SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  32
Modul 2

                                                     Pengukuran
                                      Dra. Kusharianingsih Candrawita, M.S.


         PE N D A HU L UA N



P    ada Modul 1, Anda telah diperkenalkan dengan konsep-konsep dasar
     statistika, pemanfaatan statistika dalam penelitian sosial, 2 cabang
(aktivitas utama) dari statistika, serta penggunaan komputer dalam analisis
statistika. Dalam pembahasan pada Modul 1 telah dijelaskan bahwa statistika,
sebagai suatu bidang studi, berkaitan dalam 2 hal dengan kegiatan penelitian,
yaitu penyajian data (data description) termasuk di dalamnya analisis data
yang bersifat penjajakan dan penyusunan inferensi (kesimpulan) tentang
suatu populasi (universe) berdasarkan informasi yang terdapat pada sampel.
     Bagi peneliti sendiri terdapat 2 alasan untuk melakukan kegiatan
ekonomi, yaitu mengembangkan pengetahuan baru mengenai kehidupan
sosial manusia dan (khusus untuk penelitian sosial dengan pendekatan
kuantitatif) melakukan uji hipotesis mengenai suatu gejala sosial tertentu1.
Dalam kegiatan penelitian tersebut, hipotesis2 dikembangkan oleh peneliti
dari teori-teori sosial yang ada dan selanjutnya hipotesis tersebut digunakan
sebagai pedoman dalam kegiatan penelitian yang dilakukan.
     Dengan adanya hipotesis yang berfungsi sebagai pedoman. peneliti
dituntut untuk melakukan identifikasi terhadap variabel yang akan diukur
dana juga menetapkan prosedur pengumpulan informasi (data) serta
analisisnya sesuai dengan hipotesis yang dirumuskan3. Untuk itu, di dalam
modul ini Anda akan diperkenalkan pada konsep-konsep dasar dalam proses
pengukuran variabel4 sehingga pengukuran gejala sosial atau perilaku sosial
manusia dapat dipahami. Pembahasan mengenai proses pengukuran pada
modul ini akan memberikan gambaran bahwa berbagai variabel sosial, politik
dan ekonomi yang sering dianggap abstrak dan kompleks tersebut ternyata
dapat diukur. Pada bagian akhir modul ini, Anda juga akan diperkenalkan
dengan dua konsep (prinsip) penting dalam proses pengukuran, yaitu
validitas (validity) dan reliabilitas (reliability).
2.2                                   Pengantar Statistik Sosial



    Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan mampu menjelaskan
konsep-konsep dasar dalam proses pengukuran.
    Secara spesifik Anda diharapkan pula mampu menjelaskan:
1. pengertian pengukuran;
2. evaluasi sifat pengukuran;
3. metode membandingkan data;
4. tingkat ketelitian dalam proses pengukuran;
5. validitas dan reliabilitas dalam proses pengukuran.
ISIP4215/MODUL 2                                                         2.3



                                         Kegiatan Belajar 1

      Konsep-konsep Dasar dalam Pengukuran


S   alah satu alasan dilakukannya kegiatan penelitian adalah untuk menguji
    hipotesis. Kegiatan penelitian itu sendiri diawali dengan pemilihan topik
yang bersifat umum dan kemudian merumuskannya dalam suatu
permasalahan penelitian yang lebih terfokus atau ke dalam suatu pertanyaan
penelitian. Selanjutnya peneliti merumuskan permasalahan atau pertanyaan
penelitian tersebut ke dalam hipotesis yang dapat diuji keberlakuannya5.
Namun, sebelum melakukan uji hipotesis peneliti perlu melakukan 2 hal,
yaitu menjelaskan (dan/atau membatasi) makna dari variabel-variabel yang
tercakup dalam rumusan hipotesis serta menetapkan cara (bagaimana)
peneliti akan mengukur hal-hal yang tercakup dalam batasan suatu variabel6.
Kedua hal ini merupakan bagian dari proses pengukuran.

A. PENGERTIAN PENGUKURAN

     Proses pengukuran dimulai dengan konseptualisasi (conceptualization)
dan operasionalisasi (operationalization) dari setiap konsep dan variabel
yang tercakup dalam hipotesis penelitian. Konseptualisasi adalah proses
pemilihan konsep dan pemberian batasan (definisi) secara teoretis terhadap
suatu konsep. Jadi, definisi konseptual adalah batasan (definisi) dalam tingkat
yang abstrak (teoretis). di mana definisi yang baik harus memiliki makna
yang jelas eksplisit dan khusus7. Misalkan, definisi konseptual dari status
sosial (social status) adalah suatu bentuk stratifikasi sosial di mana
kelompok-kelompok status atau strata ditentukan berdasarkan kriteria hukum,
politik dan kebudayaan8.
     Setelah merumuskan definisi konseptual9 peneliti akan melakukan
operasionalisasi, yaitu proses penyusunan definisi operasional dari konsep
yang dimaksud. Jadi, definisi operasional adalah batasan (definisi) alas
makna suatu konsep dalam bentuk cara, prosedur ataupun instrumen
pengukuran tertentu. Operasionalisasi ini dilakukan karena teori. sebagai
salah satu sumber penyusun hipotesis bersifat abstrak, terdiri dari serangkaian
asumsi, hubungan (antar-variabel), definisi dan kausalitas (hubungan sebab
akibat). Untuk itu, peneliti memerlukan serangkaian peraturan, prosedur atau
2.4                                        Pengantar Statistik Sosial



cara yang memungkinkan peneliti mengamatinya (dalam bentuk variabel) di
dunia nyata (empiris). Dengan kata lain, ukuran empiris ini menggambarkan
bagaimana peneliti secara konkret mengukur variabel tertentu dan mengacu
pada alat (indikator) yang digunakan oleh peneliti untuk menunjukkan
keberadaan konsep yang dimaksud dalam kenyataan yang diamati. Misalkan,
definisi operasionalisasi konsep status sosial menurut O.D. Duncan10
mengacu pada penghasilan (income), pendidikan (education), dan prestis11
(gengsi) pekerjaan (occupational prestige). Agar peneliti dapat mengamati
konsep tersebut di dunia nyata. Duncan mengembangkan alat ukur yang
menggabung pendidikan, penghasilan, dan prestis pekerjaan dalam suatu
multi-item index dan mengembangkan ukuran gabungan untuk sosio-ekonomi
dan prestis. Namun, skor dihasilkan dari pengukuran ini hanya terbatas pada
kaum pria saja. Dari pembahasan mengenai konseptualisasi dan
operasionalisasi terlihat bahwa jembatan (penghubung) antara indikator dan
konsep adalah hal yang amat penting dalam proses pengukuran karena
peneliti bergerak secara deduktif pada 3 tingkatan (tataran) yang berbeda,
yaitu tingkat konseptual, tingkat operasional, dan tingkat empiris12. Pada
tingkat atau tahap pertama, peneliti merumuskan batasan (definisi) yang jelas
pada suatu konsep. Selanjutnya, konsep tersebut dioperasionalisasikan
dengan menyusun definisi operasional atau seperangkat indikator untuk
konsep tersebut. Akhirnya, peneliti menerapkan indikator tersebut pada dunia
empiris13. Jembatan (penghubung) antara konsep yang abstrak dan kenyataan
empiris tersebut memungkinkan peneliti untuk menguji hipotesis penelitian
yang (telah) bersifat empiris. Pengujian empiris tersebut selanjutnya akan
dihubungkan kembali pada hipotesis konseptual dan hubungan sebab-akibat
(causal relations) yang terdapat dalam dunia teori. Untuk jelasnya, bagan
berikut ini memberikan gambaran bagaimana proses pengukuran dari 2
variabel yang berhubungan dalam suatu teori atau suatu hipotesis.
ISIP4215/MODUL 2                                                         2.5




                                                                   Level of
                                                                   Theory




                                 Gambar
                 Bagan Konseptualisasi dan Operasionalisasi

     Ada 2 prinsip pengukuran, yaitu prinsip eksklusif dan prinsip ekshautif14.
Prinsip eksklusif berarti bahwa suatu kasus (case) tidak dapat memiliki nilai
(kategori) lebih dari satu untuk suatu variabel yang sama. Prinsip ekshautif
berarti bahwa nilai (kategori) yang tersedia untuk suatu variabel harus dapat
mencakup nilai (kategori) dari setiap kasus. Contoh untuk prinsip eksklusif
adalah seorang (kasus) yang memiliki jenis kelamin laki-laki (variabel dan
kategori) tidak dapat pada saat yang sama memiliki jenis kelamin perempuan.
Contoh untuk prinsip ekshautif adalah kategori untuk variabel alat
transportasi yang digunakan untuk berangkat kerja harus dapat mencakup
seluruh kemungkinan jawaban (nilai/kategori yang diberikan oleh responden
(kasus).

B. PENGERTIAN KONSEP-KONSEP DASAR DALAM PROSES
   PENGUKURAN

1.   Konstanta dan Variabel
     Pembahasan mengenai proses pengukuran menunjukkan bahwa proses
tersebut diawali dengan konseptualisasi, yaitu proses pemilihan konsep dan
pemberian batasan anti secara teoretis terhadap konsep tersebut. Konsep,
sebagai suatu ide yang diwujudkan dalam bentuk simbol dan kata-kata15,
dapat dibedakan atas konsep yang memiliki serangkaian nilai, ukuran atau
jumlah, dan konsep yang mewakili gejala yang tidak bervariasi. Konsep yang
pertama disebut variabel16. Misalnya, pengukuran, status gizi, dan kepadatan
2.6                                          Pengantar Statistik Sosial



penduduk17. Konsep yang kedua disebut konstanta18, misalnya tipe ideal
birokrasi, keluarga, dan revolusi.
     Dalam penelitian sosial, perhatian lebih diarahkan pada variabel, yaitu
pemahaman terhadap perubahan dan atau perbedaan di antara variabel.
Dalam mengamati gejala yang bervariasi (variabel), statistika dapat menjadi
alat bantu yang berharga untuk menggambarkan (menyajikan) data yang
terkumpul dan merumuskan teknik yang sesuai bagi penyusunan kesimpulan.
Data mengenai perubahan variabel tersebut diperoleh berdasarkan
pengamatan (penelitian) terhadap unit-unit analisis (units of analysis) yang
disebut juga sebagai kasus (Cases).19

2.   Variabel Kuantitatif dan Variabel Kualitatif
     Variabel dapat dibedakan atas variabel kuantitatif dan variabel kualitatif.
Variabel jenis pertama adalah variabel yang hasil pengamatannya bervariasi
dalam hal jumlah (derajat) pada setiap penelitian yang dilakukan. Misalnya,
kepadatan penduduk, angka kematian bayi, dan angka melek huruf20. Contoh
lain, yang lebih sederhana adalah variabel umur, tinggi, dan berat badan,
sedangkan variabel kedua adalah variabel yang basil pengamatannya
bervariasi dalam jenis bukan dalam derajat (tingkat). Misalnya, variabel
metode kontrasepsi, cara pengelolaan sampah rumah tangga, dan status
pekerjaan utama21. Contoh lainnya, variabel jenis kelamin, status perkawinan,
dan agama (responden). Variabel kualitatif tidak dapat 'di-angka-kan', artinya
pemberian simbol angka pada kategori variabel tersebut hanya untuk
keperluan identifikasi. Misalkan, pemberian angka 1 pada kategori
perumahan dan angka 2 pada kategori perkampungan dilakukan untuk tujuan
membedakan antara kategori yang ada.22

3.   Variabel Diskrit dan Variabel Kontinum
     Variabel kuantitatif dapat dibedakan lagi atas variabel diskrit (discrete
variable) dan variabel kontinu (continuous variable)23. Variabel diskrit
adalah variabel kuantitatif dengan jumlah nilai (kategori) yang dapat
dihitung. Dengan kata lain kategori atau nilai pada variabel diskret
merupakan bilangan bulat. Misalnya, jumlah anak dalam satu rumah tangga.
jumlah kendaraan bermotor yang membayar pajak dalam satu tahun dan
jumlah kecelakaan lalu lintas pada suatu ruas jalan tol dalam satu minggu.
     Variabel kontinu25 adalah variabel kuantitatif di mana hasil
pengamatannya merupakan salah satu dari sejumlah (yang tidak terhingga)
ISIP4215/MODUL 2                                                   2.7



dari suatu garis interval. Jadi, kategori pada variabel kontinu dapat
merupakan nilai (bilangan) pecah maupun nilai (bilangan) bulat. Contoh
untuk variabel kontinu adalah umur dan beban tanggungan dan angka melek
huruf26. Dalam praktik sering kali variabel kontinu diperlakukan sebagai
variabel diskrit. Misalnya, variabel umur yang satuan atau unitnya bersifat
diskrit (bulan, tahun) sebenarnya adalah variabel kontinu. Biarpun demikian,
pembedaan variabel kontinu dan variabel diskrit tetap diperlukan karena
dalam penyusunan inferensi secara statistik terdapat metode inferensi yang
berbeda bagi variabel diskrit dan variabel kontinu.

C. EVALUASI SIFAT PENGUKURAN

     Sebelumnya telah dijelaskan bahwa definisi operasional memungkinkan
peneliti melakukan pengukuran terhadap variabel (konsep) yang akan diteliti.
Namun, tidak semua variabel dapat diukur dengan tingkat kecanggihan yang
sama atau dengan 'skala pengukuran' yang sama. Untuk itu di bagian ini akan
dijelaskan variasi yang ada dalam skala pengukuran.
     Pengukuran amat erat kaitannya dengan kuantifikasi27. Para peneliti
sosial umumnya membedakan antara kuantifikasi melalui kategorisasi (untuk
data nominal) dan kuantifikasi melalui pengukuran (untuk data ordinal,
interval, dan rasio). Keempat skala pengukuran ini berbeda dalam derajat
kuantifikasi terhadap variabel. Namun, untuk suatu variabel tertentu dapat
digunakan satu skala pengukuran atau lebih. Seperti halnya pada variabel
diskrit dan kontinu untuk suatu skala pengukuran tertentu telah
dikembangkan teknik dan prosedur statistik tertentu pula. Untuk itu,
penjelasan di bagian ini akan terfokus pada keempat jenis skala
pengukuran28, yaitu skala nominal, ordinal, interval, dan rasio sehingga
selanjutnya Anda dapat menetapkan teknik atau prosedur statistik yang sesuai
untuk variabel yang diteliti.

1.  Skala Nominal
    Seluruh variabel kualitatif diukur pada skala nominal. Pada skala
nominal, kategori dari objek (variabel) yang bersifat kualitatif dilakukan
berdasarkan 'nama'. Setiap kategori pada skala nominal dapat diberikan
simbol untuk keperluan identifikasi (dalam bentuk angka atau huruf).
Namun, simbol (angka) tersebut tidak memiliki makna apa-apa dan tidak
menunjukkan besaran tertentu. Angka atau simbol tersebut digunakan hanya
2.8                                         Pengantar Statistik Sosial



untuk mempermudah analisis dan penggambaran karakteristik data29. Contoh
variabel kualitatif yang berskala nominal adalah Alasan Utama Pindah30 yang
terdiri dari kategori pekerjaan, pendidikan, perkawinan, ikut suami/istri/orang
tua/keluarga, perumahan dan kategori lainnya. Terhadap masing-masing
kategori peneliti dapat menetapkan angka sebagai simbol untuk keperluan
identifikasi (pekerjaan = 1: pendidikan = 2: perkawinan = 3). Adanya
kategori 'lainnya' merupakan suatu usaha agar kategori yang tersedia untuk
variabel tersebut bersifat ekshausif31. Dari contoh yang diberikan terlihat
bahwa kategori dari variabel hanya merupakan pengelompokan, di mana
angka (kode) yang diberikan tidak memiliki arti yang sebenarnya. Hal ini
memungkinkan diubahnya urutan kategori tanpa menimbulkan kesan janggal
pada alternatif (kategori) jawaban yang tersedia.

2.   Skala Ordinal
     Skala ordinal juga mengelompokkan data (kasus)32, namun pada jenis
skala ordinal terdapat tambahan informasi. Skala ordinal, selain memiliki
sifat yang dimiliki oleh skala nominal juga memiliki karakteristik tambahan
di mana pengamatan (data/kasus) dapat disusun berdasarkan urutan (tingkat)
tertentu33. Ini berarti setelah peneliti menetapkan pengelompokan (kategori)
data (kasus), peneliti menyusun kategori yang ada sesuai dengan
peringkatnya. Salah satu contoh dari variabel yang berskala ordinal adalah
jenjang pendidikan34, yang terdiri dari Sekolah Dasar, SUP, Sekolah
Menengah dan Perguruan Tinggi. Dari contoh yang diberikan terlihat bahwa
pengamatan (kasus) yang berskala ordinal dapat diberikan peringkat, yaitu
tingkat yang paling rendah (SD) sampai tingkat yang paling tinggi
(Perguruan Tinggi) sehingga peneliti tidak hanya membedakan satu kategori
dengan kategori lainnya, tetapi juga dapat menunjukkan peringkatnya35.
Untuk itu dalam variabel yang berskala ordinal peneliti tidak dapat merubah
urutan kategori yang telah ditetapkan karena perubahan tersebut akan
menimbulkan kejanggalan pada alternatif jawaban yang tersedia. Selain
untuk keperluan identifikasi (pembedaan), angka pada variabel yang berskala
ordinal digunakan juga untuk menentukan peringkat dari suatu kasus pada
variabel tertentu. Namun, penetapan peringkat ini tidak disertai informasi
mengenai jarak antar-kategori yang tersedia.
ISIP4215/MODUL 2                                                     2.9



3.   Skala Interval
      Pada skala interval selain peneliti dapat menentukan bahwa suatu kasus
lebih atau kurang dibandingkan kasus lainnya. Ia juga dapat menetapkan
berapa besar (jarak) kekurangan atau kelebihan tersebut. Jadi, selain skala
interval mencakup seluruh sifat dari skala ordinal dan nominal. skala ini juga
memiliki sifat tambahan, yaitu dari menentukan jarak antar-kategori yang
terdapat pada alternatif jawaban. Contoh yang paling sering digunakan untuk
skala interval adalah variabel suhu (temperatur) udara. Jika suhu udara
tertinggi hari ini mencapai 32oC, sedangkan kemarin hanya 29oC, kita tidak
hanya mengatakan bahwa hari ini lebih panas dari kemarin, tetapi juga secara
pasti mengatakan bahwa hari ini lebih panas 3oC dari kemarin. Pada skala
interval jarak antar-unit pengukuran (misalnya derajat) selalu sama untuk
setiap kategori yang tersedia di mana perbedaan (jarak antara kategori (skala)
24 dan 28oC sama dengan jarak antara skala 0 dan 4oC. Dengan demikian,
peneliti menggunakan simbol angka maka angka tersebut benar-benar
memiliki arti karena angka tersebut mencerminkan adanya gejala yang dapat
diukur (besarnya).
      Skala interval masih memiliki keterbatasan, yaitu titik awal dari skala
pengukuran tidak diketahui. Artinya, kita tidak dapat menentukan di mana
titik nol berada. Untuk contoh suhu (temperatur) udara, nol derajat Celsius
hanya dapat diartikan sebagai titik (suhu) di mana air membeku, tetapi tidak
diartikan sebagai kondisi tidak adanya panas. Selain itu, tidak diketahuinya
titik awal skala pengukuran menyebabkan peneliti tidak dapat melakukan
perbandingan (ratio) antar-pengamatan. Dalam ilmu sosial, contoh untuk
variabel kuantitatif variabel berskala interval adalah skala jarak sosial yang
disusun oleh Bogardus36.

4.   Skala Rasio
     Keterbatasan yang dimiliki skala interval tidak adanya nilai nol yang
bermakna37 tidak ditemukan pada skala rasio. Skala rasio memiliki seluruh
sifat yang dimiliki skala nominal, ordinal, dan interval ditambah kemampuan
untuk melakukan perbandingan pada skala pengukuran yang disusun. Hal ini
dimungkinkan karena pada skala rasio terdapat nilai nol yang menunjukkan
tidak adanya suatu jumlah yang dapat diamati untuk suatu variabel38. Adanya
titik nol mutlak memungkinkan peneliti melakukan perbandingan antar
kategori yang tersedia. Misalnya, kita membandingkan seorang yang
memiliki berat badan 45 kg dengan orang yang berat badannya 30 kg. Selain
2.10                                       Pengantar Statistik Sosial



orang pertama 15 kg lebih berat dari orang kedua kita juga dapat mengatakan
bahwa orang pertama 1,5 kali lebih berat dari orang kedua. Variabel sosial
yang memiliki skala rasio, antara lain tingkat partisipasi angkatan kerja,
angka kelahiran menurut umur, dan angka melek huruf.39
     Jika kita mengambil tingkat partisipasi angkatan kerja pada tahun 1997
sebagai contoh (Tabel 2.1), terlihat bahwa tingkat partisipasi di pedesaan
lebih tinggi daripada di perkotaan. Selain itu, kita juga dapat menghitung
perbedaan tingkat partisipasi tersebut, yaitu 9%. Dengan adanya titik nol
mutlak pada skala rasio, kita dapat menghitung perbandingan (ratio) tingkat
partisipasi antara daerah pedesaan dan perkotaan, yaitu 1,17. Ini berarti
tingkat partisipasi di daerah pedesaan lebih besar 1,17 kali di pedesaan
dibandingkan daerah perkotaan.

                                 Tabel 2.1.
                Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut
                    Daerah Tempat Tinggal, 1992 -1997

                                       Partisipasi Angkatan Kerja
                      Daerah
                                           1992           1998
                         (1)                (2)            (3)
             Perkotaan                     47,8           52,5
             Pedesaan                      62,1           61,5
             Perkotaan dan Pedesaan        57,3           58,0
           Sumber: BPS.


     Keempat skala pengukuran digunakan dalam ilmu sosial. Oleh karena
itu, pemahaman mengenai keempat skala tersebut mutlak diperlukan. Berikut
ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam skala pengukuran suatu
variabel.
a. Variabel kualitatif selalu diukur pada skala nominal. Interpretasi secara
     kuantitatif tidak dapat dilakukan terhadap skala jenis ini.
b. Skala ordinal, interval, dan rasio sesuai untuk variabel kuantitatif.
     Namun, setiap skala tersebut bervariasi dalam derajat penggambaran
     besaran suatu variabel.
c. Skala ordinal mengandung paling sedikit informasi karena hanya
     menunjukkan peringkat kategori dari suatu skala.
d. Pada skala interval kita dapat menetapkan jarak antara 2 kategori atau
     skor, tetapi letak titik awal (nilai nol) dari skala yang disusun tidak
     diketahui.
ISIP4215/MODUL 2                                                        2.11



e.    Skala rasio adalah skala untuk variabel kuantitatif yang paling
      informatif. Pada skala rasio, titik awal pengukuran diketahui sehingga
      kita dapat melakukan perbandingan di antara kategori pengukuran.

     Pada awal pembahasan sifat evaluasi pengukuran telah disebutkan
bahwa untuk setiap skala pengukuran tertentu telah dikembangkan teknik
atau prosedur statistika tertentu. Namun, ketentuan tersebut tidaklah terlalu
kaku. Tabel 2.2 berikut ini menyajikan ringkasan teknik atau prosedur
statistika yang sesuai untuk pengukuran tertentu.

                                   Tabel 2.2.
            Penerapan Teknik Statistika berdasarkan Skala Pengukuran

       Teknik/Metode Statistik yang                  Skala Pengukuran
        Pengukuran Dikembangkan
                                          Nominal    Ordinal    Interval   Rasio
           Berdasarkan Skala
 Nominal                                     Ya        +           +        +
 Ordinal                                      -        Ya          +        +
 Interval                                    -          -          Ya       +
 Ratio                                       -          -           -       Ya
Sumber: Ott.
+ = Teknik dapat digunakan, namun tidak ada info yang kurang
- = Teknik statistik untuk skala tertentu, tidak dapat digunakan untuk data dengan
    skala ini


     Dari tabel di atas terlihat bahwa teknik/prosedur statistika yang sesuai
untuk variabel berskala interval dapat juga digunakan untuk variabel yang
diukur pada skala rasio. Hal ini dapat dilakukan karena data dari variabel
yang berskala rasio memiliki seluruh sifat yang dimiliki dari data variabel
yang berskala interval dan rasio40. Namun, penggunaan teknik/prosedur
statistika dari skala pengukuran yang lebih rendah untuk variabel dengan
skala pengukuran yang lebih tinggi dapat mengakibatkan hilangnya sejumlah
informasi.
2.12                                         Pengantar Statistik Sosial




           LAT IH A N

           Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
           kerjakanlah latihan berikut!
       Carilah sebuah penelitian. kemudian tentukanlah skala variabel yang
       digunakan!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Perhatikanlah variabel apa saja yang digunakan dalam penelitian
   tersebut.
2) Pahamilah sifat dari skala pengukuran yang ada, kemudian gunakanlah
   untuk menentukan skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian
   yang Anda temukan.
3) Sebaiknya hasil penelitian yang Anda cara lebih dari satu agar Anda
   dapat melakukan perbandingan.


          R A NG KU M AN

       Variabel yang diteliti pada bidang ilmu ekonomi, politik maupun
  Ilmu Sosial dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu variabel kuantitatif
  dan variabel kualitatif. Variabel kuantitatif pengamatannya bervariasi
  dalam besar (jumlah)-nya dari satu kasus (responden) ke kasus lainnya.
  Variabel kualitatif bervariasi dalam jenisnya. Selanjutnya, variabel
  kuantitatif masih dapat dibedakan lagi antara variabel (kuantitatif) diskrit
  dan variabel kuantitatif kontinu (kontinum).
       Dalam proses pengukuran variabel kuantitatif maupun kualitatif.
  peneliti perlu menetapkan skala pengukuran yang sesuai dengan variabel
  (data) yang diteliti. Skala pengukuran ini dibedakan atas skala nominal.
  ordinal. interval, dan rasio. Jika suatu variabel memenuhi syarat untuk
  diukur pada skala rasio maka variabel tersebut dapat pula diukur pada
  skala interval, ordinal, dan nominal. Di antara keempat skala pengukuran
  tersebut terdapat perbedaan kemampuan pengukuran, kemampuan
  tertinggi dimiliki oleh skala rasio dan kemampuan terendah ada pada
  skala nominal. Variabel yang dapat diukur pada skala tertentu dapat pula
  diukur pada skala yang lebih rendah kemampuan pengukurannya. Untuk
  variabel kualitatif, variabel ini hanya dapat diukur pada skala nominal.
ISIP4215/MODUL 2                                                       2.13



       Untuk masing-masing skala pengukuran tersebut --rasio, interval,
  ordinal, dan nominal-- telah dikembangkan teknik atau prosedur
  statistika tertentu. Namun, penggunaan teknik atau prosedur untuk suatu
  skala pada skala pengukuran yang lain masih dimungkinkan. Teknik atau
  prosedur yang dikembangkan untuk suatu skala tertentu dapat digunakan
  untuk data yang lebih tinggi skala pengukurannya. Dengan demikian,
  teknik atau prosedur yang dikembangkan untuk data berskala nominal
  dapat digunakan untuk data yang skalanya lebih tinggi, namun sejumlah
  informasi pada data yang skalanya lebih tinggi akan hilang.


        TE S F OR M AT IF 1

        Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Proses yang menghubungkan antara bahasa teori dengan bahasa empiric
   adalah ....
   A. operasionalisasi
   B. konseptualisasi
   C. empirisasi
   D. teoretisasi

2) Variabel adalah konsep yang ....
   A. memenuhi serangkaian nilai, ukuran atau jumlah
   B. memenuhi salah satu dari nilai, ukuran, dan jumlah
   C. mewakili gejala yang homogen
   D. mewakili gejala yang tidak bervariasi

3) Konsep yang mewakili gejala yang tidak bervariasi dikenal dengan
   istilah ....
   A. variabel
   B. indikator
   C. konstanta
   D. kategori

4) Variabel yang dicirikan dengan bilangan bulat disebut variabel ....
   A. kontinu
   B. diskret
   C. kuantitatif
   D. kualitatif
2.14                                     Pengantar Statistik Sosial



5) Skala ordinal selain memiliki sifat pengelompokan juga memiliki
   sifat ....
   A. adanya jarak
   B. nol mutlak
   C. klasifikasi
   D. peringkat

     Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

                              Jumlah Jawaban yang Benar
       Tingkat penguasaan =                               × 100%
                                     Jumlah Soal

           Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
                                    80 - 89% = baik
                                    70 - 79% = cukup
                                       < 70% = kurang

    Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
ISIP4215/MODUL 2                                                   2.15



                                        Kegiatan Belajar 2

        Perbandingan Data, Tingkat Ketelitian,
                    Reliabilitas, dan Validitas


P    ada Kegiatan Belajar 2 ini pembahasan akan dibagi menjadi 3 bagian,
     yaitu mengenai metode untuk membandingkan data, tingkat ketelitian,
serta pembahasan mengenai reliabilitas dan validitas.

A. METODE UNTUK MEMBANDINGKAN DATA

    Pada literatur ilmu sosial sering kali dijumpai data yang merupakan
ukuran-ukuran relatif. Data tersebut merupakan hasil perbandingan dan
diwujudkan, antara lain dalam bentuk rasio (ratio), proporsi (Proportions),
persentase (percentage), serta angka/tingkat (Rate). Perbandingan, pada
dasarnya. dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu melalui pengurangan dan
pembagian. Pengurangan akan menghasilkan angka absolut yang
menunjukkan perbedaan antara dua angka. Cara ini dapat diterapkan baik
pada variabel berskala interval maupun berskala rasio. Pada bagian ini kita
akan membahas ukuran relatif sebagai hasil dari suatu perbandingan41 antara
2 pengukuran.

1.   Rasio
     Ukuran untuk perbandingan jenis ini sering kali digunakan dalam
perbandingan antara dua kelompok data. Misalnya, rasio Murid-Guru pada
jenjang Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1995/96 adalah 2242. Ini berarti setiap
guru pada jenjang SD mengawasi 22 murid. Contoh lainnya, perbandingan
perolehan suara untuk kursi di DPR antara PDI-P dan PKB di dua provinsi43.
Di provinsi Jawa Tengah, perolehan suara untuk PDI-P adalah 6.745 263 dan
PKB berjumlah 2.567.004. Rasio44 perolehan suara PDI-P terhadap PKB
adalah 2.627 atau 2.63. Di provinsi Jawa Timur, perolehan suara untuk PDI-P
adalah 6.314.694, sedangkan untuk PKB adalah 6.703.580. Rasio perolehan
suara PDI-P terhadap PKB adalah 0.941 atau 0.94. Ini berarti di Provinsi
Jawa Tengah untuk setiap suara PKB terdapat 2.63 suara untuk PDI-P. Di
Provinsi Jawa Timur untuk setiap suara PKB terdapat 0.94 suara untuk PDI-
P. Dari contoh yang diberikan terlihat bahwa rasio adalah perbandingan
2.16                                        Pengantar Statistik Sosial



antara elemen yang terdapat pada kelompok A (misalnya perolehan suara
PDI-P) dan elemen yang terdapat pada kelompok B (misalnya perolehan
suara PKB), di mana setiap elemen hanya dapat menjadi bagian dari satu
kelompok data saja. Elemen tersebut tidak dapat menjadi bagian dari satu
kelompok data saja.

2.   Proporsi
     Selain menggunakan rasio, kita dapat juga membandingkan data dengan
cara menghitung proporsi. Pada dasarnya proporsi adalah bentuk khusus dari
rasio karena pada perhitungan proporsi, pembaginya adalah jumlah elemen
yang terdapat pada data A dan data B. Misalnya, proporsi45 Pekerja Anak
Perempuan (usia 10−14 tahun) si perkotaan pada tahun 199746 adalah 0.534
atau 0,53. Hasil ini diperoleh dengan membagi jumlah pekerja anak
perempuan usia 10−14 tahun (118.192) dengan jumlah seluruh pekerja anak
usia 10−14 tahun (pekerja anak perempuan 118.192 dan pekerja anak laki-
laki 102.740 : jumlah pekerja anak : 220.932). Ini berarti 0.53 dari seluruh
pekerja anak yang berusia 10−14 tahun adalah perempuan.

3.   Persentase
     Kita sering enggan berhadapan dengan angka yang berbentuk pecahan
atau bilangan desimal. Untuk itu terdapat alternatif lain dalam perhitungan
perbandingan data, yaitu persentase. Jika proporsi memiliki range nilai antara
0−1 maka persentase memiliki range nilai antara 0−100. Cara perhitungan
persentase sama dengan cara perhitungan proporsi, hanya saja dalam
persentase hasil perhitungannya masih harus dikalikan 100. Misalnya,
persentase47 pekerja anak perempuan (usia 10−14 tahun) di pedesaan pada
tahun 199748 adalah 39,407% atau 39.41%. Hasil ini diperoleh dengan
membagi jumlah pekerja anak perempuan usia 10−14 tahun (560.879)
dengan jumlah seluruh pekerja anak usia 10−14 tahun (1.423.295), yang
terdiri dari pekerja anak perempuan (560. 879) dan pekerja anak laki-laki
(862.416). Dengan demikian, persentase pekerja anak perempuan (usia
10−14 tahun) di pedesaan pada tahun 1997 adalah 39,41%.
     Sejauh ini kita telah membahas tiga cara perhitungan untuk mem-
bandingkan data, yaitu rasio (ratio), proporsi (proportion), dan persentase
(percentage). Kapan salah satu dari ketiga cara ini akan digunakan
sepenuhnya tergantung pada pertimbangan atau pilihan peneliti.
ISIP4215/MODUL 2                                                         2.17



4.   Rates49
      Contoh untuk metode perbandingan data selain angka kematian bayi
(infant mortality rate)50 adalah angka kelahiran menurut umur (age specific
fertility rate)51. Angka ini menunjukkan banyaknya kelahiran per 1000
wanita dari golongan umur tertentu. Perhitungan rates dilakukan dengan
membagi (jumlah) munculnya peristiwa/kejadian/gejala yang dimaksud
dengan (seluruh) jumlah yang mungkin muncul untuk peristiwa/
kejadian/gejala tersebut. Kadang kala hasil perhitungan tersebut dikalikan
dengan bilangan tertentu (misalnya 100.000). Hasil perkalian ini akan
menunjukkan jumlah munculnya suatu peristiwa tertentu untuk setiap
100.000 peristiwa yang dimaksud. Hasil seperti ini akan lebih mudah
dipahami serta memperkecil kemungkinan terjadinya salah interpretasi.
      Untuk memperjelas cara perhitungan rate, berikut ini disajikan data yang
diperoleh dari Kabupaten Indragiri Hulu. Provinsi Riau pada tahun 199352.

                                   Tabel 2.3.
             Rate Penduduk yang Dapat Membaca dan Menulis Latin
             di Kabupaten Indra iri Hulu menurut Kecamatan, 1993

                                                    Perempuan
              No. Kecamatan                     Penduduk Melek Huruf
                                                       Orang         Persen
      1.   Kuantan Mudik                   89           83           93,26
      2.   Kuantan Tengah                 193          187           96.89
      3.   Singingi                        61           53           86.89
      4.   Kuantan Hilir                  149          117           78.52
      5.   Cerenti                         68           56           82,35
      6.   Peranap                         33           31           93.94
      7.   Pasir Penyu                    256          185           72.27
      8.   Seberida                       148          135           91.22
      9.   Rengat                         192          176           91.67
                    Total                1189         1023           86.04
     Sumber: Rush & Sumardjo, Survei lapangan, (1993).


B. TINGKAT KETELITIAN

     Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa batasan makna (definisi)
dari suatu konsep (definisi operasional), selain berbentuk cara atau prosedur
pengukuran tertentu juga mencakup penyusunan instrumen pengukuran.
Dalam kenyataan sering kali terdapat perbedaan antara data (sebenarnya) dari
2.18                                      Pengantar Statistik Sosial



variabel yang ingin diukur peneliti dengan data yang dihasilkan oleh
instrumen pengukuran. Hal ini dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu
keterbatasan instrumen pengukuran dan ketidakakuratan instrumen yang
disusun oleh manusia. Akibatnya, data yang dihasilkan sering kali tidak
seakurat keadaan sebenarnya. Ketidakakuratan instrumen yang disusun oleh
manusia mengakibatkan data yang dihasilkan sering kali tidak seakurat
keadaan sebenarnya53. Misalnya, hasil pengukuran jarak antar-dua tempat
kita nyatakan (dengan membulatkan) dalam kilometer atau berat badan
seseorang kita bulatkan dalam satuan berat kilogram. Dengan demikian,
dalam proses pengukuran sebenarnya terdapat 2 jenis data, yaitu data
sebenarnya (peneliti jarang dapat mengumpulkan data jenis ini) dan data
(aktual) hasil pengamatan (diperoleh melalui instrumen pengukuran).
Perbedaan di antara kedua jenis data ini disebut sebagai kesalahan akibat
pembulatan (rounded error). Untuk melakukan pembulatan, berikut ini
adalah pedoman dalam prosedur pembulatan. Prinsip-prinsip ini perlu
diperhatikan karena ketelitian dari suatu pengukuran akan dipengaruhi oleh
prosedur pembulatan dalam datanya.
     Secara umum terdapat 3 prinsip54 dalam pembulatan data, yaitu sebagai
berikut.
1. Menetapkan satuan (unit) pengukuran dari pembulatan yang dilakukan.
     Kita dapat melakukan pembulatan ke unit atau bilangan bulat terdekat,
     bilangan 100, 1000 atau sepersepuluh, seperseratus, dan seperseribu.
2. Melakukan pembulatan ke unit pengukuran terdekat.
3. Apabila data hasil pengamatan merupakan bilangan di tengah dari suatu
     unit maka pembulatan dapat dilakukan ke arah bilangan bulat terdekat
     atau bilang genap terdekat.
     Contoh pembulatan ke bilangan bulat atau bilangan genap terdekat.

                               Tabel 2.4.
          Persentase Wanita yang Umur Perkawinan Pertamanya
                    Kurang dari 16 Tahun, 1998-1995

                      Tahun             Perkotaan dan Pedesaan
                        (1)                       (2)
                       1980                      31,2
                       1990                      24,9
                       1995                      21,5
            Sumber: BPS.
ISIP4215/MODUL 2                                                      2.19



     Pada bagian awal penjelasan tingkat ketelitian disebutkan bahwa untuk
mengetahui ketelitian suatu pengukuran kita harus mengetahui prosedur
pembulatan yang dilakukan terhadap data yang dikumpulkan. Pengetahuan
mengenai prosedur ini memungkinkan peneliti, untuk selanjutnya menyusun
kembali (reconstruct) data sebenarnya. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan
jika memungkinkan peneliti dapat menetapkan batas (kelas) yang disebut
batas (kelas) nyata55 atau true limits. Dalam batas kelas ini akan tercakup
data atau nilai pengamatan sebenarnya.
     Batas (kelas) nyata terdiri dari batas atas nyata dan batas bawah nyata.
Batas atas nyata diperoleh dengan menambahkan setengah unit pengukuran
terhadap bilangan yang telah dibulatkan. Batas bawah nyata diperoleh dengan
mengurangi setengah unit pengukuran terhadap bilangan yang telah
dibulatkan. Untuk jelasnya, tabel berikut ini akan menyajikan contoh
pembentukan batas atas dan bawah nyata dari bilangan-bilangan yang telah
dibulatkan.
     Contoh pembentukan batas atas dan batas bawah kelas nyata.

                               Tabel 2.5.
          Angka Melek Huruf menurut Kelompok Umur Tahun 1997

                      Kelompok
                                     K      D     K+D
                         Umur
                           (1)      (2)    (3)     (4)
                     10 - 14       99.4   98.0   98.4
                     15 - 19       99.4   97.7   98.4
                     20 - 24       99.3   96.5   97,7
                     25 - 34       97.9   92.1   94.4
                     35 - 49       95.0   84.2   88.2
                        50 +       77.4   57.7   63.9

                     Jumlah
                           L       97,1   90,8   93,2
                           L       91,9   80,9   85,1
                         L+P       94,5   85,8   89.1
    Sumber: BPS.
    Catatan: K = Kota, D = Pedesaan, L= Laki-laki, P = Perempuan

     Ada beberapa prinsip tambahan56 yang perlu kita perhatikan dalam
kaitannya dengan pembulatan, ketelitian atau kualitas dari suatu proses
pengukuran. Pertama, pembulatan akan mempengaruhi tingkat ketelitian dari
data yang dikumpulkan. Semakin banyak pembulatan yang dilakukan
2.20                                       Pengantar Statistik Sosial



peneliti, semakin rendah tingkat ketelitian (kualitas) dari pengukuran yang
dilakukan. Untuk itu, peneliti perlu mengetahui keterbatasan-keterbatasan
dari prosedur pembulatan yang dilakukan sehingga dengan mengetahui unit
pengukuran dari pembulatan, peneliti dapat menetapkan batas nyata
(sebenarnya) dari suatu pengukuran sekaligus akurasi dari data yang telah
dibulatkan. Kedua, apabila peneliti melakukan perhitungan, pembulatan
hendaknya dilakukan setelah seluruh proses perhitungan selesai dilakukan.
Prinsip ini akan mengurangi kesalahan akibat pembulatan (rounded error).
Ketiga prosedur dalam pembulatan tidak bersifat universal, sering kali
merupakan hasil kesepakatan di mana kesepakatan tersebut dapat saja
berbeda di setiap negara57.

C. VALIDITAS DAN RELIABILITAS

     Pada bagian-bagian terdahulu kita telah membahas dua cabang dari ilmu
statistika --deskriptif dan inferensia-- yang tidak hanya membantu peneliti
dalam menyajikan atau menggambarkan data penelitian sosial, tetapi juga
membantu peneliti untuk mengetahui kualitas dari suatu inferensi
(kesimpulan) suatu penelitian sosial. Pengetahuan peneliti tentang kualitas
inferensinya memungkinkan peneliti tersebut melakukan evaluasi terhadap
peluang pembuatan keputusan yang keliru mengenai populasi yang ia teliti.
     Di samping kaitannya dengan kualitas inferensi, peneliti juga perlu
memperhatikan dua hal penting, yaitu masalah validitas (validity) dan
reliabilitas (reliability) dalam suatu proses pengukuran58. Dalam penelitian
dengan pendekatan kuantitatif peneliti dapat melakukan pengumpulan data
primernya dengan teknik survei maupun teknik eksperimen. Dalam
pengumpulan data tersebut peneliti akan memusatkan perhatiannya pada
variabel-variabel tertentu. Validitas suatu pengukuran, akan menjawab
pertanyaan "Apakah variabel-variabel (indikator)59 yang diteliti benar-benar
mengukur (mewakili) variabel-variabel yang akan diukur?”, sedangkan
reliabilitas akan menjawab pertanyaan: “Apakah (hasil) pengukuran dari
variabel (indikator) yang diteliti konsisten atau dapat diandalkan?"
     Untuk melakukan evaluasi terhadap validitas suatu penelitian kita dapat
menggunakan beberapa etnik. Evaluasi terhadap validitas permukaan (Face
Validity)60 dapat dilakukan dengan memeriksa instrumen pengumpulan data
(misalnya daftar pertanyaan atau kuesioner), yaitu dengan memeriksa apakah
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sudah dirumuskan dengan baik dan
ISIP4215/MODUL 2                                                      2.21



difokuskan pada variabel yang diteliti. Cara lainnya, dengan meminta peneliti
yang ahli dalam bidang kajian yang kita teliti untuk melakukan evaluasi
terhadap instrumen yang digunakan. Peneliti juga dapat memeriksa validitas
instrumennya dengan menerapkan instrumen tersebut kepada kelompok
masyarakat yang telah diketahui orientasi, aspirasi atau preferensinya
mengenai gejala yang sedang diteliti.
     Untuk reliabilitas, kita melakukan evaluasi terhadap konsistensi, yaitu
apakah instrumen pengukuran (kuesioner) yang digunakan akan memberikan
hasil pengamatan yang sama jika diterapkan pada sampel (kelompok
responden) yang sama pada waktu berbeda? Seperti halnya validitas terdapat
beberapa cara dalam menguji reliabilitas suatu instrumen. Salah satu cara
yang paling sering digunakan adalah prosedur test-retest 61. Dengan prosedur
ini, instrumen pengukuran62 yang diuji diterapkan setidaknya dua kali pada
sampel yang sama. Jika instrumen tersebut dapat diandalkan (reliable) maka
hasil dua kali pengumpulan data (pengamatan) tidak akan jauh berbeda.
     Dalam penelitian dengan pendekatan kuantitatif, perdebatan sering kali
lebih berkisar pada apakah konsep-konsep penelitian telah didefinisikan
secara 'benar' dari awal63 baik dalam hal definisi konseptual maupun
operasionalnya. Dengan demikian, peneliti perlu menyusun kriteria
operasional untuk pengukuran suatu kasus (responden) yang diteliti. Jika
tidak demikian maka hasil penelitian tersebut akan keliru dan menyesatkan
     Suatu peneliti dikatakan berhasil jika hasil pengumpulan datanya valid
dan reliable. Namun, dapat saja suatu instrumen penelitian memberikan
informasi yang reliable, tetapi tidak valid. Ini menunjukkan bahwa hal-hal
yang berhubungan dengan validitas dan reliabilitas bukanlah hal yang
sederhana. Hanya saja seseorang peneliti harus memperhatikan kedua hal
tersebut. baik saat ia melakukan penelitiannya ataupun saat ia menggunakan
hasil penelitian orang lain. Pembahasan lebih terperinci mengenai validitas
dan reliabilitas diberikan pada kajian mengenai metodologi penelitian,
rancangan sampel untuk penelitian survei dan penyusunan instrumen
penelitian, khususnya daftar pertanyaan (kuesioner).
2.22                                          Pengantar Statistik Sosial




           LAT IH A N

           Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
           kerjakanlah latihan berikut!
       Carilah 2 data, kemudian lakukanlah perbandingan kedua data tersebut
       dengan cara-cara yang terdapat dalam modul ini!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Pahamilah pengertian dari metode yang dipelajari dalam Modul 2 ini.
2) Kemudian, pilihlah minimal 2 cara yang Anda anggap sesuai untuk
   membandingkan data yang Anda miliki.
3) Lakukanlah perbandingan tersebut, kemudian simpulkanlah!


           R A NG KU M AN
      Pada membandingkan data, peneliti dapat menggunakan beberapa
  cara, yaitu rasio, proporsi, persentase, dan rates. Ketelitian dari data yang
  dikumpulkan bergantung pada 2 hal, yaitu instrumen pengukuran yang
  digunakan dan ada tidaknya pembulatan terhadap data yang dikumpul-
  kan Dalam pembahasan mengenai pembulatan, kita membedakan data
  dengan nilai sebenarnya dan data yang telah dibulatkan. Selain itu,
  dibahas pula prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam prosedur
  pembulatan.
      Pada topik mengenai ketelitian data dibahas pula hal-hal yang
  berkaitan dengan pengurangan (tingkat) ketelitian serta penggunaan
  batas nyata Pembahasan dalam Kegiatan Belajar 2 ini diakhiri dengan
  pembahasan mengenai validitas dan reliabilitas dari suatu proses
  pengukuran.


           TE S F OR M AT IF 2

           Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Cara membandingkan dua data yang hanya dapat diterapkan untuk data
   dengan skala rasio adalah ....
   A. Penjumlahan
   B. Pengurangan
ISIP4215/MODUL 2                                                   2.23



    C. Pembagian
    D. Perkalian

2) Membandingkan dua data dengan cara pengurangan dapat diterapkan
   pada skala ....
   A. nominal dan interval
   B. ordinal dan interval
   C. ordinal dan rasio
   D. interval dan rasio

3) Peneliti sebaiknya melakukan pembulatan pada saat ....
   A. proses perhitungan berlangsung
   B. proses perhitungan selesai dilakukan
   C. sebelum proses perhitungan dilakukan
   D. proses pengumpulan data

4) Uji instrumen yang dilakukan untuk menguji konsistensi suatu instrumen
   penelitian disebut dengan ....
   A. validitas
   B. reliabilitas
   C. inferensia
   D. operasionalisasi

5) Uji instrumen yang dilakukan untuk menguji ketepatan instrumen
   dengan variabel disebut dengan ....
   A. validitas
   B. reliabilitas
   C. inferensia
   D. operasionalisasi


     Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

                               Jumlah Jawaban yang Benar
        Tingkat penguasaan =                                × 100%
                                      Jumlah Soal
2.24                                     Pengantar Statistik Sosial



           Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
                                    80 - 89% = baik
                                    70 - 79% = cukup
                                       < 70% = kurang

    Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
ISIP4215/MODUL 2                                                2.25



                        Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) A. Proses yang menghubungkan antara bahasa teori dengan bahasa
        empirik disebut dengan operasionalisasi.
2) A. Variabel adalah konsep yang mewakili serangkaian nilai. ukuran.
        dan jumlah.
3) C. Konstanta merupakan konsep yang mewakili gejala yang tidak
        bervariasi.
4) B. Variabel diskret adalah variabel yang ditandai dengan bilangan
        bulat.
5) D. Skala ordinal memiliki sifat pengelompokan dan peringkat.

Tes Formatif 2
1) C. Pembagian adalah metode yang dapat diterapkan untuk skala rasio.
2) D. Pengurangan adalah metode membandingkan data untuk skala
        interval dan rasio.
3) B. Pembulatan sebaiknya dilakukan oleh peneliti pada saat seluruh
        proses perhitungan telah selesai dilakukan.
4) B. Uji yang dilakukan untuk menguji konsistensi instrumen suatu
        penelitian disebut dengan reliabilitas.
5) A. Uji yang dilakukan untuk menguji ketepatan instrumen dengan
        variabel yang diteliti disebut dengan validitas.
2.26                                      Pengantar Statistik Sosial




                                                              Catatan
1
Neuman (1997) menyebutkan setidaknya 4 alasan mengapa penelitian sosial
   di lakukan, yaitu untuk menjawab pertanyaan praktis. penyusunan
   kebijakan, merubah masyarakat, mengembangkan pengetahuan
   mendasar tentang suatu masyarakat.

2
Creswell (1994) menunjukkan bahwa hipotesis (penelitian), sebagai
   pernyataan ulang dari maksud suatu penelitian (purpose of the study),
   digunakan dalam penelitian eksperimen, sedangkan dalam penelitian
   survei, pernyataan ulang tersebut mengambil bentuk pertanyaan
   penelitian dan tujuan penelitian. Hipotesis diartikan sebagai suatu
   pernyataan yang akan diuji atau suatu pernyataan tentang hubungan
   antarvariabel yang bersifat tentatif (Neuman. 1997). Selain bersumber
   dari teori, hipotesis dapat juga dikembangkan dari pengamatan maupun
   institusi (lihat Nachmias and Nachmias. (1992). Research Methods in the
   Social Science. 4th ed. New York: St. Martin's).

3
Identifikasi terhadap variabel dan penetapan prosedur ini dilakukan peneliti
   dalam suatu rancangan penelitian (research design). Lihat pembahasan
   pada Modul 1.

4
Proses pengukuran diperlukan (Nachmias, 1992) karena peneliti bergerak
   (berpindah) dari tingkat konseptual ke tingkat pengamatan, di mana
   konsep dikonversi menjadi variabel yang terdiri dari 2 atau lebih
   kategori (nilai).

5
Lihat Neuman. (1997).

6
Lihat Earl Babbie. (1995). The Practice of Social Research. 7th ed. Belmont:
   Wadsworth Publishing Company.

7
Lihat Neuman. (1997).

8
Lihat Gordon Marshall. (1994). Concise Dictionary of Sociology. Oxford:
   New York.
ISIP4215/MODUL 2                                                     2.27


9
Definisi konseptual disebut juga definisi kerja (Working definition) karena
   peneliti mendapatkan bayangan mengenai arti dari konsep yang
   dimaksud dan melakukan perubahan terhadap definisi yang diberikan.
   Lihat Neuman (1997) dan George Argyrous. (1997). Statistics for Social
   Research. MACMILLAN Press Ltd.

10
    Dikutip dalam Delbert C. Miller. (1991). Handbook of Research Design
      and Social Measurement. 5thed. Newbury Park: Sage publication. Skala
      pengukuran status sosial tersebut dikenal juga sebagai Duncan
      Sosioekonomic Index (SEI).

11
    Prestige diartikan sebagai evaluasi perorangan secara subjektif mengenai
       posisinya dalam hierarki status (lihat Mashall, 1994).

12
    Lihat Neuman. (1997).

13
    Argyrous (1997) menyebutkan terdapat 4 faktor yang menimbulkan
      masalah dalam proses operasionalisasi, baik dalam hal perumusan
      maupun penerapan definisi operasional, yaitu kompleksitas konsep,
      ketersediaan data, biaya, dan kesulitan mendapatkan data serta etika.

14
    Lihat Argyrous. (1997).

15
    Lihat Neuman. (1997).

16
    Variabel dapat juga diartikan sebagai suatu konsep yang memiliki variasi
      nilai atau lebih dari satu nilai. Nilai atau kategori dari suatu variabel
      disebut atribut (lihat Neuman, 1997).

17
    Lihat Indikator Kesejahteraan Rakyat 1997. (1998). Biro Pusat Statistik.
       Jakarta.

18
    Konstanta adalah atribut yang tidak memiliki variasi (Argyrous, 1997) atau
      gejala yang tidak mengalami perubahan pada saat dilakukan pengamatan
      dari waktu ke waktu (Ott, 1992).
2.28                                     Pengantar Statistik Sosial



19
 Suatu kasus (cases) diartikan sebagai suatu kesatuan (unit) yang
   mencerminkan atau memiliki ciri-ciri atau karakteristik dari suatu
   variabel tertentu (Argyrous,1997).

20
 Lihat BPS. (1998).

21
 Lihat BPS. (1998).

22
 Uraian lebih terperinci mengenai fungsi angka sebagai simbol diberikan
   pada bagian skala atau tingkat pengukuran.

23
 Pembedaan antara variabel diskrit dan kontinum menurut Argyrous (1997)
   hanya dilakukan terhadap data interval/rasio. Untuk penjelasan lebih
   lanjut lihat pembahasan mengenai skala pengukuran.

24
 Variabel diskrit dapat juga diartikan sebagai variabel yang besarannya
   (nilai/kategori) tidak dapat menempati semua nilai. Variabel jenis ini
   adalah hasil pencacahan (lihat Supramono. 1993).

25
 Variabel kontinu dapat juga diartikan sebagai variabel yang besarannya
   (nilai/kategori)-nya dapat menempati semua nilai (kategori) yang ada di
   antara dua titik. Variabel kontinu adalah hasil pengukuran (lihat
   Supramono,1993).

26
 Lihat BPS. (1998).

27
 Lihat OTT. (1992).

28
 Skala atau tingkat pengukuran adalah pembedaan yang mendasar dalam
   kajian statistika. karena hal ini akan menentukan sejauh mana peneliti
   dapat melakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan. Istilah
   tingkat pengukuran digunakan karena semakin tinggi tingkat pengukuran
   suatu variabel maka semakin banyak informasi yang diperoleh mengenai
   variabel tersebut.
ISIP4215/MODUL 2                                                   2.29


29
 Alternatif cara untuk menggambarkan data akan dibahas dalam Modul 3
    mengenai penyajian data dan Modul 4 mengenai ukuran pemusatan dan
    penyebaran.

30
 Lihat BPS. (1998).

31
 Lihat Argyrous. (1997).

32
 Ciri mengelompokkan yang dimiliki skala nominal dan ordinal menyebab-
    kan kedua jenis skala pengukuran ini disebut sebagai variabel
    kategorikal (Categorical variables). Lihat Argyrous. (1997) an Ott
    (1992).

33
 Lihat Ott. (1992).

34
 Lihat BPS. (1998).

35
 Adanya kemampuan dari skala ordinal untuk membedakan peringkat dari
   kategori yang ada yang menunjukan bahwa dalam skala ordinal
   terkandung sifat perubahan arah. (Argyrous, 1997).

36
 Dikutip dalam Miller. (1991).

37
 Istilah lain yang digunakan alah nilai nol mutlak (lihat Suparmono, 1993).

38
 Lihat Argyrous (1997) dan Ott (19922).

39
 Lihat BPS. (1998).

40
 Perbedaan yang tidak terlalu mendasar antara skala pengukuran interval dan
   rasio memungkinkan prosedur/teknik statistika yang sama diterapkan
   pada kedua jenis skala pengukuran tersebut. Dengan demikian, jenis
   skala pengukuran yang akan dibahas selanjutnya hanya ada 3, yaitu skala
   nomina, ordinal, dan interval/rasio.

41
 Ukuran absolut yang digunakan untuk melakukan perbandingan, sebagai
   hasil dari cara pertama, akan dibahas pada bab yang lain.
2.30                                      Pengantar Statistik Sosial



42
 Lihat BPS. (1998).

43
 Data dikutip dari Republika. 23 Juni 1999 (sumber data: KPU. tanggal 22
   Juni 1999-sampai pukul 21:43:31: dari 159.253 TPS.

44
 Rumus untuk menghitung rasio data A terhadap data B adalah nA/nB. Di
   mana nA adalah jumlah elemen pada kelompok data A (misalnya PDI-P)
   dan nB adalah jumlah elemen pada kelompok data B (misalnya PKB).

45
 Jika nA adalah jumlah elemen yang terdapat pada data A dan NB adalah
    jumlah elemen yang terdapat pada data B maka rumus untuk menghitung
    proporsi adalah nA/(nA+nB).

46
 Lihat BPS. (1998).

47
 Jika nA adalah jumlah elemen yang terdapat pada data A dan nB adalah
    jumlah elemen yang terdapat pada data B maka rumus untuk menghitung
    persentase adalah nA/(nA+nB) dikalikan dengan 100.

48
 Lihat BPS. (1998).

49
 Rates dapat diterjemahkan sebagai tingkat atau angka, misalnya rate of
   population growth diterjemahkan menjadi tingkat pertambahan
   penduduk, infant mortality rate diterjemahkan sebagai angka kematian
   bayi (lihat BPS, 1998). Namun, ada pula yang menerjemahkan infant
   mortality rate sebagai rate kematian bayi (lihat Said Rush dan Sumardjo.
   (1995). penyunting, Kajian Indeks Mutu Hidup (Physical Quality of Life
   Index) di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Jakarta: Gasindo).

50
 Angka kematian bayi diartikan sebagai probabilitas bayi meninggal
   sebelum mencapai usia satu tahun, yang dinyatakan dengan per seribu
   kelahiran).

51
 Lihat BPS. (1998).

52
 Lihat Rusli dan Sumardjo, penyunting (1995).
ISIP4215/MODUL 2                                                 2.31


53
 Lihat Neuman (1997) dan Ott (1992).

54
 Lihat Ott. (1992).

55
 Lihat Supramono, (1993). Pembahasan lebih rinci mengenai batas (kelas)
    akan diberikan pada Modul 3 mengenai penyajian data, khususnya dalam
    topik pembahasan tabel atau distribusi frekuensi.

56
 Lihat Ott. (1992).

57
 Ott (1992) menunjukkan bahwa kesepakatan dalam prosedur pembulatan di
    Amerika Serikat berbeda dengan di Jepang.

58
 Validitas dan reliabilitas adalah dua konsep penting dalam pengukuran
   ilmiah (Neuman, 1997). Kedua hal ini membahas bagaimana ukuran-
   ukuran konkret atau indikator dikembangkan untuk suatu konsep.
   Validitas dan reliabilitas menjadi amat penting dalam ilmu sosial karena
   konsep dalam teori-teori sosial sering kali bermakna ganda. kabur dan
   tidak dapat langsung diamati. Walaupun validitas dan reliabilitas
   sempurna sulit dicapai. peneliti harus berusaha agar validitas dan
   reliabilitas indikator penelitiannya adalah optimal.

59
 Validitas, menurut Neuman (1997) menunjukkan apakah indikator yang
   kita susun sesuai dengan makna dari konsep yang akan diteliti.
   Reliabilitas menunjukkan apakah indikator yang disusun dapat
   diandalkan atau konsisten.

60
 Face Validity merupakan salah satu jenis dari empat jenis validitas yang
   ada (lihat Neuman, 1997). Jenis validitas lainnya adalah Content
   (validitas isi). Criterion (validitas kriteria) dan Construct validity
   (validitas konstruk).

61
 Prosedur test-retest digunakan untuk menguji stability Reliability. Jenis
   reliabilitas lainnya adalah representative dan equivalence reliability
   (Neuman, 1997).
2.32                                      Pengantar Statistik Sosial



62
 Dalam prosedur test-retest. instrumen yang diterapkan dua kali dapat persis
   sama atau dengan digunakan instrumen yang sedikit berbeda dalam
   format, namun isinya sangat mirip.

63
 Lihat Argyrous. (1997).

                                                    Kembali Ke Daftar isi

Contenu connexe

Tendances

PROGRAM LINEAR.ppt
PROGRAM LINEAR.pptPROGRAM LINEAR.ppt
PROGRAM LINEAR.pptBayu Yoga
 
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics EducationPendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics EducationMuhammad Alfiansyah Alfi
 
34020 7-853463552856
34020 7-85346355285634020 7-853463552856
34020 7-853463552856Sefri Yunita
 
16. modul peluang (probabilitas) pak sukani
16. modul peluang (probabilitas) pak sukani16. modul peluang (probabilitas) pak sukani
16. modul peluang (probabilitas) pak sukanisukani
 
Aplikasi Persamaan Differensial Dalam Bidang Ekonomi
Aplikasi Persamaan Differensial Dalam Bidang EkonomiAplikasi Persamaan Differensial Dalam Bidang Ekonomi
Aplikasi Persamaan Differensial Dalam Bidang EkonomiState University of Medan
 
Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1radar radius
 
Jenis - jenis diagram
Jenis - jenis diagramJenis - jenis diagram
Jenis - jenis diagramMella Imelda
 
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 5 : Teori Cuplikan (Sampling)
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 5 : Teori Cuplikan (Sampling)ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 5 : Teori Cuplikan (Sampling)
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 5 : Teori Cuplikan (Sampling)Ancilla Kustedjo
 
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomiMatriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomiRohantizani
 
Bab 6. Integral ( Kalkulus 1 )
Bab 6. Integral ( Kalkulus 1 )Bab 6. Integral ( Kalkulus 1 )
Bab 6. Integral ( Kalkulus 1 )Kelinci Coklat
 
RPP Matematika Kelas 7 MTs Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat
RPP Matematika Kelas 7 MTs Perkalian dan Pembagian Bilangan BulatRPP Matematika Kelas 7 MTs Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat
RPP Matematika Kelas 7 MTs Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulatkreasi_cerdik
 
Contoh analisis uji beda nonparamaetrik wilcoxon
Contoh analisis uji beda nonparamaetrik wilcoxonContoh analisis uji beda nonparamaetrik wilcoxon
Contoh analisis uji beda nonparamaetrik wilcoxonEDI RIADI
 
RPP BANGUN DATAR
RPP BANGUN DATARRPP BANGUN DATAR
RPP BANGUN DATARNety24
 

Tendances (20)

Analisis keputusan
Analisis keputusanAnalisis keputusan
Analisis keputusan
 
PROGRAM LINEAR.ppt
PROGRAM LINEAR.pptPROGRAM LINEAR.ppt
PROGRAM LINEAR.ppt
 
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics EducationPendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
 
34020 7-853463552856
34020 7-85346355285634020 7-853463552856
34020 7-853463552856
 
16. modul peluang (probabilitas) pak sukani
16. modul peluang (probabilitas) pak sukani16. modul peluang (probabilitas) pak sukani
16. modul peluang (probabilitas) pak sukani
 
Aplikasi Persamaan Differensial Dalam Bidang Ekonomi
Aplikasi Persamaan Differensial Dalam Bidang EkonomiAplikasi Persamaan Differensial Dalam Bidang Ekonomi
Aplikasi Persamaan Differensial Dalam Bidang Ekonomi
 
Uji normalitas
Uji normalitasUji normalitas
Uji normalitas
 
Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1
 
Jenis - jenis diagram
Jenis - jenis diagramJenis - jenis diagram
Jenis - jenis diagram
 
Modul Statistika Crosstab
Modul Statistika CrosstabModul Statistika Crosstab
Modul Statistika Crosstab
 
Bab ii kajian pustaka
Bab ii kajian pustakaBab ii kajian pustaka
Bab ii kajian pustaka
 
Teori graph
Teori graphTeori graph
Teori graph
 
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 5 : Teori Cuplikan (Sampling)
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 5 : Teori Cuplikan (Sampling)ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 5 : Teori Cuplikan (Sampling)
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 5 : Teori Cuplikan (Sampling)
 
REVIEW SKRIPSI
REVIEW SKRIPSI REVIEW SKRIPSI
REVIEW SKRIPSI
 
Penalaran Matematika
Penalaran MatematikaPenalaran Matematika
Penalaran Matematika
 
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomiMatriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
 
Bab 6. Integral ( Kalkulus 1 )
Bab 6. Integral ( Kalkulus 1 )Bab 6. Integral ( Kalkulus 1 )
Bab 6. Integral ( Kalkulus 1 )
 
RPP Matematika Kelas 7 MTs Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat
RPP Matematika Kelas 7 MTs Perkalian dan Pembagian Bilangan BulatRPP Matematika Kelas 7 MTs Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat
RPP Matematika Kelas 7 MTs Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat
 
Contoh analisis uji beda nonparamaetrik wilcoxon
Contoh analisis uji beda nonparamaetrik wilcoxonContoh analisis uji beda nonparamaetrik wilcoxon
Contoh analisis uji beda nonparamaetrik wilcoxon
 
RPP BANGUN DATAR
RPP BANGUN DATARRPP BANGUN DATAR
RPP BANGUN DATAR
 

Similaire à M2

DESAIN PARCIPATORY ACTION RESEARCH (PAR)
DESAIN PARCIPATORY ACTION RESEARCH (PAR)DESAIN PARCIPATORY ACTION RESEARCH (PAR)
DESAIN PARCIPATORY ACTION RESEARCH (PAR)Islamic Studies
 
Metode peneltian unsur unsur penelitian survai
Metode peneltian unsur unsur penelitian survaiMetode peneltian unsur unsur penelitian survai
Metode peneltian unsur unsur penelitian survai45454567
 
SIM, Fitri Febriani, Hapzi Ali, Pengembangan Sistem, Universitas Mercu Buana,...
SIM, Fitri Febriani, Hapzi Ali, Pengembangan Sistem, Universitas Mercu Buana,...SIM, Fitri Febriani, Hapzi Ali, Pengembangan Sistem, Universitas Mercu Buana,...
SIM, Fitri Febriani, Hapzi Ali, Pengembangan Sistem, Universitas Mercu Buana,...Fitri Febriani
 
Metode penelitian kuant & kual
Metode penelitian kuant & kualMetode penelitian kuant & kual
Metode penelitian kuant & kualadejuve
 
PPT Metodologi Penelitian - Konsep, Prosedur dan Unsur-Unsur Penelitian Ilmia...
PPT Metodologi Penelitian - Konsep, Prosedur dan Unsur-Unsur Penelitian Ilmia...PPT Metodologi Penelitian - Konsep, Prosedur dan Unsur-Unsur Penelitian Ilmia...
PPT Metodologi Penelitian - Konsep, Prosedur dan Unsur-Unsur Penelitian Ilmia...MukhlasAbrar3
 
Teknik pengolahan data analisis data
Teknik pengolahan data analisis dataTeknik pengolahan data analisis data
Teknik pengolahan data analisis dataUniversity of Andalas
 
PROPOSAL_PENELITIAN_ILMIAH.pdf
PROPOSAL_PENELITIAN_ILMIAH.pdfPROPOSAL_PENELITIAN_ILMIAH.pdf
PROPOSAL_PENELITIAN_ILMIAH.pdfDARADeva
 
Ekm 2405 handout_bab_1_-_konsep_dasar_penelitian
Ekm 2405 handout_bab_1_-_konsep_dasar_penelitianEkm 2405 handout_bab_1_-_konsep_dasar_penelitian
Ekm 2405 handout_bab_1_-_konsep_dasar_penelitianOperator Warnet Vast Raha
 
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdfAbdulMuttalib31
 
Pertimbangan dalam perumusan masalah
Pertimbangan dalam perumusan masalahPertimbangan dalam perumusan masalah
Pertimbangan dalam perumusan masalah20012011
 
Ppt human factors and ergonomics methods
Ppt human factors and ergonomics methodsPpt human factors and ergonomics methods
Ppt human factors and ergonomics methodsRahmaDina15
 
Aminullah assagaf p1 7-metode penelitian_10 juli 2021
Aminullah assagaf p1 7-metode penelitian_10 juli 2021Aminullah assagaf p1 7-metode penelitian_10 juli 2021
Aminullah assagaf p1 7-metode penelitian_10 juli 2021Aminullah Assagaf
 
Makalah variabel dan definisi operasional
Makalah variabel dan definisi operasionalMakalah variabel dan definisi operasional
Makalah variabel dan definisi operasionalDewi Bahagia
 
Pengertian dan urgensi penelitian
Pengertian dan urgensi penelitianPengertian dan urgensi penelitian
Pengertian dan urgensi penelitianFredika Ayu Lestari
 
[Metpen pgsd2015] 3. metode penelitian 2,3,12 (kelompok 5)
[Metpen pgsd2015] 3. metode penelitian 2,3,12 (kelompok 5)[Metpen pgsd2015] 3. metode penelitian 2,3,12 (kelompok 5)
[Metpen pgsd2015] 3. metode penelitian 2,3,12 (kelompok 5)Ida Susanti
 
Rangkuman bab 2, 3 dan 12 metode penelitian pendidikan karya prof. dr. sugio...
Rangkuman bab 2, 3 dan 12 metode penelitian pendidikan karya  prof. dr. sugio...Rangkuman bab 2, 3 dan 12 metode penelitian pendidikan karya  prof. dr. sugio...
Rangkuman bab 2, 3 dan 12 metode penelitian pendidikan karya prof. dr. sugio...rizka lailatul fitriya
 
Identifikasi, Pengukuran, dan Analisis Variabel
Identifikasi, Pengukuran, dan Analisis VariabelIdentifikasi, Pengukuran, dan Analisis Variabel
Identifikasi, Pengukuran, dan Analisis Variabelpjj_kemenkes
 

Similaire à M2 (20)

DESAIN PARCIPATORY ACTION RESEARCH (PAR)
DESAIN PARCIPATORY ACTION RESEARCH (PAR)DESAIN PARCIPATORY ACTION RESEARCH (PAR)
DESAIN PARCIPATORY ACTION RESEARCH (PAR)
 
Metode peneltian unsur unsur penelitian survai
Metode peneltian unsur unsur penelitian survaiMetode peneltian unsur unsur penelitian survai
Metode peneltian unsur unsur penelitian survai
 
SIM, Fitri Febriani, Hapzi Ali, Pengembangan Sistem, Universitas Mercu Buana,...
SIM, Fitri Febriani, Hapzi Ali, Pengembangan Sistem, Universitas Mercu Buana,...SIM, Fitri Febriani, Hapzi Ali, Pengembangan Sistem, Universitas Mercu Buana,...
SIM, Fitri Febriani, Hapzi Ali, Pengembangan Sistem, Universitas Mercu Buana,...
 
Metode penelitian kuant & kual
Metode penelitian kuant & kualMetode penelitian kuant & kual
Metode penelitian kuant & kual
 
PPT Metodologi Penelitian - Konsep, Prosedur dan Unsur-Unsur Penelitian Ilmia...
PPT Metodologi Penelitian - Konsep, Prosedur dan Unsur-Unsur Penelitian Ilmia...PPT Metodologi Penelitian - Konsep, Prosedur dan Unsur-Unsur Penelitian Ilmia...
PPT Metodologi Penelitian - Konsep, Prosedur dan Unsur-Unsur Penelitian Ilmia...
 
Teknik pengolahan data analisis data
Teknik pengolahan data analisis dataTeknik pengolahan data analisis data
Teknik pengolahan data analisis data
 
PROPOSAL_PENELITIAN_ILMIAH.pdf
PROPOSAL_PENELITIAN_ILMIAH.pdfPROPOSAL_PENELITIAN_ILMIAH.pdf
PROPOSAL_PENELITIAN_ILMIAH.pdf
 
Ekm 2405 handout_bab_1_-_konsep_dasar_penelitian
Ekm 2405 handout_bab_1_-_konsep_dasar_penelitianEkm 2405 handout_bab_1_-_konsep_dasar_penelitian
Ekm 2405 handout_bab_1_-_konsep_dasar_penelitian
 
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf
 
Pertimbangan dalam perumusan masalah
Pertimbangan dalam perumusan masalahPertimbangan dalam perumusan masalah
Pertimbangan dalam perumusan masalah
 
03. modul-3-mps-bl-2012 revisi
03. modul-3-mps-bl-2012 revisi03. modul-3-mps-bl-2012 revisi
03. modul-3-mps-bl-2012 revisi
 
Ppt human factors and ergonomics methods
Ppt human factors and ergonomics methodsPpt human factors and ergonomics methods
Ppt human factors and ergonomics methods
 
Aminullah assagaf p1 7-metode penelitian_10 juli 2021
Aminullah assagaf p1 7-metode penelitian_10 juli 2021Aminullah assagaf p1 7-metode penelitian_10 juli 2021
Aminullah assagaf p1 7-metode penelitian_10 juli 2021
 
Makalah variabel dan definisi operasional
Makalah variabel dan definisi operasionalMakalah variabel dan definisi operasional
Makalah variabel dan definisi operasional
 
Pengertian dan urgensi penelitian
Pengertian dan urgensi penelitianPengertian dan urgensi penelitian
Pengertian dan urgensi penelitian
 
[Metpen pgsd2015] 3. metode penelitian 2,3,12 (kelompok 5)
[Metpen pgsd2015] 3. metode penelitian 2,3,12 (kelompok 5)[Metpen pgsd2015] 3. metode penelitian 2,3,12 (kelompok 5)
[Metpen pgsd2015] 3. metode penelitian 2,3,12 (kelompok 5)
 
Rangkuman bab 2, 3 dan 12 metode penelitian pendidikan karya prof. dr. sugio...
Rangkuman bab 2, 3 dan 12 metode penelitian pendidikan karya  prof. dr. sugio...Rangkuman bab 2, 3 dan 12 metode penelitian pendidikan karya  prof. dr. sugio...
Rangkuman bab 2, 3 dan 12 metode penelitian pendidikan karya prof. dr. sugio...
 
Macam -
Macam -Macam -
Macam -
 
Pengantar Statistika 1
Pengantar Statistika 1Pengantar Statistika 1
Pengantar Statistika 1
 
Identifikasi, Pengukuran, dan Analisis Variabel
Identifikasi, Pengukuran, dan Analisis VariabelIdentifikasi, Pengukuran, dan Analisis Variabel
Identifikasi, Pengukuran, dan Analisis Variabel
 

M2

  • 1. Modul 2 Pengukuran Dra. Kusharianingsih Candrawita, M.S. PE N D A HU L UA N P ada Modul 1, Anda telah diperkenalkan dengan konsep-konsep dasar statistika, pemanfaatan statistika dalam penelitian sosial, 2 cabang (aktivitas utama) dari statistika, serta penggunaan komputer dalam analisis statistika. Dalam pembahasan pada Modul 1 telah dijelaskan bahwa statistika, sebagai suatu bidang studi, berkaitan dalam 2 hal dengan kegiatan penelitian, yaitu penyajian data (data description) termasuk di dalamnya analisis data yang bersifat penjajakan dan penyusunan inferensi (kesimpulan) tentang suatu populasi (universe) berdasarkan informasi yang terdapat pada sampel. Bagi peneliti sendiri terdapat 2 alasan untuk melakukan kegiatan ekonomi, yaitu mengembangkan pengetahuan baru mengenai kehidupan sosial manusia dan (khusus untuk penelitian sosial dengan pendekatan kuantitatif) melakukan uji hipotesis mengenai suatu gejala sosial tertentu1. Dalam kegiatan penelitian tersebut, hipotesis2 dikembangkan oleh peneliti dari teori-teori sosial yang ada dan selanjutnya hipotesis tersebut digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Dengan adanya hipotesis yang berfungsi sebagai pedoman. peneliti dituntut untuk melakukan identifikasi terhadap variabel yang akan diukur dana juga menetapkan prosedur pengumpulan informasi (data) serta analisisnya sesuai dengan hipotesis yang dirumuskan3. Untuk itu, di dalam modul ini Anda akan diperkenalkan pada konsep-konsep dasar dalam proses pengukuran variabel4 sehingga pengukuran gejala sosial atau perilaku sosial manusia dapat dipahami. Pembahasan mengenai proses pengukuran pada modul ini akan memberikan gambaran bahwa berbagai variabel sosial, politik dan ekonomi yang sering dianggap abstrak dan kompleks tersebut ternyata dapat diukur. Pada bagian akhir modul ini, Anda juga akan diperkenalkan dengan dua konsep (prinsip) penting dalam proses pengukuran, yaitu validitas (validity) dan reliabilitas (reliability).
  • 2. 2.2 Pengantar Statistik Sosial Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan mampu menjelaskan konsep-konsep dasar dalam proses pengukuran. Secara spesifik Anda diharapkan pula mampu menjelaskan: 1. pengertian pengukuran; 2. evaluasi sifat pengukuran; 3. metode membandingkan data; 4. tingkat ketelitian dalam proses pengukuran; 5. validitas dan reliabilitas dalam proses pengukuran.
  • 3. ISIP4215/MODUL 2 2.3 Kegiatan Belajar 1 Konsep-konsep Dasar dalam Pengukuran S alah satu alasan dilakukannya kegiatan penelitian adalah untuk menguji hipotesis. Kegiatan penelitian itu sendiri diawali dengan pemilihan topik yang bersifat umum dan kemudian merumuskannya dalam suatu permasalahan penelitian yang lebih terfokus atau ke dalam suatu pertanyaan penelitian. Selanjutnya peneliti merumuskan permasalahan atau pertanyaan penelitian tersebut ke dalam hipotesis yang dapat diuji keberlakuannya5. Namun, sebelum melakukan uji hipotesis peneliti perlu melakukan 2 hal, yaitu menjelaskan (dan/atau membatasi) makna dari variabel-variabel yang tercakup dalam rumusan hipotesis serta menetapkan cara (bagaimana) peneliti akan mengukur hal-hal yang tercakup dalam batasan suatu variabel6. Kedua hal ini merupakan bagian dari proses pengukuran. A. PENGERTIAN PENGUKURAN Proses pengukuran dimulai dengan konseptualisasi (conceptualization) dan operasionalisasi (operationalization) dari setiap konsep dan variabel yang tercakup dalam hipotesis penelitian. Konseptualisasi adalah proses pemilihan konsep dan pemberian batasan (definisi) secara teoretis terhadap suatu konsep. Jadi, definisi konseptual adalah batasan (definisi) dalam tingkat yang abstrak (teoretis). di mana definisi yang baik harus memiliki makna yang jelas eksplisit dan khusus7. Misalkan, definisi konseptual dari status sosial (social status) adalah suatu bentuk stratifikasi sosial di mana kelompok-kelompok status atau strata ditentukan berdasarkan kriteria hukum, politik dan kebudayaan8. Setelah merumuskan definisi konseptual9 peneliti akan melakukan operasionalisasi, yaitu proses penyusunan definisi operasional dari konsep yang dimaksud. Jadi, definisi operasional adalah batasan (definisi) alas makna suatu konsep dalam bentuk cara, prosedur ataupun instrumen pengukuran tertentu. Operasionalisasi ini dilakukan karena teori. sebagai salah satu sumber penyusun hipotesis bersifat abstrak, terdiri dari serangkaian asumsi, hubungan (antar-variabel), definisi dan kausalitas (hubungan sebab akibat). Untuk itu, peneliti memerlukan serangkaian peraturan, prosedur atau
  • 4. 2.4 Pengantar Statistik Sosial cara yang memungkinkan peneliti mengamatinya (dalam bentuk variabel) di dunia nyata (empiris). Dengan kata lain, ukuran empiris ini menggambarkan bagaimana peneliti secara konkret mengukur variabel tertentu dan mengacu pada alat (indikator) yang digunakan oleh peneliti untuk menunjukkan keberadaan konsep yang dimaksud dalam kenyataan yang diamati. Misalkan, definisi operasionalisasi konsep status sosial menurut O.D. Duncan10 mengacu pada penghasilan (income), pendidikan (education), dan prestis11 (gengsi) pekerjaan (occupational prestige). Agar peneliti dapat mengamati konsep tersebut di dunia nyata. Duncan mengembangkan alat ukur yang menggabung pendidikan, penghasilan, dan prestis pekerjaan dalam suatu multi-item index dan mengembangkan ukuran gabungan untuk sosio-ekonomi dan prestis. Namun, skor dihasilkan dari pengukuran ini hanya terbatas pada kaum pria saja. Dari pembahasan mengenai konseptualisasi dan operasionalisasi terlihat bahwa jembatan (penghubung) antara indikator dan konsep adalah hal yang amat penting dalam proses pengukuran karena peneliti bergerak secara deduktif pada 3 tingkatan (tataran) yang berbeda, yaitu tingkat konseptual, tingkat operasional, dan tingkat empiris12. Pada tingkat atau tahap pertama, peneliti merumuskan batasan (definisi) yang jelas pada suatu konsep. Selanjutnya, konsep tersebut dioperasionalisasikan dengan menyusun definisi operasional atau seperangkat indikator untuk konsep tersebut. Akhirnya, peneliti menerapkan indikator tersebut pada dunia empiris13. Jembatan (penghubung) antara konsep yang abstrak dan kenyataan empiris tersebut memungkinkan peneliti untuk menguji hipotesis penelitian yang (telah) bersifat empiris. Pengujian empiris tersebut selanjutnya akan dihubungkan kembali pada hipotesis konseptual dan hubungan sebab-akibat (causal relations) yang terdapat dalam dunia teori. Untuk jelasnya, bagan berikut ini memberikan gambaran bagaimana proses pengukuran dari 2 variabel yang berhubungan dalam suatu teori atau suatu hipotesis.
  • 5. ISIP4215/MODUL 2 2.5 Level of Theory Gambar Bagan Konseptualisasi dan Operasionalisasi Ada 2 prinsip pengukuran, yaitu prinsip eksklusif dan prinsip ekshautif14. Prinsip eksklusif berarti bahwa suatu kasus (case) tidak dapat memiliki nilai (kategori) lebih dari satu untuk suatu variabel yang sama. Prinsip ekshautif berarti bahwa nilai (kategori) yang tersedia untuk suatu variabel harus dapat mencakup nilai (kategori) dari setiap kasus. Contoh untuk prinsip eksklusif adalah seorang (kasus) yang memiliki jenis kelamin laki-laki (variabel dan kategori) tidak dapat pada saat yang sama memiliki jenis kelamin perempuan. Contoh untuk prinsip ekshautif adalah kategori untuk variabel alat transportasi yang digunakan untuk berangkat kerja harus dapat mencakup seluruh kemungkinan jawaban (nilai/kategori yang diberikan oleh responden (kasus). B. PENGERTIAN KONSEP-KONSEP DASAR DALAM PROSES PENGUKURAN 1. Konstanta dan Variabel Pembahasan mengenai proses pengukuran menunjukkan bahwa proses tersebut diawali dengan konseptualisasi, yaitu proses pemilihan konsep dan pemberian batasan anti secara teoretis terhadap konsep tersebut. Konsep, sebagai suatu ide yang diwujudkan dalam bentuk simbol dan kata-kata15, dapat dibedakan atas konsep yang memiliki serangkaian nilai, ukuran atau jumlah, dan konsep yang mewakili gejala yang tidak bervariasi. Konsep yang pertama disebut variabel16. Misalnya, pengukuran, status gizi, dan kepadatan
  • 6. 2.6 Pengantar Statistik Sosial penduduk17. Konsep yang kedua disebut konstanta18, misalnya tipe ideal birokrasi, keluarga, dan revolusi. Dalam penelitian sosial, perhatian lebih diarahkan pada variabel, yaitu pemahaman terhadap perubahan dan atau perbedaan di antara variabel. Dalam mengamati gejala yang bervariasi (variabel), statistika dapat menjadi alat bantu yang berharga untuk menggambarkan (menyajikan) data yang terkumpul dan merumuskan teknik yang sesuai bagi penyusunan kesimpulan. Data mengenai perubahan variabel tersebut diperoleh berdasarkan pengamatan (penelitian) terhadap unit-unit analisis (units of analysis) yang disebut juga sebagai kasus (Cases).19 2. Variabel Kuantitatif dan Variabel Kualitatif Variabel dapat dibedakan atas variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Variabel jenis pertama adalah variabel yang hasil pengamatannya bervariasi dalam hal jumlah (derajat) pada setiap penelitian yang dilakukan. Misalnya, kepadatan penduduk, angka kematian bayi, dan angka melek huruf20. Contoh lain, yang lebih sederhana adalah variabel umur, tinggi, dan berat badan, sedangkan variabel kedua adalah variabel yang basil pengamatannya bervariasi dalam jenis bukan dalam derajat (tingkat). Misalnya, variabel metode kontrasepsi, cara pengelolaan sampah rumah tangga, dan status pekerjaan utama21. Contoh lainnya, variabel jenis kelamin, status perkawinan, dan agama (responden). Variabel kualitatif tidak dapat 'di-angka-kan', artinya pemberian simbol angka pada kategori variabel tersebut hanya untuk keperluan identifikasi. Misalkan, pemberian angka 1 pada kategori perumahan dan angka 2 pada kategori perkampungan dilakukan untuk tujuan membedakan antara kategori yang ada.22 3. Variabel Diskrit dan Variabel Kontinum Variabel kuantitatif dapat dibedakan lagi atas variabel diskrit (discrete variable) dan variabel kontinu (continuous variable)23. Variabel diskrit adalah variabel kuantitatif dengan jumlah nilai (kategori) yang dapat dihitung. Dengan kata lain kategori atau nilai pada variabel diskret merupakan bilangan bulat. Misalnya, jumlah anak dalam satu rumah tangga. jumlah kendaraan bermotor yang membayar pajak dalam satu tahun dan jumlah kecelakaan lalu lintas pada suatu ruas jalan tol dalam satu minggu. Variabel kontinu25 adalah variabel kuantitatif di mana hasil pengamatannya merupakan salah satu dari sejumlah (yang tidak terhingga)
  • 7. ISIP4215/MODUL 2 2.7 dari suatu garis interval. Jadi, kategori pada variabel kontinu dapat merupakan nilai (bilangan) pecah maupun nilai (bilangan) bulat. Contoh untuk variabel kontinu adalah umur dan beban tanggungan dan angka melek huruf26. Dalam praktik sering kali variabel kontinu diperlakukan sebagai variabel diskrit. Misalnya, variabel umur yang satuan atau unitnya bersifat diskrit (bulan, tahun) sebenarnya adalah variabel kontinu. Biarpun demikian, pembedaan variabel kontinu dan variabel diskrit tetap diperlukan karena dalam penyusunan inferensi secara statistik terdapat metode inferensi yang berbeda bagi variabel diskrit dan variabel kontinu. C. EVALUASI SIFAT PENGUKURAN Sebelumnya telah dijelaskan bahwa definisi operasional memungkinkan peneliti melakukan pengukuran terhadap variabel (konsep) yang akan diteliti. Namun, tidak semua variabel dapat diukur dengan tingkat kecanggihan yang sama atau dengan 'skala pengukuran' yang sama. Untuk itu di bagian ini akan dijelaskan variasi yang ada dalam skala pengukuran. Pengukuran amat erat kaitannya dengan kuantifikasi27. Para peneliti sosial umumnya membedakan antara kuantifikasi melalui kategorisasi (untuk data nominal) dan kuantifikasi melalui pengukuran (untuk data ordinal, interval, dan rasio). Keempat skala pengukuran ini berbeda dalam derajat kuantifikasi terhadap variabel. Namun, untuk suatu variabel tertentu dapat digunakan satu skala pengukuran atau lebih. Seperti halnya pada variabel diskrit dan kontinu untuk suatu skala pengukuran tertentu telah dikembangkan teknik dan prosedur statistik tertentu pula. Untuk itu, penjelasan di bagian ini akan terfokus pada keempat jenis skala pengukuran28, yaitu skala nominal, ordinal, interval, dan rasio sehingga selanjutnya Anda dapat menetapkan teknik atau prosedur statistik yang sesuai untuk variabel yang diteliti. 1. Skala Nominal Seluruh variabel kualitatif diukur pada skala nominal. Pada skala nominal, kategori dari objek (variabel) yang bersifat kualitatif dilakukan berdasarkan 'nama'. Setiap kategori pada skala nominal dapat diberikan simbol untuk keperluan identifikasi (dalam bentuk angka atau huruf). Namun, simbol (angka) tersebut tidak memiliki makna apa-apa dan tidak menunjukkan besaran tertentu. Angka atau simbol tersebut digunakan hanya
  • 8. 2.8 Pengantar Statistik Sosial untuk mempermudah analisis dan penggambaran karakteristik data29. Contoh variabel kualitatif yang berskala nominal adalah Alasan Utama Pindah30 yang terdiri dari kategori pekerjaan, pendidikan, perkawinan, ikut suami/istri/orang tua/keluarga, perumahan dan kategori lainnya. Terhadap masing-masing kategori peneliti dapat menetapkan angka sebagai simbol untuk keperluan identifikasi (pekerjaan = 1: pendidikan = 2: perkawinan = 3). Adanya kategori 'lainnya' merupakan suatu usaha agar kategori yang tersedia untuk variabel tersebut bersifat ekshausif31. Dari contoh yang diberikan terlihat bahwa kategori dari variabel hanya merupakan pengelompokan, di mana angka (kode) yang diberikan tidak memiliki arti yang sebenarnya. Hal ini memungkinkan diubahnya urutan kategori tanpa menimbulkan kesan janggal pada alternatif (kategori) jawaban yang tersedia. 2. Skala Ordinal Skala ordinal juga mengelompokkan data (kasus)32, namun pada jenis skala ordinal terdapat tambahan informasi. Skala ordinal, selain memiliki sifat yang dimiliki oleh skala nominal juga memiliki karakteristik tambahan di mana pengamatan (data/kasus) dapat disusun berdasarkan urutan (tingkat) tertentu33. Ini berarti setelah peneliti menetapkan pengelompokan (kategori) data (kasus), peneliti menyusun kategori yang ada sesuai dengan peringkatnya. Salah satu contoh dari variabel yang berskala ordinal adalah jenjang pendidikan34, yang terdiri dari Sekolah Dasar, SUP, Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi. Dari contoh yang diberikan terlihat bahwa pengamatan (kasus) yang berskala ordinal dapat diberikan peringkat, yaitu tingkat yang paling rendah (SD) sampai tingkat yang paling tinggi (Perguruan Tinggi) sehingga peneliti tidak hanya membedakan satu kategori dengan kategori lainnya, tetapi juga dapat menunjukkan peringkatnya35. Untuk itu dalam variabel yang berskala ordinal peneliti tidak dapat merubah urutan kategori yang telah ditetapkan karena perubahan tersebut akan menimbulkan kejanggalan pada alternatif jawaban yang tersedia. Selain untuk keperluan identifikasi (pembedaan), angka pada variabel yang berskala ordinal digunakan juga untuk menentukan peringkat dari suatu kasus pada variabel tertentu. Namun, penetapan peringkat ini tidak disertai informasi mengenai jarak antar-kategori yang tersedia.
  • 9. ISIP4215/MODUL 2 2.9 3. Skala Interval Pada skala interval selain peneliti dapat menentukan bahwa suatu kasus lebih atau kurang dibandingkan kasus lainnya. Ia juga dapat menetapkan berapa besar (jarak) kekurangan atau kelebihan tersebut. Jadi, selain skala interval mencakup seluruh sifat dari skala ordinal dan nominal. skala ini juga memiliki sifat tambahan, yaitu dari menentukan jarak antar-kategori yang terdapat pada alternatif jawaban. Contoh yang paling sering digunakan untuk skala interval adalah variabel suhu (temperatur) udara. Jika suhu udara tertinggi hari ini mencapai 32oC, sedangkan kemarin hanya 29oC, kita tidak hanya mengatakan bahwa hari ini lebih panas dari kemarin, tetapi juga secara pasti mengatakan bahwa hari ini lebih panas 3oC dari kemarin. Pada skala interval jarak antar-unit pengukuran (misalnya derajat) selalu sama untuk setiap kategori yang tersedia di mana perbedaan (jarak antara kategori (skala) 24 dan 28oC sama dengan jarak antara skala 0 dan 4oC. Dengan demikian, peneliti menggunakan simbol angka maka angka tersebut benar-benar memiliki arti karena angka tersebut mencerminkan adanya gejala yang dapat diukur (besarnya). Skala interval masih memiliki keterbatasan, yaitu titik awal dari skala pengukuran tidak diketahui. Artinya, kita tidak dapat menentukan di mana titik nol berada. Untuk contoh suhu (temperatur) udara, nol derajat Celsius hanya dapat diartikan sebagai titik (suhu) di mana air membeku, tetapi tidak diartikan sebagai kondisi tidak adanya panas. Selain itu, tidak diketahuinya titik awal skala pengukuran menyebabkan peneliti tidak dapat melakukan perbandingan (ratio) antar-pengamatan. Dalam ilmu sosial, contoh untuk variabel kuantitatif variabel berskala interval adalah skala jarak sosial yang disusun oleh Bogardus36. 4. Skala Rasio Keterbatasan yang dimiliki skala interval tidak adanya nilai nol yang bermakna37 tidak ditemukan pada skala rasio. Skala rasio memiliki seluruh sifat yang dimiliki skala nominal, ordinal, dan interval ditambah kemampuan untuk melakukan perbandingan pada skala pengukuran yang disusun. Hal ini dimungkinkan karena pada skala rasio terdapat nilai nol yang menunjukkan tidak adanya suatu jumlah yang dapat diamati untuk suatu variabel38. Adanya titik nol mutlak memungkinkan peneliti melakukan perbandingan antar kategori yang tersedia. Misalnya, kita membandingkan seorang yang memiliki berat badan 45 kg dengan orang yang berat badannya 30 kg. Selain
  • 10. 2.10 Pengantar Statistik Sosial orang pertama 15 kg lebih berat dari orang kedua kita juga dapat mengatakan bahwa orang pertama 1,5 kali lebih berat dari orang kedua. Variabel sosial yang memiliki skala rasio, antara lain tingkat partisipasi angkatan kerja, angka kelahiran menurut umur, dan angka melek huruf.39 Jika kita mengambil tingkat partisipasi angkatan kerja pada tahun 1997 sebagai contoh (Tabel 2.1), terlihat bahwa tingkat partisipasi di pedesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Selain itu, kita juga dapat menghitung perbedaan tingkat partisipasi tersebut, yaitu 9%. Dengan adanya titik nol mutlak pada skala rasio, kita dapat menghitung perbandingan (ratio) tingkat partisipasi antara daerah pedesaan dan perkotaan, yaitu 1,17. Ini berarti tingkat partisipasi di daerah pedesaan lebih besar 1,17 kali di pedesaan dibandingkan daerah perkotaan. Tabel 2.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Daerah Tempat Tinggal, 1992 -1997 Partisipasi Angkatan Kerja Daerah 1992 1998 (1) (2) (3) Perkotaan 47,8 52,5 Pedesaan 62,1 61,5 Perkotaan dan Pedesaan 57,3 58,0 Sumber: BPS. Keempat skala pengukuran digunakan dalam ilmu sosial. Oleh karena itu, pemahaman mengenai keempat skala tersebut mutlak diperlukan. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam skala pengukuran suatu variabel. a. Variabel kualitatif selalu diukur pada skala nominal. Interpretasi secara kuantitatif tidak dapat dilakukan terhadap skala jenis ini. b. Skala ordinal, interval, dan rasio sesuai untuk variabel kuantitatif. Namun, setiap skala tersebut bervariasi dalam derajat penggambaran besaran suatu variabel. c. Skala ordinal mengandung paling sedikit informasi karena hanya menunjukkan peringkat kategori dari suatu skala. d. Pada skala interval kita dapat menetapkan jarak antara 2 kategori atau skor, tetapi letak titik awal (nilai nol) dari skala yang disusun tidak diketahui.
  • 11. ISIP4215/MODUL 2 2.11 e. Skala rasio adalah skala untuk variabel kuantitatif yang paling informatif. Pada skala rasio, titik awal pengukuran diketahui sehingga kita dapat melakukan perbandingan di antara kategori pengukuran. Pada awal pembahasan sifat evaluasi pengukuran telah disebutkan bahwa untuk setiap skala pengukuran tertentu telah dikembangkan teknik atau prosedur statistika tertentu. Namun, ketentuan tersebut tidaklah terlalu kaku. Tabel 2.2 berikut ini menyajikan ringkasan teknik atau prosedur statistika yang sesuai untuk pengukuran tertentu. Tabel 2.2. Penerapan Teknik Statistika berdasarkan Skala Pengukuran Teknik/Metode Statistik yang Skala Pengukuran Pengukuran Dikembangkan Nominal Ordinal Interval Rasio Berdasarkan Skala Nominal Ya + + + Ordinal - Ya + + Interval - - Ya + Ratio - - - Ya Sumber: Ott. + = Teknik dapat digunakan, namun tidak ada info yang kurang - = Teknik statistik untuk skala tertentu, tidak dapat digunakan untuk data dengan skala ini Dari tabel di atas terlihat bahwa teknik/prosedur statistika yang sesuai untuk variabel berskala interval dapat juga digunakan untuk variabel yang diukur pada skala rasio. Hal ini dapat dilakukan karena data dari variabel yang berskala rasio memiliki seluruh sifat yang dimiliki dari data variabel yang berskala interval dan rasio40. Namun, penggunaan teknik/prosedur statistika dari skala pengukuran yang lebih rendah untuk variabel dengan skala pengukuran yang lebih tinggi dapat mengakibatkan hilangnya sejumlah informasi.
  • 12. 2.12 Pengantar Statistik Sosial LAT IH A N Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! Carilah sebuah penelitian. kemudian tentukanlah skala variabel yang digunakan! Petunjuk Jawaban Latihan 1) Perhatikanlah variabel apa saja yang digunakan dalam penelitian tersebut. 2) Pahamilah sifat dari skala pengukuran yang ada, kemudian gunakanlah untuk menentukan skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian yang Anda temukan. 3) Sebaiknya hasil penelitian yang Anda cara lebih dari satu agar Anda dapat melakukan perbandingan. R A NG KU M AN Variabel yang diteliti pada bidang ilmu ekonomi, politik maupun Ilmu Sosial dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Variabel kuantitatif pengamatannya bervariasi dalam besar (jumlah)-nya dari satu kasus (responden) ke kasus lainnya. Variabel kualitatif bervariasi dalam jenisnya. Selanjutnya, variabel kuantitatif masih dapat dibedakan lagi antara variabel (kuantitatif) diskrit dan variabel kuantitatif kontinu (kontinum). Dalam proses pengukuran variabel kuantitatif maupun kualitatif. peneliti perlu menetapkan skala pengukuran yang sesuai dengan variabel (data) yang diteliti. Skala pengukuran ini dibedakan atas skala nominal. ordinal. interval, dan rasio. Jika suatu variabel memenuhi syarat untuk diukur pada skala rasio maka variabel tersebut dapat pula diukur pada skala interval, ordinal, dan nominal. Di antara keempat skala pengukuran tersebut terdapat perbedaan kemampuan pengukuran, kemampuan tertinggi dimiliki oleh skala rasio dan kemampuan terendah ada pada skala nominal. Variabel yang dapat diukur pada skala tertentu dapat pula diukur pada skala yang lebih rendah kemampuan pengukurannya. Untuk variabel kualitatif, variabel ini hanya dapat diukur pada skala nominal.
  • 13. ISIP4215/MODUL 2 2.13 Untuk masing-masing skala pengukuran tersebut --rasio, interval, ordinal, dan nominal-- telah dikembangkan teknik atau prosedur statistika tertentu. Namun, penggunaan teknik atau prosedur untuk suatu skala pada skala pengukuran yang lain masih dimungkinkan. Teknik atau prosedur yang dikembangkan untuk suatu skala tertentu dapat digunakan untuk data yang lebih tinggi skala pengukurannya. Dengan demikian, teknik atau prosedur yang dikembangkan untuk data berskala nominal dapat digunakan untuk data yang skalanya lebih tinggi, namun sejumlah informasi pada data yang skalanya lebih tinggi akan hilang. TE S F OR M AT IF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Proses yang menghubungkan antara bahasa teori dengan bahasa empiric adalah .... A. operasionalisasi B. konseptualisasi C. empirisasi D. teoretisasi 2) Variabel adalah konsep yang .... A. memenuhi serangkaian nilai, ukuran atau jumlah B. memenuhi salah satu dari nilai, ukuran, dan jumlah C. mewakili gejala yang homogen D. mewakili gejala yang tidak bervariasi 3) Konsep yang mewakili gejala yang tidak bervariasi dikenal dengan istilah .... A. variabel B. indikator C. konstanta D. kategori 4) Variabel yang dicirikan dengan bilangan bulat disebut variabel .... A. kontinu B. diskret C. kuantitatif D. kualitatif
  • 14. 2.14 Pengantar Statistik Sosial 5) Skala ordinal selain memiliki sifat pengelompokan juga memiliki sifat .... A. adanya jarak B. nol mutlak C. klasifikasi D. peringkat Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1. Jumlah Jawaban yang Benar Tingkat penguasaan = × 100% Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.
  • 15. ISIP4215/MODUL 2 2.15 Kegiatan Belajar 2 Perbandingan Data, Tingkat Ketelitian, Reliabilitas, dan Validitas P ada Kegiatan Belajar 2 ini pembahasan akan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu mengenai metode untuk membandingkan data, tingkat ketelitian, serta pembahasan mengenai reliabilitas dan validitas. A. METODE UNTUK MEMBANDINGKAN DATA Pada literatur ilmu sosial sering kali dijumpai data yang merupakan ukuran-ukuran relatif. Data tersebut merupakan hasil perbandingan dan diwujudkan, antara lain dalam bentuk rasio (ratio), proporsi (Proportions), persentase (percentage), serta angka/tingkat (Rate). Perbandingan, pada dasarnya. dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu melalui pengurangan dan pembagian. Pengurangan akan menghasilkan angka absolut yang menunjukkan perbedaan antara dua angka. Cara ini dapat diterapkan baik pada variabel berskala interval maupun berskala rasio. Pada bagian ini kita akan membahas ukuran relatif sebagai hasil dari suatu perbandingan41 antara 2 pengukuran. 1. Rasio Ukuran untuk perbandingan jenis ini sering kali digunakan dalam perbandingan antara dua kelompok data. Misalnya, rasio Murid-Guru pada jenjang Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1995/96 adalah 2242. Ini berarti setiap guru pada jenjang SD mengawasi 22 murid. Contoh lainnya, perbandingan perolehan suara untuk kursi di DPR antara PDI-P dan PKB di dua provinsi43. Di provinsi Jawa Tengah, perolehan suara untuk PDI-P adalah 6.745 263 dan PKB berjumlah 2.567.004. Rasio44 perolehan suara PDI-P terhadap PKB adalah 2.627 atau 2.63. Di provinsi Jawa Timur, perolehan suara untuk PDI-P adalah 6.314.694, sedangkan untuk PKB adalah 6.703.580. Rasio perolehan suara PDI-P terhadap PKB adalah 0.941 atau 0.94. Ini berarti di Provinsi Jawa Tengah untuk setiap suara PKB terdapat 2.63 suara untuk PDI-P. Di Provinsi Jawa Timur untuk setiap suara PKB terdapat 0.94 suara untuk PDI- P. Dari contoh yang diberikan terlihat bahwa rasio adalah perbandingan
  • 16. 2.16 Pengantar Statistik Sosial antara elemen yang terdapat pada kelompok A (misalnya perolehan suara PDI-P) dan elemen yang terdapat pada kelompok B (misalnya perolehan suara PKB), di mana setiap elemen hanya dapat menjadi bagian dari satu kelompok data saja. Elemen tersebut tidak dapat menjadi bagian dari satu kelompok data saja. 2. Proporsi Selain menggunakan rasio, kita dapat juga membandingkan data dengan cara menghitung proporsi. Pada dasarnya proporsi adalah bentuk khusus dari rasio karena pada perhitungan proporsi, pembaginya adalah jumlah elemen yang terdapat pada data A dan data B. Misalnya, proporsi45 Pekerja Anak Perempuan (usia 10−14 tahun) si perkotaan pada tahun 199746 adalah 0.534 atau 0,53. Hasil ini diperoleh dengan membagi jumlah pekerja anak perempuan usia 10−14 tahun (118.192) dengan jumlah seluruh pekerja anak usia 10−14 tahun (pekerja anak perempuan 118.192 dan pekerja anak laki- laki 102.740 : jumlah pekerja anak : 220.932). Ini berarti 0.53 dari seluruh pekerja anak yang berusia 10−14 tahun adalah perempuan. 3. Persentase Kita sering enggan berhadapan dengan angka yang berbentuk pecahan atau bilangan desimal. Untuk itu terdapat alternatif lain dalam perhitungan perbandingan data, yaitu persentase. Jika proporsi memiliki range nilai antara 0−1 maka persentase memiliki range nilai antara 0−100. Cara perhitungan persentase sama dengan cara perhitungan proporsi, hanya saja dalam persentase hasil perhitungannya masih harus dikalikan 100. Misalnya, persentase47 pekerja anak perempuan (usia 10−14 tahun) di pedesaan pada tahun 199748 adalah 39,407% atau 39.41%. Hasil ini diperoleh dengan membagi jumlah pekerja anak perempuan usia 10−14 tahun (560.879) dengan jumlah seluruh pekerja anak usia 10−14 tahun (1.423.295), yang terdiri dari pekerja anak perempuan (560. 879) dan pekerja anak laki-laki (862.416). Dengan demikian, persentase pekerja anak perempuan (usia 10−14 tahun) di pedesaan pada tahun 1997 adalah 39,41%. Sejauh ini kita telah membahas tiga cara perhitungan untuk mem- bandingkan data, yaitu rasio (ratio), proporsi (proportion), dan persentase (percentage). Kapan salah satu dari ketiga cara ini akan digunakan sepenuhnya tergantung pada pertimbangan atau pilihan peneliti.
  • 17. ISIP4215/MODUL 2 2.17 4. Rates49 Contoh untuk metode perbandingan data selain angka kematian bayi (infant mortality rate)50 adalah angka kelahiran menurut umur (age specific fertility rate)51. Angka ini menunjukkan banyaknya kelahiran per 1000 wanita dari golongan umur tertentu. Perhitungan rates dilakukan dengan membagi (jumlah) munculnya peristiwa/kejadian/gejala yang dimaksud dengan (seluruh) jumlah yang mungkin muncul untuk peristiwa/ kejadian/gejala tersebut. Kadang kala hasil perhitungan tersebut dikalikan dengan bilangan tertentu (misalnya 100.000). Hasil perkalian ini akan menunjukkan jumlah munculnya suatu peristiwa tertentu untuk setiap 100.000 peristiwa yang dimaksud. Hasil seperti ini akan lebih mudah dipahami serta memperkecil kemungkinan terjadinya salah interpretasi. Untuk memperjelas cara perhitungan rate, berikut ini disajikan data yang diperoleh dari Kabupaten Indragiri Hulu. Provinsi Riau pada tahun 199352. Tabel 2.3. Rate Penduduk yang Dapat Membaca dan Menulis Latin di Kabupaten Indra iri Hulu menurut Kecamatan, 1993 Perempuan No. Kecamatan Penduduk Melek Huruf Orang Persen 1. Kuantan Mudik 89 83 93,26 2. Kuantan Tengah 193 187 96.89 3. Singingi 61 53 86.89 4. Kuantan Hilir 149 117 78.52 5. Cerenti 68 56 82,35 6. Peranap 33 31 93.94 7. Pasir Penyu 256 185 72.27 8. Seberida 148 135 91.22 9. Rengat 192 176 91.67 Total 1189 1023 86.04 Sumber: Rush & Sumardjo, Survei lapangan, (1993). B. TINGKAT KETELITIAN Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa batasan makna (definisi) dari suatu konsep (definisi operasional), selain berbentuk cara atau prosedur pengukuran tertentu juga mencakup penyusunan instrumen pengukuran. Dalam kenyataan sering kali terdapat perbedaan antara data (sebenarnya) dari
  • 18. 2.18 Pengantar Statistik Sosial variabel yang ingin diukur peneliti dengan data yang dihasilkan oleh instrumen pengukuran. Hal ini dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu keterbatasan instrumen pengukuran dan ketidakakuratan instrumen yang disusun oleh manusia. Akibatnya, data yang dihasilkan sering kali tidak seakurat keadaan sebenarnya. Ketidakakuratan instrumen yang disusun oleh manusia mengakibatkan data yang dihasilkan sering kali tidak seakurat keadaan sebenarnya53. Misalnya, hasil pengukuran jarak antar-dua tempat kita nyatakan (dengan membulatkan) dalam kilometer atau berat badan seseorang kita bulatkan dalam satuan berat kilogram. Dengan demikian, dalam proses pengukuran sebenarnya terdapat 2 jenis data, yaitu data sebenarnya (peneliti jarang dapat mengumpulkan data jenis ini) dan data (aktual) hasil pengamatan (diperoleh melalui instrumen pengukuran). Perbedaan di antara kedua jenis data ini disebut sebagai kesalahan akibat pembulatan (rounded error). Untuk melakukan pembulatan, berikut ini adalah pedoman dalam prosedur pembulatan. Prinsip-prinsip ini perlu diperhatikan karena ketelitian dari suatu pengukuran akan dipengaruhi oleh prosedur pembulatan dalam datanya. Secara umum terdapat 3 prinsip54 dalam pembulatan data, yaitu sebagai berikut. 1. Menetapkan satuan (unit) pengukuran dari pembulatan yang dilakukan. Kita dapat melakukan pembulatan ke unit atau bilangan bulat terdekat, bilangan 100, 1000 atau sepersepuluh, seperseratus, dan seperseribu. 2. Melakukan pembulatan ke unit pengukuran terdekat. 3. Apabila data hasil pengamatan merupakan bilangan di tengah dari suatu unit maka pembulatan dapat dilakukan ke arah bilangan bulat terdekat atau bilang genap terdekat. Contoh pembulatan ke bilangan bulat atau bilangan genap terdekat. Tabel 2.4. Persentase Wanita yang Umur Perkawinan Pertamanya Kurang dari 16 Tahun, 1998-1995 Tahun Perkotaan dan Pedesaan (1) (2) 1980 31,2 1990 24,9 1995 21,5 Sumber: BPS.
  • 19. ISIP4215/MODUL 2 2.19 Pada bagian awal penjelasan tingkat ketelitian disebutkan bahwa untuk mengetahui ketelitian suatu pengukuran kita harus mengetahui prosedur pembulatan yang dilakukan terhadap data yang dikumpulkan. Pengetahuan mengenai prosedur ini memungkinkan peneliti, untuk selanjutnya menyusun kembali (reconstruct) data sebenarnya. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan jika memungkinkan peneliti dapat menetapkan batas (kelas) yang disebut batas (kelas) nyata55 atau true limits. Dalam batas kelas ini akan tercakup data atau nilai pengamatan sebenarnya. Batas (kelas) nyata terdiri dari batas atas nyata dan batas bawah nyata. Batas atas nyata diperoleh dengan menambahkan setengah unit pengukuran terhadap bilangan yang telah dibulatkan. Batas bawah nyata diperoleh dengan mengurangi setengah unit pengukuran terhadap bilangan yang telah dibulatkan. Untuk jelasnya, tabel berikut ini akan menyajikan contoh pembentukan batas atas dan bawah nyata dari bilangan-bilangan yang telah dibulatkan. Contoh pembentukan batas atas dan batas bawah kelas nyata. Tabel 2.5. Angka Melek Huruf menurut Kelompok Umur Tahun 1997 Kelompok K D K+D Umur (1) (2) (3) (4) 10 - 14 99.4 98.0 98.4 15 - 19 99.4 97.7 98.4 20 - 24 99.3 96.5 97,7 25 - 34 97.9 92.1 94.4 35 - 49 95.0 84.2 88.2 50 + 77.4 57.7 63.9 Jumlah L 97,1 90,8 93,2 L 91,9 80,9 85,1 L+P 94,5 85,8 89.1 Sumber: BPS. Catatan: K = Kota, D = Pedesaan, L= Laki-laki, P = Perempuan Ada beberapa prinsip tambahan56 yang perlu kita perhatikan dalam kaitannya dengan pembulatan, ketelitian atau kualitas dari suatu proses pengukuran. Pertama, pembulatan akan mempengaruhi tingkat ketelitian dari data yang dikumpulkan. Semakin banyak pembulatan yang dilakukan
  • 20. 2.20 Pengantar Statistik Sosial peneliti, semakin rendah tingkat ketelitian (kualitas) dari pengukuran yang dilakukan. Untuk itu, peneliti perlu mengetahui keterbatasan-keterbatasan dari prosedur pembulatan yang dilakukan sehingga dengan mengetahui unit pengukuran dari pembulatan, peneliti dapat menetapkan batas nyata (sebenarnya) dari suatu pengukuran sekaligus akurasi dari data yang telah dibulatkan. Kedua, apabila peneliti melakukan perhitungan, pembulatan hendaknya dilakukan setelah seluruh proses perhitungan selesai dilakukan. Prinsip ini akan mengurangi kesalahan akibat pembulatan (rounded error). Ketiga prosedur dalam pembulatan tidak bersifat universal, sering kali merupakan hasil kesepakatan di mana kesepakatan tersebut dapat saja berbeda di setiap negara57. C. VALIDITAS DAN RELIABILITAS Pada bagian-bagian terdahulu kita telah membahas dua cabang dari ilmu statistika --deskriptif dan inferensia-- yang tidak hanya membantu peneliti dalam menyajikan atau menggambarkan data penelitian sosial, tetapi juga membantu peneliti untuk mengetahui kualitas dari suatu inferensi (kesimpulan) suatu penelitian sosial. Pengetahuan peneliti tentang kualitas inferensinya memungkinkan peneliti tersebut melakukan evaluasi terhadap peluang pembuatan keputusan yang keliru mengenai populasi yang ia teliti. Di samping kaitannya dengan kualitas inferensi, peneliti juga perlu memperhatikan dua hal penting, yaitu masalah validitas (validity) dan reliabilitas (reliability) dalam suatu proses pengukuran58. Dalam penelitian dengan pendekatan kuantitatif peneliti dapat melakukan pengumpulan data primernya dengan teknik survei maupun teknik eksperimen. Dalam pengumpulan data tersebut peneliti akan memusatkan perhatiannya pada variabel-variabel tertentu. Validitas suatu pengukuran, akan menjawab pertanyaan "Apakah variabel-variabel (indikator)59 yang diteliti benar-benar mengukur (mewakili) variabel-variabel yang akan diukur?”, sedangkan reliabilitas akan menjawab pertanyaan: “Apakah (hasil) pengukuran dari variabel (indikator) yang diteliti konsisten atau dapat diandalkan?" Untuk melakukan evaluasi terhadap validitas suatu penelitian kita dapat menggunakan beberapa etnik. Evaluasi terhadap validitas permukaan (Face Validity)60 dapat dilakukan dengan memeriksa instrumen pengumpulan data (misalnya daftar pertanyaan atau kuesioner), yaitu dengan memeriksa apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sudah dirumuskan dengan baik dan
  • 21. ISIP4215/MODUL 2 2.21 difokuskan pada variabel yang diteliti. Cara lainnya, dengan meminta peneliti yang ahli dalam bidang kajian yang kita teliti untuk melakukan evaluasi terhadap instrumen yang digunakan. Peneliti juga dapat memeriksa validitas instrumennya dengan menerapkan instrumen tersebut kepada kelompok masyarakat yang telah diketahui orientasi, aspirasi atau preferensinya mengenai gejala yang sedang diteliti. Untuk reliabilitas, kita melakukan evaluasi terhadap konsistensi, yaitu apakah instrumen pengukuran (kuesioner) yang digunakan akan memberikan hasil pengamatan yang sama jika diterapkan pada sampel (kelompok responden) yang sama pada waktu berbeda? Seperti halnya validitas terdapat beberapa cara dalam menguji reliabilitas suatu instrumen. Salah satu cara yang paling sering digunakan adalah prosedur test-retest 61. Dengan prosedur ini, instrumen pengukuran62 yang diuji diterapkan setidaknya dua kali pada sampel yang sama. Jika instrumen tersebut dapat diandalkan (reliable) maka hasil dua kali pengumpulan data (pengamatan) tidak akan jauh berbeda. Dalam penelitian dengan pendekatan kuantitatif, perdebatan sering kali lebih berkisar pada apakah konsep-konsep penelitian telah didefinisikan secara 'benar' dari awal63 baik dalam hal definisi konseptual maupun operasionalnya. Dengan demikian, peneliti perlu menyusun kriteria operasional untuk pengukuran suatu kasus (responden) yang diteliti. Jika tidak demikian maka hasil penelitian tersebut akan keliru dan menyesatkan Suatu peneliti dikatakan berhasil jika hasil pengumpulan datanya valid dan reliable. Namun, dapat saja suatu instrumen penelitian memberikan informasi yang reliable, tetapi tidak valid. Ini menunjukkan bahwa hal-hal yang berhubungan dengan validitas dan reliabilitas bukanlah hal yang sederhana. Hanya saja seseorang peneliti harus memperhatikan kedua hal tersebut. baik saat ia melakukan penelitiannya ataupun saat ia menggunakan hasil penelitian orang lain. Pembahasan lebih terperinci mengenai validitas dan reliabilitas diberikan pada kajian mengenai metodologi penelitian, rancangan sampel untuk penelitian survei dan penyusunan instrumen penelitian, khususnya daftar pertanyaan (kuesioner).
  • 22. 2.22 Pengantar Statistik Sosial LAT IH A N Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! Carilah 2 data, kemudian lakukanlah perbandingan kedua data tersebut dengan cara-cara yang terdapat dalam modul ini! Petunjuk Jawaban Latihan 1) Pahamilah pengertian dari metode yang dipelajari dalam Modul 2 ini. 2) Kemudian, pilihlah minimal 2 cara yang Anda anggap sesuai untuk membandingkan data yang Anda miliki. 3) Lakukanlah perbandingan tersebut, kemudian simpulkanlah! R A NG KU M AN Pada membandingkan data, peneliti dapat menggunakan beberapa cara, yaitu rasio, proporsi, persentase, dan rates. Ketelitian dari data yang dikumpulkan bergantung pada 2 hal, yaitu instrumen pengukuran yang digunakan dan ada tidaknya pembulatan terhadap data yang dikumpul- kan Dalam pembahasan mengenai pembulatan, kita membedakan data dengan nilai sebenarnya dan data yang telah dibulatkan. Selain itu, dibahas pula prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam prosedur pembulatan. Pada topik mengenai ketelitian data dibahas pula hal-hal yang berkaitan dengan pengurangan (tingkat) ketelitian serta penggunaan batas nyata Pembahasan dalam Kegiatan Belajar 2 ini diakhiri dengan pembahasan mengenai validitas dan reliabilitas dari suatu proses pengukuran. TE S F OR M AT IF 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Cara membandingkan dua data yang hanya dapat diterapkan untuk data dengan skala rasio adalah .... A. Penjumlahan B. Pengurangan
  • 23. ISIP4215/MODUL 2 2.23 C. Pembagian D. Perkalian 2) Membandingkan dua data dengan cara pengurangan dapat diterapkan pada skala .... A. nominal dan interval B. ordinal dan interval C. ordinal dan rasio D. interval dan rasio 3) Peneliti sebaiknya melakukan pembulatan pada saat .... A. proses perhitungan berlangsung B. proses perhitungan selesai dilakukan C. sebelum proses perhitungan dilakukan D. proses pengumpulan data 4) Uji instrumen yang dilakukan untuk menguji konsistensi suatu instrumen penelitian disebut dengan .... A. validitas B. reliabilitas C. inferensia D. operasionalisasi 5) Uji instrumen yang dilakukan untuk menguji ketepatan instrumen dengan variabel disebut dengan .... A. validitas B. reliabilitas C. inferensia D. operasionalisasi Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2. Jumlah Jawaban yang Benar Tingkat penguasaan = × 100% Jumlah Soal
  • 24. 2.24 Pengantar Statistik Sosial Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.
  • 25. ISIP4215/MODUL 2 2.25 Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif 1 1) A. Proses yang menghubungkan antara bahasa teori dengan bahasa empirik disebut dengan operasionalisasi. 2) A. Variabel adalah konsep yang mewakili serangkaian nilai. ukuran. dan jumlah. 3) C. Konstanta merupakan konsep yang mewakili gejala yang tidak bervariasi. 4) B. Variabel diskret adalah variabel yang ditandai dengan bilangan bulat. 5) D. Skala ordinal memiliki sifat pengelompokan dan peringkat. Tes Formatif 2 1) C. Pembagian adalah metode yang dapat diterapkan untuk skala rasio. 2) D. Pengurangan adalah metode membandingkan data untuk skala interval dan rasio. 3) B. Pembulatan sebaiknya dilakukan oleh peneliti pada saat seluruh proses perhitungan telah selesai dilakukan. 4) B. Uji yang dilakukan untuk menguji konsistensi instrumen suatu penelitian disebut dengan reliabilitas. 5) A. Uji yang dilakukan untuk menguji ketepatan instrumen dengan variabel yang diteliti disebut dengan validitas.
  • 26. 2.26 Pengantar Statistik Sosial Catatan 1 Neuman (1997) menyebutkan setidaknya 4 alasan mengapa penelitian sosial di lakukan, yaitu untuk menjawab pertanyaan praktis. penyusunan kebijakan, merubah masyarakat, mengembangkan pengetahuan mendasar tentang suatu masyarakat. 2 Creswell (1994) menunjukkan bahwa hipotesis (penelitian), sebagai pernyataan ulang dari maksud suatu penelitian (purpose of the study), digunakan dalam penelitian eksperimen, sedangkan dalam penelitian survei, pernyataan ulang tersebut mengambil bentuk pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Hipotesis diartikan sebagai suatu pernyataan yang akan diuji atau suatu pernyataan tentang hubungan antarvariabel yang bersifat tentatif (Neuman. 1997). Selain bersumber dari teori, hipotesis dapat juga dikembangkan dari pengamatan maupun institusi (lihat Nachmias and Nachmias. (1992). Research Methods in the Social Science. 4th ed. New York: St. Martin's). 3 Identifikasi terhadap variabel dan penetapan prosedur ini dilakukan peneliti dalam suatu rancangan penelitian (research design). Lihat pembahasan pada Modul 1. 4 Proses pengukuran diperlukan (Nachmias, 1992) karena peneliti bergerak (berpindah) dari tingkat konseptual ke tingkat pengamatan, di mana konsep dikonversi menjadi variabel yang terdiri dari 2 atau lebih kategori (nilai). 5 Lihat Neuman. (1997). 6 Lihat Earl Babbie. (1995). The Practice of Social Research. 7th ed. Belmont: Wadsworth Publishing Company. 7 Lihat Neuman. (1997). 8 Lihat Gordon Marshall. (1994). Concise Dictionary of Sociology. Oxford: New York.
  • 27. ISIP4215/MODUL 2 2.27 9 Definisi konseptual disebut juga definisi kerja (Working definition) karena peneliti mendapatkan bayangan mengenai arti dari konsep yang dimaksud dan melakukan perubahan terhadap definisi yang diberikan. Lihat Neuman (1997) dan George Argyrous. (1997). Statistics for Social Research. MACMILLAN Press Ltd. 10 Dikutip dalam Delbert C. Miller. (1991). Handbook of Research Design and Social Measurement. 5thed. Newbury Park: Sage publication. Skala pengukuran status sosial tersebut dikenal juga sebagai Duncan Sosioekonomic Index (SEI). 11 Prestige diartikan sebagai evaluasi perorangan secara subjektif mengenai posisinya dalam hierarki status (lihat Mashall, 1994). 12 Lihat Neuman. (1997). 13 Argyrous (1997) menyebutkan terdapat 4 faktor yang menimbulkan masalah dalam proses operasionalisasi, baik dalam hal perumusan maupun penerapan definisi operasional, yaitu kompleksitas konsep, ketersediaan data, biaya, dan kesulitan mendapatkan data serta etika. 14 Lihat Argyrous. (1997). 15 Lihat Neuman. (1997). 16 Variabel dapat juga diartikan sebagai suatu konsep yang memiliki variasi nilai atau lebih dari satu nilai. Nilai atau kategori dari suatu variabel disebut atribut (lihat Neuman, 1997). 17 Lihat Indikator Kesejahteraan Rakyat 1997. (1998). Biro Pusat Statistik. Jakarta. 18 Konstanta adalah atribut yang tidak memiliki variasi (Argyrous, 1997) atau gejala yang tidak mengalami perubahan pada saat dilakukan pengamatan dari waktu ke waktu (Ott, 1992).
  • 28. 2.28 Pengantar Statistik Sosial 19 Suatu kasus (cases) diartikan sebagai suatu kesatuan (unit) yang mencerminkan atau memiliki ciri-ciri atau karakteristik dari suatu variabel tertentu (Argyrous,1997). 20 Lihat BPS. (1998). 21 Lihat BPS. (1998). 22 Uraian lebih terperinci mengenai fungsi angka sebagai simbol diberikan pada bagian skala atau tingkat pengukuran. 23 Pembedaan antara variabel diskrit dan kontinum menurut Argyrous (1997) hanya dilakukan terhadap data interval/rasio. Untuk penjelasan lebih lanjut lihat pembahasan mengenai skala pengukuran. 24 Variabel diskrit dapat juga diartikan sebagai variabel yang besarannya (nilai/kategori) tidak dapat menempati semua nilai. Variabel jenis ini adalah hasil pencacahan (lihat Supramono. 1993). 25 Variabel kontinu dapat juga diartikan sebagai variabel yang besarannya (nilai/kategori)-nya dapat menempati semua nilai (kategori) yang ada di antara dua titik. Variabel kontinu adalah hasil pengukuran (lihat Supramono,1993). 26 Lihat BPS. (1998). 27 Lihat OTT. (1992). 28 Skala atau tingkat pengukuran adalah pembedaan yang mendasar dalam kajian statistika. karena hal ini akan menentukan sejauh mana peneliti dapat melakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan. Istilah tingkat pengukuran digunakan karena semakin tinggi tingkat pengukuran suatu variabel maka semakin banyak informasi yang diperoleh mengenai variabel tersebut.
  • 29. ISIP4215/MODUL 2 2.29 29 Alternatif cara untuk menggambarkan data akan dibahas dalam Modul 3 mengenai penyajian data dan Modul 4 mengenai ukuran pemusatan dan penyebaran. 30 Lihat BPS. (1998). 31 Lihat Argyrous. (1997). 32 Ciri mengelompokkan yang dimiliki skala nominal dan ordinal menyebab- kan kedua jenis skala pengukuran ini disebut sebagai variabel kategorikal (Categorical variables). Lihat Argyrous. (1997) an Ott (1992). 33 Lihat Ott. (1992). 34 Lihat BPS. (1998). 35 Adanya kemampuan dari skala ordinal untuk membedakan peringkat dari kategori yang ada yang menunjukan bahwa dalam skala ordinal terkandung sifat perubahan arah. (Argyrous, 1997). 36 Dikutip dalam Miller. (1991). 37 Istilah lain yang digunakan alah nilai nol mutlak (lihat Suparmono, 1993). 38 Lihat Argyrous (1997) dan Ott (19922). 39 Lihat BPS. (1998). 40 Perbedaan yang tidak terlalu mendasar antara skala pengukuran interval dan rasio memungkinkan prosedur/teknik statistika yang sama diterapkan pada kedua jenis skala pengukuran tersebut. Dengan demikian, jenis skala pengukuran yang akan dibahas selanjutnya hanya ada 3, yaitu skala nomina, ordinal, dan interval/rasio. 41 Ukuran absolut yang digunakan untuk melakukan perbandingan, sebagai hasil dari cara pertama, akan dibahas pada bab yang lain.
  • 30. 2.30 Pengantar Statistik Sosial 42 Lihat BPS. (1998). 43 Data dikutip dari Republika. 23 Juni 1999 (sumber data: KPU. tanggal 22 Juni 1999-sampai pukul 21:43:31: dari 159.253 TPS. 44 Rumus untuk menghitung rasio data A terhadap data B adalah nA/nB. Di mana nA adalah jumlah elemen pada kelompok data A (misalnya PDI-P) dan nB adalah jumlah elemen pada kelompok data B (misalnya PKB). 45 Jika nA adalah jumlah elemen yang terdapat pada data A dan NB adalah jumlah elemen yang terdapat pada data B maka rumus untuk menghitung proporsi adalah nA/(nA+nB). 46 Lihat BPS. (1998). 47 Jika nA adalah jumlah elemen yang terdapat pada data A dan nB adalah jumlah elemen yang terdapat pada data B maka rumus untuk menghitung persentase adalah nA/(nA+nB) dikalikan dengan 100. 48 Lihat BPS. (1998). 49 Rates dapat diterjemahkan sebagai tingkat atau angka, misalnya rate of population growth diterjemahkan menjadi tingkat pertambahan penduduk, infant mortality rate diterjemahkan sebagai angka kematian bayi (lihat BPS, 1998). Namun, ada pula yang menerjemahkan infant mortality rate sebagai rate kematian bayi (lihat Said Rush dan Sumardjo. (1995). penyunting, Kajian Indeks Mutu Hidup (Physical Quality of Life Index) di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Jakarta: Gasindo). 50 Angka kematian bayi diartikan sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun, yang dinyatakan dengan per seribu kelahiran). 51 Lihat BPS. (1998). 52 Lihat Rusli dan Sumardjo, penyunting (1995).
  • 31. ISIP4215/MODUL 2 2.31 53 Lihat Neuman (1997) dan Ott (1992). 54 Lihat Ott. (1992). 55 Lihat Supramono, (1993). Pembahasan lebih rinci mengenai batas (kelas) akan diberikan pada Modul 3 mengenai penyajian data, khususnya dalam topik pembahasan tabel atau distribusi frekuensi. 56 Lihat Ott. (1992). 57 Ott (1992) menunjukkan bahwa kesepakatan dalam prosedur pembulatan di Amerika Serikat berbeda dengan di Jepang. 58 Validitas dan reliabilitas adalah dua konsep penting dalam pengukuran ilmiah (Neuman, 1997). Kedua hal ini membahas bagaimana ukuran- ukuran konkret atau indikator dikembangkan untuk suatu konsep. Validitas dan reliabilitas menjadi amat penting dalam ilmu sosial karena konsep dalam teori-teori sosial sering kali bermakna ganda. kabur dan tidak dapat langsung diamati. Walaupun validitas dan reliabilitas sempurna sulit dicapai. peneliti harus berusaha agar validitas dan reliabilitas indikator penelitiannya adalah optimal. 59 Validitas, menurut Neuman (1997) menunjukkan apakah indikator yang kita susun sesuai dengan makna dari konsep yang akan diteliti. Reliabilitas menunjukkan apakah indikator yang disusun dapat diandalkan atau konsisten. 60 Face Validity merupakan salah satu jenis dari empat jenis validitas yang ada (lihat Neuman, 1997). Jenis validitas lainnya adalah Content (validitas isi). Criterion (validitas kriteria) dan Construct validity (validitas konstruk). 61 Prosedur test-retest digunakan untuk menguji stability Reliability. Jenis reliabilitas lainnya adalah representative dan equivalence reliability (Neuman, 1997).
  • 32. 2.32 Pengantar Statistik Sosial 62 Dalam prosedur test-retest. instrumen yang diterapkan dua kali dapat persis sama atau dengan digunakan instrumen yang sedikit berbeda dalam format, namun isinya sangat mirip. 63 Lihat Argyrous. (1997). Kembali Ke Daftar isi