SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  21
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP
PEMBENTUKAN PDRB KABUPATEN BEKASI
Abas Sunarya *
ABSTRAK
Peranan sektor Industri yang tinggi dalam perekonomian Kabupaten Bekasi,
peluang pemerintah Kabupaten Bekasi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, mengurangi angka pengangguran, mengurangi angka kemiskinan, dan
mengurangi ketimpangan pembangunan antar kecamatan sangat besar. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai sektor Industri dengan
mengidentifikasi profil, karakteristik dan struktur perekonomian Kabupaten Bekasi
khususnya sektor Industri, serta mengidentifikasi sektor Industri yang unggul
dalam perekonomian. Analisis yang dilakukan menggunakan analisis diskriptif, analisis
LQ (Location Quotion), serta analisa Shift Share (SS). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kue ekonomi yang dihasilkan oleh perekonomian Kabupaten
Bekasi sebagian besar atau lebih dari 75% berasal dari sektor Industri Pengolahan.
Empat subsektor di sektor Industri Pengolahan yaitu industri Alat Angkutan, Mesin
& Peralatannya, industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, industri Makanan,
Minuman dan Tembakau, dan industri Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki
merupakan subsektor ekonomi yang mendominasi perekonomian Kabupaten Bekasi. Di
antara subsektor industri yang mengalami pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2011
adalah subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, subsektor industri
Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, dan subsektor industri Makanan, Minuman dan
Tembakau dengan laju pertumbuhan masing-masing secara berurutan adalah 6,60%,
5,40%, dan 6,83%. Bahkan subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya
sebagai aktivitas ekonomi paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi
mengalami pertumbuhan lebih tinggi pada tahun 2008 dan 2010. Sebagai dua
subsektor ekonomi yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi dan
diikuti dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi, maka Subsektor industri Alat
Angkutan, Mesin & Peralatannya dan subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari
Karet merupakan subsektor yang paling dapat diharapkan untuk menjadi leading
sector dalam perekonomian kabupaten bekasi. Subsektor industri Alat Angkutan,
Mesin & Peralatannya dan subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari
Karet,Industri Besar merupakan kegiatan industry dengan laju pertumbuhan yang
relative tinggi serta mendominasi perekonomian kabupaten Bekasi. Disamping itu
kedua subsector ini mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi dalam
kegiatan industry baik dilihat dalam perekonomian provinsi Jawa Barat maupun
Nasional.
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
113
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kebijakan pembangunan yang memacu pertumbuhan ekonomi melalui
industrialisasi, telah memunculkan pusat-pusat pertumbuhan melalui kebijakan
membangun pusat pertumbuhan dan kawasan industri seperti yang terjadi di
Bekasi, Tangerang, Jakarta, Batam serta Surabaya dan sekitarnya. Kabupaten
Bekasi pada mulanya merupakan wilayah dengan potensi sektor pertanian
(utamanya tanaman padi) pada tahun 1980-an, sampai dengan masa dimana
kawasan industri mulai dibangun pada tahun 1990-an. Dan ketika memasuki era
industrialisasi pada tahun 1990-an, Kabupaten Bekasi kemudian dikenal memiliki
kawasan industri yang terkemuka dan terbesar se-Asia Tenggara. Hal ini
menjadikan Sektor industri merupakan sektor penopang utama dalam
pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bekasi dengan
memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah paling tinggi. Berdasarkan
data PDRB ADHB Kabupaten Bekasi pada tahun 2010, kontribusi sektor Industri
terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Bekasi sekitar 76,94%. Angka ini dapat
diinpretasikan bahwa 76,94% kue ekonomi yang dihasilkan perekonomian
Kabupaten Bekasi berasal dari sektor Industri. Sisanya sekitar 23,06% berasal
dari sektor lainnya seperti sektor perdagangan sebesar 9,66% dan sektor
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan sebesar 1,34%. Sektor ekonomi yang
disebutkan terakhir ini mempunyai kontribusi terendah dalam pembentukan kue
ekonomi di Kabupaten Bekasi.
Dari gambaran di atas terlihat sangat dominannya sektor Industri dalam
perekonomian Bekasi sehingga menjadikan Sektor Industri sebagai motor
penggerak perekonomian Kabupaten Bekasi. Sebagai motor penggerak dalam
perekonomian Kabupaten Bekasi, sektor Industri seharusnya dapat
menggerakkan pula sektor-sektor lainnya. Dan tingginya peranan sektor industri
ini dapat dijadikan modal dasar bagi pemerintah Kabupaten Bekasi untuk
membangun perekonomiannya menuju kesejahteraan rakyat ke arah yang lebih
baik dan adil. Di samping itu laju pertumbuhan sektor Industri dalam dua tahun
terakhir ini menunjukan peningkatan yang relatif tinggi dan pertumbuhannya
cenderung meningkat. Indikasinya terlihat bahwa pada tahun 2009 lalu sektor
Industri mengalami pertumbuhan relatif cukup besar sebesar 4,06% dan
pertumbuhannya meningkat menjadi sebesar 5,52% pada tahun 2010. Dengan
pertumbuhan sebesar 5,52% pada tahun 2010 tersebut, sektor industri telah
merangsang sektor Konstruksi mengalami pertumbuhan sebesar 12,80%, sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami pertumbuhan sebesar 9,11%, sektor
Angkutan & Komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 7,87%, sektor Bank dan
Lembaga Keuangan Lainnya mengalami pertumbuhan 8,18% dan sektor Jasa
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
114
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
mengalami pertumbuhan sebesar 7,14%. Bila pertumbuhan sektor Industri bisa
dipacu lebih tinggi lagi tidak menutup kemungkinan sektor Non Industri akan
mengalami pertumbuhan lebih tinggi lagi dan ini akan mempercepat peningkatan
pendapatan masyarakat Kabupaten Bekasi dan sekaligus akan menurunkan angka
kemiskinan.
Dengan peranan sektor Industri yang tinggi dalam perekonomian
Kabupaten Bekasi, peluang pemerintah Kabupaten Bekasi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, mengurangi angka pengangguran, mengurangi angka
kemiskinan, dan mengurangi ketimpangan pembangunan antar kecamatan sangat
besar. Semuanya tergantung dari aparat pemerintahan Kabupaten Bekasi sebagai
pembuat kebijakan umum apakah kebijakan tersebut pro rakyat atau pro
pengusaha besar.
2. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas terlihat lebih dari 75% kue ekonomi yang
dihasilkan perekonomian Kabupaten Bekasi berasal dari sektor Industri. Hal ini
menunjukkan sangat dominannya sektor Industri dalam perekonomian Bekasi
sehingga menjadikan Sektor Industri sebagai motor penggerak perekonomian
Kabupaten Bekasi. Namun kenyataannya peranan sektor industri dalam
pembentukan kue ekonomi belum memberikan peranan yang signifikan terhadap
peningkatan kesejahteraan rakyat, mengurangi kemiskinan, dan ketimpangan
antar wilayah kecamatan.
3. Maksud, Tujuan, dan Sasaran
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka kajian ini dimaksudkan
untuk mendapatkan informasi mengenai sektor Industri dengan mengidentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi profil, karakteristik dan struktur perekonomian
Kabupaten Bekasi khususnya sektor Industri.
b. Mengidentifikasi sektor Industri yang unggul dalam perekonomian.
B. METODE ANALISIS
1. Analisis Diskriptif
Analisis diskriptif merupakan analisis sederhana untuk memberikan
gambaran awal mengenai sektor Industri di Kabupaten Bekasi yang berjalan
sekarang ini. Pada analisis diskriptif ini diberikan pula analisis diskriptif struktur
Industri dalam perekonomian Kabupaten Bekasi. Dalam analisis ini digunakan
bantuan tabel, grafik, dan diagram guna memberikan gambaran sektor Industri
dalam perekonomian Kabupaten Bekasi.
2. Analisis LQ (Location Quotion)
Metode LQ adalah suatu ukuran untuk membandingkan suatu sektor pada
suatu wilayah terhadap sektor yang sama pada wilayah yang lebih tinggi
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
115
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
tingkatannya. Misalnya sektor industri Kabupaten Bekasi dibandingkan dengan
sektor Industri Provinsi Jawa Barat atau sektor Industri secara nasional.
Artinya Meode LQ dapat digunakan untuk mengetahui pemusatan suatu aktivitas
ekonomi di suatu wilayah dalam cakupan wilayah yang lebih luas dan dapat
mengidentifikasi keunggulan komparatif suatu wilayah dengan asumsi (1) kondisi
geografis relatif sama, (2) pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3) setiap
aktifitas menghasilkan produk yang sama. Selain itu, metode LQ ini dapat
mengetahui potensi sektor ekonomi yang ada di wilayah yang bersangkutan untuk
diekspor ke wilayah lain atapun tidak (dalam arti hanya melayani/memenuhi
kebutuhan sendiri). Formulasi metode LQ adalah sebagai berikut:
LQi =
Dimana:
LQi = Nilai LQ untuk sektor i di Kabupaten Bekasi
Yik = Nilai PDRB sektor i di Kabupaten Bekasi
Yi = Nilai PDRB sektor i di Provinsi Jawa Barat atau Nilai PDB sektor i
Yk = Nilai PDRB Kabupaten Bekasi
Y = Nilai PDRB Provinsi Jawa Barat atau Nilai PDB
Ada tiga kondisi yang dapat dicirikan dari hasil perhitungan dengan metode
LQ pada suatu wilayah. Pertama, jika LQ > 1, maka sektor tersebut merupakan
sektor basis, artinya daerah yang bersangkutan disamping dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri juga memberikan peluang dan memiliki potensi ekspor ke
wilayah lain dalam kegiatannya karena ada surplus di sektor yang bersangkutan.
Dapat dikatakan pula bahwa wilayah tersebut terspesialisasi pada sektor yang
bersangkutan (sektor basis).
Dengan demikian sektor tersebut akan memberikan sumbangan lebih besar
dibandingkan sumbangan sektor lainnya terhadap pembentukan PDRB, penciptaan
kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan per kapita. Kenaikan pendapatan
per kapita mengakibatkan permintaan pasar domestik akan meningkat baik
terhadap output sektor basis maupun non basis. Kenaikan permintaan tersebut
selanjutnya akan mendorong kenaikan investasi di sektor lainnya sebagai akibat
pertumbuhan sektor basis maupun non basis. Kedua, jika LQ = 1, maka sektor
yang bersangkutan hanya dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri, produk
domestik habis dikonsumsi daerah tersebut. Ketiga, jika LQ < 1, maka sektor
tersebut bukan sektor basis, artinya sektor yang bersangkutan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan wilahnya sendiri, artinya daerah tersebut memiliki
kecenderungan untuk melakukan impor dari dari daerah lain. Dapat juga dikatakan
bahwa wilayah tersebut tidak terspesialisasi pada sektor tersebut.
3. Analisa Shift Share (SS)
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
116
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
Analisis shift–share (SS) digunakan untuk menganalisis dan mengetahui
pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode itu dipakai untuk
mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan
pada pertumbuhan sektor di suatu daerah dibandingkan dengan sektor yang sama
pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional. Oleh banyak peneliti regional,
analisis shift share dianggap sebagai teknik yang sangat baik untuk menganalisis
perubahan struktur perekonomian daerah dibanding perekonomian daerah di
atasnya atau nasional.
Dalam hal ini menganalisis perubahan struktur perekonomian Kabupaten
Bekasi dibanding perekonomian Provinsi Jawa Barat atau perekonomian nasional.
Dengan pendekatan analisis ini dapat ditentukan kinerja atau produktivitas kerja
perekonomian suatu daerah dengan daerah di atasnya. Teknik ini bisa digunakan
untuk berbagai hal yang terkait dengan masalah-masalah ekonomi regional,
misalnya untuk mengidentifikasi sumber-sumber pertumbuhan regional,
menelusuri jejak-jejak kecondongan dan sebab-sebab perubahan dalam lapangan
kerja, dan menentukan besarnya dan arah perubahan-perubahan
lapangan/kesempatan kerja serta industry regional.
Metode analisis Shift Share diawali dengan mengukur perubahan nilai
tambah bruto atau PDRB suatu sektor i di suatu region j (Dij) dengan formulasi:
Dij = ∆ ( – 1) + ( - ) + ( - - ……………(1)
Dimana,
( – 1) = RS (Regional Share)
( - ) = PS (Proportional Shift)
( - - = DS (Differential Shift)
Dengan pengertian,
Dij = ∆ = perubahan PDRB sektor I di Kabupaten Bekasi pada tahun t
= PDRB Jawa Barat tahun t
= PDRB Jawa Barat tahun 0
= PDRB sektor i provinsi Jawa Barat tahun t
= PDRB sektor i provinsi Jawa Barat tahun 0
= PDRB sektor i Kabupaten Bekasi tahun t
= PDRB sektor i Kabupaten Bekasi tahun 0
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
117
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
Dengan demikian,
Dij = ∆ = RS + PS + DS
Persamaan (1) menunjukkan bahwa peningkatan nilai tambah suatu sektor
di suatu wilayah (Dij) dapat diuraikan (decomposed) menjadi 3 komponen
berpengaruh, yaitu :
a. Regional Share (RS) : adalah merupakan komponen pertumbuhan ekonomi
daerah yang disebabkan oleh faktor luar yaitu peningkatan kegiatan
ekonomi daerah akibat kebijaksanaan nasional atau Provinsi yang berlaku
pada seluruh daerah.
b. Proportional Shift (PS): adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah
yang disebabkan oleh struktur ekonomi daerah yang baik, yaitu
berspesialisasi pada sektor yang pertumbuhannya cepat secara nasional
atau provinsi. Selain itu komponen pertumbuhan proporsional tumbuh
karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam
ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri dan
perbedaan dalam struktur, dan keragaman pasar. Disebut juga pengaruh
bauran industri (industry mix).
c. Differential Shift (DS): adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah
karena kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif. Unsur
pertumbuhan ini merupakan keuntungan kompetitif daerah yang dapat
mendorong pertumbuhan ekspor daerah. Disebut juga komponen
pertumbuhan pangsa wilayah.
Melalui ketiga komponen tersebut dapat diketahui komponen atau unsur
pertumbuhan yang mana yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Nilai
masing-masing komponen dapat saja negatif atau positif, tetapi jumlah
keseluruhan akan selalu positif, bila pertumbuhan ekonomi juga positif dan begitu
pula sebaliknya. Berdasarkan persamaan (1), maka untuk suatu wilayah,
pertumbuhan nasional atau regional, bauran industri dan keunggulan kompetitif
dapat ditentukan bagi suatu sektor i atau dijumlah untuk semua sektor sebagai
keseluruhan wilayah. Selanjutnya Bendavid (1991), dalam analisis pertumbuhan
ekonomi regional komponen proportional shift (PS) dan differential shift (DS)
lebih penting dibanding komponen regional share. Hal ini disebabkan karena DS
digunakan untuk melihat perubahan pertumbuhan dari suatu kegiatan di wilayah
studi terhadap kegiatan tersebut di wilayah referensi. Dari perubahan tersebut
akan dapat dilihat berapa besar pertambahan atau pengurangan pendapatan dari
kegiatan tersebut. Sedangkan PS untuk melihat perubahan pertumbuhan suatu
kegiatan di wilayah referensi terhadap kegiatan total (PDRB) di wilayah
referensi.
C. DATA DAN ANALISIS
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
118
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
1. Struktur Perekonomian
Gambaran mengenai struktur perekonomian Kabupaten Bekasi menurut
sektor ekonomi tahun 2004 dan 2011 dapat disimak melalui Tabel c.1.
Berdasarkan Tabel c.1 tersebut tampak bahwa peranan sektor Industri dalam
perekonomian Kabupaten Bekasi selama kurun waktu 2004 s.d 2011 sangat
dominan. Dalam kurun waktu tersebut lebih dari 75% perekonomian Kabupaten
Bekasi ditunjang oleh sektor Industri dengan besaran 79,93% pada tahun 2004
dan 76,37 pada tahun 2011.
Artinya kue ekonomi yang dihasilkan oleh perekonomian Kabupaten Bekasi
sebagian besar atau lebih dari 75% berasal dari sektor Industri. Sementara itu
sektor ekonomi lainnya yang relatif cukup besar peranannya setelah sektor
Industri pada tahun 2011 adalah sektor Perdagangan, LGA (listrik, gas, dan air
bersih), Pertanian, dan Jasa-jasa dengan peranan masing-masing sebesar 10,01%,
2,37%, 2,36%, dan 2,21%.
Sementara sektor lainnya seperti sektor Pertambangan, sektor Bangunan,
sektor Pengangkutan, dan sektor Keuangan merupakan sektor ekonomi yang
mempunyai peranan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi relatif rendah hanya
di bawah 2%. Di antara sektor ekonomi yang peranannya rendah tersebut, sektor
Keuangan merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peranan paling rendah
dalam perekonomian Kabupaten Bekasi selama kurun waktu 2004 s.d. 2011.
Relatif rendahnya peranan ke empat sektor tersebut sudah terjadi sejak tahun
2004.
Tabel c.1 Perbandingan Struktur Perekonomian Kab. Bekasi Menurut Sektor Ekonomi, 2004 &2011
No. Sektor Ekonomi
2004 2011
PDRB
(Miliar Rp)
% PDRB
(Miliar Rp)
%
1 Pertanian 1.075,1 2,2 2.523,6 2,4
2 Pertambangan 637,6 1,3 1.922,2 1,8
3 Industri 38.678,3 79,9 81.544,7 76,4
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.311,1 2,7 2.533,4 2,4
5 Bangunan 553,2 1,1 1.865,1 1,8
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3.991,3 8,2 10.692,5 10,0
7 Pengangkutan dan Komunikasi 660,3 1,4 1.866,1 1,8
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 541,5 1,1 1.468,2 1,4
9 Jasa-jasa 939,9 1,9 2.357,3 2,2
PDRB Kabupaten Bekasi 48.388,4 100,0 106.773,3 100,0
Tingginya peranan Sektor Industri dalam perekonomian Kabupaten Bekasi
mengindikasikan pula besarnya input antara yang diperlukan, baik yang berasal
dari sektor industri maupun bukan industri, untuk menunjang aktivitas sektor
industri tersebut. Dan bila sebagian besar input antara yang diperlukan aktivitas
sektor industri ini bisa dipenuhi oleh perekonomian Kabupaten Bekasi, maka
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
119
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
perekonomian Kabupaten Bekasi akan dapat meningkatkan perekonomiannya.
Seperti diketahui bahwa sektor industri merupakan sektor yang cepat untuk
dapat meningkatkan sektor lainnya dalam perekonomian. Artinya bila sektor
industri bergerak maka sektor lainnya juga akan bergerak dan kondisi ini akan
berujung kepada penyerapan tenaga kerja dan akan mengurangi kemiskinan.
Apabila input antara untuk aktivitas ekonomi sektor industri di perekonomian
Kabupaten Bekasi bisa dipenuhi oleh UKMK termasuk IKM Kabupaten Bekasi,
maka UKMK pun akan bergerak searah dengan gerakan sektor industri.
Selanjutnya jika struktur perekonomian Kabupaten Bekasi dilihat menurut
subsektor ekonomi selama kurun waktu 2004 s.d. 2011 seperti yang dapat disimak
melalui Tabel c.2 tampak bahwa subsektor industri Alat Angkutan, Mesin &
Peralatannya, industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, Perdagangan Besar dan
Eceran, industri Makanan, Minuman dan Tembakau, dan industri Tekstil, Barang
dari Kulit & Alas kaki merupakan subsektor ekonomi yang mendominasi
perekonomian Kabupaten Bekasi dengan peranan masing-masing secara berurutan
adalah 43,57%, 16,33%, 9,26%, 5,84%, dan 5,53%. Peranan subsektor lainnya
dalam perekonomian Kabupaten Bekasi tidak melebihi angka 5%.
Tabel c.2 Perbandingan Struktur Perekonomian Kabupaten Bekasi Menurut Subsektor
Tahun 2004 dan 2011
LAPANGAN USAHA 2004 2011
(1) (2) (3)
1. PERTANIAN 2.22 2,36
a. Tanaman Bahan Makanan 1.42 1,67
b. Tanaman Perkebunan 0.03 0,01
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.64 0,53
d. Kehutanan 0.00 0,00
e. Perikanan 0.14 0,15
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1.32 1,80
a. Minyak dan Gas Bumi 1.30 1,79
b. Pertambangan tanpa Migas 0.00 0,00
c. Penggalian 0.02 0,01
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 79.93 76,37
a. Industri Migas 0.00 0,00
1. Pengilangan Minyak Bumi 0.00 0,00
2. Gas Alam Cair 0.00 0,00
b. Industri Tanpa Migas 79.93 76,37
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 4.24 5,84
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 10.18 5,53
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 0.31 0,18
4. Kertas dan Barang Cetakan 0.76 0,87
5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 20.85 16,33
6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0.42 0,30
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
120
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
7. Logam Dasar Besi & Baja 2.30 1,19
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 38.14 43,57
9. Barang lainnya 2.73 2,56
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 2.71 2,37
a. Listrik 2.15 1,88
b. Gas 0.54 0,45
c. Air Bersih 0.02 0,04
5. BANGUNAN 1.14 1,75
LAPANGAN USAHA 2004 2011
(1) (2) (3)
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 8.25 10,01
a. Perdagangan Besar & Eceran 7.56 9,26
b. Hotel 0.04 0,04
c. Restoran 0.65 0,72
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1.36 1,75
a. Pengangkutan 0.94 1,29
1. Angkutan Rel 0.00 0,00
2. Angkutan Jalan Raya 0.78 1,13
3. Angkutan Laut 0.00 0,00
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 0.00 0,00
5. Angkutan Udara 0.00 0,00
6. Jasa Penunjang Angkutan 0.16 0,16
b. Komunikasi 0.43 0,45
1. Pos dan Telekomunikasi 0.43 0,45
2. Jasa Penunjang Komunikasi 0.00 0,00
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 1.12 1,38
a. Bank 0.36 0,50
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0.13 0,17
c. Jasa Penunjang Keuangan 0.00 0,00
d. Sewa Bangunan 0.52 0,57
e. Jasa Perusahaan 0.11 0,13
9. JASA-JASA 1.94 2,21
a. Pemerintahan Umum 1.19 1,41
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 0.75 0,81
2. Jasa Pemerintah lainnya 0.45 0,60
b. Swasta 0.75 0,80
1. Sosial Kemasyarakatan 0.22 0,24
2. Hiburan & Rekreasi 0.03 0,03
3. Perorangan & Rumahtangga 0.50 0,53
PDRB DENGAN MIGAS 100.00 100,00
PDRB TANPA MIGAS 98.70 98,21
Sumber: BPS Kabupaten Bekasi
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
121
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
Dari gambaran di atas terlihat bahwa dari 5 (lima) subsektor ekonomi yang
mendominasi perekonomian Kabupaten Bekasi 4 (empat) subsektor berasal dari
subsektor Industri yaitu : subsektor industri Alat Angkutan, Mesin &
Peralatannya, industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, industri Makanan,
Minuman dan Tembakau, dan industri Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki.
Selanjutnya jika diamati Tabel c.2 dapat dilihat peranan masing-masing
subsektor Industri di dalam sektor Industri Kabupaten Bekasi tahun 2011.
Berdasarkan gambar tersebut tampak bahwa peranan subsektor industri Alat
Angkutan, Mesin & Peralatannya, industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet,
industri Makanan, Minuman dan Tembakau, dan industri Tekstil, Barang dari
Kulit & Alas kaki masing-masing secara berurutan adalah sebesar 57,1%, 21,4%,
7,6%, dan 7,2%. Hal ini mengindikasikan bahwa 4 (empat) subsektor ini
mendominasi aktivitas sektor Industri maupun aktivitas perekonomian Kabupaten
Bekasi secara keseluruhan.
Dari tabel di atas terindikasi bahwa lebih dari 85% aktivitas sektor
industri adalah subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya,
subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, dan subsektor industri
Makanan, Minuman dan Tembakau. Sehingga apabila input antara ketiga
subsektor ini bisa dipenuhi oleh UKMK termasuk IKM oleh perekonomian
Kabupaten Bekasi maka dapat diharapkan tingkat pengangguran akan dapat
diturunkan dengan lebih cepat dan selanjutnya angka kemiskinan akan turun lebih
cepat lagi.
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bekasi dapat dilihat
melalui Tabel c.3 di bawah ini. Secara total, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Bekasi selama kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir 2008 s.d. 2011 bergerak di
antara besaran 5,04% s.d. 6,26% dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada
tahun 2011 sebesar 6,26%.
Tabel c.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bekasi Menurut sektor ekonomi tahun
2008 s.d. 2011
Sektor Nama Sektor Ekonomi 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 5,73 5,94 5,14 5,40
2 Pertambangan 3,55 3,39 9,83 5,76
3 Industri 5,44 4,06 5,52 5,81
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,01 7,22 7,89 6,49
5 Bangunan 14,05 14,02 12,80 10,07
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 10,17 9,84 9,11 8,39
7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,73 8,79 7,87 9,32
8 Keuangan, Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 8,82 8,86 8,18 8,36
9 Jasa-jasa 7,22 8,31 7,14 7,21
Kabupaten Bekasi 6,07 5,04 6,18 6,26
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
122
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
Jika laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi dilihat menurut sektor
ekonomi tampak bahwa aktivitas sektor Bangunan merupakan aktivitas ekonomi
dengan pertumbuhan paling tinggi selama kurun waktu 2008 s.d. 2011.
Pertumbuhan sektor Bangunan selama kurun waktu 2008 s.d. 2011 tersebut
berada pada level 2 digit yaitu antara 10,07% s.d. 14,05%. Sementara itu
aktivitas ekonomi yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi di atas 7% selama
periode 2008 s.d. 2011 adalah sektor Perdagangan, sektor Keuangan, dan sektor
Jasa-jasa. Tingginya pertumbuhan sektor Bangunan, sektor Perdagangan, sektor
Keuangan, dan sektor Jasa-jasa sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor
industri yang relatif tinggi pada kurun waktu 2008 s.d. 2011 dengan rata-rata
pertumbuhan di atas 5%.
Bila laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi dilihat menurut
subsektor ekonomi, tampak bahwa subsektor Kehutanan dan Penggalian selalu
mengalami pertumbuhan negatif selama periode 2008 s.d. 2011. Salah satu
subsektor Industri yaitu Industri Semen & Barang Galian bukan logam
mengalami pertumbuhan positif pada tahun 2011 sedangkan selama periode 2008
s.d. 2010 mengalami pertumbuhan negatif. Subsektor ekonomi yang secara umum
mengalami pertumbuhan paling tinggi selama kurun waktu 2008 s.d. 2011 adalah
subsektor Bank dengan tingkat pertumbuhan di atas 11%. Sedangkan Subsektor
ekonomi yang secara umum mengalami pertumbuhan paling rendah selama kurun
waktu 2008 s.d. 2011 adalah subsektor Penggalian dengan tingkat pertumbuhan di
bawah -3%.
Tabel c.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bekasi Menurut Subsektor Ekonomi
Tahun 2008 s.d. 2011.
SEKTOR/SUBSEKTOR EKONOMI 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5)
1. PERTANIAN 5,73 5,94 5,14 5,40
a. Tanaman Bahan Makanan 7,03 6,33 4,46 5,95
b. Tanaman Perkebunan 5,89 -0,94 0,63 1,86
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3,24 5,50 6,10 4,49
d. Kehutanan -0,30 -0,25 -0,90 -0,25
e. Perikanan 4,65 4,48 8,02 4,36
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3,55 3,39 9,83 5,76
a. Minyak dan Gas Bumi 3,63 3,46 9,94 5,82
b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Penggalian -4,23 -4,05 -4,00 -2,80
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5,44 4,06 5,52 5,81
a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00
2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Industri Tanpa Migas 5,44 4,06 5,52 5,81
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 3,34 9,45 4,70 6,83
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
123
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki -2,54 2,59 1,20 2,14
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 4,45 -2,35 -5,90 1,37
4. Kertas dan Barang Cetakan 11,79 14,02 5,60 6,81
5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 3,28 3,91 3,25 5,40
6. Semen & Brg. Galian bukan logam -1,09 -0,01 -0,40 1,04
7. Logam Dasar Besi & Baja -7,66 0,84 -4,50 -1,65
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 8,65 3,83 7,52 6,66
9. Barang lainnya -3,97 7,86 5,00 5,25
SEKTOR/SUBSEKTOR EKONOMI 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5)
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 6,01 7,22 7,89 6,49
a. Listrik 5,38 7,11 8,11 6,32
b. Gas 10,20 7,89 6,44 7,57
c. Air Bersih 7,69 7,71 7,61 7,47
5. BANGUNAN 14,05 14,02 12,80 10,07
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 10,17 9,84 9,11 8,39
a. Perdagangan Besar & Eceran 10,45 10,00 9,15 8,46
b. Hotel 8,81 8,95 8,12 8,66
c. Restoran 6,76 7,88 8,69 7,43
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 6,73 8,79 7,87 9,32
a. Pengangkutan 8,64 8,28 6,99 8,61
1. Angkutan Rel 9,23 8,00 7,88 5,94
2. Angkutan Jalan Raya 8,69 8,24 6,73 8,65
3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 0,76 0,89 -2,00 -0,12
5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00
6. Jasa Penunjang Angkutan 8,42 8,55 8,45 8,47
b. Komunikasi 3,94 9,56 9,22 10,37
1. Pos dan Telekomunikasi 3,94 9,56 9,22 10,37
2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,00 0,00 0,00 0,00
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 8,82 8,86 8,18 8,36
a. Bank 12,15 12,10 11,10 11,60
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 7,94 8,02 7,44 7,80
c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00
d. Sewa Bangunan 7,76 7,55 6,74 7,15
e. Jasa Perusahaan 6,31 7,36 7,65 5,30
9. JASA-JASA 7,22 8,31 7,14 7,21
a. Pemerintahan Umum 7,51 8,73 6,03 6,57
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 4,99 8,21 4,13 5,29
2. Jasa Pemerintah lainnya 11,41 9,49 8,75 8,34
b. Swasta 6,66 7,50 9,31 8,41
1. Sosial Kemasyarakatan 6,44 6,66 8,12 7,39
2. Hiburan & Rekreasi 6,01 6,39 8,44 7,41
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
124
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
3. Perorangan & Rumahtangga 6,79 7,94 9,89 8,92
PDRB DENGAN MIGAS 6,07 5,04 6,18 6,26
PDRB TANPA MIGAS 6,10 5,07 6,13 6,27
Kalau diperhatikan Tabel c.4 di atas tampak bahwa pada tahun 2011
subsektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah subsektor
Bank dengan tingkat pertumbuhan 11,60%.
Di antara subsektor industri yang mengalami pertumbuhan paling tinggi
pada tahun 2011 adalah subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya,
subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, dan subsektor industri
Makanan, Minuman dan Tembakau dengan laju pertumbuhan masing-masing secara
berurutan adalah 6,60%, 5,40%, dan 6,83%. Bahkan subsektor industri Alat
Angkutan, Mesin & Peralatannya sebagai aktivitas ekonomi paling dominan dalam
perekonomian Kabupaten Bekasi mengalami pertumbuhan lebih tinggi pada tahun
2008 dan 2010. Sebagai dua subsektor ekonomi yang paling dominan dalam
perekonomian Kabupaten Bekasi dan diikuti dengan laju pertumbuhan yang relatif
tinggi, maka Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya dan
subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet merupakan subsektor yang
paling dapat diharapkan untuk menerapkan konsep pola alihdaya dari industri
besar ke industri kecil dan menengah.
3.Analisis Shift Share Sektor Industri Kabupaten Bekasi Terhadap Sektor
Industri Provinsi Jawa Barat
Di sektor industri pengolahan, sektor ini mampu memberikan kontribusi
terbesar terhadap perubahan PDRB Bekasi senilai 3,828 triliun rupiah. Pada
sektor ini pengaruh pertumbuhan ekonomi Jawa Barat memiliki pengaruh
terbesar yaitu senilai 4,114 triliun rupiah. Sementara itu subsektor alat angkutan
mesin dan peralatannya memiliki kontribusi terbesar senilai 2,653 trilyun rupiah.
Pengaruh perekonomian jawa barat terhadap subsektor ini adalah sebesar 2,402
triliun rupiah.
Subsektor berikutnya yang memberikan kontribusi terbesar kedua
setelah subsektor alat angkutan mesin dan peralatannya adalah subsektor Pupuk,
Kimia & Brg. dari Karet sebesar 642,1 miliar rupiah. Sementara itu
pengaruh perekonomian jawa barat terhadap subsektor ini adalah sebesar 928.7
triliun rupiah. Sedangkan subsektor logam dasar besi dan baja memberikan
pengaruh yang negatif terhadap sektor industri pengolahan maupun perekonomian
secara keseluruhan di kabupaten bekasi sebesar -18.6 miliar rupiah. Namun
demikian itu pengaruh perekonomian jawa barat terhadap susektor ini masih
positif sebesar 52.9 miliar rupiah.
Tabel c.5 Perubahan Sektoral Dan Komponen Yang Mempengaruhi Perekonomi Kabupaten
Bekasi Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 s.d. 2010
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
125
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
Keterangan:
RS = Regional Share; PSj = Proportional shift; DS = Differential Shift
4. Keunggulan Kompetitif Dan Spesialisasi Perekonomian Kabupaten Bekasi
Berdasarkan Tabel c.6 di bawah dapat dilihat bahwa sektor industri
pengolahan memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi secara bersamaan. Ini
menunjukan bahwa sektor tersebut memiliki pertumbuhan dan peran yang relatif
lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan dan peran sektor-sektor yang
sama dalam perekonomian Jawa Barat. Sementara itu subsektor industri
pengolahan yang secara bersamaan mempunyai keunggulan kompetitif dan
spesialisasi adalah subsektor subsektor Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet
sebesar, subsektor logam dasar besi dan baja, dan subsektor barang Industri
lainnya.
Tabel c.6 Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Perekonomian Kabupaten Bekasi
Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat Menurut Subsektor Tahun 2008 s.d. 2010
LAPANGAN USAHA
E*ij=
Ej(Ein/En
)
rij-rin Eij-E*ij
Keunggul
an
Kompetit
if
Spesi
alisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
INDUSTRI PENGOLAHAN 22,645.6 0.09 16,422.4 ada Ada
Industri Tanpa Migas 22,273.2 0.09 16,794.8 ada Ada
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2,336.8 0.10 (560.8) ada Tidak
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 4,642.5 0.15 (722.2) ada Tidak
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 269.2 (0.08) (164.5) tidak Tidak
4. Kertas dan Barang Cetakan 459.8 (0.07) (151.3) tidak Tidak
5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 1,957.4 0.17 6,860.2 ada Ada
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
SEKTOR EKONOMI
Total
(Miliar Rp)
RS
(Miliar Rp)
PS
(Miliar Rp)
DS
(Miliar Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
INDUSTRI PENGOLAHAN 3,828.9 4,114.7 (3,679.4) 3,393.6
Industri Tanpa Migas 3,828.9 4,114.7 (3,664.4) 3,378.6
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 259.2 187.1 (111.7) 183.8
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 149.9 412.9 (834.8) 571.9
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya (8.5) 11.0 (10.7) (8.8)
4. Kertas dan Barang Cetakan 62.9 32.5 51.4 (21.0)
5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 642.1 928.7 (1,805.4) 1,518.8
SEKTOR EKONOMI
Total
(Miliar Rp)
RS
(Miliar Rp)
PS
(Miliar Rp)
DS
(Miliar Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
6. Semen & Brg. Galian bukan logam (0.7) 16.8 (2.7) (14.7)
7. Logam Dasar Besi & Baja (18.6) 52.9 (71.4) (0.0)
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 2,653.7 2,402.4 (950.9) 1,202.1
9. Barang lainnya 88.7 70.5 (137.0) 155.2
126
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
6. Semen & Brg. Galian bukan logam 384.0 (0.09) (224.8) tidak Tidak
7. Logam Dasar Besi & Baja 106.2 (0.00) 395.8 tidak Ada
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 11,655.8 0.05 11,154.8 ada Ada
9. Barang lainnya 461.7 0.23 207.8 ada Ada
5.Analisis Shift Share Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap
Perekonomian Nasional
Berdasarkan Tabel c.7 di bawah dapat disimak bahwa secara agregat
terjadi pertambahan nilai PDRB kabupaten Bekasi sektor industri pengolahan
sebesar 3,828 triliun rupiah, dari tahun 2008-2010. Dari jumlah tersebut
sebagian besar disebabkan efek pertumbuhan ekonomi sektor indutri pengolahan
ditingkat nasional yaitu sebesar 4,341 triliun rupiah. Dalam hal ini, perekonomian
Kabupaten Bekasi terpengaruh kondisi perekonomian nasional. Hal tersebut wajar
terjadi, mengingat kondisi perekonomian daerah pasti dipengaruhi oleh kinerja
perekonomian regional diatasnya bahkan perekonomian nasional dan global.
Sementara pengaruh daya saing kabupaten Bekasi terhadap perekonomian
Bekasi justru malah merugikan kabupaten tersebut. Ini menunjukan bahwa masih
rendahnya daya saing dan kemandirian kabupaten Bekasi sehingga menyebabkan
berkurangnya output daerah sebesar 1,583 triliun rupiah. Sementara itu efek
dari bauran industri/sektoral terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industry
pengolahan kabupaten Bekasi masih sangat kecil, yaitu hanya sebesar 1,071 triliun
rupiah. Ini menunjukan bahwa kecilnya dampak dari struktur ekonomi nasional
terhadap pertambahan pertumbuhan PDRB sektor industry pengolahan kabupaten
Bekasi.
Tabel c.7 Perubahan Sektoral Dan Komponen Yang Mempengaruhi Perekonomi Kabupaten
Bekasi Terhadap Perekonomian Nasional Tahun 2008 s.d. 2010
LAPANGAN USAHA
TOTAL
(Miliar Rp)
RS
(Miliar Rp)
PS
(Miliar Rp)
DS
(Miliar Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
INDUSTRI PENGOLAHAN 3,828.9 4,340.8 (1,583.2) 1,071.2
Industri Tanpa Migas 3,828.9 4,340.8 (1,290.0) 778.0
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 259.2 197.3 56.8 5.0
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 149.9 435.6 (342.4) 56.8
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya (8.5) 11.6 (16.6) (3.5)
4. Kertas dan Barang Cetakan 62.9 34.3 (9.2) 37.9
5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 642.1 979.7 (413.4) 75.8
6. Semen & Brg. Galian bukan logam (0.7) 17.7 (15.0) (3.3)
7. Logam Dasar Besi & Baja (18.6) 55.8 (65.7) (8.6)
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 2,653.7 2,534.5 (890.5) 1,009.6
9. Barang lainnya 88.7 74.4 (32.3) 46.6
Keterangan:
RS = Regional Share; PS = Proportional shift; Cij = Differential Shift
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
127
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
Ditingkat subsektor, seluruh subsektor industri pengolahan mampu
menyumbang atau memberikan kontribusi yang positif terhadap perubahan PDRB
sektor industri pengolahan Kabupaten Bekasi. Subsektor yang memiliki kontribusi
terbesar adalah subsektor alat angkutan, mesin dan peralatannya dengan
kontribusi sebesar 2,654 triliun rupiah. Berarti subsector ini cukup baik dalam
menunjang pertambahan/perubahan PDRB Kabupaten Bekasi.
Subsektor terbesar kedua ialah subsektor pupuk, kimia, dan barang dari
karet sebesar 642,1 miliar rupiah. Sedangkan efek bauran industri terhadap
perekonomian Kabupaten Bekasi justru membebani perekonomian bekasi sebesar
1,583 triliun rupiah. Efek differential shift sektor industry pengolahan tehadap
output perekonomian Kabupaten Bekasi mampu memberikan kontribusi positif
sebesar 1,071 triliun rupiah.
Tabel c.8 Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Perekonomian Kabupaten Bekasi
Terhadap Perekonomian Nasional Menurut Subsektor Tahun 2008 s.d. 2010
LAPANGAN USAHA
E*ij=
Ej(Ein/En)
rij-
rin
Eij-E*ij
Keunggu
lan
Kompeti
tif
Spesi
alisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
INDUSTRI PENGOLAHAN 13,205.2 0.03 25,862.8 ada ada
Industri Tanpa Migas 12,076.7 0.02 26,991.2 ada ada
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 3,312.7 0.00 (1,536.7) ada tidak
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 1,207.3 0.01 2,712.9 ada ada
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 481.5 (0.03) (376.9) tidak tidak
4. Kertas dan Barang Cetakan 603.2 0.12 (294.7) Ada tidak
5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 1,619.1 0.01 7,198.5 Ada ada
6. Semen & Brg. Galian bukan logam 378.6 (0.02) (219.5) tidak tidak
7. Logam Dasar Besi & Baja 190.5 (0.02) 311.5 tidak ada
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 4,194.7 0.04 18,615.8 Ada ada
9. Barang lainnya 89.2 0.07 580. Ada ada
Dari tabel diatas, tampak sektor industry pengolahan memiliki keunggulan
kompetitif dan spesialisasi secara bersamaan dalam perekonomian kabupaten
bekasi. Ini menunjukan bahwa sektor tersebut memiliki pertumbuhan dan peran
yang relative lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan dan peran sektor
yang sama dalam perekonomian nasional.
6.Analisis Lq Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomianprovinsi
Jawa Barat
Hasil penghitungan nilai LQ Perekonomian Kabupaten Bekasi terhadap
Perekonomian Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008 dan 2010 adalah sebagai
berikut.
Tabel c.9 Nilai LQ sektor dan subsector Industri pengolahan dalam Perekonomian
Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat Menurut subsektor
ekonomi Tahun 2008 s.d. 2010
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
128
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
LAPANGAN USAHA
LQ
2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
INDUSTRI PENGOLAHAN 1.7987 1.9038 2.0393
Industri Tanpa Migas 1.9639 2.0561 2.1895
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 1.0678 1.2938 1.3836
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 0.6218 0.6550 0.7136
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 0.5298 0.4379 0.4571
4. Kertas dan Barang Cetakan 1.0707 1.1722 1.0892
5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 5.2229 5.0384 6.1224
LAPANGAN USAHA
LQ
2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0.4299 0.3959 0.3722
7. Logam Dasar Besi & Baja 6.1056 6.1500 6.3216
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 2.3161 2.4744 2.5112
9. Barang lainnya 3.8840 3.7612 5.0119
Berdasarkan nilai LQ di Tabel c.9 di atas tampak bahwa sektor industry
pengolahan merupakan sektor potensial di Kabupaten Bekasi baik pada tahun
2008, 2009 maupun 2010. Hal ini bisa dilihat dari nilai LQ yang lebih dari 1.
Jika kita lihat lebih mendalam pada subsector industry pengolahan, tampak
ada beberapa subsektor potensial dari Kabupaten Bekasi tahun 2008, 2009 dan
2010 yaitu industri makanan, minuman dan tembakau, industri kertas dan barang
cetakan, industri pupuk, kimia dan barang dari karet, industri logam dasar besi
dan baja, alat angkutan, mesin dan peralatannya, dan industry barang lainnya.
Indikasi diperlihatkan dengan nilai LQ di atas 1.
7.Analisis Lq Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian
Nasional
Hasil penghitungan nilai LQ Perekonomian Kabupaten Bekasi terhadap
Perekonomian Nasional pada tahun 2008 dan 2010 dapat disimak melalui tabel
c.10. Berdasarkan nilai LQ kabupaten Bekasi dibandingkan dengan variabel
nasional, sektor industri pengolahan tetap menjadi sektor yang potensial atau
unggulan. Ini diindikasikan dengan nilai LQ di atas 1. Sementara itu subsektor
industri non migas yang potensial di Bekasi adalah industri tekstil, barang kulit
dan alas kaki, industri pupuk, kimia dan barang dari karet, industri logam dasar
besi dan baja, industri alat angkutan, mesin dan peralatannya serta industri
barang lainnya.
Tabel c.10 Nilai LQ Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Nasional
Menurut subsektor ekonomi Tahun 2008 s.d. 2010
LAPANGAN USAHA
LQ
2008 2009 2010
INDUSTRI PENGOLAHAN 2.8257 2.9454 3.1032
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
129
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
b. Industri Tanpa Migas 3.4158 3.4329 3.5764
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 0.6351 0.7567 0.7739
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 2.9685 2.9844 3.0348
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 0.1528 0.1447 0.1507
4. Kertas dan Barang Cetakan 0.6790 0.7103 0.81014
5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 5.4908 5.7718 6.0057
6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0.4600 0.4448 0.4483
7. Logam Dasar Besi & Baja 2.4722 2.9308 3.0644
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 6.8126 7.0687 7.2439
9. Barang lainnya 13.9675 14.7012 15.8083
8. Peranan Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Provinsi
Jawa Barat
Berdasarkan data PDRB ADHB Tahun 2010, peranan perekonomian
Kabupaten Bekasi terhadap perekonomian Provinsi Jabar paling dominan bila
dibandingkan dengan perekonomian kabupaten lainnya yang berdomisili di Provinsi
Jawa Barat seperti yang dapat disimak melalui Gambar c.1. Berdasarkan Gambar
c.1 di atas tampak bahwa peranan perekonomian Kabupaten Bekasi sekitar 14,3%
dari total perekonomian Provinsi Jawa Barat. Berarti kue ekonomi yang dihasilkan
perekonomian Provinsi Jawa Barat sebagian besar berasal dari perekonomian
Kabupaten Bekasi. Hal ini mengindikasikan pentingnya peranan perekonomian
Kabupaten Bekasi di tingkat provinsi.
Kabupaten
Bekasi, 14.3
KotaBandung, 11
.3
Kabupaten
Bogor, 10.6
Kabupaten
Karawang, 7.6
Kabupaten
Bandung, 6.6
Kabupaten
Indramayu, 6.5
Gambar c.1 Peranan Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap
Jawa Barat Tahun 2010
Kabupaten Bekasi
KotaBandung
Kabupaten Bogor
Kabupaten Karawang
Kabupaten Bandung
Kabupaten Indramayu
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Artinya kue ekonomi yang dihasilkan oleh perekonomian Kabupaten Bekasi
sebagian besar atau lebih dari 75% berasal dari sektor Industri
Pengolahan.
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
130
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
b. Empat subsektor di sektor Industri Pengolahan yaitu industri Alat
Angkutan, Mesin & Peralatannya, industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet,
industri Makanan, Minuman dan Tembakau, dan industri Tekstil, Barang
dari Kulit & Alas kaki merupakan subsektor ekonomi yang mendominasi
perekonomian Kabupaten Bekasi.
c. Di antara subsektor industri yang mengalami pertumbuhan paling tinggi
pada tahun 2011 adalah subsektor industri Alat Angkutan, Mesin &
Peralatannya, subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, dan
subsektor industri Makanan, Minuman dan Tembakau dengan laju
pertumbuhan masing-masing secara berurutan adalah 6,60%, 5,40%, dan
6,83%. Bahkan subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya
sebagai aktivitas ekonomi paling dominan dalam perekonomian Kabupaten
Bekasi mengalami pertumbuhan lebih tinggi pada tahun 2008 dan 2010.
Sebagai dua subsektor ekonomi yang paling dominan dalam perekonomian
Kabupaten Bekasi dan diikuti dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi,
maka Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya dan
subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet merupakan subsektor
yang paling dapat diharapkan untuk menjadi leading sector dalam
perekonomian kabupaten bekasi.
d. Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya dan subsektor
industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet,Industri Besar merupakan
kegiatan industry dengan laju pertumbuhan yang relative tinggi serta
mendominasi perekonomian kabupaten Bekasi. Disamping itu kedua
subsector ini mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi dalam
kegiatan industry baik dilihat dalam perekonomian provinsi Jawa Barat
maupun Nasional.
2. Saran
a. Sangat tingginya peranan sektor Industri Pengolahan dalam struktur
perekonomian Kabupaten Bekasi seharusnya merupakan modal yang cukup
berarti untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi
kemiskinan, menurunkan angka pengangguran.
b. Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya merupakan
subsektor yang mendominasi pada kegiatan industri pengolahan dan dengan
tingkat pertumbuhan cukup tinggi ternyata mempunyai keunggulan
kompetitif dan spesialisasi baik dalam perekonomian provinsi Jawa Barat
maupun nasional. Dengan demikian Pemda Kabupaten Bekasi dapat membuat
kebijakan agar aktivitas subsektor ini menggunakan input yang berasal dari
aktivitas ekonomi yang berada di wilayah Kabupaten Bekasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
131
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
Agrawal Ajay (2001), “University-to-industry knowledge transfer: literature
review and unanswered questions”.International Journal of Management
Review, 3(4): 370-85.
Ali, Suryadharma, (2007). KembangkanLembagaKeuanganMikrodari Dana CSR
(WawancaradalamMajalahBisnis& CSR: Reference for Decision Maker).
Anonymous, (2000).White Paper on Small and Medium Enterprises in Japan IT
Revolution, Cashflow Management and Equity Culture.Japan Small
Business Research Institute.
Tahun 2005 tentangRencana Pembangunan JangkaMenengahNasionalTahun 2004-2009 Republik
Indonesia.Jakarta.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2012. Memperkuat Perekonomian
Domestik Bagi Peningkatan dan Perluasan kesejahteraan Rakyat. Jakarta:
BadanPerencanaan Pembangunan Nasional.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi. 2011. Kabupaten Bekasi dalam Angka
2011. Jawa Barat: BPS Kabupaten Bekasi.
Dierman, Peter van.(2004). “The Economic Policy Environment for Small Rural
Enterprises in Indonesia”, dalam Thomas R. Leinbach (ed.), The
Indonesian Rural Economy Mobility, Work and Enterprise. Singapore:
ISEAS: 95-117.
Effendi, NT (1993).SumberDayaManusia, PeluangKerja Dan Kemiskinan. Tiara
Wacana, Yogyakarta.
Korten, David C. (1980).Community Organization and Rural Development: A
Learning
Process Approach. Public Administration Review, September/October 1980
p.480-509.
----------, (1984).Pembangunan yang Memihak Rakyat. Jakarta: LembagaStudi
Pembangunan.
Kemdagri. (2010). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
44 TAHUN 1997 TENTANGKEMITRAAN
Setyowati. (1992). KegiatanSosialEkonomi.PenerbitAdityaMedia,Yogyakarta.
Sandee, Henry. (1995). “Innovation Adoption in Rural Industry: Technological
Change in Roof Tile Clusters in Central Java, Indonesia”, disertasi PhD
tidakdipublikasi, VrijeUniversiteit, Amsterdam.
Sandee, Henry, RoosKitiesAndadaridan Sri Sulandjari. (2000). “Small Firm
Development during Good Times and Bad: The Jepara Furniture
Industry”, dalam C. Manning dan P. van Dierman (ed.), Indonesia in
Transition: Social Aspects of Reformasi and Crisis. Indonesia
Assessment Series, Research School of Pacific and Asian Studies,
Australian National University, Canberra, dan Institute of Southeast
Asian Studies, Singapore: 184-98.
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
132
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189
Sandee, Henry, B. Isdijoso, dan Sri Sulandjari. (2002).SME clusters in
Indonesia: An analysis of growth dynamics and employment conditions.
Jakarta: International Labor Office (ILO).
Sato, Yuri. (2000).“Linkage Formation by Small Firms: The Case of a Rural
Cluster in Indonesia”.Bulletin of Indonesian Economic Studies, 36(1):137-
66.
Klapwijk, Martin. (1997).“Rural Industry Clusters in Central Java, Indonesia. An
Empirical Assessment of their Role in Rural Industrialization”,disertasi
PhD tidakdipublikasi, Tinbergen Institute Research Series No.153,
VrijeUniversiteit Amsterdam.
Tambunan, Tulus T.H. (2007). Perkembangan Industri Nasional Sejak Orde Baru
Hingga Pasca krisis. Jakarta: Penerbit UniversitasTrisakti.
Tambunan, Tulus T.H. (2009a).UMKM di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia
Tambunan, Tulus T.H. (2009b), “Main Factors Determining Competitiveness and
Successful Small and Medium Enterprises in Indonesia”.research report,
December, Jakarta: International LabourOrganisation.
Tambunan, Tulus T.H. (2010).“Technology and Skill Upgrading in Manufacturing
Small and Medium Enterprises (SMEs) with A Reference to the Roles of
Government, Large Enterprises, Universities and Public R&D Institutes:
A Comparative Study Between Japan and Indonesia”, research report,
March, Tokyo: The Sumitomo Foundation.
Thee, Kian Wie. (1998).Determinants of Indonesia’s Industrial Technology
Development, dalam Hill dan Thee (ed.): 117-35.
Widyahartono. (1996). Pedoman Kemitraan Usaha Agrobisnis. Direktorat Pengembangan Usaha Ditjen
Pengolahan Hasil, Deptan.
Wirutomo, Paulus, dkk. (2003). Paradigma Pembangunan di Era Otonomi Daerah.
(Memanusiakan Manusia). Jakarta.
Supranto,J. 2005. StatistikTeoridanAplikasi.Jilidsatu. Jakarta: Erlangga.
Walpole, Raymond. 2007. Ilmu Peluang dan Statistika Untuk Insinyur dan
Ilmuan. Bandung: ITB
Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………
* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang
133

Contenu connexe

Tendances

Jurnal: Model Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Menengah Melalui Pengembangan M...
Jurnal: Model Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Menengah Melalui Pengembangan M...Jurnal: Model Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Menengah Melalui Pengembangan M...
Jurnal: Model Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Menengah Melalui Pengembangan M...Shofiatu Rahmah Sugis
 
Makalah pdrb kab. muaro jambi
Makalah pdrb kab. muaro jambiMakalah pdrb kab. muaro jambi
Makalah pdrb kab. muaro jambiDenra Razak
 
Tugas Compilation (Microeconomic)
Tugas Compilation (Microeconomic)Tugas Compilation (Microeconomic)
Tugas Compilation (Microeconomic)leonardotaslim2017
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahEnengNs
 
Tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Tugas 7 pembangunan ekonomi daerahTugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Tugas 7 pembangunan ekonomi daerahsiti aisah
 
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...Indah Ariastuti
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahInas Intishar
 
Peran ukm terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia
Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesiaPeran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia
Peran ukm terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesiaamirawulandari
 
Kajian terhadap Ekonomi Daerah Kabupaten Pakpak Bharat, 2000-2004
Kajian terhadap Ekonomi Daerah Kabupaten Pakpak Bharat, 2000-2004Kajian terhadap Ekonomi Daerah Kabupaten Pakpak Bharat, 2000-2004
Kajian terhadap Ekonomi Daerah Kabupaten Pakpak Bharat, 2000-2004Ar Tinambunan
 
RPJMD Kab. Pakpak Bharat, 2006-2011
RPJMD Kab. Pakpak Bharat, 2006-2011RPJMD Kab. Pakpak Bharat, 2006-2011
RPJMD Kab. Pakpak Bharat, 2006-2011Ar Tinambunan
 
Makalah
MakalahMakalah
MakalahURY29
 
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosirPwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosirSariRamadani2
 
KEK Tanjung Lesung dan Implikasi Untuk Ekonomi Wilayah Banten
KEK Tanjung Lesung dan Implikasi Untuk Ekonomi Wilayah BantenKEK Tanjung Lesung dan Implikasi Untuk Ekonomi Wilayah Banten
KEK Tanjung Lesung dan Implikasi Untuk Ekonomi Wilayah Bantenbramantiyo marjuki
 
Laporan disparitas spasial prov. kep. bangka belitung
Laporan disparitas spasial prov. kep. bangka belitungLaporan disparitas spasial prov. kep. bangka belitung
Laporan disparitas spasial prov. kep. bangka belitungDwitantri Rezkiandini
 
HomeWork Compilation MicroEconomics
HomeWork Compilation MicroEconomicsHomeWork Compilation MicroEconomics
HomeWork Compilation MicroEconomicsAriel Pratama
 
Pengenalan ilmu ekonomi stpm
Pengenalan ilmu ekonomi stpmPengenalan ilmu ekonomi stpm
Pengenalan ilmu ekonomi stpmNur Firdaus
 
HomeWork Compilation MicroEconomics
HomeWork Compilation MicroEconomicsHomeWork Compilation MicroEconomics
HomeWork Compilation MicroEconomicsAdrielAlfaputra
 
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...Ramadhani Pratama
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAH
Laporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAHLaporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAH
Laporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAHEKPD
 

Tendances (20)

Jurnal: Model Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Menengah Melalui Pengembangan M...
Jurnal: Model Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Menengah Melalui Pengembangan M...Jurnal: Model Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Menengah Melalui Pengembangan M...
Jurnal: Model Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Menengah Melalui Pengembangan M...
 
Makalah pdrb kab. muaro jambi
Makalah pdrb kab. muaro jambiMakalah pdrb kab. muaro jambi
Makalah pdrb kab. muaro jambi
 
Tugas Compilation (Microeconomic)
Tugas Compilation (Microeconomic)Tugas Compilation (Microeconomic)
Tugas Compilation (Microeconomic)
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerah
 
Tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Tugas 7 pembangunan ekonomi daerahTugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
 
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerah
 
Peran ukm terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia
Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesiaPeran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia
Peran ukm terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia
 
Kajian terhadap Ekonomi Daerah Kabupaten Pakpak Bharat, 2000-2004
Kajian terhadap Ekonomi Daerah Kabupaten Pakpak Bharat, 2000-2004Kajian terhadap Ekonomi Daerah Kabupaten Pakpak Bharat, 2000-2004
Kajian terhadap Ekonomi Daerah Kabupaten Pakpak Bharat, 2000-2004
 
RPJMD Kab. Pakpak Bharat, 2006-2011
RPJMD Kab. Pakpak Bharat, 2006-2011RPJMD Kab. Pakpak Bharat, 2006-2011
RPJMD Kab. Pakpak Bharat, 2006-2011
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosirPwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
 
Saila rahmah
Saila rahmah Saila rahmah
Saila rahmah
 
KEK Tanjung Lesung dan Implikasi Untuk Ekonomi Wilayah Banten
KEK Tanjung Lesung dan Implikasi Untuk Ekonomi Wilayah BantenKEK Tanjung Lesung dan Implikasi Untuk Ekonomi Wilayah Banten
KEK Tanjung Lesung dan Implikasi Untuk Ekonomi Wilayah Banten
 
Laporan disparitas spasial prov. kep. bangka belitung
Laporan disparitas spasial prov. kep. bangka belitungLaporan disparitas spasial prov. kep. bangka belitung
Laporan disparitas spasial prov. kep. bangka belitung
 
HomeWork Compilation MicroEconomics
HomeWork Compilation MicroEconomicsHomeWork Compilation MicroEconomics
HomeWork Compilation MicroEconomics
 
Pengenalan ilmu ekonomi stpm
Pengenalan ilmu ekonomi stpmPengenalan ilmu ekonomi stpm
Pengenalan ilmu ekonomi stpm
 
HomeWork Compilation MicroEconomics
HomeWork Compilation MicroEconomicsHomeWork Compilation MicroEconomics
HomeWork Compilation MicroEconomics
 
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAH
Laporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAHLaporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAH
Laporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAH
 

Similaire à Industri Bekasi

Materi presentasi sae 2018
Materi presentasi sae 2018Materi presentasi sae 2018
Materi presentasi sae 2018Adammakna85
 
Pembangunan ekonomi regional
Pembangunan ekonomi regionalPembangunan ekonomi regional
Pembangunan ekonomi regionalEly Goro Leba
 
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...bramantiyo marjuki
 
7 pembangunan ekonomi daerah.
7 pembangunan ekonomi daerah.7 pembangunan ekonomi daerah.
7 pembangunan ekonomi daerah.muhammad muhaimin
 
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Sid...
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Sid...Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Sid...
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Sid...julimeigea
 
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...Arthur Semseviera Rontini
 
(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerahElisabeth Marina
 
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015alsalcunsoed
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahmariam Iam
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahmariam Iam
 
9 pembangunan ekonomi daerah
9 pembangunan ekonomi daerah9 pembangunan ekonomi daerah
9 pembangunan ekonomi daerahfirman sahari
 
9 pembangunan ekonomi daerah
9 pembangunan ekonomi daerah9 pembangunan ekonomi daerah
9 pembangunan ekonomi daerahfirman sahari
 
Kelompok 1 kelas e analisis pdrb kota bandarlampung
Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampungKelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung
Kelompok 1 kelas e analisis pdrb kota bandarlampungAula Nurul Ma'rifah
 
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerahPpt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerahmohamad amsanudin
 
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019Dameuli Silalahi
 
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...guestc91ada
 
PPT Analisis Ekonomi Regional.pptx
PPT Analisis Ekonomi Regional.pptxPPT Analisis Ekonomi Regional.pptx
PPT Analisis Ekonomi Regional.pptxNoorAmelia4
 
PPT Analisis Ekonomi Regional.pptx
PPT Analisis Ekonomi Regional.pptxPPT Analisis Ekonomi Regional.pptx
PPT Analisis Ekonomi Regional.pptxNoorAmelia4
 
Sukma perkembangan ekonomi daerah
Sukma perkembangan ekonomi daerahSukma perkembangan ekonomi daerah
Sukma perkembangan ekonomi daerahSukma Wijaya
 
Analisis potensi Ekonomi Regional
Analisis potensi Ekonomi RegionalAnalisis potensi Ekonomi Regional
Analisis potensi Ekonomi RegionalDahlan Tampubolon
 

Similaire à Industri Bekasi (20)

Materi presentasi sae 2018
Materi presentasi sae 2018Materi presentasi sae 2018
Materi presentasi sae 2018
 
Pembangunan ekonomi regional
Pembangunan ekonomi regionalPembangunan ekonomi regional
Pembangunan ekonomi regional
 
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
 
7 pembangunan ekonomi daerah.
7 pembangunan ekonomi daerah.7 pembangunan ekonomi daerah.
7 pembangunan ekonomi daerah.
 
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Sid...
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Sid...Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Sid...
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Sid...
 
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
 
(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah
 
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerah
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerah
 
9 pembangunan ekonomi daerah
9 pembangunan ekonomi daerah9 pembangunan ekonomi daerah
9 pembangunan ekonomi daerah
 
9 pembangunan ekonomi daerah
9 pembangunan ekonomi daerah9 pembangunan ekonomi daerah
9 pembangunan ekonomi daerah
 
Kelompok 1 kelas e analisis pdrb kota bandarlampung
Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampungKelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung
Kelompok 1 kelas e analisis pdrb kota bandarlampung
 
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerahPpt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
 
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
Laporan perekonomian provinsi sumatera utara mei 2019
 
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
 
PPT Analisis Ekonomi Regional.pptx
PPT Analisis Ekonomi Regional.pptxPPT Analisis Ekonomi Regional.pptx
PPT Analisis Ekonomi Regional.pptx
 
PPT Analisis Ekonomi Regional.pptx
PPT Analisis Ekonomi Regional.pptxPPT Analisis Ekonomi Regional.pptx
PPT Analisis Ekonomi Regional.pptx
 
Sukma perkembangan ekonomi daerah
Sukma perkembangan ekonomi daerahSukma perkembangan ekonomi daerah
Sukma perkembangan ekonomi daerah
 
Analisis potensi Ekonomi Regional
Analisis potensi Ekonomi RegionalAnalisis potensi Ekonomi Regional
Analisis potensi Ekonomi Regional
 

Plus de Perguruan Tinggi Raharja

Plus de Perguruan Tinggi Raharja (10)

Ti kesehatan, 68-81 abas
Ti kesehatan, 68-81 abasTi kesehatan, 68-81 abas
Ti kesehatan, 68-81 abas
 
Pendekatan tqm,69 72-abas
Pendekatan tqm,69 72-abasPendekatan tqm,69 72-abas
Pendekatan tqm,69 72-abas
 
Manaj pelayanan,62 92-abas
Manaj pelayanan,62 92-abasManaj pelayanan,62 92-abas
Manaj pelayanan,62 92-abas
 
Jual tekan biaya, 53-61abas
Jual tekan biaya, 53-61abasJual tekan biaya, 53-61abas
Jual tekan biaya, 53-61abas
 
Iso,1 20-abas
Iso,1 20-abasIso,1 20-abas
Iso,1 20-abas
 
Cooperatrive learning, 88 96 (abas)
Cooperatrive learning, 88 96 (abas)Cooperatrive learning, 88 96 (abas)
Cooperatrive learning, 88 96 (abas)
 
ANALISA SISTEM ANTRIAN PADA PELAYANAN PENGISIAN BBM DI SPBU PERTAMINA
ANALISA SISTEM ANTRIAN PADA PELAYANAN PENGISIAN BBM DI SPBU PERTAMINAANALISA SISTEM ANTRIAN PADA PELAYANAN PENGISIAN BBM DI SPBU PERTAMINA
ANALISA SISTEM ANTRIAN PADA PELAYANAN PENGISIAN BBM DI SPBU PERTAMINA
 
Integrasi Fuzzy-TQM
Integrasi Fuzzy-TQM Integrasi Fuzzy-TQM
Integrasi Fuzzy-TQM
 
ANALISA PROSES BISNIS BERBASIS AKUNTANSI
ANALISA PROSES BISNIS BERBASIS AKUNTANSIANALISA PROSES BISNIS BERBASIS AKUNTANSI
ANALISA PROSES BISNIS BERBASIS AKUNTANSI
 
GUGUS KENDALI MUTU SEBAGAI STANDAR DALAM PENINGKATAN KINERJA
GUGUS KENDALI MUTU SEBAGAI STANDAR DALAM PENINGKATAN KINERJAGUGUS KENDALI MUTU SEBAGAI STANDAR DALAM PENINGKATAN KINERJA
GUGUS KENDALI MUTU SEBAGAI STANDAR DALAM PENINGKATAN KINERJA
 

Industri Bekasi

  • 1. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEMBENTUKAN PDRB KABUPATEN BEKASI Abas Sunarya * ABSTRAK Peranan sektor Industri yang tinggi dalam perekonomian Kabupaten Bekasi, peluang pemerintah Kabupaten Bekasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi angka pengangguran, mengurangi angka kemiskinan, dan mengurangi ketimpangan pembangunan antar kecamatan sangat besar. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai sektor Industri dengan mengidentifikasi profil, karakteristik dan struktur perekonomian Kabupaten Bekasi khususnya sektor Industri, serta mengidentifikasi sektor Industri yang unggul dalam perekonomian. Analisis yang dilakukan menggunakan analisis diskriptif, analisis LQ (Location Quotion), serta analisa Shift Share (SS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kue ekonomi yang dihasilkan oleh perekonomian Kabupaten Bekasi sebagian besar atau lebih dari 75% berasal dari sektor Industri Pengolahan. Empat subsektor di sektor Industri Pengolahan yaitu industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, industri Makanan, Minuman dan Tembakau, dan industri Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki merupakan subsektor ekonomi yang mendominasi perekonomian Kabupaten Bekasi. Di antara subsektor industri yang mengalami pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2011 adalah subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, dan subsektor industri Makanan, Minuman dan Tembakau dengan laju pertumbuhan masing-masing secara berurutan adalah 6,60%, 5,40%, dan 6,83%. Bahkan subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya sebagai aktivitas ekonomi paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi mengalami pertumbuhan lebih tinggi pada tahun 2008 dan 2010. Sebagai dua subsektor ekonomi yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi dan diikuti dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi, maka Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya dan subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet merupakan subsektor yang paling dapat diharapkan untuk menjadi leading sector dalam perekonomian kabupaten bekasi. Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya dan subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet,Industri Besar merupakan kegiatan industry dengan laju pertumbuhan yang relative tinggi serta mendominasi perekonomian kabupaten Bekasi. Disamping itu kedua subsector ini mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi dalam kegiatan industry baik dilihat dalam perekonomian provinsi Jawa Barat maupun Nasional. Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 113
  • 2. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan yang memacu pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi, telah memunculkan pusat-pusat pertumbuhan melalui kebijakan membangun pusat pertumbuhan dan kawasan industri seperti yang terjadi di Bekasi, Tangerang, Jakarta, Batam serta Surabaya dan sekitarnya. Kabupaten Bekasi pada mulanya merupakan wilayah dengan potensi sektor pertanian (utamanya tanaman padi) pada tahun 1980-an, sampai dengan masa dimana kawasan industri mulai dibangun pada tahun 1990-an. Dan ketika memasuki era industrialisasi pada tahun 1990-an, Kabupaten Bekasi kemudian dikenal memiliki kawasan industri yang terkemuka dan terbesar se-Asia Tenggara. Hal ini menjadikan Sektor industri merupakan sektor penopang utama dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bekasi dengan memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah paling tinggi. Berdasarkan data PDRB ADHB Kabupaten Bekasi pada tahun 2010, kontribusi sektor Industri terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Bekasi sekitar 76,94%. Angka ini dapat diinpretasikan bahwa 76,94% kue ekonomi yang dihasilkan perekonomian Kabupaten Bekasi berasal dari sektor Industri. Sisanya sekitar 23,06% berasal dari sektor lainnya seperti sektor perdagangan sebesar 9,66% dan sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan sebesar 1,34%. Sektor ekonomi yang disebutkan terakhir ini mempunyai kontribusi terendah dalam pembentukan kue ekonomi di Kabupaten Bekasi. Dari gambaran di atas terlihat sangat dominannya sektor Industri dalam perekonomian Bekasi sehingga menjadikan Sektor Industri sebagai motor penggerak perekonomian Kabupaten Bekasi. Sebagai motor penggerak dalam perekonomian Kabupaten Bekasi, sektor Industri seharusnya dapat menggerakkan pula sektor-sektor lainnya. Dan tingginya peranan sektor industri ini dapat dijadikan modal dasar bagi pemerintah Kabupaten Bekasi untuk membangun perekonomiannya menuju kesejahteraan rakyat ke arah yang lebih baik dan adil. Di samping itu laju pertumbuhan sektor Industri dalam dua tahun terakhir ini menunjukan peningkatan yang relatif tinggi dan pertumbuhannya cenderung meningkat. Indikasinya terlihat bahwa pada tahun 2009 lalu sektor Industri mengalami pertumbuhan relatif cukup besar sebesar 4,06% dan pertumbuhannya meningkat menjadi sebesar 5,52% pada tahun 2010. Dengan pertumbuhan sebesar 5,52% pada tahun 2010 tersebut, sektor industri telah merangsang sektor Konstruksi mengalami pertumbuhan sebesar 12,80%, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami pertumbuhan sebesar 9,11%, sektor Angkutan & Komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 7,87%, sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya mengalami pertumbuhan 8,18% dan sektor Jasa Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 114
  • 3. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 mengalami pertumbuhan sebesar 7,14%. Bila pertumbuhan sektor Industri bisa dipacu lebih tinggi lagi tidak menutup kemungkinan sektor Non Industri akan mengalami pertumbuhan lebih tinggi lagi dan ini akan mempercepat peningkatan pendapatan masyarakat Kabupaten Bekasi dan sekaligus akan menurunkan angka kemiskinan. Dengan peranan sektor Industri yang tinggi dalam perekonomian Kabupaten Bekasi, peluang pemerintah Kabupaten Bekasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi angka pengangguran, mengurangi angka kemiskinan, dan mengurangi ketimpangan pembangunan antar kecamatan sangat besar. Semuanya tergantung dari aparat pemerintahan Kabupaten Bekasi sebagai pembuat kebijakan umum apakah kebijakan tersebut pro rakyat atau pro pengusaha besar. 2. Permasalahan Berdasarkan uraian di atas terlihat lebih dari 75% kue ekonomi yang dihasilkan perekonomian Kabupaten Bekasi berasal dari sektor Industri. Hal ini menunjukkan sangat dominannya sektor Industri dalam perekonomian Bekasi sehingga menjadikan Sektor Industri sebagai motor penggerak perekonomian Kabupaten Bekasi. Namun kenyataannya peranan sektor industri dalam pembentukan kue ekonomi belum memberikan peranan yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat, mengurangi kemiskinan, dan ketimpangan antar wilayah kecamatan. 3. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka kajian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai sektor Industri dengan mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut: a. Mengidentifikasi profil, karakteristik dan struktur perekonomian Kabupaten Bekasi khususnya sektor Industri. b. Mengidentifikasi sektor Industri yang unggul dalam perekonomian. B. METODE ANALISIS 1. Analisis Diskriptif Analisis diskriptif merupakan analisis sederhana untuk memberikan gambaran awal mengenai sektor Industri di Kabupaten Bekasi yang berjalan sekarang ini. Pada analisis diskriptif ini diberikan pula analisis diskriptif struktur Industri dalam perekonomian Kabupaten Bekasi. Dalam analisis ini digunakan bantuan tabel, grafik, dan diagram guna memberikan gambaran sektor Industri dalam perekonomian Kabupaten Bekasi. 2. Analisis LQ (Location Quotion) Metode LQ adalah suatu ukuran untuk membandingkan suatu sektor pada suatu wilayah terhadap sektor yang sama pada wilayah yang lebih tinggi Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 115
  • 4. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 tingkatannya. Misalnya sektor industri Kabupaten Bekasi dibandingkan dengan sektor Industri Provinsi Jawa Barat atau sektor Industri secara nasional. Artinya Meode LQ dapat digunakan untuk mengetahui pemusatan suatu aktivitas ekonomi di suatu wilayah dalam cakupan wilayah yang lebih luas dan dapat mengidentifikasi keunggulan komparatif suatu wilayah dengan asumsi (1) kondisi geografis relatif sama, (2) pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3) setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama. Selain itu, metode LQ ini dapat mengetahui potensi sektor ekonomi yang ada di wilayah yang bersangkutan untuk diekspor ke wilayah lain atapun tidak (dalam arti hanya melayani/memenuhi kebutuhan sendiri). Formulasi metode LQ adalah sebagai berikut: LQi = Dimana: LQi = Nilai LQ untuk sektor i di Kabupaten Bekasi Yik = Nilai PDRB sektor i di Kabupaten Bekasi Yi = Nilai PDRB sektor i di Provinsi Jawa Barat atau Nilai PDB sektor i Yk = Nilai PDRB Kabupaten Bekasi Y = Nilai PDRB Provinsi Jawa Barat atau Nilai PDB Ada tiga kondisi yang dapat dicirikan dari hasil perhitungan dengan metode LQ pada suatu wilayah. Pertama, jika LQ > 1, maka sektor tersebut merupakan sektor basis, artinya daerah yang bersangkutan disamping dapat memenuhi kebutuhannya sendiri juga memberikan peluang dan memiliki potensi ekspor ke wilayah lain dalam kegiatannya karena ada surplus di sektor yang bersangkutan. Dapat dikatakan pula bahwa wilayah tersebut terspesialisasi pada sektor yang bersangkutan (sektor basis). Dengan demikian sektor tersebut akan memberikan sumbangan lebih besar dibandingkan sumbangan sektor lainnya terhadap pembentukan PDRB, penciptaan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan per kapita. Kenaikan pendapatan per kapita mengakibatkan permintaan pasar domestik akan meningkat baik terhadap output sektor basis maupun non basis. Kenaikan permintaan tersebut selanjutnya akan mendorong kenaikan investasi di sektor lainnya sebagai akibat pertumbuhan sektor basis maupun non basis. Kedua, jika LQ = 1, maka sektor yang bersangkutan hanya dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri, produk domestik habis dikonsumsi daerah tersebut. Ketiga, jika LQ < 1, maka sektor tersebut bukan sektor basis, artinya sektor yang bersangkutan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan wilahnya sendiri, artinya daerah tersebut memiliki kecenderungan untuk melakukan impor dari dari daerah lain. Dapat juga dikatakan bahwa wilayah tersebut tidak terspesialisasi pada sektor tersebut. 3. Analisa Shift Share (SS) Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 116
  • 5. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 Analisis shift–share (SS) digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode itu dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pada pertumbuhan sektor di suatu daerah dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional. Oleh banyak peneliti regional, analisis shift share dianggap sebagai teknik yang sangat baik untuk menganalisis perubahan struktur perekonomian daerah dibanding perekonomian daerah di atasnya atau nasional. Dalam hal ini menganalisis perubahan struktur perekonomian Kabupaten Bekasi dibanding perekonomian Provinsi Jawa Barat atau perekonomian nasional. Dengan pendekatan analisis ini dapat ditentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian suatu daerah dengan daerah di atasnya. Teknik ini bisa digunakan untuk berbagai hal yang terkait dengan masalah-masalah ekonomi regional, misalnya untuk mengidentifikasi sumber-sumber pertumbuhan regional, menelusuri jejak-jejak kecondongan dan sebab-sebab perubahan dalam lapangan kerja, dan menentukan besarnya dan arah perubahan-perubahan lapangan/kesempatan kerja serta industry regional. Metode analisis Shift Share diawali dengan mengukur perubahan nilai tambah bruto atau PDRB suatu sektor i di suatu region j (Dij) dengan formulasi: Dij = ∆ ( – 1) + ( - ) + ( - - ……………(1) Dimana, ( – 1) = RS (Regional Share) ( - ) = PS (Proportional Shift) ( - - = DS (Differential Shift) Dengan pengertian, Dij = ∆ = perubahan PDRB sektor I di Kabupaten Bekasi pada tahun t = PDRB Jawa Barat tahun t = PDRB Jawa Barat tahun 0 = PDRB sektor i provinsi Jawa Barat tahun t = PDRB sektor i provinsi Jawa Barat tahun 0 = PDRB sektor i Kabupaten Bekasi tahun t = PDRB sektor i Kabupaten Bekasi tahun 0 Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 117
  • 6. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 Dengan demikian, Dij = ∆ = RS + PS + DS Persamaan (1) menunjukkan bahwa peningkatan nilai tambah suatu sektor di suatu wilayah (Dij) dapat diuraikan (decomposed) menjadi 3 komponen berpengaruh, yaitu : a. Regional Share (RS) : adalah merupakan komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh faktor luar yaitu peningkatan kegiatan ekonomi daerah akibat kebijaksanaan nasional atau Provinsi yang berlaku pada seluruh daerah. b. Proportional Shift (PS): adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh struktur ekonomi daerah yang baik, yaitu berspesialisasi pada sektor yang pertumbuhannya cepat secara nasional atau provinsi. Selain itu komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri dan perbedaan dalam struktur, dan keragaman pasar. Disebut juga pengaruh bauran industri (industry mix). c. Differential Shift (DS): adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah karena kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif. Unsur pertumbuhan ini merupakan keuntungan kompetitif daerah yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor daerah. Disebut juga komponen pertumbuhan pangsa wilayah. Melalui ketiga komponen tersebut dapat diketahui komponen atau unsur pertumbuhan yang mana yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Nilai masing-masing komponen dapat saja negatif atau positif, tetapi jumlah keseluruhan akan selalu positif, bila pertumbuhan ekonomi juga positif dan begitu pula sebaliknya. Berdasarkan persamaan (1), maka untuk suatu wilayah, pertumbuhan nasional atau regional, bauran industri dan keunggulan kompetitif dapat ditentukan bagi suatu sektor i atau dijumlah untuk semua sektor sebagai keseluruhan wilayah. Selanjutnya Bendavid (1991), dalam analisis pertumbuhan ekonomi regional komponen proportional shift (PS) dan differential shift (DS) lebih penting dibanding komponen regional share. Hal ini disebabkan karena DS digunakan untuk melihat perubahan pertumbuhan dari suatu kegiatan di wilayah studi terhadap kegiatan tersebut di wilayah referensi. Dari perubahan tersebut akan dapat dilihat berapa besar pertambahan atau pengurangan pendapatan dari kegiatan tersebut. Sedangkan PS untuk melihat perubahan pertumbuhan suatu kegiatan di wilayah referensi terhadap kegiatan total (PDRB) di wilayah referensi. C. DATA DAN ANALISIS Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 118
  • 7. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 1. Struktur Perekonomian Gambaran mengenai struktur perekonomian Kabupaten Bekasi menurut sektor ekonomi tahun 2004 dan 2011 dapat disimak melalui Tabel c.1. Berdasarkan Tabel c.1 tersebut tampak bahwa peranan sektor Industri dalam perekonomian Kabupaten Bekasi selama kurun waktu 2004 s.d 2011 sangat dominan. Dalam kurun waktu tersebut lebih dari 75% perekonomian Kabupaten Bekasi ditunjang oleh sektor Industri dengan besaran 79,93% pada tahun 2004 dan 76,37 pada tahun 2011. Artinya kue ekonomi yang dihasilkan oleh perekonomian Kabupaten Bekasi sebagian besar atau lebih dari 75% berasal dari sektor Industri. Sementara itu sektor ekonomi lainnya yang relatif cukup besar peranannya setelah sektor Industri pada tahun 2011 adalah sektor Perdagangan, LGA (listrik, gas, dan air bersih), Pertanian, dan Jasa-jasa dengan peranan masing-masing sebesar 10,01%, 2,37%, 2,36%, dan 2,21%. Sementara sektor lainnya seperti sektor Pertambangan, sektor Bangunan, sektor Pengangkutan, dan sektor Keuangan merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peranan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi relatif rendah hanya di bawah 2%. Di antara sektor ekonomi yang peranannya rendah tersebut, sektor Keuangan merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peranan paling rendah dalam perekonomian Kabupaten Bekasi selama kurun waktu 2004 s.d. 2011. Relatif rendahnya peranan ke empat sektor tersebut sudah terjadi sejak tahun 2004. Tabel c.1 Perbandingan Struktur Perekonomian Kab. Bekasi Menurut Sektor Ekonomi, 2004 &2011 No. Sektor Ekonomi 2004 2011 PDRB (Miliar Rp) % PDRB (Miliar Rp) % 1 Pertanian 1.075,1 2,2 2.523,6 2,4 2 Pertambangan 637,6 1,3 1.922,2 1,8 3 Industri 38.678,3 79,9 81.544,7 76,4 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.311,1 2,7 2.533,4 2,4 5 Bangunan 553,2 1,1 1.865,1 1,8 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3.991,3 8,2 10.692,5 10,0 7 Pengangkutan dan Komunikasi 660,3 1,4 1.866,1 1,8 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 541,5 1,1 1.468,2 1,4 9 Jasa-jasa 939,9 1,9 2.357,3 2,2 PDRB Kabupaten Bekasi 48.388,4 100,0 106.773,3 100,0 Tingginya peranan Sektor Industri dalam perekonomian Kabupaten Bekasi mengindikasikan pula besarnya input antara yang diperlukan, baik yang berasal dari sektor industri maupun bukan industri, untuk menunjang aktivitas sektor industri tersebut. Dan bila sebagian besar input antara yang diperlukan aktivitas sektor industri ini bisa dipenuhi oleh perekonomian Kabupaten Bekasi, maka Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 119
  • 8. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 perekonomian Kabupaten Bekasi akan dapat meningkatkan perekonomiannya. Seperti diketahui bahwa sektor industri merupakan sektor yang cepat untuk dapat meningkatkan sektor lainnya dalam perekonomian. Artinya bila sektor industri bergerak maka sektor lainnya juga akan bergerak dan kondisi ini akan berujung kepada penyerapan tenaga kerja dan akan mengurangi kemiskinan. Apabila input antara untuk aktivitas ekonomi sektor industri di perekonomian Kabupaten Bekasi bisa dipenuhi oleh UKMK termasuk IKM Kabupaten Bekasi, maka UKMK pun akan bergerak searah dengan gerakan sektor industri. Selanjutnya jika struktur perekonomian Kabupaten Bekasi dilihat menurut subsektor ekonomi selama kurun waktu 2004 s.d. 2011 seperti yang dapat disimak melalui Tabel c.2 tampak bahwa subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, Perdagangan Besar dan Eceran, industri Makanan, Minuman dan Tembakau, dan industri Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki merupakan subsektor ekonomi yang mendominasi perekonomian Kabupaten Bekasi dengan peranan masing-masing secara berurutan adalah 43,57%, 16,33%, 9,26%, 5,84%, dan 5,53%. Peranan subsektor lainnya dalam perekonomian Kabupaten Bekasi tidak melebihi angka 5%. Tabel c.2 Perbandingan Struktur Perekonomian Kabupaten Bekasi Menurut Subsektor Tahun 2004 dan 2011 LAPANGAN USAHA 2004 2011 (1) (2) (3) 1. PERTANIAN 2.22 2,36 a. Tanaman Bahan Makanan 1.42 1,67 b. Tanaman Perkebunan 0.03 0,01 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.64 0,53 d. Kehutanan 0.00 0,00 e. Perikanan 0.14 0,15 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1.32 1,80 a. Minyak dan Gas Bumi 1.30 1,79 b. Pertambangan tanpa Migas 0.00 0,00 c. Penggalian 0.02 0,01 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 79.93 76,37 a. Industri Migas 0.00 0,00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0.00 0,00 2. Gas Alam Cair 0.00 0,00 b. Industri Tanpa Migas 79.93 76,37 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 4.24 5,84 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 10.18 5,53 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 0.31 0,18 4. Kertas dan Barang Cetakan 0.76 0,87 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 20.85 16,33 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0.42 0,30 Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 120
  • 9. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 7. Logam Dasar Besi & Baja 2.30 1,19 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 38.14 43,57 9. Barang lainnya 2.73 2,56 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 2.71 2,37 a. Listrik 2.15 1,88 b. Gas 0.54 0,45 c. Air Bersih 0.02 0,04 5. BANGUNAN 1.14 1,75 LAPANGAN USAHA 2004 2011 (1) (2) (3) 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 8.25 10,01 a. Perdagangan Besar & Eceran 7.56 9,26 b. Hotel 0.04 0,04 c. Restoran 0.65 0,72 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1.36 1,75 a. Pengangkutan 0.94 1,29 1. Angkutan Rel 0.00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya 0.78 1,13 3. Angkutan Laut 0.00 0,00 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 0.00 0,00 5. Angkutan Udara 0.00 0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan 0.16 0,16 b. Komunikasi 0.43 0,45 1. Pos dan Telekomunikasi 0.43 0,45 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0.00 0,00 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 1.12 1,38 a. Bank 0.36 0,50 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0.13 0,17 c. Jasa Penunjang Keuangan 0.00 0,00 d. Sewa Bangunan 0.52 0,57 e. Jasa Perusahaan 0.11 0,13 9. JASA-JASA 1.94 2,21 a. Pemerintahan Umum 1.19 1,41 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 0.75 0,81 2. Jasa Pemerintah lainnya 0.45 0,60 b. Swasta 0.75 0,80 1. Sosial Kemasyarakatan 0.22 0,24 2. Hiburan & Rekreasi 0.03 0,03 3. Perorangan & Rumahtangga 0.50 0,53 PDRB DENGAN MIGAS 100.00 100,00 PDRB TANPA MIGAS 98.70 98,21 Sumber: BPS Kabupaten Bekasi Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 121
  • 10. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 Dari gambaran di atas terlihat bahwa dari 5 (lima) subsektor ekonomi yang mendominasi perekonomian Kabupaten Bekasi 4 (empat) subsektor berasal dari subsektor Industri yaitu : subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, industri Makanan, Minuman dan Tembakau, dan industri Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki. Selanjutnya jika diamati Tabel c.2 dapat dilihat peranan masing-masing subsektor Industri di dalam sektor Industri Kabupaten Bekasi tahun 2011. Berdasarkan gambar tersebut tampak bahwa peranan subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, industri Makanan, Minuman dan Tembakau, dan industri Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki masing-masing secara berurutan adalah sebesar 57,1%, 21,4%, 7,6%, dan 7,2%. Hal ini mengindikasikan bahwa 4 (empat) subsektor ini mendominasi aktivitas sektor Industri maupun aktivitas perekonomian Kabupaten Bekasi secara keseluruhan. Dari tabel di atas terindikasi bahwa lebih dari 85% aktivitas sektor industri adalah subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, dan subsektor industri Makanan, Minuman dan Tembakau. Sehingga apabila input antara ketiga subsektor ini bisa dipenuhi oleh UKMK termasuk IKM oleh perekonomian Kabupaten Bekasi maka dapat diharapkan tingkat pengangguran akan dapat diturunkan dengan lebih cepat dan selanjutnya angka kemiskinan akan turun lebih cepat lagi. 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bekasi dapat dilihat melalui Tabel c.3 di bawah ini. Secara total, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi selama kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir 2008 s.d. 2011 bergerak di antara besaran 5,04% s.d. 6,26% dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 6,26%. Tabel c.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bekasi Menurut sektor ekonomi tahun 2008 s.d. 2011 Sektor Nama Sektor Ekonomi 2008 2009 2010 2011 1 Pertanian 5,73 5,94 5,14 5,40 2 Pertambangan 3,55 3,39 9,83 5,76 3 Industri 5,44 4,06 5,52 5,81 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,01 7,22 7,89 6,49 5 Bangunan 14,05 14,02 12,80 10,07 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 10,17 9,84 9,11 8,39 7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,73 8,79 7,87 9,32 8 Keuangan, Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 8,82 8,86 8,18 8,36 9 Jasa-jasa 7,22 8,31 7,14 7,21 Kabupaten Bekasi 6,07 5,04 6,18 6,26 Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 122
  • 11. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 Jika laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi dilihat menurut sektor ekonomi tampak bahwa aktivitas sektor Bangunan merupakan aktivitas ekonomi dengan pertumbuhan paling tinggi selama kurun waktu 2008 s.d. 2011. Pertumbuhan sektor Bangunan selama kurun waktu 2008 s.d. 2011 tersebut berada pada level 2 digit yaitu antara 10,07% s.d. 14,05%. Sementara itu aktivitas ekonomi yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi di atas 7% selama periode 2008 s.d. 2011 adalah sektor Perdagangan, sektor Keuangan, dan sektor Jasa-jasa. Tingginya pertumbuhan sektor Bangunan, sektor Perdagangan, sektor Keuangan, dan sektor Jasa-jasa sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor industri yang relatif tinggi pada kurun waktu 2008 s.d. 2011 dengan rata-rata pertumbuhan di atas 5%. Bila laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi dilihat menurut subsektor ekonomi, tampak bahwa subsektor Kehutanan dan Penggalian selalu mengalami pertumbuhan negatif selama periode 2008 s.d. 2011. Salah satu subsektor Industri yaitu Industri Semen & Barang Galian bukan logam mengalami pertumbuhan positif pada tahun 2011 sedangkan selama periode 2008 s.d. 2010 mengalami pertumbuhan negatif. Subsektor ekonomi yang secara umum mengalami pertumbuhan paling tinggi selama kurun waktu 2008 s.d. 2011 adalah subsektor Bank dengan tingkat pertumbuhan di atas 11%. Sedangkan Subsektor ekonomi yang secara umum mengalami pertumbuhan paling rendah selama kurun waktu 2008 s.d. 2011 adalah subsektor Penggalian dengan tingkat pertumbuhan di bawah -3%. Tabel c.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bekasi Menurut Subsektor Ekonomi Tahun 2008 s.d. 2011. SEKTOR/SUBSEKTOR EKONOMI 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 5,73 5,94 5,14 5,40 a. Tanaman Bahan Makanan 7,03 6,33 4,46 5,95 b. Tanaman Perkebunan 5,89 -0,94 0,63 1,86 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3,24 5,50 6,10 4,49 d. Kehutanan -0,30 -0,25 -0,90 -0,25 e. Perikanan 4,65 4,48 8,02 4,36 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3,55 3,39 9,83 5,76 a. Minyak dan Gas Bumi 3,63 3,46 9,94 5,82 b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Penggalian -4,23 -4,05 -4,00 -2,80 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5,44 4,06 5,52 5,81 a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas 5,44 4,06 5,52 5,81 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 3,34 9,45 4,70 6,83 Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 123
  • 12. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki -2,54 2,59 1,20 2,14 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 4,45 -2,35 -5,90 1,37 4. Kertas dan Barang Cetakan 11,79 14,02 5,60 6,81 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 3,28 3,91 3,25 5,40 6. Semen & Brg. Galian bukan logam -1,09 -0,01 -0,40 1,04 7. Logam Dasar Besi & Baja -7,66 0,84 -4,50 -1,65 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 8,65 3,83 7,52 6,66 9. Barang lainnya -3,97 7,86 5,00 5,25 SEKTOR/SUBSEKTOR EKONOMI 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 6,01 7,22 7,89 6,49 a. Listrik 5,38 7,11 8,11 6,32 b. Gas 10,20 7,89 6,44 7,57 c. Air Bersih 7,69 7,71 7,61 7,47 5. BANGUNAN 14,05 14,02 12,80 10,07 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 10,17 9,84 9,11 8,39 a. Perdagangan Besar & Eceran 10,45 10,00 9,15 8,46 b. Hotel 8,81 8,95 8,12 8,66 c. Restoran 6,76 7,88 8,69 7,43 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 6,73 8,79 7,87 9,32 a. Pengangkutan 8,64 8,28 6,99 8,61 1. Angkutan Rel 9,23 8,00 7,88 5,94 2. Angkutan Jalan Raya 8,69 8,24 6,73 8,65 3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 0,76 0,89 -2,00 -0,12 5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan 8,42 8,55 8,45 8,47 b. Komunikasi 3,94 9,56 9,22 10,37 1. Pos dan Telekomunikasi 3,94 9,56 9,22 10,37 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,00 0,00 0,00 0,00 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 8,82 8,86 8,18 8,36 a. Bank 12,15 12,10 11,10 11,60 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 7,94 8,02 7,44 7,80 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Sewa Bangunan 7,76 7,55 6,74 7,15 e. Jasa Perusahaan 6,31 7,36 7,65 5,30 9. JASA-JASA 7,22 8,31 7,14 7,21 a. Pemerintahan Umum 7,51 8,73 6,03 6,57 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 4,99 8,21 4,13 5,29 2. Jasa Pemerintah lainnya 11,41 9,49 8,75 8,34 b. Swasta 6,66 7,50 9,31 8,41 1. Sosial Kemasyarakatan 6,44 6,66 8,12 7,39 2. Hiburan & Rekreasi 6,01 6,39 8,44 7,41 Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 124
  • 13. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 3. Perorangan & Rumahtangga 6,79 7,94 9,89 8,92 PDRB DENGAN MIGAS 6,07 5,04 6,18 6,26 PDRB TANPA MIGAS 6,10 5,07 6,13 6,27 Kalau diperhatikan Tabel c.4 di atas tampak bahwa pada tahun 2011 subsektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah subsektor Bank dengan tingkat pertumbuhan 11,60%. Di antara subsektor industri yang mengalami pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2011 adalah subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, dan subsektor industri Makanan, Minuman dan Tembakau dengan laju pertumbuhan masing-masing secara berurutan adalah 6,60%, 5,40%, dan 6,83%. Bahkan subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya sebagai aktivitas ekonomi paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi mengalami pertumbuhan lebih tinggi pada tahun 2008 dan 2010. Sebagai dua subsektor ekonomi yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi dan diikuti dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi, maka Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya dan subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet merupakan subsektor yang paling dapat diharapkan untuk menerapkan konsep pola alihdaya dari industri besar ke industri kecil dan menengah. 3.Analisis Shift Share Sektor Industri Kabupaten Bekasi Terhadap Sektor Industri Provinsi Jawa Barat Di sektor industri pengolahan, sektor ini mampu memberikan kontribusi terbesar terhadap perubahan PDRB Bekasi senilai 3,828 triliun rupiah. Pada sektor ini pengaruh pertumbuhan ekonomi Jawa Barat memiliki pengaruh terbesar yaitu senilai 4,114 triliun rupiah. Sementara itu subsektor alat angkutan mesin dan peralatannya memiliki kontribusi terbesar senilai 2,653 trilyun rupiah. Pengaruh perekonomian jawa barat terhadap subsektor ini adalah sebesar 2,402 triliun rupiah. Subsektor berikutnya yang memberikan kontribusi terbesar kedua setelah subsektor alat angkutan mesin dan peralatannya adalah subsektor Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet sebesar 642,1 miliar rupiah. Sementara itu pengaruh perekonomian jawa barat terhadap subsektor ini adalah sebesar 928.7 triliun rupiah. Sedangkan subsektor logam dasar besi dan baja memberikan pengaruh yang negatif terhadap sektor industri pengolahan maupun perekonomian secara keseluruhan di kabupaten bekasi sebesar -18.6 miliar rupiah. Namun demikian itu pengaruh perekonomian jawa barat terhadap susektor ini masih positif sebesar 52.9 miliar rupiah. Tabel c.5 Perubahan Sektoral Dan Komponen Yang Mempengaruhi Perekonomi Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 s.d. 2010 Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 125
  • 14. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 Keterangan: RS = Regional Share; PSj = Proportional shift; DS = Differential Shift 4. Keunggulan Kompetitif Dan Spesialisasi Perekonomian Kabupaten Bekasi Berdasarkan Tabel c.6 di bawah dapat dilihat bahwa sektor industri pengolahan memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi secara bersamaan. Ini menunjukan bahwa sektor tersebut memiliki pertumbuhan dan peran yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan dan peran sektor-sektor yang sama dalam perekonomian Jawa Barat. Sementara itu subsektor industri pengolahan yang secara bersamaan mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi adalah subsektor subsektor Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet sebesar, subsektor logam dasar besi dan baja, dan subsektor barang Industri lainnya. Tabel c.6 Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat Menurut Subsektor Tahun 2008 s.d. 2010 LAPANGAN USAHA E*ij= Ej(Ein/En ) rij-rin Eij-E*ij Keunggul an Kompetit if Spesi alisasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) INDUSTRI PENGOLAHAN 22,645.6 0.09 16,422.4 ada Ada Industri Tanpa Migas 22,273.2 0.09 16,794.8 ada Ada 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2,336.8 0.10 (560.8) ada Tidak 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 4,642.5 0.15 (722.2) ada Tidak 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 269.2 (0.08) (164.5) tidak Tidak 4. Kertas dan Barang Cetakan 459.8 (0.07) (151.3) tidak Tidak 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 1,957.4 0.17 6,860.2 ada Ada Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang SEKTOR EKONOMI Total (Miliar Rp) RS (Miliar Rp) PS (Miliar Rp) DS (Miliar Rp) (1) (2) (3) (4) (5) INDUSTRI PENGOLAHAN 3,828.9 4,114.7 (3,679.4) 3,393.6 Industri Tanpa Migas 3,828.9 4,114.7 (3,664.4) 3,378.6 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 259.2 187.1 (111.7) 183.8 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 149.9 412.9 (834.8) 571.9 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya (8.5) 11.0 (10.7) (8.8) 4. Kertas dan Barang Cetakan 62.9 32.5 51.4 (21.0) 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 642.1 928.7 (1,805.4) 1,518.8 SEKTOR EKONOMI Total (Miliar Rp) RS (Miliar Rp) PS (Miliar Rp) DS (Miliar Rp) (1) (2) (3) (4) (5) 6. Semen & Brg. Galian bukan logam (0.7) 16.8 (2.7) (14.7) 7. Logam Dasar Besi & Baja (18.6) 52.9 (71.4) (0.0) 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 2,653.7 2,402.4 (950.9) 1,202.1 9. Barang lainnya 88.7 70.5 (137.0) 155.2 126
  • 15. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 384.0 (0.09) (224.8) tidak Tidak 7. Logam Dasar Besi & Baja 106.2 (0.00) 395.8 tidak Ada 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 11,655.8 0.05 11,154.8 ada Ada 9. Barang lainnya 461.7 0.23 207.8 ada Ada 5.Analisis Shift Share Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Nasional Berdasarkan Tabel c.7 di bawah dapat disimak bahwa secara agregat terjadi pertambahan nilai PDRB kabupaten Bekasi sektor industri pengolahan sebesar 3,828 triliun rupiah, dari tahun 2008-2010. Dari jumlah tersebut sebagian besar disebabkan efek pertumbuhan ekonomi sektor indutri pengolahan ditingkat nasional yaitu sebesar 4,341 triliun rupiah. Dalam hal ini, perekonomian Kabupaten Bekasi terpengaruh kondisi perekonomian nasional. Hal tersebut wajar terjadi, mengingat kondisi perekonomian daerah pasti dipengaruhi oleh kinerja perekonomian regional diatasnya bahkan perekonomian nasional dan global. Sementara pengaruh daya saing kabupaten Bekasi terhadap perekonomian Bekasi justru malah merugikan kabupaten tersebut. Ini menunjukan bahwa masih rendahnya daya saing dan kemandirian kabupaten Bekasi sehingga menyebabkan berkurangnya output daerah sebesar 1,583 triliun rupiah. Sementara itu efek dari bauran industri/sektoral terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industry pengolahan kabupaten Bekasi masih sangat kecil, yaitu hanya sebesar 1,071 triliun rupiah. Ini menunjukan bahwa kecilnya dampak dari struktur ekonomi nasional terhadap pertambahan pertumbuhan PDRB sektor industry pengolahan kabupaten Bekasi. Tabel c.7 Perubahan Sektoral Dan Komponen Yang Mempengaruhi Perekonomi Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Nasional Tahun 2008 s.d. 2010 LAPANGAN USAHA TOTAL (Miliar Rp) RS (Miliar Rp) PS (Miliar Rp) DS (Miliar Rp) (1) (2) (3) (4) (5) INDUSTRI PENGOLAHAN 3,828.9 4,340.8 (1,583.2) 1,071.2 Industri Tanpa Migas 3,828.9 4,340.8 (1,290.0) 778.0 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 259.2 197.3 56.8 5.0 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 149.9 435.6 (342.4) 56.8 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya (8.5) 11.6 (16.6) (3.5) 4. Kertas dan Barang Cetakan 62.9 34.3 (9.2) 37.9 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 642.1 979.7 (413.4) 75.8 6. Semen & Brg. Galian bukan logam (0.7) 17.7 (15.0) (3.3) 7. Logam Dasar Besi & Baja (18.6) 55.8 (65.7) (8.6) 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 2,653.7 2,534.5 (890.5) 1,009.6 9. Barang lainnya 88.7 74.4 (32.3) 46.6 Keterangan: RS = Regional Share; PS = Proportional shift; Cij = Differential Shift Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 127
  • 16. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 Ditingkat subsektor, seluruh subsektor industri pengolahan mampu menyumbang atau memberikan kontribusi yang positif terhadap perubahan PDRB sektor industri pengolahan Kabupaten Bekasi. Subsektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah subsektor alat angkutan, mesin dan peralatannya dengan kontribusi sebesar 2,654 triliun rupiah. Berarti subsector ini cukup baik dalam menunjang pertambahan/perubahan PDRB Kabupaten Bekasi. Subsektor terbesar kedua ialah subsektor pupuk, kimia, dan barang dari karet sebesar 642,1 miliar rupiah. Sedangkan efek bauran industri terhadap perekonomian Kabupaten Bekasi justru membebani perekonomian bekasi sebesar 1,583 triliun rupiah. Efek differential shift sektor industry pengolahan tehadap output perekonomian Kabupaten Bekasi mampu memberikan kontribusi positif sebesar 1,071 triliun rupiah. Tabel c.8 Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Nasional Menurut Subsektor Tahun 2008 s.d. 2010 LAPANGAN USAHA E*ij= Ej(Ein/En) rij- rin Eij-E*ij Keunggu lan Kompeti tif Spesi alisasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) INDUSTRI PENGOLAHAN 13,205.2 0.03 25,862.8 ada ada Industri Tanpa Migas 12,076.7 0.02 26,991.2 ada ada 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 3,312.7 0.00 (1,536.7) ada tidak 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 1,207.3 0.01 2,712.9 ada ada 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 481.5 (0.03) (376.9) tidak tidak 4. Kertas dan Barang Cetakan 603.2 0.12 (294.7) Ada tidak 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 1,619.1 0.01 7,198.5 Ada ada 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 378.6 (0.02) (219.5) tidak tidak 7. Logam Dasar Besi & Baja 190.5 (0.02) 311.5 tidak ada 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 4,194.7 0.04 18,615.8 Ada ada 9. Barang lainnya 89.2 0.07 580. Ada ada Dari tabel diatas, tampak sektor industry pengolahan memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi secara bersamaan dalam perekonomian kabupaten bekasi. Ini menunjukan bahwa sektor tersebut memiliki pertumbuhan dan peran yang relative lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan dan peran sektor yang sama dalam perekonomian nasional. 6.Analisis Lq Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomianprovinsi Jawa Barat Hasil penghitungan nilai LQ Perekonomian Kabupaten Bekasi terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008 dan 2010 adalah sebagai berikut. Tabel c.9 Nilai LQ sektor dan subsector Industri pengolahan dalam Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat Menurut subsektor ekonomi Tahun 2008 s.d. 2010 Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 128
  • 17. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 LAPANGAN USAHA LQ 2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) INDUSTRI PENGOLAHAN 1.7987 1.9038 2.0393 Industri Tanpa Migas 1.9639 2.0561 2.1895 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 1.0678 1.2938 1.3836 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 0.6218 0.6550 0.7136 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 0.5298 0.4379 0.4571 4. Kertas dan Barang Cetakan 1.0707 1.1722 1.0892 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 5.2229 5.0384 6.1224 LAPANGAN USAHA LQ 2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0.4299 0.3959 0.3722 7. Logam Dasar Besi & Baja 6.1056 6.1500 6.3216 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 2.3161 2.4744 2.5112 9. Barang lainnya 3.8840 3.7612 5.0119 Berdasarkan nilai LQ di Tabel c.9 di atas tampak bahwa sektor industry pengolahan merupakan sektor potensial di Kabupaten Bekasi baik pada tahun 2008, 2009 maupun 2010. Hal ini bisa dilihat dari nilai LQ yang lebih dari 1. Jika kita lihat lebih mendalam pada subsector industry pengolahan, tampak ada beberapa subsektor potensial dari Kabupaten Bekasi tahun 2008, 2009 dan 2010 yaitu industri makanan, minuman dan tembakau, industri kertas dan barang cetakan, industri pupuk, kimia dan barang dari karet, industri logam dasar besi dan baja, alat angkutan, mesin dan peralatannya, dan industry barang lainnya. Indikasi diperlihatkan dengan nilai LQ di atas 1. 7.Analisis Lq Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Nasional Hasil penghitungan nilai LQ Perekonomian Kabupaten Bekasi terhadap Perekonomian Nasional pada tahun 2008 dan 2010 dapat disimak melalui tabel c.10. Berdasarkan nilai LQ kabupaten Bekasi dibandingkan dengan variabel nasional, sektor industri pengolahan tetap menjadi sektor yang potensial atau unggulan. Ini diindikasikan dengan nilai LQ di atas 1. Sementara itu subsektor industri non migas yang potensial di Bekasi adalah industri tekstil, barang kulit dan alas kaki, industri pupuk, kimia dan barang dari karet, industri logam dasar besi dan baja, industri alat angkutan, mesin dan peralatannya serta industri barang lainnya. Tabel c.10 Nilai LQ Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Nasional Menurut subsektor ekonomi Tahun 2008 s.d. 2010 LAPANGAN USAHA LQ 2008 2009 2010 INDUSTRI PENGOLAHAN 2.8257 2.9454 3.1032 Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 129
  • 18. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 b. Industri Tanpa Migas 3.4158 3.4329 3.5764 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 0.6351 0.7567 0.7739 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 2.9685 2.9844 3.0348 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 0.1528 0.1447 0.1507 4. Kertas dan Barang Cetakan 0.6790 0.7103 0.81014 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 5.4908 5.7718 6.0057 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0.4600 0.4448 0.4483 7. Logam Dasar Besi & Baja 2.4722 2.9308 3.0644 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 6.8126 7.0687 7.2439 9. Barang lainnya 13.9675 14.7012 15.8083 8. Peranan Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat Berdasarkan data PDRB ADHB Tahun 2010, peranan perekonomian Kabupaten Bekasi terhadap perekonomian Provinsi Jabar paling dominan bila dibandingkan dengan perekonomian kabupaten lainnya yang berdomisili di Provinsi Jawa Barat seperti yang dapat disimak melalui Gambar c.1. Berdasarkan Gambar c.1 di atas tampak bahwa peranan perekonomian Kabupaten Bekasi sekitar 14,3% dari total perekonomian Provinsi Jawa Barat. Berarti kue ekonomi yang dihasilkan perekonomian Provinsi Jawa Barat sebagian besar berasal dari perekonomian Kabupaten Bekasi. Hal ini mengindikasikan pentingnya peranan perekonomian Kabupaten Bekasi di tingkat provinsi. Kabupaten Bekasi, 14.3 KotaBandung, 11 .3 Kabupaten Bogor, 10.6 Kabupaten Karawang, 7.6 Kabupaten Bandung, 6.6 Kabupaten Indramayu, 6.5 Gambar c.1 Peranan Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Jawa Barat Tahun 2010 Kabupaten Bekasi KotaBandung Kabupaten Bogor Kabupaten Karawang Kabupaten Bandung Kabupaten Indramayu D. PENUTUP 1. Kesimpulan a. Artinya kue ekonomi yang dihasilkan oleh perekonomian Kabupaten Bekasi sebagian besar atau lebih dari 75% berasal dari sektor Industri Pengolahan. Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 130
  • 19. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 b. Empat subsektor di sektor Industri Pengolahan yaitu industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, industri Makanan, Minuman dan Tembakau, dan industri Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki merupakan subsektor ekonomi yang mendominasi perekonomian Kabupaten Bekasi. c. Di antara subsektor industri yang mengalami pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2011 adalah subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, dan subsektor industri Makanan, Minuman dan Tembakau dengan laju pertumbuhan masing-masing secara berurutan adalah 6,60%, 5,40%, dan 6,83%. Bahkan subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya sebagai aktivitas ekonomi paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi mengalami pertumbuhan lebih tinggi pada tahun 2008 dan 2010. Sebagai dua subsektor ekonomi yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi dan diikuti dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi, maka Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya dan subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet merupakan subsektor yang paling dapat diharapkan untuk menjadi leading sector dalam perekonomian kabupaten bekasi. d. Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya dan subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet,Industri Besar merupakan kegiatan industry dengan laju pertumbuhan yang relative tinggi serta mendominasi perekonomian kabupaten Bekasi. Disamping itu kedua subsector ini mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi dalam kegiatan industry baik dilihat dalam perekonomian provinsi Jawa Barat maupun Nasional. 2. Saran a. Sangat tingginya peranan sektor Industri Pengolahan dalam struktur perekonomian Kabupaten Bekasi seharusnya merupakan modal yang cukup berarti untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kemiskinan, menurunkan angka pengangguran. b. Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya merupakan subsektor yang mendominasi pada kegiatan industri pengolahan dan dengan tingkat pertumbuhan cukup tinggi ternyata mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi baik dalam perekonomian provinsi Jawa Barat maupun nasional. Dengan demikian Pemda Kabupaten Bekasi dapat membuat kebijakan agar aktivitas subsektor ini menggunakan input yang berasal dari aktivitas ekonomi yang berada di wilayah Kabupaten Bekasi. DAFTAR PUSTAKA Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 131
  • 20. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 Agrawal Ajay (2001), “University-to-industry knowledge transfer: literature review and unanswered questions”.International Journal of Management Review, 3(4): 370-85. Ali, Suryadharma, (2007). KembangkanLembagaKeuanganMikrodari Dana CSR (WawancaradalamMajalahBisnis& CSR: Reference for Decision Maker). Anonymous, (2000).White Paper on Small and Medium Enterprises in Japan IT Revolution, Cashflow Management and Equity Culture.Japan Small Business Research Institute. Tahun 2005 tentangRencana Pembangunan JangkaMenengahNasionalTahun 2004-2009 Republik Indonesia.Jakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2012. Memperkuat Perekonomian Domestik Bagi Peningkatan dan Perluasan kesejahteraan Rakyat. Jakarta: BadanPerencanaan Pembangunan Nasional. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi. 2011. Kabupaten Bekasi dalam Angka 2011. Jawa Barat: BPS Kabupaten Bekasi. Dierman, Peter van.(2004). “The Economic Policy Environment for Small Rural Enterprises in Indonesia”, dalam Thomas R. Leinbach (ed.), The Indonesian Rural Economy Mobility, Work and Enterprise. Singapore: ISEAS: 95-117. Effendi, NT (1993).SumberDayaManusia, PeluangKerja Dan Kemiskinan. Tiara Wacana, Yogyakarta. Korten, David C. (1980).Community Organization and Rural Development: A Learning Process Approach. Public Administration Review, September/October 1980 p.480-509. ----------, (1984).Pembangunan yang Memihak Rakyat. Jakarta: LembagaStudi Pembangunan. Kemdagri. (2010). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANGKEMITRAAN Setyowati. (1992). KegiatanSosialEkonomi.PenerbitAdityaMedia,Yogyakarta. Sandee, Henry. (1995). “Innovation Adoption in Rural Industry: Technological Change in Roof Tile Clusters in Central Java, Indonesia”, disertasi PhD tidakdipublikasi, VrijeUniversiteit, Amsterdam. Sandee, Henry, RoosKitiesAndadaridan Sri Sulandjari. (2000). “Small Firm Development during Good Times and Bad: The Jepara Furniture Industry”, dalam C. Manning dan P. van Dierman (ed.), Indonesia in Transition: Social Aspects of Reformasi and Crisis. Indonesia Assessment Series, Research School of Pacific and Asian Studies, Australian National University, Canberra, dan Institute of Southeast Asian Studies, Singapore: 184-98. Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 132
  • 21. Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189 Sandee, Henry, B. Isdijoso, dan Sri Sulandjari. (2002).SME clusters in Indonesia: An analysis of growth dynamics and employment conditions. Jakarta: International Labor Office (ILO). Sato, Yuri. (2000).“Linkage Formation by Small Firms: The Case of a Rural Cluster in Indonesia”.Bulletin of Indonesian Economic Studies, 36(1):137- 66. Klapwijk, Martin. (1997).“Rural Industry Clusters in Central Java, Indonesia. An Empirical Assessment of their Role in Rural Industrialization”,disertasi PhD tidakdipublikasi, Tinbergen Institute Research Series No.153, VrijeUniversiteit Amsterdam. Tambunan, Tulus T.H. (2007). Perkembangan Industri Nasional Sejak Orde Baru Hingga Pasca krisis. Jakarta: Penerbit UniversitasTrisakti. Tambunan, Tulus T.H. (2009a).UMKM di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia Tambunan, Tulus T.H. (2009b), “Main Factors Determining Competitiveness and Successful Small and Medium Enterprises in Indonesia”.research report, December, Jakarta: International LabourOrganisation. Tambunan, Tulus T.H. (2010).“Technology and Skill Upgrading in Manufacturing Small and Medium Enterprises (SMEs) with A Reference to the Roles of Government, Large Enterprises, Universities and Public R&D Institutes: A Comparative Study Between Japan and Indonesia”, research report, March, Tokyo: The Sumitomo Foundation. Thee, Kian Wie. (1998).Determinants of Indonesia’s Industrial Technology Development, dalam Hill dan Thee (ed.): 117-35. Widyahartono. (1996). Pedoman Kemitraan Usaha Agrobisnis. Direktorat Pengembangan Usaha Ditjen Pengolahan Hasil, Deptan. Wirutomo, Paulus, dkk. (2003). Paradigma Pembangunan di Era Otonomi Daerah. (Memanusiakan Manusia). Jakarta. Supranto,J. 2005. StatistikTeoridanAplikasi.Jilidsatu. Jakarta: Erlangga. Walpole, Raymond. 2007. Ilmu Peluang dan Statistika Untuk Insinyur dan Ilmuan. Bandung: ITB Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 133