SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  11
Télécharger pour lire hors ligne
Brief Note
Edisi 23, 2016
Membangun Desa Merawat Bangsa
Telaah Pelaksanaan UU no. 6/2014
hal 2 dari 11
Membangun Desa Merawat Bangsa
Telaah Pelaksanaan UU no. 6/2014
Riza Primahendra
Pengantar
UU no. 6/2014 tentang desa telah memasuki tahun kedua dan berbagai peraturan
pelaksanaan telah dikeluarkan serta uji coba untuk mengimplementasikan berbagai hal
yang diatur telah juga dilaksanakan. Dari berbagai aspek dari UU tentang desa salah
satu yang menarik perhatian banyak pihak dan memiliki implikasi yang luas adalah
alokasi dana dari pusat dan daerah langsung ke desa. Alokasi dana tersebut
diperuntukan melaksanakan berbagai program yang secara partisipatif dirumuskan dan
dikerjakan sendiri oleh rakyat desa. Mekanisme alokasi dan penggunaan dana tersebut
saat ini lebih dikenal dengan ‘Dana Desa’.
Didalam terminologi Dana Desa terkandung sebuah transformasi dalam melihat desa,
melaksanakan pembangunan, dan memberdayakan masyarakat. Transformasi ini dapat
mengakibatkan harapan maupun ketakutan yang berlebihan, disikapi dengan skeptis dan
apatis merujuk pada pengalaman berbagai program sebelumnya, ataupun menimbulkan
kontestasi dan persaingan untuk mendapatkan peran serta peluang yang lebih besar
dalam pelaksanaan di lapangan.
Tulisan pendek ini bermaksud memberikan catatan awal dari pelaksanaan program
Dana Desa dengan maksud dapat memberikan umpan balik yang diperlukan untuk
memperbaiki kebijakan, desain, maupun pengelolaan dari program. Butir-butir
pemikiran yang disampaikan merupakan refleksi pengalaman lapangan dari Amerta
yang terlibat dalam membantu beberapa desa memanfaatkan Dana Desa.
Mengapa Memulai Dari Desa?
Telah menjadi sebuah realita sosial bahwa desa merupakan kantong kemiskinan dan
terus mengalami marjinalisasi setidaknya melalui tiga hal, yaitu:
 Pengeringan sumber daya (resource drain). Desa merupakan daerah yang
memasok berbagai kebutuhan sumber daya untuk industri maupun kehidupan
penduduk perkotaan. Sumber daya tersebut berupa sumber daya alam seperti
kayu, mata air, bahan galian, dan semacamnya. Sumber daya lain yang dipasok
desa adalah sumber daya manusia sebagai buruh industri, pramuwisma, maupun
pekerjaan non skill lainnya.
 Pengeringan modal (capital drain). Meskipun pemerintah dan berbagai pihak
berupaya melakukan kapitalisasi di desa untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi, dalam kenyataan modal-modal yang ada di desa melalui mekanisme
perbankan ditarik dari desa dan justru lebih banyak dipergunakan membiayai
kegiatan ekonomi dan belanja masyarakat perkotaan.
hal 3 dari 11
 Pengeringan talenta (talent drain). Talenta-talenta terbaik yang ada di desa pada
akhirnya akan meninggalkan desa dan mendapatkan pendidikan tinggi di kota
serta hampir seluruhnya juga mencari pekerjaan dan akhirnya tinggal di kota.
Tumbangnya orde baru sempat menumbuhkan harapan bahwa pemerataan
pembangunan akan semakin baik terutama dengan otonomi daerah yang dibawa oleh
orde reformasi. Realita yang terjadi dalam beberapa dasawarsa terakhir memperlihatkan
realita yang berbeda:
 Desentralisasi fiskal yang diharapkan dapat mempercepat pembangunan daerah
(pedesaan) ternyata dipergunakan oleh elit daerah untuk memperbesar birokrasi
dan fasilitas serta infrastruktur ibukota kabupaten/kota/propinsi. Infrastruktur
pedesaan dan pertanian terabaikan.
 Program-program pembangunan dan pelayanan dasar untuk desa seperti PKK,
Karang Taruna, UPPKS, Posbumil, Posyandu, KUD, penyuluhan teknis (PPL,
PLKB, dsb) tidak terurus.
 Proses perencanaan pembangunan yang dikenal dengan Musrenbang tidak
mengatasi kesenjangan yang ada karena berbagai usulan dari desa dalam proses
di jenjang yang lebih tinggi tidak dapat dipantau dan dalam pelaksanaan, satu
tahun setelah diusulkan, menjadi program yang dilaksanakan oleh pemerintah
kabupaten/kota.
Program Dana Desa membuka ruang untuk melaksanakan koreksi terhadap praktek
pembangunan yang berlangsung sampai saat ini dengan menegaskan beberapa hal
sebagai berikut.
• Menempatkan desa sebagai ‘jantung’ dari kegiatan pembangunan. Kemajuan suatu
daerah akan ditentukan dengan seberapa maju desa-desa yang ada di daerah tersebut
berkembang.
• Melihat desa sebagai entitas sosial, ekonomi, dan politik yang perlu dihormati dan
diberdayakan. Proses melaksanakan revolusi mental sebagaimana dikumandangkan
oleh Kabinet Kerja harus dimulai dan bertumpu di desa.
• Melaksanakan prinsip subsidiaritas yang menegaskan berbagai hal dapat
dilaksanakan oleh entitas yang lebih operasional, entitas yang lebih tinggi tidak perlu
mengambil alih namun cukup mendukung dan memfasilitasi. Prinsip subsidiaritas
pada dasarnya juga yang menjadi prinsip dasar dilaksanakannya otonomi daerah.
• Membalik arah pengeringan (drain) yang dialami desa akan memiliki dampak
pengganda (multiplier effect) yang besar. Berkembangnya kegiatan off farm akan
menyebabkan nilai tambah terdistribusi secara lebih rata, selain itu perkembangan
usaha di desa akan menciptakan pasar bagi industri keuangan, memperluas dan
memperkuat basis pertumbuhan ekonomi, serta menciptakan lapangan kerja yang
sangat dibutuhkan bagi Indonesia yang sedang menuju pada puncak bonus
demografi.
• Memastikan kepentingan pembangunan desa tidak terpinggirkan oleh dinamika
birokrasi pemerintah daerah. Dengan alokasi yang jelas maka desa tidak lagi pihak
yang menunggu tetesan alokasi anggaran dan tersandera oleh tata kelola pengelola
program.
Perlu untuk menjadi catatan bersama untuk tidak bersikap romantis terhadap upaya
revitalisasi desa. Berbagai pengalaman lapangan memperlihatkan inisiatif pemberdayaan
desa seringkali mengalami kegagalan karena penolakan dari elit desa, baik itu elit adat,
hal 4 dari 11
elit ekonomi, maupun elit pemerintahan desa. Berbagai program yang sektoral dan tidak
berkelanjutan juga telah menyebabkan banyak penduduk desa menjadi bagian dari
‘mesin proyek’. Kondisi ini perlu menjadi perhatian bersama untuk memastikan Dana
Desa terlaksana secara optimal.
Pendapatan dan Belanja Desa
Sebagai entitas ekonomi, desa perlu memiliki pendapatan yang akan dipergunakan
untuk membangun. Pendapatan desa selama ini tidak tersusun dalam satu sistem yang
komprehensif dan lebih dipengaruhi oleh berbagai proyek. Peraturan-peraturan tentang
Dana Desa telah menyusun ulang sistem keuangan desa yang jelas, transparan, dan
akuntabel.
Pendapatan desa bersumber dari tujuh hal yaitu: i) pendapatan asli desa, ii) alokasi
APBN yang ditetapkan setiap tahun dan berasal dari realokasi berbagai program berbasis
desa, iii) bagian dari pajak daerah dan retribusi daerah, iv) alokasi dana desa dengan
jumlah paling sedikit 10% dari dana perimbangan setelah dikurangi DAK, v) bantuan
keuangan dari APBD sesuai dengan kebijakan/program pemerintah daerah, vi) hibah
dan sumbangan pihak ketiga, dan vii) lain-lain pendapatan yang sah seperti hasil usaha
atau investasi dari BUM Des (badan usaha milik desa).
Salah satu terobosan dari sisi manajemen keuangan desa adalah diterapkannya
mekanisme satu pintu dimana ketujuh sumber pendapatan desa dikelola melalui
rekening desa. Dengan mekanisme satu pintu maka transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan dapat mulai diwujudkan.
Dari sisi pengeluaran, pemerintah telah menetapkan prioritas penggunaan dana desa
untuk tahun 2016. Prioritas tersebut dikelompokkan kedalam pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat. Keputusan penggunaan dana desa akan ditentukan secara
hal 5 dari 11
partisipatif oleh penduduk desa dalam musyawarah desa. Untuk membantu proses
perumusan kegiatan dalam musyawarah desa juga secara konseptual telah dirumuskan
alternatif kegiatan untuk desa-desa dengan kondisi yang berbeda.
Lompatan besar yang dilakukan pemerintah dalam Dana Desa adalah mempersyaratkan
dokumen RPJM Des, RKP Des, dan APB Des untuk mencairkan Dana Desa.
Persyaratan ini harus dipastikan bukan formalitas tetapi sungguh menjadi acuan dari
usulan kegiatan desa. Satu hal yang dapat dipastikan, dokumen-dokumen tersebut masih
merupakan sesuatu yang belum banyak dikenal bagi tidak hanya masyarakat desa,
namun juga pemerintah desa, dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang terkait di
pemerintah daerah. Namun bila penggunaan dana desa sungguh dapat diintegrasikan
dengan RPJM Des, RKP Des, dan APB Des maka desa dapat merumuskan secara
mandiri peta jalan (road map) pembangunan desa.
Kelembagaan ‘Dana Desa’
Untuk memastikan Dana Desa dapat dilaksanakan secara optimal, beberapa peraturan
yang mengatur aspek-aspek kelembagaan telah disusun. Empat hal yang perlu untuk
diperhatikan adalah musyawarah desa, BUM Des, pendampingan desa, serta
pemantauan & sanksi.
Musyawarah Desa. Musyawarah desa dirumuskan sebagai musyawarah antara BPD,
Pemdes, dan unsur masyarakat yang diseleneggarakan oleh BPD untuk menyepakati hal
yang bersifat strategis (penataan, perencanaan, kerja sama, rencana investasi yang
masuk, pembentukan BUM Desa, penambahan dan pelepasan aset, serta kejadian luar
biasa).
hal 6 dari 11
Musyawarah yang dilaksanakan minimal satu tahun sekali tersebut perlu dibedakan
dengan kegiatan serupa yang dilaksanakan untuk kepentingan Musrenbang maupun
PNPM. Beberapa perbedaan tersebut adalah:
• Dari aspek pelaksanaan
1. Dilaksanakan oleh Panitia Musyawarah Desa (Sekretaris BPD; selaku ketua,
anggota BPD, KPMD, unsur masyarakat, perangkat desa)
2. Didampingi SKPD terkait dan difasilitasi pemerintah desa;
3. Melibatkan unsur masyarakat lain, dan dilaksanakan secara partisipatif,
demokratis, transparan, akuntabel.
• Dari aspek agenda yang dibahas bersifat strategis bagi desa seperti:
1. Penetapan RPJM Des, perlu kajian keadaan desa, arah kebijakan sesuai visi misi
kades, prioritas kegiatan
2. Penetapan RKP Des
3. Penetapan APB Des
4. Kerja sama dengan pihak ketiga, hasilkan peraturan desa (perdes) sebagai dasar
kesepakatan kerja sama secara tertulis
5. Rencana investasi yang strategis (berdampak pada asset desa dan
kesejahteraan/kemiskinan masyarakat
6. Pembentukan BUM Des (organisasi pengelola, modal usaha, AD/ART)
Tiga agenda awal dibutuhkan untuk memproses dana desa pada tahun berjalan,
sementara agenda keempat dan kelima terkait dengan kegiatan BUM Des. Musyawarah
desa merupakan pondasi dasar dari Dana Desa. Disadari sepenuhnya bahwa
pelaksanaan musyawarah desa mendapatkan tantangan sikap apatis dari penduduk desa
sebagai dampak praktek proyek di desa selama ini. Musyawarah desa juga rentan untuk
didominasi dan diatur oleh elit desa seperti terjadi dalam forum-forum semacam.
BUM Des. BUM Des adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa
yang dipisahkan guna mengelola asset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat desa.
Pembentukan BUM Des adalah hasil musyawarah desa yang diwujudkan dalam perdes.
Desain organisasi BUM Des dapat mengambil bentuk.
• Terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum. Dalam desain ini, BUM Des
berbentuk holding atau pengelola asset (asset management) dari beberapa unit usaha
berbadan hukum, PT ataupun koperasi, yang mempergunakan asset desa.
• Desain yang lain adalah BUM Des sebagai pemegang saham mayoritas dari lembaga
bisnis tunggal. Dalam kondisi ini dipersyaratkan BUM Des sebagai pemegang saham
mayoritas sehingga menjadi pengambil keputusan.
Untuk mengembangkan BUM Des membutuhkan pengondisian yang memadai karena
konsep dan praktik bisnis dengan desa sebagai pengelola asset atau memiliki badan
usaha belum banyak dilakukan. Beberapa pengalaman serupa sebelumnya justru terjadi
penyalahgunaan dan penggelapan asset desa oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Terlebih bila jenis usaha yang akan dilakukan oleh BUM Des yaitu penyewaan,
perantara, produksi & dagang, dan keuangan, sebelumnya telah dilaksanakan oleh pihak
lain.
hal 7 dari 11
Perlu dijadikan pembelajaran pengalaman pengembangan koperasi unit desa (KUD),
setidaknya empat hal yang layak diperhatikan.
• Orientasi pada kuantitas badan hukum yang dibentuk membuat banyak KUD
pada masa lalu tidak memiliki kapasitas manajemen dan tata kelola yang
memadai.
• KUD menjadi target politik dari pemerintah sehingga tidak dilakukan proses
pengembangan sebagaimana mestinya yaitu membangun kesadaran dan
kesediaan penduduk desa untuk membentuk koperasi serta disediakan waktu
untuk berlatih.
• KUD juga pernah menjadi alat kekuasaan yang dipergunakan untuk mendukung
agenda dan kepentingan politik serta justru abai pada kepentingan anggota yaitu
penduduk desa
• Posisi didalam KUD sembat menjadi medan perebutan dari elit desa karena
dianggap dalam membuka peluang pada berbagai proyek di desa.
Pendampingan. Sebagai sebuah kebijakan pembangunan yang relatif baru, sejak awal
disadari bahwa Dana Desa membutuhkan pendampingan. Berdasarkan pengalaman
lapangan di 2015, kondisi pendampingan desa saat ini.
1. Pemda tidak memiliki dana untuk menyediakan pendamping dalam jumlah
memadai dan kualitas yang sesuai
2. Belum tersusun mekanisme kelembagaan untuk memastikan pendampingan berjalan
secara berkelanjutan
3. Pendampingan desa dalam konteks Dana Desa memiliki karakteristik yang berbeda
dengan program sebelumnya, namun karakteristik ini justru kurang diperhatikan
sehingga berdampak pada efektivitas pendampingan.
hal 8 dari 11
Terkait dengan ketersediaan dana, sebenarnya Pemda memiliki pendamping yang telah
menjadi ASN (aparat sipil negara), memang mereka memiliki latar teknis yang berbeda
seperti pendamping teknis pertanian, peternakan, penanganan bencana, keluarga
berencana (KB), dan sebagainya namun mereka dapat dilatih untuk menjadi
pendamping desa. Biaya pelatihan ulang cenderung lebih rendah daripada merekrut
pendamping baru.
Masalah lain dari pendampingan desa adalah menyederhanakan kualifikasi pendamping
sehingga banyak orang dengan berbagai latar direkrut menjadi pendamping tanpa
pelatihan yang memadai. Tiga hal yang perlu menjadi kualifikasi dasar pendamping
desa adalah:
• Pribadi pembelajar. Pendamping harus mampu secara cepat belajar topik dan
skill baru sesuai dengan kebutuhan lapangan
• Pelancar dialog. Pendamping harus mampu membangun dialog antar kelompok
di desa maupun antara desa dengan pemerintah maupun pelaku usaha yang akan
bekerja di desa.
• Pengembang kewirausahaan. Pendamping harus memiliki kewirausahaan dan
mampu menyebarkannya ke mereka yang didampingi.
Pemantauan & Sanksi. Sistem pemantauan dan sanksi telah dikembangkan oleh
pemerintah untuk memastikan Dana Desa tersalurkan tepat sasaran, tepat kegunaan,
dan tepat waktu. Pemantauan oleh pemerintah pusat diantaranya mencakup:
• Penerbitan peraturan bupati/ walikota mengenai tata cara pembagian dan penetapan
besaran Dana Desa setiap Desa;
• Penyaluran Dana Desa dari RKUD (rekening kas umum daerah) ke rekening kas
Desa;
• Laporan konsolidasi realisasi penyaluran dan penggunaan Dana Desa.
Kegiatan pemantauan tersebut diikuti oleh evaluasi pada pemda terdiri dari setidaknya
dua hal, yaitu:
• Penghitungan pembagian besaran Dana Desa setiap Desa oleh kabupaten/kota
• Realisasi penggunaan Dana Desa
Keterlambatan pemda dalam menerbitkan peraturan daerah yang diperlukan maupun
ketidakmampuan mengelola Dana Desa sehingga disalurkan, dipergunakan, dan
dipertanggung jawabkan sebagaimana mestinya akan memberikan dampak berupa
sanksi yang akan mempersulit pemda. Sanksi-sanksi tersebut dapat berupa:
• Penundaan DAU dan/atau DBH
• Pemotongan Dana Desa
• Penundaan penyaluran Dana Desa ke daerah
Memperhatikan sanksi yang dapat dikenakan, pemda didorong untuk melaksanakan
pemantauan. Ketika dalam pemantauan ditemukan SiLPA (sisa lebih perhitungan
anggaran) Dana Desa, yaitu selisih realisasi penerimaan dan belanja dalam satu tahun
anggaran, yang tidak wajar, kepala daerah perlu secepatnya:
• meminta penjelasan kepada kepala Desa mengenai SiLPA Dana Desa; dan
• meminta aparat fungsional untuk melakukan pemeriksaan
hal 9 dari 11
Catatan akhir
Dana Desa membuka peluang untuk melaksanakan pembangunan pada tataran akar
rumput. Namun untuk melaksanakan inisiatif ini, beberapa hal yang masih menjadi
tantangan.
• Sosialisasi: UU Desa dan kebijakan turunan belum tersosialisasikan dan dipahami
oleh penduduk desa dan aparat yang terkait. Bila diasumsikan setiap desa ada tiga
orang yang harus dilatih, yaitu kepala desa, ketua dan sekretaris BPD, maka ada
lebih dari 225,000 orang yang perlu mendapatkan sosialisasi, belum termasuk aparat
pemda.
• Kapasitas: Keterbatasan kapasitas aparat Pemda dan desa, termasuk BKD dan
masyarakat desa untuk melaksanakan fungsi secara optimal. Tanpa kapasitas yang
memadai perda yang dibutuhkan akan terlambat sehingga dana tidak tersalurkan.
Demikian juga di tingkat desa tidak mudah bagi penduduk desa merumuskan
dokumen yang menjadi prasyarat, terlibat dalam kegiatan swakelola kegiatan
pembangunan, dan pertanggungjawaban.
• Pendampingan: Belum tersedia pendamping dengan kualifikasi yang memadai untuk
melaksanakan proses musyawarah desa, perumusan dokumen, pelaksanaan
kegiatan, dan pelaporan secara partisipatif. Tanpa pendamping yang sesuai maka
program Dana Desa tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.
Bagi perusahaan, apa relevansi Dana Desa dengan kegiatan bisnis yang dilaksanakan?
Dana Desa memberi kesempatan perusahaan untuk:
i) membangun sinergi dengan pemerintah dalam program yang secara desain
dan kebijakan telah dirumuskan dengan baik,
ii) menghindari tumpang tindih kegiatan dengan menempatkan Dana Desa
sebagai pembiayaan utama pembangunan desa,
hal 10 dari 11
iii) mewujudkan mekanisme akuntabilitas kegiatan CSR seperti dipergunakannya
rekening desa sebagai mekanisme satu pintu pencatatan, serta mekanisme
pelaporan dan sanksi.
Mari membangun desa!
-----
Riza Primahendra adalah salah satu pendiri
AMERTA. Sejak 1999 terlibat dalam berbagai
kegiatan tanggung jawab sosial, pemberdayaan
masyarakat, pembangunan sosial, advokasi,
pengembangan kapasitas dan kelembagaan. Sejak
2002 telah memberikan konsultasi, pelatihan,
dan melakukan kajian untuk berbagai lembaga
pemerintah, lembaga bilateral dan multilateral, LSM, lembaga pendidikan,
lembaga kesehatan, dan perusahaan pada berbagai sektor.
Selama beberapa tahun terakhir berkarya dalam industri minyak dan gas dengan
menangani beragam fungsi seperti manajemen strategi, community development
& relation, government relation, land acquisition, business license & permit, PR &
communication, human resource, security management, workplace management,
WP&B, accounting & cost control.
Alamat kontak: rizaprimahendra@gmail.com
hal 11 dari 11
adalah jejaring para praktisi CSR yang mengembangkan metode dan
praktik terbaik CSR untuk mendukung berbagai organisasi dan
perusahaan mengembangkan CSR dan mewujudkan kinerja sosial yang
efektif dan berkelanjutan.
AMERTA mengembangkan kompetensi dalam:
 SOCIAL STUDY. Berbagai kajian dan penilaian seperti PRA (Participatory Rural Appraisal), PLA
(Participatory Learning Action), Baseline Study, Studi Dampak, Social Risk Assessment, SEAGA
(Socio-Economic & Gender Analysis), SLA (Sustainable Livelihood Analysis), HRIA (Human
Rights Impact Assessment) adalah kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai langkah awal
melaksanakan CSR.
 CSR PLANNING & PROGRAMMING. Perumusan rencana strategis dan program CSR
berbasis konteks social dan model bisnis adalah langkah lanjut yang dilaksanakan untuk
memastikan CSR dilaksanakan sebagai sebuah system manajemen.
 CSR PROJECT MANAGEMENT. Berbagai bentuk program dan kegiatan yang dilakukan oleh
organisasi dan perusahaan perlu didesain untuk memiliki dampak sosial. Microfinance& small
business development, community organizing& facilitation, behavior change & social marketing dan
advocacy adalah bentuk-bentuk CSR di lapangan.
 INDUSTRIAL RELATION & HR. Hubungan industrial dan SDM merupakan bagian dari CSR
internal perusahaan dan perlu dikelola secara sistematis dan strategis sehingga mendukung tujuan
bisnis.
Kantor:
Jl. PuloAsem Utara A 20
Kelurahan Jati, Pulo Gadung, Jakarta 13220, Indonesia
Ph: 62-21-29833288
www.amerta.id

Contenu connexe

Tendances

Kelembagaan BUM Desa Bersama
Kelembagaan  BUM Desa BersamaKelembagaan  BUM Desa Bersama
Kelembagaan BUM Desa BersamaAhmad Rofik
 
Penataan kelembagaan antar desa dlm implemtasi uu desa revisi
Penataan kelembagaan antar desa dlm implemtasi uu desa  revisiPenataan kelembagaan antar desa dlm implemtasi uu desa  revisi
Penataan kelembagaan antar desa dlm implemtasi uu desa revisiDhamy Manesi
 
Kebijakan bum des bu pipit
Kebijakan bum des bu pipitKebijakan bum des bu pipit
Kebijakan bum des bu pipityuniarkowahyu
 
Membangun desa lestari david ardhian
Membangun desa lestari   david ardhianMembangun desa lestari   david ardhian
Membangun desa lestari david ardhiankeuangandesa
 
Organisasi bum des dalam pengembangan ekonomi desa
Organisasi bum des dalam pengembangan ekonomi desaOrganisasi bum des dalam pengembangan ekonomi desa
Organisasi bum des dalam pengembangan ekonomi desaNurul Purnamasari
 
Konsep desa lestari, penabulu alliance 2015
Konsep desa lestari, penabulu alliance 2015Konsep desa lestari, penabulu alliance 2015
Konsep desa lestari, penabulu alliance 2015keuangandesa
 
Badan usaha milik desa (bum des) ok
Badan usaha milik desa (bum des)  okBadan usaha milik desa (bum des)  ok
Badan usaha milik desa (bum des) okaris gunawan
 
Angaran dasar dan anggaran rumah tangga (ad
Angaran dasar dan anggaran rumah tangga (adAngaran dasar dan anggaran rumah tangga (ad
Angaran dasar dan anggaran rumah tangga (adyuniarkowahyu
 
Balap BUMDes Model Canvas
Balap BUMDes Model CanvasBalap BUMDes Model Canvas
Balap BUMDes Model CanvasSupriadi Asia
 
Membangun desa lestari, konsep program david ardhian
Membangun desa lestari, konsep program   david ardhianMembangun desa lestari, konsep program   david ardhian
Membangun desa lestari, konsep program david ardhiankeuangandesa
 
Buku panduan apb des partisipatif 2
Buku  panduan apb des partisipatif 2Buku  panduan apb des partisipatif 2
Buku panduan apb des partisipatif 2Mustika Aji
 
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...Adijaya Group
 
Konsep, organisasi, dan pengembangan bumg sumadi
Konsep, organisasi, dan pengembangan bumg sumadiKonsep, organisasi, dan pengembangan bumg sumadi
Konsep, organisasi, dan pengembangan bumg sumadiFaisalRidha5
 
Materi legalitas kerjasama desa pur_revisi
Materi legalitas kerjasama desa pur_revisiMateri legalitas kerjasama desa pur_revisi
Materi legalitas kerjasama desa pur_revisideivie dedep
 
BUMDes Kabupaten Labuhanbatu Utara
BUMDes Kabupaten Labuhanbatu UtaraBUMDes Kabupaten Labuhanbatu Utara
BUMDes Kabupaten Labuhanbatu UtaraMukhrizal Effendi
 

Tendances (19)

Kelembagaan BUM Desa Bersama
Kelembagaan  BUM Desa BersamaKelembagaan  BUM Desa Bersama
Kelembagaan BUM Desa Bersama
 
BUMDes
BUMDesBUMDes
BUMDes
 
Penataan kelembagaan antar desa dlm implemtasi uu desa revisi
Penataan kelembagaan antar desa dlm implemtasi uu desa  revisiPenataan kelembagaan antar desa dlm implemtasi uu desa  revisi
Penataan kelembagaan antar desa dlm implemtasi uu desa revisi
 
Kebijakan bum des bu pipit
Kebijakan bum des bu pipitKebijakan bum des bu pipit
Kebijakan bum des bu pipit
 
Membangun desa lestari david ardhian
Membangun desa lestari   david ardhianMembangun desa lestari   david ardhian
Membangun desa lestari david ardhian
 
Peresentasi bumdes rembug desa
Peresentasi bumdes rembug desaPeresentasi bumdes rembug desa
Peresentasi bumdes rembug desa
 
Organisasi bum des dalam pengembangan ekonomi desa
Organisasi bum des dalam pengembangan ekonomi desaOrganisasi bum des dalam pengembangan ekonomi desa
Organisasi bum des dalam pengembangan ekonomi desa
 
Konsep desa lestari, penabulu alliance 2015
Konsep desa lestari, penabulu alliance 2015Konsep desa lestari, penabulu alliance 2015
Konsep desa lestari, penabulu alliance 2015
 
Badan usaha milik desa (bum des) ok
Badan usaha milik desa (bum des)  okBadan usaha milik desa (bum des)  ok
Badan usaha milik desa (bum des) ok
 
09. pendirian-bum desa
09. pendirian-bum desa09. pendirian-bum desa
09. pendirian-bum desa
 
Angaran dasar dan anggaran rumah tangga (ad
Angaran dasar dan anggaran rumah tangga (adAngaran dasar dan anggaran rumah tangga (ad
Angaran dasar dan anggaran rumah tangga (ad
 
Balap BUMDes Model Canvas
Balap BUMDes Model CanvasBalap BUMDes Model Canvas
Balap BUMDes Model Canvas
 
Membangun desa lestari, konsep program david ardhian
Membangun desa lestari, konsep program   david ardhianMembangun desa lestari, konsep program   david ardhian
Membangun desa lestari, konsep program david ardhian
 
Buku panduan apb des partisipatif 2
Buku  panduan apb des partisipatif 2Buku  panduan apb des partisipatif 2
Buku panduan apb des partisipatif 2
 
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...
 
Konsep, organisasi, dan pengembangan bumg sumadi
Konsep, organisasi, dan pengembangan bumg sumadiKonsep, organisasi, dan pengembangan bumg sumadi
Konsep, organisasi, dan pengembangan bumg sumadi
 
Materi legalitas kerjasama desa pur_revisi
Materi legalitas kerjasama desa pur_revisiMateri legalitas kerjasama desa pur_revisi
Materi legalitas kerjasama desa pur_revisi
 
Panduan BUMDes
Panduan BUMDesPanduan BUMDes
Panduan BUMDes
 
BUMDes Kabupaten Labuhanbatu Utara
BUMDes Kabupaten Labuhanbatu UtaraBUMDes Kabupaten Labuhanbatu Utara
BUMDes Kabupaten Labuhanbatu Utara
 

Similaire à MUSYAWARAH DESA

Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaOperator Warnet Vast Raha
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaOperator Warnet Vast Raha
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaOperator Warnet Vast Raha
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaOperator Warnet Vast Raha
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Operator Warnet Vast Raha
 
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_opt
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_optBuku pintar-dana-desa-221117 1630-web_opt
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_optwedusputih
 
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desaSeri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desaAgus hariyanto
 
1467091226$1$qevl0 w$
1467091226$1$qevl0 w$1467091226$1$qevl0 w$
1467091226$1$qevl0 w$rajapusbar
 
Makalah add alat perimbangan keuangan
Makalah  add alat perimbangan keuanganMakalah  add alat perimbangan keuangan
Makalah add alat perimbangan keuanganwirawan roviq
 
LPPD desa langir 2016
LPPD desa langir 2016LPPD desa langir 2016
LPPD desa langir 2016Ary Andalee
 
Buku saku-dana-desa-ttd-menteri-final-cover opt
Buku saku-dana-desa-ttd-menteri-final-cover optBuku saku-dana-desa-ttd-menteri-final-cover opt
Buku saku-dana-desa-ttd-menteri-final-cover optwedusputih
 
02.b) buku i perencanaan pkd
02.b) buku i perencanaan pkd02.b) buku i perencanaan pkd
02.b) buku i perencanaan pkdswanggie
 
MATERI SOSIALISASI BADAN HUKUM BUMDESMA.pptx
MATERI SOSIALISASI BADAN HUKUM BUMDESMA.pptxMATERI SOSIALISASI BADAN HUKUM BUMDESMA.pptx
MATERI SOSIALISASI BADAN HUKUM BUMDESMA.pptxyuliaernawati2
 
Isu isu strategis dalam uu desa - budiman sudjatmiko
Isu isu strategis dalam uu desa - budiman sudjatmikoIsu isu strategis dalam uu desa - budiman sudjatmiko
Isu isu strategis dalam uu desa - budiman sudjatmikokeuangandesa
 
draft materi kewirausahaan dan BUMDes.pptx
draft materi kewirausahaan dan BUMDes.pptxdraft materi kewirausahaan dan BUMDes.pptx
draft materi kewirausahaan dan BUMDes.pptxocta63
 
Pendirian BUM Desa
Pendirian BUM DesaPendirian BUM Desa
Pendirian BUM DesaFormasi Org
 
03 Contoh LPJ BUMDes.docx
03 Contoh LPJ BUMDes.docx03 Contoh LPJ BUMDes.docx
03 Contoh LPJ BUMDes.docxAhmadRidho37
 
draft materi kewirausahaan dan BUMDes.pptx
draft materi kewirausahaan dan BUMDes.pptxdraft materi kewirausahaan dan BUMDes.pptx
draft materi kewirausahaan dan BUMDes.pptxoctabangle3
 

Similaire à MUSYAWARAH DESA (20)

Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
 
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_opt
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_optBuku pintar-dana-desa-221117 1630-web_opt
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_opt
 
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desaSeri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
 
95532571 makalah
95532571 makalah95532571 makalah
95532571 makalah
 
1467091226$1$qevl0 w$
1467091226$1$qevl0 w$1467091226$1$qevl0 w$
1467091226$1$qevl0 w$
 
Makalah add alat perimbangan keuangan
Makalah  add alat perimbangan keuanganMakalah  add alat perimbangan keuangan
Makalah add alat perimbangan keuangan
 
LPPD desa langir 2016
LPPD desa langir 2016LPPD desa langir 2016
LPPD desa langir 2016
 
Buku saku-dana-desa-ttd-menteri-final-cover opt
Buku saku-dana-desa-ttd-menteri-final-cover optBuku saku-dana-desa-ttd-menteri-final-cover opt
Buku saku-dana-desa-ttd-menteri-final-cover opt
 
02.b) buku i perencanaan pkd
02.b) buku i perencanaan pkd02.b) buku i perencanaan pkd
02.b) buku i perencanaan pkd
 
MATERI SOSIALISASI BADAN HUKUM BUMDESMA.pptx
MATERI SOSIALISASI BADAN HUKUM BUMDESMA.pptxMATERI SOSIALISASI BADAN HUKUM BUMDESMA.pptx
MATERI SOSIALISASI BADAN HUKUM BUMDESMA.pptx
 
Isu isu strategis dalam uu desa - budiman sudjatmiko
Isu isu strategis dalam uu desa - budiman sudjatmikoIsu isu strategis dalam uu desa - budiman sudjatmiko
Isu isu strategis dalam uu desa - budiman sudjatmiko
 
Pengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan DesaPengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan Desa
 
draft materi kewirausahaan dan BUMDes.pptx
draft materi kewirausahaan dan BUMDes.pptxdraft materi kewirausahaan dan BUMDes.pptx
draft materi kewirausahaan dan BUMDes.pptx
 
Pendirian BUM Desa
Pendirian BUM DesaPendirian BUM Desa
Pendirian BUM Desa
 
03 Contoh LPJ BUMDes.docx
03 Contoh LPJ BUMDes.docx03 Contoh LPJ BUMDes.docx
03 Contoh LPJ BUMDes.docx
 
draft materi kewirausahaan dan BUMDes.pptx
draft materi kewirausahaan dan BUMDes.pptxdraft materi kewirausahaan dan BUMDes.pptx
draft materi kewirausahaan dan BUMDes.pptx
 

Plus de primahendra

Brief Note-25-2017-jebakan implementasi CSR
Brief Note-25-2017-jebakan implementasi CSRBrief Note-25-2017-jebakan implementasi CSR
Brief Note-25-2017-jebakan implementasi CSRprimahendra
 
TELAAH KRITIS ATAS INISIATIF PENYUSUNAN RUU TJSL OLEH DPD
TELAAH KRITIS ATAS INISIATIF PENYUSUNAN RUU TJSL OLEH DPDTELAAH KRITIS ATAS INISIATIF PENYUSUNAN RUU TJSL OLEH DPD
TELAAH KRITIS ATAS INISIATIF PENYUSUNAN RUU TJSL OLEH DPDprimahendra
 
Brief Note-24-2016-krisis sosial
Brief Note-24-2016-krisis sosialBrief Note-24-2016-krisis sosial
Brief Note-24-2016-krisis sosialprimahendra
 
Menimbang Pengaturan CSR
Menimbang Pengaturan CSRMenimbang Pengaturan CSR
Menimbang Pengaturan CSRprimahendra
 
Brief Note-22-2016-social marketing
Brief Note-22-2016-social marketingBrief Note-22-2016-social marketing
Brief Note-22-2016-social marketingprimahendra
 
Brief Note-21-2016-ekonomi kerakyatan
Brief Note-21-2016-ekonomi kerakyatanBrief Note-21-2016-ekonomi kerakyatan
Brief Note-21-2016-ekonomi kerakyatanprimahendra
 
Brief Note-20-2016-cost effective CSR
Brief Note-20-2016-cost effective CSRBrief Note-20-2016-cost effective CSR
Brief Note-20-2016-cost effective CSRprimahendra
 
Brief Note-19-2016-mobilisasi sosial
Brief Note-19-2016-mobilisasi sosialBrief Note-19-2016-mobilisasi sosial
Brief Note-19-2016-mobilisasi sosialprimahendra
 
Dana Desa dan Perusahaan
Dana Desa dan PerusahaanDana Desa dan Perusahaan
Dana Desa dan Perusahaanprimahendra
 
Prospek ekonomi Indonesia
Prospek ekonomi IndonesiaProspek ekonomi Indonesia
Prospek ekonomi Indonesiaprimahendra
 
indonesia political update
indonesia political updateindonesia political update
indonesia political updateprimahendra
 
Ekonomi Indonesia-final1
Ekonomi Indonesia-final1Ekonomi Indonesia-final1
Ekonomi Indonesia-final1primahendra
 
MEMUTUS RANTAI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK-final
MEMUTUS RANTAI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK-finalMEMUTUS RANTAI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK-final
MEMUTUS RANTAI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK-finalprimahendra
 
Brief Note-18-2015-kewirausahaan sosial
Brief Note-18-2015-kewirausahaan sosialBrief Note-18-2015-kewirausahaan sosial
Brief Note-18-2015-kewirausahaan sosialprimahendra
 
Community investment
Community investmentCommunity investment
Community investmentprimahendra
 
A reflection quotes on success
A reflection quotes on successA reflection quotes on success
A reflection quotes on successprimahendra
 
CSR in Indonesia Context
CSR in Indonesia ContextCSR in Indonesia Context
CSR in Indonesia Contextprimahendra
 

Plus de primahendra (18)

Brief Note-25-2017-jebakan implementasi CSR
Brief Note-25-2017-jebakan implementasi CSRBrief Note-25-2017-jebakan implementasi CSR
Brief Note-25-2017-jebakan implementasi CSR
 
TELAAH KRITIS ATAS INISIATIF PENYUSUNAN RUU TJSL OLEH DPD
TELAAH KRITIS ATAS INISIATIF PENYUSUNAN RUU TJSL OLEH DPDTELAAH KRITIS ATAS INISIATIF PENYUSUNAN RUU TJSL OLEH DPD
TELAAH KRITIS ATAS INISIATIF PENYUSUNAN RUU TJSL OLEH DPD
 
Brief Note-24-2016-krisis sosial
Brief Note-24-2016-krisis sosialBrief Note-24-2016-krisis sosial
Brief Note-24-2016-krisis sosial
 
Menimbang Pengaturan CSR
Menimbang Pengaturan CSRMenimbang Pengaturan CSR
Menimbang Pengaturan CSR
 
Brief Note-22-2016-social marketing
Brief Note-22-2016-social marketingBrief Note-22-2016-social marketing
Brief Note-22-2016-social marketing
 
Brief Note-21-2016-ekonomi kerakyatan
Brief Note-21-2016-ekonomi kerakyatanBrief Note-21-2016-ekonomi kerakyatan
Brief Note-21-2016-ekonomi kerakyatan
 
Brief Note-20-2016-cost effective CSR
Brief Note-20-2016-cost effective CSRBrief Note-20-2016-cost effective CSR
Brief Note-20-2016-cost effective CSR
 
Brief Note-19-2016-mobilisasi sosial
Brief Note-19-2016-mobilisasi sosialBrief Note-19-2016-mobilisasi sosial
Brief Note-19-2016-mobilisasi sosial
 
Dana Desa dan Perusahaan
Dana Desa dan PerusahaanDana Desa dan Perusahaan
Dana Desa dan Perusahaan
 
Prospek ekonomi Indonesia
Prospek ekonomi IndonesiaProspek ekonomi Indonesia
Prospek ekonomi Indonesia
 
Monev CSR
Monev CSRMonev CSR
Monev CSR
 
indonesia political update
indonesia political updateindonesia political update
indonesia political update
 
Ekonomi Indonesia-final1
Ekonomi Indonesia-final1Ekonomi Indonesia-final1
Ekonomi Indonesia-final1
 
MEMUTUS RANTAI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK-final
MEMUTUS RANTAI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK-finalMEMUTUS RANTAI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK-final
MEMUTUS RANTAI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK-final
 
Brief Note-18-2015-kewirausahaan sosial
Brief Note-18-2015-kewirausahaan sosialBrief Note-18-2015-kewirausahaan sosial
Brief Note-18-2015-kewirausahaan sosial
 
Community investment
Community investmentCommunity investment
Community investment
 
A reflection quotes on success
A reflection quotes on successA reflection quotes on success
A reflection quotes on success
 
CSR in Indonesia Context
CSR in Indonesia ContextCSR in Indonesia Context
CSR in Indonesia Context
 

MUSYAWARAH DESA

  • 1. Brief Note Edisi 23, 2016 Membangun Desa Merawat Bangsa Telaah Pelaksanaan UU no. 6/2014
  • 2. hal 2 dari 11 Membangun Desa Merawat Bangsa Telaah Pelaksanaan UU no. 6/2014 Riza Primahendra Pengantar UU no. 6/2014 tentang desa telah memasuki tahun kedua dan berbagai peraturan pelaksanaan telah dikeluarkan serta uji coba untuk mengimplementasikan berbagai hal yang diatur telah juga dilaksanakan. Dari berbagai aspek dari UU tentang desa salah satu yang menarik perhatian banyak pihak dan memiliki implikasi yang luas adalah alokasi dana dari pusat dan daerah langsung ke desa. Alokasi dana tersebut diperuntukan melaksanakan berbagai program yang secara partisipatif dirumuskan dan dikerjakan sendiri oleh rakyat desa. Mekanisme alokasi dan penggunaan dana tersebut saat ini lebih dikenal dengan ‘Dana Desa’. Didalam terminologi Dana Desa terkandung sebuah transformasi dalam melihat desa, melaksanakan pembangunan, dan memberdayakan masyarakat. Transformasi ini dapat mengakibatkan harapan maupun ketakutan yang berlebihan, disikapi dengan skeptis dan apatis merujuk pada pengalaman berbagai program sebelumnya, ataupun menimbulkan kontestasi dan persaingan untuk mendapatkan peran serta peluang yang lebih besar dalam pelaksanaan di lapangan. Tulisan pendek ini bermaksud memberikan catatan awal dari pelaksanaan program Dana Desa dengan maksud dapat memberikan umpan balik yang diperlukan untuk memperbaiki kebijakan, desain, maupun pengelolaan dari program. Butir-butir pemikiran yang disampaikan merupakan refleksi pengalaman lapangan dari Amerta yang terlibat dalam membantu beberapa desa memanfaatkan Dana Desa. Mengapa Memulai Dari Desa? Telah menjadi sebuah realita sosial bahwa desa merupakan kantong kemiskinan dan terus mengalami marjinalisasi setidaknya melalui tiga hal, yaitu:  Pengeringan sumber daya (resource drain). Desa merupakan daerah yang memasok berbagai kebutuhan sumber daya untuk industri maupun kehidupan penduduk perkotaan. Sumber daya tersebut berupa sumber daya alam seperti kayu, mata air, bahan galian, dan semacamnya. Sumber daya lain yang dipasok desa adalah sumber daya manusia sebagai buruh industri, pramuwisma, maupun pekerjaan non skill lainnya.  Pengeringan modal (capital drain). Meskipun pemerintah dan berbagai pihak berupaya melakukan kapitalisasi di desa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dalam kenyataan modal-modal yang ada di desa melalui mekanisme perbankan ditarik dari desa dan justru lebih banyak dipergunakan membiayai kegiatan ekonomi dan belanja masyarakat perkotaan.
  • 3. hal 3 dari 11  Pengeringan talenta (talent drain). Talenta-talenta terbaik yang ada di desa pada akhirnya akan meninggalkan desa dan mendapatkan pendidikan tinggi di kota serta hampir seluruhnya juga mencari pekerjaan dan akhirnya tinggal di kota. Tumbangnya orde baru sempat menumbuhkan harapan bahwa pemerataan pembangunan akan semakin baik terutama dengan otonomi daerah yang dibawa oleh orde reformasi. Realita yang terjadi dalam beberapa dasawarsa terakhir memperlihatkan realita yang berbeda:  Desentralisasi fiskal yang diharapkan dapat mempercepat pembangunan daerah (pedesaan) ternyata dipergunakan oleh elit daerah untuk memperbesar birokrasi dan fasilitas serta infrastruktur ibukota kabupaten/kota/propinsi. Infrastruktur pedesaan dan pertanian terabaikan.  Program-program pembangunan dan pelayanan dasar untuk desa seperti PKK, Karang Taruna, UPPKS, Posbumil, Posyandu, KUD, penyuluhan teknis (PPL, PLKB, dsb) tidak terurus.  Proses perencanaan pembangunan yang dikenal dengan Musrenbang tidak mengatasi kesenjangan yang ada karena berbagai usulan dari desa dalam proses di jenjang yang lebih tinggi tidak dapat dipantau dan dalam pelaksanaan, satu tahun setelah diusulkan, menjadi program yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota. Program Dana Desa membuka ruang untuk melaksanakan koreksi terhadap praktek pembangunan yang berlangsung sampai saat ini dengan menegaskan beberapa hal sebagai berikut. • Menempatkan desa sebagai ‘jantung’ dari kegiatan pembangunan. Kemajuan suatu daerah akan ditentukan dengan seberapa maju desa-desa yang ada di daerah tersebut berkembang. • Melihat desa sebagai entitas sosial, ekonomi, dan politik yang perlu dihormati dan diberdayakan. Proses melaksanakan revolusi mental sebagaimana dikumandangkan oleh Kabinet Kerja harus dimulai dan bertumpu di desa. • Melaksanakan prinsip subsidiaritas yang menegaskan berbagai hal dapat dilaksanakan oleh entitas yang lebih operasional, entitas yang lebih tinggi tidak perlu mengambil alih namun cukup mendukung dan memfasilitasi. Prinsip subsidiaritas pada dasarnya juga yang menjadi prinsip dasar dilaksanakannya otonomi daerah. • Membalik arah pengeringan (drain) yang dialami desa akan memiliki dampak pengganda (multiplier effect) yang besar. Berkembangnya kegiatan off farm akan menyebabkan nilai tambah terdistribusi secara lebih rata, selain itu perkembangan usaha di desa akan menciptakan pasar bagi industri keuangan, memperluas dan memperkuat basis pertumbuhan ekonomi, serta menciptakan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan bagi Indonesia yang sedang menuju pada puncak bonus demografi. • Memastikan kepentingan pembangunan desa tidak terpinggirkan oleh dinamika birokrasi pemerintah daerah. Dengan alokasi yang jelas maka desa tidak lagi pihak yang menunggu tetesan alokasi anggaran dan tersandera oleh tata kelola pengelola program. Perlu untuk menjadi catatan bersama untuk tidak bersikap romantis terhadap upaya revitalisasi desa. Berbagai pengalaman lapangan memperlihatkan inisiatif pemberdayaan desa seringkali mengalami kegagalan karena penolakan dari elit desa, baik itu elit adat,
  • 4. hal 4 dari 11 elit ekonomi, maupun elit pemerintahan desa. Berbagai program yang sektoral dan tidak berkelanjutan juga telah menyebabkan banyak penduduk desa menjadi bagian dari ‘mesin proyek’. Kondisi ini perlu menjadi perhatian bersama untuk memastikan Dana Desa terlaksana secara optimal. Pendapatan dan Belanja Desa Sebagai entitas ekonomi, desa perlu memiliki pendapatan yang akan dipergunakan untuk membangun. Pendapatan desa selama ini tidak tersusun dalam satu sistem yang komprehensif dan lebih dipengaruhi oleh berbagai proyek. Peraturan-peraturan tentang Dana Desa telah menyusun ulang sistem keuangan desa yang jelas, transparan, dan akuntabel. Pendapatan desa bersumber dari tujuh hal yaitu: i) pendapatan asli desa, ii) alokasi APBN yang ditetapkan setiap tahun dan berasal dari realokasi berbagai program berbasis desa, iii) bagian dari pajak daerah dan retribusi daerah, iv) alokasi dana desa dengan jumlah paling sedikit 10% dari dana perimbangan setelah dikurangi DAK, v) bantuan keuangan dari APBD sesuai dengan kebijakan/program pemerintah daerah, vi) hibah dan sumbangan pihak ketiga, dan vii) lain-lain pendapatan yang sah seperti hasil usaha atau investasi dari BUM Des (badan usaha milik desa). Salah satu terobosan dari sisi manajemen keuangan desa adalah diterapkannya mekanisme satu pintu dimana ketujuh sumber pendapatan desa dikelola melalui rekening desa. Dengan mekanisme satu pintu maka transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan dapat mulai diwujudkan. Dari sisi pengeluaran, pemerintah telah menetapkan prioritas penggunaan dana desa untuk tahun 2016. Prioritas tersebut dikelompokkan kedalam pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat. Keputusan penggunaan dana desa akan ditentukan secara
  • 5. hal 5 dari 11 partisipatif oleh penduduk desa dalam musyawarah desa. Untuk membantu proses perumusan kegiatan dalam musyawarah desa juga secara konseptual telah dirumuskan alternatif kegiatan untuk desa-desa dengan kondisi yang berbeda. Lompatan besar yang dilakukan pemerintah dalam Dana Desa adalah mempersyaratkan dokumen RPJM Des, RKP Des, dan APB Des untuk mencairkan Dana Desa. Persyaratan ini harus dipastikan bukan formalitas tetapi sungguh menjadi acuan dari usulan kegiatan desa. Satu hal yang dapat dipastikan, dokumen-dokumen tersebut masih merupakan sesuatu yang belum banyak dikenal bagi tidak hanya masyarakat desa, namun juga pemerintah desa, dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang terkait di pemerintah daerah. Namun bila penggunaan dana desa sungguh dapat diintegrasikan dengan RPJM Des, RKP Des, dan APB Des maka desa dapat merumuskan secara mandiri peta jalan (road map) pembangunan desa. Kelembagaan ‘Dana Desa’ Untuk memastikan Dana Desa dapat dilaksanakan secara optimal, beberapa peraturan yang mengatur aspek-aspek kelembagaan telah disusun. Empat hal yang perlu untuk diperhatikan adalah musyawarah desa, BUM Des, pendampingan desa, serta pemantauan & sanksi. Musyawarah Desa. Musyawarah desa dirumuskan sebagai musyawarah antara BPD, Pemdes, dan unsur masyarakat yang diseleneggarakan oleh BPD untuk menyepakati hal yang bersifat strategis (penataan, perencanaan, kerja sama, rencana investasi yang masuk, pembentukan BUM Desa, penambahan dan pelepasan aset, serta kejadian luar biasa).
  • 6. hal 6 dari 11 Musyawarah yang dilaksanakan minimal satu tahun sekali tersebut perlu dibedakan dengan kegiatan serupa yang dilaksanakan untuk kepentingan Musrenbang maupun PNPM. Beberapa perbedaan tersebut adalah: • Dari aspek pelaksanaan 1. Dilaksanakan oleh Panitia Musyawarah Desa (Sekretaris BPD; selaku ketua, anggota BPD, KPMD, unsur masyarakat, perangkat desa) 2. Didampingi SKPD terkait dan difasilitasi pemerintah desa; 3. Melibatkan unsur masyarakat lain, dan dilaksanakan secara partisipatif, demokratis, transparan, akuntabel. • Dari aspek agenda yang dibahas bersifat strategis bagi desa seperti: 1. Penetapan RPJM Des, perlu kajian keadaan desa, arah kebijakan sesuai visi misi kades, prioritas kegiatan 2. Penetapan RKP Des 3. Penetapan APB Des 4. Kerja sama dengan pihak ketiga, hasilkan peraturan desa (perdes) sebagai dasar kesepakatan kerja sama secara tertulis 5. Rencana investasi yang strategis (berdampak pada asset desa dan kesejahteraan/kemiskinan masyarakat 6. Pembentukan BUM Des (organisasi pengelola, modal usaha, AD/ART) Tiga agenda awal dibutuhkan untuk memproses dana desa pada tahun berjalan, sementara agenda keempat dan kelima terkait dengan kegiatan BUM Des. Musyawarah desa merupakan pondasi dasar dari Dana Desa. Disadari sepenuhnya bahwa pelaksanaan musyawarah desa mendapatkan tantangan sikap apatis dari penduduk desa sebagai dampak praktek proyek di desa selama ini. Musyawarah desa juga rentan untuk didominasi dan diatur oleh elit desa seperti terjadi dalam forum-forum semacam. BUM Des. BUM Des adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola asset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar- besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Pembentukan BUM Des adalah hasil musyawarah desa yang diwujudkan dalam perdes. Desain organisasi BUM Des dapat mengambil bentuk. • Terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum. Dalam desain ini, BUM Des berbentuk holding atau pengelola asset (asset management) dari beberapa unit usaha berbadan hukum, PT ataupun koperasi, yang mempergunakan asset desa. • Desain yang lain adalah BUM Des sebagai pemegang saham mayoritas dari lembaga bisnis tunggal. Dalam kondisi ini dipersyaratkan BUM Des sebagai pemegang saham mayoritas sehingga menjadi pengambil keputusan. Untuk mengembangkan BUM Des membutuhkan pengondisian yang memadai karena konsep dan praktik bisnis dengan desa sebagai pengelola asset atau memiliki badan usaha belum banyak dilakukan. Beberapa pengalaman serupa sebelumnya justru terjadi penyalahgunaan dan penggelapan asset desa oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Terlebih bila jenis usaha yang akan dilakukan oleh BUM Des yaitu penyewaan, perantara, produksi & dagang, dan keuangan, sebelumnya telah dilaksanakan oleh pihak lain.
  • 7. hal 7 dari 11 Perlu dijadikan pembelajaran pengalaman pengembangan koperasi unit desa (KUD), setidaknya empat hal yang layak diperhatikan. • Orientasi pada kuantitas badan hukum yang dibentuk membuat banyak KUD pada masa lalu tidak memiliki kapasitas manajemen dan tata kelola yang memadai. • KUD menjadi target politik dari pemerintah sehingga tidak dilakukan proses pengembangan sebagaimana mestinya yaitu membangun kesadaran dan kesediaan penduduk desa untuk membentuk koperasi serta disediakan waktu untuk berlatih. • KUD juga pernah menjadi alat kekuasaan yang dipergunakan untuk mendukung agenda dan kepentingan politik serta justru abai pada kepentingan anggota yaitu penduduk desa • Posisi didalam KUD sembat menjadi medan perebutan dari elit desa karena dianggap dalam membuka peluang pada berbagai proyek di desa. Pendampingan. Sebagai sebuah kebijakan pembangunan yang relatif baru, sejak awal disadari bahwa Dana Desa membutuhkan pendampingan. Berdasarkan pengalaman lapangan di 2015, kondisi pendampingan desa saat ini. 1. Pemda tidak memiliki dana untuk menyediakan pendamping dalam jumlah memadai dan kualitas yang sesuai 2. Belum tersusun mekanisme kelembagaan untuk memastikan pendampingan berjalan secara berkelanjutan 3. Pendampingan desa dalam konteks Dana Desa memiliki karakteristik yang berbeda dengan program sebelumnya, namun karakteristik ini justru kurang diperhatikan sehingga berdampak pada efektivitas pendampingan.
  • 8. hal 8 dari 11 Terkait dengan ketersediaan dana, sebenarnya Pemda memiliki pendamping yang telah menjadi ASN (aparat sipil negara), memang mereka memiliki latar teknis yang berbeda seperti pendamping teknis pertanian, peternakan, penanganan bencana, keluarga berencana (KB), dan sebagainya namun mereka dapat dilatih untuk menjadi pendamping desa. Biaya pelatihan ulang cenderung lebih rendah daripada merekrut pendamping baru. Masalah lain dari pendampingan desa adalah menyederhanakan kualifikasi pendamping sehingga banyak orang dengan berbagai latar direkrut menjadi pendamping tanpa pelatihan yang memadai. Tiga hal yang perlu menjadi kualifikasi dasar pendamping desa adalah: • Pribadi pembelajar. Pendamping harus mampu secara cepat belajar topik dan skill baru sesuai dengan kebutuhan lapangan • Pelancar dialog. Pendamping harus mampu membangun dialog antar kelompok di desa maupun antara desa dengan pemerintah maupun pelaku usaha yang akan bekerja di desa. • Pengembang kewirausahaan. Pendamping harus memiliki kewirausahaan dan mampu menyebarkannya ke mereka yang didampingi. Pemantauan & Sanksi. Sistem pemantauan dan sanksi telah dikembangkan oleh pemerintah untuk memastikan Dana Desa tersalurkan tepat sasaran, tepat kegunaan, dan tepat waktu. Pemantauan oleh pemerintah pusat diantaranya mencakup: • Penerbitan peraturan bupati/ walikota mengenai tata cara pembagian dan penetapan besaran Dana Desa setiap Desa; • Penyaluran Dana Desa dari RKUD (rekening kas umum daerah) ke rekening kas Desa; • Laporan konsolidasi realisasi penyaluran dan penggunaan Dana Desa. Kegiatan pemantauan tersebut diikuti oleh evaluasi pada pemda terdiri dari setidaknya dua hal, yaitu: • Penghitungan pembagian besaran Dana Desa setiap Desa oleh kabupaten/kota • Realisasi penggunaan Dana Desa Keterlambatan pemda dalam menerbitkan peraturan daerah yang diperlukan maupun ketidakmampuan mengelola Dana Desa sehingga disalurkan, dipergunakan, dan dipertanggung jawabkan sebagaimana mestinya akan memberikan dampak berupa sanksi yang akan mempersulit pemda. Sanksi-sanksi tersebut dapat berupa: • Penundaan DAU dan/atau DBH • Pemotongan Dana Desa • Penundaan penyaluran Dana Desa ke daerah Memperhatikan sanksi yang dapat dikenakan, pemda didorong untuk melaksanakan pemantauan. Ketika dalam pemantauan ditemukan SiLPA (sisa lebih perhitungan anggaran) Dana Desa, yaitu selisih realisasi penerimaan dan belanja dalam satu tahun anggaran, yang tidak wajar, kepala daerah perlu secepatnya: • meminta penjelasan kepada kepala Desa mengenai SiLPA Dana Desa; dan • meminta aparat fungsional untuk melakukan pemeriksaan
  • 9. hal 9 dari 11 Catatan akhir Dana Desa membuka peluang untuk melaksanakan pembangunan pada tataran akar rumput. Namun untuk melaksanakan inisiatif ini, beberapa hal yang masih menjadi tantangan. • Sosialisasi: UU Desa dan kebijakan turunan belum tersosialisasikan dan dipahami oleh penduduk desa dan aparat yang terkait. Bila diasumsikan setiap desa ada tiga orang yang harus dilatih, yaitu kepala desa, ketua dan sekretaris BPD, maka ada lebih dari 225,000 orang yang perlu mendapatkan sosialisasi, belum termasuk aparat pemda. • Kapasitas: Keterbatasan kapasitas aparat Pemda dan desa, termasuk BKD dan masyarakat desa untuk melaksanakan fungsi secara optimal. Tanpa kapasitas yang memadai perda yang dibutuhkan akan terlambat sehingga dana tidak tersalurkan. Demikian juga di tingkat desa tidak mudah bagi penduduk desa merumuskan dokumen yang menjadi prasyarat, terlibat dalam kegiatan swakelola kegiatan pembangunan, dan pertanggungjawaban. • Pendampingan: Belum tersedia pendamping dengan kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan proses musyawarah desa, perumusan dokumen, pelaksanaan kegiatan, dan pelaporan secara partisipatif. Tanpa pendamping yang sesuai maka program Dana Desa tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Bagi perusahaan, apa relevansi Dana Desa dengan kegiatan bisnis yang dilaksanakan? Dana Desa memberi kesempatan perusahaan untuk: i) membangun sinergi dengan pemerintah dalam program yang secara desain dan kebijakan telah dirumuskan dengan baik, ii) menghindari tumpang tindih kegiatan dengan menempatkan Dana Desa sebagai pembiayaan utama pembangunan desa,
  • 10. hal 10 dari 11 iii) mewujudkan mekanisme akuntabilitas kegiatan CSR seperti dipergunakannya rekening desa sebagai mekanisme satu pintu pencatatan, serta mekanisme pelaporan dan sanksi. Mari membangun desa! ----- Riza Primahendra adalah salah satu pendiri AMERTA. Sejak 1999 terlibat dalam berbagai kegiatan tanggung jawab sosial, pemberdayaan masyarakat, pembangunan sosial, advokasi, pengembangan kapasitas dan kelembagaan. Sejak 2002 telah memberikan konsultasi, pelatihan, dan melakukan kajian untuk berbagai lembaga pemerintah, lembaga bilateral dan multilateral, LSM, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, dan perusahaan pada berbagai sektor. Selama beberapa tahun terakhir berkarya dalam industri minyak dan gas dengan menangani beragam fungsi seperti manajemen strategi, community development & relation, government relation, land acquisition, business license & permit, PR & communication, human resource, security management, workplace management, WP&B, accounting & cost control. Alamat kontak: rizaprimahendra@gmail.com
  • 11. hal 11 dari 11 adalah jejaring para praktisi CSR yang mengembangkan metode dan praktik terbaik CSR untuk mendukung berbagai organisasi dan perusahaan mengembangkan CSR dan mewujudkan kinerja sosial yang efektif dan berkelanjutan. AMERTA mengembangkan kompetensi dalam:  SOCIAL STUDY. Berbagai kajian dan penilaian seperti PRA (Participatory Rural Appraisal), PLA (Participatory Learning Action), Baseline Study, Studi Dampak, Social Risk Assessment, SEAGA (Socio-Economic & Gender Analysis), SLA (Sustainable Livelihood Analysis), HRIA (Human Rights Impact Assessment) adalah kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai langkah awal melaksanakan CSR.  CSR PLANNING & PROGRAMMING. Perumusan rencana strategis dan program CSR berbasis konteks social dan model bisnis adalah langkah lanjut yang dilaksanakan untuk memastikan CSR dilaksanakan sebagai sebuah system manajemen.  CSR PROJECT MANAGEMENT. Berbagai bentuk program dan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi dan perusahaan perlu didesain untuk memiliki dampak sosial. Microfinance& small business development, community organizing& facilitation, behavior change & social marketing dan advocacy adalah bentuk-bentuk CSR di lapangan.  INDUSTRIAL RELATION & HR. Hubungan industrial dan SDM merupakan bagian dari CSR internal perusahaan dan perlu dikelola secara sistematis dan strategis sehingga mendukung tujuan bisnis. Kantor: Jl. PuloAsem Utara A 20 Kelurahan Jati, Pulo Gadung, Jakarta 13220, Indonesia Ph: 62-21-29833288 www.amerta.id