2. KELOMPOK 5
DEVI
NURMALASARI
PUTRI
RAHMANDA
FAQIH
MAHENDRA
DINI
KHOIRUNNISA
RAYHAN
RABBANI
FATYENI YULIA
3. Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok
tentang “Hasil Budaya Masyarakat Pada Masa Pra
Aksara”. Penulisan tugas kelompok ini dilakukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah
Indonesia. Kani telah berusaha menyajikan yang
terbaik, namun kami menyadari bahwa tugas
kelompok ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritiknya demi
penyempurnaan tugas kelompok ini. Mudah-mudahan
dengan adanya tugas kelompok ini dapat diambil
manfaatnya bagi siapa saja yang membaca tugas
kelompok ini.
4. Hasil budaya pada
masa Praaksara:
Zaman batu
zaman Paleolitikum
Zaman Mesolitikum
Zaman Neolitikum
Zaman Megalitikum
Zaman
logam
Zaman Tembaga
Zaman Perunggu
Zaman Besi
5.
6.
7. A. KEBUDAYAAN ZAMAN
PALEOLITIKUM
Pada tahun 1935, von b. Kebudayaan Ngandong
Koenigswald menemukan alat
batu dan kapak genggam di
daerah Pacitan. Kapak
genggam itu berbentuk kapak
tetapi tidak bertangkai. Kapak
ini masih dikerjakan dengan
sangat kasar dan belum
dihaluskan. Para ahli
menyebutkan bahwa kapak itu
adalah kapak penetak. Selain
di Pacitan alat-alat banyak
ditemukan di Progo dan
Gombong (Jawa Tengah),
Sukabumi (Jawa Barat), dan
Lahat (Sumatera Utara)
a. Kebudayaan Pacitan
Para ahli berhasil menemukan
alat-alat dari tulang, flakes, alat
penusuk dari tanduk rusa dan
ujung tombak bergigi di daerah
Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu
di dekat Sangiran ditemukan alat
sangat kecil dari betuan yang amat
indah. Alat ini dinamakan Serbih
Pilah, dan banyak ditemukan di
Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang
terbuat dari batu-batu indah seperti
kalsedon. Kebudayaan Ngandong
juga didukung oleh penemuan
lukisan pada dinding goa seperti
lukisan tapak tangan berwarna
merah dan babi hutan ditemukan
di Goa Leang Pattae (Sulawesi
Selatan)
8. B. KEBUDAYAAN ZAMAN
MESOLITHIKUM
1. Kjokkenmoddinger
(Sampah Dapur)
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal
dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan
modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti
sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan
Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan
kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7
meter dan sudah membatu atau menjadi fosil.
Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur
Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas
penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia
purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun
1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian
di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak
menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda
dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).
9. kapak genggam Sumatera
adalah kapak genggam yg
sudah digosok namun tidak
sampai halus. Tahun 1925, Dr.
P.V. Van Stein Callenfels
melakukan penelitian di bukit
kerang tersebut dan hasilnya
menemukan kapak genggam.
Kapak genggam yang
ditemukan di dalam bukit kerang
tersebut dinamakan dengan
pebble/kapak genggam Sumatra
(Sumatralith) sesuai dengan
lokasi penemuannya yaitu
dipulau Sumatra. Bahan-bahan
3.Hachecourt
(kapak pendek)
Selain pebble yang
diketemukan dalam bukit
kerang, juga ditemukan
sejenis kapak tetapi
bentuknya pendek
(setengah lingkaran) yang
disebut dengan
hachecourt/kapak
pendek.
2. Pebble (kapak genggam
Sumatera = Sumateralith)
10. 4. Flakes
Flakes berupa alat-alat kecil terbuat dari
batu yang disebut dengan flakes atau
alat serpih. Flakes selain terbuat dari
batu biasa juga ada yang dibuat dari
batu-batu indah berwarna seperti
calsedon. Flakes mempunyai fungsi
sebagai alat untuk menguliti hewan
buruannya, mengiris daging atau
memotong umbi-umbian. Jadi,
fungsinya seperti pisau pada masa
sekarang. Selain ditemukan di Sangiran,
flakes ditemukan di daerah-daerah lain
seperti Pacitan, Gombong, Parigi,
Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat
(Sumatera), Batturing (Sumbawa),
Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, dan
Mangeruda (Flores).
11. 5. Pipisan
Selain kapak-kapak yang
ditemukan dalam bukit
kerang, juga ditemukan
pipisan (batu-batu
penggiling beserta
landasannya). Batu pipisan
selain dipergunakan untuk
menggiling makanan juga
dipergunakan untuk
menghaluskan cat merah.
Bahan cat merah berasal
dari tanah merah. Cat
merah diperkirakan
digunakan untuk keperluan
religius dan untuk ilmu sihir.
12. 6. Abris Sous Roche (Gua tempat tinggal)
Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang
dijadikan tempat tinggal manusia purba pada
zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat
perlindungan dari cuaca dan binatang buas.
Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche
dilakukan oleh Dr. Van Stein Callenfels tahun
1928-1931 di goa Lawa dekat Sampung Ponorogo
Jawa Timur. Alat-alat yang ditemukan pada goa
tersebut antara lain alat-alat dari batu seperti ujung
panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah
diasah yang berasal dari zaman Mesolithikum, serta
alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.Di antara alat-alat
kehidupan yang ditemukan ternyata yang
paling banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh
para arkeolog disebut sebagai Sampung Bone
Culture / kebudayaan tulang dari Sampung. Karena
goa di Sampung tidak ditemukan Pebble ataupun
kapak pendek yang merupakan inti dari
kebudayaan Mesolithikum.
13. 7. KEBUDAYAAN BACSON-HOABINH
• Kebudayaan ini ditemukan dalam
gua-gua dan dalam bukit-bukit kerang di
Indo-China, Siam, Malaka, dan Sumatera
Timur. Alat-alat kebudayaannya terbuat
dari batu kali, seperti bahewa batu giling.
Pada kebudayaan ini perhatian terhadap
orang meninggal dikubur di gua dan juga di
bukit-bukit kerang. Beberapa mayatnya
diposisikan dengan berjongkok dan diberi
cat warna merah. Pemberian cat warna
merah bertujuan agar dapat
mengembalikan hayat kepada mereka yang
masih hidup. Di Indonesia, kebudayaan ini
ditemukan di bukit-bukit kerang. Hal
seperti ini banyak ditemukan dari Medan
sampai ke pedalaman Aceh. Bukit-bukit itu
telah bergeser sejauh 5 km dari garis pantai
menunjukkan bahwa dulu pernah terjadi
pengangkatan lapisan-lapisan bumi. Alur
masuknya kebudayaan ini sampai ke
Sumatera melewati Malaka.
14. Kebudayaan
Toala
• Menurut catatan sejarah hasil penyelidikan tahun
1893 bahwa manusia yang mendiami daerah ini
adalah orang Toala, suatu suku penduduk
keturunan langsung dari zaman Prasejara, dan
masih sekeluarga dengan suku bangsa Wedda dan
Sailan. Orang toala memilih gua sebagai tempat
hunian dimungkinkan karena adnanya kesatuan
kondisi geologi, ekologi, dan biologi yang saling
menunjang dan disediakan oleh sebuah gua.
Ketiga kondisi ini memungkinkan manusia dapat
bertahan dan beradaptasi dengan lingkungannya
untuk melanjutkan hidup dan menangkal
sejumlah masalah yan disajikan oleh alam.
18. C. KEBUDAYAAN ZAMAN MEGALITIKUM
1. Mehnir
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu
batu yang didirikan untuk upacara
menghormati roh nenek moyang, sehingga
bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan
ada yang berkelompok serta ada pula yang
dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti
punden berundak-undak. Lokasi tempat
ditemukannya menhir di Indonesia adalah
Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi
Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui
bentuk-bentuk menhir,
Bangunan menhir yang dibuat oleh
masyarakat prasejarah tidak berpedoman
kepada satu bentuk saja karena bangunan
menhir ditujukan untuk penghormatan
terhadap roh nenek moyang. Lokasi tempat
ditemukannya menhir di Indonesia adalah
Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi
Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui
bentuk-bentuk menhir, maka simaklah
gambar-gambar berikut ini.
Bangunan menhir yang dibuat oleh
masyarakat prasejarah tidak berpedoman
kepada satu bentuk saja karena bangunan
menhir ditujukan untuk penghormatan
terhadap roh nenek moyang.
19. 2. WARUGA 3. DOLMEN
Waruga adalah kubur
atau makam leluhur orang
Minahasa yang terbuat
dari batu dan terdiri dari dua
bagian. Bagian atas
berbentuksegitiga seperti
bubungan rumah dan bagian
bawah berbentuk kotak yang
bagian tengahnya ada ruang.
Dolmen adalah sebuah
meja yang terbuat dari
batu yang berfungsi
sebagai tempat
meletakkan saji-sajian
untuk pemujaan.
Adakalanya di bawah
dolmen dipakai untuk
meletakkan mayat, agar
mayat tersebut tidak
dapat dimakan oleh
binatang buas maka
kaki mejanya
diperbanyak sampai
mayat tertutup rapat
oleh batu.
Dolmen adalah
meja batu tempat
meletakkan
sesaji yang
dipersembahkan
kepada roh
nenek moyang.
Di bawah dolmen
biasanya sering
ditemukan kubur
batu
20. 4. Punden berundak 5. Sarkofagus
Punden berundak atau teras
berundak adalah struktur tata
ruang bangunan yang
berupa teras atau trap berganda yang
mengarah pada satu titik dengan tiap
teras semakin tinggi posisinya.
Struktur ini kerap ditemukan pada
situs kepurbalakan di Nusantara,
sehingga dianggap sebagai salah satu
ciri kebudayaan asli Nusantara.
Sarkofagus adalah suatu tempat untuk
menyimpan jenazah. Sarkofagus
umumnya dibuat dari batu.Sarkofagus
sering disimpan di atas tanah oleh
karena itu sarkofagus seringkali diukir,
dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa
dibuat untuk dapat berdiri sendiri,
sebagai bagian dari sebuah makam atau
beberapa makam sementara beberapa
yang lain dimaksudkan untuk disimpan
di ruang bawah tanah.
21. 6. Arca 7. Kubur batu
Arca/patung-patung dari batu yang
berbentuk binatang atau manusia.
Bentuk binatang yang digambarkan
adalah gajah, kerbau, harimau dan
moyet. Sedangkan bentuk arca
manusia yang ditemukan bersifat
dinamis. Maksudnya, wujudnya
manusia dengan penampilan yang
dinamis seperti arca batu gajah.
Kubur adalah peti mayat yang
terbuat dari batu-batu besar. Kubur
batu dibuat dari lempengan/papan
batu yang disusun persegi empat
berbentuk peti mayat yang dilengkapi
dengan alas dan bidang atasnya
juga berasal dari papan batu.
22.
23. Pada zaman Logam orang sudah dapat
membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat
dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur
logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang
diinginkannya. Teknik pembuatan alat logam ada
dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang
disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan
lilin yang disebut acire perdue. Periode ini juga
disebut masa karena dalam perundagian
masyarakat timbul golongan undagi yang terampil
melakukan pekerjaan tangan.
24. Di Indonesia khususnya dan Asia
Tenggara umumnya tidak mengalami
zaman tembaga tetapi langsung
memasuki zaman perunggu dan besi
secara bersamaan. Dan hasil temuan yang
lebih dominan adalah alat-alat dari
perunggu sehingga zaman logam disebut
juga dengan zaman perunggu.
25. 2. Zaman perunggu
Zaman Perunggu (bahasa Inggris: "Bronze Age")
adalah periode perkembangan
sebuah peradaban yang ditandai dengan
penggunaan teknik melebur tembaga dari hasil
bumi dan membuat perunggu. Secara urut, zaman
ini berada di antara Zaman Batu dan Zaman Besi.
Sebagian besar perkakas perunggu yang tersisa
adalah alat atau senjata, meskipun ada beberapa
artefak ritual yang tersisa.
26. NEKARA PERUNGGU
Nekara adalah semacam genderang
dari perunggu yang berpinggang di
bagian tengahnya dan sisi atasnya
tertutup, jadi kira-kira sama dengan
dandang yang ditelungkupkan.
Nekara yang ditemukan di Indonesia
ada yang mempunyai ukuran besar
dan ukuran kecil. Nekara yang
ditemukan di Pejeng, Bali adalah
nekara dalam ukuran besar. Nekara
ini bergaris tengah 160 cm dan
tinggi 186 cm. Benda ini sekarang
disimpan di pura Panataransasih,
Gianyar, Bali. Nekara ini sangat
dipuja oleh masyarakat. Tidak semua
orang dan setiap waktu orang bisa
melihatnya karena nekara ini
dianggap barang suci, yang hanya
dipergunakan waktu upacara-upacara
saja, yaitu dengan cara
ditabuh untuk memanggil arwah
atau roh nenek moyang.
27. Kapak Corong bentuk bagian tajamnya
seperti kapak batu, hanya bagian
tangkainya berbentuk corong. Maka,
kapak ini disebut juga Kapak Corong
atau Kapak Sepatu. Kapak corong
ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa,
Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan,
Pulau Selayar dan di Irian dekat Danau
Sentani.
Kapak corong
KAPAK CORONG
Bentuk kapak ini sangat banyak, jenisnya ada
yang kecil, ada yang besar disertai hiasan, ada
yang pendek lebar, ada yang bulat, dan ada pula
yang panjang satu sisinya. Kapak Corong yang
memiliki panjang satu sisi disebut candrasa,
bentuknya sagat indah dan penuh hiasan.
Fungsinya sebagai tanda kebesaran dan alat
upacara keagamaan. Kadang-kadang kapak
tersebut dihiasi gambar-gambar mata yang oval
atau juga dengan ragam hias garis-garis
geometris dan pilin berganda (double spiral).