SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  45
Oleh: Raflis




       Disampaikan dalam Rangka: Pertemuan Tim Mediasi dengan Pakar
Ruang Rapat Gedung Manggala Wanabakti Kementrian Kehutanan Blok I Lantai III
                       Pada Tanggal 25 Januari 2012
Proses Permohonan Izin Usaha HTI (Berdasarkan Permenhut
                No. P.19/Menhut-II/2007 jo. P.11/Menhut-II/2008)
                                                                                                    Tembusan :
        Permohonan Persyaratan        Perusahaan                                                    Dirjen
                                                              Menteri Kehutanan                     Baplan
        Admin&Teknis (Proptek)
                                                                                                    Kadishut Prov
                                                                                                    Kadishut Kab/Kota
   SK IUPHHK dibatalkan       Persyaratan Adminsitrasi
                              •   Rekom Gubernur Atas Usulan
                                                                                        Dirjen BPK
 apabila tdk membayar IIUPH                                                             memeriksa
     dlm jangka waktu yg          Bupati/Walikota Berdasar                          kelengkapan Adm,

  ditentukan dlm Permenhut        Pertimbangan Teknis Kepala Dinas                       10 hr krj
                                                                                                                  Admin Tdk Lengkap,

            IIUPH                 Kht Kab/Kota, tidak ada beban hak                                                     Tolak

                                  dan didasarkan analisis fungsi kaw               Admin Lengkap, Dirjen
                                  Dns Kht Prov & Kepala BPKH serta                 minta KaBaplan Konfirm
                                                                                       Areal (30 hr krj)           Dapat mengajukan
                                  dilamp peta lokasi skala 1 : 100.000                                                 kembali
• Menhut mener                •   Rencana Lokasi yg dimohon & Citra
  bitkan SK IUPHHK-               Landsat resolusi minimal 30 m, skala
  HTI                             1 : 100.000
                              •   Pernyataan bersedia buka kantor                     Pada Areal yg           Areal diluar Pencad
. Dirjen menerbitkan              di Prov/Kab
                                                                                    dicadkan Menhut           diajukan ke Menhut
                                                                                                                untuk dicadkan
  SPP IIUPH 6 hr krj          •   Akte Pendirian Kop/Bdn Usaha
. SK IUPHHK-HTI               •   Bergerak di bid usaha kehutanan/
  diberikan setelah               pertanian/perkebunan
  pembayaran IIUPH            •   Surat Izin Usaha                                 Berdasarkan hsl konfirm areal, Dirjen Melakukan
                              •   NPWP                                              Penilaian Proptek 7 hr krj & hasil disampaikan
                                                                                                       Menteri
                              Persyaratan Teknis
                              •   Proposal Teknis
                                                                                                       Tidak Lulus, Tolak
Berdasarkan WA,Dirjen                                              Lulus,Persetujuan Menhut
                                                                                                           (7 hr krj)
                                                                           (7 hr krj)
menyiapkan konsep Kep             Berdasarkan AMDAL/UKL&
IUPHHK- HTI kpd                   UPL, Menteri menginstruksikan
Menhut Melalui Sekjen &           KaBaplan untuk menyiapkan                            Surat Perintah Penyusunan
Sekjen menelaah aspek             Peta Areal Kerja (WA)                       1.       AMDAL 150 Hr
Hukumnya (5 hr krj)               (15 hr krj)                                 2.       UKL DAN UPL 60 Hr
                                                                              3.       Apabila tdk dipenuhi, Srt
                                                                                       persetujuan batal
Penyimpangan Terhadap Aturan
      Permohonan Persyaratan
      Admin&Teknis (Proptek)
                                                        Mentri Kehutanan
                                                                                      Kelengkapan Administrasi

  Persyaratan Adminsitrasi             Terhadap RTRWP      Dirjen BPK
        Rekomendasi Gubernur
                                       Terhadap RTRWK                                 Konfirmasi Areal
         Rekomendasi Bupati
                                       Terhadap TGHK                                         2
                                                             Baplan
 Analisis Fungsi Kawasan Dishut/BKPH        1
                                                                                                         Dokumen Amdal

                                                                                                         Komisi Amdal
Pembayaran IUPHH                                        Penyusunan Amdal
                                                                                                         Izin Lingkungan

                                                             Baplan           Peta Areal Kerja
                                                                                                              3
                  Mentri Kehutanan
                                                Sekjen
                   SK IUPHHK-HT
                                                                            UU 26 / 2007 dan PP 26/2008

                                                              Aspek Hukum            UU 27/ 2007
      Tindak Pidana Tata Ruang
                                                                                 4
Penyimpangan 1: Persyaratan Administrasi (Tahun 2004)




       Rekomendasi Gubernur
  (Nomor 522/EKBANG/33.10 tanggal 2 Juli 2004)
                                                  Tidak Sesuai Dengan

                                                           RTRWP
                                                      Perda No 10 Tahun 1994

        Rekomendasi Bupati
    Nomor 522.1/Hut/820 tanggal 11 Oktober 2005
                                                          RTRWK
                                                     Perda No 19 Tahun 2004




                                                          TGHK
      Analisis Fungsi Kawasan                         Kepmen 173/ 1986

              Dishut/BKPH
                                                              1
Rekomendasi Bupati Tidak Sesuai Dengan
       Perda No 19 Tahun 2004
      Tentang RTRWK Bengkalis
Penyimpangan Terhadap Perda No 10 tahun 1994
   Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau
Penyimpangan Terhadap TGHK
Kepmen 173 ahun 1986 Tentang TGHK
Penyimpangan 2: Konfirmasi Areal (Tahun 2004)


              Kriteria Kawasan Yang dapat diberikan IUPHHK-HT


Baplan


            Konfirmasi Areal
                          2
Penyimpangan 2: Konfirmasi Areal
1. Pengaburan kriteria kawasan hutan yang dapat
   diberikan IUPHHK-HT terhadap fungsi kawasan
   hutan berdasarkan TGHK/Penunjukan Kawasan
   Hutan (Pasal 3 ayat 1 P.19/Menhut-II/2007 ;
   Pasal 1a P.11/Menhut-II/2008 ; Keputusan
   Mentri Pertanian Nomor : 683/Kpts/Um/8/1981 ;
   Pasal 1 Point 4 P. 33/Menhut-II/2010 )
2. Peraturan yang mengatur penggunaan kawasan
   hutan sesuai dengan fungsi kawasan hutan
   ditemukan dalam PP No 26 Tahun 2008

         Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa IUPHHK-HT
        hanya dapat diberikan dalam kawasan Hutan Produksi (HP)
Pengaburan kriteria kawasan hutan yang dapat
diberikan IUPHHK-HT terhadap Fungsi Kawasan Hutan
 1.   Pasal 3 ayat 1 P.19/Menhut-II/2007 “Areal untuk pembangunan hutan tanaman adalah Hutan
      Produksi yang tidak produktif dan tidak dibebani hak/izin lainnya”, dalam TGHK /Penunjukan
      kawasan hutan hanya dikenal istilah Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi tetap (HP)
      dan hutan produksi konversi (HPK), tidak ditemukan penjelasan yang menghubungkan antara
      hutan produksi yang tidak produktif dengan kriteria kawasan hutan dalam TGHK.
 2.   Pasal 1a P.11/Menhut-II/2008 “ Hutan Produksi yang tidak produktif adalah hutan yang
      dicadangkan oleh mentri sebagai hutan tanaman.” artinya seluruh kawasan hutan dapat
      didefinisikan sebagai hutan produktif dengan mengabaikan fungsi kawasan hutan yang telah diatur
      dalam TGHK/Penunjukan kawasan hutan tanpa disertai kriteria yang jelas.
 3.   Tidak ditemukan penjelasan yang memadai tentang penggunaan kawasan hutan sesuai dengan
      fungsi kawasan hutan yang digambarkan dalam Peta TGHK/ Penunjukan kawasan hutan terutama
      perbedaan penggunaan antara Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi Tetap (HP).
 4.   Perbedaan penggunaan Hutan Produksi terbatas (HPT) dan Hutan Produksi Tetap (HP) dapat
      dilihat dalam Keputusan Mentri Pertanian Nomor : 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata
      cara penetapan hutan produksi “ Yang dimaksud dengan hutan produksi dengan penebangan
      terbatas ialah hutan produksi yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih sedang
      yang dimaksud dengan hutan produksi bebas ialah hutan produksi yang dapat dieksploitasi baik
      dengan cara tebang pilih maupun dengan cara tebang habis.” dilihat dari kriteria kawasan Hutan
      Produksi dengan Pengelolaan Terbatas identik dengan hutan produksi terbatas (HPT) dan hutan
      produksi bebas identik dengan hutan produksi tetap (HP)
 5.   Pasal 1 Point 4 P. 33/Menhut-II/2010 “Hutan produksi yang dapat dikonversi yang selanjutnya
      disebut HPK adalah kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi
                  Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa IUPHHK-HT
      pembangunan di luar kegiatan kehutanan. “
                hanya dapat diberikan dalam kawasan Hutan Produksi (HP)
Peruntukan Kawasan Hutan Produksi dalam RTRWN
               (PP 26 Tahun 2008 )
Penjelasan Pasal 64 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan
  “kawasan peruntukan hutan produksi terbatas” adalah
  kawasan hutan yang secara ruang digunakan untuk budi
  daya hutan alam.
Penjelasan Pasal 64 Ayat (1) Huruf b Yang dimaksud dengan
  “kawasan peruntukan hutan produksi tetap” adalah
  kawasan hutan yang secara ruang digunakan untuk budi
  daya hutan alam dan hutan tanaman.
Penjelasan Pasal 64 Ayat (1) Huruf c Yang dimaksud dengan
  “kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat
  dikonversi” adalah kawasan hutan yang secara ruang
  dicadangkan untuk digunakan bagi perkembangan
  transportasi, transmigrasi, permukiman, pertanian, perkeb
  unan, industri, dan lain-lain.
   IUPHHK-HT hanya dapat diberikan dalam Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP)
Penyimpangan Terhadap Fungsi
          Kawasan Hutan
• Kawasan yang diizinkan untuk IUPHHK-HT adalah pada
  hutan produksi tetap (HP)
• Pada Kawasan ini tidak terdapat Hutan Produksi Tetap
• IUPHHK-HT Pada kawasan ini 100% tidak sesuai dengan
  TGHK
  Fungsi Kawasan Pada SK 327 Sektor      Luas (ha)
  Pulau Padang
  Hutan Produksi Terbatas (HPT)          18.133
  Hutan Produksi yang dapat dikonversi   23.352
  (HPK)
  Kawasan Suaka Alam                     232
  JUMLAH                                 41.717
Penyimpangan Terhadap TGHK
Kepmen 173 ahun 1986 Tentang TGHK
Penyimpangan 3. Penyusunan Amdal (2004)
                                            Dokumen Amdal Kurang Mempertimbangkan
                                               Dampak Subsidence Pada Pulau Kecil




            Dokumen Amdal
                                             Komisi Penilai Amdal Tidak memperhatikan
                                                       RTRWP, RTRWK, TGHK

             Komisi Amdal


            Izin Lingkungan                      Izin Lingkungan Sudah Kadaluarsa




                      3                               •Kepres No 32 Tahun 1990
                                                      •PP No 47 Tahun 1997
                                                      •PP No 26 Tahun 2008
Areal Kerja Berada Pada Kawasan Bergambut
Dokumen Amdal
•   Dokumen Amdal Kurang Mempertimbangkan Dampak Subsidence Pada Pulau
    Kecil (Lihat Bagian hipotesa Tenggelamnya sebuah pulau) , Dokumen RPL Hal III-6
    menjelaskan bahwa “Pembukaan wilayah Hutan (Pembuatan kanal dan saluran
    drainase) dapat menimbulkan subsidensi tanah gambut mencapai 50 cm pada
    tahun pertama, dan rata rata 10 cm pada beberapa tahun berikutnya”
•   Area Penambahan tidak sesuai dengan RTRWP Riau dan RTRWK Bengkalis (Tidak
    Sesuai dengan PP 27 Tahun 2008 tentang Amdal)
•   Tidak ditemukan berita acara sosialisasi konsultasi publik pada desa interaksi di
    pulau padang (Kepmen LH No 2 tahun 2004 dan Keputusan Kepala Bappedal No 8
    Tahun 2000)
•   Tidak dilampirkan seluruh dokumen perizinan sebagai syarat kelengkapan
    dokumen (Kepmen LH No 2 Tahun 2000)
•   Tidak dijelaskan metodologi dan analisis yang menjelaskan “Terdapat Kubah
    Gambut oligotropik yang terpengaruh air asin dengan kedalaman lebih dari 2 m
    seluas 51.942 ha” (Kepmen LH No 5 tahun 2000)
•   Plot Pengambilan sampel kualitas air permukaan tidak dilakukan diwilayah pulau
    padang
Komisi Amdal
• Hasil Rapat Penilaian tidak mempertimbangkan Rencana
  Tata Ruang, Menurut Pasal 16 ayat (4) PP 27 Tahun 1999
  “Instansi yang bertanggung jawab wajib menolak
  kerangka acuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
  apabila rencana lokasi dilaksanakannya usaha dan/atau
  kegiatan terletak dalam kawasan yang tidak sesuai dengan
  rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang
  kawasan”
• Berita Acara Rapat Penilai Amdal Tanggal 20 Oktober 2004
  belum menyetujui Dokumen Amdal, dan tidak ditemukan
  berita acara rapat Tim penilai lainnya. (Cacat Proses)
• Dari daftar hadir Rapat Penilaian Dokumen AMDAL tidak
  dihadiri oleh masyarakat yang terkena dampak di Pulau
  Padang (tidak sesuai dengan PP No 27 tahun 1999 tentang
  AMDAL)
Izin Lingkungan
• Keputusan Gubernur Riau Kpts. 667/XI/2004 tanggal 11
  November 2004 tentang Kelayakan Lingkungan
  Kegiatan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
  pada Hutan Tanaman (IUPHHKHT) di areal tambahan
  Kabupaten Pelalawan, Siak dan Bengkalis Provinsi Riau
  oleh PT. Riau Andalan Pulp and Paper telah dicabut
  oleh Keputusan Gubernur Riau Nomor Kpts.
  326/VII/2006 tanggal 6 Juli 2006 dan Tidak berlaku
  lagi.
• Izin lingkungan yang digunakan sudah kadaluarsa
  (Antara keluarnya SK 327 dan Izin Lingkungan
  mempunyai rentang waktu sekitar 5 tahun) Lihat Pasal
  24 ayat 1 PP 27 Tahun 1999.
Areal Kerja IUPHHK-HT Berada Pada
         Kawasan Bergambut
• Kawasan Bergambut dengan Kedalaman Lebih
  dari 3 Meter dilindungi oleh aturan
  Perundangan diantaranya:
  – Kepres No 32 Tahun 1997 tentang pengelolaan
    kawasan lindung
  – PP No 47 tahun 1997 yang diganti dengan PP No
    26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
    Wilayah Nasional (RTRWN)
Penyimpangan 4: Penilaian Aspek Hukum (2009)

                                                                      Tindak Pidana Penataan Ruang


Sekjen            UU No 26 Tahun 2007
                      Tentang Penataan Ruang
                                                                                     Sebagian Areal Kerja sudah
                                                                                ditetapkan sebagai Kawasan Lindung

                             PP No 26 Tahun 2008
                         Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional



  Aspek Hukum                                                     Kawasan Yang diperuntukkan untuk IUPHHK-HT
                                                                        adalah hutan produksi tetap (HP)


                      UU No 27 Tahun 2007
                Tentang Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Pulau Kecil




                                                              Tidak diprioritaskan untuk
                                                                 budidaya kehutanan




                                    4
Penyimpangan 4: Penilaian Aspek Hukum (2009)

•     Lamanya rentang waktu proses keluarnya izin antara tahun 2004-2009 (5 tahun)
•     Keluarnya 3 aturan baru yang berdampak secara hukum terhadap proses
      perizinan yang sudah berjalan yaitu:
     •     UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang memberikan mandat
           untuk menertibkan perizinan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
           dan Sangsi Pidana terhadap Pemberian Izin yang melanggar Tata Ruang.
     •     UU No 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau pulau
           kecil dimana Pulau Padang masuk kategori pulau kecil yang didefinisikan
           oleh UU 27 Tahun 2007
     •     PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang
           menegaskan kriteria kawasan lindung dan budidaya serta penegasan fungsi
           kawasan hutan produksi terhadap perizinan kehutanan.
•     Seharusnya dengan keluarnya 3 aturan baru ini proses Perizinan IUPHHK-HT di
      pulau padang diulang kembali mulai dari tahapan awal, karena beberapa
      substansi yang diatur dalam 3 aturan baru berdampak terhadap kriteria kawasan
      yang diajukan pada wilayah pulau padang.
Penertiban Perizinan
UU No 26 Tahun 2007
(Tindak Pidana Penataan Ruang)
     UU No 26 Tahun 2007
UU No 27 Tahun 2007
                    (Pulau Pulau Kecil)
    Luas Pulau Padang: 111.500 ha atau 1.115 km2
    (masuk kategori pulau kecil)
•   Pasal 1 Ayat (3) Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan
    2.000 km (duaribu kilometer persegi) beserta kesatuan Ekosistemnya.
•   Pasal 23 (1) Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan perairan di sekitarnya dilakukan
    berdasarkan kesatuan ekologis dan ekonomis secara menyeluruh dan terpadu
    dengan pulau besar di dekatnya.
•   Pasal 23 (2) Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan perairan di sekitarnya
    diprioritaskan untuk salah satu atau lebih kepentingan berikut: a. konservasi; b.
    pendidikan dan pelatihan; c. penelitian dan pengembangan; d. budidaya laut; e.
    pariwisata; f. usaha perikanan dan kelautan dan industri perikanan secara lestari; g.
    pertanian organik; dan/atau h. Peternakan.




      “Tidak diprioritaskan untuk kegiatan
                   kehutanan”
Beberapa Pengertian Dalam PP 26 Tahun 2008
•   Rencana pola ruang wilayah nasional digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
    1:1.000.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan
    dari Peraturan Pemerintah ini (Pasal 50 ayat 2)
•   Strategi Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional “mewujudkan kawasan berfungsi
    lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas
    pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya” (Pasal 7 ayat 2 huruf b)
•   Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya adalah dengan mengembangkan kegiatan budidaya yang
    dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil. (Pasal 8 Ayat 3 huruf e)
•   Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan hutan produksi terbatas” adalah kawasan hutan
    yang secara ruang digunakan untuk budi daya hutan alam Penjelasan Pasal 64 Ayat (1) Huruf a
•   Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan hutan produksi tetap” adalah kawasan hutan yang
    secara ruang digunakan untuk budi daya hutan alam dan hutan tanaman. Penjelasan Pasal 64 Ayat
    (1) Huruf b
•   Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi” adalah
    kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi perkembangan transportasi,
    transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan, industri, dan lain-lain. Penjelasan Pasal 64 Ayat
    (1) Huruf c
Penyimpangan terhadap PP 26 Tahun 2008
  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Tindak Pidana Penataan Ruang




     RTRWN                         RTRWP                      RTRWK                          TGHK

Masuk Kategori Tindak Pidana Penataan Ruang
Bahan Bacaan:
1. http://raflis.wordpress.com/2011/09/13/penataan-ruang-dan-korupsi-studi-kasus-provinsi-riau/
2. http://raflis.wordpress.com/2011/07/15/menyerahkan-hutan-ke-pangkuan-modal/
Penyimpangan Terhadap Perda No 19 Tahun 2004 Tentang
     Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis
• IUPHHK-HT hanya diperbolehkan pada kawasan hutan produksi (HP)
• Pada area ini terdapat Hutan Produksi seluas 22.554 ha, namun
  teridentifikasi sebagai lindung gambut.
• IUPHHK-HT pada kawasan ini 100% tidak sesuai dengan RTRWK Bengkalis


      Fungsi Kawasan                                                      Luas (ha)
      1. Kawasan Budidaya                                                 13.235
      1.a. Kawasan Perkebunan Besar Negara/Swasta                         4.584
      1.b. Kawasan Perkebunan Rakyat                                      2.001
      1.c. Kawasan Pertanian Lahan Basah                                  4.719
      1.d. Kawasan Pertanian lahan Kering                                 1.930
      2. Kawasan Lindung                                                  28.482
      2.a. Buffer                                                         2.007
      2.b. Hutan Produksi Tetap yang didalamnya terdapat lindung gambut   22.554
      2.c. Kawasan hutan Lindung gambut                                   3.351
      2.d. Kawasan hutan Suaka Alam                                       389
      JUMLAH                                                              41.717
Penyimpangan Terhadap Perda No 19 Tahun 2004
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis
Penyimpangan Terhadap Perda No 10 tahun 1994
       Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau
•   Pada Kawasan ini fungsi kawasan dalam RTRWP hanya menggambarkan: 1) Arahan
    Pemanfaatan Kawasan Kehutanan, 2)Arahan Pemanfaatan Kawasan
    Perkebunan, 3) Kawasan Lindung.
•   IUPHHK-HT hanya diperbolehkan pada Arahan Pemanfaatan Kawasan Kehutanan
•   Terdapat 19.599 ha (42,19%) dari izin yang tidak sesuai dengan RTRWP dengan
    Peruntukan APK Perkebunan seluas 3.954 ha dan kawasan lindung seluas 17.599
    ha


      Fungsi Kawasan                           Luas (ha)
      APK Kehutanan                            24.118
      APK Perkebunan                           3.954
      Kawasan Lindung                          13.645
      Jumlah                                   41.707
Penyimpangan Terhadap Perda No 10 tahun 1994
   Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau
Penyimpangan terhadap PP 26 Tahun 2008
   Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
• Peta Lampiran VII PP 26 Tahun 2007 hanya
  menggambarkan kawasan lindung dan budidaya.
• Kawasan yang diizinkan untuk IUPHHK-HT adalah
  Kawasan Budidaya yang berada dalam kawasan hutan
  produksi.
• Terdapat 28.160 ha atau 67,5% dari luas izin dalam
  kawasan ini yang berada dalam Kawasan Lindung

 Fungsi Kawasan                      Luas (ha)
 Kawasan Lindung                     13.556
 Kawasan Budidaya                    28.160
Penyimpangan terhadap PP 26 Tahun 2008
  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Temuan Lain
• Penyimpangan dalam Proses Perubahan
  Fungsi Kawasan hutan (Sesuai dengan
  Pesanan)
• Penyimpangan terhadap luasan Izin dalam
  satu provinsi
• Dampak Tenggelamnya Sebuah Pulau
• Konflik Sosial
Pengelolaan Hutan Produksi
                SKOR        Hutan Produksi            Budidaya Hutan Alam
                                                       (IUPHHK-HA / HPH)
               124-175         Terbatas

                         Fungsi tidak dapat saling
                          dipertukarkan karena
 Hutan                      skornya berbeda
Produksi                                              Budidaya Hutan alam
                            Hutan Produksi
                                                     dan Tanaman (IUPHHK-
                                Tetap                   HT / HPHTI/ HTI)


                SKOR       Fungsi dapat saling
                < 124     dipertukarkan karena
                              skornya sama
                                                     Budidaya Non Kehutanan
                            Hutan Produksi           (Perkebunan, Pertanian, P
                               Konversi                    ertambangan)
Fakta Pengelolaan Hutan Produksi
                                       IUPHHK-HA     Tidak Sesuai
 SKOR           Hutan Produksi                          dengan
124-175            Terbatas            IUPHHK-HT    Ketentuan dan
                                                     Berdampak
                                       Perkebunan
                                                       Hidrologi
             Ada SK Mentri Perubahan
              Fungsi Kawasan Hutan
                                       IUPHHK-HA
                                                     Tidak Sesuai
                Hutan Produksi         IUPHHK-HT        dengan
                    Tetap                             Ketentuan
                                       Perkebunan    tetapi Tidak
                                                     Berdampak
 SKOR        Ada SK Mentri Perubahan                    secara
 < 124        Fungsi Kawasan Hutan                     Hidrologi

                                       IUPHHK-HA
                Hutan Produksi
                                       IUPHHK-HT    Sesuai dengan
                   Konversi                           Ketentuan
                                       Perkebunan
Pasal 8 PP No 6 Tahun 1999
1) Ketentuan luas maksimal Hak Pengusahaan Hutan
   sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) diatur
   sebagai berikut:
• a. Untuk satu propinsi setiap pemegang hak maksimal
   seluas 100.000 (seratus ribu) hektar;
• b. Untuk seluruh Indonesia setiap pemegang hak
   maksimal seluas 400.000 (empat ratus ribu) hektar;
• c. Khusus untuk Propinsi Irian Jaya setiap pemegang
   hak maksimal seluas 200.000 (dua ratus ribu) hektar.


Luas Izin PT RAPP (SK 327) seluas 350.165 Ha Ha
Dampak Subsidence (Potensi Tenggelamnya Pulau)
Elevasi Pulau Padang (mdpl)


                            6



            5       5



                            2



        8               4
Dampak Bencana
        (HipotesaTenggelamnya Pulau)


• Penurunan relatif daratan terhadap permukaan
  laut sekitar 7 sampai 8 cm/tahun.
• Beda elevasi antara darat dan laut rata rata 5
  meter
• Perkiraan waktu pulau tenggelam 60 - 70
  tahun.

 http://raflis.wordpress.com/2010/12/20/hipotesa-awal-tenggelamnya-sebuah-pulau/
Konflik Sosial
Bukti Keberadaan Masyarakat di Pulau Padang
  dapat dilihat pada:
1. Peta Army Map Service yang diterbitkan
   tahun 1945 skala 1: 250.000
2. Peta Topografi Bakosurtanal yang diterbitkan
   tahun 1975 skala 1: 50.000
3. Peta Map Sol Central Sumatra yang
   diterbitkan tahun 1986 skala 1: 1.000.000
Map Army 1945
• Peta Map Army
• Peta Bakosurtanal
Bakosurtanal 1975
Map Soil Central
             Sumatera




http://raflis.wordpress.com/2011/02/12/map-soil-central-sumatera/
Penyimpangan perizinan di pulau padang

Contenu connexe

Plus de Raflis Ssi

Analisis titik api di provinsi riau 2015
Analisis titik api di provinsi riau 2015Analisis titik api di provinsi riau 2015
Analisis titik api di provinsi riau 2015
Raflis Ssi
 
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutananFenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
Raflis Ssi
 
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesiaBagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
Raflis Ssi
 
Potret Kegagalan Mandat Pengurusan Hutan
Potret Kegagalan Mandat Pengurusan HutanPotret Kegagalan Mandat Pengurusan Hutan
Potret Kegagalan Mandat Pengurusan Hutan
Raflis Ssi
 
Peta indikatif penundaan pemberian izin baru revisi 3
Peta indikatif penundaan pemberian izin baru revisi 3Peta indikatif penundaan pemberian izin baru revisi 3
Peta indikatif penundaan pemberian izin baru revisi 3
Raflis Ssi
 
Inisiatif one map
Inisiatif one mapInisiatif one map
Inisiatif one map
Raflis Ssi
 
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padang
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padangPelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padang
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padang
Raflis Ssi
 

Plus de Raflis Ssi (20)

Catatan diskusi kamar lsm pada workshop penataan kawasan hutan bagi kebangkit...
Catatan diskusi kamar lsm pada workshop penataan kawasan hutan bagi kebangkit...Catatan diskusi kamar lsm pada workshop penataan kawasan hutan bagi kebangkit...
Catatan diskusi kamar lsm pada workshop penataan kawasan hutan bagi kebangkit...
 
Omnibus law vs kejahatan peta
Omnibus law vs kejahatan petaOmnibus law vs kejahatan peta
Omnibus law vs kejahatan peta
 
Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi
Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi
Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi
 
Kejahatan peta
Kejahatan petaKejahatan peta
Kejahatan peta
 
Kebakaran Lahan Gambut di Kabupaten Siak Provinsi Riau 2015
Kebakaran Lahan Gambut di Kabupaten Siak Provinsi Riau 2015Kebakaran Lahan Gambut di Kabupaten Siak Provinsi Riau 2015
Kebakaran Lahan Gambut di Kabupaten Siak Provinsi Riau 2015
 
Bencana mengintai di lahan gambut
Bencana mengintai di lahan gambutBencana mengintai di lahan gambut
Bencana mengintai di lahan gambut
 
Analisis titik api di provinsi riau 2015
Analisis titik api di provinsi riau 2015Analisis titik api di provinsi riau 2015
Analisis titik api di provinsi riau 2015
 
Analisis pemberian izin konsesi di riau
Analisis pemberian izin konsesi di riauAnalisis pemberian izin konsesi di riau
Analisis pemberian izin konsesi di riau
 
Rezim politik perizinan berbasis lahan di indonesia
Rezim politik perizinan berbasis lahan di indonesiaRezim politik perizinan berbasis lahan di indonesia
Rezim politik perizinan berbasis lahan di indonesia
 
Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutan
Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutanKorupsi dan kepastian hukum kawasan hutan
Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutan
 
Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari Perkebunan
Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari PerkebunanPola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari Perkebunan
Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari Perkebunan
 
Kawasan hutan dan rencana tata ruang
Kawasan hutan dan rencana tata ruangKawasan hutan dan rencana tata ruang
Kawasan hutan dan rencana tata ruang
 
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutananFenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
 
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesiaBagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
 
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruangRaflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
 
Potret Kegagalan Mandat Pengurusan Hutan
Potret Kegagalan Mandat Pengurusan HutanPotret Kegagalan Mandat Pengurusan Hutan
Potret Kegagalan Mandat Pengurusan Hutan
 
Peta indikatif penundaan pemberian izin baru revisi 3
Peta indikatif penundaan pemberian izin baru revisi 3Peta indikatif penundaan pemberian izin baru revisi 3
Peta indikatif penundaan pemberian izin baru revisi 3
 
Inisiatif one map
Inisiatif one mapInisiatif one map
Inisiatif one map
 
Rencana tata ruang pulau sumatera di provinsi riau
Rencana tata ruang pulau sumatera di provinsi riauRencana tata ruang pulau sumatera di provinsi riau
Rencana tata ruang pulau sumatera di provinsi riau
 
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padang
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padangPelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padang
Pelanggaran regulasi teory vs fakta studi kasus pulau padang
 

Penyimpangan perizinan di pulau padang

  • 1. Oleh: Raflis Disampaikan dalam Rangka: Pertemuan Tim Mediasi dengan Pakar Ruang Rapat Gedung Manggala Wanabakti Kementrian Kehutanan Blok I Lantai III Pada Tanggal 25 Januari 2012
  • 2. Proses Permohonan Izin Usaha HTI (Berdasarkan Permenhut No. P.19/Menhut-II/2007 jo. P.11/Menhut-II/2008) Tembusan : Permohonan Persyaratan Perusahaan Dirjen Menteri Kehutanan Baplan Admin&Teknis (Proptek) Kadishut Prov Kadishut Kab/Kota SK IUPHHK dibatalkan Persyaratan Adminsitrasi • Rekom Gubernur Atas Usulan Dirjen BPK apabila tdk membayar IIUPH memeriksa dlm jangka waktu yg Bupati/Walikota Berdasar kelengkapan Adm, ditentukan dlm Permenhut Pertimbangan Teknis Kepala Dinas 10 hr krj Admin Tdk Lengkap, IIUPH Kht Kab/Kota, tidak ada beban hak Tolak dan didasarkan analisis fungsi kaw Admin Lengkap, Dirjen Dns Kht Prov & Kepala BPKH serta minta KaBaplan Konfirm Areal (30 hr krj) Dapat mengajukan dilamp peta lokasi skala 1 : 100.000 kembali • Menhut mener • Rencana Lokasi yg dimohon & Citra bitkan SK IUPHHK- Landsat resolusi minimal 30 m, skala HTI 1 : 100.000 • Pernyataan bersedia buka kantor Pada Areal yg Areal diluar Pencad . Dirjen menerbitkan di Prov/Kab dicadkan Menhut diajukan ke Menhut untuk dicadkan SPP IIUPH 6 hr krj • Akte Pendirian Kop/Bdn Usaha . SK IUPHHK-HTI • Bergerak di bid usaha kehutanan/ diberikan setelah pertanian/perkebunan pembayaran IIUPH • Surat Izin Usaha Berdasarkan hsl konfirm areal, Dirjen Melakukan • NPWP Penilaian Proptek 7 hr krj & hasil disampaikan Menteri Persyaratan Teknis • Proposal Teknis Tidak Lulus, Tolak Berdasarkan WA,Dirjen Lulus,Persetujuan Menhut (7 hr krj) (7 hr krj) menyiapkan konsep Kep Berdasarkan AMDAL/UKL& IUPHHK- HTI kpd UPL, Menteri menginstruksikan Menhut Melalui Sekjen & KaBaplan untuk menyiapkan Surat Perintah Penyusunan Sekjen menelaah aspek Peta Areal Kerja (WA) 1. AMDAL 150 Hr Hukumnya (5 hr krj) (15 hr krj) 2. UKL DAN UPL 60 Hr 3. Apabila tdk dipenuhi, Srt persetujuan batal
  • 3. Penyimpangan Terhadap Aturan Permohonan Persyaratan Admin&Teknis (Proptek) Mentri Kehutanan Kelengkapan Administrasi Persyaratan Adminsitrasi Terhadap RTRWP Dirjen BPK Rekomendasi Gubernur Terhadap RTRWK Konfirmasi Areal Rekomendasi Bupati Terhadap TGHK 2 Baplan Analisis Fungsi Kawasan Dishut/BKPH 1 Dokumen Amdal Komisi Amdal Pembayaran IUPHH Penyusunan Amdal Izin Lingkungan Baplan Peta Areal Kerja 3 Mentri Kehutanan Sekjen SK IUPHHK-HT UU 26 / 2007 dan PP 26/2008 Aspek Hukum UU 27/ 2007 Tindak Pidana Tata Ruang 4
  • 4. Penyimpangan 1: Persyaratan Administrasi (Tahun 2004) Rekomendasi Gubernur (Nomor 522/EKBANG/33.10 tanggal 2 Juli 2004) Tidak Sesuai Dengan RTRWP Perda No 10 Tahun 1994 Rekomendasi Bupati Nomor 522.1/Hut/820 tanggal 11 Oktober 2005 RTRWK Perda No 19 Tahun 2004 TGHK Analisis Fungsi Kawasan Kepmen 173/ 1986 Dishut/BKPH 1
  • 5. Rekomendasi Bupati Tidak Sesuai Dengan Perda No 19 Tahun 2004 Tentang RTRWK Bengkalis
  • 6. Penyimpangan Terhadap Perda No 10 tahun 1994 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau
  • 7. Penyimpangan Terhadap TGHK Kepmen 173 ahun 1986 Tentang TGHK
  • 8. Penyimpangan 2: Konfirmasi Areal (Tahun 2004) Kriteria Kawasan Yang dapat diberikan IUPHHK-HT Baplan Konfirmasi Areal 2
  • 9. Penyimpangan 2: Konfirmasi Areal 1. Pengaburan kriteria kawasan hutan yang dapat diberikan IUPHHK-HT terhadap fungsi kawasan hutan berdasarkan TGHK/Penunjukan Kawasan Hutan (Pasal 3 ayat 1 P.19/Menhut-II/2007 ; Pasal 1a P.11/Menhut-II/2008 ; Keputusan Mentri Pertanian Nomor : 683/Kpts/Um/8/1981 ; Pasal 1 Point 4 P. 33/Menhut-II/2010 ) 2. Peraturan yang mengatur penggunaan kawasan hutan sesuai dengan fungsi kawasan hutan ditemukan dalam PP No 26 Tahun 2008 Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa IUPHHK-HT hanya dapat diberikan dalam kawasan Hutan Produksi (HP)
  • 10. Pengaburan kriteria kawasan hutan yang dapat diberikan IUPHHK-HT terhadap Fungsi Kawasan Hutan 1. Pasal 3 ayat 1 P.19/Menhut-II/2007 “Areal untuk pembangunan hutan tanaman adalah Hutan Produksi yang tidak produktif dan tidak dibebani hak/izin lainnya”, dalam TGHK /Penunjukan kawasan hutan hanya dikenal istilah Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi tetap (HP) dan hutan produksi konversi (HPK), tidak ditemukan penjelasan yang menghubungkan antara hutan produksi yang tidak produktif dengan kriteria kawasan hutan dalam TGHK. 2. Pasal 1a P.11/Menhut-II/2008 “ Hutan Produksi yang tidak produktif adalah hutan yang dicadangkan oleh mentri sebagai hutan tanaman.” artinya seluruh kawasan hutan dapat didefinisikan sebagai hutan produktif dengan mengabaikan fungsi kawasan hutan yang telah diatur dalam TGHK/Penunjukan kawasan hutan tanpa disertai kriteria yang jelas. 3. Tidak ditemukan penjelasan yang memadai tentang penggunaan kawasan hutan sesuai dengan fungsi kawasan hutan yang digambarkan dalam Peta TGHK/ Penunjukan kawasan hutan terutama perbedaan penggunaan antara Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi Tetap (HP). 4. Perbedaan penggunaan Hutan Produksi terbatas (HPT) dan Hutan Produksi Tetap (HP) dapat dilihat dalam Keputusan Mentri Pertanian Nomor : 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan produksi “ Yang dimaksud dengan hutan produksi dengan penebangan terbatas ialah hutan produksi yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih sedang yang dimaksud dengan hutan produksi bebas ialah hutan produksi yang dapat dieksploitasi baik dengan cara tebang pilih maupun dengan cara tebang habis.” dilihat dari kriteria kawasan Hutan Produksi dengan Pengelolaan Terbatas identik dengan hutan produksi terbatas (HPT) dan hutan produksi bebas identik dengan hutan produksi tetap (HP) 5. Pasal 1 Point 4 P. 33/Menhut-II/2010 “Hutan produksi yang dapat dikonversi yang selanjutnya disebut HPK adalah kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa IUPHHK-HT pembangunan di luar kegiatan kehutanan. “ hanya dapat diberikan dalam kawasan Hutan Produksi (HP)
  • 11. Peruntukan Kawasan Hutan Produksi dalam RTRWN (PP 26 Tahun 2008 ) Penjelasan Pasal 64 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan hutan produksi terbatas” adalah kawasan hutan yang secara ruang digunakan untuk budi daya hutan alam. Penjelasan Pasal 64 Ayat (1) Huruf b Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan hutan produksi tetap” adalah kawasan hutan yang secara ruang digunakan untuk budi daya hutan alam dan hutan tanaman. Penjelasan Pasal 64 Ayat (1) Huruf c Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi” adalah kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi perkembangan transportasi, transmigrasi, permukiman, pertanian, perkeb unan, industri, dan lain-lain. IUPHHK-HT hanya dapat diberikan dalam Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP)
  • 12. Penyimpangan Terhadap Fungsi Kawasan Hutan • Kawasan yang diizinkan untuk IUPHHK-HT adalah pada hutan produksi tetap (HP) • Pada Kawasan ini tidak terdapat Hutan Produksi Tetap • IUPHHK-HT Pada kawasan ini 100% tidak sesuai dengan TGHK Fungsi Kawasan Pada SK 327 Sektor Luas (ha) Pulau Padang Hutan Produksi Terbatas (HPT) 18.133 Hutan Produksi yang dapat dikonversi 23.352 (HPK) Kawasan Suaka Alam 232 JUMLAH 41.717
  • 13. Penyimpangan Terhadap TGHK Kepmen 173 ahun 1986 Tentang TGHK
  • 14. Penyimpangan 3. Penyusunan Amdal (2004) Dokumen Amdal Kurang Mempertimbangkan Dampak Subsidence Pada Pulau Kecil Dokumen Amdal Komisi Penilai Amdal Tidak memperhatikan RTRWP, RTRWK, TGHK Komisi Amdal Izin Lingkungan Izin Lingkungan Sudah Kadaluarsa 3 •Kepres No 32 Tahun 1990 •PP No 47 Tahun 1997 •PP No 26 Tahun 2008 Areal Kerja Berada Pada Kawasan Bergambut
  • 15. Dokumen Amdal • Dokumen Amdal Kurang Mempertimbangkan Dampak Subsidence Pada Pulau Kecil (Lihat Bagian hipotesa Tenggelamnya sebuah pulau) , Dokumen RPL Hal III-6 menjelaskan bahwa “Pembukaan wilayah Hutan (Pembuatan kanal dan saluran drainase) dapat menimbulkan subsidensi tanah gambut mencapai 50 cm pada tahun pertama, dan rata rata 10 cm pada beberapa tahun berikutnya” • Area Penambahan tidak sesuai dengan RTRWP Riau dan RTRWK Bengkalis (Tidak Sesuai dengan PP 27 Tahun 2008 tentang Amdal) • Tidak ditemukan berita acara sosialisasi konsultasi publik pada desa interaksi di pulau padang (Kepmen LH No 2 tahun 2004 dan Keputusan Kepala Bappedal No 8 Tahun 2000) • Tidak dilampirkan seluruh dokumen perizinan sebagai syarat kelengkapan dokumen (Kepmen LH No 2 Tahun 2000) • Tidak dijelaskan metodologi dan analisis yang menjelaskan “Terdapat Kubah Gambut oligotropik yang terpengaruh air asin dengan kedalaman lebih dari 2 m seluas 51.942 ha” (Kepmen LH No 5 tahun 2000) • Plot Pengambilan sampel kualitas air permukaan tidak dilakukan diwilayah pulau padang
  • 16. Komisi Amdal • Hasil Rapat Penilaian tidak mempertimbangkan Rencana Tata Ruang, Menurut Pasal 16 ayat (4) PP 27 Tahun 1999 “Instansi yang bertanggung jawab wajib menolak kerangka acuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila rencana lokasi dilaksanakannya usaha dan/atau kegiatan terletak dalam kawasan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan” • Berita Acara Rapat Penilai Amdal Tanggal 20 Oktober 2004 belum menyetujui Dokumen Amdal, dan tidak ditemukan berita acara rapat Tim penilai lainnya. (Cacat Proses) • Dari daftar hadir Rapat Penilaian Dokumen AMDAL tidak dihadiri oleh masyarakat yang terkena dampak di Pulau Padang (tidak sesuai dengan PP No 27 tahun 1999 tentang AMDAL)
  • 17. Izin Lingkungan • Keputusan Gubernur Riau Kpts. 667/XI/2004 tanggal 11 November 2004 tentang Kelayakan Lingkungan Kegiatan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman (IUPHHKHT) di areal tambahan Kabupaten Pelalawan, Siak dan Bengkalis Provinsi Riau oleh PT. Riau Andalan Pulp and Paper telah dicabut oleh Keputusan Gubernur Riau Nomor Kpts. 326/VII/2006 tanggal 6 Juli 2006 dan Tidak berlaku lagi. • Izin lingkungan yang digunakan sudah kadaluarsa (Antara keluarnya SK 327 dan Izin Lingkungan mempunyai rentang waktu sekitar 5 tahun) Lihat Pasal 24 ayat 1 PP 27 Tahun 1999.
  • 18. Areal Kerja IUPHHK-HT Berada Pada Kawasan Bergambut • Kawasan Bergambut dengan Kedalaman Lebih dari 3 Meter dilindungi oleh aturan Perundangan diantaranya: – Kepres No 32 Tahun 1997 tentang pengelolaan kawasan lindung – PP No 47 tahun 1997 yang diganti dengan PP No 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
  • 19. Penyimpangan 4: Penilaian Aspek Hukum (2009) Tindak Pidana Penataan Ruang Sekjen UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Sebagian Areal Kerja sudah ditetapkan sebagai Kawasan Lindung PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Aspek Hukum Kawasan Yang diperuntukkan untuk IUPHHK-HT adalah hutan produksi tetap (HP) UU No 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Pulau Kecil Tidak diprioritaskan untuk budidaya kehutanan 4
  • 20. Penyimpangan 4: Penilaian Aspek Hukum (2009) • Lamanya rentang waktu proses keluarnya izin antara tahun 2004-2009 (5 tahun) • Keluarnya 3 aturan baru yang berdampak secara hukum terhadap proses perizinan yang sudah berjalan yaitu: • UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang memberikan mandat untuk menertibkan perizinan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan Sangsi Pidana terhadap Pemberian Izin yang melanggar Tata Ruang. • UU No 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau pulau kecil dimana Pulau Padang masuk kategori pulau kecil yang didefinisikan oleh UU 27 Tahun 2007 • PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang menegaskan kriteria kawasan lindung dan budidaya serta penegasan fungsi kawasan hutan produksi terhadap perizinan kehutanan. • Seharusnya dengan keluarnya 3 aturan baru ini proses Perizinan IUPHHK-HT di pulau padang diulang kembali mulai dari tahapan awal, karena beberapa substansi yang diatur dalam 3 aturan baru berdampak terhadap kriteria kawasan yang diajukan pada wilayah pulau padang.
  • 21. Penertiban Perizinan UU No 26 Tahun 2007
  • 22. (Tindak Pidana Penataan Ruang) UU No 26 Tahun 2007
  • 23. UU No 27 Tahun 2007 (Pulau Pulau Kecil) Luas Pulau Padang: 111.500 ha atau 1.115 km2 (masuk kategori pulau kecil) • Pasal 1 Ayat (3) Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km (duaribu kilometer persegi) beserta kesatuan Ekosistemnya. • Pasal 23 (1) Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan perairan di sekitarnya dilakukan berdasarkan kesatuan ekologis dan ekonomis secara menyeluruh dan terpadu dengan pulau besar di dekatnya. • Pasal 23 (2) Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan perairan di sekitarnya diprioritaskan untuk salah satu atau lebih kepentingan berikut: a. konservasi; b. pendidikan dan pelatihan; c. penelitian dan pengembangan; d. budidaya laut; e. pariwisata; f. usaha perikanan dan kelautan dan industri perikanan secara lestari; g. pertanian organik; dan/atau h. Peternakan. “Tidak diprioritaskan untuk kegiatan kehutanan”
  • 24.
  • 25. Beberapa Pengertian Dalam PP 26 Tahun 2008 • Rencana pola ruang wilayah nasional digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:1.000.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini (Pasal 50 ayat 2) • Strategi Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional “mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya” (Pasal 7 ayat 2 huruf b) • Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya adalah dengan mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil. (Pasal 8 Ayat 3 huruf e) • Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan hutan produksi terbatas” adalah kawasan hutan yang secara ruang digunakan untuk budi daya hutan alam Penjelasan Pasal 64 Ayat (1) Huruf a • Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan hutan produksi tetap” adalah kawasan hutan yang secara ruang digunakan untuk budi daya hutan alam dan hutan tanaman. Penjelasan Pasal 64 Ayat (1) Huruf b • Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi” adalah kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi perkembangan transportasi, transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan, industri, dan lain-lain. Penjelasan Pasal 64 Ayat (1) Huruf c
  • 26. Penyimpangan terhadap PP 26 Tahun 2008 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
  • 27. Tindak Pidana Penataan Ruang RTRWN RTRWP RTRWK TGHK Masuk Kategori Tindak Pidana Penataan Ruang Bahan Bacaan: 1. http://raflis.wordpress.com/2011/09/13/penataan-ruang-dan-korupsi-studi-kasus-provinsi-riau/ 2. http://raflis.wordpress.com/2011/07/15/menyerahkan-hutan-ke-pangkuan-modal/
  • 28. Penyimpangan Terhadap Perda No 19 Tahun 2004 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis • IUPHHK-HT hanya diperbolehkan pada kawasan hutan produksi (HP) • Pada area ini terdapat Hutan Produksi seluas 22.554 ha, namun teridentifikasi sebagai lindung gambut. • IUPHHK-HT pada kawasan ini 100% tidak sesuai dengan RTRWK Bengkalis Fungsi Kawasan Luas (ha) 1. Kawasan Budidaya 13.235 1.a. Kawasan Perkebunan Besar Negara/Swasta 4.584 1.b. Kawasan Perkebunan Rakyat 2.001 1.c. Kawasan Pertanian Lahan Basah 4.719 1.d. Kawasan Pertanian lahan Kering 1.930 2. Kawasan Lindung 28.482 2.a. Buffer 2.007 2.b. Hutan Produksi Tetap yang didalamnya terdapat lindung gambut 22.554 2.c. Kawasan hutan Lindung gambut 3.351 2.d. Kawasan hutan Suaka Alam 389 JUMLAH 41.717
  • 29. Penyimpangan Terhadap Perda No 19 Tahun 2004 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis
  • 30. Penyimpangan Terhadap Perda No 10 tahun 1994 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau • Pada Kawasan ini fungsi kawasan dalam RTRWP hanya menggambarkan: 1) Arahan Pemanfaatan Kawasan Kehutanan, 2)Arahan Pemanfaatan Kawasan Perkebunan, 3) Kawasan Lindung. • IUPHHK-HT hanya diperbolehkan pada Arahan Pemanfaatan Kawasan Kehutanan • Terdapat 19.599 ha (42,19%) dari izin yang tidak sesuai dengan RTRWP dengan Peruntukan APK Perkebunan seluas 3.954 ha dan kawasan lindung seluas 17.599 ha Fungsi Kawasan Luas (ha) APK Kehutanan 24.118 APK Perkebunan 3.954 Kawasan Lindung 13.645 Jumlah 41.707
  • 31. Penyimpangan Terhadap Perda No 10 tahun 1994 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau
  • 32. Penyimpangan terhadap PP 26 Tahun 2008 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional • Peta Lampiran VII PP 26 Tahun 2007 hanya menggambarkan kawasan lindung dan budidaya. • Kawasan yang diizinkan untuk IUPHHK-HT adalah Kawasan Budidaya yang berada dalam kawasan hutan produksi. • Terdapat 28.160 ha atau 67,5% dari luas izin dalam kawasan ini yang berada dalam Kawasan Lindung Fungsi Kawasan Luas (ha) Kawasan Lindung 13.556 Kawasan Budidaya 28.160
  • 33. Penyimpangan terhadap PP 26 Tahun 2008 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
  • 34. Temuan Lain • Penyimpangan dalam Proses Perubahan Fungsi Kawasan hutan (Sesuai dengan Pesanan) • Penyimpangan terhadap luasan Izin dalam satu provinsi • Dampak Tenggelamnya Sebuah Pulau • Konflik Sosial
  • 35. Pengelolaan Hutan Produksi SKOR Hutan Produksi Budidaya Hutan Alam (IUPHHK-HA / HPH) 124-175 Terbatas Fungsi tidak dapat saling dipertukarkan karena Hutan skornya berbeda Produksi Budidaya Hutan alam Hutan Produksi dan Tanaman (IUPHHK- Tetap HT / HPHTI/ HTI) SKOR Fungsi dapat saling < 124 dipertukarkan karena skornya sama Budidaya Non Kehutanan Hutan Produksi (Perkebunan, Pertanian, P Konversi ertambangan)
  • 36. Fakta Pengelolaan Hutan Produksi IUPHHK-HA Tidak Sesuai SKOR Hutan Produksi dengan 124-175 Terbatas IUPHHK-HT Ketentuan dan Berdampak Perkebunan Hidrologi Ada SK Mentri Perubahan Fungsi Kawasan Hutan IUPHHK-HA Tidak Sesuai Hutan Produksi IUPHHK-HT dengan Tetap Ketentuan Perkebunan tetapi Tidak Berdampak SKOR Ada SK Mentri Perubahan secara < 124 Fungsi Kawasan Hutan Hidrologi IUPHHK-HA Hutan Produksi IUPHHK-HT Sesuai dengan Konversi Ketentuan Perkebunan
  • 37. Pasal 8 PP No 6 Tahun 1999 1) Ketentuan luas maksimal Hak Pengusahaan Hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) diatur sebagai berikut: • a. Untuk satu propinsi setiap pemegang hak maksimal seluas 100.000 (seratus ribu) hektar; • b. Untuk seluruh Indonesia setiap pemegang hak maksimal seluas 400.000 (empat ratus ribu) hektar; • c. Khusus untuk Propinsi Irian Jaya setiap pemegang hak maksimal seluas 200.000 (dua ratus ribu) hektar. Luas Izin PT RAPP (SK 327) seluas 350.165 Ha Ha
  • 38. Dampak Subsidence (Potensi Tenggelamnya Pulau)
  • 39. Elevasi Pulau Padang (mdpl) 6 5 5 2 8 4
  • 40. Dampak Bencana (HipotesaTenggelamnya Pulau) • Penurunan relatif daratan terhadap permukaan laut sekitar 7 sampai 8 cm/tahun. • Beda elevasi antara darat dan laut rata rata 5 meter • Perkiraan waktu pulau tenggelam 60 - 70 tahun. http://raflis.wordpress.com/2010/12/20/hipotesa-awal-tenggelamnya-sebuah-pulau/
  • 41. Konflik Sosial Bukti Keberadaan Masyarakat di Pulau Padang dapat dilihat pada: 1. Peta Army Map Service yang diterbitkan tahun 1945 skala 1: 250.000 2. Peta Topografi Bakosurtanal yang diterbitkan tahun 1975 skala 1: 50.000 3. Peta Map Sol Central Sumatra yang diterbitkan tahun 1986 skala 1: 1.000.000
  • 42. Map Army 1945 • Peta Map Army • Peta Bakosurtanal
  • 44. Map Soil Central Sumatera http://raflis.wordpress.com/2011/02/12/map-soil-central-sumatera/