1. LAPORAN SGD 4
BLOK 3 LBM 4
1. Arsianti Fauzia H
2. Atika Febrianti
3. Ayu Fitria K
4. Dyflia Irfania
5. Febia Astiawati S
6. Isna Shofi A
7. Lia Hikmatu S
8. Nendika Dyah A
9. M. Ridhatul A
10.Rahmania Shifa
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2012
2. Mama, gigiku kok sakit
Dua orang pasien kakak beradik bernama Ana dan Ani usia 7 tahun dating ke klinik
dokter gigi mengeluhkan sama sama sakit gigi pada rahang bawah kanan, dari pemeriksaan ;
Gigi Ana tampak :
Gigi 85 karies profunda perforasi dengan pemeriksaan rontgen akar sudah 2/3 teresorbsi
Gigi Ani tampak :
Gigi 46 karies profunda dengan perforasi seujung jarum, gigi masih vital dan dengan
pemeriksaan rontgen akar masih terbuka lebar
Gigi 84 karies profunda perforasi disertai gingival abses dengan pemeriksaan rontgen akar
gigi masih utuh
Dokter Arie melakukan perawatan lebih lanjut pada kedua pasien tersebut.
3. I. PENDAHULUAN
Penyakit pulpa pada gigi anak bermacam-macam seperti resorbsi akar patologik yang
dibagi menjadi resorbsi akar patologik interna dan resorbsi akar patologik eksterna serta pulpitis
yang dibagi menjadi pulpitis irreversible dan pulpitis reversible. Pada penyakit pulpa gigi anak
biasanya ditemukan akar yang teresorbsi akibat adanya diferensiasi makrofag sebagai odontoklas
sehingga akan meresorbsi sementum, permukaan akar, dan dentin akar. Resorbsi interna terjadi
pada gigi vital sedangkan resorbsi eksterna pada gigi nonvital dengan peradangan yang meluas
dan berlanjut resorbsi tulang di sekitarnya. Resorbsi akar juga bisa dikarenakan pemakaian
orthodonti, inflamasi, sistemik, dan idiopatik. Perforasi pada pulpa yang menyebabkan terjadinya
penyakit pulpa dapat disebabkan karena adanya karies yang terlalu dalam dan trauma mekanis
pada saat preparasi cavitas.
Perawatan penyakit pulpa pada anak bisa dengan pulpa capping, pulpotomi, pulpektomi,
dan apeksogenesis tergantung penyakit dan tingkat keparahan penyakit pulpa yang dialami
pasien. Masing-masing perawatan pulpa pada gigi anak memiliki indikasi, kontraindikasi dan
cara yang berbeda-beda. Perawatan saluran akar tadi bertujuan untuk mempertahankan gigi
walaupun dalam keadaan non vital, menghilangkan bakteri dari saluran akar, menjaga fungsi
bicara, dan mempertahankan kesehatan gigi dan mulut.
Untuk lebih mengetahui tentang penyakit pulpa pada gigi anak serta perawatannya, maka
penulis akan menjelaskan sesuai hasil diskusi bersama kelompok SGD 4 Blok 16.
4. II. RUMUSAN MASALAH
Dalam scenario, permasalahan utama yang akan dilakukan pembahasan adalah :
1. Sakit gigi pada rahang bawah kanan
2. Gigi 85 karies profunda perforasi dengan pemeriksaan rontgen akar sudah 2/3 teresorbsi
3. Gigi 46 karies profunda dengan perforasi seujung jarum, gigi masih vital dan pemeriksaan
rontgen akar masih terbuka lebar
4. Gigi 84 karies profunda perforasi disertai gingival abses dengan pemeriksaan rontgen akar
gigi masih utuh
5. Perawatan untuk gigi 85, 46, dan 84
Permasalahan utama tersebut akan dibahas menjadi beberapa pertanyaan, antara lain :
1. Macam penyakit pulpa pada gigi anak
2. Tujuan dilakukan saluran perawatan akar
3. Jenis-jenis perawatan pulpa pada gigi anak
4. Pulpotomi
a. Pengertian
b. Indikasi
c. Kontraindikasi
d. Bahan pengisi yang digunakan
e. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnose pulpotomi
5. Apeksogenesis
a. Pengertian
b. Indikasi
c. Kontraindikasi
6. Penyebab akar resorbsi
7. Mengapa gigi 85 akar gigi sudah teresorbsi 2/3 akar?
8. Perbedaan perawatan pada gigi decidui dan gigi permanen muda
9. Perbedaan gigi vital dan non vital
10. Factor yang menyebabkan terjadinya perforasi pulpa
5. 11. Mengapa gigi 46 masih vital dengan keadaan karies profunda dengan perforasi seujung
jarum
12. Mengapa gigi 46 akar masih terbuka lebar
13. Mengapa gigi 84 akar masih utuh dan terdapat gingival abses
14. Macam-macam perawatan pada scenario
6. III. PEMBAHASAN
1. Penyakit pulpa pada gigi anak
a. Resorbsi akar patologik
1) Resorbsi interna
Resorbsi akar patologik interna merupakan indikasi adanya peradangan pada pulpa
vital yang disebabkan oleh pulpitis kronis. Resorbsi ini terjadi di dalam saluran
akar dan dapat terjadi akibat adanya trauma, karies, atau prosedur iatrogenik
seperti preparasi yang salah.
2) Resorbsi eksterna
Resorbsi akar patologik eksterna terjadi di sekitar apeks gigi dan merupakan
indikasi pulpa non vital dengan peradangan yang meluas berlanjut resorbsi tulang
di sekitarnya.
3) Resorbsi permukaan
Resorbsi yang terjadi secara patologis pada permukaan akar karena aktivitas
osteoklas terhadap respon dari injuri ligamen periodontal atau sementum.
4) Resorbsi akibat inflamasi
Karena infeksi jaringan pulpa yang akan merangsang aktivitas osteoklas.
5) Resorbsi akibat tekanan
Resorbsi ini terjadi misalnya pada perawatan orthodonti. Rangsangan terhadap
aktivitas osteoklas akibat tekanan yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya
resorbsi, tekanan tersebut membangkitkan pelepasan sel-sel monosit dan
pembentukan osteoklas dan terbentuklah resorbsi.
6) Resorbsi sistemik
Resorbsi akibat gangguan sistemik seperti gangguan endokrin.
7) Resorbsi idiopatik
Resorbsi ini terjadi pada satu gigi atau beberapa gigi dan resorbsinya lambat,
biasanya bertahun-tahun, dan bisa terjadi cepat dan agresif melibatkan jaringan
dengan jumlah besar.
7. b. Pulpitis
1) Pulpitis reversible
Rasa sakit yang dirasakan bila ada suatu rangsangan, dan rasa sakit itu akan hilang
bila rangsangan dihilangkan. Kondisi inflamasi pulpa dari ringan sampai sedang
yang disebabkan oleh rangsangan tetapi pulpa mampu kembali setelah rangsangan
hilang.
2) Pulpitis irreversible
Nyeri spontan yang dirasakan tanpa adanya suatu rangsangan .Kondisi peradangan
pulpa yang persisten sehingga pulpa tidak bisa kembali normal. Pulpitis
irreversible dibagi menjadi 3 yaitu :
Akut
Kronis
Eksaserbasi akut
2. Perawatan saluran akar pada pulpa gigi anak
a. Pulpotomi
Pulpotomi merupakan pengambilan pulpa yang telah mengalami infeksi di kamar
pulpa dan bagian corona meninggalkan jaringan pulpa di bagian radikuler dengan cara
bedah, biasanya diikuti dengan obat-obatan pada orifis vital. Pulpotomi dilakukan
untuk menghilangkan semua jaringan pulpa yang terinfeksi. Ada 3 macam pulpotomi,
yaitu :
1) Pulpotomi vital
Pengambilan jaringan pulpa bagian koronal yang mengalami infeksi namun tetap
meninggalkan jaringan pulpa pada saluran akar yang sehat dan vital dengan
melakukan anastesi kemudian memberikan medikamen diatas pulpa yang
diamputasi agar pulpa bagian radikuler tetap vital. Indikasi dilakukannya
pulpotomi vital adalah :
a) Gigi masih didukung 2/3 akar
b) Terbukanya pulpa karena factor mekanis selama preparasi
c) Pulpa masih vital dan bebas dari supurasi atau tanda-tanda lain dari nekrosis
8. d) Pulpa terbuka oleh faktor mekanis atau trauma preparasi selama preparasi
kavitas yang kurang hati-hati
e) Tidak ada inflamasi pada kamar pulpa
f) Tidak ada fistula
g) Tidak ada kalsifikasi pulpa
Sedangkan untuk kontraindikasi pulpotomi vital adalah :
a) Gigi yang non vital
b) Terdapat resorbsi interna dan eksterna (apabila ada kehilangan tulang pada
apeks dan intraradikuler)
c) Dijumpai rasa sakit yang spontan atau terus menerus
d) Adanya supurasi atau tanda-tanda lain dari nekrosis
e) Sakit bila di perkusi atau dipalpasi
f) Adanya radiolusen pada daerah periapikal
g) Perdarahan yg berlebihan setelah amputasi pulpa
h) Adanya pembengkakan
Cara melakukan pulpotomi vital :
Melakukan anastesi
Jar pulpa dalam ruang pulpa diambil
Luka pulpa ditekan menggunakan kapas larutan formokresol krg lebih
3-5 menit
Diberikan pasta formokresol
Diberikan basis
Restorasi tetap menggunakan SSC
Dalam melakukan pulpotomi vital digunakan bahan-bahan seperti berikut :
Decidui digunakan formokresol untuk mendisinfeksi dan mengfiksasi jaringan
pulpa. Reaksi formokresol terhadap jaringan pulpa akan membentuk area yang
terfiksasi dan pulpa dibawahnya tetap dalam keadaan vital.
9. Formula buckley (formokresol)
Bahannya : formaldehid 19 %, cresol 35%, gliserin 15%, dan aquades 100%
Formokresol berfungsi untuk membentuk zona fiksasi yg bersifat keras, tahan
terhadap autolisis, dan tahan terhadap barier
Permanen muda menggunakan kalsium hidroksit karena bila pada decidui akan
menyebabkan resorbsi interna. Kalsium hidroksit termasuk bahan yang
meningkatkan penyembuhan pulpa. Selain kalsium hidroksit, ada juga zinc
oksida eugenol menyebabkan suatu reaksi inflammatory kronis yang resisten
bila diaplikasikan pada pulpa.
2) Pulpotomi devital
Pengambilan jaringan pulpa yang terdapat di saluran akar yang sebelumnya telah
didevitalisasi kemudian diberi obat-obatan agar saluran akar dalam keadaan steril.
Indikasi pulpotomi devital antara lain :
a) Gigi decidui dengan pulpa vital yang terbuka karena karies atau trauma
b) Pasien yang tidak dapat dilakukan anastesi
c) Pasien yang mengalami perdarahan abnormal seperti hemofili
Untuk kontraindikasinya adalah :
a) Infeksi periapikal
b) Apeks yang masih terbuka
Cara melakukan pulpotomi devital :
Pada kunjungan I
Rontgen foto
Karies dihilangkan
Pasta devital paraformaldehid dengan cotton pellet diletakkan
diatas pulpa
Tutup dengan tambalan sementara
Hindarkan tekanan pd pulpa
Orang tua diberi tahu untuk memberikan analgesik jika timbul
rasa sakit pada malam harinya
10. Kunjungan II (Kunjungan kedua setelah 7 sampai 10 hari setelah
kunjungan I)
Tambalan sementara dibuka
Kapas dan pasta dihilangkan
Membuka atap pulpa
Tutup bagian pulpa dengan campuran ZOE dan formokresol
dengan perbandingan 1:1
Tutup ruang pulpa dengan semen
Restorasi
Bahan pengisi pulpotomi devital adalah pasta paraformaldehid.
3) Pulpotomi non vital
Amputasi pulpa bagian mahkota dari gigi yang non vital dan memberikan
medikamen atau pasta antiseptic untuk mengawetkan dalam keadaan yang aseptic.
Indikasi pulpotomi non vital hanya untuk gigi desidui yang mengalami resorbsi
1/3 akar dan gigi desidui resorbsi patologik karena abses akut
Cara melakukan pulpotomi non vital adalah :
Kunjungan I :
Rontgen foto di area kerja
Buka atap pulpa
Hilangkan isi ruang pulpa dengan ekscavator atau round bur yang besar
sejauh mungkin dalam sal akar
Bersihkan dengan aquades dan keringkan dengan kapas
Formokresol yang telah diencerkan atau CHKM diletakkan dengan
kapas kedalam ruang pulpa kemudian ditambal sementara
Kunjungan II (setelah 2-10 hari)
Periksa gigi sampai tdk ada tanda2 sakit dan infeksi
Buka tumpatan sementara
Bersihkan kavitas dankeringkan
11. Letakkan pasta ZOE dengan formokresol 1:1 dalam kamar pulpa
Tekan agar pasta sejauh mungkin masuk dalam saluran akar
b. Pulpa capping
Penempatan suatu material pada pulpa yang terbuka dan berdiameter kurang dari
1 mm. Ada 2 macam pulpa capping :
1) Direct
Pemilihan bahan pada pulpa yang sudah terbuka
Indikasi :
Pulpa vital terbuka kecil seujung jarum karena kesalahan preparasi kavitas
Kontraindikasi :
Adanya rasa sakit spontan
Tanda2 kondisi patologi klinis maupun radiografis
2) Indirect
Pemberian bahan terapetik pada kavitas dalam, pulpa belum terbuka.
Tujuan : Mempertahankan pulpa tetap vital dengan membentuk dentin reparative.
Indikasi :
Karies dalam
Tanpa adanya gejala inflamasi
Kontraindikasi :
Adanya rasa sakit spontan
c. Pulpektomi
Pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan saluran akar.
Ada 3 bagian :
1) Pulpektomi vital
2) Pulpektomi devital
3) Pulpektomi non vital
12. Indikasi :
1) Gigi vital atau non vital
2) Ada tanda-tanda inflamasi
3) Pada foto rontgen akar masih utuh
4) Saluran akar terlihat jelas
5) Akar tidak membengkok
d. Apeksogenesis
Perawatan gigi vital dalam masa pertumbuhan untuk mendapatkan pertumbuhan
selanjutnya dan penutupan foramen apikal.
Indikasi apeksogenesis :
1) Gigi dalam masa pertumbuhan dengan foramen apikalis belum sempurna tertutup
2) Pulpa bag koronal rusak tp bag radikuler masih vital
3) Korona masih dalam keadaan baik dan dapat direstorasi
Kontraindikasi apeksogenesis :
1) Ankilosis
2) Fraktur vertikal dan horizontal pada gigi
3) Gigi avulsi, replantasi, mobility tinggi
4) Karies tidak dapat ditumpat lagi
13. IV. PEMBAHASAN DALAM SKENARIO
Pada scenario permasalahan utama adalah :
1. Gigi 85 karies profunda perforasi dengan pemeriksaan rontgen akar sudah 2/3 teresorbsi
- Perforasi disebabkan karena karies yang sudah terlalu dalam
- 2/3 akar teresorbsi diduga karena pulpitis kronis, tetapi dapat juga karena gigi sudah
non vital akan menyebabkan resorbsi interna yg progresif.
2. Gigi 46 karies profunda dengan perforasi seujung jarum, gigi masih vital dan pemeriksaan
rontgen akar masih terbuka lebar
- Dimungkinkan terkena pulpitis irreversible akut
- Akar terbuka lebar karena gigi tersebut adalah gigi permanen muda sesuai di scenario
usia anak 7 tahun sehingga akar masih terbuka lebar
Baru erupsi permanen muda akarnya masih terbuka
3. Gigi 84 karies profunda perforasi disertai gingival abses dengan pemeriksaan rontgen akar
gigi masih utuh
- Akar masih utuh : erupsi giginya masih lama
- Gingival abses karena bakteri masuk dari karies
4. Perawatan untuk gigi 85, 46, dan 84
- Gigi 85
Dicabut dan dilakukan perencanaan SM
- Gigi 46
Dengan pulp capping direct, karena perforasi seujung jarum.
- Gigi 84
Gingival abses bila sudah fase lunak dilakukan drainase untuk mengeluarkan pus.
Karies profunda perforasi dilakukan pulpotomi
14. V. KESIMPULAN
Penyakit pulpa pada gigi anak ada resorbsi akar patologik dan pulpitis. Resorbsi dapat
dibagi menjadi resorbsi interna, resorbsi eksterna, resorbsi karena inflamasi, resorbsi karena
tekanan yang berlebihan, dan resorbsi idiopatik. Perawatan saluran akar berguna untuk
mengembalikan fungsi gigi yang masih vital dan mempertahankan gigi yang telah non vital.
Perawatan saluran akar ada bermacam-macam seperti pulpotomi, pulpektomi, pulp capping, dan
apeksogenesis. Masing-masing perawatan tersebut memiliki cara dan indikasi serta
kontraindikasi yang berbeda-beda.
Pada scenario, gigi 85 akan dicabut dan dilakukan space maintainer karena dalam
pemeriksaan intraoral gigi 85 karies profunda dan pemeriksaan rontgen ditemukan 2/3 akar yang
sudah teresorbsi sehingga tidak dimungkinkan dilakukan perawatan saluran akar. Gigi 46
dilakukan pulpa capping direct karena terdapat perforasi seujung jarum dan gigi masih vital serta
masih merupakan gigi permanen muda. Gigi 84 akan dilakukan drainase apabila gingival abses
telah mencapai fase lunak sedangan untuk karies profunda perforasi akan dilakukan pulpotomi
karena akar masih utuh dan tidak ada resorbsi.
Perawatan saluran akar tidak dapat dilakukan pada semua gigi tergantung bagaimana
tingkat keparahan karies dan penyakit pulpa yang dialami pasien. Sebelum memutuskan
dilakukan perawatan saluran akar, dokter harus melakukan pemeriksaan intraoral dan
pemeriksaan penunjang seperti rontgen. Gigi vital maupun non vital dapat dilakukan perawatan
saluran akar, namun apabila akar telah teresorbsi 2/3 nya dengan karies yang sangat dalam lebih
baik untuk dicabut.
15. VI. KONSEP MAPPING
PENYAKIT PULPA
GIGI DECIDUI GIGI PERMANEN MUDA
PERAWATAN
PULP CAPPING PULPEKTOMI PULPOTOMI APEKSOGENESIS