SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  25
ISOLASI DAN SKRINING FITOKIMIA ISOFLAVON
DARI EKSTRAK METANOL BIJI KEDELAI (Glycine max)
Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah Fitofarmasi
yang dibina oleh Ayu Ristamaya Yusuf., A.Md., S.T
OLEH :
RAHAYU WAHYU NINGSIH 12.091
AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG
Oktober 2013
I. PENDAHULUAN
Tanaman merupakan sumber kekayaan alam yang memiliki peran penting disetiap aspek
kehidupan manusia terutama di bidang kesehatan. Keberagaman tanaman yang tersedia di alam
menjadikan tanaman memiliki manfaat dan khasiat yang beragam pula. Disetiap bagian tanaman
dari akar, daun, batang, bunga, dan biji memiliki kandungan senyawa-senyawa kimia yang
berbeda. Senyawa yang ada dalam tanaman itulah yang memiliki khasiat obat.
Salah satu tanaman yang bisa digunakan sebagai obat adalah kedelai (Glysin max). Bagian
tanaman kedelai yang memiliki kandungan senyawa kimia bermanfaat terbanyak adalah pada
bagian bijinya. Biji kedelai mengandung senyawa-senyawa antioksidan diantaranya adalah
vitamin E, vitamin A, provitamin A, vitamin C dan senyawa flavonoid golongan isoflavon,
genistein dan daidzein. Senyawa antioksidan terutama dari golongan isoflavon yang memiliki
aktivitas sebagai penangkal radikal bebas dan pencegahan penyakit kanker.
Konsumsi pangan yang mengandung antioksidan tinggi perlu ditingkatkan untuk
mengurangi jumlah penderita penyakit degeneratif seperti kanker. Isoflavon dalam biji kedelai
merupakan suatu metabolit sekunder yang berperan sebagai antioksidan alami yang mampu
memberikan perlindungan dan menjaga kesehatan tubuh, serta mencegah timbulnya berbagai
penyakit. Antioksidan yang terdapat dalam tubuh harus terdapat dalam jumlah yang memadai.
Oleh karena itu, jika terjadi peningkatan radikal bebas dalam tubuh, dibutuhkan antioksidan
dalam jumlah yang lebih banyak untuk meminimalisasi dan menetralisasi efek radikal bebas.
Kedelai sebagai sumber antioksidan isoflavon telah dijadikan sebagai primadona karena
mudah diperoleh dalam makanan sehari-hari dan merupakan komoditas yang populer di
masyarakat. Berbagai produk olahan kedelai telah banyak dimanfaatkan masyarakat untuk
mencukupi kebutuhan gizi sebagai bahan makanan. Karena begitu pentingnya fungsi tanaman
ini, serta dugaan terhadap adanya senyawa golongan flavonoid yang dikandung, maka pada
penelitian ini dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid dari biji kedelai
(Glycine max).
Serangkaian isolasi dimulai dari preparasi simplisia, ekstraksi flavonoid biji kedelai
dengan metanol, selanjutnya dipartisi menggunakan HCl dan n-heksan, hingga akhirnya
didapatkan isolat isoflavon. Identifikasi dan pengujian dilakukan dengan skrining fitokimia dan
kromatografi lapis tipis (KLT).
Setelah didapatkan isolat isoflavon, bisa dibuat menjadi bentuk sedian kapsul isoflavon.
Kapsul isoflavon ini memiliki khasiat sebagai suplemen makanan tepatnya sebagai antioksidan.
Antioksidan ini berperan sebagai penangkal radikal bebas yang bisa mencegah berbagai
penyakit.
II. TUJUAN
Untuk mengeksplorasi senyawa isoflavon dari kacang kedelai agar lebih bermanfaat sebagai
antioksidan.
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Kedelai
Kedelai merupakan tanaman semusim dengan tinggi berkisar 10–200 cm, berupa semak
rendah, tegak, berdaun lebat, dapat bercabang sedikit atau banyak tergantung kultivar. Tanaman
ini tumbuh baik pada tanah dengan pH 4.5 dan daerah pertumbuhannya tidak lebih dari 500 m di
atas pemukaan laut. Nama botani kedelai yang dibudidayakan adalah Glycine max (Gambar 1),
dengan klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotylodenae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill
Kedelai sebagai bahan makanan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dan merupakan sumber
protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik. Kandungan protein kedelai sekitar
30–50% (b/b), tetapi kadar karbohidratnya hanya sekitar 22–29% (b/b). Kadar lemaknya antara
16–20% (b/b), sedangkan kadar total gula sekitar 7.97% (b/b) (Liu 1997). Hasil utama dari
kedelai adalah bijinya. Biji kedelai juga mengandung mineral-mineral kalsium, fosfor, besi, dan
klor. Bentuk biji ada yang bundar, lonjong, gepeng, dan bulat telur. Warnanya tergantung dari
varietas, ada yang hitam, kuning kehijauan, putih kekuningan, dan kuning gading.
3.2 Penggolongan Flavonoid
Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol terbesar yang terdapat di alam. Senyawa-
senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan kuning yang ditemukan dalam
tumbuh-tumbuhan. Flavonoid memiliki kerangka dasar 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin
benzena yang dihubungkan oleh rantai linear tiga karbon dan dapat dinyatakan ke dalam
konfigurasi C6-C3-C6
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita
serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak, umumnya dalam
tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan glikosida. (Harborne, 1996)
Pada flavonoida O-glikosida, satu gugus hidroksil flavonoid (atau lebih) terikat pada satu
gula (lebih) dengan ikatan yang tahan asam. Glukosa merupakan gula yang paling umum terlibat
dan gula lain yang sering juga terdapat adalah galaktosa, ramnosa, silosa, arabinosa, dan
rutinosa. Waktu yang diperlukan untuk memutuskan suatu gula dari suatu flavonoid O-glukosida
dengan hidrolisis asam ditentukan oleh sifat gula tersebut.
Pada flavonoid C-glikosida, gula terikat pada atom karbon flavonoid dan dalam hal ini gula
tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam.
Gula yang terikat pada atom C hanya ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti
flavonoid, misalnya pada orientin. (Markham, 1988) Menurut Robinson (1995), flavonoid dapat
dikelompokkan berdasarkan keragaman pada rantai C3 yaitu :
1. Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan aglikon flavonol
yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai antioksidan dan
antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur
sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak
begitu cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.
2. Flavon
Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan 3-
hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi warnanya.
Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis glikosida pada flavonol.
Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan luteolin. Luteolin merupakan zat warna
yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat
juga flavon yang terikat pada gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-
glikosida. Flavon dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoid.
3. Isoflavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai fitoaleksin
yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai pertahanan terhadap serangan
penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna manapun.
Beberapa isoflavon (misalnya daidzein) memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar
UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang
pudar dengan amonia berubah menjadi coklat.
4. Flavanon
Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan bunga.
Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah jeruk; dua
glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan
jeruk.
5. Flavanonol
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika
dibandingkan dengan flavonoid lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena
konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.
6. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu. Senyawa
ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir dan daun teh kering
yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai antioksidan.
7. Leukoantosianidin
Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada tumbuhan
berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin, apiferol.
8. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam
tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir semua
warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan buah pada tumbuhan
tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu
sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan
gugus hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi.
9. Khalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV bila
dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena hanya pigmen
dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air.
(Harborne, 1996)
10. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita. Dalam
larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi kertas berupa
bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah menjadi merah jingga bila
diberi uap amonia. (Robinson, 1995)
3.3 Ekstraksi Senyawa Flavonoid
Ekstraksi dapat dilakukan dengn metoda maserasi, sokletasi, dan perkolasi. Sebelum
ekstraksi dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu dihaluskan dengan derajat
kehalusan tertentu, kemudian diekstraksi dengan salah satu cara di atas. Ekstraksi dengan metoda
sokletasi dapat dilakukan secara bertingkat dengan berbagai pelarut berdasarkan kepolarannya,
misalnya n-heksana, Eter, Benzena, Kloroform, Etil asetat, Etanol, Metanol, dan Air.
Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif terhadap senyawa
yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak yang pekat biasanya pelarut ekstrak
diuapkan dengan menggunakan alat rotari evaporator. (Harborne, 1996)
3.4 Isoflavon
Isoflavon termasuk dalam golongan flavonoid yang merupakan senyawa polifenolik. Stuktur
kimia dasar dari isoflavon hampir sama seperti flavon, yaitu terdiri dari 2 cincin benzen (A dan
B) dan terikat pada cincin C piran heterosiklik, tetapi orientasi cincin B nya berbeda. Pada
flavon, cincin B diikat oleh karbon nomor 2 cincin tengah C, sedangkan isoflavon diikat oleh
karbon nomor 3 (Schmidl dan Labuza, 2000).
Pada umumnya, senyawa isoflavon banyak ditemukan pada tanaman kacang- kacangan atau
leguminosa (Zubik dan Meydani, 2003). Isoflavon pada kedelai terdapat dalam empat bentuk,
yaitu
1. Bentuk aglikon (non gula) : genistein, daidzein, dan glycitein;
2. Bentuk glikosida : daidzin, genistin dan glisitin;
3. Bentuk asetilglikosida : 6”-O-asetil daidzin, 6”-O- asetil genistin, 6”-O-asetil glisitin;
4. Bentuk malonilglikosida : 6”-O-malonil daidzin, 6”-O-malonil genistin, 6”-O- malonil
glisitin.
Isoflavon utama pada kedelai terdiri dari genistein (4’,5’7-tryhydroxyisoflavone) dan
daidzein (4’,7-dihydroxyisoflavone), serta turunan β-glikosida, gensitin dan daidzin. Ditemukan
juga sejumlah kecil senyawa isoflavon lainnya seperti glycitein (7,4’-dihydroxy-6-methoxy-
isoflavone) dan glikosidanya (Wang dan Murphy, 1994). Secara alami, isoflavon pada kedelai
hampir seluruhnya terdapat dalam bentuk β-glikosida (glikon). Bentuk glikosida
dipertahankan oleh tanaman sebagai bentuk inaktif sehingga dibutuhkan sebagai antioksidan.
Menurut Naim et al . (1974), sebanyak 99 % isoflavon pada kedelai terdapat dalam bentuk
glikosida, terdiri dari 64 % genistin, 23 % daidzin dan 13 % glisitin. Komposisi ini biasanya
terdapat pada makanan olahan kedelai yang tidak difermentasi seperti susu kedelai, tofu, tepung
kedelai, konsentrat protein kedelai dan isolat protein kedelai. Pada makanan olahan kedelai yang
mengalami proses fermentasi seperti miso dan tempe, isoflavon dalam bentuk bebas (aglikon)
lebih dominan (Coward et al., 1998).
Sebagian besar isoflavon dalam kedelai atau produk olahan kedelai terdapat dalam bentuk
glikosida seperti genistin, daidzin dan glisitin yang berkonjugasi dengan mengikat satu molekul
gula. Ketika produk kedelai dikonsumsi, bentuk glikosida isoflavon didegradasi menjadi
senyawa aglikon dalam bentuk bebas yang dihasilkan oleh pelepasan glukosa dari glikosida.
Proses degradasi glikosida menjadi aglikon seperti genistein, daidzein dan glisitein dikatalis oleh
enzim glukosidase dalam usus halus. Isoflavon dalam bentuk aglikon lebih mudah diserap oleh
usus halus sebagai bagian dari misel yang dibentuk oleh empedu. Sirkulasi isoflavon dalam
darah bersifat kompleks, karena sebagian larut lemak dan sebagian berikatan dengan protein
dengan kekuatan yang lemah. Isoflavon kemungkinan didistribusikan melalui darah ke hati, atau
didaur ulang sebagai bagian dari cairan empedu dan sirkulasi enterohepatik. Ekskresi akhir
isoflavon terjadi pada feses dan urin (Schmidl dan Labuza, 2000).
3.5 Metode Isolasi Senyawa Flavonoid oleh Harborne
Dalam metoda ini, daun yang segar dimaserasi dengan MeOH, lalu disaring. Ekstrak MeOH
dipekatkan dengan rotari evaporator. Lalu ekstrak pekat yang dihasilkan, diasamkan dengan
H2SO4 2M, didiamkan, lalu diesktraksi dengan Kloroform. Lapisan Kloroform diambil, lalu
diuapkan, sehingga dihasilkan ekstrak polar pertengahan (Terpenoida atau senyawa Fenol).
(Harborne, 1996)
3.6 Kromatografi lapis tipis
Kromatografi Lapis Tipis pada plat berlapis yang berukuran lebih besar, biasanya 5x20 cm,
10x20 cm, atau 20x20 cm. Biasanya memerlukan waktu pengembangan 30 menit sampai satu
jam. Pada hakikatnya KLT melibatkan dua fase yaitu fase diam atau sifat lapisan, dan fase gerak
atau campuran pelarut pengembang. Fase diam dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai
permukaan penyerap atau penyangga untuk lapisan zat cair. Fase gerak dapat berupa hampir
segala macam pelarut atau campuran pelarut. (Sudjadi, 1986).
Pemisahan senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis seperti senyawa organik alam dan
senyawa organik sintetik dapat dilakukan dalam beberapa menit dengan alat yang harganya tidak
terlalu mahal. Jumlah cuplikan beberapa mikrogram atau sebanyak 5 g dapat ditangani.
Kelebihan KLT yang lain ialah pemakaian jumlah pelarut dan jumlah cuplikan yang sedikit.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu metode pemisahan yang cukup sederhana
yaitu dengan menggunakan plat kaca yang dilapisi silika gel dengan menggunakan pelarut
tertentu. (Gritter,1991).
Nilai utama Kromatografi Lapis Tipis pada penelitian senyawa flavonoid ialah sebagai cara
analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit. Menurut Markham, Kromatografi Lapis
Tipis terutama berguna untuk tujuan berikut:
a. Mencari pelarut untuk kromatografi kolom
b. Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom
c. Identifikasi flavonoid secara ko-kromatografi.
d. Isolasi flavonoid murni skala kecil
e. Penyerap dan pengembang yang digunakan umumnya sama dengan penyerap dan
pengembang pada kromatografi kolom dan kromatografi kertas. (Markham, 1988).
Fase diam yang digunakan pada KLT adalah silika gel GF254 dan sebagai fase gerak
digunakan n- heksana, kloroform, etil asetat dan n-butanol. Bejana kromatografi sebelum
digunakan untuk elusi, terlebih dahulu dijenuhkan dengan fase geraknya. Sedikit fraksi positif
flavonoid yaitu fraksi n-heksana dilarutkan dengan pelarutnya (eluen yang akan dipakai)
kemudian ditotolkan pada plat kromatografi lapis tipis dengan menggunakan pipa kapiler.
Setelah kering lalu dimasukkan dalam bejana. Bila fase gerak telah mencapai batas yang
ditentukan, plat diangkat, dan dikeringkan di udara terbuka. Sebagai penampak noda digunakan
asam sulfat. Noda yang terbentuk diamati dengan lampu UV 254 nm dan 366 nm kemudian
dihitung Rf-nya.
3.7 Harga Rf (Retension Factor)
Mengidentifikasi noda-noda dalam lapisan tipis lazim menggunakan harga Rf yang
diidentifikasikan sebagai perbandingan antara jarak perambatan suatu zat dengan jarak
perambatan pelarut yang dihitung dari titik penotolan pelarut zat. Jarak yang ditempuh oleh tiap
bercak dari titik penotolan diukur dari pusat bercak. Untuk mengidentifikasi suatu senyawa,
maka harga Rf senyawa tersebut dapat
dibandingkan dengan harga Rf senyawa
pembanding.
(Sastrohamidjojo, 1991).
3.8 Uji Fitokimia
Uji Fitokimia Pemeriksaan golongan flavonoid dapat dilakukan dengan uji warna yaitu :
1. Test Wilstatter
penotolantitikdaripelarutperambatanJarak
penotolantitikdaribercakperambatanJarak
=Rf
Beberapa mililiter sampel dalam alkohol ditambahkan 2-4 tetes larutan HCl dan 2-3 potong
kecil logam Mg. Perubahan warna yang terjadi diamati dari kuning tua menjadi orange.
2. Test dengan NaOH 10%
Beberapa mililiter sampel dalam alkohol ditambahkan 2-4 tetes larutan NaOH 10%.
Perubahan warna yang terjadi diamati dari kuning tua menjadi kuning muda.
3. Test dengan H2SO4 (pekat)
Beberapa mililiter sampel dalam alkohol ditambahkan 2-4 tetes larutan H2SO4 (pekat).
Perubahan warna yang terjadi diamati dari kuning tua menjadi merah tua.
IV. KERANGKA KONSEP
Kacang Kedelai
Kandungan :
Kand.tertinggi : Isoflavon
(Genistein & daizdein)
Kand.Lain : Fitosterol,asam fitat,
assam lemak, dll.
ISOFLAVON
Aktivitas :
Sebagai antikanker dan
antioksidan
Golongan
Flavonoid
> 35% Genistein
dan daizdein dlm
bentuk glikosida
Sifat polar, larut air
TEKNIK
PEMISAHAN
Maserasi
Bertingkat
Maserasi Tahap 1
MeOH:H2O (9:1)
Maserasi Tahap 2
MeOH:H2O (1:1)
Rotary Vacuum
Evaporator
Ekstrak Kental
ISOLASI
ISOFLAVON
Isolat + etil asetat
Rotary Vacuum
Evaporator
+ etilasetat (corong pisah)
+ n-hexane
+ HCl (p) (dihidrolisis)
(dlm Corong pisah)
IDENTIFIKASI
ISOFLAVON
UJI KLT
1. Eluen
Etil asetat : asam format: as.asetat glasial : air
(100:11:11: 27)
2. Pereaksi Penampak :
Difenil boriloksinetilamina LP
3. Bercak sinar 365 nm :
Berpendar kuning intensif, hijau dan jingga
SKRINING FITOKIMIA
1. Test Wilstatter : ekstrak + alkohol + HCl +
pita Mg ( kuning tua → orange)
2. Test dengan NaOH 10% : ekstrak + alkohol
+NaOH 10%. (kuning tua → kuning muda.
3. Test dengan H2SO4 (pekat)
ekstrak + alkohol + H2SO4 (pekat).
(kuning tua → merah tua)
Ekstraksi dan Isolasi
Kacang kedelai banyak mengandung flavonoid khususnya golongan isoflavon dibandingkan
kacang-kacangan yang lain. Secara alami, isoflavon pada kedelai hampir seluruhnya terdapat
dalam bentuk β-glikosida (glikon) misalnya genestein dan daidzein. Untuk mengekstrak
flavonoid dari kedelai, dilakukan dengan metode maserasi dua tahap dengan menggunakan
pelarut metanol. Metanol dipilih sebagai pelarut karena metanol bersifat polar, begitu juga
dengan flavonoid.
Metanol yang digunakan pada maserasi tahap pertama digunakan perbandingan
Me(OH):H2O (9:1). Perbandingan metanol yang 9 kali lebih besar dari air bertujuan untuk
memaksimalkan proses ekstraksi dan penarikan flavonoid dari serbuk kedelai. Selanjutnya,
ekstrak yang didapatkan disaring kemudian residu dimaserasi kembali dengan pelarut yang sama
tetapi perbandingan diturunkan menjadi 1:1. Perbandingan metanol diturunkan karena
kemungkinan masih ada sebagian kecil flavonoid yang belum terekstrak pada maserasi tahap
pertama.
Kedua ekstrak hasil maserasi tahap pertama dan kedua, diuapkan menggunakan rotary
vacuum evaporator. Hal ini bertujuan untuk menguapkan etanol yang melarutkan flavonoid pada
proses maserasi. Selanjutnya ekstrak kental dipartisi dengan n-hexane untuk menghilangkan zat-
zat lemak yang ada dalam ekstrak. Ekstraksi partisi menggunakan n-hexane dilakukan dengan
menggunakan corong pisah dan dilakukan berulang-ulang. Ekstrak yang diperoleh kemudian
disatukan dan disatukan.
Tahap selanjutnya adalah isolasi senyawa isoflavon dari ekstrak flavonoid yang didapatkan
sebelumnya. Isolasi senyawa golongan isoflavon dilakukan dengan cara menghidrolisis ekstrak
dengan HCl. Proses hidrolisis (penambahan HCl) pada ekstrak bertujuan untuk memecah ekstrak
menjadi glikosida dan aglikon-aglikon seperti isoflavon yang merupakan bentuk dari β-glikosida
(glikon). Tahap terakhir adalah dipartisi dengan etil asetat yang bertujuan untuk memisahkan
aglikon flavonoid dari fraksi gula-gulanya. Isolat yang didapatkan digunakan sebagai sampel
untuk uji golongan dan KLT.
Skrining Fitokimia Uji Tabung
1. Test Wilstatter
Pada uji ini, penambahan aljohol dan HCl bertujuan untuk menghidrolisis flavonoid dengan cara
memutuskan rantai aglikon yang ada, sedangkan penambahan logam Mg bertujuan untuk
menunjukkan perubahan warna yang terjadi. Berikut reaksi senyawa flavonoid dengan logam.
2. Test dengan NaOH 10%
Beberapa mililiter sampel dalam alkohol ditambahkan 2-4 tetes larutan NaOH 10%. Perubahan
warna yang terjadi diamati dari kuning tua menjadi kuning muda.
3. Test dengan H2SO4 (pekat)
Beberapa mililiter sampel dalam alkohol ditambahkan 2-4 tetes larutan H2SO4 (pekat).
Perubahan warna yang terjadi diamati dari kuning tua menjadi merah tua.
Uji KLT
Pada uji KLT, digunakan eluen Etil asetat : asam format: as.asetat glasial : air dengan
perbandingan 100:11:11: 27. Dipilih eluen ini karena bahan-bahan yang ada dalam eluen tersebut
memiliki tingkat kepolaran yang berbeda.
V. METODE KERJA
4.1 Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
1. Blender,
2. Neraca Analitik,
3. Lampu UV,
4. Seperangkat Alat Penampak Bercak
5. Kertas Saring,
6. Seperangkat Alat Gelas,
7. Penguap Putar Vakum (rotary vacuum
evaporator),
1. Biji kedelai segar(Glycine max)
2. Metanol (teknis dan p.a)
3. Asam Klorida pekat
4. n- heksana (p.a)
5. Natrium Hidroksida
6. Plat KLT Silika Gel GF254
7. Etil Asetat (p.a)
8. Aquades
8. Asam Sulfat pekat
9. Etanol 70%
10. NH4OH
11. H2SO4 2 M
12. Pita Mg
13. etil asetat,
14. n-butanol,
15. asam asetat,
Cara Kerja
1. Penyiapan Bahan
a. Ditimbang 1 kg biji kedelai segar
b. Biji kedelai segar dicuci bersih
c. Biji Kedelai dikeringanginkan
d. Dihaluskan biji kedelai kering menggunakan penggiling sampai menjadi serbuk
2. Ekstraksi Senyawa Flavonoid
a. Ditimbang serbuk kedelai 500 g
b. Dimasukkan kedalam bekerglass
c. Ditambahkan etanol 70% sebanyak 1L
d. Dilakukan maserasi selama 3x24 jam pada suhu kamar disertai pengadukan berkala
e. Ekstrak-etanol disaring menggunakan corong buchner
f. Filtrat disimpan, residu dimaserasi kembali menggunakan etanol 70% sebanyak 1L
g. Hasil maserasi yang kedua disaring menggunakan corong buchner
h. Filtrat maserasi kedua dikumpulkan menjadi satu dengan filtrat pertama
i. Filtrat diuapkan dengan Rotary Vacuum Evaporator sampai diperoleh ekstrak kental
3. Isolasi Senyawa Flavonoid golongan Isoflavon
a. Ekstrak kental dimasukkan kedalam tabung reaksi
b. Ditambahkan HCl pekat
c. Dipanaskan selama 2 - 3 jam
d. Ditambahkan n-hexane 10% dari vlume ekstrak
e. Ditambahkan n-hexane sebanyak 10% dari volume ekstrak kental + HCl pekat,
selanjutnya dipindahkan dengan corong pisah
f. Ditambahkan etil asetat, dikocok dan didiamkan beberapa saat sampai terlihat terpisah
sempurna
g. Isolat kemudian diuapkan dengan rotary vacuum evaporator. Isolat yang diperoleh
digunakan untuk uji fitokimia dan uji KLT
4. Uji Fitokimia Senyawa Flavonoid
 Test Wilstatter
1. 1 mL sampel dalam tabung reaksi
2. Ditambah alkohol beberapa tetes
3. Ditambahkan 2-4 tetes larutan HCl
4. Ditambahkan 2-3 potong pita logam Mg.
5. Diamati perubahan warna yang terjadi
 Test dengan NaOH 10%
1. 1 mL sampel dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan beberapa mL alkohol
3. Ditambahkan 2-4 tetes larutan NaOH 10%.
4. Diamati perubahan warna yang terjadi
 Test dengan H2SO4 (pekat)
1. 1mL sampel dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan beberapa mL alkohol
3. Ditambahkan 2-4 tetes larutan H2SO4 (pekat).
4. Diamati perubahan warna yang terjadi
5. Uji KLT
a. Pembuatan Eluen dan Penjenuhan Chamber
1. Dimasukkan aquadest pada chamber untuk mengetahui perkiraan batas eluen, lalu beri
tanda (kalibrasi)
2. Chamber dikeringkan
4. Dibuat eluen etil asetat : asam format : asam asetat glasial : air dengan perbandingan
( 100:11:11:27) sebanyak volume aquades yang digunakan kalibrasi
5. Dimasukkan kedalam chamber
6. Diletakkan kertas saring hingga menyentuh dasar eluen
7. Chamber ditutup dengan gelas arloji
8. Chamber dibiarkan sampai jenuh, ditandai dengan bagian luar kertas saring basah oleh
eluen
b. Penyiapan Plat
1. Diambil plat Silica GF254 lalu dipotong 15cm x 5 cm
2. Ditentukan jarak batas bawah dan batas atas
3. Plat dioven pada suhu 110 C ± selama 15 menit
c. Pereaksi Penampak (difenilboriloksinetilamina LP)
1. Pereaksi penampak digunakan larutan difenilboriloksinetilamina LP
2. Dimasukkan kedalam botol penyemprot
d. Penotolan sampel
1. Dinyalakan spiritus
2. Diletakkan pipa kapiler diatas api bunsen sambil diputar-putar
3. Diangkat pipa kapiler dari atas api dan ditarik kedua ujung pipa kapiler
4. Dipatahkan bagian tengah pipa kapiler menjadi dua bagian
5. Diambil sampel menggunakan ujung pipa kapiler yang sidah dipatahkan
6. Ditotolkan pada titik penotolan ( dibuat lebih dari satu titik dengan jarak tertentu)
7. Diulangi penotolan pada titik yang sama berulang-ulang, selanjutnya
dikeringanginkan
8. Dimasukkan plat kedalam chamber yang berisi eluen
9. Chamber ditutup dengan gelas arloji
10. Dibiarkan sampai eluen berada pada batas atas yang telah dibuat
15 cm
5 cm
1,5cm1,5cm
Batas Eluen
Titik penotolan
Batas atas eluen
e. Pengamatan Bercak Noda
1. Diambil plat dari chamber
2. Diamati adanya bercak noda pada sinar biasa (ditandai menggunakan pensil)
3. Diamati adanya bercak noda pada Sinar UV 365 nm (ditandai menggunakan pensil)
4. Dihitung nilai Rf dengan rumus:
DAFTAR PUSTAKA
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ISOFLAVON DARI KACANG KEDELAI
(Glycine max) , I. A. R. Astiti Asih , Juirusan Kimia FMIPA Universitas Udayana,
ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methode .
ISOFLAVON KEDELAI DAN POTENSINYA SEBAGAI PENANGKAP
RADIKAL BEBAS [Soybean Isoflavone and Its Potentially as Scavenger Free Radicals] ,.Sussi
Astuti 1) 1) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Lampung Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung,
Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid . Padmawinata K, penerjemah. Bandung:
Penerbit ITB. Terjemahan dari: Techniques of Flavonoid Identification
Harborne JB.1987. Metode Fitokimia . Padmawinata K, Soediro I, penerjemah; Niksolihin S,
editor. Bandung

Contenu connexe

Tendances

Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visHafifa Marza
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidratalvi lmp
 
Pemahaman sosial
Pemahaman sosialPemahaman sosial
Pemahaman sosialelmakrufi
 
Interpretasi spektra inframerah
Interpretasi spektra inframerahInterpretasi spektra inframerah
Interpretasi spektra inframerahyusbarina
 
Karamelisasi gelatinisasi
Karamelisasi   gelatinisasiKaramelisasi   gelatinisasi
Karamelisasi gelatinisasiIndah Nander
 
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrakPengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrakCTie Lupy
 
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)Annie Rahmatillah
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliKezia Hani Novita
 
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrakStandarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrakGina Sakinah
 
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det origFARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det origNesha Mutiara
 

Tendances (20)

Triterpenoid
TriterpenoidTriterpenoid
Triterpenoid
 
Saponin
SaponinSaponin
Saponin
 
kimia Farmasi Analisis spektro UV Vis
kimia Farmasi Analisis spektro UV Viskimia Farmasi Analisis spektro UV Vis
kimia Farmasi Analisis spektro UV Vis
 
Suplemen makanan
Suplemen makanan Suplemen makanan
Suplemen makanan
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-vis
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat
 
Pemahaman sosial
Pemahaman sosialPemahaman sosial
Pemahaman sosial
 
Laporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar AbuLaporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar Abu
 
Interpretasi spektra inframerah
Interpretasi spektra inframerahInterpretasi spektra inframerah
Interpretasi spektra inframerah
 
Karamelisasi gelatinisasi
Karamelisasi   gelatinisasiKaramelisasi   gelatinisasi
Karamelisasi gelatinisasi
 
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrakPengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
 
analisis protein
analisis protein analisis protein
analisis protein
 
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
 
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrakStandarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
 
Uji molisch
Uji molischUji molisch
Uji molisch
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
 
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det origFARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
 
Emulsi Farmasi
Emulsi FarmasiEmulsi Farmasi
Emulsi Farmasi
 

En vedette

Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabati
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabatiEkstraksi kacang tanah menjadi minyak nabati
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabatiKamal Ghazali II
 
Bab iii laporan granul paracetamol
Bab iii  laporan granul paracetamolBab iii  laporan granul paracetamol
Bab iii laporan granul paracetamolYudia Susilowati
 
Laporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Laporan Analisa Pangan Acara 1 AirLaporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Laporan Analisa Pangan Acara 1 AirMelina Eka
 
Laporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaLaporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaasterias
 
PPT Isolasi Benalu Teh
PPT Isolasi Benalu TehPPT Isolasi Benalu Teh
PPT Isolasi Benalu TehHani Ani
 
Flavonoid pptx
Flavonoid pptxFlavonoid pptx
Flavonoid pptxPharmacy
 

En vedette (7)

Fitokimia gietha
Fitokimia giethaFitokimia gietha
Fitokimia gietha
 
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabati
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabatiEkstraksi kacang tanah menjadi minyak nabati
Ekstraksi kacang tanah menjadi minyak nabati
 
Bab iii laporan granul paracetamol
Bab iii  laporan granul paracetamolBab iii  laporan granul paracetamol
Bab iii laporan granul paracetamol
 
Laporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Laporan Analisa Pangan Acara 1 AirLaporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Laporan Analisa Pangan Acara 1 Air
 
Laporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaLaporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhana
 
PPT Isolasi Benalu Teh
PPT Isolasi Benalu TehPPT Isolasi Benalu Teh
PPT Isolasi Benalu Teh
 
Flavonoid pptx
Flavonoid pptxFlavonoid pptx
Flavonoid pptx
 

Similaire à Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)

KIMIA BAHAN ALAM.pptx
KIMIA BAHAN ALAM.pptxKIMIA BAHAN ALAM.pptx
KIMIA BAHAN ALAM.pptxTIRASBALYO
 
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSI
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSIFLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSI
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSIBriaRevin
 
SESI 10-11 FLAVONOID.pptx
SESI 10-11 FLAVONOID.pptxSESI 10-11 FLAVONOID.pptx
SESI 10-11 FLAVONOID.pptxdiah72
 
Fitokimia kel 2 (1).pptx
Fitokimia kel 2 (1).pptxFitokimia kel 2 (1).pptx
Fitokimia kel 2 (1).pptxAraSalsabila1
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...anandajpz
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...anandajpz
 
metabolit sekunder pada daun buas buas
metabolit sekunder pada daun buas buasmetabolit sekunder pada daun buas buas
metabolit sekunder pada daun buas buasdebora sumarti
 
Mengapa ubi jalar berwarna ungu, orange, kuning
Mengapa ubi jalar berwarna ungu, orange, kuningMengapa ubi jalar berwarna ungu, orange, kuning
Mengapa ubi jalar berwarna ungu, orange, kuningAnis Yulia
 
Phaeophyta & Chlorophyta
Phaeophyta & ChlorophytaPhaeophyta & Chlorophyta
Phaeophyta & ChlorophytaSoya Odut
 
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdfJURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdfDinda Gusti Ayu
 
I12des bab ii tinjauan pustaka
I12des bab ii tinjauan pustakaI12des bab ii tinjauan pustaka
I12des bab ii tinjauan pustakaLailatul Rofiah
 
I12des bab ii tinjauan pustaka
I12des bab ii tinjauan pustakaI12des bab ii tinjauan pustaka
I12des bab ii tinjauan pustakaLailatul Rofiah
 

Similaire à Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.) (20)

PP flavonoid
PP flavonoidPP flavonoid
PP flavonoid
 
FLAVONOID.pptx
FLAVONOID.pptxFLAVONOID.pptx
FLAVONOID.pptx
 
9. FLAVONOID 2021.pptx
9. FLAVONOID 2021.pptx9. FLAVONOID 2021.pptx
9. FLAVONOID 2021.pptx
 
KIMIA BAHAN ALAM.pptx
KIMIA BAHAN ALAM.pptxKIMIA BAHAN ALAM.pptx
KIMIA BAHAN ALAM.pptx
 
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSI
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSIFLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSI
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSI
 
SESI 10-11 FLAVONOID.pptx
SESI 10-11 FLAVONOID.pptxSESI 10-11 FLAVONOID.pptx
SESI 10-11 FLAVONOID.pptx
 
Fitokimia kel 2 (1).pptx
Fitokimia kel 2 (1).pptxFitokimia kel 2 (1).pptx
Fitokimia kel 2 (1).pptx
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...
 
ikan nila hita,
ikan nila hita,ikan nila hita,
ikan nila hita,
 
ppt klp 5.pptx
ppt klp 5.pptxppt klp 5.pptx
ppt klp 5.pptx
 
metabolit sekunder pada daun buas buas
metabolit sekunder pada daun buas buasmetabolit sekunder pada daun buas buas
metabolit sekunder pada daun buas buas
 
Mengapa ubi jalar berwarna ungu, orange, kuning
Mengapa ubi jalar berwarna ungu, orange, kuningMengapa ubi jalar berwarna ungu, orange, kuning
Mengapa ubi jalar berwarna ungu, orange, kuning
 
Flavon
FlavonFlavon
Flavon
 
Phaeophyta & Chlorophyta
Phaeophyta & ChlorophytaPhaeophyta & Chlorophyta
Phaeophyta & Chlorophyta
 
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdfJURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
 
PPT FITOKIMIA.pptx
PPT FITOKIMIA.pptxPPT FITOKIMIA.pptx
PPT FITOKIMIA.pptx
 
Flavonoid.pdf
Flavonoid.pdfFlavonoid.pdf
Flavonoid.pdf
 
I12des bab ii tinjauan pustaka
I12des bab ii tinjauan pustakaI12des bab ii tinjauan pustaka
I12des bab ii tinjauan pustaka
 
I12des bab ii tinjauan pustaka
I12des bab ii tinjauan pustakaI12des bab ii tinjauan pustaka
I12des bab ii tinjauan pustaka
 

Dernier

MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfBangKoko
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitaBintangBaskoro1
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxArdianAdhiwijaya
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfsrirezeki99
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdfbendaharadakpkmbajay
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxDwiHmHsb1
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatZuheri
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxkemenaghajids83
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 

Dernier (20)

MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 

Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)

  • 1. ISOLASI DAN SKRINING FITOKIMIA ISOFLAVON DARI EKSTRAK METANOL BIJI KEDELAI (Glycine max) Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah Fitofarmasi yang dibina oleh Ayu Ristamaya Yusuf., A.Md., S.T OLEH : RAHAYU WAHYU NINGSIH 12.091 AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG Oktober 2013
  • 2. I. PENDAHULUAN Tanaman merupakan sumber kekayaan alam yang memiliki peran penting disetiap aspek kehidupan manusia terutama di bidang kesehatan. Keberagaman tanaman yang tersedia di alam menjadikan tanaman memiliki manfaat dan khasiat yang beragam pula. Disetiap bagian tanaman dari akar, daun, batang, bunga, dan biji memiliki kandungan senyawa-senyawa kimia yang berbeda. Senyawa yang ada dalam tanaman itulah yang memiliki khasiat obat. Salah satu tanaman yang bisa digunakan sebagai obat adalah kedelai (Glysin max). Bagian tanaman kedelai yang memiliki kandungan senyawa kimia bermanfaat terbanyak adalah pada bagian bijinya. Biji kedelai mengandung senyawa-senyawa antioksidan diantaranya adalah vitamin E, vitamin A, provitamin A, vitamin C dan senyawa flavonoid golongan isoflavon, genistein dan daidzein. Senyawa antioksidan terutama dari golongan isoflavon yang memiliki aktivitas sebagai penangkal radikal bebas dan pencegahan penyakit kanker. Konsumsi pangan yang mengandung antioksidan tinggi perlu ditingkatkan untuk mengurangi jumlah penderita penyakit degeneratif seperti kanker. Isoflavon dalam biji kedelai merupakan suatu metabolit sekunder yang berperan sebagai antioksidan alami yang mampu memberikan perlindungan dan menjaga kesehatan tubuh, serta mencegah timbulnya berbagai penyakit. Antioksidan yang terdapat dalam tubuh harus terdapat dalam jumlah yang memadai. Oleh karena itu, jika terjadi peningkatan radikal bebas dalam tubuh, dibutuhkan antioksidan dalam jumlah yang lebih banyak untuk meminimalisasi dan menetralisasi efek radikal bebas. Kedelai sebagai sumber antioksidan isoflavon telah dijadikan sebagai primadona karena mudah diperoleh dalam makanan sehari-hari dan merupakan komoditas yang populer di masyarakat. Berbagai produk olahan kedelai telah banyak dimanfaatkan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan gizi sebagai bahan makanan. Karena begitu pentingnya fungsi tanaman ini, serta dugaan terhadap adanya senyawa golongan flavonoid yang dikandung, maka pada penelitian ini dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid dari biji kedelai (Glycine max). Serangkaian isolasi dimulai dari preparasi simplisia, ekstraksi flavonoid biji kedelai dengan metanol, selanjutnya dipartisi menggunakan HCl dan n-heksan, hingga akhirnya didapatkan isolat isoflavon. Identifikasi dan pengujian dilakukan dengan skrining fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT). Setelah didapatkan isolat isoflavon, bisa dibuat menjadi bentuk sedian kapsul isoflavon.
  • 3. Kapsul isoflavon ini memiliki khasiat sebagai suplemen makanan tepatnya sebagai antioksidan. Antioksidan ini berperan sebagai penangkal radikal bebas yang bisa mencegah berbagai penyakit. II. TUJUAN Untuk mengeksplorasi senyawa isoflavon dari kacang kedelai agar lebih bermanfaat sebagai antioksidan. III. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Kedelai Kedelai merupakan tanaman semusim dengan tinggi berkisar 10–200 cm, berupa semak rendah, tegak, berdaun lebat, dapat bercabang sedikit atau banyak tergantung kultivar. Tanaman ini tumbuh baik pada tanah dengan pH 4.5 dan daerah pertumbuhannya tidak lebih dari 500 m di atas pemukaan laut. Nama botani kedelai yang dibudidayakan adalah Glycine max (Gambar 1), dengan klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Classis : Dicotylodenae Ordo : Rosales Familia : Papilionaceae Genus : Glycine Species : Glycine max (L.) Merill Kedelai sebagai bahan makanan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dan merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik. Kandungan protein kedelai sekitar 30–50% (b/b), tetapi kadar karbohidratnya hanya sekitar 22–29% (b/b). Kadar lemaknya antara 16–20% (b/b), sedangkan kadar total gula sekitar 7.97% (b/b) (Liu 1997). Hasil utama dari kedelai adalah bijinya. Biji kedelai juga mengandung mineral-mineral kalsium, fosfor, besi, dan klor. Bentuk biji ada yang bundar, lonjong, gepeng, dan bulat telur. Warnanya tergantung dari varietas, ada yang hitam, kuning kehijauan, putih kekuningan, dan kuning gading.
  • 4. 3.2 Penggolongan Flavonoid Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol terbesar yang terdapat di alam. Senyawa- senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid memiliki kerangka dasar 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan oleh rantai linear tiga karbon dan dapat dinyatakan ke dalam konfigurasi C6-C3-C6 Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak, umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan glikosida. (Harborne, 1996) Pada flavonoida O-glikosida, satu gugus hidroksil flavonoid (atau lebih) terikat pada satu gula (lebih) dengan ikatan yang tahan asam. Glukosa merupakan gula yang paling umum terlibat dan gula lain yang sering juga terdapat adalah galaktosa, ramnosa, silosa, arabinosa, dan rutinosa. Waktu yang diperlukan untuk memutuskan suatu gula dari suatu flavonoid O-glukosida dengan hidrolisis asam ditentukan oleh sifat gula tersebut. Pada flavonoid C-glikosida, gula terikat pada atom karbon flavonoid dan dalam hal ini gula tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam. Gula yang terikat pada atom C hanya ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid, misalnya pada orientin. (Markham, 1988) Menurut Robinson (1995), flavonoid dapat dikelompokkan berdasarkan keragaman pada rantai C3 yaitu : 1. Flavonol Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan aglikon flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.
  • 5. 2. Flavon Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan 3- hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan luteolin. Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C- glikosida. Flavon dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoid.
  • 6. 3. Isoflavon Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein) memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia berubah menjadi coklat.
  • 7. 4. Flavanon Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah jeruk; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.
  • 8. 5. Flavanonol Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika dibandingkan dengan flavonoid lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena konsentrasinya rendah dan tidak berwarna. 6. Katekin Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai antioksidan. 7. Leukoantosianidin
  • 9. Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin, apiferol. 8. Antosianin Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi.
  • 10. 9. Khalkon Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV bila dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air. (Harborne, 1996) 10. Auron
  • 11. Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah menjadi merah jingga bila diberi uap amonia. (Robinson, 1995) 3.3 Ekstraksi Senyawa Flavonoid Ekstraksi dapat dilakukan dengn metoda maserasi, sokletasi, dan perkolasi. Sebelum ekstraksi dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu dihaluskan dengan derajat kehalusan tertentu, kemudian diekstraksi dengan salah satu cara di atas. Ekstraksi dengan metoda sokletasi dapat dilakukan secara bertingkat dengan berbagai pelarut berdasarkan kepolarannya, misalnya n-heksana, Eter, Benzena, Kloroform, Etil asetat, Etanol, Metanol, dan Air. Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif terhadap senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak yang pekat biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan menggunakan alat rotari evaporator. (Harborne, 1996)
  • 12. 3.4 Isoflavon Isoflavon termasuk dalam golongan flavonoid yang merupakan senyawa polifenolik. Stuktur kimia dasar dari isoflavon hampir sama seperti flavon, yaitu terdiri dari 2 cincin benzen (A dan B) dan terikat pada cincin C piran heterosiklik, tetapi orientasi cincin B nya berbeda. Pada flavon, cincin B diikat oleh karbon nomor 2 cincin tengah C, sedangkan isoflavon diikat oleh karbon nomor 3 (Schmidl dan Labuza, 2000). Pada umumnya, senyawa isoflavon banyak ditemukan pada tanaman kacang- kacangan atau leguminosa (Zubik dan Meydani, 2003). Isoflavon pada kedelai terdapat dalam empat bentuk, yaitu 1. Bentuk aglikon (non gula) : genistein, daidzein, dan glycitein; 2. Bentuk glikosida : daidzin, genistin dan glisitin; 3. Bentuk asetilglikosida : 6”-O-asetil daidzin, 6”-O- asetil genistin, 6”-O-asetil glisitin; 4. Bentuk malonilglikosida : 6”-O-malonil daidzin, 6”-O-malonil genistin, 6”-O- malonil glisitin. Isoflavon utama pada kedelai terdiri dari genistein (4’,5’7-tryhydroxyisoflavone) dan daidzein (4’,7-dihydroxyisoflavone), serta turunan β-glikosida, gensitin dan daidzin. Ditemukan juga sejumlah kecil senyawa isoflavon lainnya seperti glycitein (7,4’-dihydroxy-6-methoxy- isoflavone) dan glikosidanya (Wang dan Murphy, 1994). Secara alami, isoflavon pada kedelai hampir seluruhnya terdapat dalam bentuk β-glikosida (glikon). Bentuk glikosida dipertahankan oleh tanaman sebagai bentuk inaktif sehingga dibutuhkan sebagai antioksidan. Menurut Naim et al . (1974), sebanyak 99 % isoflavon pada kedelai terdapat dalam bentuk glikosida, terdiri dari 64 % genistin, 23 % daidzin dan 13 % glisitin. Komposisi ini biasanya terdapat pada makanan olahan kedelai yang tidak difermentasi seperti susu kedelai, tofu, tepung kedelai, konsentrat protein kedelai dan isolat protein kedelai. Pada makanan olahan kedelai yang mengalami proses fermentasi seperti miso dan tempe, isoflavon dalam bentuk bebas (aglikon) lebih dominan (Coward et al., 1998). Sebagian besar isoflavon dalam kedelai atau produk olahan kedelai terdapat dalam bentuk glikosida seperti genistin, daidzin dan glisitin yang berkonjugasi dengan mengikat satu molekul gula. Ketika produk kedelai dikonsumsi, bentuk glikosida isoflavon didegradasi menjadi senyawa aglikon dalam bentuk bebas yang dihasilkan oleh pelepasan glukosa dari glikosida.
  • 13. Proses degradasi glikosida menjadi aglikon seperti genistein, daidzein dan glisitein dikatalis oleh enzim glukosidase dalam usus halus. Isoflavon dalam bentuk aglikon lebih mudah diserap oleh usus halus sebagai bagian dari misel yang dibentuk oleh empedu. Sirkulasi isoflavon dalam darah bersifat kompleks, karena sebagian larut lemak dan sebagian berikatan dengan protein dengan kekuatan yang lemah. Isoflavon kemungkinan didistribusikan melalui darah ke hati, atau didaur ulang sebagai bagian dari cairan empedu dan sirkulasi enterohepatik. Ekskresi akhir isoflavon terjadi pada feses dan urin (Schmidl dan Labuza, 2000). 3.5 Metode Isolasi Senyawa Flavonoid oleh Harborne Dalam metoda ini, daun yang segar dimaserasi dengan MeOH, lalu disaring. Ekstrak MeOH dipekatkan dengan rotari evaporator. Lalu ekstrak pekat yang dihasilkan, diasamkan dengan H2SO4 2M, didiamkan, lalu diesktraksi dengan Kloroform. Lapisan Kloroform diambil, lalu diuapkan, sehingga dihasilkan ekstrak polar pertengahan (Terpenoida atau senyawa Fenol). (Harborne, 1996) 3.6 Kromatografi lapis tipis Kromatografi Lapis Tipis pada plat berlapis yang berukuran lebih besar, biasanya 5x20 cm, 10x20 cm, atau 20x20 cm. Biasanya memerlukan waktu pengembangan 30 menit sampai satu jam. Pada hakikatnya KLT melibatkan dua fase yaitu fase diam atau sifat lapisan, dan fase gerak atau campuran pelarut pengembang. Fase diam dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap atau penyangga untuk lapisan zat cair. Fase gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut atau campuran pelarut. (Sudjadi, 1986). Pemisahan senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis seperti senyawa organik alam dan senyawa organik sintetik dapat dilakukan dalam beberapa menit dengan alat yang harganya tidak terlalu mahal. Jumlah cuplikan beberapa mikrogram atau sebanyak 5 g dapat ditangani. Kelebihan KLT yang lain ialah pemakaian jumlah pelarut dan jumlah cuplikan yang sedikit. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu metode pemisahan yang cukup sederhana yaitu dengan menggunakan plat kaca yang dilapisi silika gel dengan menggunakan pelarut tertentu. (Gritter,1991). Nilai utama Kromatografi Lapis Tipis pada penelitian senyawa flavonoid ialah sebagai cara analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit. Menurut Markham, Kromatografi Lapis
  • 14. Tipis terutama berguna untuk tujuan berikut: a. Mencari pelarut untuk kromatografi kolom b. Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom c. Identifikasi flavonoid secara ko-kromatografi. d. Isolasi flavonoid murni skala kecil e. Penyerap dan pengembang yang digunakan umumnya sama dengan penyerap dan pengembang pada kromatografi kolom dan kromatografi kertas. (Markham, 1988). Fase diam yang digunakan pada KLT adalah silika gel GF254 dan sebagai fase gerak digunakan n- heksana, kloroform, etil asetat dan n-butanol. Bejana kromatografi sebelum digunakan untuk elusi, terlebih dahulu dijenuhkan dengan fase geraknya. Sedikit fraksi positif flavonoid yaitu fraksi n-heksana dilarutkan dengan pelarutnya (eluen yang akan dipakai) kemudian ditotolkan pada plat kromatografi lapis tipis dengan menggunakan pipa kapiler. Setelah kering lalu dimasukkan dalam bejana. Bila fase gerak telah mencapai batas yang ditentukan, plat diangkat, dan dikeringkan di udara terbuka. Sebagai penampak noda digunakan asam sulfat. Noda yang terbentuk diamati dengan lampu UV 254 nm dan 366 nm kemudian dihitung Rf-nya. 3.7 Harga Rf (Retension Factor) Mengidentifikasi noda-noda dalam lapisan tipis lazim menggunakan harga Rf yang diidentifikasikan sebagai perbandingan antara jarak perambatan suatu zat dengan jarak perambatan pelarut yang dihitung dari titik penotolan pelarut zat. Jarak yang ditempuh oleh tiap bercak dari titik penotolan diukur dari pusat bercak. Untuk mengidentifikasi suatu senyawa, maka harga Rf senyawa tersebut dapat dibandingkan dengan harga Rf senyawa pembanding. (Sastrohamidjojo, 1991). 3.8 Uji Fitokimia Uji Fitokimia Pemeriksaan golongan flavonoid dapat dilakukan dengan uji warna yaitu : 1. Test Wilstatter penotolantitikdaripelarutperambatanJarak penotolantitikdaribercakperambatanJarak =Rf
  • 15. Beberapa mililiter sampel dalam alkohol ditambahkan 2-4 tetes larutan HCl dan 2-3 potong kecil logam Mg. Perubahan warna yang terjadi diamati dari kuning tua menjadi orange. 2. Test dengan NaOH 10% Beberapa mililiter sampel dalam alkohol ditambahkan 2-4 tetes larutan NaOH 10%. Perubahan warna yang terjadi diamati dari kuning tua menjadi kuning muda. 3. Test dengan H2SO4 (pekat) Beberapa mililiter sampel dalam alkohol ditambahkan 2-4 tetes larutan H2SO4 (pekat). Perubahan warna yang terjadi diamati dari kuning tua menjadi merah tua.
  • 16. IV. KERANGKA KONSEP Kacang Kedelai Kandungan : Kand.tertinggi : Isoflavon (Genistein & daizdein) Kand.Lain : Fitosterol,asam fitat, assam lemak, dll. ISOFLAVON Aktivitas : Sebagai antikanker dan antioksidan Golongan Flavonoid > 35% Genistein dan daizdein dlm bentuk glikosida Sifat polar, larut air TEKNIK PEMISAHAN Maserasi Bertingkat Maserasi Tahap 1 MeOH:H2O (9:1) Maserasi Tahap 2 MeOH:H2O (1:1) Rotary Vacuum Evaporator Ekstrak Kental ISOLASI ISOFLAVON Isolat + etil asetat Rotary Vacuum Evaporator + etilasetat (corong pisah) + n-hexane + HCl (p) (dihidrolisis) (dlm Corong pisah) IDENTIFIKASI ISOFLAVON UJI KLT 1. Eluen Etil asetat : asam format: as.asetat glasial : air (100:11:11: 27) 2. Pereaksi Penampak : Difenil boriloksinetilamina LP 3. Bercak sinar 365 nm : Berpendar kuning intensif, hijau dan jingga SKRINING FITOKIMIA 1. Test Wilstatter : ekstrak + alkohol + HCl + pita Mg ( kuning tua → orange) 2. Test dengan NaOH 10% : ekstrak + alkohol +NaOH 10%. (kuning tua → kuning muda. 3. Test dengan H2SO4 (pekat) ekstrak + alkohol + H2SO4 (pekat). (kuning tua → merah tua)
  • 17. Ekstraksi dan Isolasi Kacang kedelai banyak mengandung flavonoid khususnya golongan isoflavon dibandingkan kacang-kacangan yang lain. Secara alami, isoflavon pada kedelai hampir seluruhnya terdapat dalam bentuk β-glikosida (glikon) misalnya genestein dan daidzein. Untuk mengekstrak flavonoid dari kedelai, dilakukan dengan metode maserasi dua tahap dengan menggunakan pelarut metanol. Metanol dipilih sebagai pelarut karena metanol bersifat polar, begitu juga dengan flavonoid. Metanol yang digunakan pada maserasi tahap pertama digunakan perbandingan Me(OH):H2O (9:1). Perbandingan metanol yang 9 kali lebih besar dari air bertujuan untuk memaksimalkan proses ekstraksi dan penarikan flavonoid dari serbuk kedelai. Selanjutnya, ekstrak yang didapatkan disaring kemudian residu dimaserasi kembali dengan pelarut yang sama tetapi perbandingan diturunkan menjadi 1:1. Perbandingan metanol diturunkan karena kemungkinan masih ada sebagian kecil flavonoid yang belum terekstrak pada maserasi tahap pertama. Kedua ekstrak hasil maserasi tahap pertama dan kedua, diuapkan menggunakan rotary vacuum evaporator. Hal ini bertujuan untuk menguapkan etanol yang melarutkan flavonoid pada proses maserasi. Selanjutnya ekstrak kental dipartisi dengan n-hexane untuk menghilangkan zat- zat lemak yang ada dalam ekstrak. Ekstraksi partisi menggunakan n-hexane dilakukan dengan menggunakan corong pisah dan dilakukan berulang-ulang. Ekstrak yang diperoleh kemudian disatukan dan disatukan. Tahap selanjutnya adalah isolasi senyawa isoflavon dari ekstrak flavonoid yang didapatkan sebelumnya. Isolasi senyawa golongan isoflavon dilakukan dengan cara menghidrolisis ekstrak dengan HCl. Proses hidrolisis (penambahan HCl) pada ekstrak bertujuan untuk memecah ekstrak menjadi glikosida dan aglikon-aglikon seperti isoflavon yang merupakan bentuk dari β-glikosida (glikon). Tahap terakhir adalah dipartisi dengan etil asetat yang bertujuan untuk memisahkan aglikon flavonoid dari fraksi gula-gulanya. Isolat yang didapatkan digunakan sebagai sampel untuk uji golongan dan KLT. Skrining Fitokimia Uji Tabung 1. Test Wilstatter Pada uji ini, penambahan aljohol dan HCl bertujuan untuk menghidrolisis flavonoid dengan cara
  • 18. memutuskan rantai aglikon yang ada, sedangkan penambahan logam Mg bertujuan untuk menunjukkan perubahan warna yang terjadi. Berikut reaksi senyawa flavonoid dengan logam. 2. Test dengan NaOH 10% Beberapa mililiter sampel dalam alkohol ditambahkan 2-4 tetes larutan NaOH 10%. Perubahan warna yang terjadi diamati dari kuning tua menjadi kuning muda. 3. Test dengan H2SO4 (pekat) Beberapa mililiter sampel dalam alkohol ditambahkan 2-4 tetes larutan H2SO4 (pekat). Perubahan warna yang terjadi diamati dari kuning tua menjadi merah tua. Uji KLT Pada uji KLT, digunakan eluen Etil asetat : asam format: as.asetat glasial : air dengan perbandingan 100:11:11: 27. Dipilih eluen ini karena bahan-bahan yang ada dalam eluen tersebut memiliki tingkat kepolaran yang berbeda.
  • 19.
  • 20. V. METODE KERJA 4.1 Alat dan Bahan Alat : Bahan : 1. Blender, 2. Neraca Analitik, 3. Lampu UV, 4. Seperangkat Alat Penampak Bercak 5. Kertas Saring, 6. Seperangkat Alat Gelas, 7. Penguap Putar Vakum (rotary vacuum evaporator), 1. Biji kedelai segar(Glycine max) 2. Metanol (teknis dan p.a) 3. Asam Klorida pekat 4. n- heksana (p.a) 5. Natrium Hidroksida 6. Plat KLT Silika Gel GF254 7. Etil Asetat (p.a) 8. Aquades 8. Asam Sulfat pekat 9. Etanol 70% 10. NH4OH 11. H2SO4 2 M 12. Pita Mg 13. etil asetat, 14. n-butanol, 15. asam asetat, Cara Kerja 1. Penyiapan Bahan a. Ditimbang 1 kg biji kedelai segar b. Biji kedelai segar dicuci bersih c. Biji Kedelai dikeringanginkan d. Dihaluskan biji kedelai kering menggunakan penggiling sampai menjadi serbuk 2. Ekstraksi Senyawa Flavonoid a. Ditimbang serbuk kedelai 500 g b. Dimasukkan kedalam bekerglass c. Ditambahkan etanol 70% sebanyak 1L d. Dilakukan maserasi selama 3x24 jam pada suhu kamar disertai pengadukan berkala
  • 21. e. Ekstrak-etanol disaring menggunakan corong buchner f. Filtrat disimpan, residu dimaserasi kembali menggunakan etanol 70% sebanyak 1L g. Hasil maserasi yang kedua disaring menggunakan corong buchner h. Filtrat maserasi kedua dikumpulkan menjadi satu dengan filtrat pertama i. Filtrat diuapkan dengan Rotary Vacuum Evaporator sampai diperoleh ekstrak kental 3. Isolasi Senyawa Flavonoid golongan Isoflavon a. Ekstrak kental dimasukkan kedalam tabung reaksi b. Ditambahkan HCl pekat c. Dipanaskan selama 2 - 3 jam d. Ditambahkan n-hexane 10% dari vlume ekstrak e. Ditambahkan n-hexane sebanyak 10% dari volume ekstrak kental + HCl pekat, selanjutnya dipindahkan dengan corong pisah f. Ditambahkan etil asetat, dikocok dan didiamkan beberapa saat sampai terlihat terpisah sempurna g. Isolat kemudian diuapkan dengan rotary vacuum evaporator. Isolat yang diperoleh digunakan untuk uji fitokimia dan uji KLT 4. Uji Fitokimia Senyawa Flavonoid  Test Wilstatter 1. 1 mL sampel dalam tabung reaksi 2. Ditambah alkohol beberapa tetes 3. Ditambahkan 2-4 tetes larutan HCl 4. Ditambahkan 2-3 potong pita logam Mg. 5. Diamati perubahan warna yang terjadi  Test dengan NaOH 10% 1. 1 mL sampel dalam tabung reaksi 2. Ditambahkan beberapa mL alkohol 3. Ditambahkan 2-4 tetes larutan NaOH 10%. 4. Diamati perubahan warna yang terjadi  Test dengan H2SO4 (pekat)
  • 22. 1. 1mL sampel dalam tabung reaksi 2. Ditambahkan beberapa mL alkohol 3. Ditambahkan 2-4 tetes larutan H2SO4 (pekat). 4. Diamati perubahan warna yang terjadi 5. Uji KLT a. Pembuatan Eluen dan Penjenuhan Chamber 1. Dimasukkan aquadest pada chamber untuk mengetahui perkiraan batas eluen, lalu beri tanda (kalibrasi) 2. Chamber dikeringkan 4. Dibuat eluen etil asetat : asam format : asam asetat glasial : air dengan perbandingan ( 100:11:11:27) sebanyak volume aquades yang digunakan kalibrasi 5. Dimasukkan kedalam chamber 6. Diletakkan kertas saring hingga menyentuh dasar eluen 7. Chamber ditutup dengan gelas arloji 8. Chamber dibiarkan sampai jenuh, ditandai dengan bagian luar kertas saring basah oleh eluen b. Penyiapan Plat 1. Diambil plat Silica GF254 lalu dipotong 15cm x 5 cm 2. Ditentukan jarak batas bawah dan batas atas 3. Plat dioven pada suhu 110 C ± selama 15 menit
  • 23. c. Pereaksi Penampak (difenilboriloksinetilamina LP) 1. Pereaksi penampak digunakan larutan difenilboriloksinetilamina LP 2. Dimasukkan kedalam botol penyemprot d. Penotolan sampel 1. Dinyalakan spiritus 2. Diletakkan pipa kapiler diatas api bunsen sambil diputar-putar 3. Diangkat pipa kapiler dari atas api dan ditarik kedua ujung pipa kapiler 4. Dipatahkan bagian tengah pipa kapiler menjadi dua bagian 5. Diambil sampel menggunakan ujung pipa kapiler yang sidah dipatahkan 6. Ditotolkan pada titik penotolan ( dibuat lebih dari satu titik dengan jarak tertentu) 7. Diulangi penotolan pada titik yang sama berulang-ulang, selanjutnya dikeringanginkan 8. Dimasukkan plat kedalam chamber yang berisi eluen 9. Chamber ditutup dengan gelas arloji 10. Dibiarkan sampai eluen berada pada batas atas yang telah dibuat 15 cm 5 cm 1,5cm1,5cm Batas Eluen Titik penotolan Batas atas eluen
  • 24. e. Pengamatan Bercak Noda 1. Diambil plat dari chamber 2. Diamati adanya bercak noda pada sinar biasa (ditandai menggunakan pensil) 3. Diamati adanya bercak noda pada Sinar UV 365 nm (ditandai menggunakan pensil) 4. Dihitung nilai Rf dengan rumus:
  • 25. DAFTAR PUSTAKA ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ISOFLAVON DARI KACANG KEDELAI (Glycine max) , I. A. R. Astiti Asih , Juirusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methode . ISOFLAVON KEDELAI DAN POTENSINYA SEBAGAI PENANGKAP RADIKAL BEBAS [Soybean Isoflavone and Its Potentially as Scavenger Free Radicals] ,.Sussi Astuti 1) 1) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung, Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid . Padmawinata K, penerjemah. Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari: Techniques of Flavonoid Identification Harborne JB.1987. Metode Fitokimia . Padmawinata K, Soediro I, penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung