Kinerja model pengembangan pertanian bioindustri mendiskusikan kondisi eksisting kegiatan pertanian bioindustri dengan segala persoalannya di lapangan. Model menjadi acuan, tetapi bukan satu-satunya pertimbangan yang ada. Masih ada hal lain yang perlu diperhatikan ketika kegiatan itu akan diaplikasikan di lapangan.
1. Bogor, 3-4 Oktober 2017
Rachmat Hendayana
Peneliti Utama Bidang Kepakaran Ekonomi Pertanian
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
4. RANCANGAN KEGIATAN
Menyediakan percontohan lapang yang
mencerminkan kegiatan aplikasi inovasi
teknologi pertanian yang berbasis bioindustri
Model Inovasi Teknologi Pertanian dirancang
berfungsi ganda:
1) Sebagai modus diseminasi, dan
2) Sebagai wahana pengkajian teknologi
spesifik
5. SEBAGAI MODUS DISEMINASI
Merancang serta memfasilitasi penumbuhan
dan pembinaan serta percontohan sistem pertanian
bioindustri berbasis IPTEK inovatif.
Membangun pengadaan sistem teknologi dasar
(antara lain benih dasar, prototipe alat/mesin
pertanian, usaha pasca panen skala ekonomi) secara
luas dan menyebar.
6. SEBAGAI WAHANA PENGKAJIAN
INOTEK PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
• Melaksanakan uji adaptasi untuk mengevaluasi
kelayakan ekonomi teknologi yang dihasilkan Badan
Litbang Pertanian.
• Melaksanakan litkajibangrap untuk pengembangan
teknologi tepat guna secara partisipatif, bersama-
sama dengan pemangku kepentingan dan sasaran
pengguna langsung teknologi tersebut.
• Mengungkap preferensi dan perilaku konsumen
teknologi sebagai dasar dalam merancang
arsitektur pertanian bioindustri
7. IMPLEMENTASI KEGIATAN
2014 - 2017
Tahun 2014: Inisiatif Pengembangan Model
Pertanian Bioindustri Berbasis Sumberdaya Lokal
Tahun 2015: Penerapan Model Pertanian
Bioindustri di seluruh BPTP : 66 Unit
Tahun 2016: Lanjutan Pengembangan Model
Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri : 68 Unit
Tahun 2017: Optimalisasi Kinerja Model Inovasi
Teknologi Pert. Bioindustri: 68 Unit
8. MODEL PERTANIAN BIOINDUSTRI
2015-2017
No Model
Jumlah Lokasi
Provinsi
I Pertanian Bioindustri
Berbasis Integrasi Ternak-
Tanaman
25 Provinsi
II Pertanian Bioindustri
Monokultur
10 Provinsi
www.litbang.pertanian.go.id
Keterangan:
1 Provinsi ada yang lebih dari satu model
9. Rincian MODEL PERTANIAN
BIOINDUSTRI
No Model Lokasi Provinsi
I Pertanian Bioindustri Berbasis
Integrasi Ternak-Tanaman
1) Sapi – Sawit ( 4 prov) Riau, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Timur
2) Sapi – Padi (17 prov) Bengkulu, Jawa Tengah, Jawa Barat, DIY, Bali,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku,
Maluku Utara, Riau, Lampung, Sumatera Selatan,
Banten
3) Sapi – Ubi kayu (4 prov) Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur,
Lampung
4) Sapi – Kopi (2 prov) Jawa Tengah, NAD
5) Sapi – Jagung (3 prov) Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan
6) Kakao – Kambing (2 prov) DIY, Papua Barat
7) Kambing Etawa – Salak (1) DIY
10. Rincian MODEL PERTANIAN
BIOINDUSTRI
No Model Provinsi
8) Ternak – Tebu (1 prov) Jawa Timur
9) Ternak – Kacang Tanah (1 prov) Jawa Timur
10 ) Sapi – Tanaman Pangan (2 prov) Bali, Sulawesi Selatan
11) Sapi – Hortikultura (sayuran) (3 prov) Bali, Sulawesi Tengah, Sumatera
Selatan
12) Tanaman – Ternak (3 prov) NTB, Kaimantan Barat, Bengkulu
13) Jagung – Sapi (2 prov) NTT, Sulawesi Tenggara
14) Jambu Mete – Babi (1 prov) NTT
15) Itik Alabio – Padi (1 prov) Kalimantan Selatan
16) Kakao – Sapi (1 prov) Sulawesi Selatan
17) Sagu – Sapi (1 prov) Sulawesi Tenggara
www.litbang.pertanian.go.id
11. Rincian MODEL PERTANIAN
BIOINDUSTRI
No Model Provinsi
18) Sapi – Pisang Abaka-Kelapa (1prov) Sulawesi Utara
19) Kelapa-Kakao – Sapi (1 prov) Maluku
20) Ubi Jalar – Babi (1 prov) Sumatera Utara
21) Gambir – Sapi (1 prov) Sumatera Utara,
22) Nenas – Sapi (1 prov) Jambi
23) Lada – Ternak (2 prov) Bangka Belitung, Lampung
24) Kambing – Sayuran (1 prov) Riau
25) Sayuran – Ternak (Kelinci) (1 prov) DKI Jakarta
www.litbang.pertanian.go.id
12. Rincian MODEL PERTANIAN
BIOINDUSTRI
No Model Provinsi
III Pertanian Bioindustri Berbasis Monokultur
(Single Commodity)
1) Gambir (1 prov) Sumatera Barat
2) Jagung (2 prov) Sumatera Barat, Gorontalo
3) Ubi Jalar (2 prov) Sumatera Barat, Papua
4) Kelapa (2 prov) Riau, Sulawesi Barat
5) Ubi Kayu (1 prov) Banten
6) Sapi (1 prov) Jawa Barat
7) Tanaman Hias (1 prov) Jawa Barat
8) Padi (1 prov) Kalimantan Tengah
9) Kakao (1 prov) Sulawesi Barat
10) Sagu (1 prov) Papua
www.litbang.pertanian.go.id
13. INDIKATOR KEBERHASILAN : UMUM
Menghasilkan keuntungan
finansial bagi pelaku kegiatan,
Menghasilkan manfaat
ekonomi bagi lingkungan,
Terjadi keseimbangan neraca
biomassa
www.litbang.pertanian.go.id
14. INDIKATOR
KATEGORI
A B C D
Keterlibatan petani v v v v
Skala (luasan) kegiatan v v x x
Menghasilkan produk pertanian yang
memiliki nilai ekonomi sesuai keinginan
konsumen
v v v x
Mengadopsi teknologi mutakhir pada
seluruh fungsi, mulai budidaya hingga
pengolahan
v v x x
Menghasilkan nilai tambah v x x x
Prediksi kemandirian v x x x
Menunjukkan keunggulan kompetitif v x x x
INDIKATOR KEBERHASILAN SPESIFIK
15. No Kriteria Jumlah Proporsi (%)
1 A = Prospektif 8 11,76
2 B = Cukup Prospektif 12 17,65
3 C = Kurang Prospektif 39 57,35
4 D = Tidak Prospektif 9 13,23
Jumlah 68 100
HASIL EVALUASI, 2016
16. OPTIMALISASI KINERJA
KATEGORI A:
1) Melakukan Akselerasi Model Inovasi
Teknologi Pertanian Bioindustri
2) Memperkuat eksistensi inovasi –
reinovasi teknologi
3) Memperkuat tata kelola [kelembagaan]
4) Advokasi kegiatan menuju Exit
Strategi
17. OPTIMALISASI KINERJA
KATEGORI B
1) Memperkuat introduksi inovasi – reinovasi
teknologi
2) Penguatan introduksi kelembagaan
pendukung kegiatan pertanian bioindustri
melalui pelatihan
3) Penajaman analisis (finansial, ekonomi,
neraca biomassa)
18. OPTIMALISASI KINERJA
KATEGORI C dan D
1) Melakukan pemetaan permasalahan,
potensi dan peluang.
2) Perbaikan/penyempurnaan tahapan
kegiatan
3) Penguatan introduksi teknologi dan
kelembagaan pendukung kegiatan
pertanian bioindustri
21. No PRODUK Jumlah
1. Hasil Utama 2015 2016*
a. Biji kakao (ton) 6,5 9.0
b. Ternak kambing (ekor) 152 200
2. Hasil Samping
a. POP/Pupuk organik padat (ton) 35,6 48,0
b. POC/Pupuk organik cair (Ribu liter) 2,3 5,0
c. Pakan/Mineral Block (ton) 0,2 0,3
d. Pakan/Silase Daun Kakao (ton) 3,0 4,5
e. Pakan/Daun Kakao (ton) 6,3 7,5
f. Pakan/Kulit buah kakao (ton) 5,6 8,0
22. Tinjauan Aspek Ekonomi
No
Sebelum Pertanian Bioindustri Sesudah Pertanian Bioindustri
Uraian Nilai Uraian Nilai
1 Produksi kakao model petani (5200 kg) Rp. 33.800.000,00 Produksi kakao model introduksi (6500 kg) Rp. 42.250.000,00
2 Produksi kambing model petani (79 ekor) Rp. 72.000.000,00 Produksi kambing model introduksi (152 ekor) Rp.245.000.000,00
3 Feses belum diolah menjadi pupuk Rp. 0 Jual pupuk dari feses diolah (11 ton) Rp. 11.000.000,00
4 Urin belum diolah menjadi pupuk Rp. 0 Jual pupuk cair dari urin (200 liter) Rp. 1.000.000,00
5 Kulit kakao belum diolah Rp. 0 Jual mineral block dari kulit kakao Rp. 1.250.000,00
Total Rp.105.800.000,00 Rp.300.500.000,00
N
o
Uraian Jumla
h
Biaya Biaya + pajak
1 Kandang panggung contoh 1 unit 10.000.000 11.500.000
2 Renovasi kandang 19 unit 19.000.000 21.850.000
3 Ternak betina dan jantan 22 ekor 28.000.000 32.200.000
4 Alat kawin kambing 1 unit 1.000.000 1.150.000
5 Pengolah pupuk organik 20 unit 10.000.000 11.500.000
6 Pengolah kakao 1 unit 4.000.000 4.600.000
TOTAL 72.000.000 82.800.000
23. Menumbuhkan kelembagaan
No Produk
bioindustri
Merek Jumlah Tempat pemasaran
1. Pupuk Padat BIO 250 K 20 ton Gunungkidul
2. Pupuk cair BIO 50 K 200 liter Kulon Progo, Sleman
3. Mineral block MBKK 100 kg Gunungkidul, Kulon Progo
4. Ternak kambing BOERGON 100 ekor Kulon Progo, Sleman
5. Biji kakao kering KOPERASI 1000 kg Kulon Progo
6. Biji kakao olahan KOPERASI 100 kg Kulon Progo
KOPERASI
KT. MEKAR
GERBOSARI
KT. NGUDI
LESTARI
KT. ANDUM
REZEKI
KT.NGUDI
MULYO
24. Melakukan Kerjasama
Kerjasama dengan Bentuk kerjasama
1. Kelompok Tani TTP
Nglanggeran
Kab. Gunungkidul
Pemasaran pupuk organik padat sebanyak
11 ton dan pakan mineral block dari kulit
buah kakao sebanyak 60 kg.
2. Dinas Kehutanan
dan Perkebunan
DIY
Dukungan dana APBN bantuan kambing
sebanyak 33 ekor kepada KT. Ngudi Lestari
dan 33 ekor kepada KT. Ngudi Mulyo, Desa
Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo.
3. Dinas Pertanian
DIY
Dukungan dana APBD TK. I untuk bantuan
kambing sebanyak 11 ekor untuk KT Mekar
Gerbosari Dusun Gerpule, Desa Banjarharjo,
Kalibawang, Kulon Progo
4. Dinas Kelautan
Perikanan dan
Peternakan Kab.
Kulon Progo
Dukungan dana APBD TK.II bantuan
pembuatan silase daun kakao dan mineral
block untuk kambing perah di Desa
Hargotirto, Kokap dan di Desa Jatimulyo,
Girimulyo, Kulon Progo.
25. SCIENCE . INNOVATION . NETWORKS
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian 25
Produk Olahan Berbasis Kedelai
Susu Kedelai Tempe
Cokelat Tempe
KastengelStik Brownies Kukis
Keripik Tempe
JAWA TENGAH
26. SCIENCE . INNOVATION . NETWORKS
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian 26
Produk Olahan Berbasis Jagung
Jagung Chip Beras jagung Tepung Jagung Emping Jagung
Mie
Jagung
KWT:
1. Maju Jaya
2. Cita Rasa
3. Bolo-Bolo
Tortila
27. SCIENCE . INNOVATION . NETWORKS
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian 27
Pengelolaan limbah kandang
Biourin (POC)
Kompos
(POP)
MOL rumen sbg dekomposer
29. RINTISAN KLASTER BISNIS PEMBUATAN
TEPUNG TAPIOKA
Gamblong untuk
pakan ternak
Tepung tapiokaKulit kasava untuk
pakan ternak
Proporsi produk
Tapioka: 19,6%
Kulit kasava: 3,8%
Gamblong: 10,8%
30. MODEL PERTANIAN BIO INDUSTRI (MPBI) DI LAHAN
KERING DATARAN MEDIUM BERIKLIM BASAH
Tim MPBI Bali
Desa Antapan, Kec. Baturiti, Kab. Tabanan – Bali
2015 – 2019
31. Teknologi introduksi
• Pompa Hidram dengan jaringan irigasi (3 km, kedalaman 100 meter)
• Embung 8 x 10 meter, 60 unit
1. Mengembangkan sarana pengairan
• Kandang & instalasi produksi pupuk padat dan cair 60 unit
2. Mengembangkan sarana produksi pupuk organik padat dan cair
• Perangkap kuning
• Kolam dengan lampu + ikan
3. Mengembangkan Inovasi untuk mengurangi penggunaan pestisida
• Pascapanen
• Balai kelompok, dll
Inovasi lain
38. Perkembangan Introduksi Teknologi
No Komponen teknologi Skala aplikasi (Ha) Hasil Aplikasi (ton/ha)
2014 2017 2014 2017
1 Jagung
- Perbaikan pemupukan
4 15 2,3 3,2
2 Ubi Kayu (kg/pohon)
- Introduksi Ubikayu Gajah
0 3 Umbi = 1,19 kg
Daun = 0,948 kg
Umbi = 6,81 kg
Daun = 1,498 kg
3 Sorgum
- Introduksi Varietas
(Rio,numbu, kawali, super 1)
0,25 6,9 Biji = 6,03 ton
Limbah =
35,04 ton
Biji = 9,83 ton
Limbah = 54.23
ton
4 Budidaya Ternak Sapi
a. Pengembangan populasi
b. Flushing induk bunting
c. Pemberian probiotik c
172 ekor
10 ekor
0 ekor
296 ekor
50 ekor
120 ekor
Bobot lahir =
18,8 kg
PBB= 300 g
Bobot lahir =
20,60 kg
PBB= 450 g
BALI - 2
43. Hasil Pengamatan Tanaman Kelapa Sawit
No Perlakuan
Jumlah Pohon
yang dipanen
(Phn/ha/bln)
Lingkar TBS
Vertikal
(cm)
Lingkar TBS
Horizontal
(cm)
Jumlah TBS
(tbs/ha/bln)
Berat TBS
(kg/ha/bln)
1 A 84.67 a 99.6 96.0 92.28 a 1240.8 a
2 B 78.01 a 96.2 92.6 97.99 a 1068.8 a
3 C 82.77 a 104.7 98.2 90.38 a 1377.1 a
4 D 79.92 a 105.8 102.6 87.53 a 1454.2 a
I. Produktivitas lahan Muhadi
No Perlakuan
Jumlah TBS
(tbs/ha/bln)
Rata-rata Berat
Pelepah (Kg/Pelepah)
Potensi Pakan Ternak
(Kg/Ha/Bln)
1 A 92.28 5.06 466.8
2 B 97.99 4.33 424.1
3 C 90.38 5.69 514.4
4 D 87.53 6.10 534.3
Potensi pakan ternak dari limbah tanaman kelapa sawit pada lahan
Muhadi
44. Aplikasi ampas sagu sebagai bahan pakan ayam pedaging
dan pupuk organik
Fermentasi ampas sagu untuk Bahan
pakan ayam pedaging
Pakan ayam dari Ampas Sagu
SULAWESI TENGGARA
46. BIO INDUSTRI KAKAO
Produksi Bibit Kakao Produksi Pupuk Kompos Produksi Bio Urine
Pemeliharaan Tanaman Kakao Pemeliharaan KambingPengolahan Kakao Jadi Pasta
SULAWESI BARAT
47. Produk Olahan Kegiatan Bio Industri Kakao-Kambing
BIO URINE KAMBING
PUPUK KOMPOS
PASTA COKLAT