Dokumen tersebut membahas tentang aktivitas belajar anak usia dini khususnya di TK Melati sebelum dan sesudah menerapkan metode inkuiri pada pembelajaran sains. Metode inkuiri bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar anak.
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Proposal penelitian
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada zaman era globalisasi kemajuan bidang kehidupan begitu pesat,
untuk dapat mengimbanginya maka haruslah dicetak Sumber Daya Manusia
(SDM ) yang berkualitas. Di Negara berkembang seperti Indonesia Pendidikan
Anak Usia Dini sangatlah diutamakan, karena membangun sumber daya manusia
ibaratnya membangun gedung bertingkat, sebanyak tingkat dan setinggi apa pada
gedung tersebut diharapkan, mestilah harus membangun pondasinya dahulu yang
kokoh,pondasi pada pembangunan sumber daya manusia berwala dari Pendidikan
Anak Usia Dini di Taman Kanak – Kanak.
Keterampilan yang penting dan perlu dikenalkan sejak anak usia dini yaitu
keterampilan proses sains. Menurut Nugraha (2008:1) mengemukakakn bahwa
pengembangan pembelajaran sains pada anak memiliki peranan yang sangat
penting dalam membentuk meletakkan dasar keterampilan dan pembentukan
sumber daya manusia yang diharapkan. pembelajaran sains adalah pelajaran yang
penting karena ilmunya dapat diterapkan secara langsung dalam masyarakat.
Beberapa alasan Kesadaran pentingnya pembekalan sains akan semakin tinggi
apabila menyadari bahwa manusia hidup didunia yang dinamis, berkembangan
dan berubah terus menerus bahkan makin menuju masa depan, semakin komplek
ruang lingkupnya, dan tentunya akan memerlukan sains. Anak-anak sebagai
2. 2
generasi yag dipersiapkan untuk masa depan yang diduga akan semakin rumit,
berat, dan banyak problemnya perlu dibekali dengan menguasaan sains yang
memadai, tepat, bermakna dan fungsional dan menempatkan tujuan yang jelas
pada setiap bidang pengembangan pembelajaran dalam pendidikan anak usia dini.
Jadi focus program pengembangan pembekajaran sains hendaklah ditunjukkan
untuk memupuk pemahaman, minat dan penghargaan anak didik terhadap dunia
dimana mereka hidup (Sumaji,1988).
Metode Inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif anak terbukti dapat
meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap sains dan matematika
(Haury,1993). Metode pembelajaran Inkuiri yakni dimana system pembelajaran
harus didasarkan kepada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anak, dan
guru pada system ini memiliki tugas tidak selalu menuntun anak, namun guru
memfasilitasi anak untuk dapat menemukan pengetahuan itu sendiri sampai
mencapai kesimpulan. Salah satu komponen yang penting pada metode inkuiri
yaitu tidak ada target atau pencapaian tertentu yang harus dicapai oeleh seorang
anak.
Pembelajaran sains seharusnya dilaksanakan dengan baik dalam proses
pembelajaran di sekolah mengingat pentingnya pembelajan sains. Anak
meruapakan bagian dari bangsa dan bernegara ini mempunyai tanggung jawab
mensukseskan pendidikan dengan cara yang sesuai dengan tingkat
perkembangannya yaitu mengoptimalkan semua aspek perkembangan, yaitu
perkembangan nam, kogniti, bahasa, psikomotorik dan social.
Pembelajaran sains dikatakan berhasil apabila semua tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan dapat tercapai, yang terungkap dalam hasil belajar sains.
3. 3
Pembelajaran sains di Taman Kanak-Kanak masih banyak dilakukan secara
konvensional/tradisional (pembelajaran berpusat pada guru) serta lemahnya
kemampuan guru dalam mendorong dan memotivasi anak menjadikan prestasi
ketrampilan sains masih rendah bila dibandingkan dengan pembelajaran yang lain.
Pembelajaran sains selalu disajikan secara verbal melalui kegiatan ceramah dan
textbook oriented, dengan keterlibatan siswa yang sangat minim karena siswa
hanya melakukan kegiatan duduk, diam, mendengar, mencatat dan menghafal,
sehingga kurang menarik minat siswa dan membosankan yang akhirnya membuat
siswa mudah lupa terhadap konsep yang telah diberikan. “keberhasilan
implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru
menggunakan model pembelajaran”. Pemahaman Keterampilan sains dengan
menyertakan strategi, model, dan media yang tepat akan menumbuhkan rasa
ketertarikan anak dalam pemahaman sains yang dilaksanakan.
Metode yang diterapkan oleh para guru untuk mendidik anak usia dini di
TK dituntut harus ada modifikasi secara kreatif dan inovatif, untuk menghasilkan
pendidikan yang menghasilkan anak yang berkualitas. Sehubungan dengan
masalah yang dihadapi oleh para anak, maka harus segera dilakukan tindakan
melalui penelitian dengan judul : “Penerapan Metode Inkuiri Dalam Pembelajaran
Sains Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Anak Taman Kanak-Kanak”.
Diharapkan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi anak dalam
belajar, dibanding dengan metode yang biasa selama ini para guru terapkan dalam
proses belajar mengajar di TK Melati.
4. 4
1.2 Identifikasi Masalah
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah diatas
maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian yaitu :
1. Siswa kurang memahami konsep dengan baik kemudian kurangnya motivasi
untuk mengikuti proses pembelajaran.
2. Kemauan belajar anak terhadap keterampilan sains masih rendah.
3. Kurang tertarik dengan materi yang disajikan guru.
4. Strategi yang dipilih dan digunakan guru belum sesuai dengan materi yang
diajarkan.
5. Perencanaan waktu belum diorganisasikan dengan baik sehingga waktu tidak
efektif.
1.3 Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan peneliti baik dari segi kemampuan waktu dan
biaya maka peneliti membatasi permasalahan yang diteliti. Adapun batasan
masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah “Penerapan Metode inkuiri
dalam pembelajaran sains untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Anak Taman
Kanak-Kanak di TK Melati T.A. 2014/2015”.
5. 5
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah
1. Bagaimana aktivitas belajar anak dalam pembelajaran sains di TK Melati
sebelum menggunakan metode pembelajaran inkuiri ?
2. Bagaimana aktivitas belajar anak dalam pembelajaran sains di TK Melati
setelah menggunakan metode pembelajaran inkuiri ?
3. Bagaimana pengaruh metode inkuiri terhadap aktivitas belajar anak di TK
Melati terhadap pembelajaran sains ?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui aktivitas belajar anak dalam pemahaman sains di TK
Melati sebelum menggunakan metode pembelajaran inkuiri.
2. Untuk mengetahui aktivitas belajar anak dalam pemahaman sains di TK
Melati setelah menggunakan metode pembelajaran inkuiri.
3. Untuk mengetahui pengaruh metode inkuiri dalam pembelajaran sains di
TK Melati terhadap pembelajaran sains.
6. 6
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat secara teoritis dan secara praktis. Secara teoritis
hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan teori ilmu
pendidikan. Adapun secara praktis manfaat dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Umum:
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan tentang metede proses belajar mengajar
yang efektif dalam menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah belajar
anak, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan anak.
2. Manfaat Khusus:
a. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan untuk perbaikan
kekurangan dalam pemahaman sains.
b. Bagi guru, diharapkan dapat bermanfaat untuk memperbaiki dan
melakukan penerapan model kerja lapangan, inkuiri, dan diskusi.
c. Bagi anak diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar setelah
diadakannya perlakuan dalam penelitian ini.
d. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bukti ilmiah dalam dunia
pendidikan.
e. Bagi peneliti, dapat meningkatkan keterampilan peneliti dalam
menerapkan penggunaan metode inkuiri.
7. 7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Hakikat Aktivitas Belajar
2.1.1.1. Definisi Aktivitas Belajar
Hamalik (2010:176) menyatakan asas aktivitas digunakan dalam
semua model mengajar, baik model dalam kelas maupun model diluar kelas.
Hanya saja penggunaannya dilaksanakan dalam bentuk yang berlain-lainan
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan pula pada
orientasi s ekolah yang menggunakan jenis kegiatan itu. Menurut pandangan
ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut padangan
ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh peserta didik.
Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi peserta
didik, karena memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bersentuhan
dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan
demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik.
Aktivitas Belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah
berbuat mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar
kalau tidak ada aktivitas.
Menurut Sanjaya (2011:132) aktivitas belajar bukanlah menghafal
sejumlah fakta atau informasi. Melainkan berbuat, memperoleh pengalaman
tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi
pembelajaran harus mampu mendorong aktivitas siswa.
8. 8
Dari uraian diatas dapat diambil pengertian aktivitas belajar adalah
keterlibatan peserta didik dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam
kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan
memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
2.1.1.2. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar
Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul B.
Diedric (dalam Sardiman, 2011: 101) adalah sebagai berikut:
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,
memperhatikan gambar Kerja Lapangan, Inkuiri, Dan Diskusi,
percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi
saran, berpendapat, diskusi, interupsi.
3. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
4. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
menyalin.
5. Drawing Activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun,
beternak.
7. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.
9. 9
8. Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun,
berani, tenang.
Rousseau (dalam Sardiman, 2011: 96), memberikan penjelasan
“Pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman
sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang
diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis”. Oleh karena itu,
aktivitas yang dilakukan oleh anak dapat dilakukan baik secara jasmani
maupun rohani dan aktivitas anak taman kanak-kanak selama proses belajar
mengajar merupakan salah satu indicator adanya keinginan untuk belajar.
Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas, menunjukan
bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai
macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah
akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat
aktivitas berlajar yang maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya
sebagai pusat dan trasformasi kebudayaan. Kreativitas guru mutlak diperlukan
agar dapat merencanakan kegiatan siswa yang sangat bervariasi itu. Dari jenis–
jenis aktivitas belajar yang dikemukakan di atas maka dijadikan sebagai
pedoman membuat lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses
pembelajaran.
Sagala (2011: 124) menyatakan bahwa ada beberapa aktivitas kejiwaan
yang berhubungan erat dengan psikologi pendidikan yaitu:
1) Pengamatan Indera
Setiap manusia yang sehat mentalnya dapat mengenal lingkungan fisik
10. 10
yang nyata, baik di dalam dirinya sendiri maupun di luar dirinya dengan
menggunakan organ-organ indranya. Para ahli psikologi membedakan lima
macam modalitas pengamatan yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasaan, dan perabaan. Pengamatan merupakan fungsi sensoris yang
memungkinkan seseorang menangkap stimuli dari dunia nyata sebagai bahan
yang teramati.
2) Tanggapan
Tanggapan diperoleh dari pengindraan dan pengamatan. Johann
Frederich Herbart mengemukakan bahwa tanggapan ialah merupakan unsur
dasar dari jiwa manusia.
3) Fantasi
Fantasi dapat didefinisikan sebagai aktivitas imajinasi untuk
membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan
lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidak harus sama
atau sesuai dengan benda-benda yang ada. Fantasi itu dilikiskan sebagai
fungsi yang memungkinkan manusia untuk berorientasi dalam alam imajinir,
dimana aktivitas imajinasi itu melampaui dunia nyata.
4) Ingatan
Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan jalan
pengecaman secara aktif. Fungsi ingatan meliputi tiga aktivitas yaitu: (1)
mencamkan, yaitu menangkap atau menerima kesan-kesan; (2) menyimpan
11. 11
kesan-kesan; dan (3) mereproduksi kesan-kesan. Atas inilah ingatan
didefinisikan sebagai kecapan untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksikan kesan-kesan.
5) Pikiran dan Berpikir
Pikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan antar bagian
pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Akal adalah
sebagai kekuatan yang mengendalikan pikiran. Sedangkan berpikir berarti
meletakkan antar bagian pengetahuan yang diperoleh manusia. Berpikir
sebagai proses menentukan hubungan-hubungan secara bermakna antara
aspek-aspek dari suatu bagian pengetahuan. Sedangkan bentuk aktivitas
berpikir merupakan merupakan tingkah laku simbolis, karena seluruh aktivitas ini
berhubungan dengan atau mengenai penggantian hal-hal yang konkret.
6) Perhatian
Perhatian dapat diartikan dua macam yaitu: (1) perhatian adalah
pemusatan tenaga/ kekuatan jiwa tertuju kepada sesuatu objek dan (2) perhatian
adalah pendayagunaan kesadaran untuk menyertai sesuatu aktivitas yang
dilakukan.
7) Perasaan
Perasaan adalah pengalaman yang bersifat efektif, yang dihayati sebagai
suka (pleasentness) atau ketidaksukaan (unpleasentness) yang timbul karena
adanya perangsang-perangsang tertentu.
12. 12
8) Kemauan
Kemauan bukanlah aktivitas maupun usaha kejiwaan, melainkan kekuatan
atau kehendak untuk memilih dan merealisasi suatu tujuan yang merupakan
pilihan diantara berbagai tujuan yang bertentangan. Kekuatan kemauan bereaksi
apabila dipancing oleh adanya usaha memenuhi kebutuhan.
2.1.1.3. Prinsip – Prinsip Aktivitas Belajar
Prinsip aktivitas dalam belajar dapat dilihat dari perkembangan konsep
jiwa menurut ilmu jiwa. Berdasarkan unsur kejiwaan subjek belajar akan
diketahui prinsip belajar yang terjadi. Untuk melihat prinsip aktivitas belajar
dari sudut pandangan ilmu jiwa ini secara garis besar dibagi menjadi dua
pandangan yaitu :
1) Menurut pandangan ilmu jiwa lama
John Locke dengan konsepnya Tabularasa, mengibaratkan jiwa
seseorang bagaikan kertas putih yang tidak bertulis. Kertas putih ini
kemudian akan mendapatkan coretan atau tulisan dari luar. Terserah kepada
unsur dari luar yang akan menulis, mau ditulis merah atau hijau, kertas ini
akan bersifat reseptif. Konsep semacam ini kemudian ditrasfer ke dalam
dunia pendidikan. (Sardiman, 2011 : 98). Berdasarkan konsep tersebut s iswa
ibarat botol kosong yang diisi air oleh sang guru. Gurulah yang
menentukan bahan dan metode, sedangkan siswa menerima begitu saja.
Aktivitas anak terutama terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab
pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan. Mereka para siswa hanya
13. 13
bekerja karena atas perintah guru, menurut cara yang ditentukan guru,
begitu juga berfikir menurut yang digariskan oleh guru. Dalam proses
belajar-mengajar semacam ini tidak mendorong siswa untuk berfikir dan
beraktivitas. Tetapi yang banyak beraktivitas adalah guru yang dapat
menentukan segala sesuatu yang dikehendaki. Hal ini sudah tidak sesuai
dengan hakikat pribadi anak didik sebagai subjek belajar.
2) Menurut pandangan ilmu jiwa modern
Menurut pandangan ilmu jiwa modern meterjemahkan jiwa manusia
sebagai suatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh karena
itu, secara alami anak didik akan menjadi aktif, karena adanya motivasi dan
didorong oleh bermacam-macam kebutuhan. Anak didik dipandang sebagai
organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang. Oleh sebab itu, tugas
pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik
dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini, anaklah yang
beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri. (Sardiman, 2011: 99). Pada
hakekatnya berdasarkan pandangan ilmu jiwa modern dapat diketahui bahwa
siswa sudah memiliki potensi untuk melakukan sesuatu. Sehingga dalam
proses pembelajaran guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran dengan cara memfasilitasi
dan menciptakan kondisi belajar yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk melakukan aktivitas sebanyak mungkin guna membantu
siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya.
14. 14
2.1.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang adalah sebagai
berikut:
1) Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu/siswa itu
sendiri yang meliputi:
a) Kecerdasan/intelegensi
Menurut Slameto (2010: 56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang
tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang
rendah. ” Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui siswa yang
mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam
belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang
kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan
intelegensi adalah salah satu diantara faktor yang lain. Faktor kecerdasan
memiliki arti yang penting yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
karena kecerdasan merupakan kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat
ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu
menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.
Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang
berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang
anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor
intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar
mengajar.
15. 15
b) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Setiap
siswa memiliki bakat tertentu yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
Bakat inilah yang mempengaruhi prestasi belajar pada bidang-bidang tertentu
sesuai dengan bakat yang dimiliki oleh siswa.
c) Minat
Menurut Slameto (2010: 57) Minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar
pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari
tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,
karena tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bahan pelajaran
yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena
minat menambah kegiatan belajar.
Sardiman (2011: 76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang
terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
” Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya
terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa
lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan
belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran
di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk
16. 16
melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila
seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan
terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat
tercapai sesuai dengan keinginannya.
Minat seseorang dapat dibangkitkan dengan cara sebagai berikut :
(1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
(2) Menghubungkan dengan suatu persoalan pengalaman yang lampau
(3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
(4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar
d) Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut
merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan
belajar. Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi
instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri
seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu
pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan
motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan
siswa tersebut melakukan kegiatan belajar. Motivasi dalam belajar adalah
merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Uno (2011: 23) belajar adalah
perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi
sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi
17. 17
tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Hakikat motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku. Dalam memberikan motivasi seorang
guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan
perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam
diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran.
Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan
kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar yang sifatnya di luar diri siswa. Menurut Slameto (2010: 60) faktor
ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan
sekolah dan lingkungan masyarakat.
a) Keadaan Keluarga
Hamdani (2011: 143) menyatakan bahwa keluarga yang sehat besar
artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran
besar, yaitu pendidikan bangasa, negara dan dunia. Keluarga merupakan
lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan
dibesarkan. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam
keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang
akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah
satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
18. 18
b) Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan
sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan
sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa,
alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang
baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
c) Lingkungan Masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor
yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses
pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan
sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak
itu berada.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian
anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu
menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh
karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan
temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan
membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana
temannya.
19. 19
2.1.2. Hakikat Pembelajaran Sains
2.1.2.1. Pengertian Pembelajaran Sains
Rumanta (2013: 22) menyatakan bahwa ketrampilan proses yang perlu
dilatih dalam pembelajaran sains meliputi ketrampilan proses dasar misalnya
mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal
hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya
merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis,
menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data,
menganalisis dan mensintesis data.
Hanya saja pembelajaran sains di Taman Kanak-Kanak belum
mengarah ke konsep dasar pendidikan sains pada umumnya di SD, SMP.
SMA dan bahkan di Perguruan Tinggi. Sehingga perlu diciptakan kondisi
pembelajaran tentang pemahaman pembelajaran sains di Taman Knak-Kanak
yang dapat mendorong anak untuk aktif dan ingin tahu.
Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan investigasi
terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi
akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan
investigasi tersebut perlu digeneralisir agar peserta didik memiliki
pemahaman konsep yang baik. Untuk itu peserta didik perlu di bimbing
berpikir secara induktif. Selain itu, pada beberapa konsep Pemahaman
pembelajaran sains yang dilakukan, anak perlu memferifikasi dan menerapkan
suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing berpikir secara
deduktif. Kegiatan belajar sains seperti ini, dapat menumbuhkan sikap ilmiah
dalam diri anak meskipun secara sederhana. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hakikat sains meliputi beberapa aspek yaitu faktual,
20. 20
keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan,
berfikir induktif dan deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah.
2.1.3. Metode Pembelajaran Inkuiri
2.1.3.1. Pengertian Metode Inkuiri
Pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan satu komponen
penting dalam pendekatan konstruktifistik yang telah memiliki sejarah panjang
dalam inovasi atau pembaruan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan
penemuan atau inkuiri, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan
guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan
yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka
sendiri.
Piaget memberikan definisi pendekatan Inquiry sebagai pendidikan yang
mempersiapkan situasi bagi siswa untuk melakukan eksperimen sendiri.
Mengajukan pertayaan-pertayaan dan mencari sendiri jawaban atas pertayaan
yang mereka ajukan (Piaget dalam Sofan dan Iif, 2010: 103).
Metode inkuiri yang didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri (M. Gellu dalam Sofan
dan Lif, 2010: 103).
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan
menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam
21. 21
pembekajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran,
sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat peneliti simpulkan metode
inkuiri adalah suatu pendekatan yang digunakan guru dalam mencapai tujuan
dengan siswa yaitu dengan cara siswa mancari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
2.1.3.2. Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri, di antaranya:
1) pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan. Artinya, pada pembelajaran inkuiri
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran,
siswa tidak hanya berperan sebagai penerima materi pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan
sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan
demikian, pada pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai
satu-satunya sumber belajar, tetapi lebih diposisikan sebagai fasilitator
dan motivatorbelajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan
22. 22
melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan
guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam
melakukan inkuiri. Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas
mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan
fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman
kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok.
3) tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan
demikian, dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut untuk
menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat
menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai
pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara
optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan
berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.
2.1.3.3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:
1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual. Tujuan utama dari
pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan
demikian, pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar.
23. 23
2. Prinsip Interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses
interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru,
bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai
proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3. Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan
pembelajaran ini adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa
untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan
sebagian dari proses berpikir. Dalam hal ini, kemampuan guru untuk
bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Di samping itu,
pada pembelajaran ini juga perlu dikembangkan sikap kritis siswa dengan
selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang
dipelajarinya.
4. Prinsip Belajar untuk Berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah
fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think),
yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir
adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5. Prinsip Keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran
yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus
dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk
memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan
secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
24. 24
2.1.3.4. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan,
karena memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui pembelajaran ini dianggap jauh lebih
bermakna.
2. Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajarmereka.
3. Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4. Keuntungan lain adalah dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan
belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran ini juga mempunyai kelemahan,
di antaranya:
1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
25. 25
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu
yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu
yang telah ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasiJan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka strategi ini tampaknya akan sulit
diimplementasikan.
2.1.3.5. Langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Inkuiri
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah- langkah sebagai berikut :
1) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengondisikan agar
siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah ini guru harus
merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.langkah
orientasi merupakan langkah yang sangat penting karena keberhasilan SPI
sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan
kemampuannya dalam memecahkan masalah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi yaitu :
a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang siharapkan dapat
tercapai oleh siswa.
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
untuk mencapai tujuan.
c. Menjelaskan pentingnya topic dan kegiatan belajar, hal ini dapat
dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
26. 26
2) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan
masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban
yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi
inkuiri.
Beberapa hal yang hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah,
diantara :
a. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa
b. Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang
jawabannya pasti
c. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa
3) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan
berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajikan berbagai pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
27. 27
4) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas dan peran guru
dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5) Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari
tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
6) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebiknya guru mempu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.
2.2. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan peristiwa sehari-hari yang pada umumnya
berlangsung di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas
belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek yaitu dari guru dan anak.
Dari segi peserta didik, belajar dialami sebagai proses mental dalam
28. 28
menghadapi bahan pelajaran yang disajikan guru di sekolah. Melalui guru,
anak mendapat beragam kemampuan keterampilan, dan sikap yang dapat
diukur melalui perubahan serta meningkatnya ketiga kemampuan tersebut.
Pembelajaran Sains di Taman Kanak-Kanak masih banyak dilakukan
secara konvensional/tradisional (pembelajaran berpusat pada guru) serta
lemahnya kemampuan guru dalam mendorong dan memotivasi anak
menjadikan prestasi belajar sains masih rendah bila dibandingkan dengan
pembelajaran lainnya. Adapun yang harus dilakukan agar pembelajaran sains
ini tercapai, maka disusunlah langkah-langkah sebagai berikut : Guru
menyampaikan ingin kompetensi yang di capai, Guru menyajikan gambaran
sekilas materi yang akan di sampaikan, Menyiapkan bahan atau alat yang di
perlukan, Setelah langkah ini dilaksanakan dengan baik, maka guru membuat
kesimpulan akhir dengan melakukan tes berupa pertanyaan-pertanyaan pada
pembelajaran sains di Taman Kanak-kanak. Dan dengan tes hasil belajar
tentang pembelajaran sains ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam
penelitian tindakan kelas ini berhasil atau tidak. Harapan dalam penelitian ini,
agar peserta didik mampu meningkatkan hasil belajar tentang pembelajaran
sains di Taman Kanak-Kanak.
2.3. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka, dan hasil-hasil penelitian
yang relevan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Penerapan Metode
Inkuiri Dalam Pembelajaran Sains Dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar Anak
Taman Kanak-Kanak”
29. 29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan kelas (Classroom Action
Research) yang mengacu kepada tindakan guru ketika melaksanakan
pembelajaran sebagai upaya untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang
berguna untuk mengungkapkan kesulitan belajar siswa dalam proses pembelajaran
serta cara mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut sebagai upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi tersebut.
Menurut Arikunto, (2010:16) menyatakan bahwa secara garis besar dalam
tiap siklus itu terhadap empat tahap yang dilalui dalam melaksanakan penelitian
tindakan kelas, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi
(observing) dan refleksi (reflecting).
Pada setiap penelitian dalam ilmu pengetahuan umumnya bertujuan untuk
menemukan dan mengembangkan serta menguji kebenaran dari suatu ilmu
pengetahuan. Metode penelitian adalah cara yang dilakukan peneliti untuk
mencapai maksud dan tujuan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
Sesuai dengan langkah-langkah PTK maka pada tahap awal, Peneliti
mempersiapkan materi yang akan disajikan, menyusun perencanaan perbaikan
pembelajaran, serta menyiapkan alat dan media pembelajaran yang sesuai dan
30. 30
metode pembelajaran. Setelah melalui tahap persiapan, Peneliti masuk ketahap
tindakan yang merupakan perbaikan pembelajaran yang dibagi masing-masing
dalam tiga siklus. Dan prosedur selanjutnya Peneliti melakukan pengamatan,
sedangkan perosedur terakhir dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah
melakukan refleksi.
3.2. Lokasi (Tempat) dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di TK Melati. Yang beralamat di Jl.
T.S. Muhammad Syah kecamatan Stabat kabupaten Langkat. Dan penelitian ini
dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai bulan Oktober 2014.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah TK B dengan jumlah siswa 15 orang,
terdiri dari laki-laki 7 orang dan perempuan 8 orang. Sampel dalam penelitian ini
adalah sampel jenuh yaitu semua anak di TK B yang berjumlah 15 orang.
3.4. Devinisi Operasional
di bawah ini akan didefinisikan variable-variabel yang ada pada penelitian,
yaitu:
Aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah bahwa peneliti
memperhatikan dan menilai dari kemampuan setiap individu atau setiap
parasiswa dalam aktivitas belajar pada pelajaran sains melalui metode inkuiri.
Seperti yang telah dijelaskan oleh penulis dari jombang (dalam asmani,
2010:2011) menyatakan bahwa guru hanya memfasilitator sedangkan siswa
31. 31
yang aktif, keaktifan anak belajar dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif
pula.
Pembelajaran sains dengan metode inkuiri adalah :
Pengembangan bpembelajaran sains pada anak, termasuk pengembangan
bidang lainnya memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu
meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya manusia yang
diharapkan. Menurut semiawan dkk (1990:17) keterampilan proses-proses yang
paling mendasar dan perlu dimiliki siswa dalam mempelajari sains antara lain
keterampilan-keterampilan dalam: mengobservasi, menghitung, mengukur,
mengklasifikasi, mencari hubungan ruang atau wkatu, membuat hipotesis,
merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menafsirkan data, menyusun
kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan konsep, dan
mengkomunikasikan.
Menurut sumantri, (1990: 164) menyatakan metode pembelajaran
inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberikan kesempatan pada
anak untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode
inkuiri dalam penelitian ini adalah metode inkuiri terbimbing (guided inkuiri)
dimana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur,
menganalisis dan mengambil hasil kesimpulan secara mandiri, sedangkan
dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan penunjang guru hanya sebagai
fasilitator.
32. 32
3.5. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang di dalamnya terdapat empat
tahapan utama, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi seperti yang
digambarkan dibawah ini:
Gambar 3.1. Skema PTK Menurut Arikunto (2010:16)
33. 33
3.5.1. Siklus I
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini yang dilakukan adalah merencanakan tindakan
yang akan dilakukan yaitu berupa skenario pembelajaran. Kegiatan yang
dilakukan dalam tahap perencanaan siklus I adalah sebagai berikut :
1) Menentukan tema sesuai kurikulum,
2) Menyusun rencana pembelajaran dalam bentuk Rencana Kegiatan Harian
(RKH),
3) Mempersiapkan pembelajaran dengan menggunakan metode Inquiri,
pembelajaran Sains.
4) Membuat setting kelas dan Mempersiapkan media, bahan, dan alat sumber
belajar.
5) Membuat lembar kisi-kisi observasi untuk mengamati pembelajaran.
b) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Setelah tahap perencanaan disusun, maka tahap selanjutnya adalah
melaksanakan rencana pembelajaran yang telah direncanakan RKH.
Pelaksanaan tindakan tersebut yaitu: dalam pelaksanaan tindakan peneliti yang
,menjadikan guru, sedangkan guru ikut dilibatkan sebagai observer yang
tugasnya memberikan kritik dan masukan yang berguna dalam proses
selanjutnya. Proses Pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan RKH yang
telah dirancang, dan menonjolkan kegiatan pembelajaran yang ingin
diterapkan yaitu: pembelajaran sains. Pelaksanaan setiap siklus berlangsung
sebanyak 2 kali pertemuan.
34. 34
c) Tahap Observasi/pengamatan
Observasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan
rencana yang telah ditetapkan sekaligus mengetahui sejauh mana tindakan
dapat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki. Peneliti
juga dapat melihat kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sewaktu
pembelajaran berlangsung.
d) Tahap Refleksi
Tahap refleksi dilakukan dengan mempertimbangkan pedoman
mengajar yang dilakukan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang
diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya di temukan kelebihan dan
kekurangan, dimana jika ditemukan kekurangan maka akan dilakukan tindakan
perbaikan pada siklus II.
Setelah siklus I dijalankan dan hasil yang dicapai belum sesuai dengan
yang diharapkan, maka dilakukan kembali tahap-tahap diatas untuk dilakukan
pada siklus II dan siklus selanjutnya sampai hasil belajar yang diharapkan
tercapai. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan setelah melakukan perbaikan-perbaikan
pada rencana pembelajaran dan tindakan yang akan dilakukan
dengan urutan-urutan seperti yang dilaksanakan pada siklus I.
35. 35
3.5.2. Siklus II
a) Tahap Perencanaan
Tahap ini dilakukan untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam
menyelesaikan pertanyaan - pertanyaan yang disajikan yang bersumber dari
materi “tumbuhan hijau” dalam pelajaran sains setelah dilakukan tindakan
pertama. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa perbaikan skenario
pembelajaran (RKH) yang disesuaikan refleksi tindakan pada siklus I dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan mencari alternatif
pemecahan masalah.
2) Memperbaiki penyusunan RKH.
3) Mengembangkan kembali indikator pencapaian hasil belajar.
4) Mengembangkan skenario pembelajaran dengan baik.
5) Menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran.
b) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan rencana
pembelajaran yang telah direncanakan, berupa proses pembelajaran sesuai dengan
rencana pembelajaran dan disesuaikan dengan hasil refleksi siklus I. Adapun
skenario pembelajaran yang dilakukan adalah :
1) Pada siklus II ini, peneliti lebih membimbing siswa yang memiliki
kelemahan pada siklus I sebelumnya. Kemudian meningkatkan proses-proses
yang kurang pada saat siklus I berlangsung.
36. 36
2) Anak diberi kesempatan untuk melakukan seluruh kegiatan dan selama
pembelajaran berlangsung.
3) Anak diberi banyak kesempatan untuk bertanya tentang kegiatan yang
dilakukan dalam pembelajaran sains.
4) Anak diberikan tugas untuk mengamati dan member kesimpulan secara
sederhana tentang hasil pembelajaran sains.
c) Tahap Observasi
Observasi yang dilaksanakan meliputi pengamatan secara langsung proses
pembelajaran di kelas. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas guru dalam
pembelajaran. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tindakan
dengan rencana yang telah disusun dan berguna untuk mengetahui sejauh mana
pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan sesuai dengan yang
dikehendaki.
d) Tahap Refleksi
Pada akhir siklus II siswa diberikan pertanyaan individu. Kegiatan ini
dilakukan melihat hasil perkembangan aktivitas belajar anak yang diberikan
oleh peneliti setelah diterapkannya metode inkuiri. Refleksi ini dilakukan untuk
menarik kesimpulan dan hasil tindakan pada siklus II.
37. 37
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, alat pengukur data yang
digunakan adalah:
3.6.1. Lembar Observasi
Pengumpulan data dengan observasi dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung dibantu oleh guru kelas. Observasi dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan aktivitas siswa
baik melibatkan seluruh domain belajar (kognitif, afektif, psikomotorik) dan
semua aspek perkembangan anak ( NAM, Kognitif, Motorik kasar dan halus,
Sosem dan Bahasa) sehingga anak menjadi lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
38. 38
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Penilaian Kriteria Bagi Siswa
Berilah tanda ceklis pada kolom yang disediakan!
No.
Jenis
Aktivitas
Indikator
Deskriptor Kemunculan
Aktivitas Belajar Siswa
Skor
4 3 2 1
1
Visual
Activities
Menyimak penjelasan
guru
1. Siswa
memperhatikan/menyima
k penjelasan guru di
depan kelas
Membaca
prtunjuk yang
diberikan oleh
guru
1. Siswa memperhatikan
petunjuk yang diberikan
guru untuk mengerjakan
tugas
2. Siswa memperhatikan/
menyimak penjelasan
teman saat berdiskusi
3. Siswa membaca buku
pegangan
2
Oral
Activities
Bertanya
1. Siswa bertanya kepada
guru atau teman
Memberi saran
1. Siswa aktif dalam
berdiskusi
Mengemukakan
Pendapat
1. Siswa aktif menjawab
pertanyaan guru atau
39. 39
teman
Berdiskusi
1. Siswa aktif
mengemukakan pedapat
tentang materi yang
sedang dipelajari
3
Listening
Activities
Mendengarkan
pertanyaan
Siswa mendengarkan
penjelasan guru tentang
materi yang dipelajari
Mendengarkan
jawaban
1. Siswa mendengarkan
penjelasan teman dalam
berdiskusi
2. Siswa mendengarkan
pernyataan guru atau
teman
Mendengarkan
penjelasan guru
atau teman
1. Siswa mendengarkan
jawaban atau pendapat
teman
4
Writing
Activities
Mencatat hal-hal
penting dari buku
1. Siswa mencatat hal-hal
dari buku
berdasarkan materi
pembelajaran alat
pencernaan
40. 40
Mencatat hal-hal
penting dalam
diskusi
Mengerjakan
tugas/soal
Keterangan :
1. Siswa mencatat hal-hal
penting dari diskusi
kelompok yang dilakukan
2. Siswa membuat laporan
hasil diskusi secara
sederhana
1. Siswa mengerjakan
tugas/soal yang diberikan
guru
Jumlah Skor
1. Sangat Baik : Jika melakukan 4 deskriptor.
2. Baik : Jika melakukan 3 deskriptor.
3. Kurang Baik : Jika melakukan 2 deskriptor.
4. Tidak Baik : Jika melakukan 1 deskriptor.
41. 41
Tabel 3.2. Lembar Observasi Penilaian Kriteria Bagi Guru Pada
Penggunaan Metode Inkuiri
Berilah tanda ceklis pada kolom yang disediakan!
Indikator Deskriptor Skor
4 3 2 1
A. Membuka
pelajaran
Menarik perhatian siswa
Menjelaskan tujuan
pembelajara
Memberikan motivasi
B. Penggunaan
Waktu dan
Strategi
Pembelajaran
Menyediakan sumber
belajar dan alat bantu
pelajaran
Melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan
pembelajaran yang berurut
Menggunakan waktu
pembelajaran secara efektif
dan efisien
Menggunakan metode yang
sesuai dengan pelajaran
C. Melibatkan Siswa Memotivasi siswa agar
42. 42
Dalam Proses
Pembelajaran
berpartisipasi dalam
pelajaran
Upaya guru melibatkan
siswa dalam proses
pembelajaran
Mengamati kegiatan siswa
dalam menggunakan alat
peraga dan menyelesaikan
tugas yang diberikan
D. Komunikasi
Dengan Siswa
Pengungkapan pertanyaan
dengan jelas dan tepat
Memberikan respon atas
pertanyaan siswa
Mengembangkan
keberanian siswa dalam
mengungkapkan pendapat
atau komentar
E. Menutup
Pelajaran
Merangkum isi pelajaran
Jumlah Skor = Persentase Kriteria =
43. 43
Keterangan :
1. Sangat Baik : Jika melakukan 4 deskriptor.
2. Baik : Jika melakukan 3 deskriptor.
3. Kurang Baik : Jika melakukan 2 deskriptor.
4. Tidak Baik : Jika melakukan 1 deskriptor.
3.6.2. Angket
Angket tentang aktivitas belajar siswa diberikan setelah pelaksanaan
tindakan dilakukan tiap siklus.
Tabel 3.3. Pedoman Penskoran Aktivitas Belajar Siswa
Nama Siswa :
Kelas :
No
Aspek Yang
Dinilai
Deskriptor
Ceklis
Skala
Penilaian
(√)
Jumlah
1 Pemahaman
Terhadap
Materi Yang
Disampaikan
1.Cepat menangkap materi yang
disampaikan oleh guru.
2.Timbulnya rasa ingin tahu.
3.Tidak perlu dijelaskan berulang-
44. 44
Guru ulang.
4.Adanya rasa penasaran dengan
kelanjutan materi.
2 Kemampuan
Melaksanakan
Pembelajaran
Dengan Baik
1.Dapat menjelaskan pembelajaran
latihan dengan baik.
2.Teknik penyusunan pertanyaan.
3.Pengelolaan kegiatan belajar.
4.Memberikan penghargaan individu
dan kelompok.
3 Keaktifan
Dalam Proses
Pembelajaran
1.Ada respon yang baik kepada guru.
2.Ada umpan balik siswa kepada
guru.
3.Antusias mengikuti proses
pembelajaran dalam kelompok.
4.Motivasi siswa yang tinggi.
4 Kemampuan
Bertanya
1.Berani mengajukan pertanyaan
tentang hal yang belum
dimengerti.
2.Selain bertanya, siswa juga
mendapatkan jawaban yang benar
dari guru.
3.Pertanyaan yang diajukan tidak lari
dari pembahasan.
4.Tidak cepat merasa puas dengan
45. 45
materi yang belum dimengerti.
5 Kesungguhan 1.Mendengarkan dengan baik
penjelasan guru.
2.Memperhatikan Guru.
3.Konsentrasi.
6. Materi
Pembelajaran
1. Siswa bisa membedakan jenis
tumbuhan.
2. Memahami proses fotosintesis.
3. Membedakan tanaman dikotil dan
monokotil.
4. Memahami proses
perkembangbiakan tanaman hijau.
JUMLAH
3.7. Teknik Analisis Data
Data aktivitas belajar siswa diperoleh dari lembar observasi yang terlihat
dari aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dikelas. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif berdasarkan tahap keberhasilan tindakan
yaitu dari frekuensi kemunculan indikator pada lembar observasi.
46. 46
Adapun yang menjadi analisis data aktivitas siswa adalah sebagai berikut:
a. Ketercapaian Aktivitas Siswa Secara Individu
Ketercapaian aktivitas siswa secara individu dapat diketahui dengan
menghitung persentase keberhasilan yang diperoleh setiap individu dari hasil
observasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
PH =
B
N
x 100
Dimana : PH = persentase aktivitas belajar
B = skor yang di peroleh siswa
N = skor maksimum
Sedangkan skor keaktifan yang di nilai adalah sebagai berikut :
65 – 100 dikatakan aktif
0 – 64 dikatakan tidak aktif
( Purwoko dalam Bronto Suseno, 2006:103)
b. Ketercapaian Aktivitas Siswa Secara Klasikal
Ketercapaian aktivitas siswa secara klasikal dapat diketahui dengan
menghitung persentase keberhasilan klasikal siswa dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
P =
푓
푛
x 100%
(Sudjana, 2009)
47. 47
Dimana : P = nilai persentase yang diperoleh
f = jumlah siswa yang mengalami perubahan
n = jumlah banyaknya individu
Adapun kriteria penilaian observasi yang digunakan adalah konvensi nilai
angka menjadi huruf yang di taksir secara kualitatif yaitu :
Tabel. 3.4
Konvensi Skala Lima Absolut
No. Persentase Keberhasilan
Tindakan
Taraf
Keberhasilan
Nilai Dengan Huruf
1. 85% - 100% Baik sekali A
2. 75% - 84% Baik B
3. 65% - 74% Cukup C
4. 55% - 64% Kurang D
5. 0% - 54% Tidak Lulus E
48. 48
2. Aktivitas Siswa Untuk Tiap Jenis/Indikator
Jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian sebanyak 22 orang dan setiap
jenis atau indikator aktivitas terdapat 4 deskriptor yang diamati.
Skor maksimal tiap indikator = Jumlah deskriptor x Jumlah siswa
= 4 x 22 = 88
Aktivitas siswa untuk tiap jenis atau indikator dikelompokkan menjadi 4
kategori yaitu : baik sekali, baik, cukup, dan kurang.
Kriteria Aktivitas Belajar Siswa Untuk Tiap Indikator:
Skor 67 ≥ 88 : Aktivitas baik sekali
Skor 43 – 66 : Aktivitas baik
Skor 23 – 44 : Aktivitas cukup
Skor 0 – 22 : Aktivitas kurang
(Dewi,2010)
49. 49
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharmisi Dkk (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi
Aksara.
Rasyid Harun, Mansyur (2008). Penilaian Hasil Belajar. Bandung : CV
WACANA PRIMA.
Ansori Muhammad (2008). Psikologi Pembelajaran. Bandung : CV WACANA
PRIMA.
Sudrajat Ahmad (2011). Pembelajaran Inkuiri.[online]. Tersedia :
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/09/12/pembelajaran- inkuiri/.
[2 Desember 2014].
50. 50
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….......i
DATAR ISI……………………………………………………………………....ii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................4
1.3 Pembatasan Masalah ...................................................................................4
1.4 Rumusan Masalah........................................................................................5
1.5 Tujuan Penelitian .........................................................................................5
1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
KAJIAN PUSTAKA ..............................................................................................7
2.1 Kerangka Teoritis .......................................................................................7
2.1.1 Hakikat Aktivitas Belajar........................................................................7
2.1.1.1 Definisi Aktivitas Belajar......................................................................7
2.1.1.2 Jenis-Jenis Aktivitas Belajar ................................................................8
2.1.1.3 Prinsip – Prinsip Aktivitas Belajar....................................................12
2.1.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar ..................14
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Sains ................................................................19
2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Sains .........................................................19
2.1.3 Metode Pembelajaran Inkuiri...............................................................20
2.1.3.1 Pengertian Metode Inkuiri .................................................................20
2.1.3.2 Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri...........................................................21
2.1.3.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri .............................................22
2.1.3.4 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri ........................24
2.1.3.5 Langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Inkui ri .....................25
2.2 Kerangka Berpikir .....................................................................................27
2.3 Hipotesis Tindakan ...................................................................................28
51. 51
BAB III ..................................................................................................................29
METODE PENELITIAN ...................................................................................29
3.1 Metode Penelitian ......................................................................................29
3.2 Lokasi (Tempat) dan Waktu Penelitian ..................................................30
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................30
3.4 Devinisi Operasional .................................................................................30
3.5. Desain Penelitian ......................................................................................32
3.5.1. Siklus I ....................................................................................................33
3.5.2. Siklus II ..................................................................................................35
3.6 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................37
3.6.1. Lembar Observasi .................................................................................37
3.6.2. Angket ....................................................................................................43
3.7. Teknik Analisis Data ................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................49