat belum
diharmonisasikannya sistem informasi pada
saat BPJS Kesehatan, maka pelaksanaan
program jaminan kesehatan bersifat uji
coba (trial and error). Apalagi dalam masa
transisi pasti membutuhkan penyesuaian,
seperti dalam pelaksanaan e-KTP.
Menurut Ali Gufron, sistem TI merupakan
tulang punggung dalam pelaksanaan
BPJS Kesehatan. Karena itu harus menjadi
prioritas. Apabila sistem ini sudah bisa
dibangun, maka akan memudahkan
pengintegrasian dengan program-
program jaminan sosial lainnya, misalnya
terkait masyarakat yang tergolong
penerima besaran iuran (PBI) yang bisa
berubah-ubah karena perubahan status
sosial seseorang. Beliau menambahkan,
yang semula miskin, bisa saja suatu saat
masuk dalam kelompok mampu. Atau,
yang tadinya tidak miskin, karena sesuatu
hal masuk dalam jurang kemiskinan.
Jadi, dengan kata lain, PBI bisa siapa saja.
Karenanya, harus ditopang dengan sistem
IT agar PBI benar-benar sesuai sasaran.
Beliau menyebutkan, PBI 2014 sendiri
tercatat sebanyak 86,4 juta orang miskin
dan berpendapatan rendah. Artinya ada
40 persen masyarakat dengan penghasilan
terendah hasil identifikasi Badan Pusat
Statistik (BPS) dan Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan yang masuk
dalam catatan PBI. Data ini akan diperbarui
tiga tahun sekali.
Dengan kondisi seperti sekarang ini, tentu
saja BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan
sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Namun dalam pelaksanaannya
masih ditemui hambatan-hambatan
yang mengganggu jalannya proses
transformasi. Oleh karena itu, sebagai
warga negara Indonesia, kita harus tetap
optimis dan mendukung adanya BPJS
kesehatan dan ketenagakerjaan.
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 19
B
erkaitan dengan hal tesebut diatas, Menteri Kesehatan
bersama beberapa Pimpinan Organisasi Masyarakat
(Ormas) dan Mitra Dunia Usaha menandatangani
kesepakatan bersama di bidang kesehatan, Senin
(12/11) di Jakarta. Kesepakatan tersebut merupakan
komitmen Ormas dan Dunia Usaha untuk mendukung dan
berperan aktif dalam pembangunan kesehatan, khususnya pada
pencapaian indikator MDG’s.
Penandatanganan kesepakatan bersama (MoU) antara Menkes
dan Ormas dilakuan oleh Muhammad Jusuf Kalla selaku Ketua
Umum (Ketum) Dewan Masjid Indonesia, M.Faqih Ridha Ketum
Yayasan Jaringan Pesantren Nusantara, Anindyati Sulasikin
Murpratomo Ketum Yayasan Amal Bhakti Ibu Indonesia, dan M.
Akbar Kepala Bidang Pengkaderan Himpunan Mahasiswa Islam.
Sedangkan dari dunia usaha, penandatanganan dilakukan oleh
Gatot M. Suwandono Direktur Utama PT. Bank Negara Indonesia,
Dyah Anita Prihapsari Ketum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
(IWAPI), Mada Shinta Dewi Presiden Direktur PT. Johnson &
Johnson Indonesia, Sandeep Sur Direktur PT. Novo Nordisk
Indonesia, Daniel Podiman Direktur Utama PT. Express Transido
Utama Tbk, dan Bambang Sutantio Direktur PT. Cisarua Mountain
Dairy (Cimory).
Menteri Kesehatan dr.Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH dalam kesempatan
tersebut memaparkan fokus kegiatan Ormas dan Dunia Usaha
dalam pembangunan kesehatan. Ormas fokus pada promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di lingkungan tempat
ibadah, sekolah, dan pesantren dalam berperilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) serta Desa Siaga Aktif. Sedangkan Dunia Usaha
fokus pada peningkatan kesehatan Ibu, penurunan kematian
anak, peningkatan status gizi masyarakat, pengendalian penyakit
HIV dan AIDS, penyehatan lingkungan dan pengendalian penyakit
tidak menular.
Pembangunan kesehatan tidak mungkin dilaksanakan sendiri
oleh jajaran kesehatan, begitu pula Jaminan kesehatan Semesta
hanya mungkin terwujud jika didukung oleh seluruh jajaran
pemerintah dan swasta serta masyarakat.“Pada kesempatan yang
berbahagia ini saya mengajak dunia usaha, ormas, dan seluruh
STOP PRESSSTOP PRESS
lapisan masyarakat agar berperan positif dalam mewujudkan
jaminan kesehatan semesta”, ujar Menkes.
Demi terwujudnya jaminan kesehatan semesta atau yang disebut
universal health coverage, Pemerintah sedang menyiapkan
pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan
baik regulasi, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia
dan kegiatan sosialisasi. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-
Undang (UU) No. 40 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Nasional
(SJSN) dan UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial (BPJS). Diharapkan tahun 2019 jaminan kesehatan
semesta ini sudah dapat terwujud di Indonesia.
“kita sebagai petugas kesehatan, sebagai pemerintah
berkewajiban untuk membantu rakyat sehat dan tetap sehat dari
dalam kandungan sampai Tuhan panggil dia”, tegas Menkes.
Upaya lain yang telah dilakukan dunia usaha dan ormas dalam
pembangunan kesehatan, yaitu :
•	 Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang
menekankan pada terbentuknya masyarakat desa dan
kelurahan yang peduli, tanggap dan mampu mengenali,
mencegah, serta mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi,
termasuk upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak.
•	 Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di berbagai
tatanan masyarakat, seperti : rumah tangga, sekolah, institusi
kesehatan, tempat kerja dan tempat umum.
•	 Penyediaan fasilitas pemberian ASI di tempat umum dan
tempat kerja, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun
2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif yang mewajibkan
pengelola tempat umum dan tempat kerja untuk menyediakan
fasilitas agar ibu dapat menyusui bayinya atau memerah ASI.
•	 Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
•	 Pelaksanaan  Upaya  Kesehatan  Bersumberdaya  Masyarakat   
seperti Posyandu, Poskestren, dan Posbindu.
Menkes menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada
dunia usaha dan ormas atas kerjasamanya selama ini dengan
pemerintah dalam berbagai kegiatan.“Selanjutnya saya berharap
agar upaya-upaya tersebut dapat ditingkatkan”, ujar Menkes. (Eci)
Ormas, Dunia Usaha dan
Kemenkes sepakat Capai MDG’s
Pembangunan kesehatan tidak terlepas dari dukungan dan komitmen dari seluruh warga masyarakat
Indonesia untuk mencapai Millenium Development Goal’s (MDG’s). Lima dari delapan agenda MDG’s
berkaitan langsung dengan bidang kesehatan yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan,
menurunkan Angka Kematian Anak, meningkatkan kesehatan Ibu, memerangi HIV/AIDS, Malaria,
Tuberkulosis, dan penyakit lainnya, serta melestarikan lingkungan hidup.
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM20
MEDIAUTAMA
Setiap tanggal 1 Desember selalu diperingati sebagai hari AIDS sedunia.
Hari tersebut digagas pada Pertemuan Menteri Kesehatan sedunia pada
tahun 1988, guna menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS di
seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV. Namun sejauh
mana Anda mengenal HIV dan penyakit AIDS itu sendiri? Karena masih
banyak masyarakat mendapatkan sebuah informasi yang salah terhadap
penyakit satu ini.
HIV-AIDS
Mengenal, dan Mencegah Pertumbuhan
21EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM
MEDIA UTAMA
HIV Menyerang Kekebalan Tubuh Manusia
H
uman Immunodeficiency Virus atau yang dikenal
dengan singkatan HIV adalah virus yang menyebabkan
AIDS. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia. Dengan melemahkan pertahanan tubuh
terhadap penyakit, HIV menyebabkan tubuh menjadi rentan
terhadap sejumlah infeksi dan yang berpotensi mengancam
nyawa dan juga terhadap kanker. HIV dapat menular yang berarti
virus tersebut dapat berpindah dari satu orang ke orang lain.
HIV merupakan suatu subgroup retrovirus yang dikenal sebagai
lentivirus, atau“slow”virus. Jadi bagi orang yang terkena virus
HIV dampaknya dapat dirasakan dalam jangka waktu yang lama
hingga muncul gejala yang berat. Para penderita HIV ini disebut
dengan ODHA.
Terjangkitnya HIV dapat memunculkan penyakit AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome), yakni suatu kumpulan gejala
berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh
penurunan kekebalan tubuh. AIDS dikenal luas sejak tahun 1981,
meskipun virus telah terdapat pada darah yang tersimpan pada
tahun 1959. virus yang mirip telah ditemukan pada primata.
Cara Penularan Virus HIV
HIV terdapat dalam cairan tubuh ODHA, dan dapat dikeluarkan
melalui cairan tubuh tersebut. Jadi seseorang dapat terinfeksi
HIV bila kontak dengan cairan tersebut. Meskipun virus terdapat
dalam saliva, air mata, cairan serebrospinal dan urin, tetapi
cairan tersebut tidak terbukti berisiko menularkan infeksi
karena kadarnya sangat rendah dan tidak ada mekanisme yang
memfasilitasi untuk masuk ke dalam darah orang lain.
Cara penularan yang lazim adalah, melakukan kontak seksual
yang tidak terlindungi (seks tanpa menggunakan kondom)
dengan ODHA. Maka dianjurkan untuk tidak melakukan seks
bebas di luar nikah. Lalu kontak dengan darah yang terinfeksi
(melalui tusukan jarum suntik, pemakaian jarum suntik secara
bersama, dan produk darah yang terkontaminasi). Kemudian
penularan dari ibu dengan HIV ke bayi (selama dan setelah lahir).
Cara lain dapat juga ditemui seperti, tato, transplantasi organ dan
jaringan, inseminasi buatan, tindakan medis semi invasif.
Mitos di masyarakat yang begitu ditakuti ternyata tidak ada risiko
penularannya seperti, memeluk, bercium, pemakaian bersama
alat makan, sentuh tubuh, atau penggunaan toilet umum. HIV
juga tidak disebarkan oleh nyamuk atau serangga lainnya.
Penyakit Yang Terkait Dengan Infeksi HIV
Oleh karena menurunnya sistem imunitas, maka seseorang
menjadi rawan untuk mendapatkan berbagai macam penyakit.
HIV sendiri dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk yang
berbeda. Ada pun penyakit-penyakit yang umum terkait dengan
infeksi HIV adalah TB, Pneumocystis jerivecii, Kandidiasis esofagus,
Kriptokokosis, Toksoplasmosis, Kriptosporodiosis, Cytomegalovirus
(CMV), dan Infeksi mycobacterium avium complex (MAC).
Bagaimana Mencegah HIV?
Banyak cara untuk mencegah penularan HIV AIDS, dalam konteks
hubungan seksual adalah dengan cara Abstinensia yaitu tidak
melakukan hubungan seksual, setia kepada pasangan, melakukan
hubungan seks yang aman dengan menggunakan kondom,
mengobati pasangan seksual, menemukan dan mengobati
secara cepat kasus IMS. Kemudian pencegahan penularan
melalui darah dan cairan tubuh dapat dengan cara penggunaan
jarum suntik yang steril, serta menghindari terkenanya darah
dan cairan pasien HIV pada bagian tubuh yang ada luka dengan
menerapkan kewaspadaan standar bagi petugas kesehatan. Lalu
untuk mencegah penularan dari ibu kepada janin dengan cara
menawarkan tes IMS dan HIV kepada ibu hamil serta pemberian
ARV kepada ibu hamil (HIV (+) melalui program pencegahan dari
ibu ke anak (PPIA).
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM22
Pertumbuhan Epidemi HIV-AIDS di Indonesia
Sejak pertama kali kasus AIDS ditemukan tahun 1987 sampai
dengan September 2012, kasus AIDS tersebar di 341 (68,478%)
dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Wilayah
pertama kali ditemukan adanya kasus AIDS adalah Provinsi
Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adanya kasus AIDS
adalah Provinsi Sulawesi Barat (2011). Sejak tahun 2005 sampai
September 2012, terdapat kasus HIV sebanyak 92.251 yang
didapat dari laporan layanan konseling dan tes HIV. Faktor resiko
penularan HIV tertinggi adalah hubungan sex tidak aman pada
heteroseksual, seperti terlihat pada table berikut.
Adapun 10 Provinsi jumlah kumulatif kasus AIDS terbanyak
1987 sampai September 2012
Berdasarkan kelompok umur, persentase kasus HIV tahun 2012
didapatkan tertinggi pada usia 25 – 29 tahun, kemudian diikuti
oleh kelompok umur 30 hingga 39 tahun. Meskipun Indonesia
tergolong epidemi rendah, namun Indonesia satu-satunya di
regional ASEAN yang mengalami peningkatan prevalensi HIV-
AIDS secara cepat. Kasus AIDS berdasarkan faktor risiko penularan
yang tertinggi adalah melalui heteroseksual (77,4%), kemudian
diikuti pengguna napza suntik (32,4%), dan kemudian lelaki
seks lelaki (3,7%) data ini berdasarkan laporan Departemen
Kementerian Kesehatan Triwulan III, 2012.
Indonesia terbagi menjadi dua daerah epidemi: pertama epidemi
HIV di Tanah Papua ada kecenderungan meluas. Data STBP 2006
prevalensi HIV pada masyarakat umum sebesar 2,4 %. Pada
provinsi lain epidemi terkonsentrasi pada populasi berisiko
tertular HIV.
Upaya Pengendalian HIV-AIDS
Dalam upaya pengendaliannya dilakukan empat cara mulai dari
promotif, yaitu dengan pemberian KIE kepada masyarakat umum.
Melakukan kampanye,“Aku Bangga, Aku Tahu”kepada penduduk
usia 15 sampai 24 tahun, karena kelompok ini rawan tertular HIV,
dan kerjasama lintas sektor dan lintas program.
Kemudian dilakukan pula upaya preventif, dengan cara tes HV
terutama pada populasi berisiko dan penderita TB yang berisiko
penemuan secara cepat dan pengobatan yang tepat kasus IMS,
pengurangan dampak buruk Napza, serta pencegahan penularan
HIV dari ibu ke anak. Setelah preventif upaya berlanjut kepada
Kuratif yaitu mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat
dengan menggunakan Terapi Antiretroviral, dan pengobatan
infeksi oportunistik. Terakhir upya yang dilakukan adalah
Rehabilitatif, yakni memberi dukungan psikososial kepada ODHA.
Penanganan Kasus HIV-AIDS
Untuk menjadi informasi bagi masyarakat bahwa penanganan
kasus HIV-AIDS mulai dari orang dengan risiko tertular HIV datang
ke pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit
dilakukan konseling dan tes HIV. Setelahnya setiap orang yang
dinyatakan HIV (+), dan nilai CD4 < 350 diberikan pengobatan
Obat Anti Retroviral gratis dengan paduan tiga rejimen obat
sesuai buku panduan tatalaksana terapi ARV Kemenkes 2011.
Bagi orang terinfeksi pengobatan diberikan seumur hidup
kemudian diikuti perkembangan penyakitnya untuk mencegah
timbulnya infeksi oportunistik yang dapat memperberat daya tahan
tubuh ODHA. Penting dalam keberhasilan pengobatan agar ODHA
berkomitmen untuk patuh meminum ARV seumur hidupnya.
Hambatan Program Pengendalian HIV-AIDS di Indonesia
Dalam mengendalikan HIV-AIDS di Indonesia masih mengalami
hambatan berarti, seperti adanya stigma dan diskriminasi, lalu
norma dalam masyarakat yang masih tabu membicarakan
kesehatan reproduksi, serta keterbatasan akses pelayanan
kesehatan disebabkan daerah sulit dijangkau atau dareah
terpencil.
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 23
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM24
B
erbagai penyakit terus berkembanga sekarang ini,
baik yang menular maupun yang tidak menular. Dari
penyakit yang menular dan tidak menular, banyak
penyakit yang sifatnya mematikan. Salah satu contoh
penyakit yang mematikan, misalnya penyakit AIDS yang
disebabkan virus HIV.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu
virus yang menyerang sel CD4/sel darah putih dan menjadikannya
tempat berkembang biak, kemudian merusaknya sehingga tidak
dapat digunakan lagi. Sebagaimana kita ketahui bahwa sel darah
putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa
kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, tubuh
kita lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit dan
akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza
atau pilek biasa.
Secara umum HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah
virus penyebab AIDS. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia yang akan melemahkan kemampuan tubuh untuk
melawan segala penyakit yang datang. HIV terdapat di dalam cairan
tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti di dalam darah, air
mani atau cairan vagina dan air susu ibu (ASI). Pemahaman tentang
penyebaran HIV harus dipahami oleh setiap orang, sehingga semua
pihak bisa mengatisipasi penyebaran virus ini.
AIDS sendiri merupakan singkatan dari Acquired Immune
Deficiency Syndrome, yaitu sekumpulan gejala yang didapatkan
dari penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan system imun
yang disebabkan oleh infeksi HIV. Penyakit yang menyerangi
sistem kekebalan tubuh ini, hingga sekarang belum ditemukan
obatnya. Antiretroviral sendiri sebagai obat yang sering
dikonsumsi penderita AIDS, hanya mengurangi aktifitas virus dan
infeksi oportunistik. Walaupun sering virus HIV sudah ditemukan
antivirusnya, tetapi virus ini adalah virus yang hebat. Saat antivirus
HIV telah ditemukan, virus ini dapat mengubah RNA-nya (asam
ribonukleat) sehingga antivirus tersebut menjadi tidak mempan
terhadap antivirus yang telah ditemukan dan harus dicari antivirus
barunya lagi.
Sejarah penemuan penyakit HIV/AIDS dimulai sejak tahun 1981
di Amerika Serikat. Kasus HIV/AIDS dimulai dengan munculnya
laporan mengenai kasus–kasus penyakit infeksi yang jarang
terjadi, yang ditemukan dikalangan homoseksual, dan kemudian
dirumuskan sebagai penyakit Gay Related Immune Deficiency
(GRID). Penyakit GRID adalah penyakit yang menyebabkan
penurunan kekebalan tubuh yang sering dihubungkan dengan
kaum gay/homoseksual.
Kemudian pada tahun 1982, CD–USA (Centers for Disease Control)
Amerika Serikat untuk pertama kali membuat definisi AIDS. Sejak
saat itulah istilah AIDS mulai dipopulerkan. Pada tahun ini pula, Luc
Montagnier dari Pasteur Institut Paris menemukan bahwa kelainan
ini disebabkan oleh LAV (Lymphadenophaty Associaterd Virus ).
Pada tahun 1984, Gallo dan kawan–kawan dari National Institute
of Health, Bethesda, Amerika Serikat menemukan HTLV III (
Human T Lymphotropic Virus type III) sebagai sebab kelainan ini
(AIDS). Pada tahun 1985, ditemukan Antigen untuk melakukan
tes ELISA, suatu tes untuk mengetahui terinfeksi virus itu atau
tidaknya seseorang. Pada tahun 1986, International Commintte on
Taxonomi of Viruses, memutuskan nama penyebab penyakit AIDS
adalah HIV, sebagai pengganti nama LAV dan HTLV III.
Pada tanggal 15 April 1987, kasus AIDS di Indonesia pertama kali
ditemukan. Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda,
Edward Hop, meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian
lelaki asing itu disebabkan AIDS. Hingga akhir tahun 1987,
terdapat enam orang yang didiagnosis HIV positif, dua di antara
mereka mengidap AIDS akut.
Sejak ditemukan tahun 1978, secara kumulatif jumlah kasus AIDS
di Indonesia sampai dengan tahun 2009 sebanyak 18.442 kasus.
Angka ini kemudian meningkat pada tahun 2011. Berdasarkan
data Kementerian Kesehatan tahun 2011, jumlah kasus AIDS telah
mencapai 26.483 kasus dengan penyebaran pada 33 provinsi
dan 300 kabupaten/kota, dengan rasio laki-laki dan perempuan
sebanyak 3:1. Dalam laporan tahun 2011, kelompok umur yang
terkena HIV/AIDS yaitu umur 20-29 tahun sebanyak 46,4%, umur
30-39 tahun sebanyak 31,5%, dan 9,8% adalah umur 40-49 tahun.
Diproyeksikan pada tahun 2014 nanti jumlah infeksi baru HIV usia
15-49 tahun sebesar 79.200 dan proyeksi untuk usia 15-49 tahun
sebesar 501.400 kasus.
Jumlah penderita penyakit HIV/AIDS, atau yang dikenal dengan
Orang Dengan HIV AIDS (ODHA), yang meninggal akibat AIDS
jumlahnya sekitar 3000-5000 orang per tahun di dunia, atau
sekitar 10 orang per harinya. Sasaran yang paling rentan terhadap
penyakit HIV/AIDS adalah kelompok usia produktif, 15-49 tahun.
Jika kelompok ini sudah terkena penyakit HIV/AIDS, maka
perkembangan bangsa Indonesia ke depannya menjadi sebuah
ancaman. Sebab penyakit HIV/AIDS adalah penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Indonesia terancam kehilangan generasi
penerusnya, jika penyakit ini tidak segera ditanggulangi.
Salah satu hal yang penting untuk diketahui dalam penanggungan
HIV/AIDS adalah mengenai penyebaran HIV/AIDS itu sendiri.
Penyebaran HIV sendiri dapat menular melalui hubungan seksual
(yang tidak terlindungi) dengan orang yang telah terinfeksi HIV,
melalui jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai
bergantian, melalui tranfusi darah yang mengandung HIV, ibu HIV
positif ke bayinya; waktu dalam kandungan, ketika melahirkan atau
melalui ASI. Anggapan yang sering keliru dalam masyarakat adalah
anggapan yang mengira bahwa HIV menular melalui sentuhan,
HIV-AIDS
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 25
salaman, penggunaan peralatan makan bersama, kolam renang,
gigitan nyamuk, tinggal serumah atau duduk bersama. Hal yang
perlu ditekankan adalah bahwa HIV tidak akan menular dalam
kegiatan sehari-hari seperti itu.
Penyakit HIV/AIDS tidak semerta-merta muncul dan
menyebabkan kematian pada penderitanya. Terdapat lima
stadium hingga akhirnya penderita HIV/AIDS sampai pada titik
terparah. Lima stadium penyakit HIV/AIDS tersebut, yaitu pada
gejala awal (1) stadium infeksi, pasien mengalami demam,
kelemahan, Nyeri sendi menyerupai influenza/nyeri tenggorok,
dan pembesaran kelenjaran getah bening. Stadium kedua (2)
merupakan stadium tanpa gejala, stadium dimana penderita
nampak sehat, namun dapat merupakan sumber penularan
infeksi HIV. Stadium tiga (3), gejala stadium ARC, dengan ciri-ciri
demam lebih dari 38°C secara berkala atau terus, menurunnya
berat badan lebih dari 10% dalam waktu 3 bulan, pembesaran
kelenjar getah bening, diare yang berkala atau terus menerus
dalam waktu yang lama tanpa sebab yang jelas, kelemahan tubuh
yang menurunkan aktifitas fisik, dan berkeringat pada malam hari.
Tahap keempat (4) merupakan ciri utama gejala AIDS. Gejala
klinis utama yaitu terdapatnya kanker kulit yang disebut Sarkoma
Kaposi (kanker pembuluh darah kapiler) dan juga adanya kanker
kelenjar getah bening. Terdapat infeksi penyakit penyerta
misalnya pneomonia, pneumocystis,TBC, serta penyakit infeksi
lainnya seperti teksoplasmosis dsb. Gejala terakhir (5) adalah
gejala gangguan susunan saraf, yang terdiri dari lupa ingatan,
kesadaran menurun, mengalami perubahan kepribadian, muncul
gejala–gejala peradangan otak atau selaput otak, dan akhirnya
mengalami kelumpuhan.
Umumnya penderita AIDS sangat kurus, sangat lemah dan
menderita infeksi. Penderita AIDS selalu meninggal pada waktu
singkat (rata-rata 1-2 tahun) akan tetapi beberapa penderita dapat
hidup sampai 3 atau 4 tahun.
Di masyarakat sendiri sering muncul anggapan keliru mengenai
penyakit AIDS. Anggapan keliru tersebut misalnya
1.	Orang Yang Baru Didiagnosis HIV/AIDS Akan Segera Meninggal
	 Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena seorang yang
telah terdiagnosis tertular HIV/AIDS, terbukti bisa hidup lebih
lama dari perkiraan sebelumnya. Pemakaian obat, program
pengobatan yang baik, dan pemahaman yang lebih baik
tentang virus ini memungkinkan mereka yang terinfeksi untuk
hidup normal, sehat, dan tentunya tetap hidup produktif.
2.	HIV/AIDS Bisa Disembuhkan Lewat Pengobatan Alternatif
	 Tidak sedikit orang ataupun klinik alternatif yang mengklaim
mampu menyembuhkan AIDS. Padahal, kenyataannya sekarang
ini belum ditemukan obat untuk mengalahkan HIV/AIDS.
3.	Dokter Umum Bisa Mengobati HIV/AIDS
	 Para ahli percaya bahwa dengan kompleksitas HIV dan AIDS,
berarti hanya dokter spesialis kasus ini yang mampu merawat
ODHA. Dokter umum hanya mengetahui secara sepintas
mengenai HIV/AIDS, tidak secara benar-benar mengatasinya.
Apalagi AIDS belum ada obatnya.
4.	HIV/AIDS Tidak Bisa Tertular Lewat Seks Oral
	 Ini merupakan pendapat yang tidak benar dan mitos ini
sangat berbahaya. Kondom harus tetap digunakan setiap kali
melakukan hubungan seksual, anal, dan oral. Sebab, pada
prinsipnya HIV menular melalui cairan sperma atau vagina.
5.	Mengidap HIV/AIDS Tidak Bisa Punya Anak
	 Wanita yang hidup dengan HIV/AIDS tetap bisa hamil dan
memiliki keturunan. Untuk mengurangi risiko penularan
HIV pada anak yang dilahirkan, ibu ODHA harus menjalani
pengobatan untuk mengendalikan infeksi virus HIV.
6.	Usia Di Atas 50 Tidak Akan Tertular HIV/AIDS
	 Dalam hasil studi penelitian lapangan, virus ini masih
ditemukan pada mereka yang berusia di atas 50 tahun. Virus
HIV ini bisa menyerang segala usia.
7.	Pasangan yang Sama-sama Kena HIV/AIDS, Tak Perlu Pakai
Pengaman
Para ahli menilai bila sesama ODHA tidak menggunakan
kondom ketika melakukan hubungan, hal tersebut dapat
memperparah kondisi ODHA dan proses pengobatan pun
menjadi lebih sulit.
8.	Anggapan bahwa HIV Menular Akibat Salaman
	 Hal ini merupakan anggapan yang keliru dan tidak baik bagi
ODHA. ODHA sering dijauhi dalam pergaulan akibat mereka
yang sehat dan normal takut tertular melalui sentuhan kulit.
Padahal, HIV tidak menular melalui sentuhan kulit, seperti
salaman.
Ada ungkapan bahwa mencegah lebih baik dari pada mengobati.
Ungkapan ini berlaku pula bagi penyakit HIV/AIDS. Beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk pencegahan HIV/AIDS adalah
1. Pencegahan penularan melalui jalur non seksual :
	 a. Transfusi darah cara ini dapat dicegah dengan mengadakan
pemeriksaan donor darah sehingga darah yang bebas HIV saja
yang ditransfusikan.
	 b. Penularan AIDS melalui jarum suntik oleh dokter paramedis
dapat dicegah dengan upaya sterilisasi yang baku atau
menggunakan jarum suntik sekali pakai.
2. Pencegahan penularan melalui jalur seksual
	 Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pendidikan/
penyuluhan yang intensif yang ditujukan pada perubahan cara
hidup dan perilaku seksual, serta bahayanya AIDS pada usia
remaja sampai usia tua.
3. Pencegahan dengan program sosialisasi dan penyuluhan
	 Dengan melalui program ini, masyarakat akan menjadi
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM26
lebih mengerti tentang HIV/AIDS yang sesungguhnya. Agar
masyarakat tidak sembarangan menggunakan jarum suntik,
melakukan seks bebas dan mau bergaul dengan ODHA.
Pemerintah sendiri, dalam hal ini melalui Kementerian Kesehatan,
telah melakukan berbagai langkah sebagai upaya mencegah dan
mengurangi angka penderita HIV/AIDS. Salah satunya adalah
bergabung dengan berbagai organisasi nasional, regional, dan
internasional untuk mendukung Gerakan Indonesia Bebas AIDS,
sebagai salah satu tujuan MDG’s 2015.
HIV/AIDS setiap tahunnya sering diperingati oleh dunia
internasional, yaitu tepatnya pada tanggal 1 Desember, sebagai
Hari AIDS sedunia. Pada tahun 2012 ini, tema hari AIDS sedunia
adalah Lindungi Perempuan dan Anak dari HIV-AIDS. Tema
ini merupakan ajakan untuk menghentikan laju epidemi HIV/
AIDS di masa mendatang. Pemerintah telah berkomitmen akan
meningkatkan kapasitas dengan memobilisasi sumber daya
nasional secara terkoordinasi, sinergis, sinkron, dan akuntabel
guna mempercepat pelaksanaan penanggulangan HIV/AIDS.
Di Indonesia, puncak acara Hari AIDS sedunia akan dilaksanakan
pada tanggal 11 Desember 2012. Dengan mengusung slogan
“Stop AIDS Melalui Kesetaraan Gender untuk Menghapus
Segala Bentuk Stigma dan Diskriminasi”, peringatan hari AIDS
sedunia di Indonesia bertujuan utama untuk mempercepat
respon masyarakat terhadap HIV dan AIDS dengan fokus pada
perlindungan perempuan dan perlindungan anak, mencegah
infeksi baru, meningkatkan akses pengobatan, dan mengurangi
dampak dari AIDS.
Penyelenggaraan Peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2012 di
tingkat pusat akan diselenggarakan dalam bentuk (1) Seminar,
Round Table Discussion, dan Pertemuan ilmiah membahas tentang
HIV dan AIDS; (2) Advokasi dalam bentuk dialog media, siaran
pers, dan temu pakar; (3) Promosi dan Kampanye dalam bentuk
penyuluhan massa, publikasi melalui media cetak, publikasi
melalui media elektronik, serta promosi melalui percetakan dan
distribusi brosur, pamflet, topi; (4) Sosialisasi HIV dan AIDS dengan
kegiatan khotbah keagamaan, sesuai dengan agama masing-
masing; (5) Mengadakan lomba-lomba, seperti lomba musik
remaja, lomba karya tulis remaja, lomba pembuatan film pendek,
dan lomba pepmbuatan cerpen, yang kesemuanya mengusung
tema HIV/AIDS; (6) Pameran, yang berupa media, bahan KIE,
program dan layanan.
Tujuan dari acara puncak Hari AIDS Sedunia ini adalah untuk
menggugah kepedulian seluruh komponen bangsa, baik
pemerintah, dunia usaha, dan swasta serta berbagai lapisan
masyarakat untuk bersama-sama melakukan upaya pencegahan
dan penanggulangan HIV/AIDS secara terintegrasi. Puncak acara
ini akan diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah.
Penyakit Tidak Menular
Sehat adalah sesuatu yang begitu berharga dan selalu berusaha
dijaga oleh seseorang. Cara yang dilakukan banyak orangt
untuk menjaga agar tetap sehat, misalnya dengan berolahraga,
berusaha mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat,
serta mencoba menjauhkan diri dari berbagai virus dan kuman.
Akan tetapi, ketika seseorang hanya mencoba menjauhkan diri
dari berbagai virus dan kuman, orang tersebut hanya berusaha
menjauhkan diri dari penyakit tidak menular. Sebab, penyakit
pada dasarnya terbagi atas penyakit menular dan penyakit tidak
menular. Penyakit tidak menular banyak yang berujung pada
meninggalnya seseorang.
Penyakit Tidak Menular atau yang lebih dikenal juga dengan
sebutan PTM, seperti gangguan jantung, stroke, kanker, diabetes,
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 27
dan penyakit paru-paru telah menjadi pembunuh nomor satu di
Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Hal ini seperti yang dikatakan
oleh Penasihat Regional Penyakit Tidak Menular Organisasi
Kesehatan Dunia Wilayah Asia Tenggara (WHO SEARO), Regu Garg,
pada bulan September 2012 di Yogyakarta. Garg mengatakan
bahwa kematian di Asia Tenggara yang disebabkan oleh penyakit
tidak menular berjumlah 7,9 juta kematian (55%), sedangkan
kematian yang disebabkan penyakit menular berjumlah lima juta
jiwa (35%) dan akibat cedera 1,5 juta jiwa (10,7%). Di Indonesia,
angka kematian PTM sendiri terus meningkat. Berdasarkan hasil
Riset Kesehatan Departemen Kesehatan, proporsi angka kematian
akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9%
pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007.
Pada dasarnya, Penyakit Tidak Menular adalah sebutan bagi
penyakit-penyakit yang tidak ditularkan oleh virus dan bakteri.
Penyakit menular sendiri cenderung sulit diketahui penyebab
utamanya. Akan tetapi, penyakit tidak menular sering berkaitan
dengan usia produktif manusia, usia yang berkaitan dengan
masa seseorang saat mencari penghasilan atau pekerjaan. Orang
yang berada pada usia produktif cenderung lebih fokus pada
pekerjaannya sehingga melupakan keadaan kesehatannya. Dalam
keadaan seperti inilah penyakit tidak menular tumbuh, contoh
kasusnya seperti munculnya penyakit diabetes akibat terlalu
banyak mengkonsumsi makanan/cemilan manis di kantor, ketika
sedang bekerja.
Beberapa hal yang turut mempengaruhi terjangkitnya penyakit
tidak menular pada diri seseorang adalah asap rokok, pola hidup
tidak sehat, kurang olahraga, dan konsumsi alkohol. Faktor–faktor
inilah yang didasarkan hasil penelitian menjadi empat faktor risiko
penyakit tidak menular,seperti kardiovaskuler, diabetes, kanker,
dan berbagai penyakit kronis lainnya.
Di Indonesia sendiri telah terjadi perubahan pola penyakit, dari
penyakit menular ke penyakit tidak menular, yang dikenal sebagai
transisi epidemiologi. Terjadinya perubahan pola penyakit ini
berkaitan dengan beberapa hal, seperti (1) perubahan struktur
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM28
masyarakat dari agraris ke industri; (2) perubahan struktur
penduduk dalam hal penurunan jumlah anak usia muda dan
peningkatan jumlah penduduk usia lanjut karena keberhasilan
KB; (3) perbaikan dalam sanitasi lingkungan untuk menurunkan
penyebaran penyakit menular; (4) peningkatan tenaga kerja
wanita karena emansipasi; (5) peningkatan pelayanan kesehatan
dalam memberantas penyakit infeksi dan meningkatkan angka
umur harapan hidup.
Penyakit tidak menular mempunyai kesamaan dengan (1)
penyakit kronik; (2) penyakit non-infeksi; (3) new communicable
disease; (4) penyakit degeneratif. Dikenal sebagai penyakit kronik
karena PTM biasanya bersifat kronik, walaupun ada juga yang
kelangsungannya mendadak, seperti keracunan; disebut penyakit
non-infeksi karena penyebab PTM bukan mikroorganisme, namun
tidak berarti tidak ada peranan mikroorganime dalam terjadinya
PTM; disebut penyakit degeneratif karena berhububungan
dengan proses degenerasi atau ketuaan, sehingga PTM
banyak ditemukan pada seseorang berusia lanjut, dan karena
perlangsungannya yang lama, menyebabkan PTM berkaitan
dengan proses degeneratif yang berlangsung sesuai waktu dan
umur; disebut new communicable disease karena dianggap dapat
menular melalui gaya hidup, dalam hal ini menyangkut pola
makan, kehidupan seksual dan komunikasi global.
Karakteristik dari penyakit tidak menular adalah penularan
penyakitnya tidak melalui suatu rantai penularan tertentu, masa
inkubasi yang panjang, banyak menghadapi kesulitan diagnosis,
mempunyai variasi yang luas, memerlukan biaya yang tinggi
dalam upaya pencegahan maupun penanggulangannya, dan
faktor penyebabnya multikausal, bahkan cenderung tidak jelas.
Penyakit tidak menular mempunyai beberapa perbedaan dengan
penyakit tidak menular. Perbedaan tersebut dapat kita lihat pada
tabel di bawah ini,
PenyakitTidak Menular Penyakit Menular
Lebih banyak ditemui di negara industri lebih banyak ditemui di negara berkembang
Tidak ada rantai penularan rantai penularan jelas
Perlangsungan kronik perlangsungan akut
Etiologi tidak jelas etiologi mikroorganisme jelas
Biasanya multiple causa bersifat single causa
Diagnosis cenderung sulit diagnosis cenderung mudah
Sulit mencari penyebabnya cenderung mudah mencari penyebabnya
Biaya mahal biaya relatif murah
Ada iceberg phenomen jelas muncul di permukaan
Morbiditas dan mortalitasnya cenderung
meningkat
morbiditas dan mortalitasnya cenderung
menurun
Pentingnya pengetahuan tentang penyakit tidak menular (PTM)
di latarbelakangi dengan kecenderungan semakin meningkatnya
prevalensi PTM dalam masyarakat ,khususnya masyarakat
Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang membangun dirinya
dari negara berkembang menuju masyarakat industri membawa
kecenderungan baru dalam pola penyakit masyarakat. Perubahan
pola struktur masyarakat dari struktur agraris ke struktur
masyarakat industri banyak memberi andil terhadap perubahan
pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi, yang juga kemudian
perubahan dalam meningkatnya penyakit tidak menular.
Penyakit tidak menular dapat dicegah dengan mengkolaborasikan
berbagai aspek seperti pertanian, makanan, pendidikan,
lingkungan, informasi, serta keuangan. Implementasinya antara
lain dengan memperbanyak informasi tentang bahaya rokok
dan alkohol, mengajarkan anak tentang gaya hidup sehat,
meningkatkan pajak rokok, dan meningkatkan fasilitas fisik untuk
berolahraga.
Langkah untuk mengatasi penyakit tidak menular bukan saja
menjadi tanggungjawab pemerintah, tetapi juga pihak swasta
dan kerjasama dari masyarakat. Kerjasama nyata untuk mengatasi
masalah penyakit tidak menular misalnya adalah kementerian
olahraga dan infrastruktur dapat menyiapkan sarana dan fasilitas
untuk berolahraga. Kementerian informasi melalui televisi
swasta ataupun berbagai media massa mengendalikan iklan dan
promosi makanan tinggi gula, garam, dan lemak yang berdampak
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 29
MEDIA UTAMA
buruk bagi kesehatan. Anak mudah terpengaruh iklan sehingga
menginginkan makanan-makanan itu. Anak yang obesitas
merupakan calon penderita penyakit tidak menular.
Kementerian Kesehatan sendiri telah mengembangkan program
pengendalian PTM sejak tahun 2005. Upaya pengendalian faktor
risiko PTM yang telah dilakukan berupa promosi Perilaku Bersih
dan Sehat (PBS) serta pengendalian masalah tembakau. Beberapa
Pemerintah Daerah telah menerbitkan peraturan terkait Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) dan membentuk Aliansi Walikota/Bupati dalam
Pengendalian Tembakau dan Penyakit Tidak Menular. Rancangan
Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengendalian Tembakau
dalam proses. Sedangkan untuk pengaturan makanan berisiko,
Kementerian Kesehatan akan membuat regulasi yang mengatur
mengenai gula, garam dan lemak yang tidak standar dalam
makanan yang dijual bebas.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kementerian kesehatan RI, Tjandra Yoga Aditama,
mengatakan bahwa Indonesia sudah melakukan upaya untuk
mencegah penyakit tidak menular. Di antaranya melalui
program screening kanker payudara dan serviks di 18 provinsi di
Indonesia, pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah,
serta pengendalian penyakit kronis degeneratif.
Dalam kesempatan lain, Seminar Nasional Persatuan Sarjana
Kesehatan Masyarakat (PERSAKMI) dan Perhimpunan Ahli
Epidemiologi Indonesia (PAEI) di Sulawesi Selatan, Tjandra Yoga
Aditama menjelaskan mengenai peran kesehatan dalam MDGs
2015, serta menggambarkan situasi epidemiologi dan program
penanggulangan berbagai penyakit, termasuk di dalamnya
mengenai penanggulangan PTM.
Dalam seminar ini, Tjandra menyatakan bahwa perlu cara
“CERDIK”untuk menanggulangi penyakit tidak menular. Hal yang
dimaksud cara CERDIK tersebut adalah Cek kesehatan secara
teratur, Enyahkan asap rokok, Rajin berolahraga, Diet yang sehat,
Istirahat yang cukup dan Kelola stress(CERDIK). Disamping cara
CERDIK tersebut, hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan
penanggulangan masalah merokok, pengaturan diet garam, gula
dan lemak.
Dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional tahun 2012 yang
telah diperingati pada 12 November lalu, Menteri Kesehatan turut
memberikan perhatiannya pada masalah penyekit tidak menular.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Kesehatan mengatakan
bahwa Kementerian Kesehatan telah berhasil menurunkan
masalah penyakit menular dan gizi buruk di tanah air, namun
diakui bahwa penyakit tidak menular dan penyakit menular
tertentu seperti HIV/AIDS, justru menunjukkan peningkatan.
Faktor risiko utama terjadinya penyakit menular maupun penyakit
tidak menular adalah gaya hidup dan perilaku yang tidak sehat.
Menurut Menkes, gaya hidup yang sehat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup, perlu
dikembangkan menjadi bagian dari perilaku sehari-hari. Gaya
hidup sehat, tersebut diantaranya berolahraga teratur, makan
dengan menu seimbang, tidak merokok, tidak mengkonsumsi
alkohol atau Napza, mengatasi stres, menghindari perilaku seks
berisiko, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Menkes juga mengimbau agar seluruh jajaran kesehatan
senantiasa selalu mempromosikan pola hidup sehat dimanapun
berada, serta dapat menjadi contoh bagi masyarakat dalam
menerapkan pola hidup sehat. Menkes juga menegaskan
bahwa dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, promosi
kesehatan, pencegahan spesifik dan diagnosis dini perlu
diutamakan. Apabila penyakit sudah terjadi pada diri seorang
pasien, maka harus ada aksi cepat tanggap untuk melakukan
pengobatan dan perawatan dari pihak rumah sakit setempat.
Perhatian mengenai masalah penyakit tidak menular datang
juga dari pihak swasta, salah satunya adalah dari Yayasan
Jantung Indonesia. Yayasan Jantung Indonesia (YJI) bekerja
sama dengan Perhimpunan Dokter spesialis Kardiovaskuler
Indonesia (PERKI) berinisiatif membentuk Aliansi Nasional
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Aliansi
ini beranggotakan Ikatan Dokter Indonesia, PERKI, Perhimpunan
Dokter Spesialis Paru, Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf
Indonesia, Perhimpunan Hipertensi Indonesia, Perhimpunan
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia,
Perhimpunan Onkologi Indonesia, Perhimpunan Nefrolofi
Indonesia, Yayasan Jantung Indonesia, Yayasan Kanker Indonesia,
Yayasan Stroke Indonesia dan
Persadia.
Aliansi ini sepakat untuk menerapkan cara yang efisien dan
efektif dalam mengurangi munculnya penyakit tidak menular di
masyarakat. Terdapat beberapa butir kesepakatan Aliansi Nasional
Pencegahan dan Pengendaian Penyakit Tidak Menular, yang
diharapkan dapat segera terwujud untuk mengurangi angka
penderita Penyakit Tidak Menular. Berikut ini adalah butir-butir
Aliansi Nasional Pencegahan dan Pengendaian Penyakit Tidak
Menular,
•	 Mengharapkan komitmen pemerintah untuk lebih
memperhatikan upaya pencegahan dan pengendalian Penyakit
Tidak Menular melalui pendanaan yang cukup.
•	 Meminta langkah lanjut Pemerintah Indonesia untuk
mengaksesi dokumen FCTC (Framework Convention on
Tobacco Control), guna melindungi generasi sekarang dan masa
depan dari dampak buruk kesehatan, sosial, lingkungan dan
ekonomi akibat konsumsi rokok.
•	 Berusaha mewujudkan komitmen nasional untuk melakukan
upaya-upaya dan manajemen pencegahan faktor-faktor risiko
penyakit tidak menular.
•	 Mendorong kesepakatan dengan pemerintah bahwa penyakit
tidak menular dimasukkan dalam pencapaian tujuan MDG’S
•	 Mendorong dan menumbuh kembangkan perilaku hidup sehat
dalam masyarakat.
EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM30
B
angsa yang kuat adalah bangsa yang sehat, untuk menjadi
sehat tentu suatu bangsa harus didukung oleh fasilitas,
SDM serta informasi yang tepat. Melalui hal itu Menteri
Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, mengutarakan
kepada seluruh jajaran rumah sakit perlu menyiapkan diri dalam
menyongsong era baru pembangunan kesehatan di Tanah Air,
yaitu dimulainya jaminan kesehatan semesta atau universal health
coverage (UHC).
Pernyataan tersebut disampaikan pada peresmian Kegiatan
Kongres XII Persi (7/11). Untuk acara Kongres itu sendiri
dilaksanakan mulai tanggal 7 hingga 11 November 2012,
bertempat di JCC Jakarta. Pada kesempatan itu Menkes RI
didampingi oleh Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI, dr.
Supriyantoro, Sp.P, MARS, Ketua Persi, Dr. dr. Sutoto, M.Kes, dan
Ketua Pelaksana Kegiatan, dr. Sri Rachmani, M.Kes, MHKes.
Pada tema Kongres kali ini adalah Strategi Rumah Sakit
Menghadapi Arus Kuat Perubahan sebagai Dampak Berlakunya
Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan
Akreditasi Nasional.
Menurut Menkes, salah satu langkah penting yang perlu diambil
adalah mencukupi jumlah tempat tidur rumah sakit. Untuk
menunjang diberlakukannya UHC, diperlukan minimal 237.167
tempat tidur. Sampai dengan hari ini rumah sakit di Indonesia
berjumlah 2.068 buah dengan jumlah total 229.612 tempat tidur.
“Bila ditambah dengan tempat tidur di Puskesmas perawatan
yang berjumlah lebih dari 30.000 tempat tidur, maka jumlah
tersebut sudah melebihi 250.000 tempat tidur. Artinya, secara
nasional sudah tercukupi”, ujar Menkes.
Menkes menerangkan pula bahwa, disparitas masih menjadi
kendala. Rumah sakit lebih terkonsentrasi di perkotaan, sehingga
masih ada daerah-daerah yang kekurangan tempat tidur,
terutama di Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan terluar
(DTPK).“Dalam mengembangkan rumah sakit, hendaknya dibahas
bersama Pemerintah Daerah agar memperhatikan kepadatan
rumah sakit di wilayah yang akan dibangun, agar lebih berfokus
pada peningkatan akses dan mutu pelayanan bagi masyarakat”,
terang Menkes.
Agar terciptanya kemerataan maka Menkes menyatakan,
kekurangan jumlah tempat tidur akan dipenuhi Pemerintah
secara bertahap dengan meningkatkan kapasitas kelas III rumah
sakit; menambah jumlah Puskesmas dengan tempat tidur; serta
membuka rumah sakit pratama, yaitu rumah sakit setingkat kelas
D dengan pelayanan dokter umum dan disertai lebih kurang
50 tempat tidur.“Dalam rangka menyambut UHC, yang harus
diperkuat adalah primary health care, sehingga layanan kesehatan
harus lebih berfokus pada usaha promotif, preventif dan kuratif
ringan yang sedekat mungkin dengan pasien. Selain itu, kami juga
mengharapkan pihak swasta sebagai bagian dari pemberdayaan
masyarakat, turut berkontribusi secara aktif dalam meningkatkan
kemampuan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan”, tambah
Menkes.
Sementara itu, untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit,
Pemerintah juga mendorong akreditasi rumah sakit. Dewasa ini,
dari 2.068 rumah sakit, baru 1.192 yang telah terakreditasi. Selain
itu, dalam hal akreditasi internasional, Pemerintah juga berusaha
meningkatkan jumlah rumah sakit yang bisa mendapatkan
akreditasi internasional.
“Saya berharap, Persi bersama Komite Akreditasi Rumah Sakit
(KARS) dapat mendorong anggotanya agar lebih banyak
lagi rumah sakit yang terakreditasi secara nasional, maupun
internasional”, kata Menkes.
Lebih lanjut, dalam menyongsong terwujudnya jaminan
kesehatan semesta dan peningkatan mutu pelayanan rumah
sakit, Menkes menegaskan bahwa tidak dibenarkan rumah sakit
menolak pasien dalam keadaan darurat, dengan alasan apapun.
Menkes juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan tinggi
kepada rumah sakit swasta yang semakin lama semakin besar
berperan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan rakyat
Indonesia.
Menkes:
“RS Perlu Menyiapkan Diri
Menyongsong Era Baru
Pembangunan Kesehatan
di Tanah Air”
31EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS

Contenu connexe

Tendances

Kesga (luminor)
 Kesga (luminor) Kesga (luminor)
Kesga (luminor)AgusSri2
 
Pedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangPedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangdiansachio
 
Ppt desa
Ppt desaPpt desa
Ppt desaleti37
 
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)muhammad husni
 
Kebijakan implementasi asi ekslusif
Kebijakan implementasi asi ekslusifKebijakan implementasi asi ekslusif
Kebijakan implementasi asi ekslusifZakiah dr
 
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehat
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehatAndrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehat
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehatAndrew Hidayat
 
3. program usia sekolah dan remaja (1)
3. program usia sekolah dan remaja (1)3. program usia sekolah dan remaja (1)
3. program usia sekolah dan remaja (1)BidangTFBBPKCiloto
 
Pedoman anemia gizi
Pedoman anemia giziPedoman anemia gizi
Pedoman anemia giziErna Nuraena
 
Bahan Presentasi Bides "Sukses Karier, Nyaman Lingkungan, Dapur Berasap" di J...
Bahan Presentasi Bides "Sukses Karier, Nyaman Lingkungan, Dapur Berasap" di J...Bahan Presentasi Bides "Sukses Karier, Nyaman Lingkungan, Dapur Berasap" di J...
Bahan Presentasi Bides "Sukses Karier, Nyaman Lingkungan, Dapur Berasap" di J...Cut Ampon Lambiheue
 
Sosialisasi gemarikan upload
Sosialisasi gemarikan uploadSosialisasi gemarikan upload
Sosialisasi gemarikan uploadsrilinda
 
Buku saku stunting desa 2
Buku saku stunting desa 2Buku saku stunting desa 2
Buku saku stunting desa 2Jajang Soewardi
 
Penuntun Hidup Sehat.
Penuntun Hidup Sehat. Penuntun Hidup Sehat.
Penuntun Hidup Sehat. Masyrifah Jazm
 
Microteaching CPNS_Stunting
Microteaching CPNS_StuntingMicroteaching CPNS_Stunting
Microteaching CPNS_Stuntingadhymuna
 
1 paparan stunting-dir.gizi-1222
1 paparan stunting-dir.gizi-12221 paparan stunting-dir.gizi-1222
1 paparan stunting-dir.gizi-1222candijayaamerta
 

Tendances (20)

Kesga (luminor)
 Kesga (luminor) Kesga (luminor)
Kesga (luminor)
 
Kejadian stunting
Kejadian stuntingKejadian stunting
Kejadian stunting
 
dilem etis keperawatan
dilem etis keperawatandilem etis keperawatan
dilem etis keperawatan
 
Sosbud 3
Sosbud 3Sosbud 3
Sosbud 3
 
Ppt skripsi
Ppt skripsiPpt skripsi
Ppt skripsi
 
Pedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangPedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbang
 
Ppt desa
Ppt desaPpt desa
Ppt desa
 
Artikel 21
Artikel 21Artikel 21
Artikel 21
 
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
 
Kebijakan implementasi asi ekslusif
Kebijakan implementasi asi ekslusifKebijakan implementasi asi ekslusif
Kebijakan implementasi asi ekslusif
 
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehat
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehatAndrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehat
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehat
 
3. program usia sekolah dan remaja (1)
3. program usia sekolah dan remaja (1)3. program usia sekolah dan remaja (1)
3. program usia sekolah dan remaja (1)
 
Pedoman anemia gizi
Pedoman anemia giziPedoman anemia gizi
Pedoman anemia gizi
 
Bahan Presentasi Bides "Sukses Karier, Nyaman Lingkungan, Dapur Berasap" di J...
Bahan Presentasi Bides "Sukses Karier, Nyaman Lingkungan, Dapur Berasap" di J...Bahan Presentasi Bides "Sukses Karier, Nyaman Lingkungan, Dapur Berasap" di J...
Bahan Presentasi Bides "Sukses Karier, Nyaman Lingkungan, Dapur Berasap" di J...
 
Sosialisasi gemarikan upload
Sosialisasi gemarikan uploadSosialisasi gemarikan upload
Sosialisasi gemarikan upload
 
Buku saku stunting desa 2
Buku saku stunting desa 2Buku saku stunting desa 2
Buku saku stunting desa 2
 
Penuntun Hidup Sehat.
Penuntun Hidup Sehat. Penuntun Hidup Sehat.
Penuntun Hidup Sehat.
 
Stunting bayi neww
Stunting bayi newwStunting bayi neww
Stunting bayi neww
 
Microteaching CPNS_Stunting
Microteaching CPNS_StuntingMicroteaching CPNS_Stunting
Microteaching CPNS_Stunting
 
1 paparan stunting-dir.gizi-1222
1 paparan stunting-dir.gizi-12221 paparan stunting-dir.gizi-1222
1 paparan stunting-dir.gizi-1222
 

En vedette

Perilaku dan Teknik Konseling Pada Remaja
Perilaku dan Teknik Konseling Pada RemajaPerilaku dan Teknik Konseling Pada Remaja
Perilaku dan Teknik Konseling Pada RemajaNeni Sholihat
 
Makalah aulia 1
Makalah aulia 1Makalah aulia 1
Makalah aulia 1elfachruz
 
Disiplin tanpa teriakan
Disiplin tanpa teriakanDisiplin tanpa teriakan
Disiplin tanpa teriakanHerdin Nurdin
 
Masa puber, remaja dan gadis remaja
Masa puber, remaja dan gadis remajaMasa puber, remaja dan gadis remaja
Masa puber, remaja dan gadis remajaNova Ci Necis
 

En vedette (6)

Perilaku dan Teknik Konseling Pada Remaja
Perilaku dan Teknik Konseling Pada RemajaPerilaku dan Teknik Konseling Pada Remaja
Perilaku dan Teknik Konseling Pada Remaja
 
Makalah aulia 1
Makalah aulia 1Makalah aulia 1
Makalah aulia 1
 
Dasar dasar ilmu sosial
Dasar dasar ilmu sosialDasar dasar ilmu sosial
Dasar dasar ilmu sosial
 
Disiplin tanpa teriakan
Disiplin tanpa teriakanDisiplin tanpa teriakan
Disiplin tanpa teriakan
 
Child Sexual Abuse
Child Sexual AbuseChild Sexual Abuse
Child Sexual Abuse
 
Masa puber, remaja dan gadis remaja
Masa puber, remaja dan gadis remajaMasa puber, remaja dan gadis remaja
Masa puber, remaja dan gadis remaja
 

Similaire à OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS

Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136(1).pdf
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136(1).pdfWarta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136(1).pdf
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136(1).pdfyenihandayani9
 
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdf
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdfWarta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdf
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdfrasya_wirayudha
 
Materi Modul Stunting Sesi 2.ppt
Materi Modul Stunting  Sesi 2.pptMateri Modul Stunting  Sesi 2.ppt
Materi Modul Stunting Sesi 2.pptYoviAlfajri1
 
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptxCIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptxsugiartysoepardi
 
iidi_cegah_stunting untuk anak anak diindonesia
iidi_cegah_stunting untuk anak anak diindonesiaiidi_cegah_stunting untuk anak anak diindonesia
iidi_cegah_stunting untuk anak anak diindonesiazurninurman
 
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptxGizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptxFakhrotunNisaSsiSpd
 
Sistematika proposal Inotek Gizi (Revisi).docx
Sistematika proposal Inotek Gizi (Revisi).docxSistematika proposal Inotek Gizi (Revisi).docx
Sistematika proposal Inotek Gizi (Revisi).docxEkaOrizaShafita
 
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxKEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxPuskesmasTajauPecah
 
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxKEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxsiskaafriana
 
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxKEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxYogaHans
 
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxKEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxSuliHarto1
 
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxKEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxIndahMaulina2
 
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxKEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxfadila47
 
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxKEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxArjunKahut1
 
Andrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anak
Andrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anakAndrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anak
Andrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anakAndrew Hidayat
 

Similaire à OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS (20)

Obesiti
ObesitiObesiti
Obesiti
 
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136(1).pdf
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136(1).pdfWarta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136(1).pdf
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136(1).pdf
 
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdf
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdfWarta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdf
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdf
 
Penanganan obesitas pada anak
Penanganan obesitas pada anakPenanganan obesitas pada anak
Penanganan obesitas pada anak
 
Mediakom39
Mediakom39Mediakom39
Mediakom39
 
mpasi idai.pdf
mpasi idai.pdfmpasi idai.pdf
mpasi idai.pdf
 
Materi Modul Stunting Sesi 2.ppt
Materi Modul Stunting  Sesi 2.pptMateri Modul Stunting  Sesi 2.ppt
Materi Modul Stunting Sesi 2.ppt
 
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptxCIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
 
iidi_cegah_stunting untuk anak anak diindonesia
iidi_cegah_stunting untuk anak anak diindonesiaiidi_cegah_stunting untuk anak anak diindonesia
iidi_cegah_stunting untuk anak anak diindonesia
 
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptxGizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
 
Sistematika proposal Inotek Gizi (Revisi).docx
Sistematika proposal Inotek Gizi (Revisi).docxSistematika proposal Inotek Gizi (Revisi).docx
Sistematika proposal Inotek Gizi (Revisi).docx
 
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxKEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
 
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxKEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
 
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxKEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
 
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxKEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
 
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxKEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
 
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxKEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
 
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptxKEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
KEBIJAKAN-PEMBINAAN-KESEHATAN-ANAK-USIA-SEKOLAH-DAN-REMAJA.pptx
 
Andrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anak
Andrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anakAndrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anak
Andrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anak
 
Obesitas pada Anak
Obesitas pada AnakObesitas pada Anak
Obesitas pada Anak
 

Plus de ppidkemenkes

Info Kita Juni 2013
Info Kita Juni 2013Info Kita Juni 2013
Info Kita Juni 2013ppidkemenkes
 
Info Kita Mei 2013
Info Kita Mei 2013Info Kita Mei 2013
Info Kita Mei 2013ppidkemenkes
 
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011ppidkemenkes
 
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012ppidkemenkes
 
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga giziPmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizippidkemenkes
 
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aidsPmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aidsppidkemenkes
 
Pmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
Pmk no. 2 ttg klb keracunan panganPmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
Pmk no. 2 ttg klb keracunan panganppidkemenkes
 
Pmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapis
Pmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapisPmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapis
Pmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapisppidkemenkes
 
Pmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetis
Pmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetisPmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetis
Pmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetisppidkemenkes
 
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarianPmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarianppidkemenkes
 
Info Kita Online Maret
Info Kita Online MaretInfo Kita Online Maret
Info Kita Online Maretppidkemenkes
 

Plus de ppidkemenkes (20)

Info kita_juli
Info kita_juliInfo kita_juli
Info kita_juli
 
Info Kita Juni 2013
Info Kita Juni 2013Info Kita Juni 2013
Info Kita Juni 2013
 
Info Kita Mei 2013
Info Kita Mei 2013Info Kita Mei 2013
Info Kita Mei 2013
 
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011
 
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012
 
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga giziPmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
 
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aidsPmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
 
Pmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
Pmk no. 2 ttg klb keracunan panganPmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
Pmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
 
Pmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapis
Pmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapisPmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapis
Pmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapis
 
Pmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetis
Pmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetisPmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetis
Pmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetis
 
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarianPmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
 
Info Kita Online Maret
Info Kita Online MaretInfo Kita Online Maret
Info Kita Online Maret
 
Mediakom38
Mediakom38Mediakom38
Mediakom38
 
Mediakom37
Mediakom37Mediakom37
Mediakom37
 
Mediakom36
Mediakom36Mediakom36
Mediakom36
 
Mediakom35
Mediakom35Mediakom35
Mediakom35
 
Mediakom34
Mediakom34Mediakom34
Mediakom34
 
Mediakom 32
Mediakom 32Mediakom 32
Mediakom 32
 
Mediakom 33
Mediakom 33Mediakom 33
Mediakom 33
 
Mediakom 31
Mediakom 31Mediakom 31
Mediakom 31
 

OPTIMALKAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS

  • 1. MEDIAKOM Kementerian Kesehatan RI Info Sehat untuk Semua ISSN1978-3523 EDISI40IDESEMBERI2012 ODHA Berhak Peroleh Jaminan Kesehatan Hanya 20% Remaja yang tahu HIV-AIDS mengenal, mencegah pertumbuhan HIV-AIDS
  • 2.
  • 3. ETALASE SUSUNaN REDakSI PENANGGUNG JAWAB: drg. Murti Utami, MPH, I REDAKTUR: Dra. Hikmandari A, M.Ed, Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS I EDITOR/PENYUNTING Mulyadi, SKM, M.Kes, Busroni S.IP, Prawito, SKM, MM, M.Rijadi, SKM, MSc.PH, Mety Setyowati, SKM, Aji Muhawarman, ST, Resti Kiantini, SKM, M.Kes I DESAIN GRAFIS dan FOTOGRAFER: Drg. Anitasari S.M, Dewi Indah Sari, SE, MM, Giri Inayah, S.Sos, Sumardiono, SE, Sri Wahyuni, S.Sos, MM, Wayang MasJendra,S.Sn,Lu’ay,S.Sos,DodiSukmana,S.I.KomISEKRETARIAT:WaspodoPurwanto,Endang Retnowaty, drg. Ria Purwanti, M.Kes, Dwi Handriyani, S.Sos, Dessyana Fa’as, SE, Sekar Indrawati, S.Sos, Awallokita Mayangsari, SKM, Delta Fitriana, SE, Iriyadi, Zahrudin. IALAMAT REDAKSI: Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kementerian Kesehatan RI Blok A, Ruang 109, JL. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950 I TELEPON: 021-5201590; 021-52907416-9 I FAKS: 021-5223002; 021-52960661 I EMAIL: info@depkes.go.id, kontak@depkes.go.id I CALL CENTER: 021-500567 REDAKSI MENERIMA NASKAH DARI PEMBACA, DAPAT DIKIRIM KE ALAMAT EMAIL kontak@depkes.go.id lindungi wanita dan anak dari HIV/aIdS drg. murti utami, mPH T ernyata, wanita dan anak menjadi kelompok yang paling rentan terhadap penularan HIV-AIDS. Mereka tak berdaya untuk menolak atau menghindar. Dia sebagai korban orang lain yang tak bertanggung jawab. Wanita itu bisa ibu rumah tangga, istri yang baik-baik atau pekerja seks komersial (PSK). Ibu rumah tangga atau istri, karena tertular dari suami. Sedangkan PSK, karena tertular pelanggan kecannya. Ibu rumah tangga dan PSK, tak kuasa menolak permintaan laki-laki, dengan berbagai alasan. Anak juga menjadi korban berikutnya setelah ibunya terkena HIV-AIDS. Sebab, ibu yang menderita HIV-AIDS akan menularkan kepada anak yang masih dalam kandungan. Anak, tidak punya pilihan, kecuali pasrah menjalani keadaan. Ia tak kuasa menolak dan tidak tahu apa-apa. Untuk itu, peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2012 mengambil tema “lindungi wanita dan anak dari HIV-AIDS”. Upaya menggelorakan semangat seluruh masyarakat Indonesia untuk melindungi wanita dan anak dari HIV-AIDS. Upaya ini harus mendapat dukungan semua pihak, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, LSM dalam negeri dan luar negeri, Swasta, tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat luas. Dengan bekerja sama dengan semua pihak, penanggulangan HIV-AIDS akan segera memperoleh hasil yang diharapkan. Secara utuh, dari berbagai sudut pandang persoalan HIV-AIDS, kami kemukakan dalam rubrik Media Utama. Selainitu,kamiketengahkanjugaberbagaiinformasiringandanmenariktentanghasilevaluasisementarahasilriset jampersal, tip-tip hidup sehat pada rubrik info sehat, perkembangan BPJS dan perkembangan penanggulangan HIV-AIDS di beberapa daerah Indonesia. Selamat mambaca. Redaksi. EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 3
  • 4. SURAT PEMBACA PERTANYAAN: Bagaimana cara mengurus dan prosedur untuk mendapatkan Kartu Jamkesmas yang baru karena kartu Jamkesmas saya hilang bersama dompet dan tas yang dicuri? Mohon informasi karena saya sangat membutuhkan kartu Jamkesmas tersebut?Terima kasih. Salam, dariSeorangpeserta Jamkesmas JAWABAN: Sebelumnya kami turut prihatin atas kehilangan tersebut. Untuk mengurus Jamkesmas tidaklah sulit. Berikut ini langkah- langkah untuk pengurusan Kartu Jamkesmas yang hilang: Hal pertama, saudara membuat laporan pengaduan kehilangan Kartu Jamkesmas ke Kepolisian (Kantor POLSEK atau POLRES terdekat), sama seperti bila Anda kehilangan SIM, STNK atau surat-surat penting lainnya. Kemudian kedua, menghubungi PT Askes (Persero) Kantor Cabang terdekat di kota Anda dengan membawa kelangkapan seperti: surat identitas (KTP atau lainnya), Kartu Keluarga dan Laporan kehilangan dari Kepolisian. Langkah ketiga, lalu PT Askes (Persero) Kantor Cabang terdekat akan menerbitkan Surat Keterangan Pengganti Kartu karena tidak ada penggantian kartu baru lagi. Untuk informasi lebih lanjut dapat Anda tanyakan langsung ke Kantor Cabang PT Askes (Persero) terdekat di kota Anda. Terima kasih Kementerian Kesehatan. 21 64SIapa dia aktivis aids Indonesia untuk rakyat Wisata Kesehatan Penggerak Perekonomian 56 mengenal dan mencegah pertumbuhan HIV-aIdS EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM4
  • 5. DAFTAR ISI InFO SeHaT mitos dan Kontroversi anak Susah makan Penularan HIV pada Ibu rumah Tangga lebih Tinggi dari PSK dengan atau Tanpa Jarum Steril, Junkies Tetap ‘butuh’ nyuntik dunia Kerja Tak bersahabat pada Pasien HIV/aIdS bersepeda Cepat bantu atasi Parkinson STOP PreSS “CerdIK” langkah Penting Cegah Penyakit Tidak menular Sehat dengan Sedekah apresiasi menkes di Hari Kesehatan nasional 2012 rumah Sakit Jangan Tolak Pasien dalam Keadaan darurat Hanya 20% remaja yang tau hiv-aids gerakan Indonesia bersih Perkembangan bPJS Ormas, dunia usaha dan Kemenkes sepakat Capai mdg’s medIa uTama mengenal, dan mencegah Pertumbuhan HIV-aIdS HIV-aIdS menkes: “rS Perlu menyiapkan diri menyongsong era baru Pembangunan Kesehatan di Tanah air” Penandatanganan SKb lima menteri untuk Tanggulangi HIV-aIdS OdHa berhak Peroleh Jaminan Kesehatan mengenali HIV aIdS lebih dalam Yuk, dengar Pendapat remaja tentang HIV-aIdS Hentikan aIdS, lindungi Perempuan dan anak-anak 6-13 14-20 21-37 38-47 48-49 70-71 68-69 64-67 56-63 50-55 daeraH Fenomena HIV/aIdS di Papua WaYabula berita aIdS di empat Provinsi di Indonesia buSKI, di Hulu Sungai utara KOlOm Kubiarkan Tb merasuki Tubuhku ragam Ibu Selamat anak Sehat: Fokus Hari Kesehatan nasional ke-48 Hasil Sementara Studi evaluatif Implementasi Jampersal, 2012 menkes Harapkan Komitmen bersama Wujudkan Jaminan Kesehatan Semesta unTuK raKYaT Wisata Kesehatan Jadi Penggerak Perekonomian Kunjungan Kerja menteri Kesehatan ke Provinsi nusa Tenggara barat & Jawa Tengah Program Internship dokter SIaPa dIa aktivis aids Indonesia reSenSI lenTera menikmati bukan meratapi (bagian kedua) EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 5
  • 6. INFO SEHAT Problem kesulitan makan pada anak balita merupakan hal yang cukup lazim. Salah satu problem yang paling sering ditemui adalah kebiasaan pilih-pilih makanan atau biasa disebutpicky eater. Kebiasaan ini banyak dialami oleh anak balita ketika mereka mulai beralih mengonsumsi makanan cair ke padat. Banyak orang tua kerepotan ketika mereka menemukan anaknya mogok makan atau hanya mau mengonsumsi jenis makanan tertentu. Meski masalah ini kadang membuat frustasi, tetapi demi kebaikan dan masa depan buah hati, hal ini tentu tidak boleh dibiarkan oleh para orang tua mITOS dan KOnTrOVerSI anak Susah makanEDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM6
  • 7. B erikut adalah 14 informasi mengenai mitos-mitos, kontroversi dan fakta seputar masalah anak yang sulit makan dan yang pilih-pilih (picky eater) :        Anak saya makannya banyak tetapi tidak gemuk  Fakta: Sebenarnya bila dicermati memang ada ada anak tertentu yang mempunyai pola genetik tertentu yang mengakibatkan berat badannya sulit gemuk. Tetapi hal ini diperberat oleh pemberian jumlah asupan makanan yang tidak optimal.  Anak sulit makan sering bosan makan dan bosan susu.  Fakta: Sebenarnya, saat anak tidak mau makan atau menolak bukan karena bosan, tetapi karena nafsu makan yang berkurang. Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan makan dengan gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah muntah saat menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual saat disuap makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat terjadi keluhan mual, biasanya nafsu makannnya menurun. Pada saat inilah anak menutup mulut, menepis makanan atau menolak makanan yang karena keluhan mual dan muntah tetapi dianggap bosan makanan atau bosan susu.      Anak hingga usia 2-3  tahun hanya mau minum susu tidak mau makan nasi, sayur atau daging. Karena kesalahan orangtua terlambat atau kurang mengenalkan makanan padat sejak dini.  Fakta: Sebenarnya bukan karena kesalahan orangtua, padahal mereka sudah mengenalkan makanan padat tersebut pada anak saat usia tertentu. Tetapi karena pada anak sulit makan mengalami gangguan oral motor yang mengakibatkan gangguan mengunyah menelan sehingga mereka akan pilih pilih atau menolak makanan dengan tekstur tertentu terutama yang berserat . Anak seperti ini hanya mau makanan yang tidak berserat dan yang crispy atau kriuk.      Anak makannya pilih-pilih atau Picky Eaters karena salah orangtua tidak pernah mengenalkan makanan bervariasi.  Fakta: Sebenarnya bukan hanya karena kesalahan orangtua, padahal mereka sudah mengenalkan makanan padat makanan yang bervariasi. Tetapi karena pada anak sulit makan mengalami gangguan oral motor yang mengakibatkan gangguan mengunyah menelan sehingga mereka akan pilih pilih atau menolak makanan dengan tekstur tertentu terutama yang berserat seperti sayur, daging sapi atau nasi. Anak seperti ini hanya mau makanan yang tidak berserat dan yang crispy atau kriuks seperti biskuit, kerupuk dan sejenisnya      Anak beratnya kurang dan kurus karena anak tidak bisa diam dan anak sangat lincah.  Fakta: Pada anak dengan berat badan yang kurus terjadi bisa karena genetik yang juga karena nafsu makannya hilang timbul kadang baik kadang kurang. Karena asupan makanan yang tidak optimal ini maka berakibat berat badan kurang. Anak aktif dan banyak gerak tidak akan berdampak dengan gangguan kenaikkan berat badan bila asupan makanannya baik. Banyak anak aktif dan sangat lincah tetapi gemuk dan badannya bagus selama asupan makanannya konsisten baik dalam jangka panjang.      Anak sulit makan adalah hal yang biasa karena masa-masanya nanti juga akan membaik sendiri.  Fakta: Memang sekitar 30% anak mengalami sulit makan dengan penyebab tersering karena gangguan ketidakmatangan saluran cerna. Hal itu dialami pada usia di bawah 3-5 tahun. Di atas usia tersebut akan membaik. tetapi sekitar 70% anak tidak mengalaminya. Sehingga kalau dikatakan normal tidak sepenuhnya benar karena sebagian besar anak tidak mengalami. memang nanti usia tertentu akan membaik bukan karena masa-masanya anak sulit makan tetapi pada usia tertentu sekelompok anak tertentu mengalami hipersensitif atau ketidak matangan saluran cerna sebagai penyebab utama sulit makan. Kalau dibiarkan kesulitan makan disebabkan karena gangguan ketidakmatangan saluran cerna akan membaik dengan sendirinya tetapi sebaiknya jangan menunggu usia tertentu membaik karena bila hal ringan itu terjadi akan banyak timbul komplikasi yang tidak disadari seperti gangguan kenaikan berat badan, anemia (kekurangan darah) atau defisiensi zat besi dan berbagai gangguan lainnya.      Anak tidak mau makan jika makanan kesukaannya tidak disediakan, atau hanya mau makanan yang itu-itu saja. Pada usia ini otak anak mulai berkembang dan bisa memilih mana yang disukainya dan mana yang tidak.  Fakta: Sebenarnya anak pilih-pilih makanan bukan karena yang disukai tetapi karena yang hanya mau makanan yang mudah dikunyah dan ditelan. Pda anak sulit makan mengalami gangguan oral motor yang mengakibatkan gangguan mengunyah menelan sehingga mereka akan pilih pilih atau menolak makanan dengan tekstur tertentu terutama yang berserat seperti sayur, daging sapi atau nasi. Anak seperti ini hanya mau makanan yang tidak berserat dan yang crispy atau kriuk seperti telor, nugget dan sejenisnya      Anak sulit makan dan pilih-pilih meniru pola makan orangtuannya dari mulai meniru pola makan lingkungan terdekatnya yang juga pilih-pilih makanan.  Fakta: Anak sulit makan dan pilih-pilih meniru pola makan orangtuannya dari mulai meniru pola makan lingkungan terdekatnya yang juga pilih-pilih makanan. Tetapi karena pada anak sulit makan mengalami gangguan oral motor yang mengakibatkan gangguan mengunyah menelan sehingga mereka akan pilih pilih atau menolak makanan dengan tekstur tertentu terutama yang berserat seperti sayur, daging sapi atau nasi. Anak seperti ini hanya mau makanan yang tidak berserat dan yang crispy atau kriuks seperti telor, mi, nugget, biskuit, kerupuk dan sejenisnya. Gangguan oral motor biasanya sering disebabkan karena gangguan fungsi saluran cerna seperti GER, alergi atau intoleransi makanan lainnya. Penderita alergi atau gangguan genetik lainnya seringkali diturunkan oleh salah satu orangtuanya terutama yang wajahnya sama. Jadi bila salah satu orangtua yang EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 7
  • 8. INFO SEHAT wajahnya sama juga mempunyai problema kesulitan makan bukan karena meniru pola orangtua anaknya tetapi karena problema itu diturunkan secara genetik.      Anak sulit makan tidak mau atau sulit mencoba jenis makanan baru yang berbeda. Kondisi ini sering disebut dengan neophobia, atau ketakutan untuk mencoba segala sesuatu yang baru.  Fakta: Anak sulit makan bukan karena tidak mau atau sulit mencoba jenis makanan baru yang berbeda. Tetapi karena pada anak sulit makan mengalami gangguan oral motor atau oral hipersensitif. Gangguan itu mengakibatkan gangguan mengunyah menelan sehingga mereka akan pilih pilih atau menolak makanan dengan tekstur tertentu terutama yang berserat seperti sayur, daging sapi atau nasi. Anak seperti ini hanya mau makanan yang tidak berserat dan yang crispy atau kriuks seperti telor, mi, nugget, biskuit, kerupuk dan sejenisnya. Anak sulit makan juga mengalami oral hipersensitif ditandai sulit makan makanan yang lengket, sulit makan makanan yang berasa tajam seperti terlalu manis atau terlalu pahit biasanaya lebih suka yang agak asam.      Tidak ada jam makan Tidak adanya kedisiplinan waktu makan, pagi, siang, sore, dan kudapan di sela makan utama membuat anak bisa makan kapan saja tanpa kontrol.  Fakta: Sebenarnya saat anak tidak mau makan atau menolak karena selera makannya hilang timbul tidak menentu. Kadang makan sulit pada hari dan jam-jam tertentu. Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan makan dengan gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah muntah saat menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual saat disuap makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat terjadi keluhan mual biasanya nafsu makannnya menurun. Pada saat inilah anak menutup mulut, menepis makanan atau menolak makanan yang karena keluhan mual dan muntah tetapi dianggap bosan makanan atau bosan susu. Gangguan mual yang mengakibatkan nafsu makan berkurang biasanya sering timbul saat pagi hari atau sering diistilahkan morning sickness. Hal ini yang mengakibatkan sebagian besar anak sulit makan lebih sulit makan saat pagi hari, setelah pukul 10 dan diatasnya keadaan perutnya membaik biasanya disertai nafsu makan agak membaik.      Komunikasi ibu-anak Jika ibu menyuapi anak balita dengan pendekatan yang keliru, wajar jika anak menghindar saat waktu makan tiba. Misalkan, ibu menjerit saking kesalnya karena si anak tidak juga mau membuka mulutnya. Kebiasaan semacam ini membuat anak tak lagi menyenangi suasana makan, apalagi makanannya.  Fakta: Komunikasi dan suasana hati memang berpengaruh saat makan, tetapi hal itu bukan yang utama. Kalaupun itu berpengaruh merupakan faktor yang memperberat bukan penyebab utama. Anak sulit makan sering mengalami nafsu makan yang hilang. Sebenarnya saat anak tidak mau makan atau menolak bukan karena bosan tetapi karena nafsu makan yang berkurang. Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan makan dengan gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah muntah saat menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual saat disuap makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat terjadi keluhan mual biasanya nafsu makannya menurun. Pada saat inilah anak menutup mulut, menepis makanan atau menolak makanan yang karena keluhan mual dan muntah tetapi dianggap bosan makanan atau bosan susu. Dalam suasana hati yang baikpun, gangguan nafsu makan itu tetap tidak bagus, tetapi mungkin suasana dan komunikasi yang buruk memang memperberat keadaan yang sudah ada.      Peralatan makan yang terlalu tua, tidak menarik tidak bisa memancing selera makan.  Fakta: Peralatan makan yang lucu, menarik mungkin akan sedikit membantu problema sulit makan pada anak tetapi dalam keadaan gangguan sulit makan yang tidak ringan cara itu tidak akan berhasil sama sekali. Anak sulit makan sering mengalami nafsu makan yang hilang. Sebenarnya saat anak tidak mau makan atau menolak bukan karena bosan tetapi karena nafsu makan yang berkurang. Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan makan dengan gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah muntah saat menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual saat disuap makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat terjadi keluhan mual biasanya nafsu makannnya menurun. Pada saat inilah anak menutup mulut, menepis makanan atau menolak makanan yang karena keluhan mual dan muntah tetapi dianggap bosan makanan atau bosan susu. Peralatan makan menarikpun kadang tidak akan memperbaiki gangguan nafsu makan itu, tetapi mungkin peralatan yang tidak menarik mungkin memang meperberat keadaan yang sudah ada. Yang penting adalah mencari penyebab mengapa gangguan pencernaan itu timbul dan bagaimana cara mengatasinya. Bila gangguan saluran cerna tersebut tidak diperbaiki tip memakai tempat makanan yang menarik tidak akan berdampak mengatasi masalah.      Beri makanan yang bentuknya menarik , ada mata, telinga atau bentuk gambar yang lucu-lucu.  Fakta: Bentuk makan yang lucu atau menarik mungkin akan sedikit membantu problema sulit makan pada anak tetapi dalam keadaan gangguan sulit makan yang tidak ringan cara itu tidak akan berhasil sama sekali. Anak sulit makan sering mengalami nafsu makan yang hilang. Sebenarnya saat anak tidak mau makan atau menolak bukan karena bosan tetapi karena nafsu makan yang berkurang. Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan makan dengan gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah muntah saat menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual saat disuap makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat terjadi keluhan mual biasanya nafsu makannnya menurun. Pada saat inilah anak menutup mulut, menepis makanan atau menolak makanan yang karena keluhan mual dan muntah tetapi dianggap bosan makanan atau bosan susu. Bentuk makan yang tidak menarik mungkin kadang mengakibatkan gangguan nafsu makan itu, tetapi mungkin hal itu hanya meperberat keadaan yang sudah ada bukan EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM8
  • 9. penyebab utama. Yang penting adalah mencari penyebab mengapa gangguan pencernaan itu timbul dan bagaimana cara mengatasinya. Bila gangguan saluran cerna tersebut tidak diperbaiki tip menggunakan bentuk makan yang lucu atau menarik mungkin tidak akan berdampak mengatasi masalah.      Anak sulit makan harus makan di pangkuan orangtua. Jangan membiasakan anak makan sambil berjalan berkeliling komplek rumah, bersepeda, atau menonton televisi.  Fakta: Saat anak sulit makan kadang orangtua atau pengasuh terpaksa harus memberi makan saat anak bermain atau banyak bergerak. Beberapa rekomendasi menyebutkan bahwa saat menyuap makan anak harus duduk manis dipangkuan orangtua. Tetapi sayangnya hal ini sulit dilakukan. Justru anak sulit makan dengan gangguan saluran cerna biasanya mengakibatkan anak tidak bisa diam dan tidak bisa duduk lama. Anak sulit makan juga sering mengalami nafsu makan yang hilang. Sebenarnya saat anak tidak mau makan atau menolak bukan karena bosan tetapi karena nafsu makan yang berkurang. Keadaan ini sering terjadi pada anak kesulitan makan dengan gangguan fungsi saluran cerna seperti mudah muntah saat menangis atau batuk atau mudah atau mudah mual saat disuap makanan atau memasukkan tangan ke mulut. Saat terjadi keluhan mual biasanya nafsu makannnya menurun. Pada saat inilah anak menutup mulut, menepis makanan atau menolak makanan yang karena keluhan mual dan muntah tetapi dianggap bosan makanan atau bosan susu. Berbagai tip dan cara pemberian makanan pada anak sulit makan tidak akan bermanfaat optimal bila tidak mencari penyebab mengapa gangguan pencernaan itu timbul dan bagaimana cara mengatasinya. Bila gangguan saluran cerna tersebut tidak diperbaiki tip menggunakan bentuk makan yang lucu atau menarik mungkin tidak akan berdampak mengatasi masalah. Penanganan terbaik atasi penyebabnya  Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makanan ke mulut, kemudian mengunyah dan menelan, sehingga ketrampilan dan kemampuan sistem pergerakan motorik kasar di sekitar mulut sangat berperan dalam proses makan. Pergerakan motorik yang berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah, dan menelan dilakukan oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah, dan banyak otot lainnya di sekitar mulut.  Keterampilan dan kemampuan koordinasi oral motor atau koordinasi pergerakan motorik kasar di sekitar mulut sangat berperanan dalam proses makan tersebut. Pergerakan morik tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah dan menelan dilakukan oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya di sekitar mulut. Gangguan proses makan di mulut tersebut seringkali berupa gangguan mengunyah makanan. Gangguan proses makan di mulut sering disertai gangguan nafsu makan yang makan yang tidak baik. Pengertian kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.  Gejala kesulitan makan pada anak adalah (1) Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut anak, (2).Makan berlama-lama dan memainkan makanan, (3) Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat, (4) Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari orangtua, (5). Tidak menyukai banyak variasi makanan atau suka pilih-pilih makan dan (6), Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.  Gangguan oral motor dan nafsu makan yang berkurang sering disebabkan karena gangguan fungsi saluran cerna.  Data yang ada di Picky Eaters Clinic Jakarta, sebagian besar penderita atau sekitar 90 persen penderita sulit makan sering disertai gangguan alergi dan hipersensitiftas saluran cerna.  Berbagai tip dan cara pemberian makanan bagi anak ternyata kurang bermanfaat bila penyebab utama gangguan saluran cerna pada anak sulit makan tidak diperbaiki. Ternyata saat dilakukan intervensi penanganan gangguan fungsi saluran cerna terdapat perbaikan diikuti membaiknya nafsu makan anak.  EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 9
  • 10. INFO SEHAT P enularan HIV kini tidak hanya terjadi pada kelompok berisiko tinggi seperti pekerja seks dan pengguna narkoba suntik. Ibu rumah tangga yang selama ini dianggap tidak berisiko, malah lebih banyak terinfeksi dibandingkan pekerja seks. Tingginya kasus infeksi HIV, bahkan yang sudah berkembang menjadi AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) pada ibu-ibu rumah tangga diakui oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE. «Jumlah kasus AIDS Januari-September 2012 pada ibu rumah tangga dan penjaja seks di seluruh Indonesia, berdasarkan pengakuan pasien dan berdasarkan laporan RS yang diterima Ditjen P2PL Kemenkes adalah 561 kasus pada ibu rumah tangga dan 128 kasus pada penjaja seks,» kata Prof Tjandra seperti ditulis Rabu (5/12/2012). Kerentanan ibu-ibu rumah tangga yang selama ini dianggap tidak berisiko antara lain adalah ketimpangan gender yang membuat perempuan sulit mengontrol perilaku pasangannya. Otomatis jika perilaku pasangannya berisiko seperti suka membeli seks dan pakai narkoba suntik, maka para istri ikut menanggung akibatnya. Dibanding pekerja seks, ibu rumah tangga juga dianggap lebih rentan terhadap penularan HIV karena minim perlindungan. Pekerja seks masih bisa memaksa pelanggannya untuk memakai Penularan HIV pada Ibu Rumah Tangga Lebih Tinggi dari PSK kondom, sementara ibu rumah tangga karena berbagai alasan sering tidak berdaya untuk meminta suaminya untuk memakai kondom saat berhubungan seks. Lebih memprihatinkan lagi, ibu-ibu yang tertular HIV oleh suaminya sendiri masih berisiko untuk menularkannya lagi pada anak-anak kandungnya. Akibatnya ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak yang tidak pernah pakai narkoba maupun membeli seks ikut menanggung akibatnya. «Peningkatan ibu rumah tangga menjadi keprihatinan karena selalu diikuti oleh peningkatan kasus pada anak,» kata Dr Kemal N Siregar, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) saat menghadiri peringatan Hari AIDS Sedunia yang diadakan oleh Durex dan komunitas BIke2Work di area Car Free Day, Jl Thamrin, Jakarta beberapa waktu lalu. Untuk mengurangi risiko penularan HIV pada ibu rumah tangga, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menganjurkan agar perempuan memiliki posisi tawar dalam mengontrol perilaku pasangannya. Bukan untuk urusan seks saja, tetapi juga perilaku lain yang berisiko menularkan HIV seperti menggunakan narkoba suntik. «Ibu rumah tangga harus bisa terbuka pada suaminya untuk meminta pertanggungjawaban suaminya secara setara. Kalau perilaku suaminya memang berisiko, ibu rumah tangga harus bisa meminta suaminya untuk periksa. Sama-sama periksa untuk memastikan ada penyakit atau tidak,» kata Inang Winarso, Direktur Pelaksana Pusat PKBI. EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM10
  • 11. J akarta, Para junkies adalah kalangan yang rentan terkena HIV/AIDS. Sebab salah satu penularan HIV/AIDS adalah melalui jarum suntik yang tidak steril dan digunakan secara bergantian. Untuk itu perlu dilakukan pemutusan mata rantai penularan HIV/ AIDS melalui jarum suntik. Karena itulah para junkies dianjurkan beralih ke metadon sebagai upaya agar terlepas dari ketergantungan narkoba. Metadon merupakan obat sintetis opioid yang memiliki efek sama dengan opioid tapi tidak terlalu tinggi. Saat menggunakan metadon, para pasien akan tetap mendapatkan efek sebagaimana saat mengonsumsi opioid. «Tapi ketergantungannya akan diturunkan sesuai respons tubuh, sehingga lama-kelamaan junkies itu akan sembuh dari ketergantungan,» terang sukarelawan di Puskesmas Menteng, Bambang Sutrisno, dalam perbincangan dengan detikHealth, Rabu (4/12/2012). Menurut dia saat metadon diberikan, pasien juga mendapat konsultasi dari para ahli. Terapinya pun berbeda-beda, antara 6 bulan hingga 2 tahun. Selama kurun waktu terapi, dosis yang diberikan bisa dinaikkan maupun diturunkan, disesuaikan dengan kondisi tubuh yang bersangkutan. Karena itulah waktu terapinya bervariasi. «Saat mendapat terapi di puskesmas harus didampingi oleh wali. Dulu saat diberi metadon, ada biaya Rp 5.000-Rp 15 ribu, tapi sekarang sudah gratis,» sambung pria yang akrab disapa Benkbenk ini. Menurut dia, metadon hanyalah salah satu bentuk terapi bagi para pecandu narkoba suntik atau IDU (Injecting Drug User). Sebab ada jalan terapi detoksifikasi, melalui jalur keagamaan dan konseling mental. Terapi apa yang akan dijalani dikembalikan kepada para junkies. «Memang kalau junkie itu untuk metadon ada yang pasang badan, nggak mau pakai. Ya itu tergantung keinginannya, kita nggak bisa paksa. Ada yang memilih melalui detox, obat lain, dan sebagainya,» sambung Benkbenk. Saat mengonsumsi metadon, para junkies akan merasakan efeknya sekitar satu jam kemudian. Efek metadon dapat bertahan selama kurang lebih 24 jam, bahkan bisa mencapai 36 jam. Bandingkan dengan efek putaw yang hanya 3-4 jam, sehingga setelahnya harus memakai lagi. «Treatment sampai 2 tahun. Dosisnya ada 200, 80, nanti diatur atau dikurangi sehingga nggak lagi tergantung. Di Puskesmas Menteng ada sekitar 150 orang yang menjalani terapi metadon,» tutur pria yang juga aktivis Komunitas Proklamasi ini ini. Pemberian metadon adalah legal karena ada payung hukumnya yakni Peraturan Menkes Nomor 494/Menkes/SK/VII/2006 tentang Penetapan Rumah Sakit dan Satelit Uji Coba Palayanan Terapi Rumatan Metadon serta Pedoman Program Terapi Rumatan Metadon. Holmberg (1996) secara kasar memperkirakan bahwa separuh dari infeksi HIV/AIDS terdapat pada pengguna jarum suntik. Secara global, sekitar 15,9 juta orang memakai narkoba suntik dan 3 juta di antaranya hidup dengan HIV. Data Kementerian Kesehatan, pada 2011 terdapat sekitar 42,4 persen prevalensi HIV dari pengguna jarum suntik. Angka ini menurun dari tahun 2007 yang tercatat 52,4 persen. Namun angka ini harus terus mendapat perhatian.  Telah ada upaya besar untuk meningkatkan layanan dampak harm reduction di Indonesia sejak 2006. Pendanaan untuk melaksanakan pencegahan HIV, pengobatan dan perawatan sekarang tersedia untuk semua provinsi. Pemberian terapi metadon merupakan salah satu upaya pengurangan dampak buruk (harm reduction) HIV/AIDS yang digelar pemerintah. Pemberian jarum suntik steril pada para pecandu narkoba suntik adalah bentuk kegiatan harm reduction lainnya. Foto: Ilustrasi/Thinkstock Dengan atau Tanpa Jarum Steril, Junkies Tetap ‘Butuh’ Nyuntik EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 11
  • 12. INFO SEHAT T idak semua orang dengan HIV/ AIDS (ODHA) adalah orang- orang yang gemar melakukan seks berisiko. Namun apapun penyebabnya, pasien HIV/AIDS masih kerap didiskriminasikan. Bahkan untuk mendapat pekerjaan agar mandiri dalam hidupnya, seorang ODHA sering kali kesulitan. Di tengah peringatan Hari AIDS sedunia yang jatuh 1 Desember lalu, Xiao Qi (bukan nama sebenarnya) bergulat untuk memperoleh haknya mendapat pekerjaan yang layak. Saat ini dia sedang dalam proses gugatan terhadap otoritas pendidikan yang menurutnya telah menolak lamaran kerja karena dia adalah seorang dengan HIV positif. Gugatan yang dilayangkannya terhadap biro pendidikan Kabupaten Jinxian di Provinsi Jiangxi, China memang belum secara resmi terdaftar untuk ditangani. Xiao Qi mengajukan gugatan di pengadilan setempat pada 26 November lalu. Pemuda ini bertekad untuk mendapatkan keadilan sehingga nekat mengajukan gugatan. «Karena ini bukan hanya untuk saya, tapi untuk seluruh orang dengan HIV/ AIDS yang rentan,» katanya seperti dikutip dari China Daily, Senin (3/12/2012). Pada Juni lalu Xiao telah lulus tes seleksi menjadi guru dengan nilai yang tinggi. Namun impiannya menjadi guru pupus setelah dalam tes kesehatan dinyatakan positif HIV. Biro pendidikan setempat mendiskualifikasi pemuda tersebut. Itulah yang melatar belakangi Xiao mengajukan gugatan ke pengadilan. Dunia Kerja Tak Bersahabat pada Pasien HIV/AIDS Kendati ada aturan hukum bahwa ODHA dan keluarganya memiliki hak untuk bekerja, bersekolah, dan mendapat pelayanan kesehatan, namun dia mengajukan gugatan dengan dipenuhi ketidakoptimisan. Sebab Xiao bukanlah orang pertama di China yang mengajukan gugatan tentang diskriminasi kerja terhadap ODHA. 780.000 Orang dari 1,3 miliar penduduk di China diperkirakan hidup dengan HIV/AIDS. Menurut data Departemen Kesehatan China, jumlah kasus yang dilaporkan hingga akhir Oktober mencapai 492.191, termasuk 68.802 kasus baru pada tahun ini. Laporan Organisasi Buruh Internasional (ILO) serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China pada 2010 menyebut orang yang hidup dengan HIV/ AIDS masih banyak yang mendapatkan diskriminasi kerja di China. Diskriminasi itu antara lain penolakan kesempatan kerja dan pengunduran diri paksa. Padahal berdasar peraturan tentang pencegahan dan penanganan HIV/ AIDS pada 2006 di China, ODHA dan keluarganya memiliki hak hukum untuk dilindungi, termasuk hak untuk menikah, perawatan kesehatan, dan pendidikan.  Di Indonesia, Menkes Nafsiah Mboi menegaskan dirinya akan menindak tegas petugas kesehatan yang bersikap diskriminatif atau memberi stigma kepada penderita HIV/AIDS. Pemerintah Indonesia juga gencar menyosialisasikan slogan ‹Stop AIDS melalui Kesetaraan Gender untuk Menghapus Segala Bentuk Stigma dan Diskriminasi›. Hingga September, jumlah kasus AIDS di Indonesia ada 39 ribu jiwa. Sementara itu 3.541 kasus baru muncul pada Januari- September 2012. Papua merupakan provinsi dengan kasus ODHA HIV/AIDS tertinggi dengan angka 7.527 orang. DKI Jakarta berada di peringkat kedua dengan pengidap HIV/AIDS mencapai 6.299 orang, sedangkan Jawa Timur di tempat ketiga dengan jumlah ODHA sebanyak 5.257 orang. EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM12
  • 13. B ersepeda ternyata dapat bermanfaat untuk mencegah ataupun mengobati penyakit Parkinson, demikian menurut penelitian terbaru yang dilakukan ilmuwan dari Radiological Society of North America di Chicago Amerika Serikat. Riset menunjukkan, bersepeda dapat membantu memulihkan hubungan antara daerah otak yang terkait dengan penyakit, dan meningkatkan koordinasi dan keseimbangan. Berdasarkan hasil pemindaian otak, para peneliti menemukan bahwa mengayuh sepeda menyebabkan konektivitas yang lebih besar di daerah otak yang bertanggung jawab untuk gerakan pada pasien Parkinson, terutama jika mengayuh dengan cepat melebihi rata-rata, meskipun kecepatan ayuhan bisa ditentukan oleh masing-masing individu. Para ahli memperkirakan bahwa sekitar 7 sampai 10 juta orang di seluruh dunia terkena penyakit Parkinson, gangguan kronis neurologis progresif yang menyebabkan sel-sel saraf di otak yang membuat dopamin secara perlahan hancur. Tanpa dopamin, otak tidak dapat mengirimkan pesan dengan benar, sehingga menyebabkan hilangnya fungsi otot. Gejala utama penyakit ini adalah gemetar atau tremor, otot kaku, dan gerakan fisik yang menjadi lambat, sampai kehilangan keseimbangan. Sebagian besar kasus terjadi setelah usia 50 tahun, dan apabila bertambah parah maka  akhirnya dapat menyebabkan masalah kognitif dan perilaku seperti demensia. Ketua penelitian Jay Alberts, ahli syaraf di Cleveland Clinic Lerner Research Institute, mulai melakukan penelitian setelah ia melihat perbaikan pada pasien Parkinson setelah menempuh perjalanan jarak jauh bersepeda di Iowa. «Hal itu merupakan temuan yang tidak disengaja. Saat itu, saya mengayuh dengan cepat sehingga mengharuskan pasien mengayuh dengan cepat juga,”kata Alberts dalam suatu pernyataan.  Penelitian ini melibatkan 26 pasien penderita Parkinson berusia 30 hingga 75 tahun. Efek olahraga diukur menggunakan alat bernama functional connectivity magnetic resonance imaging (fcMRI). Alat ini digunakan untuk mengukur perubahan oksigen darah di otak, untuk melihat seberapa aktif bagian otak yang berbeda dan hubungannya satu sama lain. Para peneliti membagi pasien menjadi dua kelompok. Satu kelompok mengayuh dengan kecepatan yang mereka tentukan sendiri, sedangkan kelompok lainnya mengayuh pada tingkat kecepatan yang sudah ditentukan, yaitu dengan mengikuti kecepatan sepeda motor. Hasilnya membuktikan bersepeda dengan ayuhan yang cepat dapat meningkatkan hubungan antara otak dengan gerakan, yang sangat baik untuk mencegah ataupun mengobati penyakit Parkinson. Hal ini menjadikan bersepeda dengan ayuhan cepat disarankan dilakukan, mengingat keefektifannya, serta biayanya yang murah. Bersepeda Cepat Bantu Atasi Parkinson EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 13
  • 14. STOP PRESS Apresiasi Menkes di Hari Kesehatan Nasional 2012 T anggal 12 Nopember 2012 lalu, Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, memimpin upacara peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-48 yang bertema“Indonesia Cinta Sehat”dengan sub-tema“Ibu Selamat Anak Sehat”di lapangan kantor Kemenkes, Jakarta. Upacara diikuti para pegawai Kementerian Kesehatan, yang berasal dari kantor pusat maupun perwakilan unit pelaksana teknis (UPT), rumah sakit vertikal, organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Dalam sambutannya, Menkes menyatakan bahwa pembangunan kesehatan tidak mungkin berhasil tanpa dukungan, peran serta dan komitmen seluruh pemangku menjaga, meningkatkan serta mencintai kesehatan sebagai perilaku sehari-hari dengan menjaga dirinya agar sehat dan tetap sehat, dari dalam kandungan sampai seumur hidup. Hal ini dilakukan dalam rangka menciptakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Usai pelaksanaan upacara, Menkes membuka pameran foto HKN 2012, yang bertema selaras dengan peringatan HKN ke-48, yaitu“Ibu Selamat Anak Sehat”. Dalam kegiatan tersebut, dipamerkan berbagai karya fotografi para pegawai Kementerian Kesehatan, juga dokumentasi berbagai unit di Kemenkes. Hal yang menarik dalam pameran tersebut adalah keberadaan salah satu sudut P ada tanggal 7 November 2012 lalu, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K). MARS, DTM&H, DTCE, menyampaikan presentasi mengenai Pengendalian Penyakit di Indonesia, pada seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Persatuan Sarjana Kesehatan Masyarakat (PERSAKMI) dan Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) di Sulawesi Selatan. Dalam seminar tersebut Prof. Tjandra menjelaskan mengenai peran kesehatan dalam MDGs 2015, kesehatan dalam bentuk triple burden di Indonesia, serta menggambarkan situasi epidemiologi dan program penanggulangan berbagai penyakit. Beliau juga menyampaikan pendekatan CERDIK yaitu Cek kesehatan secara teratur, Enyahkan asap rokok, Rajin berolahraga, Diet yang sehat, Istirahat yang cukup dan Kelola stress, sebagai upaya yang sangat penting dilakukan cegah penyakit tidak menular. Selain hal penting lain seperti Penanggulanan masalah merokok, pengaturan diet garam, dan gula serta lemak. Dalam kesempatan itu Prof. Tjandra juga melakukan diskusi dengan para peserta seminar, yang membahas beberapa topik, seperti kondom dalam pencegahan HIV/AIDS, Indonesia sehat vs MDGs, pentingnya budaya setempat dalam penyuluhan kesehatan, Hertz immunity, dan kemampuan petugas kesehatan untuk memasarkan isu kesehatan ke pimpinan daerah, pihak legislatif, dan masyarakat umum. “CERDIK” Langkah Penting Cegah Penyakit Tidak Menular kepentingan dan seluruh lapisan masyarakat. Karena itu, dalam peringatan HKN ke-48 tersebut, Menkes menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang terus memberikan dukungan bagi suksesnya pembangunan kesehatan di tanah air tercinta. “Secara khusus, atas nama Pemerintah dan Rakyat Indonesia saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada setiap petugas dan tenaga kesehatan yang melayani masyarakat di daerah-daerah yang paling susah, di gunung-gunung dan pantai, di daerah pedesan yang terpencil, bahkan di pulau-pulau, di daerah perbatasan, daerah-daerah di mana masyarakat secara khusus membutuhkan sentuhan petugas kesehatan”, kata Menkes. Pada kesempatan tersebut, Menkes mengajak semua pihak, untuk memelihara, “in memoriam Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih”, dalam rangka mengenang jasa almarhumah dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Selain acara tersebut Menkes juga melakukan penandatangan memorandum of understanding (MoU) antara Kemenkes dengan empat lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan delapan pimpinan dunia usaha. Selain itu, diselenggarakan pula malam resepsi pada hari yang sama dengan agenda utama adalah pemberian tanda penghargaan Manggala Karya Bakti Husada, Ksatria Bakti Husada, Mitra Bakti Husada. Selanjutnya, akan diberikan pula penghargaan kepada Tenaga Kesehatan Berprestasi, Institusi Kesehatan Berprestasi, Perpustakaan terbaik di lingkungan Kemenkes RI, serta pengumuman pemenang lomba K3, kebersihan dan kerapihan. EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM14
  • 15. M ulai sekarang setiap warga negara Indonesia, tidak perlu lagi khawatir akan ditolak oleh rumah sakit mana pun. Hal tersebut ditegaskan oleh Menkes RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, dalam sambutannya pada pembukaan Kongres XII Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi) dengan tema Stragtegi Rumah Sakit Menghadapi Arus Kuat Perubahan sebagai Dampak Berlakunya Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Akreditasi Nasional, d JCC Jakarta, Rabu pagi (7/11). “Tidak dibenarkan rumah sakit manapun, baik rumah sakit milik pemerintah maupun swasta menolak pasien dalam keadaan darurat, dengan alasan apapun. Apalagi bila karena alasan tidak ada biaya.”Demikian pernyataan Menkes RI. “Saat ini telah tersedia pelayanan asuransi kesehatan (Askes), jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), bahkan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda)”, Menkes menambahkan. Menkes juga menghimbau kepada seluruh dokter, baik dokter umum maupun spesialis, untuk menuliskan resep berdasarkan Rumah Sakit Jangan Tolak Pasien Dalam Keadaan Darurat daftar obat yang telah disetujui, khususnya bagi para pasien yang merupakan peserta Askes, Jamkesmas dan Jamkesda. “Jangan karena alasan dokter lebih suka obat paten, maka pasien dibebani untuk membeli obat paten yang mahal dan belum tentu efikasinya melebihi obat generik yang sudah tersedia”, terang Menkes. Menkes menyatakan bahwa dalam proses peningkatan menuju rumah sakit yang bermutu dan terakreditasi, maka rumah sakit harus berpegang teguh pada prinsip dasar memberikan perhatian sebesar-besarnya kepada pasien (patient centeredness) dengan pilar utama keselamatan pasien (patient safety). Menurut Menkes, patient safety di rumah sakit hanya dapat dijamin jika rumah sakit memberikan pelayanan bermutu dan seluruh petugasnya bersikap profesional, dan memberikan perhatian baik kepada pasien. “Marikitabangunsemangatuntukbanggamelayanidanberprinsip patient care”, ajak Menkes. EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 15
  • 16. STOP PRESSSTOP PRESS Sampah hingga saat ini menjadi permasalahan yang krusial. Beberapa daerah begitu kesulitan dalam menangani hal ini. Setiap orang Indonesia rata-rata menghasilkan 0,5 kg sampah/orang/hari D irektur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, dalam Rapat Koordinasi Nasional Gerakan Indonesia Bersih (GBI), di Jakarta, mengatakan untuk Gerakan Indonesia Bersih Hanya 20% remaja yang tau hiv-aids “ S iapa yang tau berapa jumlah anak muda yang usia 15-24 tahun di Indonesia?”, tanya Menteri Kesehatan RI dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH saat berdialog dengan para wartawan pada Pekan Kondom Nasional 2012, Rabu (5/12), di Jakarta. Diketahui bahwa penduduk usia 15-24 tahun di Indonesia berjumlah 65 juta jiwa (28% dari jumlah penduduk), dan hanya 20.6% yang tau tentang HIV- AIDS. Artinya hampir 80% anak muda/remaja rentan terinfeksi HIV karena kurangnya pengetahuan tersebut. Hal ini lah yang menyebabkan meningkatnya angka HIV-AIDS di Indonesia. Seperti yang sering diutarakan Menkes pada rangkaian kegiatan Hari AIDS Sedunia tahun 2012, bahwa peningkatan pengetahuan tentang HIV-AIDS pada kelompok usia remaja terus diupayakan. Pengetahuan bukan hanya mengenai HIV-AIDS, tetapi juga pendidikan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya Napza. Usia ini sangat rentan terhadap infeksi HIV, karena terbukti pengidap AIDS sebagian besar berusia 20-29 tahun. Artinya orang-orang muda ini terinfeksi HIV pertama kali pada 5 tahun sebelumnya, yaitu antara usia 15-24 tahun. Pengendalian dan pencegahan infeksi HIV butuh kerjasama semua pihak baik orang tua, guru, dan juga media/wartawan untuk berperan penting dalam memberikan informasi mengenai HIV dan AIDS. “Disini lah peran Saudara untuk memberikan informasi yang benar dan lengkap kepada generasi muda agar tidak berperilaku berisiko”, pesan Menkes kepada wartawan yang hadir. Peran semua masyarakat selain media masa dan guru, perusahaan dan distributor kondom yang bekerjasama dengan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) juga memegang peran penting dalam pengendalian HIV AIDS. Ini bukan hanya masalah kondom, tapi menyangkut pencapaian MDGs. Pengetahun penggunaan kondom yang benar pada masyarakat khususnya remaja, dilakukan untuk mencegah perilaku berisiko. “Upaya kita komprehensif, di hulu itu yang paling penting”, tegas Menkes. Hal yang paling merisaukan adalah meningkatnya angka penyakit kelamin pada usia muda dan ibu-ibu yang mayoritas adalah ibu rumah tangga. Bila ibu hamil yang menderita penyakit kelamin, maka bayi yang dilahirkannya nanti akan mengalami kecacatan. Faktanya, ibu-ibu rumah tangga tersebut terinfeksi HIV bukan karena selingkuh atau menggunakan narkoba, melainkan tertular dari suami mereka. Ini lah mengapa peran laki-laki sangat penting untuk melindungi diri dan pasangannya. Lelaki yang terinfeksi HIV akan menimbulkan dampak pada kesehatan keluarganya. Mengendalikan dan melakukan pencegahan infeksi baru HIV merupakan upaya yang akan berpengaruh terhadap peningkatan angka kesakitan penyerta AIDS yaitu TBC, selain itu juga berpengaruh terhadap angka kematian ibu dan bayi. (Eci) mengatasi pengelolaan sampah perlu dilakukan 3R yaitu, reduce: kurangi jumlah sampah, reuse: sedapat mungkin jangan gunakan bahan yang sekali pakai buang, tapi dapat digunakan kembali, dan recycle: sampah organik dapat diolah kembali menjadi pupuk. “Untuk mewujudkan GBI diperlukan beberapa tahapan kegiatan seperti quick wins, perubahan paradigma, dan keberlanjutan”, ujar Prof. Tjandra. Dari sudut pandang kesehatan Prof. Tjandra menambahkan bahwa pengelolaan sampah dan sanitasi dapat dilakukan oleh Rumah Sakit, Puskesmas, apotek, dan laboratorium, dengan kegiatan yang meliputi, sosialisasi pedoman yang telah ada, penyiapan sarana kebersihan, pelaksanaan kebersihan, evaluasi, dan penilaian. Pada acara Rapat Koordinasi Nasional Gerakan Indonesia Bersih (GBI), dibuka oleh Wakil Presiden RI, Dr. Boediono. Acara ini mengusung tema“Menjaga Kebersihan Cerminan Harkat, Martabat dan Harga Diri Bangsa”. EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM16
  • 17. Perkembangan BPJSD iterbitkannya Undang- Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang merupakan turunan dari UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menjadi tonggak sejarah pelaksanaan sistem jaminan sosial secara komprehensif dan terintegrasi di Indonesia. Pada Pasal 1 ayat (1) Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS menyebutkan bahwa BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS yang dimaksud terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Selanjutnya, dalam ayat (2) dijelaskan bahwa jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar. BPJS Kesehatan sendiri merupakan hasil transformasi dari PT Askes (Persero) yang berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan merupakan hasil transformasi dari PT Jamsostek (Persero) yang berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, program jaminan pensiun dan program jaminan kematian. BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan akan mulai beroperasi pada 1 Januari 2014. Dengan terbentuknya kedua BPJS tersebut nantinya jangkauan kepesertaan program jaminan sosial akan diperluas secara bertahap. Dalam hal ini PT Jamsostek (Persero) yang harus bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan tentu harus menyusun serta merumuskan sistem dan prosedur operasional yang diperlukan untuk beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan. Secara umum, transformasi Jamsostek ke BPJS Ketenagakerjaan menyaratkan hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan sebesar- besarnya demi kepentingan peserta. Jamsostek juga terus melakukan ekspansi dalam pelayanan dan peningkatan manfaat tambahan untuk pekerja peserta, selain yang didapat dari empat program jaminan sosial. Bantuan uang muka perumahan serta pembangunan rumah pekerja terus ditingkatkan. Sedangkan untuk masalah pelayanan jaminan kesehatan bagi pekerja akan dilimpahkan dari Jamnsostek ke Badan Penyelenggara Jamainan Sosial (BPJS) Kesehatan yaitu Askes mulai 2014. Dalam proses transisi ini, pemerintah menjamin tidak akan ada perubahan pelayanan dalam jaminan kesehatan dari Jamsostek. Pelayanan juga tidak akan terganggu dengan adanya pelimpahan pengurusan dan pengelolaan jaminan kesehatan pekerja. Pada saat ini samapai 2013 akan terus dilakukan inventarisasi dan pencocokan data. Siapa saja peserta layanan kesehatan Jamsostek yang akan ditangani BPJS Kesehatan. Dengan demikian, pada hari pertama di tahun 2014, semuanya sudah bisa dilayani maksimal. Walaupun mempunyai pembagian tugas yang jelas, Askes dan Jamsostek tetap bekerja sama membangun Rumah Sakit (RS) Pekerja yang juga bisa digunakan oleh masyarakat umum di KBN Cakung, Jakarta. Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) terkait hal dilakukan di Kementerian BUMN Jakarta, Senin 24 September 2012. Nilai investasi pembangunan rumah sakit yang dibangun di lahan milik KBN seluas 2,1 hektare ini diproyeksikan berkisar Rp 200 miliar dan beroperasi akhir 2013. Sambil menunggu pembangunan RS Pekerja di Cakung dan kawasan lainnya selesai, Jamsostek dengan kemampuan pendanaannya juga akan membangun poliklinik plus di 200 titik sentra/ merupakan konsentrasi para buruh. Namun, kesiapan infrastruktur menjadi tidak berarti tanpa adanya aturan turunan BPJS. Seharusnya saat ini pemerintah sudah mulai bergerak untuk menerbitkan aturan turunan UU BPJS yang berjumlah 16 aturan. Sayangnya, menurut Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PKS, pemerintah sulit menuntaskan 16 regulasi turunan EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 17
  • 18. STOP PRESSSTOP PRESS UU BPJS sesuai tenggat waktu yang ditetapkan. Proses transformasi dari Jamsostek ke BPJS juga akan dipantau oleh BPK. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Bahrullah Akbar mengatakan, sesuai tugas dan kewenangan, BPK akan memberikan pertimbangan terhadap rancangan sistem dan pengendalian internal pemerintah sebelum BPJS Ketenagakerjaan terbentuk. Saat ini hasil pemeriksaan BPK menemukan beberapa masalah penting dalam proses transformasi Jamsostek menjadi PBJS Ketenagakerjaan. Hasil pemeriksaan, di antaranya terkait masalah evaluasi kebutuhan pegawai serta beban kerja dalam program jaminan hari tua (JHT). Selain itu menyangkut pengelolaan data peserta JHT serta pembenahan sistem teknologi informasi yang mendukung keandalan data tersebut. Menurut Bahrullah Akbar, terdapat inefisiensi pada Jamsostek dalam memberikan perlindungan dengan membayarkan santunan JHT. Selain itu juga ada beberapa permasalahan dalam distribusi manfaat bagi peserta Jamsostek. Terkait hal ini, BPK sudah memberikan sejumlah rekomendasi terkait hasil pemeriksaan/temuan. BPK juga memberikan masukan untuk dijadikan pertimbangan dalam penyusunan peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS maupun peraturan teknis lainnya. Sementara itu, Direktur Utama Jamsostek Elvyn G Masassya menyambut baik inisiati BPK sebagai lembaga pemeriksa keuangan atau auditor negara. Kami di Jamsostek akan tindak lanjuti masukan BPK. Terutama soal efisiensi penyaluran dana JHT yang saat ini nilainya terus menyusut, karena sudah ada pencairan dari peserta, katanya. Menurut dia, untuk meningkatkan efisiensi terhadap peserta, ke depannya BPJS Ketenagakerjaan akan mengarahkan pelayanan berbasis teknologi. Layanan akan cenderung mengedepankan penggunaan teknologi pendukung, seperti registrasi kepesertaan secara elektronik (e-registration), pembayaran iuran secara elektronik (e-payment) serta penyaluran klaim secara elektronik (e-claim). Elvyn juga menegaskan bahwa selama dua tahun persiapan menjelang perubahan menjadi BPJS Ketenagakerjaan, Jamsostek akan menambah gerai (outlet) hingga menjangkau 440 kabupaten/ kota di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memudahkan akses pekerja/perusahaan terhadap pelayanan Jamsostek atau BPJS Ketenagakerjaan. Dukungan terhadap BPJS juga di sampaikan oleh Menag BUMN Dahlan Iskan. Beliau merasa yakin Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bisa dilaksanakan pada Januari 2014, untuk memberikan jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Di sisi lain, pemerintah daerah diharapkan dapat mendata masyarakat dari sektor non formal, agar segera dapat terwujud health universal coverage. Pada salah satu kesempatan beliau mengatakan mulai 2014 seluruh rakyat Indonesia mendapat jaminan kesehatan . PT Askes (Persero) sudah sangat siap sebagai BPJS yang tidak hanya mengelola jaminan kesehatan PNS dan pensiunan saja, tetapi akan mengelola jaminana kesehatan untuk seluruh rakyat Indonesia. Di sisi lain, PT Jamsostek (Persero) sudah berencana untuk memperbanyak kanal- kanal distribusi pelayanan di seluruh Indonesia mulai 2013. Hal ini dilakukan untuk menjangtkau sekitar 20 juta pekerja formal di perusahaan yang hingga kini belum terlindungi program jaminan sosial. Direktur Kepesertaan Jamsostek mengatakan, dari total sekitar 33 juta pekerja formal secara nasional, yang aktif menjadi peserta program jaminan sosial yang diselenggarakan Jamsostek baru sekitar 11 juta orang. Sementara dari pekerja sektor informal atau perorangan masih di bawah satu juta orang. Sisanya sekitar 20 jutaan pekerja formal hingga kini sama sekali belum tersentuh program Jamsostek. Padahal mereka memiliki hak untuk ikut program-program Jamsostek sesuai amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992. Masih rendahnya kesadaran perusahaan dan pekerja terhadap pentingnya program Jamsostek ini menjadi salah satu kendala belum optimalnya jumlah kepesertaan di Jamsostek. Untuk itu Jamsostek akan mengintensifkan sosialisasi program jaminan sosial dan manfaatnya serta memperbanyak kanal-kanal distribusi pelayanan di seluruh Indonesia. Di antaranya memperbanyak kantor unit layanan, selain kantor cabang. Jamsostek akan menjalin kerja sama dengan berbagai instansi untuk membuka unit-unit pelayanan bagi peserta tersebut. Sebelumnya, Direktur Utama Jamsostek Elvyn G Masassya mengatakan, kantor cabang PT Jamsostek (Persero) siap mengunjungi perusahaan-perusahaan sebagai upaya jemput bola untuk meningkatkan kepesertaan. Apalagi hingga saat ini belum seluruh pekerja di perusahaan menjadi peserta program jaminan sosial yang diselenggarakan Jamsostek. Dalam hal ini ke depan, seluruh jajaran di Jamsostek tidak hanya menunggu di kantor. Namun turun ke lapangan melakukan pendekatan ke perusahaan-perusahaan. Saat ini jumlah EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM18
  • 19. pekerja formal di perusahaan swasta dan BUMN yang menjadi peserta Jamsostek sebanyak 11,1 juta orang. Padahal diperkirakan pekerja formal tersebut secara nasional mencapai 33 juta orang. Sementara itu, PT Askes (Persero) diingatkan untuk memperhatikan masalah data kepesertaan sebelum bertransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pada 1 Januari 2014, terutama terkait penerapan sistem data kepesertaan dan pelayanan yang berbasis teknologi informasi (TI). Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) Chazali H Situmorang mengatakan, sistem berbasis TI harus sudah diterapkan sebelum Askes bertransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Hal ini bertujuan agar program jaminan kesehatan untuk masyarakat luas bisa dilaksanakan dengan baik. Jika tidak didukung sistem berbasis TI, maka BPJS Kesehatan berpotensi mengalami kebangkrutan. Pihaknya kerap mengingatkan kepada Askes agar TI diperhatikan, karena bisa terjadi peserta ganda, yang berarti pembayaran berlapis. Lama-lama masalah ini bisa membuat bangkrut BPJS Kesehatan. Menurut Chazali, saat ini DJSN tengah mengharmonisasikan sistem informasi jaminan kesehatan nasional. Selama ini, data pelaksanaan program jaminan kesehatan di Indonesia belum terintegrasi. Data peserta di seluruh penyelenggara jaminan kesehatan belum terhimpun dengan baik. Padahal bagian terpenting dalam manajemen dan penyelenggaraan jaminan kesehatan yang efektif terkait sistem informasi yang terintegrasi. Sistem ini dapat mengharmonisasikan data peserta program jaminan kesehatan dengan data dari Kementerian Dalam Negeri yang berdasarkan nomor induk kependudukan (NIK). Namun, NIK juga belum disinkronisasi sebagai identifikasi peserta untuk para peserta program jaminan kesehatan. Padahal sistem informasi jaminan kesehatan ini harus menjadi lokomotif pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional (SJSN) secara keseluruhan, katanya. Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan Ali Gufron memastikan, BPJS Kesehatan tetap akan beroperasi pada 1 Januari 2014 meski belum ada harmonisasi data dan sistem TI yang baku. Apalagi penerapan sistem TI tidak mudah, karena banyak model yang harus disesuaikan dengan kebutuhan. Apalagi sistem TI mencatat data dan transaski yang ada. Beliau lantas membantah bahwa akibat belum diharmonisasikannya sistem informasi pada saat BPJS Kesehatan, maka pelaksanaan program jaminan kesehatan bersifat uji coba (trial and error). Apalagi dalam masa transisi pasti membutuhkan penyesuaian, seperti dalam pelaksanaan e-KTP. Menurut Ali Gufron, sistem TI merupakan tulang punggung dalam pelaksanaan BPJS Kesehatan. Karena itu harus menjadi prioritas. Apabila sistem ini sudah bisa dibangun, maka akan memudahkan pengintegrasian dengan program- program jaminan sosial lainnya, misalnya terkait masyarakat yang tergolong penerima besaran iuran (PBI) yang bisa berubah-ubah karena perubahan status sosial seseorang. Beliau menambahkan, yang semula miskin, bisa saja suatu saat masuk dalam kelompok mampu. Atau, yang tadinya tidak miskin, karena sesuatu hal masuk dalam jurang kemiskinan. Jadi, dengan kata lain, PBI bisa siapa saja. Karenanya, harus ditopang dengan sistem IT agar PBI benar-benar sesuai sasaran. Beliau menyebutkan, PBI 2014 sendiri tercatat sebanyak 86,4 juta orang miskin dan berpendapatan rendah. Artinya ada 40 persen masyarakat dengan penghasilan terendah hasil identifikasi Badan Pusat Statistik (BPS) dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang masuk dalam catatan PBI. Data ini akan diperbarui tiga tahun sekali. Dengan kondisi seperti sekarang ini, tentu saja BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya masih ditemui hambatan-hambatan yang mengganggu jalannya proses transformasi. Oleh karena itu, sebagai warga negara Indonesia, kita harus tetap optimis dan mendukung adanya BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan. EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 19
  • 20. B erkaitan dengan hal tesebut diatas, Menteri Kesehatan bersama beberapa Pimpinan Organisasi Masyarakat (Ormas) dan Mitra Dunia Usaha menandatangani kesepakatan bersama di bidang kesehatan, Senin (12/11) di Jakarta. Kesepakatan tersebut merupakan komitmen Ormas dan Dunia Usaha untuk mendukung dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan, khususnya pada pencapaian indikator MDG’s. Penandatanganan kesepakatan bersama (MoU) antara Menkes dan Ormas dilakuan oleh Muhammad Jusuf Kalla selaku Ketua Umum (Ketum) Dewan Masjid Indonesia, M.Faqih Ridha Ketum Yayasan Jaringan Pesantren Nusantara, Anindyati Sulasikin Murpratomo Ketum Yayasan Amal Bhakti Ibu Indonesia, dan M. Akbar Kepala Bidang Pengkaderan Himpunan Mahasiswa Islam. Sedangkan dari dunia usaha, penandatanganan dilakukan oleh Gatot M. Suwandono Direktur Utama PT. Bank Negara Indonesia, Dyah Anita Prihapsari Ketum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Mada Shinta Dewi Presiden Direktur PT. Johnson & Johnson Indonesia, Sandeep Sur Direktur PT. Novo Nordisk Indonesia, Daniel Podiman Direktur Utama PT. Express Transido Utama Tbk, dan Bambang Sutantio Direktur PT. Cisarua Mountain Dairy (Cimory). Menteri Kesehatan dr.Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH dalam kesempatan tersebut memaparkan fokus kegiatan Ormas dan Dunia Usaha dalam pembangunan kesehatan. Ormas fokus pada promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di lingkungan tempat ibadah, sekolah, dan pesantren dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta Desa Siaga Aktif. Sedangkan Dunia Usaha fokus pada peningkatan kesehatan Ibu, penurunan kematian anak, peningkatan status gizi masyarakat, pengendalian penyakit HIV dan AIDS, penyehatan lingkungan dan pengendalian penyakit tidak menular. Pembangunan kesehatan tidak mungkin dilaksanakan sendiri oleh jajaran kesehatan, begitu pula Jaminan kesehatan Semesta hanya mungkin terwujud jika didukung oleh seluruh jajaran pemerintah dan swasta serta masyarakat.“Pada kesempatan yang berbahagia ini saya mengajak dunia usaha, ormas, dan seluruh STOP PRESSSTOP PRESS lapisan masyarakat agar berperan positif dalam mewujudkan jaminan kesehatan semesta”, ujar Menkes. Demi terwujudnya jaminan kesehatan semesta atau yang disebut universal health coverage, Pemerintah sedang menyiapkan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan baik regulasi, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dan kegiatan sosialisasi. Hal ini sesuai dengan amanat Undang- Undang (UU) No. 40 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJSN) dan UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS). Diharapkan tahun 2019 jaminan kesehatan semesta ini sudah dapat terwujud di Indonesia. “kita sebagai petugas kesehatan, sebagai pemerintah berkewajiban untuk membantu rakyat sehat dan tetap sehat dari dalam kandungan sampai Tuhan panggil dia”, tegas Menkes. Upaya lain yang telah dilakukan dunia usaha dan ormas dalam pembangunan kesehatan, yaitu : • Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang menekankan pada terbentuknya masyarakat desa dan kelurahan yang peduli, tanggap dan mampu mengenali, mencegah, serta mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi, termasuk upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak. • Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di berbagai tatanan masyarakat, seperti : rumah tangga, sekolah, institusi kesehatan, tempat kerja dan tempat umum. • Penyediaan fasilitas pemberian ASI di tempat umum dan tempat kerja, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif yang mewajibkan pengelola tempat umum dan tempat kerja untuk menyediakan fasilitas agar ibu dapat menyusui bayinya atau memerah ASI. • Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). • Pelaksanaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat seperti Posyandu, Poskestren, dan Posbindu. Menkes menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada dunia usaha dan ormas atas kerjasamanya selama ini dengan pemerintah dalam berbagai kegiatan.“Selanjutnya saya berharap agar upaya-upaya tersebut dapat ditingkatkan”, ujar Menkes. (Eci) Ormas, Dunia Usaha dan Kemenkes sepakat Capai MDG’s Pembangunan kesehatan tidak terlepas dari dukungan dan komitmen dari seluruh warga masyarakat Indonesia untuk mencapai Millenium Development Goal’s (MDG’s). Lima dari delapan agenda MDG’s berkaitan langsung dengan bidang kesehatan yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan, menurunkan Angka Kematian Anak, meningkatkan kesehatan Ibu, memerangi HIV/AIDS, Malaria, Tuberkulosis, dan penyakit lainnya, serta melestarikan lingkungan hidup. EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM20
  • 21. MEDIAUTAMA Setiap tanggal 1 Desember selalu diperingati sebagai hari AIDS sedunia. Hari tersebut digagas pada Pertemuan Menteri Kesehatan sedunia pada tahun 1988, guna menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV. Namun sejauh mana Anda mengenal HIV dan penyakit AIDS itu sendiri? Karena masih banyak masyarakat mendapatkan sebuah informasi yang salah terhadap penyakit satu ini. HIV-AIDS Mengenal, dan Mencegah Pertumbuhan 21EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM
  • 22. MEDIA UTAMA HIV Menyerang Kekebalan Tubuh Manusia H uman Immunodeficiency Virus atau yang dikenal dengan singkatan HIV adalah virus yang menyebabkan AIDS. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Dengan melemahkan pertahanan tubuh terhadap penyakit, HIV menyebabkan tubuh menjadi rentan terhadap sejumlah infeksi dan yang berpotensi mengancam nyawa dan juga terhadap kanker. HIV dapat menular yang berarti virus tersebut dapat berpindah dari satu orang ke orang lain. HIV merupakan suatu subgroup retrovirus yang dikenal sebagai lentivirus, atau“slow”virus. Jadi bagi orang yang terkena virus HIV dampaknya dapat dirasakan dalam jangka waktu yang lama hingga muncul gejala yang berat. Para penderita HIV ini disebut dengan ODHA. Terjangkitnya HIV dapat memunculkan penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), yakni suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh penurunan kekebalan tubuh. AIDS dikenal luas sejak tahun 1981, meskipun virus telah terdapat pada darah yang tersimpan pada tahun 1959. virus yang mirip telah ditemukan pada primata. Cara Penularan Virus HIV HIV terdapat dalam cairan tubuh ODHA, dan dapat dikeluarkan melalui cairan tubuh tersebut. Jadi seseorang dapat terinfeksi HIV bila kontak dengan cairan tersebut. Meskipun virus terdapat dalam saliva, air mata, cairan serebrospinal dan urin, tetapi cairan tersebut tidak terbukti berisiko menularkan infeksi karena kadarnya sangat rendah dan tidak ada mekanisme yang memfasilitasi untuk masuk ke dalam darah orang lain. Cara penularan yang lazim adalah, melakukan kontak seksual yang tidak terlindungi (seks tanpa menggunakan kondom) dengan ODHA. Maka dianjurkan untuk tidak melakukan seks bebas di luar nikah. Lalu kontak dengan darah yang terinfeksi (melalui tusukan jarum suntik, pemakaian jarum suntik secara bersama, dan produk darah yang terkontaminasi). Kemudian penularan dari ibu dengan HIV ke bayi (selama dan setelah lahir). Cara lain dapat juga ditemui seperti, tato, transplantasi organ dan jaringan, inseminasi buatan, tindakan medis semi invasif. Mitos di masyarakat yang begitu ditakuti ternyata tidak ada risiko penularannya seperti, memeluk, bercium, pemakaian bersama alat makan, sentuh tubuh, atau penggunaan toilet umum. HIV juga tidak disebarkan oleh nyamuk atau serangga lainnya. Penyakit Yang Terkait Dengan Infeksi HIV Oleh karena menurunnya sistem imunitas, maka seseorang menjadi rawan untuk mendapatkan berbagai macam penyakit. HIV sendiri dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk yang berbeda. Ada pun penyakit-penyakit yang umum terkait dengan infeksi HIV adalah TB, Pneumocystis jerivecii, Kandidiasis esofagus, Kriptokokosis, Toksoplasmosis, Kriptosporodiosis, Cytomegalovirus (CMV), dan Infeksi mycobacterium avium complex (MAC). Bagaimana Mencegah HIV? Banyak cara untuk mencegah penularan HIV AIDS, dalam konteks hubungan seksual adalah dengan cara Abstinensia yaitu tidak melakukan hubungan seksual, setia kepada pasangan, melakukan hubungan seks yang aman dengan menggunakan kondom, mengobati pasangan seksual, menemukan dan mengobati secara cepat kasus IMS. Kemudian pencegahan penularan melalui darah dan cairan tubuh dapat dengan cara penggunaan jarum suntik yang steril, serta menghindari terkenanya darah dan cairan pasien HIV pada bagian tubuh yang ada luka dengan menerapkan kewaspadaan standar bagi petugas kesehatan. Lalu untuk mencegah penularan dari ibu kepada janin dengan cara menawarkan tes IMS dan HIV kepada ibu hamil serta pemberian ARV kepada ibu hamil (HIV (+) melalui program pencegahan dari ibu ke anak (PPIA). EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM22
  • 23. Pertumbuhan Epidemi HIV-AIDS di Indonesia Sejak pertama kali kasus AIDS ditemukan tahun 1987 sampai dengan September 2012, kasus AIDS tersebar di 341 (68,478%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Wilayah pertama kali ditemukan adanya kasus AIDS adalah Provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adanya kasus AIDS adalah Provinsi Sulawesi Barat (2011). Sejak tahun 2005 sampai September 2012, terdapat kasus HIV sebanyak 92.251 yang didapat dari laporan layanan konseling dan tes HIV. Faktor resiko penularan HIV tertinggi adalah hubungan sex tidak aman pada heteroseksual, seperti terlihat pada table berikut. Adapun 10 Provinsi jumlah kumulatif kasus AIDS terbanyak 1987 sampai September 2012 Berdasarkan kelompok umur, persentase kasus HIV tahun 2012 didapatkan tertinggi pada usia 25 – 29 tahun, kemudian diikuti oleh kelompok umur 30 hingga 39 tahun. Meskipun Indonesia tergolong epidemi rendah, namun Indonesia satu-satunya di regional ASEAN yang mengalami peningkatan prevalensi HIV- AIDS secara cepat. Kasus AIDS berdasarkan faktor risiko penularan yang tertinggi adalah melalui heteroseksual (77,4%), kemudian diikuti pengguna napza suntik (32,4%), dan kemudian lelaki seks lelaki (3,7%) data ini berdasarkan laporan Departemen Kementerian Kesehatan Triwulan III, 2012. Indonesia terbagi menjadi dua daerah epidemi: pertama epidemi HIV di Tanah Papua ada kecenderungan meluas. Data STBP 2006 prevalensi HIV pada masyarakat umum sebesar 2,4 %. Pada provinsi lain epidemi terkonsentrasi pada populasi berisiko tertular HIV. Upaya Pengendalian HIV-AIDS Dalam upaya pengendaliannya dilakukan empat cara mulai dari promotif, yaitu dengan pemberian KIE kepada masyarakat umum. Melakukan kampanye,“Aku Bangga, Aku Tahu”kepada penduduk usia 15 sampai 24 tahun, karena kelompok ini rawan tertular HIV, dan kerjasama lintas sektor dan lintas program. Kemudian dilakukan pula upaya preventif, dengan cara tes HV terutama pada populasi berisiko dan penderita TB yang berisiko penemuan secara cepat dan pengobatan yang tepat kasus IMS, pengurangan dampak buruk Napza, serta pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. Setelah preventif upaya berlanjut kepada Kuratif yaitu mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat dengan menggunakan Terapi Antiretroviral, dan pengobatan infeksi oportunistik. Terakhir upya yang dilakukan adalah Rehabilitatif, yakni memberi dukungan psikososial kepada ODHA. Penanganan Kasus HIV-AIDS Untuk menjadi informasi bagi masyarakat bahwa penanganan kasus HIV-AIDS mulai dari orang dengan risiko tertular HIV datang ke pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit dilakukan konseling dan tes HIV. Setelahnya setiap orang yang dinyatakan HIV (+), dan nilai CD4 < 350 diberikan pengobatan Obat Anti Retroviral gratis dengan paduan tiga rejimen obat sesuai buku panduan tatalaksana terapi ARV Kemenkes 2011. Bagi orang terinfeksi pengobatan diberikan seumur hidup kemudian diikuti perkembangan penyakitnya untuk mencegah timbulnya infeksi oportunistik yang dapat memperberat daya tahan tubuh ODHA. Penting dalam keberhasilan pengobatan agar ODHA berkomitmen untuk patuh meminum ARV seumur hidupnya. Hambatan Program Pengendalian HIV-AIDS di Indonesia Dalam mengendalikan HIV-AIDS di Indonesia masih mengalami hambatan berarti, seperti adanya stigma dan diskriminasi, lalu norma dalam masyarakat yang masih tabu membicarakan kesehatan reproduksi, serta keterbatasan akses pelayanan kesehatan disebabkan daerah sulit dijangkau atau dareah terpencil. EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 23
  • 24. EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM24
  • 25. B erbagai penyakit terus berkembanga sekarang ini, baik yang menular maupun yang tidak menular. Dari penyakit yang menular dan tidak menular, banyak penyakit yang sifatnya mematikan. Salah satu contoh penyakit yang mematikan, misalnya penyakit AIDS yang disebabkan virus HIV. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang sel CD4/sel darah putih dan menjadikannya tempat berkembang biak, kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sebagaimana kita ketahui bahwa sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, tubuh kita lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa. Secara umum HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus penyebab AIDS. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang akan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan segala penyakit yang datang. HIV terdapat di dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti di dalam darah, air mani atau cairan vagina dan air susu ibu (ASI). Pemahaman tentang penyebaran HIV harus dipahami oleh setiap orang, sehingga semua pihak bisa mengatisipasi penyebaran virus ini. AIDS sendiri merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, yaitu sekumpulan gejala yang didapatkan dari penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan system imun yang disebabkan oleh infeksi HIV. Penyakit yang menyerangi sistem kekebalan tubuh ini, hingga sekarang belum ditemukan obatnya. Antiretroviral sendiri sebagai obat yang sering dikonsumsi penderita AIDS, hanya mengurangi aktifitas virus dan infeksi oportunistik. Walaupun sering virus HIV sudah ditemukan antivirusnya, tetapi virus ini adalah virus yang hebat. Saat antivirus HIV telah ditemukan, virus ini dapat mengubah RNA-nya (asam ribonukleat) sehingga antivirus tersebut menjadi tidak mempan terhadap antivirus yang telah ditemukan dan harus dicari antivirus barunya lagi. Sejarah penemuan penyakit HIV/AIDS dimulai sejak tahun 1981 di Amerika Serikat. Kasus HIV/AIDS dimulai dengan munculnya laporan mengenai kasus–kasus penyakit infeksi yang jarang terjadi, yang ditemukan dikalangan homoseksual, dan kemudian dirumuskan sebagai penyakit Gay Related Immune Deficiency (GRID). Penyakit GRID adalah penyakit yang menyebabkan penurunan kekebalan tubuh yang sering dihubungkan dengan kaum gay/homoseksual. Kemudian pada tahun 1982, CD–USA (Centers for Disease Control) Amerika Serikat untuk pertama kali membuat definisi AIDS. Sejak saat itulah istilah AIDS mulai dipopulerkan. Pada tahun ini pula, Luc Montagnier dari Pasteur Institut Paris menemukan bahwa kelainan ini disebabkan oleh LAV (Lymphadenophaty Associaterd Virus ). Pada tahun 1984, Gallo dan kawan–kawan dari National Institute of Health, Bethesda, Amerika Serikat menemukan HTLV III ( Human T Lymphotropic Virus type III) sebagai sebab kelainan ini (AIDS). Pada tahun 1985, ditemukan Antigen untuk melakukan tes ELISA, suatu tes untuk mengetahui terinfeksi virus itu atau tidaknya seseorang. Pada tahun 1986, International Commintte on Taxonomi of Viruses, memutuskan nama penyebab penyakit AIDS adalah HIV, sebagai pengganti nama LAV dan HTLV III. Pada tanggal 15 April 1987, kasus AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan. Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda, Edward Hop, meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian lelaki asing itu disebabkan AIDS. Hingga akhir tahun 1987, terdapat enam orang yang didiagnosis HIV positif, dua di antara mereka mengidap AIDS akut. Sejak ditemukan tahun 1978, secara kumulatif jumlah kasus AIDS di Indonesia sampai dengan tahun 2009 sebanyak 18.442 kasus. Angka ini kemudian meningkat pada tahun 2011. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2011, jumlah kasus AIDS telah mencapai 26.483 kasus dengan penyebaran pada 33 provinsi dan 300 kabupaten/kota, dengan rasio laki-laki dan perempuan sebanyak 3:1. Dalam laporan tahun 2011, kelompok umur yang terkena HIV/AIDS yaitu umur 20-29 tahun sebanyak 46,4%, umur 30-39 tahun sebanyak 31,5%, dan 9,8% adalah umur 40-49 tahun. Diproyeksikan pada tahun 2014 nanti jumlah infeksi baru HIV usia 15-49 tahun sebesar 79.200 dan proyeksi untuk usia 15-49 tahun sebesar 501.400 kasus. Jumlah penderita penyakit HIV/AIDS, atau yang dikenal dengan Orang Dengan HIV AIDS (ODHA), yang meninggal akibat AIDS jumlahnya sekitar 3000-5000 orang per tahun di dunia, atau sekitar 10 orang per harinya. Sasaran yang paling rentan terhadap penyakit HIV/AIDS adalah kelompok usia produktif, 15-49 tahun. Jika kelompok ini sudah terkena penyakit HIV/AIDS, maka perkembangan bangsa Indonesia ke depannya menjadi sebuah ancaman. Sebab penyakit HIV/AIDS adalah penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Indonesia terancam kehilangan generasi penerusnya, jika penyakit ini tidak segera ditanggulangi. Salah satu hal yang penting untuk diketahui dalam penanggungan HIV/AIDS adalah mengenai penyebaran HIV/AIDS itu sendiri. Penyebaran HIV sendiri dapat menular melalui hubungan seksual (yang tidak terlindungi) dengan orang yang telah terinfeksi HIV, melalui jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian, melalui tranfusi darah yang mengandung HIV, ibu HIV positif ke bayinya; waktu dalam kandungan, ketika melahirkan atau melalui ASI. Anggapan yang sering keliru dalam masyarakat adalah anggapan yang mengira bahwa HIV menular melalui sentuhan, HIV-AIDS EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 25
  • 26. salaman, penggunaan peralatan makan bersama, kolam renang, gigitan nyamuk, tinggal serumah atau duduk bersama. Hal yang perlu ditekankan adalah bahwa HIV tidak akan menular dalam kegiatan sehari-hari seperti itu. Penyakit HIV/AIDS tidak semerta-merta muncul dan menyebabkan kematian pada penderitanya. Terdapat lima stadium hingga akhirnya penderita HIV/AIDS sampai pada titik terparah. Lima stadium penyakit HIV/AIDS tersebut, yaitu pada gejala awal (1) stadium infeksi, pasien mengalami demam, kelemahan, Nyeri sendi menyerupai influenza/nyeri tenggorok, dan pembesaran kelenjaran getah bening. Stadium kedua (2) merupakan stadium tanpa gejala, stadium dimana penderita nampak sehat, namun dapat merupakan sumber penularan infeksi HIV. Stadium tiga (3), gejala stadium ARC, dengan ciri-ciri demam lebih dari 38°C secara berkala atau terus, menurunnya berat badan lebih dari 10% dalam waktu 3 bulan, pembesaran kelenjar getah bening, diare yang berkala atau terus menerus dalam waktu yang lama tanpa sebab yang jelas, kelemahan tubuh yang menurunkan aktifitas fisik, dan berkeringat pada malam hari. Tahap keempat (4) merupakan ciri utama gejala AIDS. Gejala klinis utama yaitu terdapatnya kanker kulit yang disebut Sarkoma Kaposi (kanker pembuluh darah kapiler) dan juga adanya kanker kelenjar getah bening. Terdapat infeksi penyakit penyerta misalnya pneomonia, pneumocystis,TBC, serta penyakit infeksi lainnya seperti teksoplasmosis dsb. Gejala terakhir (5) adalah gejala gangguan susunan saraf, yang terdiri dari lupa ingatan, kesadaran menurun, mengalami perubahan kepribadian, muncul gejala–gejala peradangan otak atau selaput otak, dan akhirnya mengalami kelumpuhan. Umumnya penderita AIDS sangat kurus, sangat lemah dan menderita infeksi. Penderita AIDS selalu meninggal pada waktu singkat (rata-rata 1-2 tahun) akan tetapi beberapa penderita dapat hidup sampai 3 atau 4 tahun. Di masyarakat sendiri sering muncul anggapan keliru mengenai penyakit AIDS. Anggapan keliru tersebut misalnya 1. Orang Yang Baru Didiagnosis HIV/AIDS Akan Segera Meninggal Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena seorang yang telah terdiagnosis tertular HIV/AIDS, terbukti bisa hidup lebih lama dari perkiraan sebelumnya. Pemakaian obat, program pengobatan yang baik, dan pemahaman yang lebih baik tentang virus ini memungkinkan mereka yang terinfeksi untuk hidup normal, sehat, dan tentunya tetap hidup produktif. 2. HIV/AIDS Bisa Disembuhkan Lewat Pengobatan Alternatif Tidak sedikit orang ataupun klinik alternatif yang mengklaim mampu menyembuhkan AIDS. Padahal, kenyataannya sekarang ini belum ditemukan obat untuk mengalahkan HIV/AIDS. 3. Dokter Umum Bisa Mengobati HIV/AIDS Para ahli percaya bahwa dengan kompleksitas HIV dan AIDS, berarti hanya dokter spesialis kasus ini yang mampu merawat ODHA. Dokter umum hanya mengetahui secara sepintas mengenai HIV/AIDS, tidak secara benar-benar mengatasinya. Apalagi AIDS belum ada obatnya. 4. HIV/AIDS Tidak Bisa Tertular Lewat Seks Oral Ini merupakan pendapat yang tidak benar dan mitos ini sangat berbahaya. Kondom harus tetap digunakan setiap kali melakukan hubungan seksual, anal, dan oral. Sebab, pada prinsipnya HIV menular melalui cairan sperma atau vagina. 5. Mengidap HIV/AIDS Tidak Bisa Punya Anak Wanita yang hidup dengan HIV/AIDS tetap bisa hamil dan memiliki keturunan. Untuk mengurangi risiko penularan HIV pada anak yang dilahirkan, ibu ODHA harus menjalani pengobatan untuk mengendalikan infeksi virus HIV. 6. Usia Di Atas 50 Tidak Akan Tertular HIV/AIDS Dalam hasil studi penelitian lapangan, virus ini masih ditemukan pada mereka yang berusia di atas 50 tahun. Virus HIV ini bisa menyerang segala usia. 7. Pasangan yang Sama-sama Kena HIV/AIDS, Tak Perlu Pakai Pengaman Para ahli menilai bila sesama ODHA tidak menggunakan kondom ketika melakukan hubungan, hal tersebut dapat memperparah kondisi ODHA dan proses pengobatan pun menjadi lebih sulit. 8. Anggapan bahwa HIV Menular Akibat Salaman Hal ini merupakan anggapan yang keliru dan tidak baik bagi ODHA. ODHA sering dijauhi dalam pergaulan akibat mereka yang sehat dan normal takut tertular melalui sentuhan kulit. Padahal, HIV tidak menular melalui sentuhan kulit, seperti salaman. Ada ungkapan bahwa mencegah lebih baik dari pada mengobati. Ungkapan ini berlaku pula bagi penyakit HIV/AIDS. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan HIV/AIDS adalah 1. Pencegahan penularan melalui jalur non seksual : a. Transfusi darah cara ini dapat dicegah dengan mengadakan pemeriksaan donor darah sehingga darah yang bebas HIV saja yang ditransfusikan. b. Penularan AIDS melalui jarum suntik oleh dokter paramedis dapat dicegah dengan upaya sterilisasi yang baku atau menggunakan jarum suntik sekali pakai. 2. Pencegahan penularan melalui jalur seksual Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pendidikan/ penyuluhan yang intensif yang ditujukan pada perubahan cara hidup dan perilaku seksual, serta bahayanya AIDS pada usia remaja sampai usia tua. 3. Pencegahan dengan program sosialisasi dan penyuluhan Dengan melalui program ini, masyarakat akan menjadi EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM26
  • 27. lebih mengerti tentang HIV/AIDS yang sesungguhnya. Agar masyarakat tidak sembarangan menggunakan jarum suntik, melakukan seks bebas dan mau bergaul dengan ODHA. Pemerintah sendiri, dalam hal ini melalui Kementerian Kesehatan, telah melakukan berbagai langkah sebagai upaya mencegah dan mengurangi angka penderita HIV/AIDS. Salah satunya adalah bergabung dengan berbagai organisasi nasional, regional, dan internasional untuk mendukung Gerakan Indonesia Bebas AIDS, sebagai salah satu tujuan MDG’s 2015. HIV/AIDS setiap tahunnya sering diperingati oleh dunia internasional, yaitu tepatnya pada tanggal 1 Desember, sebagai Hari AIDS sedunia. Pada tahun 2012 ini, tema hari AIDS sedunia adalah Lindungi Perempuan dan Anak dari HIV-AIDS. Tema ini merupakan ajakan untuk menghentikan laju epidemi HIV/ AIDS di masa mendatang. Pemerintah telah berkomitmen akan meningkatkan kapasitas dengan memobilisasi sumber daya nasional secara terkoordinasi, sinergis, sinkron, dan akuntabel guna mempercepat pelaksanaan penanggulangan HIV/AIDS. Di Indonesia, puncak acara Hari AIDS sedunia akan dilaksanakan pada tanggal 11 Desember 2012. Dengan mengusung slogan “Stop AIDS Melalui Kesetaraan Gender untuk Menghapus Segala Bentuk Stigma dan Diskriminasi”, peringatan hari AIDS sedunia di Indonesia bertujuan utama untuk mempercepat respon masyarakat terhadap HIV dan AIDS dengan fokus pada perlindungan perempuan dan perlindungan anak, mencegah infeksi baru, meningkatkan akses pengobatan, dan mengurangi dampak dari AIDS. Penyelenggaraan Peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2012 di tingkat pusat akan diselenggarakan dalam bentuk (1) Seminar, Round Table Discussion, dan Pertemuan ilmiah membahas tentang HIV dan AIDS; (2) Advokasi dalam bentuk dialog media, siaran pers, dan temu pakar; (3) Promosi dan Kampanye dalam bentuk penyuluhan massa, publikasi melalui media cetak, publikasi melalui media elektronik, serta promosi melalui percetakan dan distribusi brosur, pamflet, topi; (4) Sosialisasi HIV dan AIDS dengan kegiatan khotbah keagamaan, sesuai dengan agama masing- masing; (5) Mengadakan lomba-lomba, seperti lomba musik remaja, lomba karya tulis remaja, lomba pembuatan film pendek, dan lomba pepmbuatan cerpen, yang kesemuanya mengusung tema HIV/AIDS; (6) Pameran, yang berupa media, bahan KIE, program dan layanan. Tujuan dari acara puncak Hari AIDS Sedunia ini adalah untuk menggugah kepedulian seluruh komponen bangsa, baik pemerintah, dunia usaha, dan swasta serta berbagai lapisan masyarakat untuk bersama-sama melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS secara terintegrasi. Puncak acara ini akan diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah. Penyakit Tidak Menular Sehat adalah sesuatu yang begitu berharga dan selalu berusaha dijaga oleh seseorang. Cara yang dilakukan banyak orangt untuk menjaga agar tetap sehat, misalnya dengan berolahraga, berusaha mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat, serta mencoba menjauhkan diri dari berbagai virus dan kuman. Akan tetapi, ketika seseorang hanya mencoba menjauhkan diri dari berbagai virus dan kuman, orang tersebut hanya berusaha menjauhkan diri dari penyakit tidak menular. Sebab, penyakit pada dasarnya terbagi atas penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular banyak yang berujung pada meninggalnya seseorang. Penyakit Tidak Menular atau yang lebih dikenal juga dengan sebutan PTM, seperti gangguan jantung, stroke, kanker, diabetes, EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 27
  • 28. dan penyakit paru-paru telah menjadi pembunuh nomor satu di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Penasihat Regional Penyakit Tidak Menular Organisasi Kesehatan Dunia Wilayah Asia Tenggara (WHO SEARO), Regu Garg, pada bulan September 2012 di Yogyakarta. Garg mengatakan bahwa kematian di Asia Tenggara yang disebabkan oleh penyakit tidak menular berjumlah 7,9 juta kematian (55%), sedangkan kematian yang disebabkan penyakit menular berjumlah lima juta jiwa (35%) dan akibat cedera 1,5 juta jiwa (10,7%). Di Indonesia, angka kematian PTM sendiri terus meningkat. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Departemen Kesehatan, proporsi angka kematian akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Pada dasarnya, Penyakit Tidak Menular adalah sebutan bagi penyakit-penyakit yang tidak ditularkan oleh virus dan bakteri. Penyakit menular sendiri cenderung sulit diketahui penyebab utamanya. Akan tetapi, penyakit tidak menular sering berkaitan dengan usia produktif manusia, usia yang berkaitan dengan masa seseorang saat mencari penghasilan atau pekerjaan. Orang yang berada pada usia produktif cenderung lebih fokus pada pekerjaannya sehingga melupakan keadaan kesehatannya. Dalam keadaan seperti inilah penyakit tidak menular tumbuh, contoh kasusnya seperti munculnya penyakit diabetes akibat terlalu banyak mengkonsumsi makanan/cemilan manis di kantor, ketika sedang bekerja. Beberapa hal yang turut mempengaruhi terjangkitnya penyakit tidak menular pada diri seseorang adalah asap rokok, pola hidup tidak sehat, kurang olahraga, dan konsumsi alkohol. Faktor–faktor inilah yang didasarkan hasil penelitian menjadi empat faktor risiko penyakit tidak menular,seperti kardiovaskuler, diabetes, kanker, dan berbagai penyakit kronis lainnya. Di Indonesia sendiri telah terjadi perubahan pola penyakit, dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yang dikenal sebagai transisi epidemiologi. Terjadinya perubahan pola penyakit ini berkaitan dengan beberapa hal, seperti (1) perubahan struktur EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM28
  • 29. masyarakat dari agraris ke industri; (2) perubahan struktur penduduk dalam hal penurunan jumlah anak usia muda dan peningkatan jumlah penduduk usia lanjut karena keberhasilan KB; (3) perbaikan dalam sanitasi lingkungan untuk menurunkan penyebaran penyakit menular; (4) peningkatan tenaga kerja wanita karena emansipasi; (5) peningkatan pelayanan kesehatan dalam memberantas penyakit infeksi dan meningkatkan angka umur harapan hidup. Penyakit tidak menular mempunyai kesamaan dengan (1) penyakit kronik; (2) penyakit non-infeksi; (3) new communicable disease; (4) penyakit degeneratif. Dikenal sebagai penyakit kronik karena PTM biasanya bersifat kronik, walaupun ada juga yang kelangsungannya mendadak, seperti keracunan; disebut penyakit non-infeksi karena penyebab PTM bukan mikroorganisme, namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganime dalam terjadinya PTM; disebut penyakit degeneratif karena berhububungan dengan proses degenerasi atau ketuaan, sehingga PTM banyak ditemukan pada seseorang berusia lanjut, dan karena perlangsungannya yang lama, menyebabkan PTM berkaitan dengan proses degeneratif yang berlangsung sesuai waktu dan umur; disebut new communicable disease karena dianggap dapat menular melalui gaya hidup, dalam hal ini menyangkut pola makan, kehidupan seksual dan komunikasi global. Karakteristik dari penyakit tidak menular adalah penularan penyakitnya tidak melalui suatu rantai penularan tertentu, masa inkubasi yang panjang, banyak menghadapi kesulitan diagnosis, mempunyai variasi yang luas, memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun penanggulangannya, dan faktor penyebabnya multikausal, bahkan cenderung tidak jelas. Penyakit tidak menular mempunyai beberapa perbedaan dengan penyakit tidak menular. Perbedaan tersebut dapat kita lihat pada tabel di bawah ini, PenyakitTidak Menular Penyakit Menular Lebih banyak ditemui di negara industri lebih banyak ditemui di negara berkembang Tidak ada rantai penularan rantai penularan jelas Perlangsungan kronik perlangsungan akut Etiologi tidak jelas etiologi mikroorganisme jelas Biasanya multiple causa bersifat single causa Diagnosis cenderung sulit diagnosis cenderung mudah Sulit mencari penyebabnya cenderung mudah mencari penyebabnya Biaya mahal biaya relatif murah Ada iceberg phenomen jelas muncul di permukaan Morbiditas dan mortalitasnya cenderung meningkat morbiditas dan mortalitasnya cenderung menurun Pentingnya pengetahuan tentang penyakit tidak menular (PTM) di latarbelakangi dengan kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi PTM dalam masyarakat ,khususnya masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang membangun dirinya dari negara berkembang menuju masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat dari struktur agraris ke struktur masyarakat industri banyak memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi, yang juga kemudian perubahan dalam meningkatnya penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular dapat dicegah dengan mengkolaborasikan berbagai aspek seperti pertanian, makanan, pendidikan, lingkungan, informasi, serta keuangan. Implementasinya antara lain dengan memperbanyak informasi tentang bahaya rokok dan alkohol, mengajarkan anak tentang gaya hidup sehat, meningkatkan pajak rokok, dan meningkatkan fasilitas fisik untuk berolahraga. Langkah untuk mengatasi penyakit tidak menular bukan saja menjadi tanggungjawab pemerintah, tetapi juga pihak swasta dan kerjasama dari masyarakat. Kerjasama nyata untuk mengatasi masalah penyakit tidak menular misalnya adalah kementerian olahraga dan infrastruktur dapat menyiapkan sarana dan fasilitas untuk berolahraga. Kementerian informasi melalui televisi swasta ataupun berbagai media massa mengendalikan iklan dan promosi makanan tinggi gula, garam, dan lemak yang berdampak EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM 29
  • 30. MEDIA UTAMA buruk bagi kesehatan. Anak mudah terpengaruh iklan sehingga menginginkan makanan-makanan itu. Anak yang obesitas merupakan calon penderita penyakit tidak menular. Kementerian Kesehatan sendiri telah mengembangkan program pengendalian PTM sejak tahun 2005. Upaya pengendalian faktor risiko PTM yang telah dilakukan berupa promosi Perilaku Bersih dan Sehat (PBS) serta pengendalian masalah tembakau. Beberapa Pemerintah Daerah telah menerbitkan peraturan terkait Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan membentuk Aliansi Walikota/Bupati dalam Pengendalian Tembakau dan Penyakit Tidak Menular. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengendalian Tembakau dalam proses. Sedangkan untuk pengaturan makanan berisiko, Kementerian Kesehatan akan membuat regulasi yang mengatur mengenai gula, garam dan lemak yang tidak standar dalam makanan yang dijual bebas. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian kesehatan RI, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan bahwa Indonesia sudah melakukan upaya untuk mencegah penyakit tidak menular. Di antaranya melalui program screening kanker payudara dan serviks di 18 provinsi di Indonesia, pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah, serta pengendalian penyakit kronis degeneratif. Dalam kesempatan lain, Seminar Nasional Persatuan Sarjana Kesehatan Masyarakat (PERSAKMI) dan Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) di Sulawesi Selatan, Tjandra Yoga Aditama menjelaskan mengenai peran kesehatan dalam MDGs 2015, serta menggambarkan situasi epidemiologi dan program penanggulangan berbagai penyakit, termasuk di dalamnya mengenai penanggulangan PTM. Dalam seminar ini, Tjandra menyatakan bahwa perlu cara “CERDIK”untuk menanggulangi penyakit tidak menular. Hal yang dimaksud cara CERDIK tersebut adalah Cek kesehatan secara teratur, Enyahkan asap rokok, Rajin berolahraga, Diet yang sehat, Istirahat yang cukup dan Kelola stress(CERDIK). Disamping cara CERDIK tersebut, hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan penanggulangan masalah merokok, pengaturan diet garam, gula dan lemak. Dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional tahun 2012 yang telah diperingati pada 12 November lalu, Menteri Kesehatan turut memberikan perhatiannya pada masalah penyekit tidak menular. Dalam kesempatan tersebut, Menteri Kesehatan mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan telah berhasil menurunkan masalah penyakit menular dan gizi buruk di tanah air, namun diakui bahwa penyakit tidak menular dan penyakit menular tertentu seperti HIV/AIDS, justru menunjukkan peningkatan. Faktor risiko utama terjadinya penyakit menular maupun penyakit tidak menular adalah gaya hidup dan perilaku yang tidak sehat. Menurut Menkes, gaya hidup yang sehat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup, perlu dikembangkan menjadi bagian dari perilaku sehari-hari. Gaya hidup sehat, tersebut diantaranya berolahraga teratur, makan dengan menu seimbang, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol atau Napza, mengatasi stres, menghindari perilaku seks berisiko, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Menkes juga mengimbau agar seluruh jajaran kesehatan senantiasa selalu mempromosikan pola hidup sehat dimanapun berada, serta dapat menjadi contoh bagi masyarakat dalam menerapkan pola hidup sehat. Menkes juga menegaskan bahwa dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, promosi kesehatan, pencegahan spesifik dan diagnosis dini perlu diutamakan. Apabila penyakit sudah terjadi pada diri seorang pasien, maka harus ada aksi cepat tanggap untuk melakukan pengobatan dan perawatan dari pihak rumah sakit setempat. Perhatian mengenai masalah penyakit tidak menular datang juga dari pihak swasta, salah satunya adalah dari Yayasan Jantung Indonesia. Yayasan Jantung Indonesia (YJI) bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) berinisiatif membentuk Aliansi Nasional Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Aliansi ini beranggotakan Ikatan Dokter Indonesia, PERKI, Perhimpunan Dokter Spesialis Paru, Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, Perhimpunan Hipertensi Indonesia, Perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Perhimpunan Onkologi Indonesia, Perhimpunan Nefrolofi Indonesia, Yayasan Jantung Indonesia, Yayasan Kanker Indonesia, Yayasan Stroke Indonesia dan Persadia. Aliansi ini sepakat untuk menerapkan cara yang efisien dan efektif dalam mengurangi munculnya penyakit tidak menular di masyarakat. Terdapat beberapa butir kesepakatan Aliansi Nasional Pencegahan dan Pengendaian Penyakit Tidak Menular, yang diharapkan dapat segera terwujud untuk mengurangi angka penderita Penyakit Tidak Menular. Berikut ini adalah butir-butir Aliansi Nasional Pencegahan dan Pengendaian Penyakit Tidak Menular, • Mengharapkan komitmen pemerintah untuk lebih memperhatikan upaya pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular melalui pendanaan yang cukup. • Meminta langkah lanjut Pemerintah Indonesia untuk mengaksesi dokumen FCTC (Framework Convention on Tobacco Control), guna melindungi generasi sekarang dan masa depan dari dampak buruk kesehatan, sosial, lingkungan dan ekonomi akibat konsumsi rokok. • Berusaha mewujudkan komitmen nasional untuk melakukan upaya-upaya dan manajemen pencegahan faktor-faktor risiko penyakit tidak menular. • Mendorong kesepakatan dengan pemerintah bahwa penyakit tidak menular dimasukkan dalam pencapaian tujuan MDG’S • Mendorong dan menumbuh kembangkan perilaku hidup sehat dalam masyarakat. EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM30
  • 31. B angsa yang kuat adalah bangsa yang sehat, untuk menjadi sehat tentu suatu bangsa harus didukung oleh fasilitas, SDM serta informasi yang tepat. Melalui hal itu Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, mengutarakan kepada seluruh jajaran rumah sakit perlu menyiapkan diri dalam menyongsong era baru pembangunan kesehatan di Tanah Air, yaitu dimulainya jaminan kesehatan semesta atau universal health coverage (UHC). Pernyataan tersebut disampaikan pada peresmian Kegiatan Kongres XII Persi (7/11). Untuk acara Kongres itu sendiri dilaksanakan mulai tanggal 7 hingga 11 November 2012, bertempat di JCC Jakarta. Pada kesempatan itu Menkes RI didampingi oleh Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, Ketua Persi, Dr. dr. Sutoto, M.Kes, dan Ketua Pelaksana Kegiatan, dr. Sri Rachmani, M.Kes, MHKes. Pada tema Kongres kali ini adalah Strategi Rumah Sakit Menghadapi Arus Kuat Perubahan sebagai Dampak Berlakunya Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Akreditasi Nasional. Menurut Menkes, salah satu langkah penting yang perlu diambil adalah mencukupi jumlah tempat tidur rumah sakit. Untuk menunjang diberlakukannya UHC, diperlukan minimal 237.167 tempat tidur. Sampai dengan hari ini rumah sakit di Indonesia berjumlah 2.068 buah dengan jumlah total 229.612 tempat tidur. “Bila ditambah dengan tempat tidur di Puskesmas perawatan yang berjumlah lebih dari 30.000 tempat tidur, maka jumlah tersebut sudah melebihi 250.000 tempat tidur. Artinya, secara nasional sudah tercukupi”, ujar Menkes. Menkes menerangkan pula bahwa, disparitas masih menjadi kendala. Rumah sakit lebih terkonsentrasi di perkotaan, sehingga masih ada daerah-daerah yang kekurangan tempat tidur, terutama di Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan terluar (DTPK).“Dalam mengembangkan rumah sakit, hendaknya dibahas bersama Pemerintah Daerah agar memperhatikan kepadatan rumah sakit di wilayah yang akan dibangun, agar lebih berfokus pada peningkatan akses dan mutu pelayanan bagi masyarakat”, terang Menkes. Agar terciptanya kemerataan maka Menkes menyatakan, kekurangan jumlah tempat tidur akan dipenuhi Pemerintah secara bertahap dengan meningkatkan kapasitas kelas III rumah sakit; menambah jumlah Puskesmas dengan tempat tidur; serta membuka rumah sakit pratama, yaitu rumah sakit setingkat kelas D dengan pelayanan dokter umum dan disertai lebih kurang 50 tempat tidur.“Dalam rangka menyambut UHC, yang harus diperkuat adalah primary health care, sehingga layanan kesehatan harus lebih berfokus pada usaha promotif, preventif dan kuratif ringan yang sedekat mungkin dengan pasien. Selain itu, kami juga mengharapkan pihak swasta sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat, turut berkontribusi secara aktif dalam meningkatkan kemampuan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan”, tambah Menkes. Sementara itu, untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, Pemerintah juga mendorong akreditasi rumah sakit. Dewasa ini, dari 2.068 rumah sakit, baru 1.192 yang telah terakreditasi. Selain itu, dalam hal akreditasi internasional, Pemerintah juga berusaha meningkatkan jumlah rumah sakit yang bisa mendapatkan akreditasi internasional. “Saya berharap, Persi bersama Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dapat mendorong anggotanya agar lebih banyak lagi rumah sakit yang terakreditasi secara nasional, maupun internasional”, kata Menkes. Lebih lanjut, dalam menyongsong terwujudnya jaminan kesehatan semesta dan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, Menkes menegaskan bahwa tidak dibenarkan rumah sakit menolak pasien dalam keadaan darurat, dengan alasan apapun. Menkes juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan tinggi kepada rumah sakit swasta yang semakin lama semakin besar berperan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan rakyat Indonesia. Menkes: “RS Perlu Menyiapkan Diri Menyongsong Era Baru Pembangunan Kesehatan di Tanah Air” 31EDISI 40 I DESEMBER I 2012 MEDIAKOM