Dokumen tersebut membahas perbedaan antara pendidikan Islam dan Barat. Pendidikan Islam bersumber dari al-Quran dan hadis, sedangkan pendidikan Barat bersumber dari rasionalisme dan cenderung sekuler. Pendidikan Islam lebih menekankan keseimbangan antara rohani dan jasmani, sedangkan pendidikan Barat cenderung materialistik. Dokumen ini juga menyebutkan tokoh KH Ahmad Dahlan sebagai contoh super student dalam Islam karena jasanya dalam membangun
5. Salah satu unsur pembangun peradaban
bangsa adalah melalui pendidikan.
Karena dengan ilmu pengetahuan yang
di dapat di dalam pendidikan kita dapat
meningkatkan derajat pribadi sendiri.
Dengan ilmu pengetahuan itu juga kita
dapat mengetahui segala sesuatu yang
belum pernah kita ketahui sebelumnya.
Latar Belakang
6. Hasil akhir dari sebuah pendidikan
tergantung pada tujuan awal
pendidikan itu sendiri. Dalam Islam
pun, mengajarkan agar kita meraih
pendidikan setinggi mungkin. Akan
tetapi Islam dan Barat memiliki
pandangan berbeda mengenai hal
tersebut.
Latar Belakang
7. Paham rasionalisme yang
berkembang di Barat di jadikan
dasar pijakan bagi Konsep-konsep
pendidikan Barat. Oleh karena itu
kita harus mengetahui seperti apakah
pendidikan di mata Islam itu. Dan
bagaimanakah sistem pendidikan di
dalam Islam itu sendiri.
Latar Belakang
8. Karakteristik Pendidikan Islam :
Pendidikan yang Tinggi
Pendidikan yang Komprehensif dan
Integral
Pendidikan yang Realistis
Pendidikan yang Berkontinuitas
Pendidikan yang Seimbang
Pendidikan yang Tumbuh dan Berkembang
Pendidikan yang Global/ Internasional
Perbedaan Pendidikan Islam dan
Barat
9. Karakteristik Pendidikan Barat
Dalam pendidikan Barat, ilmu tidak
lahir dari pandangan hidup agama
tertentu dan diklaim sebagai sesuatu
yang bebas nilai. Namun sebenarnya
tidak benar-benar bebas nilai tapi
hanya bebas dari nilai-nilai keagamaan
dan ketuhanan.
Perbedaan Pendidikan Islam dan
Barat
10. Karakteristik Pendidikan Barat
Menurut Naquib al-Attas, ilmu dalam peradaban
Barat tidak dibangun di atas wahyu dan kepercayaan
agama namun dibangun di atas tradisi budaya yang
diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait
dengan kehidupan sekular yang memusatkan
manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu
pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral, yang
diatur oleh rasio manusia, terus menerus berubah.
Sehingga dari cara pandang yang seperti inilah pada
akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu sekular.
Perbedaan Pendidikan Islam dan
Barat
11. Karakteristik Pendidikan Barat
Lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban Barat
menurut al-Attas:
1. Menggunakan akal untuk membimbing kehidupan
manusia.
2. Bersikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran.
3. Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan
pandangan hidup sekular.
4. Menggunakan doktrin humanisme.
5. menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur
yang dominan dalam fitrah dan eksistensi
kemanusiaan.
Perbedaan Pendidikan Islam dan
Barat
12. Karakteristik Pendidikan Barat
Kelima faktor tersebut sangat mempengaruhi pola pikir para
ilmuwan Barat sehingga membentuk pola pendidikan yang
ada di Barat.
Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat dibentuk
dari acuan pemikiran falsafah mereka yang dituangkan
dalam pemikiran yang bercirikan materialisme, idealisme,
sekularisme, dan rasionalisme. Pemikiran ini mempengaruhi
konsep, penafsiran, dan makna ilmu itu sendiri. René
Descartes misalnya, tokoh filsafat Barat asal Perancis ini
menjadikan rasio sebagai kriteria satu-satunya dalam
mengukur kebenaran.
Perbedaan Pendidikan Islam dan
Barat
13. Karakteristik Pendidikan Barat
Selain itu para filsuf lainnya seperti John Locke,
Immanuel Kant, Martin Heidegger, Emillio Betti, Hans-
Georg Gadammer, dan lainnya juga menekankan rasio
dan panca indera sebagai sumber ilmu mereka, sehingga
melahirkan berbagai macam faham dan pemikiran
seperti empirisme, humanisme, kapitalisme,
eksistensialisme, relatifisme, atheisme, dan lainnya,
yang ikut mempengaruhi berbagai disiplin keilmuan,
seperti dalam filsafat, sains, sosiologi, psikologi, politik,
ekonomi, dan lainnya .
Perbedaan Pendidikan Islam dan
Barat
14.
15. Aktivitas pendidikan Islam telah dimulai sejak adanya
manusia (Nabi Adam dan Hawa) di dunia ini. Ayat Al-
Qur’an yang pertama kali di turunkan kepada Nabi
Muhammad SAW adalah iqra’, yang merupakan kunci
dari aktivitas pendidikan. Menurut Harun Nasution
dalam Muhaimin (2011), secara garis besar sejarah
(budaya) Islam terbagi menjadi 3 periode, yaitu:
Periode klasik (650-1250 M),
Periode pertengahan (1250-1800 M) dan,
Periode modern (1800 M-sekarang).
Sejarah Pendidikan Islam
16. Periode klasik (650-1250 M)
Banyak ilmuwan dan pemikir besar yang
dilahirkan Islam pada periode klasik. Hal ini tidak
terlepas dari semangat untuk mempelajari serta
mengamalkan Al-Quran dan hadis itu sendiri,
keinginan yang kuat untuk terus menimba dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, serta
kesinambungan antara ilmu agama dan ilmu-
ilmu lainnya menjadikan umat Islam sangat unggul
dalam periode klasik.
Sejarah Pendidikan Islam
17. Periode pertengahan (1250-1800 M)
Dalam periode ini Islam menjadi sangat tertinggal dari
dunia barat yang ironisnya kemajuan yang diraih dunia
barat bersumber dari apa yang telah dicapai Islam
sebelumnya. Semua menjadi terbalik bagi umat Islam,
tidak banyak ulama yang berani untuk mengembangkan
keilmuannya, umat Islam menjadi terkotak-kotak,
kebergantungan yang kuat terhadap pemimpin negara
menjadikan Islam sedemikian tertinggal dan asing
terhadap ilmu serta teknologi yang sejatinya bersumber
pada dunia Islam.
Sejarah Pendidikan Islam
18. Periode modern (1800 M-sekarang)
Angin perubahan dan pengembalian Islam ke zaman
keemasannya telah banyak dikumandangkan. Telah
banyak bermunculan kembali ulama-ulama yang tidak
hanya berkutat pada disiplin ilmu keagamaan tetapi juga
ikut turut serta mengembangkan ilmu-ilmu lainnya.
Namun kembali, nampaknya periode ketiga yang
didefinisikan sebagai periode modern ini masih banyak
menimbulkan perdebatan. Kekhawatiran terbesar mucul
dari anggapan modernisasi yang dilakukan nantinya akan
membawa umat Islam kedalam dunia westernisasi dan
sekulerisme.
Sejarah Pendidikan Islam
19.
20. Pengertian dari super student adalah
pelajar atau mahasiswa yang memiliki
tingkat kecerdasan yang tinggi dan
mempunyai tingkat ketaqwaan yang
tinggi pula terhadap Allah SWT. Kita
bisa menjadi super student jika kita mau
berusaha untuk belajar dengan tekun
dan berakhlak yang baik.
Menjadi Super Student
Dalam Islam
21. Untuk menjadi super student harus mau berusaha untuk
belajar dengan tekun dan berakhlak baik dan harus pula
melihat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
aktivitas pembelajaran di dalam pendidikan kita supaya
aktivitas pembelajaran dapat berlangsung secara sukses.
Beberapa faktor tersebut meliputi:
a) Tujuan Pendidikan.
b) Pendidik.
c) Peserta Didik.
d) Isi atau Materi Pendidikan.
e) Metode Pendidikan.
f) Lingkungan.
Menjadi Super Student
Dalam Islam
22. Berikut adalah beberapa tahapan agar proses dari
aktivitas pembelajaran dapat maksimal:
1. Berlajar Diiringi dengan Doa dan Tidak
Meninggalkan Shalat.
2. Membuat Sistem Belajar Sendiri yang Menghasilkan
Hasil.
3. Menumbuhkan Keinginan Untuk Sukses di Sekolah
atau di Perguruan Tinggi.
4. Selalu Memotivasi Diri Sendiri.
5. Fokus Pada Tujuan Studi.
6. Terus Melakukan Hal Baik dari Sebelumnya.
7. Rendah Hati.
8. Mengembangkan Kreativitas.
9. Banyak Membaca.
10.Perluas Sosialisasi Diri.
23.
24. Tokoh dalam Islam yang menurut kami berhak
mendapatkan predikat super student di masanya
adalah Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Karena beliau berjasa dalam membangkitkan
kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan Islam
dan pendidikan.
Dan atas jasa-jasanya itu pemerintah Republik
Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan
Nasional dengan Surat Keputusan Presiden no. 657
tahun 1961.
Tokoh Super Student Dalam
Islam
25. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut :
1. KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori
kebangkitan umat Islam untuk menyadari
nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih
harus belajar dan berbuat.
2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang
didirikannya, telah banyak memberikan ajaran
Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran
yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan
beramal bagi masyarakat dan ummat, dengan
dasar iman dan Islam.
Tokoh Super Student Dalam
Islam
26. 3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah
telah mempelopori amal usaha sosial dan
pendidikan yang amat diperlukan bagi
kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan
jiwa ajaran Islam.
4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah
bagian wanita (Aisyiyah) telah
mempelopori kebangkitan wanita
Indonesia untuk mengecap pendidikan.
Tokoh Super Student Dalam
Islam
27. Antara Pendidikan Islam dan Barat jelas terlihat
adanya kesenjangan pola berfikir yang digunakan
para ilmuwan sehingga menghasilkan karakter
yang berbeda. Jika sumber dan metodologi ilmu di
Barat bergantung sepenuhnya kepada kaedah
empiris, rasional dan cenderung materialistik serta
mengabaikan dan memandang rendah cara
memperoleh ilmu melalui wahyu dan kitab suci,
maka metodologi dalam ilmu pengetahuan Islam
bersumber dari kitab suci al-Qur’an yang
diperoleh dari wahyu, Sunnah Rasulullah saw,
serta ijtihad para ulama.
Kesimpulan
28. Jika Westernisasi ilmu hanya menghasilkan
ilmu-ilmu sekular yang cenderung
menjauhkan manusia dengan agamanya
sehingga terjadi kekalutan di dalamnya,
maka Islamisasi ilmu justru mampu
membangunkan pemikiran dan
keseimbangan antara aspek rohani dan
jasmani pribadi muslim yang akan
menambahkan lagi keimanannya kepada
Allah SWT.
Kesimpulan
29. Dilihat dari karakteristiknya pendidikan
Islam dengan jelas unggul dibanding dengan
pendidikan lainnya. Karena pendidikan
dalam Islam mempunyai ikatan langsung
dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang
mengatur seluruh aspek kehidupan. Maka
jelas bahwa pendidikan Islam tidak menutup
mata terhadap perkembangan yang ada
ditengah masyarakat, termasuk
perkembangan sains dan tekhnologi.
Kesimpulan
30. Oleh karena itu menjadi super student dalam Islam
yaitu mendalami ilmu-ilmu pengetahuan secara
menyeluruh akan tetapi tidak melupakan
keislamisasian dari ilmu tersebut. Hal tersebut
dilakukan agar kita tidak menjauh dari akidah Islam
yang sesungguhnya. Akan tetapi, Islam mempunyai
sifat eksklusif sekaligus inklusif. Ketika berhadapan
dengan masalah teologi, hakikat sifat-Nya, seorang
muslim tidak boleh berkompromi dengan persepsi
agama lain, kecuali yang berhubungan dengan
masalah rubbûbiyyah. Sebaliknya ketika
membicarakan masalah nilai-nilai moral dan etika,
maka pintu komunikasi, dialog dan kerjasama dapat
Kesimpulan
31. Agar pendidikan itu sesuai dengan tujuannya
semula yakni sesuai dengan UU sistem
pendidikan no. 20 tahun 2003, maka
diperlukan sebuah kerja sama antara orang
tua, masyarakat, sekolah, dan pemerintah.
Mereka hendaknya bersama-sama
memperhatikan sistem pendidikan para
generasi muda. Agar generasi muda tersebut
dapat menjadi super student yang dapat
mengharumkan nama bangsa di kancah
internasional.
Saran