SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  55
UU CIPTA KERJA vs KEJAHATAN PETA
Kejahatan
Peta
Audit
Spasial
Peradilan
Spasial
Semua berhubungan dengan Lokasi yang
digambarkan diatas peta
(Perebutan Ruang)
Oleh : Raflis
diselenggarakan oleh Departemen Geografi Pembangunan, Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada dengan tema :Pengelolaan
Ruang, Lingkungan, dan Sumberdaya Alam di Indonesia Pasca
Disahkannya RUU Cipta Kerja
Waktu & Platform :📆 : Jumat,
30 Oktober 2020🕜 : 13.30-
16.30 WIB📌 : Online via
Webex dan Live Streaming on
YouTube Seminar SDG's
SeriesHost 📢: - Prof. Dr. M.
Baiquni, M.A. (Ketua
Departemen Geografi
Pembangunan, Fakultas
Geografi UGM)
Penataan Ruang
Pasal 6 Ayat (8) Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara pola ruang rencana tata
ruang dan kawasan hutan, izin dan/atau hak atas tanah, penyelesaian
ketidaksesuaian tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 18
1) Penetapan rencana tata ruang wilayah provinsi atau kabupaten/kota dan RDTR
terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat.
2) Sebelum diajukan persetujuan substansi kepada Pemerintah Pusat, RDTR
kabupaten/kota yang dituangkan dalam rancangan Peraturan Kepala Daerah
Kabupaten/Kota terlebih dahulu dilakukan konsultasi publik termasuk dengan
DPRD.
3) Bupati/wali kota wajib menetapkan rancangan peraturan kepala daerah
kabupaten/kota tentang RDTR paling lama 1 (satu) bulan setelah mendapat
persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat.
4) Dalam hal bupati/wali kota tidak menetapkan RDTR setelah jangka waktu
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3), RDTR ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
Pasal 23
6) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Provinsi.
7) Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) wajib
ditetapkan paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak mendapat
persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat.
8) Dalam hal Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) belum ditetapkan, Gubernur menetapkan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak mendapat
persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat
9) Dalam hal Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (8) belum ditetapkan oleh Gubernur, Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi ditetapkan oleh Pemerintah Pusat paling lama 4
(empat) bulan terhitung sejak mendapat persetujuan substansi dari
Pemerintah Pusat.
Pasal 26
7) Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Kabupaten.
8) Peraturan Daerah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
wajib ditetapkan paling lama 2 (dua) bulan setelah mendapat
persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat.
9) Dalam hal Peraturan Daerah Kabupaten sebagaimana dimaksud
pada ayat (7) belum ditetapkan, Bupati menetapkan Rencana Tata
Ruang Wilayah kabupaten paling lama 3 (tiga) bulan setelah
mendapat persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat.
10) Dalam hal Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten sebagaimana
dimaksud pada ayat (9) belum ditetapkan oleh Bupati, Rencana
Tata Ruang Wilayah kabupaten ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
paling lama 4 (empat) bulan setelah mendapat persetujuan
substansi dari Pemerintah Pusat.
Pasal 14 A
1) Pelaksanaan penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dilakukan dengan
memperhatikan:
a. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dan kajian lingkungan hidup strategis; dan
b. kedetailan informasi tata ruang yang akan disajikan serta kesesuaian ketelitian peta rencana tata ruang.
2) Penyusunan kajian lingkungan hidup strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan
dalam penyusunan rencana tata ruang.
3) Pemenuhan kesesuaian ketelitian peta rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan melalui penyusunan peta rencana tata ruang di atas Peta Dasar.
4) Dalam hal Peta Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum tersedia, penyusunan rencana tata
ruang dilakukan dengan menggunakan Peta Dasar lainnya.
Pasal 34A
1) Dalam hal terdapat perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (5) huruf d, Pasal 23 ayat (5) huruf d, dan Pasal 26 ayat (6) huruf d belum dimuat dalam
rencana tata ruang dan/atau rencana zonasi, pemanfaatan ruang tetap dapat dilaksanakan.
2) Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan setelah
mendapat rekomendasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dari Pemerintah Pusat.
UU Kehutanan
Pasal 15
(3) Pengukuhan kawasan hutan dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan koordinat
geografis atau satelit.
(4) Pemerintah Pusat memprioritaskan percepatan
pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pada daerah yang strategis
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai prioritas percepatan
pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 18
(1) Pemerintah Pusat menetapkan dan mempertahankan
kecukupan luas kawasan hutan dan penutupan hutan
untuk setiap daerah aliran sungai, dan/atau pulau guna
pengoptimalan manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan
manfaat ekonomi masyarakat setempat.
(2) Pemerintah Pusat mengatur luas kawasan yang harus
dipertahankan sesuai dengan kondisi fisik dan geografis
daerah aliran sungai dan/atau pulau.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai luas kawasan hutan yang
harus dipertahankan ialah termasuk pada wilayah yang
terdapat proyek strategis nasional diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 29A
1) Pemanfaatan Hutan Lindung dan Hutan Produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 dan Pasal 28 dapat dilakukan kegiatan
Perhutanan sosial.
2) Perhutanan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diberikan kepada:
a. perseorangan;
b. kelompok tani hutan; dan
c. koperasi.
Pasal 29B
Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha Pemanfaatan
Hutan dan kegiatan perhutanan sosial diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan
Pasal 110A
1) Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha yang telah
terbangun dan memiliki Perizinan Berusaha di dalam kawasan
hutan sebelum berlakunya Undang-Undang ini yang belum
memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan, wajib menyelesaikan
persyaratan paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Undang-Undang ini
berlaku.
2) Jika setelah lewat 3 (tiga) tahun sejak berlakunya undang-undang
ini tidak menyelesaikan persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pelaku dikenai sanksi administratif, berupa:
a. pembayaran denda administatif; dan/atau
b. pencabutan Perizinan Berusaha.
• Pasal 110B
1) Setiap orang yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1) huruf b, huruf c, dan/atau huruf e, dan/atau Pasal 17
ayat (2) huruf b, huruf c, dan/atau huruf e, atau kegiatan lain di kawasan
hutan tanpa memiliki Perizinan Berusaha yang dilakukan sebelum
berlakunya Undang-Undang ini dikenai sanksi administratif, berupa:
a. penghentian sementara kegiatan usaha;
b. pembayaran denda administatif; dan/atau
c. paksaan pemerintah.
2) Dalam hal pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh orang perseorangan yang bertempat tinggal di dalam dan/atau di
sekitar kawasan hutan paling singkat 5 (lima) tahun secara terus
menerus dengan luasan paling banyak 5 (lima) hektar, dikecualikan dari
sanksi administratif dan diselesaikan melalui penataan kawasan hutan.
Omnibus Law
Perizinan
Berusaha
RUANG
Rencana Tata
Ruang
Fungsi
Kawasan
Hutan
Ruang Publik
dan Ruang
Privat
Hak Atas Ruang
Hutan
Non Hutan
Negara (Publik)
Privat (Individu)
Privat (Komunal)
Dimana ?
Semua Bicara Peta
Ada Kejahatan
Land Grabbing
Pengaturan
Kesesuaian
Land
Grabbing Lokasi
Lokasi dapat ditunjukkan melalui Peta
RUANG Peta
gambaran unsur-unsur permukaan bumi atau
yang ada kaitannya dengan permukaan bumi
maupun benda-benda angkasa, digambarkan
pada bidang datar dan diperkecil (diskalakan).
(International Cartographic Association)
Penguasaan Ruang Peta Hak Atas Tanah
Perorangan
Komunal
Publik
Tutupan Lahan
Peta Rencana Peta Pola Ruang Rencana Kehutanan
Rencana Perkebunan
Rencana Pertambangan
Rencana Pertanian
Lain lain
Kawasan Lindung
Kawasan Budidaya
Peta Fungsi Kawasan Hutan
merupakan Peta Rencana Kehutanan
Status Fungsi≠
Hubungan antara UU Agraria, Kehutanan
dan Tata Ruang
Kawasan Hutan
UU Kehutanan
Hak atas tanah Pola Ruang
• Pengaburan aturan Pelaksana
• Ketidak jelasan definisi
UU Agraria UU Tata Ruang
Penguasaan Pemanfaatan
Audit Perizinan
Izin
Pembatasan Penguasaan Pembatasan izin
PP ?
PP ?PP ?
Pemetaan Hak
Dicabutnya
Domein Verklaring
Hak Atas Tanah Hak Atas Hutan
Tanah Negara = Tanah Sisa Hutan Negara = Hutan Sisa
Seluruh hak atas tanah yang dikuasai
Warga Negara dipetakan terlebih dahulu
Sisanya kemudian ditetapkan sebagai
Tanah negara (Publik)
Seluruh hak atas hutan yang telah dikuasai
Warga Negara dipetakan terlebih dahulu
(Hutan Hak dan Hutan Adat)
sisanya kemudian ditetapkan sebagai
Hutan Negara (Publik)
Izin
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Land
Grabbing
Rencana Tata Ruang
B
E
R
J
E
N
J
A
N
G
K
O
M
P
L
E
M
E
N
T
E
R
RTRWN
RTR PULAU RTR KSN
RTRWP
RTRWK
FUNGSI KAWASAN HUTAN
Pasal 6 ayat 2,3 dan 4
Proses Penyusunan Yang keliru
Pasal 6 ayat(8) Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara pola ruang rencana tata ruang
dan kawasan hutan, izin dan/atau hak atas tanah, penyelesaian ketidaksesuaian
tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pola Ruang
Kawasan Hutan
Hak Atas Tanah
Konsultasi Publik
Izin
Merampas
Kesesuaian
RTRWN Vs RTR Pulau
RTRWN
RTR PULAU SUMATERA
Lindung
Budidaya
RTRWN Vs RTR KSN
RTRWN
RTR KSN
RTRWN, Fungsi Kawasan Hutan,
Fungsi Ekosistem Gambut
Lindung Sebagian
Lindung
Budidaya
FEG
RTRWN
FKH
BAGAIMANA RTRWP DISUSUN
FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT
SK 130 2017
FUNGSI KAWASAN HUTAN
SK 878 2014
POLA RUANG RTRWP
PERDA 10 2018
POLA RUANG MENGIKUTI
FUNGSI KAWASAN HUTAN
TETAPI FUNGSI EKOSISTEM
GAMBUT DIABAIKAN
SK 903 2016 ?
Pengurusan Hutan (UU 41/1999)
Pemerintah
Menetapkan hubungan hukum
antara orang dengan hutan
mengurus segala sesuatu
yang berkaitan dengan hutan
menetapkan status wilayah tertentu
sebagai kawasan hutan
Rakyat
Pasal 4 ayat 2
Perencanaan
Pengelolaan
Litbang, Diklat, Penyuluhan
Pengawasan
Pasal 10
Hutan NegaraDikuasai Oleh
Status Kawasan Hutan
Hutan Negara
Hutan Adat
Hutan Hak
Fungsi Kawasan Hutan
Hutan Konservasi
Hutan Lindung
Hutan Produksi
Inventarisasi
Penunjukan
Penataan batas
Pemetaan
Penetapan
Penetapan
Fungsi
Perubahan
Fungsi
Memberikan Wewenang Kepada
Status
dan
Fungsi
Perizinan
Hubung
an
Hukum
Tercipta
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 13-19
Logika Perencanaan Kehutanan
Inventarisasi
Status
Penunjukan
penataan batas
pemetaan
penetapan
Pengukuhan Penatagunaan
penetapan fungsi
penggunaan
RTRWP
Pembentukan Wilayah
Pengelolaan
Unit Pengelolaan
Penetapan Luas
Minimal Kawasan
Hutan 30%
Perubahan peruntukan
dan fungsi
Output Inventarisasi
(Pasal 13 ayat 2
Penyusunan
Rencana Kehutanan
Pengelolaan
(pasal 14-15)
(pasal 16) (Pasal 17-19)
Pelepasan
Pinjam Pakai
Perubahan Fungsi
faktor-faktor lingkungan
kondisi sosial masyarakat
Jangka waktu perencanaan
Skala geografis
Fungsi pokok kawasan hutan
Pembentukan Wilayah
Pengelolaan
Logika Perencanaan Kehutanan
(Lanjutan)
Inventarisasi
Status
Penunjukan
Penetapan
Pengukuhan Penatagunaan
Perubahan peruntukan
dan fungsi
Output Inventarisasi
(Pasal 13 ayat 2
penetapan fungsi
(pasal 14-15)
(pasal 16) (Pasal 17-19)
Survey Lapangan
Scientific Analisis
Scientific Analisis
Kriteria
Berdasarkan Skoring
Faktor
Jenis
Tanah
Faktor
Curah
Hujan
Faktor
Kemirin
gan
Kesepakatan
Status
Diadopsi dalam Kriteria
Pola Ruang pada
Regulasi Penataan Ruang
Menetapkan Status Wilayah
Tertentu Sebagai Hutan
Kawasan Hutan
Negara Memberikan
Wewenang Pada
Pemerintah Untuk:
Pasal 13
Pasal 4 ayat 2
Praktek
Perencanaan Kehutanan
Inventarisasi
??? Penunjukan
penataan batas
pemetaan
penetapan
penetapan fungsi
penggunaan
Unit Pengelolaan
Penetapan Luas
Minimal Kawasan
Hutan 30%
Perubahan peruntukan
dan fungsi
Pengukuhan
(pasal 14-15)
Penatagunaan
(pasal 16)
Pembentukan Wilayah
Pengelolaan
(Pasal 17-19)
Proses Pengukuhan Sudah
Mengatur Fungsi
Belum ditemukan
Scientific Analisis
Perubahan Fungsi
Tergantung Permintaan
(Belum ditemukan Scientific
Analisis)
Belum ditemukan
Dokumen
Inventarisasi Sebagai
Dasar dari Penunjukan
Pasal 13
Sudah dilakukan sebelum
Penetapan Fungsi
Dilegalkan Melalui
PP dan Permen
Kepastian Hukum
Penetapan Kawasan Hutan
Penetapan Status Kawasan Hutan
Penetapan Fungsi Kawasan Hutan
Penetapan 30% Tutupan Hutan
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
Belum ditetapkan
Perubahan fungsi dilakukan atas
permintaan penerima izin dan
revisi rencana tata ruang
Belum dilakukan
Kawasan Hutan Sebagai Objek Hukum
Penetapan Kawasan Hutan
Penetapan Status Kawasan Hutan
Penetapan Fungsi Kawasan Hutan
Penetapan 30% Tutupan Hutan
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
Wilayah berlakunya UU Kehutanan
Kewenangan Pengelolaan
Dasar Hukum Pengelolaan
Perlindungan Hidrologi
1
2
3
4
Pengukuhan
Kawasan
Hutan
Penunjukan
Bukan Kawasan Hutan
Kawasan
Hutan
Tata Batas
Bukan Kawasan Hutan
Kawasan
Hutan
Pemetaan
Bukan Kawasan Hutan
Penetapan
Bukan Kawasan Hutan
Kawasan
Hutan
Pasal 1 point 3. “Kawasan hutan adalah
wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai
hutan tetap.”
Kepastian
Hukum
Kawasan Hutan Sebagai Objek Hukum
dari UU Kehutanan
Penetapan 1
Bukan Kawasan Hutan
Kawasan
Hutan
Diurus Oleh Kementrian
Kehutanan
Diurus Oleh Kementrian
Lainnya
Diatur Oleh UU
Kehutanan
Diatur Oleh UU
Lainnya
Penetapan Kawasan Hutan = Pembagian Wewenang Dalam Mengurus
Penetapan Kawasan Hutan
Penetapan 2
Bukan Kawasan Hutan
Hutan Negara
Hutan Hak
Hutan
Hak Hutan
Adat
Masyarakat Adat
Negara (Badan
Hukum Publik)
Perorangan
Hutan Negara = Kawasan Hutan –
(Hutan Adat + Hutan Hak)
Pasal 5 (1) Hutan berdasarkan statusnya terdiri
dari: a. hutan negara, dan b. hutan hak; (2)
Hutan negara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, dapat berupa hutan adat.
Penguasaan hutan oleh Negara bukan
merupakan pemilikan, tetapi Negara memberi
wewenang kepada pemerintah untuk mengatur
dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan
dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan;
menetapkan kawasan hutan dan atau
mengubah status kawasan hutan; mengatur dan
menetapkan hubungan hukum antara orang
dengan hutan atau kawasan hutan dan hasil
hutan, serta mengatur perbuatan hukum
mengenai kehutanan
Pasal 5(3) Pemerintah menetapkan
status hutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2)
Penetapan Status Kawasan Hutan
PERHUTANAN SOSIAL
PENETAPAN
HUTAN HAK
PENETAPAN
HUTAN ADAT
PENETAPAN
HUTAN NEGARA
HUTAN HAK HUTAN ADAT
HUTAN HAK
PEMETAAN
AZAS DOMEIN VERKLARING
DICABUT UUPA
SUBJEK HUKUM
NEGARA
SUBJEK HUKUM
PEMEGANG HAK
SUBJEK HUKUM
MASYARAKAT ADAT
MENJELASKAN TENTANG SUBJEK HUKUM DAN OBJEK HUKUM KAWASAN HUTAN
HUTAN NEGARA
Hutan negara adalah hutan yang berada pada
tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.
HUTAN SISA = KAWASAN HUTAN – (HUTAN HAK + HUTAN ADAT)
HUTAN NEGARA
=
HUTAN SISA
STATUS
KAWASAN HUTAN
Hutan
Kemasyarakatan
Hutan
Desa
Hutan
Tanaman Rakyat
Hutan
Adat
Kemitraan
Kehutanan
Hutan Adat
Dibutuhkan Peraturan Daerah
Daerah Tidak membuat Perda
Hutan Adat Tidak dapat dipetakan
Hutan Negara Belum Ada
Pemerintah Belum Bisa Membuat Hubungan Hukum
Pemberian Izin Menjadi Illegal
Land
Grabbing
Status Kawasan Hutan Vs Perhutanan
Sosial
Studi Kasus Nagari Surian
Nagari Surian
Kecamatan Pantai Cermin
Kabupaten Solok
Provinsi Sumatera Barat
Penatagunaan
Pasal 6 (1) Hutan mempunyai tiga fungsi,
yaitu: a. fungsi konservasi, b. fungsi lindung,
dan c. fungsi produksi. (2) Pemerintah
menetapkan hutan berdasarkan fungsi
pokok sebagai berikut: a. hutan konservasi,
b. hutan lindung, dan c. hutan produksi.
Penetapan 3
Bukan Kawasan Hutan
Hutan
Konservasi
Hutan
Lindung
Hutan
Produksi
(HPT,HP)
Pasal 16
(1) Berdasarkan hasil pengukuhan kawasan
hutan ......, pemerintah menyelenggarakan
penatagunaan kawasan hutan.
(2) Penatagunaan kawasan hutan meliputi
kegiatan penetapan fungsi dan penggunaan
kawasan hutan.
Perlindungan Flora dan
Fauna
Perlindungan Tata Air
(Hidrologi)
Memproduksi Hasil
Hutan (Kayu/ non Kayu)
Penetapan Fungsi Kawasan Hutan
Kriteria Fungsi Kawasan Hutan
• Kawasan Konservasi (Biodiversity)
• Hutan Lindung (Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/80)
– Skor >= 175 (Jenis tanah, Kemiringan, Curah Hujan)
– Lereng >= 45% (Lereng >= 40% Kepres 32 1990)
– tanah regosol, litosol, organosol dan renzina dengan lereng
lapangan lebih dari 15%
– Ketinggian >= 2000 dpl
• Hutan Produksi Terbatas (Hutan Produksi dengan
Penebangan Terbatas(Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/1980)
– Skor 125-174 (Jenis tanah, Kemiringan, Curah Hujan)
• Hutan Produksi Tetap (Hutan Produksi Bebas)
• Skor 125-174 (Jenis tanah, Kemiringan, Curah Hujan)
Bagaimana Peta Penunjukan
Fungsi Kawasan Hutan dibuat
METODOLOGI?
Praktek Penetapan Fungsi Kawasan
Hutan
Sebelum 1999 Setelah 1999
Tidak ditemukan Konsideran yang berhubungan dengan Kriteria Hutan
Produksi Terbatas bedasarkan Skoring 125-175 dengan menggunakan data
jenis tanah, curah hujan maupun Kemiringan sebagaimana yang diatur dalam
Permentan 1978 jo PP 4 2004 tentang perencanaan kehutanan
Perubahan Fungsi dan Peruntukan
Perubahan Fungsi
Perubahan Peruntukan
Penelitian
Tim Terpadu
Ditetapkan Oleh
Pemerintah
Berdampak penting dan
cakupan yang luas serta
bernilai strategis
Persetujuan DPR
Tata Cara diatur
oleh Peraturan
Pemerintah (PP)
UU 41/1999 1999 - 2010 PP 10/2010
Apa yang terjadi
selama 11 tahun?
Perubahan Fungsi Atas Permintaan
Koorporasi
http://raflis.files.wordpress.com/2013/07/usulan-perubahan-fungsi-kawasan-hutan.jpg
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
Secara Parsial
Perubahan fungsi
kawasan hutan
secara parsial
antar fungsi pokok
kawasan hutan
dalam fungsi pokok
kawasan hutan
hutan konservasi
hutan lindung
hutan produksi
hutan lindung
hutan konservasi
hutan produksi
suaka margasatwa
taman nasional
taman hutan raya
taman wisata alam
taman buru
cagar alam
suaka margasatwa
taman nasional
taman hutan raya
taman wisata alam
taman buru
cagar alam
Konservasi
Produksi
hutan produksi terbatas
hutan produksi tetap
produksi yang dapat dikonversi
hutan produksi terbatas
hutan produksi tetap
produksi yang dapat dikonversi
Perubahan fungsi yang patut
dipertanyakan
hutan lindung
hutan produksi
hutan lindung
hutan produksi
antar fungsi pokok
kawasan hutan
hutan produksi terbatas
hutan produksi tetap
produksi yang dapat dikonversi
hutan produksi terbatas
hutan produksi tetap
produksi yang dapat dikonversi
dalam fungsi pokok
kawasan hutan
Perubahan fungsi
kawasan hutan
Hutan Produksi Tetap
kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan
angka penimbang mempunyai jumlah nilai di bawah 125, di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan
pelestarian alam, dan taman buru.
Hutan Produksi Terbatas
kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan
angka penimbang mempunyai jumlah nilai antara 125-174, di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan
pelestarian alam, dan taman buru.
Hutan Produksi yang dapat
dikonversi
kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pembangunan di luar kegiatan kehutanan.
PRAKTEK PERUBAHAN FUNGSI DAN
PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN
Versi Kawasan Hutan Keterangan
TGHK 1985 Rencana Pengukuhan dan Penatagunaan
SK 173 1986 Penunjukan Fungsi Kawasan Hutan
TGHK Update 2010 Sumberdata Kajian Timdu
Tghk Update 2011 Sumberdata RTR KSN
SK 7651 2011 Perubahan Fungsi dan Peruntukan
TGHK Update 2012 Sumberdata RTR KSN
Rek Timdu 2012 Hasil kajian Timdu
SK 673 2014 Perubahan Fungsi dan Peruntukan
SK XXX SK Misterius
XXX Ada Kasus Hukum
SK 878 2014 Penunjukan Kawasan Hutan
Rek Ombudsman 2016Terjadi mal administrasi
SK 314 2016 Perubahan fungsi dan peruntukan
SK 393 2016 Revisi 1 Lembar Peta
SK 903 2016 Penunjukan Kawasan Hutan
Pelanggaran Perubahan
Kawasan Hutan
SK 173 1986
SK 7651 2011
SK 673 2014
Perubahan Parsial
Revisi RTRWP
1999
2010
Perubahan Illegal Belum ada Atas
Permintaan Rakyat
Atas Permintaan
Koorporasi
Atas Permintaan
Pemprov
Rakyat dituduh menguasai
kawasan hutan secara tidak
syah
SK 7651 2011
No Perubahan Luas
1 KSA-HL 31
2 KSA-HPT 19.860
3 KSA-HP 44.112
5 KSA-HPK 26.896
6 HL-KSA 59.868
7 HL-HPT 42.439
8 HL-HP 342
9 HL-HPK 30.043
No Perubahan Luas
10 HPT-KSA 165.629
11 HPT-HL 47.306
12 HPT-HP 299.279
13 HPT-HPK 346.346
14 HP-KSA 34.811
15 HP-HPT 106.160
16 HP-HPK 126.360
No Perubahan Luas
17 HPK-KSA 165.629
18 HPK-HL 47.306
19 HPK-HPT 299.279
20 HPK-HP 346.346
SK 673 2014
Pembentukan Wilayah Pengelolaan
Pasal 18
(1) Pemerintah menetapkan dan mempertahankan
kecukupan luas kawasan hutan dan penutupan
hutan untuk setiap daerah aliran sungai, dan
atau pulau guna optimalisasi manfaat
lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat
ekonomi masyarakat setempat.
(2) Luas kawasan hutan yang harus dipertahankan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) minimal
30% (tiga puluh persen) dari luas daerah aliran
sungai dan atau pulau dengan sebaran yang
proporsional.
Penetapan 4
Bukan Kawasan Hutan
Tutupan Hutan
30%
Dibolehkan
land Clearing
Penetapan 30% Tutupan Hutan
30 % Kawasan Hutan
KSA
HL
HPT
HP
HPK
Tujuan:
Indonesia sebagai negara dengan
intensitas hujan yang tinggi,
peka akan gangguan
keseimbangan tata air seperti
banjir, hingga sedimentasi.
Maka, ditetapkanlah luas
kawasan hutan dalam setiap DAS
dan/atau pulau, minimal 30
persen dari luas daratan.
Hidrologi
Hutan
Hidrologi
Non
Hutan
Dalam Prakteknya, bisa dikelola
dengan Sistim Tebang Habis
Contohnya
Hutan Tanaman Industri
STUDI KASUS
RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
TN BUKIT TIGAPULUH DAN HL BUKIT BATABUH
Kriteria Pola Ruang
Tidak digunakan
dalam mendelineasi
Pola Ruang RTR KSN
Riau
Sumatera
Barat
Jambi
RTR
KSN
Fungsi
Kawasan Hutan
RTRWN = RTR KSN = Fungsi Kawasan Hutan
Fungsi Kawasan Hutan
Hutan Konservasi
Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Tetap
Status Kawasan Hutan
Hutan Adat
Studi Kasus Fungsi Kawasan Hutan
Curah Hujan Jenis Tanah Kemiringan Skoring
Suaka
Margasatwa
Lindung
Kemiringan
Fungsi (Skoring)
Fungsi
Kawasan Hutan
Transparansi
• Data atau Peta Tematik dalam format cetak
dan shp yang digunakan untuk membuat peta
perlu ditetapkan sebagai informasi Publik yang
tersedia setiap saat.
• Setiap Peta Tematik yang dihasilkan harus
disertai metodologi dan sumber peta yang
digunakan perlu ditetapkan sebagai informasi
publik yang tersedia setiap saat.
Akuntabilitas
Data 2
Data 1
Data 3
Data n
Data 5
Data 4 Proses HASIL
DATA METODOLOGI
Kriteria
(Peraturan Perundangan)
Partisipasi Publik
• Publik menguji akuntabilitas setiap peta
tematik yang dibuat.
• Publik mempublikasikan peta tematik yang
bermasalah serta memberitahukan kepada
lembaga yang berwenang
Kejahatan Peta
KENAPA KEJAHATAN PETA?
– Perampokan Sumberdaya Alam didesain dengan pembuatan peraturan perundangan
yang kabur serta peta yang tidak bisa diuji akuntabilitasnya. Ketika sumberdaya alam
tersebut berada pada wilayah yang sudah dikelola oleh masyarakat maka akan muncul
konflik yang terkadang disertai pelanggaran HAM dalam bentuk perampasan Lahan
(Land Grabbing). Rezim yang berkuasa dari tahun 1945-2020 telah banyak mengeluarkan
Peta Tematik yang digunakan sebagai alat untuk merampas kedaulatan rakyat.
– Banyak upaya perbaikan baik oleh pemerintah, perguruan tinggi maupun masyarakat
sipil. tetapi dalam prakteknya koreksi kebijakan yang terlihat justru cenderung
membangun narasi untuk membenarkan kesalahan masa lalu tanpa perbaikan
substansial.
– Sampai saat ini masih ada masyarakat yang dikriminalisasi dalam dalam mengelola
lahan yang telah mereka kuasai secara turun temurun tetapi tidak dapat didaftarkan
kepemilikannya karena secara sepihak pemerintah telah menunjuk wilayah tersebut
sebagai kawasan hutan bahkan telah diberikan izin kepada pihak ketiga.
– Patut diduga bahwa perubahan kebijakan yang terjadi dilakukan untuk mensiasati
peraturan perundangan sehingga kegiatan yang pada awalnya dilarang menjadi legal dan
hal ini merupakan bentuk manipulasi data yang merupakan salah satu bentuk kejahatan.
Oleh karena itu maka “Perubahan peta yang terjadi sebagai dasar munculnya kebijakan
public yang tidak bisa diuji akuntabilitasnya disebut sebagai Kejahatan Peta”.
Audit Spasial
Bagaimana Melihat Kejahatan Peta?
• Terhadap peta yang diduga mengandung unsur
kejahatan perlu dilakukan Audit Spasial
• Audit spasial dilakukan dengan menggunakan data dan
metodologi yang sama dengan peta yang dibuat.
• Menguji data dan metodologi dengan kriteria dan
tatacara yang ditentukan oleh peraturan perundangan.
• Jika metodologi yang tersedia dalam peraturan
perundangan merupakan tafsir yang tidak logis dan
diduga dibuat untuk melegalkan kejahatan peta
digunakan metodologi yang menggunakan kerangka
logis yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Peradilan Spasial
Dimana kejahatan peta diuji/dibuktikan:
• Perlu dibentuk sebuah peradilan semu untuk
menilai/ memutuskan terjadinya kejahatan
peta.

Contenu connexe

Tendances

Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutan
Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutanKorupsi dan kepastian hukum kawasan hutan
Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutanRaflis Ssi
 
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesiaBagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesiaRaflis Ssi
 
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padang
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padangPelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padang
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padangRaflis Ssi
 
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutananFenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutananRaflis Ssi
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...Dini Isrinayanti
 
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruangRaflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruangRaflis Ssi
 
Rezim politik perizinan berbasis lahan di indonesia
Rezim politik perizinan berbasis lahan di indonesiaRezim politik perizinan berbasis lahan di indonesia
Rezim politik perizinan berbasis lahan di indonesiaRaflis Ssi
 
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014Hari Susandi
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanwalhiaceh
 
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutanPermen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutanRizki Darmawan
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...Dini Isrinayanti
 
Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016Rizki Darmawan
 
Data Dan Fakta Pp 26 2008
Data Dan Fakta Pp 26 2008Data Dan Fakta Pp 26 2008
Data Dan Fakta Pp 26 2008Raflis Ssi
 
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...Rizki Darmawan
 
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutanPermen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutanwalhiaceh
 
Presentasi BPN tentang Penyelesaian Penguasaan Hak Masyarakat di Kawasan Hutan
Presentasi BPN tentang Penyelesaian Penguasaan Hak Masyarakat di Kawasan HutanPresentasi BPN tentang Penyelesaian Penguasaan Hak Masyarakat di Kawasan Hutan
Presentasi BPN tentang Penyelesaian Penguasaan Hak Masyarakat di Kawasan HutanGedhe Foundation
 

Tendances (18)

Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutan
Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutanKorupsi dan kepastian hukum kawasan hutan
Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutan
 
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesiaBagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
 
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padang
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padangPelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padang
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padang
 
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutananFenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
 
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruangRaflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
 
Rezim politik perizinan berbasis lahan di indonesia
Rezim politik perizinan berbasis lahan di indonesiaRezim politik perizinan berbasis lahan di indonesia
Rezim politik perizinan berbasis lahan di indonesia
 
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
 
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutanPermen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
 
Lhk
LhkLhk
Lhk
 
Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016
 
Data Dan Fakta Pp 26 2008
Data Dan Fakta Pp 26 2008Data Dan Fakta Pp 26 2008
Data Dan Fakta Pp 26 2008
 
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...
 
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutanPermen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
 
P.62#2015 ipk
P.62#2015 ipkP.62#2015 ipk
P.62#2015 ipk
 
Presentasi BPN tentang Penyelesaian Penguasaan Hak Masyarakat di Kawasan Hutan
Presentasi BPN tentang Penyelesaian Penguasaan Hak Masyarakat di Kawasan HutanPresentasi BPN tentang Penyelesaian Penguasaan Hak Masyarakat di Kawasan Hutan
Presentasi BPN tentang Penyelesaian Penguasaan Hak Masyarakat di Kawasan Hutan
 

Similaire à Omnibus law vs kejahatan peta

Per Ka BPN No_3_2007 pengadaan tanah untuk kepentingan umum.pdf
Per Ka BPN No_3_2007 pengadaan tanah untuk kepentingan umum.pdfPer Ka BPN No_3_2007 pengadaan tanah untuk kepentingan umum.pdf
Per Ka BPN No_3_2007 pengadaan tanah untuk kepentingan umum.pdfGunawanFebruarianto
 
pp_16_2004.pdf
pp_16_2004.pdfpp_16_2004.pdf
pp_16_2004.pdfhamdy41
 
Juknis pengukuran bidang tanah sistematik lengkap
Juknis pengukuran bidang tanah  sistematik lengkap Juknis pengukuran bidang tanah  sistematik lengkap
Juknis pengukuran bidang tanah sistematik lengkap Ethan Nagekeo
 
201029 Sosialisasi UUCK PR - PL ITB F2.pdf
201029 Sosialisasi UUCK PR - PL ITB F2.pdf201029 Sosialisasi UUCK PR - PL ITB F2.pdf
201029 Sosialisasi UUCK PR - PL ITB F2.pdfpengendalian1
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SerangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SerangPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MalangPenataan Ruang
 
Perda rtrw kab tangerang 2002
Perda  rtrw kab tangerang 2002Perda  rtrw kab tangerang 2002
Perda rtrw kab tangerang 2002Virza Arizal
 
Perda nomor-5-tahun-2011-tentang-pelayanan-pemakaman
Perda nomor-5-tahun-2011-tentang-pelayanan-pemakamanPerda nomor-5-tahun-2011-tentang-pelayanan-pemakaman
Perda nomor-5-tahun-2011-tentang-pelayanan-pemakamanMedan Comonity
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa TimurPenataan Ruang
 
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangPermen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangAchmad Wahid
 
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...Penataan Ruang
 
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...infosanitasi
 
Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Ran...
Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Ran...Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Ran...
Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Ran...Penataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota PaluRencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota PaluPenataan Ruang
 
Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...
Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...
Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh, NAD
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh, NADRencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh, NAD
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh, NADPenataan Ruang
 
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdfPPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdfHackEuy
 
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...Kota Serang
 

Similaire à Omnibus law vs kejahatan peta (20)

Per Ka BPN No_3_2007 pengadaan tanah untuk kepentingan umum.pdf
Per Ka BPN No_3_2007 pengadaan tanah untuk kepentingan umum.pdfPer Ka BPN No_3_2007 pengadaan tanah untuk kepentingan umum.pdf
Per Ka BPN No_3_2007 pengadaan tanah untuk kepentingan umum.pdf
 
pp_16_2004.pdf
pp_16_2004.pdfpp_16_2004.pdf
pp_16_2004.pdf
 
Juknis pengukuran bidang tanah sistematik lengkap
Juknis pengukuran bidang tanah  sistematik lengkap Juknis pengukuran bidang tanah  sistematik lengkap
Juknis pengukuran bidang tanah sistematik lengkap
 
201029 Sosialisasi UUCK PR - PL ITB F2.pdf
201029 Sosialisasi UUCK PR - PL ITB F2.pdf201029 Sosialisasi UUCK PR - PL ITB F2.pdf
201029 Sosialisasi UUCK PR - PL ITB F2.pdf
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SerangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
 
Perda rtrw kab tangerang 2002
Perda  rtrw kab tangerang 2002Perda  rtrw kab tangerang 2002
Perda rtrw kab tangerang 2002
 
Perda nomor-5-tahun-2011-tentang-pelayanan-pemakaman
Perda nomor-5-tahun-2011-tentang-pelayanan-pemakamanPerda nomor-5-tahun-2011-tentang-pelayanan-pemakaman
Perda nomor-5-tahun-2011-tentang-pelayanan-pemakaman
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
 
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangPermen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
 
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
 
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
Pedoman persetujuan subtansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah tenta...
 
Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Ran...
Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Ran...Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Ran...
Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan Substansi dalam Penetapan Ran...
 
Pp 16 2004penatagunaantanah
Pp 16 2004penatagunaantanahPp 16 2004penatagunaantanah
Pp 16 2004penatagunaantanah
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota PaluRencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu
 
Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...
Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...
Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh, NAD
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh, NADRencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh, NAD
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh, NAD
 
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdfPPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
 
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
 
RUTRK GARUT
RUTRK GARUTRUTRK GARUT
RUTRK GARUT
 

Plus de Raflis Ssi

Catatan diskusi kamar lsm pada workshop penataan kawasan hutan bagi kebangkit...
Catatan diskusi kamar lsm pada workshop penataan kawasan hutan bagi kebangkit...Catatan diskusi kamar lsm pada workshop penataan kawasan hutan bagi kebangkit...
Catatan diskusi kamar lsm pada workshop penataan kawasan hutan bagi kebangkit...Raflis Ssi
 
Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi
Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi
Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi Raflis Ssi
 
Kebakaran Lahan Gambut di Kabupaten Siak Provinsi Riau 2015
Kebakaran Lahan Gambut di Kabupaten Siak Provinsi Riau 2015Kebakaran Lahan Gambut di Kabupaten Siak Provinsi Riau 2015
Kebakaran Lahan Gambut di Kabupaten Siak Provinsi Riau 2015Raflis Ssi
 
Bencana mengintai di lahan gambut
Bencana mengintai di lahan gambutBencana mengintai di lahan gambut
Bencana mengintai di lahan gambutRaflis Ssi
 
Analisis titik api di provinsi riau 2015
Analisis titik api di provinsi riau 2015Analisis titik api di provinsi riau 2015
Analisis titik api di provinsi riau 2015Raflis Ssi
 
Analisis pemberian izin konsesi di riau
Analisis pemberian izin konsesi di riauAnalisis pemberian izin konsesi di riau
Analisis pemberian izin konsesi di riauRaflis Ssi
 
Potret Kegagalan Mandat Pengurusan Hutan
Potret Kegagalan Mandat Pengurusan HutanPotret Kegagalan Mandat Pengurusan Hutan
Potret Kegagalan Mandat Pengurusan HutanRaflis Ssi
 
Peta indikatif penundaan pemberian izin baru revisi 3
Peta indikatif penundaan pemberian izin baru revisi 3Peta indikatif penundaan pemberian izin baru revisi 3
Peta indikatif penundaan pemberian izin baru revisi 3Raflis Ssi
 
Inisiatif one map
Inisiatif one mapInisiatif one map
Inisiatif one mapRaflis Ssi
 
Munkinkah pulau padang tenggelam
Munkinkah pulau padang tenggelamMunkinkah pulau padang tenggelam
Munkinkah pulau padang tenggelamRaflis Ssi
 
Rencana tata ruang pulau sumatera di provinsi riau
Rencana tata ruang pulau sumatera di provinsi riauRencana tata ruang pulau sumatera di provinsi riau
Rencana tata ruang pulau sumatera di provinsi riauRaflis Ssi
 
Penyimpangan perizinan di pulau padang
Penyimpangan perizinan di pulau padangPenyimpangan perizinan di pulau padang
Penyimpangan perizinan di pulau padangRaflis Ssi
 
Wajah korupsi hutan riau
Wajah korupsi hutan riauWajah korupsi hutan riau
Wajah korupsi hutan riauRaflis Ssi
 
Akar masalah konflik pengelolaan hutan
Akar masalah konflik pengelolaan hutanAkar masalah konflik pengelolaan hutan
Akar masalah konflik pengelolaan hutanRaflis Ssi
 
Problematik Sektor Kehutanan Perkebunan Di Provinsi Riau Edit
Problematik Sektor Kehutanan Perkebunan Di Provinsi Riau EditProblematik Sektor Kehutanan Perkebunan Di Provinsi Riau Edit
Problematik Sektor Kehutanan Perkebunan Di Provinsi Riau EditRaflis Ssi
 
Kebakaran Hutan Dan Lahan Dan Kawasan Rawan Bencana
Kebakaran Hutan Dan Lahan Dan Kawasan Rawan BencanaKebakaran Hutan Dan Lahan Dan Kawasan Rawan Bencana
Kebakaran Hutan Dan Lahan Dan Kawasan Rawan BencanaRaflis Ssi
 
Kliping Tragedi Suluk Bongkal
Kliping Tragedi Suluk BongkalKliping Tragedi Suluk Bongkal
Kliping Tragedi Suluk BongkalRaflis Ssi
 

Plus de Raflis Ssi (17)

Catatan diskusi kamar lsm pada workshop penataan kawasan hutan bagi kebangkit...
Catatan diskusi kamar lsm pada workshop penataan kawasan hutan bagi kebangkit...Catatan diskusi kamar lsm pada workshop penataan kawasan hutan bagi kebangkit...
Catatan diskusi kamar lsm pada workshop penataan kawasan hutan bagi kebangkit...
 
Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi
Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi
Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi
 
Kebakaran Lahan Gambut di Kabupaten Siak Provinsi Riau 2015
Kebakaran Lahan Gambut di Kabupaten Siak Provinsi Riau 2015Kebakaran Lahan Gambut di Kabupaten Siak Provinsi Riau 2015
Kebakaran Lahan Gambut di Kabupaten Siak Provinsi Riau 2015
 
Bencana mengintai di lahan gambut
Bencana mengintai di lahan gambutBencana mengintai di lahan gambut
Bencana mengintai di lahan gambut
 
Analisis titik api di provinsi riau 2015
Analisis titik api di provinsi riau 2015Analisis titik api di provinsi riau 2015
Analisis titik api di provinsi riau 2015
 
Analisis pemberian izin konsesi di riau
Analisis pemberian izin konsesi di riauAnalisis pemberian izin konsesi di riau
Analisis pemberian izin konsesi di riau
 
Potret Kegagalan Mandat Pengurusan Hutan
Potret Kegagalan Mandat Pengurusan HutanPotret Kegagalan Mandat Pengurusan Hutan
Potret Kegagalan Mandat Pengurusan Hutan
 
Peta indikatif penundaan pemberian izin baru revisi 3
Peta indikatif penundaan pemberian izin baru revisi 3Peta indikatif penundaan pemberian izin baru revisi 3
Peta indikatif penundaan pemberian izin baru revisi 3
 
Inisiatif one map
Inisiatif one mapInisiatif one map
Inisiatif one map
 
Munkinkah pulau padang tenggelam
Munkinkah pulau padang tenggelamMunkinkah pulau padang tenggelam
Munkinkah pulau padang tenggelam
 
Rencana tata ruang pulau sumatera di provinsi riau
Rencana tata ruang pulau sumatera di provinsi riauRencana tata ruang pulau sumatera di provinsi riau
Rencana tata ruang pulau sumatera di provinsi riau
 
Penyimpangan perizinan di pulau padang
Penyimpangan perizinan di pulau padangPenyimpangan perizinan di pulau padang
Penyimpangan perizinan di pulau padang
 
Wajah korupsi hutan riau
Wajah korupsi hutan riauWajah korupsi hutan riau
Wajah korupsi hutan riau
 
Akar masalah konflik pengelolaan hutan
Akar masalah konflik pengelolaan hutanAkar masalah konflik pengelolaan hutan
Akar masalah konflik pengelolaan hutan
 
Problematik Sektor Kehutanan Perkebunan Di Provinsi Riau Edit
Problematik Sektor Kehutanan Perkebunan Di Provinsi Riau EditProblematik Sektor Kehutanan Perkebunan Di Provinsi Riau Edit
Problematik Sektor Kehutanan Perkebunan Di Provinsi Riau Edit
 
Kebakaran Hutan Dan Lahan Dan Kawasan Rawan Bencana
Kebakaran Hutan Dan Lahan Dan Kawasan Rawan BencanaKebakaran Hutan Dan Lahan Dan Kawasan Rawan Bencana
Kebakaran Hutan Dan Lahan Dan Kawasan Rawan Bencana
 
Kliping Tragedi Suluk Bongkal
Kliping Tragedi Suluk BongkalKliping Tragedi Suluk Bongkal
Kliping Tragedi Suluk Bongkal
 

Omnibus law vs kejahatan peta

  • 1. UU CIPTA KERJA vs KEJAHATAN PETA Kejahatan Peta Audit Spasial Peradilan Spasial Semua berhubungan dengan Lokasi yang digambarkan diatas peta (Perebutan Ruang) Oleh : Raflis diselenggarakan oleh Departemen Geografi Pembangunan, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada dengan tema :Pengelolaan Ruang, Lingkungan, dan Sumberdaya Alam di Indonesia Pasca Disahkannya RUU Cipta Kerja Waktu & Platform :📆 : Jumat, 30 Oktober 2020🕜 : 13.30- 16.30 WIB📌 : Online via Webex dan Live Streaming on YouTube Seminar SDG's SeriesHost 📢: - Prof. Dr. M. Baiquni, M.A. (Ketua Departemen Geografi Pembangunan, Fakultas Geografi UGM)
  • 2. Penataan Ruang Pasal 6 Ayat (8) Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara pola ruang rencana tata ruang dan kawasan hutan, izin dan/atau hak atas tanah, penyelesaian ketidaksesuaian tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 18 1) Penetapan rencana tata ruang wilayah provinsi atau kabupaten/kota dan RDTR terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat. 2) Sebelum diajukan persetujuan substansi kepada Pemerintah Pusat, RDTR kabupaten/kota yang dituangkan dalam rancangan Peraturan Kepala Daerah Kabupaten/Kota terlebih dahulu dilakukan konsultasi publik termasuk dengan DPRD. 3) Bupati/wali kota wajib menetapkan rancangan peraturan kepala daerah kabupaten/kota tentang RDTR paling lama 1 (satu) bulan setelah mendapat persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat. 4) Dalam hal bupati/wali kota tidak menetapkan RDTR setelah jangka waktu sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3), RDTR ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
  • 3. Pasal 23 6) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi. 7) Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) wajib ditetapkan paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak mendapat persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat. 8) Dalam hal Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) belum ditetapkan, Gubernur menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak mendapat persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat 9) Dalam hal Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) belum ditetapkan oleh Gubernur, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi ditetapkan oleh Pemerintah Pusat paling lama 4 (empat) bulan terhitung sejak mendapat persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat.
  • 4. Pasal 26 7) Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten. 8) Peraturan Daerah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (6) wajib ditetapkan paling lama 2 (dua) bulan setelah mendapat persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat. 9) Dalam hal Peraturan Daerah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (7) belum ditetapkan, Bupati menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten paling lama 3 (tiga) bulan setelah mendapat persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat. 10) Dalam hal Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (9) belum ditetapkan oleh Bupati, Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten ditetapkan oleh Pemerintah Pusat paling lama 4 (empat) bulan setelah mendapat persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat.
  • 5. Pasal 14 A 1) Pelaksanaan penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dilakukan dengan memperhatikan: a. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dan kajian lingkungan hidup strategis; dan b. kedetailan informasi tata ruang yang akan disajikan serta kesesuaian ketelitian peta rencana tata ruang. 2) Penyusunan kajian lingkungan hidup strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dalam penyusunan rencana tata ruang. 3) Pemenuhan kesesuaian ketelitian peta rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan melalui penyusunan peta rencana tata ruang di atas Peta Dasar. 4) Dalam hal Peta Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum tersedia, penyusunan rencana tata ruang dilakukan dengan menggunakan Peta Dasar lainnya. Pasal 34A 1) Dalam hal terdapat perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (5) huruf d, Pasal 23 ayat (5) huruf d, dan Pasal 26 ayat (6) huruf d belum dimuat dalam rencana tata ruang dan/atau rencana zonasi, pemanfaatan ruang tetap dapat dilaksanakan. 2) Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan setelah mendapat rekomendasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dari Pemerintah Pusat.
  • 6. UU Kehutanan Pasal 15 (3) Pengukuhan kawasan hutan dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan koordinat geografis atau satelit. (4) Pemerintah Pusat memprioritaskan percepatan pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada daerah yang strategis (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai prioritas percepatan pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
  • 7. Pasal 18 (1) Pemerintah Pusat menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan dan penutupan hutan untuk setiap daerah aliran sungai, dan/atau pulau guna pengoptimalan manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonomi masyarakat setempat. (2) Pemerintah Pusat mengatur luas kawasan yang harus dipertahankan sesuai dengan kondisi fisik dan geografis daerah aliran sungai dan/atau pulau. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai luas kawasan hutan yang harus dipertahankan ialah termasuk pada wilayah yang terdapat proyek strategis nasional diatur dalam Peraturan Pemerintah.
  • 8. Pasal 29A 1) Pemanfaatan Hutan Lindung dan Hutan Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dan Pasal 28 dapat dilakukan kegiatan Perhutanan sosial. 2) Perhutanan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada: a. perseorangan; b. kelompok tani hutan; dan c. koperasi. Pasal 29B Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan dan kegiatan perhutanan sosial diatur dalam Peraturan Pemerintah.
  • 9. Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan Pasal 110A 1) Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha yang telah terbangun dan memiliki Perizinan Berusaha di dalam kawasan hutan sebelum berlakunya Undang-Undang ini yang belum memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan, wajib menyelesaikan persyaratan paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku. 2) Jika setelah lewat 3 (tiga) tahun sejak berlakunya undang-undang ini tidak menyelesaikan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaku dikenai sanksi administratif, berupa: a. pembayaran denda administatif; dan/atau b. pencabutan Perizinan Berusaha.
  • 10. • Pasal 110B 1) Setiap orang yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b, huruf c, dan/atau huruf e, dan/atau Pasal 17 ayat (2) huruf b, huruf c, dan/atau huruf e, atau kegiatan lain di kawasan hutan tanpa memiliki Perizinan Berusaha yang dilakukan sebelum berlakunya Undang-Undang ini dikenai sanksi administratif, berupa: a. penghentian sementara kegiatan usaha; b. pembayaran denda administatif; dan/atau c. paksaan pemerintah. 2) Dalam hal pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh orang perseorangan yang bertempat tinggal di dalam dan/atau di sekitar kawasan hutan paling singkat 5 (lima) tahun secara terus menerus dengan luasan paling banyak 5 (lima) hektar, dikecualikan dari sanksi administratif dan diselesaikan melalui penataan kawasan hutan.
  • 11. Omnibus Law Perizinan Berusaha RUANG Rencana Tata Ruang Fungsi Kawasan Hutan Ruang Publik dan Ruang Privat Hak Atas Ruang Hutan Non Hutan Negara (Publik) Privat (Individu) Privat (Komunal) Dimana ? Semua Bicara Peta Ada Kejahatan Land Grabbing Pengaturan Kesesuaian Land Grabbing Lokasi
  • 12. Lokasi dapat ditunjukkan melalui Peta RUANG Peta gambaran unsur-unsur permukaan bumi atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi maupun benda-benda angkasa, digambarkan pada bidang datar dan diperkecil (diskalakan). (International Cartographic Association) Penguasaan Ruang Peta Hak Atas Tanah Perorangan Komunal Publik Tutupan Lahan Peta Rencana Peta Pola Ruang Rencana Kehutanan Rencana Perkebunan Rencana Pertambangan Rencana Pertanian Lain lain Kawasan Lindung Kawasan Budidaya Peta Fungsi Kawasan Hutan merupakan Peta Rencana Kehutanan
  • 13. Status Fungsi≠ Hubungan antara UU Agraria, Kehutanan dan Tata Ruang Kawasan Hutan UU Kehutanan Hak atas tanah Pola Ruang • Pengaburan aturan Pelaksana • Ketidak jelasan definisi UU Agraria UU Tata Ruang Penguasaan Pemanfaatan Audit Perizinan Izin Pembatasan Penguasaan Pembatasan izin PP ? PP ?PP ?
  • 14. Pemetaan Hak Dicabutnya Domein Verklaring Hak Atas Tanah Hak Atas Hutan Tanah Negara = Tanah Sisa Hutan Negara = Hutan Sisa Seluruh hak atas tanah yang dikuasai Warga Negara dipetakan terlebih dahulu Sisanya kemudian ditetapkan sebagai Tanah negara (Publik) Seluruh hak atas hutan yang telah dikuasai Warga Negara dipetakan terlebih dahulu (Hutan Hak dan Hutan Adat) sisanya kemudian ditetapkan sebagai Hutan Negara (Publik) Izin Tidak dilakukan Tidak dilakukan Land Grabbing
  • 15. Rencana Tata Ruang B E R J E N J A N G K O M P L E M E N T E R RTRWN RTR PULAU RTR KSN RTRWP RTRWK FUNGSI KAWASAN HUTAN Pasal 6 ayat 2,3 dan 4
  • 16. Proses Penyusunan Yang keliru Pasal 6 ayat(8) Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara pola ruang rencana tata ruang dan kawasan hutan, izin dan/atau hak atas tanah, penyelesaian ketidaksesuaian tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pola Ruang Kawasan Hutan Hak Atas Tanah Konsultasi Publik Izin Merampas Kesesuaian
  • 17. RTRWN Vs RTR Pulau RTRWN RTR PULAU SUMATERA Lindung Budidaya
  • 18. RTRWN Vs RTR KSN RTRWN RTR KSN
  • 19. RTRWN, Fungsi Kawasan Hutan, Fungsi Ekosistem Gambut Lindung Sebagian Lindung Budidaya FEG RTRWN FKH
  • 20. BAGAIMANA RTRWP DISUSUN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT SK 130 2017 FUNGSI KAWASAN HUTAN SK 878 2014 POLA RUANG RTRWP PERDA 10 2018 POLA RUANG MENGIKUTI FUNGSI KAWASAN HUTAN TETAPI FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT DIABAIKAN SK 903 2016 ?
  • 21. Pengurusan Hutan (UU 41/1999) Pemerintah Menetapkan hubungan hukum antara orang dengan hutan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan Rakyat Pasal 4 ayat 2 Perencanaan Pengelolaan Litbang, Diklat, Penyuluhan Pengawasan Pasal 10 Hutan NegaraDikuasai Oleh Status Kawasan Hutan Hutan Negara Hutan Adat Hutan Hak Fungsi Kawasan Hutan Hutan Konservasi Hutan Lindung Hutan Produksi Inventarisasi Penunjukan Penataan batas Pemetaan Penetapan Penetapan Fungsi Perubahan Fungsi Memberikan Wewenang Kepada Status dan Fungsi Perizinan Hubung an Hukum Tercipta Pasal 5 Pasal 6 Pasal 13-19
  • 22. Logika Perencanaan Kehutanan Inventarisasi Status Penunjukan penataan batas pemetaan penetapan Pengukuhan Penatagunaan penetapan fungsi penggunaan RTRWP Pembentukan Wilayah Pengelolaan Unit Pengelolaan Penetapan Luas Minimal Kawasan Hutan 30% Perubahan peruntukan dan fungsi Output Inventarisasi (Pasal 13 ayat 2 Penyusunan Rencana Kehutanan Pengelolaan (pasal 14-15) (pasal 16) (Pasal 17-19) Pelepasan Pinjam Pakai Perubahan Fungsi faktor-faktor lingkungan kondisi sosial masyarakat Jangka waktu perencanaan Skala geografis Fungsi pokok kawasan hutan
  • 23. Pembentukan Wilayah Pengelolaan Logika Perencanaan Kehutanan (Lanjutan) Inventarisasi Status Penunjukan Penetapan Pengukuhan Penatagunaan Perubahan peruntukan dan fungsi Output Inventarisasi (Pasal 13 ayat 2 penetapan fungsi (pasal 14-15) (pasal 16) (Pasal 17-19) Survey Lapangan Scientific Analisis Scientific Analisis Kriteria Berdasarkan Skoring Faktor Jenis Tanah Faktor Curah Hujan Faktor Kemirin gan Kesepakatan Status Diadopsi dalam Kriteria Pola Ruang pada Regulasi Penataan Ruang Menetapkan Status Wilayah Tertentu Sebagai Hutan Kawasan Hutan Negara Memberikan Wewenang Pada Pemerintah Untuk: Pasal 13 Pasal 4 ayat 2
  • 24. Praktek Perencanaan Kehutanan Inventarisasi ??? Penunjukan penataan batas pemetaan penetapan penetapan fungsi penggunaan Unit Pengelolaan Penetapan Luas Minimal Kawasan Hutan 30% Perubahan peruntukan dan fungsi Pengukuhan (pasal 14-15) Penatagunaan (pasal 16) Pembentukan Wilayah Pengelolaan (Pasal 17-19) Proses Pengukuhan Sudah Mengatur Fungsi Belum ditemukan Scientific Analisis Perubahan Fungsi Tergantung Permintaan (Belum ditemukan Scientific Analisis) Belum ditemukan Dokumen Inventarisasi Sebagai Dasar dari Penunjukan Pasal 13 Sudah dilakukan sebelum Penetapan Fungsi Dilegalkan Melalui PP dan Permen
  • 25. Kepastian Hukum Penetapan Kawasan Hutan Penetapan Status Kawasan Hutan Penetapan Fungsi Kawasan Hutan Penetapan 30% Tutupan Hutan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Belum ditetapkan Perubahan fungsi dilakukan atas permintaan penerima izin dan revisi rencana tata ruang Belum dilakukan
  • 26. Kawasan Hutan Sebagai Objek Hukum Penetapan Kawasan Hutan Penetapan Status Kawasan Hutan Penetapan Fungsi Kawasan Hutan Penetapan 30% Tutupan Hutan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Wilayah berlakunya UU Kehutanan Kewenangan Pengelolaan Dasar Hukum Pengelolaan Perlindungan Hidrologi 1 2 3 4
  • 27. Pengukuhan Kawasan Hutan Penunjukan Bukan Kawasan Hutan Kawasan Hutan Tata Batas Bukan Kawasan Hutan Kawasan Hutan Pemetaan Bukan Kawasan Hutan Penetapan Bukan Kawasan Hutan Kawasan Hutan Pasal 1 point 3. “Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.” Kepastian Hukum
  • 28. Kawasan Hutan Sebagai Objek Hukum dari UU Kehutanan Penetapan 1 Bukan Kawasan Hutan Kawasan Hutan Diurus Oleh Kementrian Kehutanan Diurus Oleh Kementrian Lainnya Diatur Oleh UU Kehutanan Diatur Oleh UU Lainnya Penetapan Kawasan Hutan = Pembagian Wewenang Dalam Mengurus Penetapan Kawasan Hutan
  • 29. Penetapan 2 Bukan Kawasan Hutan Hutan Negara Hutan Hak Hutan Hak Hutan Adat Masyarakat Adat Negara (Badan Hukum Publik) Perorangan Hutan Negara = Kawasan Hutan – (Hutan Adat + Hutan Hak) Pasal 5 (1) Hutan berdasarkan statusnya terdiri dari: a. hutan negara, dan b. hutan hak; (2) Hutan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat berupa hutan adat. Penguasaan hutan oleh Negara bukan merupakan pemilikan, tetapi Negara memberi wewenang kepada pemerintah untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan; menetapkan kawasan hutan dan atau mengubah status kawasan hutan; mengatur dan menetapkan hubungan hukum antara orang dengan hutan atau kawasan hutan dan hasil hutan, serta mengatur perbuatan hukum mengenai kehutanan Pasal 5(3) Pemerintah menetapkan status hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Penetapan Status Kawasan Hutan
  • 30. PERHUTANAN SOSIAL PENETAPAN HUTAN HAK PENETAPAN HUTAN ADAT PENETAPAN HUTAN NEGARA HUTAN HAK HUTAN ADAT HUTAN HAK PEMETAAN AZAS DOMEIN VERKLARING DICABUT UUPA SUBJEK HUKUM NEGARA SUBJEK HUKUM PEMEGANG HAK SUBJEK HUKUM MASYARAKAT ADAT MENJELASKAN TENTANG SUBJEK HUKUM DAN OBJEK HUKUM KAWASAN HUTAN HUTAN NEGARA Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah. HUTAN SISA = KAWASAN HUTAN – (HUTAN HAK + HUTAN ADAT) HUTAN NEGARA = HUTAN SISA STATUS KAWASAN HUTAN Hutan Kemasyarakatan Hutan Desa Hutan Tanaman Rakyat Hutan Adat Kemitraan Kehutanan
  • 31. Hutan Adat Dibutuhkan Peraturan Daerah Daerah Tidak membuat Perda Hutan Adat Tidak dapat dipetakan Hutan Negara Belum Ada Pemerintah Belum Bisa Membuat Hubungan Hukum Pemberian Izin Menjadi Illegal Land Grabbing
  • 32. Status Kawasan Hutan Vs Perhutanan Sosial Studi Kasus Nagari Surian Nagari Surian Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat
  • 33. Penatagunaan Pasal 6 (1) Hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu: a. fungsi konservasi, b. fungsi lindung, dan c. fungsi produksi. (2) Pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok sebagai berikut: a. hutan konservasi, b. hutan lindung, dan c. hutan produksi. Penetapan 3 Bukan Kawasan Hutan Hutan Konservasi Hutan Lindung Hutan Produksi (HPT,HP) Pasal 16 (1) Berdasarkan hasil pengukuhan kawasan hutan ......, pemerintah menyelenggarakan penatagunaan kawasan hutan. (2) Penatagunaan kawasan hutan meliputi kegiatan penetapan fungsi dan penggunaan kawasan hutan. Perlindungan Flora dan Fauna Perlindungan Tata Air (Hidrologi) Memproduksi Hasil Hutan (Kayu/ non Kayu) Penetapan Fungsi Kawasan Hutan
  • 34. Kriteria Fungsi Kawasan Hutan • Kawasan Konservasi (Biodiversity) • Hutan Lindung (Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/80) – Skor >= 175 (Jenis tanah, Kemiringan, Curah Hujan) – Lereng >= 45% (Lereng >= 40% Kepres 32 1990) – tanah regosol, litosol, organosol dan renzina dengan lereng lapangan lebih dari 15% – Ketinggian >= 2000 dpl • Hutan Produksi Terbatas (Hutan Produksi dengan Penebangan Terbatas(Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/1980) – Skor 125-174 (Jenis tanah, Kemiringan, Curah Hujan) • Hutan Produksi Tetap (Hutan Produksi Bebas) • Skor 125-174 (Jenis tanah, Kemiringan, Curah Hujan)
  • 35. Bagaimana Peta Penunjukan Fungsi Kawasan Hutan dibuat METODOLOGI?
  • 36. Praktek Penetapan Fungsi Kawasan Hutan Sebelum 1999 Setelah 1999 Tidak ditemukan Konsideran yang berhubungan dengan Kriteria Hutan Produksi Terbatas bedasarkan Skoring 125-175 dengan menggunakan data jenis tanah, curah hujan maupun Kemiringan sebagaimana yang diatur dalam Permentan 1978 jo PP 4 2004 tentang perencanaan kehutanan
  • 37. Perubahan Fungsi dan Peruntukan Perubahan Fungsi Perubahan Peruntukan Penelitian Tim Terpadu Ditetapkan Oleh Pemerintah Berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis Persetujuan DPR Tata Cara diatur oleh Peraturan Pemerintah (PP) UU 41/1999 1999 - 2010 PP 10/2010 Apa yang terjadi selama 11 tahun?
  • 38. Perubahan Fungsi Atas Permintaan Koorporasi http://raflis.files.wordpress.com/2013/07/usulan-perubahan-fungsi-kawasan-hutan.jpg
  • 39. Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Secara Parsial Perubahan fungsi kawasan hutan secara parsial antar fungsi pokok kawasan hutan dalam fungsi pokok kawasan hutan hutan konservasi hutan lindung hutan produksi hutan lindung hutan konservasi hutan produksi suaka margasatwa taman nasional taman hutan raya taman wisata alam taman buru cagar alam suaka margasatwa taman nasional taman hutan raya taman wisata alam taman buru cagar alam Konservasi Produksi hutan produksi terbatas hutan produksi tetap produksi yang dapat dikonversi hutan produksi terbatas hutan produksi tetap produksi yang dapat dikonversi
  • 40. Perubahan fungsi yang patut dipertanyakan hutan lindung hutan produksi hutan lindung hutan produksi antar fungsi pokok kawasan hutan hutan produksi terbatas hutan produksi tetap produksi yang dapat dikonversi hutan produksi terbatas hutan produksi tetap produksi yang dapat dikonversi dalam fungsi pokok kawasan hutan Perubahan fungsi kawasan hutan Hutan Produksi Tetap kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai di bawah 125, di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan taman buru. Hutan Produksi Terbatas kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai antara 125-174, di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan taman buru. Hutan Produksi yang dapat dikonversi kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pembangunan di luar kegiatan kehutanan.
  • 41. PRAKTEK PERUBAHAN FUNGSI DAN PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN Versi Kawasan Hutan Keterangan TGHK 1985 Rencana Pengukuhan dan Penatagunaan SK 173 1986 Penunjukan Fungsi Kawasan Hutan TGHK Update 2010 Sumberdata Kajian Timdu Tghk Update 2011 Sumberdata RTR KSN SK 7651 2011 Perubahan Fungsi dan Peruntukan TGHK Update 2012 Sumberdata RTR KSN Rek Timdu 2012 Hasil kajian Timdu SK 673 2014 Perubahan Fungsi dan Peruntukan SK XXX SK Misterius XXX Ada Kasus Hukum SK 878 2014 Penunjukan Kawasan Hutan Rek Ombudsman 2016Terjadi mal administrasi SK 314 2016 Perubahan fungsi dan peruntukan SK 393 2016 Revisi 1 Lembar Peta SK 903 2016 Penunjukan Kawasan Hutan
  • 42. Pelanggaran Perubahan Kawasan Hutan SK 173 1986 SK 7651 2011 SK 673 2014 Perubahan Parsial Revisi RTRWP 1999 2010 Perubahan Illegal Belum ada Atas Permintaan Rakyat Atas Permintaan Koorporasi Atas Permintaan Pemprov Rakyat dituduh menguasai kawasan hutan secara tidak syah
  • 43. SK 7651 2011 No Perubahan Luas 1 KSA-HL 31 2 KSA-HPT 19.860 3 KSA-HP 44.112 5 KSA-HPK 26.896 6 HL-KSA 59.868 7 HL-HPT 42.439 8 HL-HP 342 9 HL-HPK 30.043 No Perubahan Luas 10 HPT-KSA 165.629 11 HPT-HL 47.306 12 HPT-HP 299.279 13 HPT-HPK 346.346 14 HP-KSA 34.811 15 HP-HPT 106.160 16 HP-HPK 126.360 No Perubahan Luas 17 HPK-KSA 165.629 18 HPK-HL 47.306 19 HPK-HPT 299.279 20 HPK-HP 346.346
  • 45. Pembentukan Wilayah Pengelolaan Pasal 18 (1) Pemerintah menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan dan penutupan hutan untuk setiap daerah aliran sungai, dan atau pulau guna optimalisasi manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonomi masyarakat setempat. (2) Luas kawasan hutan yang harus dipertahankan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas daerah aliran sungai dan atau pulau dengan sebaran yang proporsional. Penetapan 4 Bukan Kawasan Hutan Tutupan Hutan 30% Dibolehkan land Clearing Penetapan 30% Tutupan Hutan
  • 46. 30 % Kawasan Hutan KSA HL HPT HP HPK Tujuan: Indonesia sebagai negara dengan intensitas hujan yang tinggi, peka akan gangguan keseimbangan tata air seperti banjir, hingga sedimentasi. Maka, ditetapkanlah luas kawasan hutan dalam setiap DAS dan/atau pulau, minimal 30 persen dari luas daratan. Hidrologi Hutan Hidrologi Non Hutan Dalam Prakteknya, bisa dikelola dengan Sistim Tebang Habis Contohnya Hutan Tanaman Industri
  • 47. STUDI KASUS RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL TN BUKIT TIGAPULUH DAN HL BUKIT BATABUH Kriteria Pola Ruang Tidak digunakan dalam mendelineasi Pola Ruang RTR KSN Riau Sumatera Barat Jambi
  • 48. RTR KSN Fungsi Kawasan Hutan RTRWN = RTR KSN = Fungsi Kawasan Hutan Fungsi Kawasan Hutan Hutan Konservasi Hutan Lindung Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap Status Kawasan Hutan Hutan Adat
  • 49. Studi Kasus Fungsi Kawasan Hutan Curah Hujan Jenis Tanah Kemiringan Skoring Suaka Margasatwa Lindung Kemiringan Fungsi (Skoring) Fungsi Kawasan Hutan
  • 50. Transparansi • Data atau Peta Tematik dalam format cetak dan shp yang digunakan untuk membuat peta perlu ditetapkan sebagai informasi Publik yang tersedia setiap saat. • Setiap Peta Tematik yang dihasilkan harus disertai metodologi dan sumber peta yang digunakan perlu ditetapkan sebagai informasi publik yang tersedia setiap saat.
  • 51. Akuntabilitas Data 2 Data 1 Data 3 Data n Data 5 Data 4 Proses HASIL DATA METODOLOGI Kriteria (Peraturan Perundangan)
  • 52. Partisipasi Publik • Publik menguji akuntabilitas setiap peta tematik yang dibuat. • Publik mempublikasikan peta tematik yang bermasalah serta memberitahukan kepada lembaga yang berwenang
  • 53. Kejahatan Peta KENAPA KEJAHATAN PETA? – Perampokan Sumberdaya Alam didesain dengan pembuatan peraturan perundangan yang kabur serta peta yang tidak bisa diuji akuntabilitasnya. Ketika sumberdaya alam tersebut berada pada wilayah yang sudah dikelola oleh masyarakat maka akan muncul konflik yang terkadang disertai pelanggaran HAM dalam bentuk perampasan Lahan (Land Grabbing). Rezim yang berkuasa dari tahun 1945-2020 telah banyak mengeluarkan Peta Tematik yang digunakan sebagai alat untuk merampas kedaulatan rakyat. – Banyak upaya perbaikan baik oleh pemerintah, perguruan tinggi maupun masyarakat sipil. tetapi dalam prakteknya koreksi kebijakan yang terlihat justru cenderung membangun narasi untuk membenarkan kesalahan masa lalu tanpa perbaikan substansial. – Sampai saat ini masih ada masyarakat yang dikriminalisasi dalam dalam mengelola lahan yang telah mereka kuasai secara turun temurun tetapi tidak dapat didaftarkan kepemilikannya karena secara sepihak pemerintah telah menunjuk wilayah tersebut sebagai kawasan hutan bahkan telah diberikan izin kepada pihak ketiga. – Patut diduga bahwa perubahan kebijakan yang terjadi dilakukan untuk mensiasati peraturan perundangan sehingga kegiatan yang pada awalnya dilarang menjadi legal dan hal ini merupakan bentuk manipulasi data yang merupakan salah satu bentuk kejahatan. Oleh karena itu maka “Perubahan peta yang terjadi sebagai dasar munculnya kebijakan public yang tidak bisa diuji akuntabilitasnya disebut sebagai Kejahatan Peta”.
  • 54. Audit Spasial Bagaimana Melihat Kejahatan Peta? • Terhadap peta yang diduga mengandung unsur kejahatan perlu dilakukan Audit Spasial • Audit spasial dilakukan dengan menggunakan data dan metodologi yang sama dengan peta yang dibuat. • Menguji data dan metodologi dengan kriteria dan tatacara yang ditentukan oleh peraturan perundangan. • Jika metodologi yang tersedia dalam peraturan perundangan merupakan tafsir yang tidak logis dan diduga dibuat untuk melegalkan kejahatan peta digunakan metodologi yang menggunakan kerangka logis yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
  • 55. Peradilan Spasial Dimana kejahatan peta diuji/dibuktikan: • Perlu dibentuk sebuah peradilan semu untuk menilai/ memutuskan terjadinya kejahatan peta.