4. 1. Kombinasi Hip dan Knee : fleksi
A. Sanggah dan angkatlah kaki pasien
dengan telapak tangan dan jari di
bawah knee pasien, sedangkan
tangan lain di bawah tumit.
8. 2. Kombinasi Hip dan
Knee : Ekstensi
Tengkurap/prone lying…..
Angkat paha dengan tangan dibawah
knee pasien, fiksasi pelvis dengan tangan
lain.
9.
10. • Menyamping/side lying
Tangan di bawah paha dan
tempatkan di permukaan; stabilkan
pelvis dengan tangan lainnya. Agar
jarak extensinya penuh, jangan
fleksikan knee full, supaya rectus
femoris tidak memberi tahanan.
11.
12. 3. Hip Abduksi
• Sanggah kaki pasien dengan tangan
dibawah knee dan tangan lainnya
dibawah ankle.
• Agar jarak adduksi full, kaki yg lainnya
dalam posisi sebagian abduksi.
• Jaga hip dan knee pasien tetap extensi
dan netral saat abduksi dan adduksi
dilakukan.
13.
14. 4. Hip: Rotasi Internal (Medial) and
External (Lateral)
Dengan hip dan knee fleksi
- Fleksikan hip dan knee pasien sampai 90o;
sanggah knee dengan tangan, dan tumit
dengan tangan lain.
- Rotasikan femur dengan menggerakkan
kaki seperti pendulum.
18. Dorso Fleksi
Penempatan tangan dan Prosedur
• Stabilkan sekitar malleoli dengan salah satu tangan
pemeriksa.
• dan tangan yang satunya lagi memegang tumit pasien dan
tempat lengan bawah sepanjang bagian bawah kaki.
• Kalkaneus ditarik kearah distal dengan ibu jari dan jari-jari
sambil mendorong ke atas dengan lengan bawah.
• CATATAN: Pasien di tempatkan pada bed dalam keadaan
berbaring
19.
20. Plantar Fleksi
• Penempatan tangan dan Prosedur
Pemeriksa memegang calcaneus dengan satu
tangan dan tangan lain Tempatkan tangan
atas pada punggung kaki dan dorong ke
plantarflexion
CATATAN: Pasien di tempatkan pada
bed dalam keadaan berbaring
21.
22. Eversi & Inversi
• Pastikan kaki pasien berada di atas bed
• Salah satu tangan pemeriksa , mefiksasi
pada bagian distal tibia.
• Dan tangan yang satunya, pada ibu jari
tempatkan di medial dan jari-jari di lateral
pada sisi tumit. Putar tumit ke dalam dan
ke luar
23.
24. Extension of the
metatarsophalangeal joint
• Stabilkan tulang metatarsal dan tangan
memegang keseluruh phalangs tulang ,
kemudian ektensikan phalangs. Teknik
yang sama dilakukan pada jari-jari
27. • Fisioterapis berperan dalam melatih
kemandirian pasien untuk agar mampu
membantu dirinya sendiri (jika
memungkinkan) untuk menggerakan
extremitasnya dengan instruksi tertentu
• Self-assisted ROM dapat menjadi program
latihan rumah.
• Misalnya, pasien pasca stroke yang
mengalami hemiparese, setelah
pembedahan, setelah cedera pasca
trauma.
28. Pedoman Pengajaran Assisted Self-ROM
• Mendidik pasien pada nilai gerak.
• Ajarkan kesejajaran tubuh pasien yang benar
dan stabilisasi.
• Amati pergerakan pasien, hindarkan dari gerakan
yang tidak aman.
• Memastikan alat yang digunakan aman.
• Menyediakan gambar atau pedoman yang jelas
untuk pengulangan oleh pasien secara mandiri.
• Meninjau proses latihan untuk menilai kemajuan
kemampuan pasien
29. Hip dan Knee
1. Hip dan knee flexion
Pasien terlentang, ft-is menginstruksikan pasien
untuk memulai gerakan dengan mengangkat lutut
yang dilatih dengan tali atau sabuk.
Pasien kemudian dapat pegang lutut dengan
satu atau kedua tangan dan diinstruksikan untuk
mencapai dadanya.
Dalam posisi duduk juga dapat dilakukan.
Pasien dapat mengangkat paha dengan tangan
dan posisi lutut flexi sampai mencapai ROM
maksimal yang ia mampu.
30.
31. 2. Abduksi dan adduksi hip
Sulit bagi pasien untuk melakukan
abduksi-adduksi hip sendiri karna ext.
bawah lebih berat, apalagi jika posisi
berbaring.
jika pasien dapat duduk, maka psien
dapat memindahkan ext.nya mendekati
dan menjauhi kaki normal dengan kedua
tangannya.
32. 3. Kombinasi abduksi hip dengan external
rotasi
Pasien duduk dengan punggung
bersandar, pinggul dan lutut yang ingin
dilatih tertekuk. Lutut ditekan keluar
(menuju meja / tempat tidur) dan kembali
ke dalam dengan menggunakan ext.atas
(dengan jari2 bersilangan)
33.
34. Ankle dan Phalangs
Pasien duduk dengan ankle berada pada
lutut yang berlawanan (kaki distal yang
ingin dilatih berada pada lutut yang
normal).
Tangan yang normal menggerakkan ankle
dan phalangs pada semua gerakan yang
memungkinkan, seperti dorsofleksi-
plantarfleksi,eversi-inversi ankle, dan
fleksi-ekstensi phalangs.
35.
36. Continuous Passive Motion
Continuous gerak pasif (CPM)
mengacu pada gerakan pasif yang
dilakukan oleh perangkat mekanis yang
menggerakkan sendi perlahan-lahan dan
terus menerus melalui dikendalikan ROM
nya
37. Perangkat mekanik ini tersedia untuk
hampir setiap sendi dalam tubuh. Menurut
penelitian Robert Salter bahwa gerakan pasif
yang terus-menerus memiliki efek
penyembuhan pada struktur sendi sakit atau
terluka dan jaringan lunak pada hewan.
Saat ini telah banyak dilakukan
pengembangan CPM, dengan berbagai
desain yang berbeda2 namun sampai saat
ini tidak ada suatu standar khusus yang
ditetapkan.
38. Manfaat cpm
CPM telah dilaporkan efektif dalam
mengurangi dampak negatif dari imobilisasi
sendi pada kondisi seperti athritis, kontraktur,
dan intra-artikular patah tulang, juga telah
meningkatkan tingkat pemulihan setelah
berbagai prosedur bedah.
39. • mencegah perkembangan perlengketan
dan kontraktur serta kekakuan sendi
• memberikan efek merangsang pada
penyembuhan tendon dan ligamen
• meningkatkan pelumasan cairan sinovial
dari sendi,dengan demikian penyembuhan
tulang rawan dan regenerasi ditingkat
intra-artikular
• mengurangi nyeri pasca operasi