Tulisan ini menceritakan pengalaman penulis sebagai anggota ROHIS saat SMA. Penulis menjelaskan bagaimana ia mulai mengenakan jilbab yang tidak populer di kalangan keluarganya pada saat itu. Penulis kemudian terpilih menjadi pengurus OSIS dan aktif di ROHIS, dimana ia menemukan teman-teman yang sholeh dan prestasinya bagus.
3. Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Alhamdulillah segala puji syukur kami ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat dan karuinianya,
dan tak lupa kita panjatkan kepada Nabi junjungan kita Nabi Muhammad SAW, juga Salam hangtat untuk semua sahabat
pembaca, setelah beberapa bulan terbengkalai waktu akhirnya kami flippermagz.com menyelesaikan ebook ini. Tak lipa kami
ucap terimakasih kepada komunitas Penulis Pelajar dan Rumah Rohis yang sudah mewujudkan sayembara tulisan ini, juga
kami ucap Jazakumullah Ahsanal Jaza kepada semua penulis yang sudah memberikan inspirasinya.
"SAYEMBARA ini bukan hanya sebagai "Counter Attack" atas pemberitaan miring yang ditujukan kepada Rohis tapi juga
sebagai kontribusi kita terhadap perbaikan bangsa" dan sekarang kalian bisa menikmatinya, terkumpul semua tulisan yang
jumlahnya kurang lebih 28 tulisan, semoga akan memberikan inpirasi untuk anda. Sekarang tunggu apa lagi, iqro ......iqro.....
iqro.... (bacalah.....bacalah....bacalah)
selamat menikmati
Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh
4. Memoar nasyid
kenangan, Rohis
pertamaku
oleh:
Annisa Fahmiati
Nurzaman
“Andai matahari di tangan kananku
Takkan mampu mengubah yakinku
Terpatri dan takkan terbeli dalam lubuk hati
Bilakah rembulan di tangan kiriku
Takkan sanggup mengganti imanku
Jiwa dan raga ini apapun adanya”
Mesjid sederhana ini menjadi saksi. Lantunan parau para gadis kecil yang
-dengan cinta- mereka dendangkan.
Delapan tahun lalu. Saat pertama kali mengenal rohis. Rohis pertama yang
aku kenal sepanjang hidupku. Organisasi sekolah dengan segala kedamaiannya.
Ah, nikmatnya saat itu. Meski hanya hitungan jari, mereka tetap terjaga dalam
lingkarannya. Dalam upayanya menjaga satu sama lain. Bayanganku kembali
pada masa itu.
“Ayo latihan!” ucap Siti mengalihkan lamunanku.
“Oh iya, tunggu bentar,” jawabku. Sisa kepengurusan rohis ini hanya berkisar
8 orang.6 orang akhwat dan 2 orang ikhwan. Namun entah mengapa, kami tak
merasakan sosok mereka, para ikhwan. Mungkin kesibukan yang lain membuat
keduanya enggan lagi membersamai kami dalam perjuangan ini. Alhasil aku
ditunjuk untuk memimpin perahu kecil kami. Dengan terseok-seok, aku berusaha
semampuku.
5. Hari ini, seperti hari lainnya, kami berkumpul di mesjid sederhana ini setiap sepulang sekolah. Banyak kegiatan yang kami
lakukanditempatistimewaitu,mentoring,belajarbersama,setorhapalanal-qur’an,hinggaberlatihhnasyid.Kebanyakannya
kami lakukan sendiri, tanpa mentor. Karena jarangnya irisan waktu yang ada, antara kami dan mentor kami, membuat kami
mandiri lebih cepat. Mungkin itu yang membuat ikatan ini sangat istimewa. Ukhuwah namanya.
Kaliinikamiakanberlatihnasyid.Aku,Siti,MelidanAas.Kamiberempatmulaiberlatihdengantilawah,melantunkanayat
cinta yang luar biasa. Setelahnya, kami bersiap pada posisi masing-masing. Aku dan Aas menjadi vokalis murni, sedangkan
Meli dan Siti menjadi vokalis dan pemegang alat musik.
“...Andaikan seribu siksaan terus melambai-lambaikan derita yang mendalam
Seujung rambut pun aku takkan bimbang
jalan ini yang kutempuh
Bilakah ajal kan menjelang jemput rindu-rindu Syahid yang penuh kenikmatan
Cintaku hanya untukMu tetapkan muslimku selalu”
Mendalam. Kami menghayatinya dengan sempurna. Hingga kulihat ada titik air yang keluar diantara bolamata Siti. Ia
kemudian menghapusnya cepat.
“Ah, Hujan!” ucap Meli sambil menunjuk kearah jendela. Membuat konsentrasi kami buyar.
Benar saja, diluar sudah mulai gerimis. Kami segera berhamburan keluar mesjid. Menyelamatkan sepatu dan barang-barang
berharga yang masih tersimpan diluar. Aku tersenyum memandang ketiga sahabatku itu, istimewa.
“Ayo latihan lagi,” ucapku. Kali ini kami melantunkan nasyid itu lagi, diiringi suara gemercik hujan diluar sana. Syahdu.
“..Bilakah ajal kan menjelang jemput rindu-rindu Syahid yang penuh kenikmatan
Hari ini, seperti hari lainnya, kami berkumpul di mesjid sederhana ini setiap sepulang sekolah. Banyak kegiatan yang kami
lakukanditempatistimewaitu,mentoring,belajarbersama,setorhapalanal-qur’an,hinggaberlatihhnasyid.Kebanyakannya
kami lakukan sendiri, tanpa mentor. Karena jarangnya irisan waktu yang ada, antara kami dan mentor kami, membuat kami
mandiri lebih cepat. Mungkin itu yang membuat ikatan ini sangat istimewa. Ukhuwah namanya.
Kaliinikamiakanberlatihnasyid.Aku,Siti,MelidanAas.Kamiberempatmulaiberlatihdengantilawah,melantunkanayat
cinta yang luar biasa. Setelahnya, kami bersiap pada posisi masing-masing. Aku dan Aas menjadi vokalis murni, sedangkan
Meli dan Siti menjadi vokalis dan pemegang alat musik.
“...Andaikan seribu siksaan terus melambai-lambaikan derita yang mendalam
Seujung rambut pun aku takkan bimbang
jalan ini yang kutempuh
Bilakah ajal kan menjelang jemput rindu-rindu Syahid yang penuh kenikmatan
Cintaku hanya untukMu tetapkan muslimku selalu”
Mendalam. Kami menghayatinya dengan sempurna. Hingga kulihat ada titik air yang keluar diantara bolamata Siti. Ia
kemudian menghapusnya cepat.
“Ah, Hujan!” ucap Meli sambil menunjuk kearah jendela. Membuat konsentrasi kami buyar.
Benar saja, diluar sudah mulai gerimis. Kami segera berhamburan keluar mesjid. Menyelamatkan sepatu dan barang-barang
berharga yang masih tersimpan diluar. Aku tersenyum memandang ketiga sahabatku itu, istimewa.
“Ayo latihan lagi,” ucapku. Kali ini kami melantunkan nasyid itu lagi, diiringi suara gemercik hujan diluar sana. Syahdu.
“..Bilakah ajal kan menjelang jemput rindu-rindu Syahid yang penuh kenikmatan
6. Cintaku hanya untukMu tetapkan muslimku selalu...”
Beberapa tahun kemudian. Lembar cerita telah terganti. Kehidupan Sekolah Menengah kami telah sendiri-sendiri. Tak ada
yang Allah satukan. Hingga kabar itu sampai padaku.
“Assalammu’alaikum wr. Wb.
Innalillahi wa Inna ilaihi roji’un...Sahabat semua, mohon doanya untuk Siti Aslamiyah, beliau telah berpulang sore hari
kemarinkarenapenyakitkankerpencernaan...bagiyangmaumelayat,besokkitakumpuldisekolahba’dadzuhur,konfirmasi...”
SMS dari kakak kelasku itu membuatku tercekat. Hilang kesadaran untuk beberapa detik. Allah, benarkah??
Kuyakinkan diriku. Aku bertanya pada tiap orang yangmengenal beliau, dan jawabannya sama. Ya, Ia yang Allah panggil
kemarin sore.
Allah, kenapa? Air mataku mengucur deras. Tak peduli sedang di dalam angkutan kota kala itu. Air mataku tak henti
mengalir. Ada bagian hati yang sakit. Entah mengapa. Rasa kehilangan itu sungguh menyakitkan. Allah, kenapa?
Aku menangis sejadinya, saat ia dikafankan dihadapanku. Meli dan Siti memelukku erat. Menyuruhku beristighfar.
“Astaghfirullah...” ucapku, lirih. Dengan air mata yang tak bisa kubendung. Air mata kehilangan, sangat dalam.
“Ikhlas, cha...lihat, Siti senyum...” ucap Meli menenangkanku. Menunjuk lesung di pipi wanita shaliha itu.
Ia yang dengan sabar mengajakku untuk tetap dalam lingkaran. Ia yang dengan lembut menegurku saat khilaf. Ia yang
dengan tegas mengajakku untuk berbenah. Ia yang meneguhkanku untuk senantiasa menjaga auratku secara benar. Ia yang
membuatku malu dengan semua keluhanku. Ia yang mengatakan “Aku orang pertama yang akan membuatmu bangkit saat
kamu terpuruk!” ketika aku menyerah memimpin perahu kami. Ah, ia sungguh istimewa. Ia wanita shaliha. Pantas saja
Allah memanggilmu cepat, karena Allah lebih mencintaimu, Siti Aslamiyah...
Hingga kini, memori indah saat berlatih nasyid itu selalu hadir.
7. Ketika aku kembali pada tempat pertamaku mengenal rohis. SMPN 4 Cimahi.Meski keadaannya kini telah berbeda,
namun kenangannya tak akan pernah berubah.
Allah, betapa indah jalan yang kutapaki ini. Lewat kumpulan orang-orang istimewa dalam lingkaran ini (rohis)
kutemukan banyak cinta dan hikmah di setiap lembaran perjalanannya, hingga aku mencintai jalan ini...jalan yang
membuatku mengenalMu lebih, mencintaiMu lebih...
Allah, pertemukan aku kembali dengan ia yang Kau cintai, dalam keridhoanMu...
Allah, pertemukan aku kembali dengan ia yang Kau cintai, dalam keridhoanMu...
Biodata penulis
Nama lengkap : Annisa Fahmiati Nurzaman
Instansi : Jurusan Pend. Matematika/FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia/ LDK UKDM UPI
Email : ukh.icha@yahoo.com
8. Pemberitaan salah satu media televisi swasta bulan September ini ini terkait
dugaan ROHIS itu teroris, memang bukan hal yang baru. Ini ujian sekaligus
peluang.Satuhalyangtakbisakitapungkirisekarangbahwakaumremajaadalah
generasi yang mudah terpengaruh oleh perubahan zaman apalagi terhantam oleh
arus informasi yang serba tak teratur dan menyesatkan. Masyarakat terpelajar
tentunya cerdas memilah informasi yang berkembang. Bukankah sudah jelas!
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang padamu orang-orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah pada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya…”(Q.S.49:6)
Beberapa bulan yang lalu aku membaca dalam sebuah jurnal ada judul yang
menarik yaitu School Gangs of Yogyakarta: Mass Fighting Strategies and
Masculine Charisma in the City of Students. Tulisan yang bikin aku senyam
senyum sendiri membacanya karena teringat masa-masa di sekolah (SMA). Masa
itu bukan zamannya film Gita Cinta dari SMA-nya Bang Rano Karno (tahun
1979) tapi zamannya film Ada Ada dengan Cinta yang dibintangi oleh mbak Dian
Sastro (tahun 2002). Budaya popular seperti film dan musik berkembang semakin
kencang seiring reformasi bernama kebebasan pers yang cukup sukses mengubah
gaya hidup masyarakat. Budaya popular seperti film dan musik berkembang
semakin kencang seiring reformasi bernama kebebasan pers yang cukup sukses
mengubah gaya hidup masyarakat. Anehnya, saat itulah masa awal pertama
aku mengenakan jilbab. Sebuah keputusan yang saat itu memang tidak populis
terlebih di mata keluargaku. Bapak ibu adalah pegawai negeri yang terbiasa
dengan doktrin nasionalis.
Dulu, Kini, dan Nanti
ROHIS tetap di Hati
oleh:
Armela Praninditya,
Tulisan ini adalah hasil observasi
dari pengalaman pribadi yang sudah
dimodifikasi.
9. Untungnya mereka cukup demokratis meski ibu menanggapku kurang pergaulan dan radikal (untungnya gak terkena
radikal bebas??). Ibu (semoga beliau sehat selalu) memang yang paling berkeberatan ketika aku memaki jilbab. Ibu mengecek
setiap buku yang aku baca bahkan nyaris membuang buku-buku dakwahku, menanyakan dengan siapa aku bergaul (ikatan
perempuan berjilbab besar, atau ikatan pria bercelana congklang dan berjengot). Aku pun berpikir, kenapa ibu tiba-tiba
bersikap ini padaku? Pasca kejadian 11 September 2001 di Amerika, opini publik menyudutkan Islam sebagai dalang dari
terorisme internasional. Ibuku yang berprofesi sebagai pustakawan ternyata mendapatkan banyak buku dan majalah kiriman
Amerika yang mendiskreditkan Islam. Bukannya semakin benci, namun semakin cinta sama Islam. Gara-gara ROHIS, aku
baru tahu setelah jadi alumnus, ternyata adik kandungku pernah jadi pengurus ROHIS namun menyembunyikannya demi
stabilitas keamanan nasional dan perdamaian dunia.
Maka dengan ini, pada saat Pemilihan Anggota OSIS dan Pasukan Inti, aku terpilih menjadi pengurus OSIS. Setelah
sebelumnya mengikuti serangkaian tes dan pembekalan. Pertamanya jadi sie apresiasi daya kreasi seni yang biasa bikin
event seperti tutup tahun ajaran, Ultah Sekolah, serta Kartini-an. Kegiatan yang semacam ini diimbangi dengan mengikuti
ROHIS. Aku mulai kenal majalah keIslaman pun sejak diajak oleh kakak kelas menjadi agen majalah. Trus malah tertarik
nulis-nulis dan bikin majalah pas kelas dua jadi pengurus OSIS di Sie Kerohanian Islam/ROHIS.
Di ROHIS, aku menemukan teman-teman dan juga kakak-kakak kelas yang udah cakep juga sholeh sholihah prestasinya
pun oke. (maklum masih ABG!) Ada juga temanku yang dulunya satu SMP denganku hobi main game dan tawuran, jadi
suka ngajakin orang ngaji dan bernasyid. Alhamdulillah ya. Hidayah Allah! Kegiatan ROHIS memang asyik. Ada PASA
(Pesantren Alam Sabtu Ahad) yaitu semacam MABIT (Malam Bina Iman Taqwa) disertai dengan outbond di lingkungan
alam. Ada juga TARLING (Tarawih Keliling) dan Bakti Sosial ke desa binaan sekolah. Yang paling berkesan tentu saja
MENTORING, Kajian rutin pekanan dengan peserta satu regu yang dipandu oleh para alumni atau mentor yang keren ilmu
agama dan dunianya. Setiap ada permasalahan umat, anak ROHIS selalu turun tangan bahkan turun ke jalan (Palestina,
RUU Sisdiknas, Togel, Miras, dll) tentu saja ini bukan TERORIS.
10. Mungkin hanya waktu, dan bukan menunggu. Satu persatu sahabat yang sedang dan pernah berjuang di ROHIS menjadi
generasi yang mencipatakan komunitas-komunitas kebaikan. Di setiap profesi, di setiap bidang keilmuan, di setiap penjuru
dunia mensyiarkan Islam sebagai agama kedamaian. Aku di sini, dan kau di situ. Dulu, kini dan nanti tetap bangga jadi anak
ROHIS. Jika nanti tetap dibilang teroris, pasang tampang keren. Kita antarkan pesan itu dengan cara yang baik, sementara
do’a terus dipanjatkan agar bisa menggenapkan yang kurang, meluruskan yang keliru. Agar efek “gara-gara ROHIS” yang
terjadi pada kisah ini tidak terjadi di generasi berikutnya. Berhubung tulisan ini ada batasnya. Aku cukupkan saja sampai
di sini. Jika ada kata-kata yang lebay, mohon dimaafkan.
Don’t worry what people think, they don’t do it very often (unknown)
Allahu’alam bish showab.
*) inspirasi dari kisah alumni ROHIS yang nyaris studi teroris.
Biodata penulis
Nama : Armela Praninditya
Fb : http://www.facebook.com/armela.praninditya
11. Awalnya hanya karena motivasi
Dari seorang akhwat belia dengan barisan prestasinya
aktivis masjid dan ketua OSIS SMP yang selalu menjadi bintang di kelasnya
piala MTQ dan prestasi agama lainnya selalu ia raih
Ibunya yang seorang ahli pijat bayi, membuatnya semakin hebat dalam birrul
walidain
Akhlaknya begitu santun namun tetap ceria
geraknya memotivasi namun tetap tawadhu’.
Allah hu Akbar! namun Dibalik itu semua
rupanya ia mengidap penyakit kanker yang cukup ganas
sehingga membuatnya sering terbaring sakit.
meski begitu ia tetap memotivasiku, bagaimana tidak
disaat sakitnya kambuh, ayat Al-Qur'anlah yang pertama ia baca, dalam keadaan
terlemah sekalipun.
Dini hari tahajud lah yang ia tegakkan meski tetap terbaring
Hingga di suatu siang, Jum’at, 11 Januari 2008 bertepatan saat aku dalam forum
mentoring mendapati kabar bahwa adik Izzul telah kembali ke haribaanNya.
Innalillahi wa inna ilaihi roji’un.
Ketetapan Allah memang selalu menjadi misteri bagi manusia, terkadang Allah
mempunyai cara sendiri untuk menjemput hamba-hambaNya yang terpilih, pasti
dibalik kisah tersimpan hikmah.
Rohis pintu Gerbang
Prestasi
oleh:
Asni Ramdani
12. Adik Izzul adalah Mujahidah Belia yang berhasil menarik hatiku untuk ikut ROHIS. Meskipun awalnya kaki ini pun
sudah mantap untuk melangkah di dalamnya.
ROHIS telah menggandeng kami ke cahaya yang lebih terang,
Membuat kami memahami banyak hal yang tak kami pahami
Menarbiyahi diri dengan cara yang ahsan
Didalamnya banyak pembimbing yang tiada lelah menuangkan tsaqofah
banyak sahabat yang sukses mematrikan eratnya ukhuwah dalam jiwa.
Bi’idznillah! Melalui peran mereka akhlaq kami semakin tertata.
Pondasi Tauhid kami semakin kuat, pandangan ilmu kami semakin luas, tujuan hidup kami semakin jelas,
birrul walidain kami semakin Oke, ukhuwah kami semakin harmonis, bakti pada guru semakin hangat,
Bi’idznillah! Melalui peran mereka akhlaq kami semakin tertata.
Pondasi Tauhid kami semakin kuat, pandangan ilmu kami semakin luas, tujuan hidup kami semakin jelas,
birrul walidain kami semakin Oke, ukhuwah kami semakin harmonis, bakti pada guru semakin hangat,
amalan yaumiah nggak ngadat dan prestasi kami pun meningkat
dan 1 hal yang membuatku begitu bersyukur,
disana aku menemukan forum Luar biasa yang sebelumnya tak pernah kumendapatinya. Mentoring.. ya, majelis ilmu dalam
rangka mengejar keridhoan Allah azza wa jalla.
13. Menurut Meita Wulansari MAPRES FMIPA UNY Tahun 2011 Alumni Rohis Darussalam SMA N 5 YK. Ia berpendat
bahwa ROHIS itu tempat orang-orang yang mau meningkatkan kualitas diri dan ummat. InsyaAllah keluarannya baik,
wallahu’alam, yang pasti di ROHIS tidak diajarin menjadi teroris It’s hard stream. Terkadang ketika kita belajar mendalami
agama atau hal yg lainnya kita punya cara pandang sendiri terhadap hal itu. Entah itu baik atau buruk dan Its depend on
mindset of each person”.
Menurut Priyagung Dhemi W. MAPRES 2010 dan 2012 FMIPA UGM jebolan ROHIS Kharisma SMA N 2 YK,
berpendapat bahwa berita media kaitannya dengan teroris itu tak perlu ditanggapi berlebihan, yang pasti kita menegur
kemudian lakukan aksi nyata tanpa dikotori dengan nafsu-nafsu emosi, tetap jaga kemurnian dakwah islamiyah yang
santun. Nah, nggak ada unsur pendapat yang meneror bukan? Selanjutnya Dina Dwi R. pelajar kelas XI juara 1 paralel
di SMA N 11 YK yang merupakan pengurus ROHIS, Rita Hidayati yang merupakan alumni ROHIS dan kini menjadi
anggota MITI (Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi) setelah sebelumnya menjadi MAPRES FIP UNY 2011. Kemudian
Bapak Ahmad Heryawan gubernur JABAR yang dalam pengakuannya juga seorang alumni ROHIS, dan masih banyak lagi.
Allah hu Akbar!
Saya pribadi jadi belajar agar lebih bijak dalam menanggapi berbagai fenomena dan pendapat publik. Wajar bila dalam
suatu lembaga atau organisasi terdapat sebuah kekurangan tapi kita tidak bisa mengeneralisasikan ke tiap person. Ambil
Positifnya dan kembangkanlah dirimu untuk Robbi dan Dien ini
I’m proud Be ‘ANAK ROHIS’
Nama : Asni Ramdani
Asal Instansi : LDA INSAN SMA N 11 Yk, Mahasiswa Biologi 2010 UNY
email : asni_babywomen@yahoo.co.id
14. Bi’iznillah! melalui Mbak mentor yang alumni rohis pula aku berhasil menerjemahkan berbagai makna, aku yang tadinya
tak terlalu memperdulikan ilmu, kini ku bertekad untuk lebih menghormati ilmu, mencintai Al-Qur’an dan sunnah serta
bersemangat dalam mencari kafa’ah, merelakan waktu untuk sibuk berjihad di jalan-Nya. Rupanya pernyataan ini benar
adanya "bila kau tak disibukkan dengan kebaikan maka kau akan di sibukkan dengan keburukan dan bila kamu tidak
disibukkan dengan hal besar maka kamu akan disibukkan dengan hal2 kecil.
Why can like that? So, please deh apa hubungannya dengan ROHIS?
Well!, biarkan saya sedikit menjelaskan
Di ROHIS kami tidak hanya dididik mempelajari Islam yang mulia
Lebih dari itu, di ROHIS pun kami belajar membina, tentang leadership, pengembangan softskill, mengelola organisasi,
bersosialisasi dengan masyarakat, berdakwah dengan cara yang cerdas, kreatif dan solutif, serta menjadi muslim yang yang
balance dalam akademik dan profesionalitas dakwah.
Nah itu baru sedikit, dan kalian pasti udah bilang WOW kan?
Tenang ini belum klimaks, mari kita sedikit membayangkan..
memang benar saat ini mereka masih pelajar, tetapi coba 5-30 tahun lagi,
Mereka akan menyebar ke berbagai penjuru indonesia bahkan dunia.
Mereka akan bergerak di lingkungan masyarakat, kampus, bekerja di kantor, menjadi pejabat bahkan seorang pemimpin.
Jadi mana mungkin Anak ROHIS dididik menjadi Teroris? Bila mereka masih berguna untuk manusia lainnya. Makna teroris
yang berarti meneror, mengganggu dan bahkan membantai, jelas sekali tidak sesuai bila dikorelasikan dengan kegiatan-
kegiatan aktivis masjid termasuk ROHIS yang mengajarkan pada keindahan Islam dan keselarasan ummat.
Berikut, saya akan menyampaikan bukti para alumni ROHIS yang telah berprestasi dalam akademik maupun sosial.
15. Kesanpertamasetelahselesaimembacasayembarapenulisandengantema“Gara-
Gara ROHIS”, ”Iiiiiii wowww!!!!”.
Bimbang mau ikut nulis. Pasalnya apa? Ketika diflashback malah jadi
memunculkan pertanyaan, ”Gara-gara si ROHIS, aku???”. Yasud…coba
kukorek…kugali…kubuka lembaran silam…kutulis apa yang kudapet. Walau
gag menginspirasi, semoga dapat diambil manfaat lah…
Bismillah….
ROHIS. Rohaniawan Islam. Kerohanian Islam. Awalnya coba nebak-nebak
kepanjangan ROHIS tu apa. Enam tahun yang lalu kira-kira. Kelas X waktu itu
(masih chibi-chibi lah XD). Motifku sebenernya just memenuhi keinginan jiwa
yang haus akan rasa ingin-tahu. Not else pren! Just it! Kelas X SMA adalah
tonggak awal aku mencoba menggali rasa ingin-tahuku terhadap semua hal
yang membuatku penasaran. N tonggak awal keberanianku! Keberanian untuk
mencari sesungguhnya aku itu siapa (ya pasti orang lah -.-“) ato istilah bekennya
“Who am I?” Salah satu yang bikin aku penasaran adalah ROHIS!
Pertama kalinya…’nehe ROHIS tu ape? Emang gue pikirin!!! Paling-paling
islamic geetooo…tuh liat aje! Jadul gitu! (pakaiannye ye…bukan orangnye…
apalagi muke-mukenye…pada gantyeng-gantyeng ‘n cuantikk-cuantiikk og!
Peace ye…). Mana jilbaban aja gede’-gede’ gitu! Gag trendy banget kaan???
Puokoke Different from else… Yaah…demi kepuasan diri, kubela-belain sampai
ROHIS??? Emang gue
pikirin!!!
oleh:
Tarsini
16. nangis darah T_T (lebay…) akhirnya aku pun ikut mengisi form data diri yang telah berada di tangan. Huft!
Speak little tentang rekruitmen pas tahun pertamaku di SMA. Wah…booo…rekor kayaknya! 60-an orang gitu yang ikut.
Jadiminder…Ketrimagagya…ketrimagagya….And…dheng-dheng(dondongoposalak…dukucilik-cilik…)akuketrima
pemirsaa…^o^
Tahun pertama aku masuk sie Seni Islam. Kupikir aku bisa nyalurin hobi gambarku salah satunya kaligrafi, di sini.
Bayangannya setahun ke depan aku bakal dapet trik-trik buat kaligrafi yang bagus, macem-macem model kaligrafi dan lulus
di tahun pertama dengan menyabet gelar ‘BISA’ walopun cuma buat aku sendiri. Akhirnya…gag ada kesan yang berarti
sama sekali di tahun pertama. No sense! :’(
Tahun kedua aku coba ikut lagi. Pengen di sie laen! Sie Seni Islam gag asyikk! Boro-boro aku bisa ngembangin bakatku!
Malah tiba-tiba dicomot jadi kandidat ketua keakhwatan (ketua keputrian)! Horotoyo! Walah mbak-mbake…mas-mase…
lek tugase ngopo wae aku ra reti…title-e we horror ngono lhoo…! Gusti…aku pengen kabooooooooooooor…. Tapi, sebagai
wanita yang gentle, aku hadapi itu dengan kekuatan super! Hiiyyyyaaaatttt! Berharap tidak terpilih (aku udah ikhtiar lho
dengan tidak menjawab dengan baik setiap pertanyaan panitia), malah kepilih. Amul huzni buatku. Oh noooooooooo…!!!
Mba’e…plis jangan ako! Aku baru pake jilbab aja kemaren masuk sini! Pun itu coz trennya anak SMA, pake jilbab buat
yang muslim. Gag gaul lox gag pakek! Hosh hosh! “Udah dek, gak papa…kamu pasti bisa! :D” diiringi dengan tepuk tangan
penonton se-musholla. Batin gue, ”Kalian bisa noh seneng-seneng di atas penderitaan gue!”
Akibat jabatan di tahun kedua ini, aku jadi HARUS banyak baca buku yang islamic getoo, mbenerin pake jilbabku,
ibadahku…seeeemuuuanya! Jadi berubah 180 derajat! Ya udah…konsekuensi buk!
17. Ternyata banyak buuuaaangettt kenangan-kenangan manis bersama ROHIS. Gag bakal muat lox kuceritain semua di sini.
Singkat cerita dari pengamatan rahasiaku selama 1 tahun di tahun kedua ini, hasilnya: kulihat mereka itu orang yang
deket dengan Al Qur’an (buktinya stiap mereka menyuguhkan materi mentoring, wuelokk! Mereka kok bisa hapal gitu ya:
contohnya surat yang menyuruh kita membaca Laa haula walaa quwwata illa billah kalo ketimpa musibah). Mereka itu
penunggu mesjid ‘hehe’ apa-apa kongko-kongkonya di mesjid (kata mereka: Rasul dulu, tiap mau ada apa-apa kumpulnya
di mesjid dek. Tak cari di buku, ternyata bener). Orang-orang yang menempati posisi tinggi untuk nilai akademik. Sopan.
Makanminumsambilduduk.Sholattepatwaktu.Ngomongnyagagadayangkesleonyebutbonbin.Rapih.Ramah.Mengajak
kepada kebaikan, dll yang pasti gag ada yang aneh dari kakak-kakak kelasku yang ROHIS waktu itu (bukan pembelaan
terhadap kabar terbang or kabar burung or apalah itu ya yang lagi boooming, tapi ini sebuah fakta! Real! Bukan pula tulisan
‘mana mau maling teriak maling’). Gag ada yang aneh dari mereka. Kusingkronkan dengan buku. Kucari kebenarannya dari
membaca banyak buku. Mereka gag ngajak pada kesesatan. Justru mereka mengarahkan kami ke jalan yang mengantarkan
kepada syurga dengan penuh kelembutan bukan paksaan or ancaman (jadi terharu. hiks).
Oya, 1 lagi mungkin yang menjadikan ROHIS perantara saya menjadi pribadi yang lebih baik. Suatu ketika aku penasaran
dengan terjemahan Al Qur’an, kemudian kubuka n kubaca…kutemukan alasan kakak-kakakku yang cantik itu menutupkan
jilbabnya sampai menutup dada :). ROHIS membawa perubahan besar bagi saya. Saya adalah salah satu dari sekian banyak
anak yang mempunyai keluarga yang tidak harmonis. Ibu saya muallaf. Di ROHIS saya mendapatkan banyak perhatian
dari temen-temen yang baik. Dapet ilmu tentang membuat proposal yang baik, menjadi pemimpin yang baik, bersikap kepada
guru dan temen, dsb.
18. Proudly present for: ALLOH SWT, Rasulullah SAW, keluarga, murobbiyahku (pendidik), IKRARS’09, FIKR, specially
thanx for eks.2007 sekolahku (gara-gara kalian??? Rrrrr….), ROHIS se-nusantara.
SalamROHISNusantara(ROHIS?Prestasi,Ibadah…semaaaaakinnbarokah!XD).TepuktanganbuwadROHISIndonesia!
(prok prok prok proooook….).
Assalamu’alaikum wr.wb
Yogyakarta, 18 September 2012
Biodata:
Tarsini // Yayasan Bina Remaja Sembada Cendekia// Sejati Pasar RT01/RW17, Sumberarum, Moyudan, Sleman, Yk 55563
// Poltekkes Kemenkes Yk // madeincini@yahoo.com
19. Anugerah waktu memberi kami kesempatan untuk menjenguk masa-masa
paling bergolak dalam kehidupan ini, ya itulah masa-masa SMA. Kenangan,
persahabatan, romantisme dan heroiknya perjuangan untuk mencari idealisme
menjadi sebuah pergulatan paling indah yang pernah kami rasakan. Romansa
senyum dan tawa menjadi bahasa sehari-hari ketika banyak hal kami alami,
ketika dimensi pilihan disuguhkan dengan jujur, ketika uluran ikhlas diperagakan
dengan gagah, ketika apa adanya dan perbedaan menyatukan mimpi untuk
menjalin semangat. Masa-masa itu benar telah ada, kami telah mengalaminya,
dan ia berjudul masa SMA, dengan ruang metamorfosis bernama Sie Kerohanian
Islam atau kami menyebutnya SKI.
Cinta itu bernama kebersamaan.Kami menjenguknya dengan malu-malu,
mengintipnya dari pintu musholla Haqqul ‘Ilmi, bersama moment MOS yang
menghentak kepatuhan dan pembelajaran tentang lingkungan SMA. Keluguan
itu hadir ketika kami meminta tanda tangan kakak-kakak SKI untuk menambah
koleksi tanda tangan yang diwajibkan panitia, keramahan dan ketenangan
disuguhkan kepada kami, guratan wajah-wajah bercahaya itu menyapa tanpa
pamrihseakanmengajakkamimenyelamiketenanganjiwayangmerekamiliki,dan
tanda tangan pun dengan mudah tertoreh, bersama goresan jiwa kami merengkuh
cinta pertama terhadap eskul itu, SKI.
Cinta itu bernama
kebersamaan
oleh:
Eko Rinawan
Nama
Nawan
Email
nawan99@yahoo.com
facebook
www.facebook.com/eko.rinawan
20. Cinta itu bernama kebersamaan.Ketika jiwa-jiwa muda kami memutuskan untuk singgah di arena cinta pertama kami, ada
uluran tangan yang hangat, senyum yang menyejukkan dan kata-kata santun yang diperagakan untuk menyambut kami.
Kami juga menangkap semangat di sorot mata mereka, sebuah idealis dan semangat untuk menegakkan agama Islam, memiliki
rasa bangga sebagai seorang muslim. Kami disuguhkan nasyid, seni musik dalam bentuk nada dan kata yang bernuansa
Islami, berisikan syair semangat dalam ber-Islam. Kami biasa berdendang bersama di teras musholla sepulang sekolah, diajari
kakak-kakak kami, syairnya bercerita tentang kepedulian terhadap Bosnia, tentang tanah Islam bernama Palestina, tentang
kecintaan terhadap Allah Swt., tentang rindu pada Rasulullah, tentang iman, tentang indahnya ukhuwah berlatar ikatan
aqidah Islam.
Cintaitubernamakebersamaan.Kebersamaanitumelahirkanurunandariuangsakukami.Kamibelinasi‘tabokan’diwarung
selatan sekolah, bertelanjang kaki berlarian, melagukan keceriaan, dan memakan nasi bungkusan itu bersama-sama, pakai
tangan, dengan cara duduk yang Islami, saling berbagi. Kami juga sering menikmati es campur di depan SD Banjaragung,
bersama-sama. Kami juga tanpa malu menjaring ikan di kubangan air depan musholla atau di selokan depan sekolah, lalu
kami cuci bersih, dan dimasukkan di kamar mandi musholla. Kami menikmati sepakbola, basket, kami berlarian di lorong-
lorong sekolah, kami tertawa. Kami harus naik atap musholla untuk membetulkan genting yang rusak, kami memperbaiki
listrik, kami menguras tempat wudlu, kami menyapu lantai musholla, menata gudang, memperbaiki kran air, kami menarik
infaq rutin tiap hari Jum’at di kelas-kelas, kami lakukan segalanya untuk musholla kami, bersama-sama dengan cinta. Kami
juga harus rapat untuk mempersiapkan acara peringatan hari besar Islam, membuat spanduk, meminta tanda tangan buat
proposal, menginap di musholla di malam sebelum acara, mengangkat meja-meja panjang, kami bersama-sama, dengan cinta.
Kami seringkali pulang sore, naik sepeda angin bersama-sama, kadang kehujanan, kadang ditegur orang tua karena terlalu
sore pulang, kami bersama-sama, menghadirkan banyak senyum, dengan cinta.
21. Cinta itu bernama kebersamaan.Dan kami bersama melahirkan cinta, di sebuah medan pembelajaran bernama Kajian
Dienul Islam, atau lebih kami singkat KDI. Rutin seminggu sekali, menunggu seorang ustadz muda yang kami menyebutnya
murrobi. Murrobi kami adalah kakak-kakak alumni SKI yang masih kuliah di PTN di Surabaya atau Malang, atau lulusan
STAN dan Kedokteran UNAIR yang meluangkan waktu untuk membina kami. Kami menunggunya tiap hari Jum’at,
ba’da sholat Jum’at, kami menunggunya dengan rindu, kami menunggunya dengan dahaga untuk lebih mengenal Islam,
mengenal pergolakan dunia Islam saat itu, membuka sekat-sekat jiwa agar kami lebih peduli terhadap nasib saudara kami
di belahan bumi manapun yang sedang terjajah. KDI itu juga melahirkan aqidah yang lurus dan akhlak yang terpuji pada
diri kami, melahirkan support jiwa untuk lebih banyak beribadah dan mendekat kepada Allah Swt. Kadang kami ngantuk
dan bahkan tertidur dalam forumnya. Namun kebersamaan itu menempa kami untuk istiqomah, melanjutkan metamorfosis
sebagai manusia fitrah, dan cinta itu hadir kepada Pemiliknya, loyalitas dan kesungguhan sebagai hamba yang tujuan
hidupnya adalah Allah Swt. dan qudwahnya adalah Rasulullah saw.
Cinta itu bernama kebersamaan.Benar adanya cinta itu bernama kebersamaan, bukan hanya secara fisik, melainkan lebih
terhadap saudaranya sesama muslim, bahwa cinta itu hadir dalam kebersamaan berwujud perjuangan dan aktivitas heroik
untuk mensyiarkan agama Allah Swt. di SMA kami, dan tidak ada ending kebersamaan ketika masa-masa itu habis. Anak-
anak petualang pencari hakikat jiwa itu harus berpisah, kesibukan mereka di SKI nyatanya tidak melunturkan tanggung
jawab belajar mereka. Mereka orang-orang cerdas di SMA dengan rangking 5 besar di kelasnya, yang pada waktunya harus
bergelutpadastudydiuniversitas.Iya,kamiharusberpisah,karenaUnibraw,Unesa, Unair,ITS, Unej, UM, IPB dan UGM
mengambil fisik kami untuk belajar disana, tidak dengan ruh dan cinta yang melekat dengan bentuk ikatan hati. Kami telah
belajar bersama tentang Islam di masa SMA kami, di SKI, saatnya kami berpisah dan waktu akan mendewasakan kami.
30 Maret 2008
Nb. satu dasawarsa lebih kami pergi, salam kami untuk SMAN 1 Puri dan SKI-nya, dengan segenap cinta dari kami alumni
Puri ’99 / generasi SKI ’97-’98.
22. assalamu'alaykum..
sekedar sedikit penjelasan diawal..
puisi ini saya buat, ketika saya masih sekolah di SMA N 1 Depok Sleman.
disana saya bergabung dengan rohis, namanya ROHIS GIMBASA(Generasi
Muda Muslim Babarsari). Dan jujur, saya merasa sangat beruntung karena
disini saya lebih mengenal TUHAN saya, yaitu Allah ta'ala. walaupun
sekarang saya sudah lulus dari SMA itu, namun saya tetap tidak ingin lepas
dari rohis di sekolah saya tersebut, karena saya juga ingin lebih berkontribusi,
untuk dakwah, untuk ummat.. Bismillah semoga Allah Ta'ala meridhoi langkah
saya..
Bismillah…
Mencoba jujur mengungkapkan yang ada dalam kepala
Ataukah cerita, asa, atau tabir rahasia,
Kau yang akan mengetahuinya…
Bermula dari diri yang penuh hina
Mengenal sesuatu yang berharga dimana minoritas penggemarnya
Langkah yang diiringi keraguan akan dampaknya
Benarkah Ya Rabb, Kau izinkan aku bergabung bersama calon-calon penghuni
surga?
The power of rohis
oleh:
Faridah Nur’aini
Nama
Faridah Nur’aini
Status
mahasiswa UGM fakultas Biologi
2012
ukhty_rydh@yahoo.com
23. Selanjutnya aku tercengang dalam tanya
Inikah nikmatnya hidayah untuk hamba seperti saya?
Kelopak mata tak sanggup membendung airmata
Dengan kuasa-Mu…aku mendapatkan hal yang tak kuduga sebelumnya
Jauh dalam akalku yang lugu
Ataukah hatiku yang teramat beku
Siraman rohani yang kurasakan kian merasuk kalbu
Terasa sejuk digersangnya hidup yang kejam merongrong nan semu
Alunan zikrulloh dan ayat-ayat cinta-Nya terlalu indah untuk kutahu
Menjadikanku yang dilumuri kehinaan tunduk dalam sujud-Mu
Memohon ampun atas sgala hal yang membuat ruh kelabu
Memandang cahaya kasih-Mu menuntunku ke jalan lurus-Mu
Aahh…
Namun aku tak suka dengan retorika yang telah tercipta
Dinding-dinding keistiqomahan tidak akan rubuh begitu saja
Bahkan dengan hal-hal yang tak ku mengerti kapan berujung dan bermula
Kita ini satu, kita ini istimewa
Walau semua onak duri terasa memberatkan misi yang telah tertata
Tiada lagi yang harus diungkap selain kebenaran yang diridhoi-Nya
Sekalipun itu menyakitkan, kita akan melaluinya !
24. Sumpah, ane membuat tulisan ini karena satu alasan yang sebenarnya buat ane
cengar-cengirdangaruk-garukrambutyangnggakgatel.Nampaknyaanememang
ketinggalan berita, tepatnya baru setelah tanggal 17 September 2012, ane baca di
sebuah jejaring sosial fa*****k bahwa komunitas penulis pelajar smart syuhada
mengadakan sayembara 100 tulisan yang bertema “gara-gara rohis”. Ane tulis
dan ane kirim, sih nggak peduli dengan sayembaranya. Hanya ya perkara cengar-
cengir dan garuk-garuk tadi. Dirba-raba kok sayembara ini kayak suatu bentuk,
refleksi kegalauan anak-anak rohis. Sekalian nostalgia dan menyapa sahabat
yang sudah jauh disana.
Ceritanyaadasekelompokorangbejat jeglar-jeglersanasini,nembakipolisi,bikin
bingung petinggi NKRI, hobinya nampang di M**** TV. Sebenernya masa bodo
loe mau mati, tapi kok terus ada statement bahwa loe adalah pemuda, pelajar,
SMA. Terus loe bawa nama Islam, masjid. Terang aja mereka anak rohis geger.
Identitas mereka dibajak, persis kayak koruptor keparat maling paspor terus
dibawa kabur ke negeri antah berantah. Lempar batu (bom deng) terus lari kagak
mau tanggung jawab.
Adek ane yang tiga tahun dan belon sholeh-sholeh amat juga bakal langsung bisa
nebak, Jaman memang sudah mulai edan. Tempat yang mestinya didekati sebagai
pusat interaksi, dipasangi peringatan gedhe. “Awas jangan ke masjid, apalagi
dekat-dekat sama orang disana.” kira-kira begitu bunyinya. Padahal, kalau yang
mau dibilang teroris itu mereka, anak-anak rohis itu. Yang penampilannya klimis
Mau Dong
Disebut Teroris
oleh:
Imam Santoso
25. nggak gaul-gaul blas itu. Tukang ngepel masjid sekolah itu, Yang bahkan Cuma senyum-senyum kalau didzolimi itu. Maka
ane mau dong dipanggil teroris. Karena ane iri, ane benar-benar iri pada mereka. Beneran iri, tahu kenapa?
Ane nggak habis pikir, emang mereka itu siapa sih. Lama-lama kalau dibiarin lagaknya sengak, merajalela di sekolah, rakus
seolah-olah dunia ini Cuma milik mereka aja. Semua tempat diembat, nggak nyisain buat yang laen. Ente suka di masjid? ya
udah sholat aja sana, belajar ngaji aja sana, baca qur’an aja sana. Itu udah bikin ente semua jadi ustad terhormat. Ane sih
biasa aja, nggak peduli bahkan, ketika ente jadi juara lomba adzan atau juara CCA se-kecamatan. Atau hafalan ente 30 juz,
ilmu agama ente segudang. Ane gak peduli. tapi kok nyatanya ente masih merasa kurang.
Oke, buat urusan yang satu itu diluar jangkauan ane. Bacaan qur’an ane juga ga seberapa jelek alias jelak banget, apalagi
hafalan qur’an ane 3 surat qul dan tetangganya aja masih gak karuan. Buat itu ane terima. Yang nomor kedua pun, ane
masih terima. Mereka anak-anak rohis itu ya jelas berorganisasi. Kelihatan lah kualitas mereka. Kapasitas manajemen
dan kepemimpinan mereka. Mereka sering menghadapi persoalan-persoalan organisasi yang jelas membuat soft skill dan
kemampuan interpersonal mereka terasah. Maka ketika mereka kelihatan menonjol di sekolah. Terlihat sebagai aktivis,
organisatoris dan teman-teman Cuma ngikut, wajar. Maka sering mereka juga punya nama di OSIS, di MPK, di lembaga
ekstrakurikuler lain. Ketika mereka ada disana pun kelihatan sekali memiliki sikap dan kedewasaan yang lebih matang
dibanding yang lain. Semacam punya tujuan untuk “meper-meperin” minyak wangi bernama Islam di lembaga-lembaga itu.
Menebar kebaikan dan memberi celupan warna Illahi disana. Well itu terserah ente.
Tapi kok, di akhir sesi upacara pagi di senin awal mulai semester mulai tahun ajaran baru. Pas ane mulai muntab panas-
panasan masih harus diperlambat dengan pengumuman-pengumuman yang nggak penting. Ajang narsis manusia-manusia
berprestasi di sekolah dipamer-pamerin oleh sekolah. Disebut urut satu persatu manusia berperingkat, orang-orang aras
tinggi-high level soal urusan akademis. Yang maju mereka-mereka juga. Ane heran, waktu ane pulang segera setelah bel
akhir pelajaran bunyi mereka malah pergi ke masjid. Ya rapat lah, atau persiapan agenda kajian besok lah, atau sekedar
26. ngepel masjid lah. Apa mereka sempat belajar?
Ketika ane pulang agak sore mereka juga masih disana, diskusi. ini yang paling ane suka. Kadang bicara soal agama. Kadang
bicara soal keadaan remaja. Kadang soal negara, bener yang ditulis di M**** TV mereka diskusi soal brengseknya kebijakan
di negeri ini. Bejatnya oknum-oknum yang pada korupsi. Mereka emang mau bikin ledakkan. Walau sejauh ane tahu ledakkan
yang mereka bicarakan membutuhkan umur panjang karena mereka katanya mau jadi presiden, nggantiin menteri-menteri.
Nggak mungkin kayaknya atau Nggak tahu ane kalau mereka mulai pada frustasi terus malah bikin bom bunuh diri.
Cerita laen lagi, kadang ane lihat mereka utak utik sesuatu dimasjid. Kabel-kabel, komputer selongsong pipa. Nggak tahu
ane apa yang mau mereka rakit. Sebulan kemudian nama tu anak-anak ada dikoran masuk tv tapi dikalungin medali.
Kadang-kadang ane nggak tahu kenapa. Tahu-tahu mereka nggak masuk sekolah berminggu-minggu. Waktu ane tanya
ternyata mereka dikarantina buat persiapan olimpiade sains di Cina. E dasar ane aja belon pernah keluar jogja.
Seenggaknya itu yang ane rasakan ketika berada di antara mereka. Bener ane iri. Kalau pun benar bahwa yang dipanggil
teroris adalah mereka. Maka Mau dong Ane dipanggil teroris. Biar sama dengan mereka, Sumpah.
Ane
Seseorang yang Pernah iri sama anak Rohis SMP N 9 jakarta, SMA N 2 Yogyakarta, Jama’ah Muslim Geografi UGM dan
semua pegiat rohis di Indonesia.
Nama : Imam Santoso
TTL : Jakarta, 26 September 1991
Alamat : Plembon, Sendangsari, Minggir, Sleman
Fb : http://www.facebook.com/imam.idrisi
Email : imam.geo09@gmail.com
27. Hari itu, kawan-kawan sekelasku yang berjilbab rapi mengajakku untuk
bersama-sama shalat dhuha di masjid sekolah. Sungguh, pengalaman yang sangat
luar biasa, mendirikan shalat sunnah di sela waktu istirahat tiba. Perlahan
kedamaian menelisik memasuki rongga dada.
Hari-hari berikutnya aku merasa nyaman berada diantara mereka, remaja yang
penuh semangat mengenal Tuhannya. Salah satu dari mereka mengajakku untuk
ikut serta memainkan sebuah peran dalam sebuah pementasan teater. Teater ini
akan dipentaskan saat pengenalan ekskul sekolah bagi siswa baru. Selepas pulang
sekolah, kami menyempatkan untuk menggelar latihan di masjid sekolah. Aku
dan teman-teman baruku ini belum bisa latihan dengan baik.
***
Cermin besar itu aku pandangi, beberapa menit lagi MC akan memanggil
ekskul ROHIS. Pakaian serba hitam menjadi kostumku kali ini, lengkap dengan
saripohatji putih menutupi wajahku. Ingin tertawa aku melihat diriku sendiri.
Seharusnya kaos tim basket yang aku kenakan. Lima orang berpakaian sama
sepertiku, enam orang lainnya berpakaian serba putih.
Saat langit berwarna merah saga
Dan kerikil perkasa berlarian
Meluncur laksana puluhan peluru
Terbang bersama teriakan takbir
…
*Shoutul Harokah
Empat orang membentangkan kain merah, melakukan beberapa putaran sambil
Gara-Gara Teater Anak
ROHIS
Nama
Imas Saripah
Nama Pena
Sami el Syarifah
Asal Sekolah
Alumni ROHIS SMKN 3
Bandung
Aktivitas
engajar di PG-TKIT AL FITRAH
Bandung
email
imassari.02@gmail.com
28. diiringi lagu Merah Saga. Aula berubah hening, semua mata memandang penasaran apa yang akan ditampilkan ROHIS
kali ini? Kemudian, pasukan serba putih memasuki arena pentas. Terpancar senyum yang melelahkan, bahkan ada beberapa
orang yang dibantu untuk berjalan. Seberkas darah tampak pada lutut kanan dan dahinya yang berkeringat. Mereka tampak
sedang beristirahat melepas lelah dan gelisah.
Namun, tiba-tiba beberapa pasukan berpakaian serba hitam dengan wajah yang amat putih karena ulah saripohatji, berlari
mengepung pasukan Palestina.
Ketika Yahudi-yahudi membantaimu
Merah berkesimbah di tanah airmu
Mewangi harum genangan darahmu
Membebaskan bumi jihad Palestina
…
Tak ada lagi waktu melepas lelah, semua kini telah bersiap siaga dengan sisa tenaga yang masih menyala-nyala. Hadirkan
Allah dalam setiap tetesan keringat yang mulai mengucur merah. Pemuda-pemuda dan anak-anak Palestina tak mau
ketinggalan, melemparkan kerikil yang yang melesat bagai peluru tercanggih di dunia.
Sejenak aku teringat kisah burung Ababil yang juga melemparkan batu-batu panas dari neraka untuk mencegah pasukan
Raja Abrahah yang hendak menghancurkan Ka’bah.
Aku menyerang salah satu penduduk Palestina, seorang ibu yang merintih kesakitan setelah pura-pura aku tendang. Ah,
sungguh kejam Yaudi laknatullah. Sesungguhnya, tak sudi aku mengambil peran ini. Kulihat temanku yang sedang berperan
menjadi sang ibu, meneteskan air matanya, serasa benar adanya. Terbayang, kaum hawa di Palestina, pasti mereka tak luput
dari kekejaman zionis.
Tak sadar, air mataku ikut meleleh. Tapi aku harus tetap memasang wajah garang, berlainan dengan kalbuku. Wahai
saudaraku di Palestina, sungguh aku berdo’a untuk keselamatan kalian, semoga selalu dalam lindungan dan kasih sayang
Allah.
29. Pementasan teater diakhiri dengan lagu Rabithah dari Izzatul Islam
Sesungguhnya Engkau tahu
Bahwa hati ini telah berpadu
Berhimpun dalam naungan CintaMu
Bertemu dalam ketaatan
Bersatu dalam perjuangan
Menegakkan syariat dalam kehidupan
Kuatkanlah ikatannya
Kekalkanlah Cintanya
Tunjukillah jalan-jalannya
Terangilah dengan CahayaMu yang tiada pernah padam
Ya Rabbi bimbinglah kami
…
Senandungyangindah,merdudanterkandungmaknaluarbiasadisetiapkata-katanya.Serupado’auntukjiwainiyangtelah
lama tandus. Mata ini mengembun, dan jatuhlah air ditepi mataku, mengalir pada pipi saripohatji. Ah, kapan terakhir aku
menguraiairmatainiuntukRabbkuyangamatdekat,untuksaudarakudiPalestina.Tepuktanganpenontonmenyadarkanku
kembali, tapi kubiarkan lelehan dipipi ini. Kami pun mengakhiri dengan salam penuh takzim kepada seluruh penonton yang
menyesaki aula. Sambil berlalu, kulihat beberapa penonton, menyeka air matanya yang terlanjur jatuh.
Kini aku tersadar…
Allah berikan peran dalam pementasan teater ini untuk menyentilku yang masih saja sibuk dengan aktifitas keremajaan yang
kurang bermanfaat. Aku masih bermain-main dengan waktu, yang terasa kosong dalam relung jiwaku yang masih labil.
Tapi Aku yakin Allah, mencintaiku, sehingga Dia akhirnya menepikan aku di tengah-tengah sahabat ROHIS ini, sahabat
30. baruku. ROHIS yang ternyata menaruh perhatian besar pada saudara-saudara di Palestina. Masya Allah, kemana saja aku
selama ini?...Kontemplasi.
Aku telah mengenakan kain kerudung semenjak kelas satu, tapi begitulah, aku malah jauh dari nilai-nilai Islam. Ekskul
Basket Aku jalani saja. Kerudungku hanya topeng semata. Allah kemudian memanggilku melalui indahnya berkawan dengan
anak-anak ROHIS. Hari-hariku kini berubah, aku temukan cahaya pelangi indah Islam, ukhuwah dan nikmatnya beribadah.
Aku putuskan untuk memilih jalan ini. Bergabung dengan sahabat-sahabat terbaik yang mengingatkanku pada Allah dan
Rasulullah.
Mentoring selalu jadi agenda yang aku nantikan, momen dimana aku mulai melangkah,meniti jalan Cahaya ini. Perlahan
kuperbaiki sikap, penampilan dan tutur kataku. Semakin bersemangat mencari ilmu. Di sini kami saling mengingatkan,
saling menguatkan dan saling berbagi kasih sayang.
Indahnya sebuah organisasi adalah ROHIS, dimana remaja sepertiku mulai mengenal pembagian tugas dan menikmati tugas
yang mempunyai tujuan yang jelas. Ini kali pertama aku merambah dunia organisasi. Semakin aku meninggalkan sikapku
duluyangterasadingin,kakudanacuhterhadapsekitar.Disini,di ROHIS, aku temukan diriku.MengembanDivisiMading,
kemudian mengajakku untuk terus berinteraksi dengan berbagai macam buku, narasumber dan membaca lingkungan sekitar.
Kata Ibu, aku mulai terlihat ceria dan mempunyai sikap terhadap apapun, belum lagi ibadahku yang perlahan mulai nampak
indah di mata ibu, semoga indah pulah di Mata Allah SWT.
Begitulah diriku mengenal organisasi ini. Ekskul yang tak pernah bisa kulupakan meski telah lama menjadi alumni putih-
abu. Setiap mampir, bertemu adik-adik ROHIS, aku selalu menceritakan kecintaan dan kerinduanku pada organisasi ini.
Beruntunglah mereka, karena orang-orang pilihan saja yang mampu bertahan di sana.
Sami el Syarifah
Oktober 2012
31. Semuabermuladarihariitu,tatkalabutir-butirkasihsayang-Nyaturunmengalir
membasahitandusnyatanahkehidupan.Akumengeluhkesal.Kenapahujanharus
turun di saat aku hendak pulang? Akhirnya, karena tak ingin mengambil resiko
sakit demam—apalagi sebentar lagi musim ujian—akupun memutuskan untuk
berteduh di salah satu teras bangunan yang jarang sekali aku kunjungi selain di
waktu pelajaran agama. Ya, tempat itu adalah mesjid An-Nur, mesjid tercinta di
sekolahku.
Aku menggosok-gosokkan kedua tanganku pada bahuku, berharap hawa dingin
yang kurasakan akan menguap. Baju seragam putih abuku sedikit basah terkena
air hujan. Mata cokelatku menatap ujung langit yang kelabu, sama sekali tak
menampakkan tanda-tanda berhenti. Malah suara guntur bersahut-sahutan
dengan suara rintikan hujan yang saling berlomba mencapai tanah.
Pluk! Seseorang menepuk pundakku. Dengan segera aku membalikkan tubuhku.
Seorang pemuda berwajah teduh tersenyum padaku. Aku mengenal pemuda itu.
Dia adalah Muhammad Faqih, siswa teladan di angkatanku.
“Kau membuatku terkejut,” sahutku. Pemuda itu tersenyum lembut.
“Hehe, afwan deh, Rifqie. Kau sudah shalat Dzuhur?” tanyanya ramah. Aku
menggeleng pelan.
Rohis, Penerang
Kegelapan Zaman
Karya
Invea Nur Mukti Lestari
Kelas
XII IPA 3
Anggota Rohis SMAN 1 Cimahi
Email
inveahanazono@yahoo.com
facebook
http://www.facebook.com/vea.
ummu.syauqi
32. “Bagaimana kalau kita shalat Dzuhur bersama? Sudah pukul 1,” ajaknya. Sejujurnya aku ingin menolaknya. Patut kalian
tahu, saat itu aku adalah seorang pelajar yang tak acuh pada agama. Namun, karena merasa gengsi, akhirnya aku mengiyakan
juga ajakannya.
Kami kemudian melepaskan sepatu dan lantas mengambil air wudhu. Setelah itu, kami kemudian menuju lantai kedua
untuk mengerjakan shalat. Mesjid An-Nur memang terdiri dari dua tingkat. Lantai pertama merupakan khusus kamar mandi
dan tempat wudhu serta penitipan sepatu. Sementara lantai kedua barulah terdapat ruangan untuk kami shalat. Mesjid ini
memang cukuplah luas. Besar ruangannya setara dengan aula di sekolah kami.
“Assalammu’alaikum, akhi,” sapa Faqih kepada sekumpulan siswa yang tengah duduk di bagian pojok masjid bagian
ikhwan. Para siswa tersebut kemudian memandang ke arah Faqih. Tatapan hangat terpancar dari wajah-wajah mereka.
Mereka kemudian membalas sapaan Faqih.
“Wa’alaikummussalam, akhi,”
“Afwan, ana agak telat. Sekarang ana mau shalat Dzuhur dulu,” ujar Faqih.
“Tidak masalah kok, akh. Kita juga baru pada kumpul kok,” gumam mereka. Faqih kemudian tersenyum kepada mereka. Ia
lalu memberi isyarat padaku untuk menuju shaf depan.
“Mau jadi imam?” tawar Faqih. Aku sontak menggeleng cepat. Pemuda itupun tersenyum ringan. Ia kemudian mengambil
posisi di sebelah kiriku dan lantas sedikit maju kira-kira sejengkal-dua jengkal dari tempatku berdiri. Dan setelah itu,
kamipun hanyut dalam ibadah kami—atau mungkin hanya dia yang tenggelam dalam ibadahnya karena saat itu aku sama
sekali tak berkonsentrasi menjalankan ibadahku.
33. SelesaimengerjakanshalatDzuhur,Faqihmenggenggamerattangankudanlantasmenyalamikudenganhangat.Iatersenyum
padaku sesaat sebelum kembali lagi hanyut dalam buaian cinta Ilahi.
Aku menatap keluar jendela. Hujan semakin deras. Petir menyambar kasar. Dan hembusan angin kini semakin bernafsu.
Akupun kemudian memutuskan untuk menanti hujan reda. Sesekali ku lihat Faqih yang semakin tenggelam dalam do’a
khusyuknya. Sempat ku lihat air mata mengalir membasahi pipinya dan bibirnya melantunkan banyak sekali do’a dengan
bahasa Arab yang sama sekali tidak kupahami.
Setelah selesai mengadu pada sang Rabbi, Faqih kemudian terlihat hendak menghampiri kerumunan siswa tadi. Namun,
saat ia hendak beranjak dari tempat duduknya, matanya menatap penuh makna ke arahku.
“Kau mau ikut, qie?” ajaknya. Aku menatap wajah pemuda berjenggot tipis itu dengan penuh keheranan.
“Ke mana?” tanyaku kikuk—tak mengerti arah pembicaraannya.
“Mentoring di sana, bareng sama anak-anak rohis,” jawab Faqih seraya memberi isyarat pada kumpulan ikhwan yang
sedari tadi menantinya. Ku tatap lingkaran itu. Mereka masing-masing tenggelam dalam kesibukannya. Ada yang tengah
membaca Al-Qur’an, ada yang sedang murojaah, ada pula yang tengah menghafalkan hadits, pun tak ketinggalan yang
tengah serius menekuni buku-buku tafsir. Dan entah kenapa baru saat itulah aku tersadar kalau pemuda di sampingkun ini
adalah seorang ketua rohis di sekolahku. Oh, bodohnya aku!
“Emangngapainaja?”tanyakukurangtertarik.Memang,akuadalahseorangremajayangtakjauhberbedadarikebanyakan
kala itu, meninggalkan kewajiban Islam dan mementingkan kepentingan pribadi.
34. “Rame kok. Yu, ikutan,” ajaknya gigih. Aku berpikir sejenak. Mungkin ngga masalah juga kali ya daripada ngelamun
sendirian menanti redanya hujan. Akhirnya dengan sedikit malas, akupun mengikuti usulan Faqih dan ikut bergabung
dalam lingkaran mentoring rohis di hari itu.
Awalnya, aku tidak terlalu memperhatikan kegiatan mentoring tersebut sampai tibalah saat materi. Yang memberikan
materi saat itu adalah Faqih, sang ketua rohis. Dia lalu membahas mengenai masalah syahadat dan—
Deg!
disitulah aku merasa tertegur. Hatiku bergetar mendengar setiap lantunan kata yang keluar dari mulutnya. Kata-katanya
mungkin sederhana, namun penuh dengan jutaan makna. Setiap penuturannya begitu menusuk, menelesak ke dasar hatiku.
Memberikan cambuk tersendiri untukku. Dan air mataku meleleh. Sungguh, belum pernah aku merasa seberdosa itu. Dan
saat kusampaikan rasa itu pada Faqih, dengan lembut dia berkata,”Mohon ampunlah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah
mencintai hamba-Nya yang bertaubat,”
Dan sejak saat itulah, aku tak pernah absen dari kegiatan rohis. Ya, rohis telah mengubah hidupku yang kelam kelabu.
Lingkaran itu, lingkaran rohis itu adalah lingkaran cahaya yang menerangi kegelapan zaman. Dan di dalam lingkaran itu,
dapat kau temukan manisnya syurga duniawi.
Catatan: Sebenarnya, cerpen ini ada kelanjutannya, tapi karena maksimal 800 kata, akhirnya vea potong, mudah-mudahan
ngga terlalu mempengaruhi pesan yang ingin vea sampaikan ^^a
35. Alhamdulillahi Rabbi, berkali-kali kupanjatkan syukurku pada Allah Yang
Maha Pemberi Nikmat. Betapa nikmatnya iman ini kurasakan, Ya Allah…
Terima kasih Ya Allah, telah Engkau izinkan hamba merasakan nikmatnya
iman, islam dan ihsan hingga detik ini, Ya Allah… Engkau juga perkenankan
hamba merasakan betapa indah dan nikmatnya berdakwah menyeru kepada-Mu
bersama saudara-saudari terkasih yang amat erat buhul ukhuwahnya karena-
Mu… Perlahan tapi pasti, air mataku menitik dan semakin deras seiring dengan
lantunan syukurku di malam yang sunyi ini. Kembali aku terpekur dalam dzikir
dan doa yang panjang seusai shalat malamku. Kutelusuri sudut-sudut ingatanku,
kembali mengingat sejak kapan aku merasakan ketenangan jiwa ini, satu per satu
peristiwa yang telah lalu dalam hidupku muncul kembali seperti rekaman yang
kembali diulang. Mulai dari akhir masa ‘jahiliyahku’ hingga terbitlah ‘cahaya
hidayah’ itu…
Lekat dalam ingatanku, lima tahun lalu, aku yang masih bocah ketika itu,
masih berseragam biru putih ala anak SMP yang masih polos, dengan ragu-ragu
kuserahkan formulir pendaftaran pengurus ROHIS SMA N 1 Bantul yang telah
kuiisi sebelumnya. Niat awal, hanya sekadar ingin mengikuti kegiatan, siapa
tahu nanti bisa jadi manusia yang lebih baik, karena kulihat kakak-kakak kelas
yang aktif di ROHIS terlihat begitu menenangkan & wajahnya pun meneduhkan
karena rajin ibadah mungkin, pikirku.
Gara-gara ROHIS,
Kutemukan Cintaku!
oleh
Istiqomah Nur
Khasanah
36. Serangkaian tes seleksi masuk ROHIS pun kujalani, dan hari pengumuman pun tiba, aku lolos seleksi! Diterimanya aku
menjadi pengurus ROHIS pasti merupakan bagian dari rencana yang ditakdirkan oleh Allah untukku, jangankan ini, bahkan
daun jatuh sekalipun telah Allah tuliskan di Lauhul Mahfudz sejak dahulu bukan? Dari sinilah cahaya hidayah itu mulai
nampak nyata bagiku, dan aku pun bersegera menjemput hidayah itu… Alhamdulillahi Rabbi, sekali lagi aku bersyukur.
Sebagai junior yang baik, aku ikuti berbagai kegiatan keagamaan aku ikuti karena aku merasa itu tanggungjawabku sebagai
pengurus ROHIS, termasuk pengajian pekanan di masjid sekolah. Dari sinilah aku semakin mengenal Allah dan syari’at-
Nya, semakin memahami makna syahadat yang setiap hari kubaca di setiap tasyahud dalam shalatku, belajar mewujudkan
karakter pribadi muslim yang seharusnya aku punya, belajar mencintai dan mengamalkan dakwah sebagaimana Rasulullah,
para sahabat serta para muasis dakwah berjuang, dan berusaha menjadi makhluk yang paling bermanfaat bagi umat.
Sejak saat itu, aku merasakan indahnya ukhuwah yang begitu dekat antara sesama pengurus ROHIS maupun dengan
kakak-kakak pembina ruhiyah kami, semoga Allah selalu merahmatinya & memberikan balasan kebaikan sebesar-besarnya.
Walaupun kami bukan saudara sedarah, namun ikatan ini terasa begitu kuat, dikarenakan persaudaraan ini lahir karena
keimanan kepada Allah. Allah lah yang telah menyatukan hati-hati kami, dalam indahnya ketaatan pada-Nya. Belakangan
aku tahu bahwa ukhuwah adalah konsekuensi dari keimanan, ketika iman kuat menghujam dalam dada, maka ukhuwah
pun akan terasa indah dan menentramkan. Namun ketika iman compang-camping dan begitu rapuh, bersiap saja merasakan
kesakitan dan ketidaknyamanan ketika bertemu atau menerima pemberian dari saudara-saudari seimannya.
37. Mengikuti pembinaan islam membuatku merasa lebih tenang, lebih tenteram, dan semakin membukakan mataku bahwa
Islam itu benar-benar rahmatan lil ‘alamiin. Aku juga semakin yakin bahwa Islam itu cinta damai, tidak seperti yang
sering digaung-gaungkan di media bahwa Islam itu teroris dan sebagainya. Sebagaimana yang Allah ajarkan, bahwa cara
mendakwahkan Islam adalah dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan cara yang baik (QS. An
Nahl: 125).
Alhamdulillahi Rabbi, betapa banyak nikmat dan karunia-Mu untukku, bahkan aku tak mampu lagi menghitung seberapa
banyak kasih sayang-Mu untukku hingga detik ini. Berkali-kali Engkau memilihkan takdir terbaik untukku. Memang benar
adanya bahwa ketika aku telah menyerahkan semua urusanku pada-Mu, semuanya akan terasa mudah karena Engkaulah
yang memudahkan dan mencukupkan segalanya. Dengan berdakwahlah salah satu cara untuk bersyukur pada-Mu. Yang
kuyakini,apayangakudapatkanhariiniadalahkonsekuensiatasapayangtelahakulakukansebelumnya.Kembaliterngiang
bunyi firman Allah dalam QS. Muhammad:7 “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong agama Allah, niscaya
Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.
Alhamdulillah, Allah telah memilihku untuk menjadi bagian dari dakwah di ROHIS, karena dari sinilah aku semakin
menemukan dan mengenal cintaku. Cintaku pada Rabbku, Rasulku, agamaku, kitabku, saudara seimanku dan juga dakwah
ilallah… Semoga Allah senantiasa menjaga rasa cinta ini hingga akhir hayat nanti, aamiin.
Nama : Istiqomah Nur Khasanah
Sekolah : Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Alamat : RT 03 Tangkil, Srihardono, Pundong, Bantu
38. Ku tatap jam dinding menunjukan pukul 11.20 WIB. Ketika itu aku baru saja
menyelasaikan tilawah karena menunggu waktu shalat Jum’at berjama’ah di
MasjidAtTaqwaLembang.Setelahkututupmushafdankutataptempatmimbar
imam, mengikatkanku pada sebuah peristiwa yang bersejarah bagiku.
***
Biasanya hari Jum’at selalu ada dua agenda dijam yang sama. Seperti biasa,
aku dan teman –teman ikhwan seperjuangan selalu mempersiapkan untuk
pelaksanaan shalat Jum’at berjama’ah di sekolah kami. Sedangkan akhwat, sibuk
untuk mempersiapkan acara keputrian.
Jum’atitunampaktaksepertibiasanya.Terlihatdariwajahteman-temankuyang
sibuk dengan mushafnya. Dalam benakku berkata “emmhhh...tak biasa sahabat-
sahabatku seperti itu?” Biasanya, mereka sibuk dengan obrolan duniawi. Ada yg
membahas pertandingan bola dan idolanya, sibuk dengan rumus-rumusnya, dan
ada pula yang fokus pada Hapenya. Tapi hari ini mereka kok aneh ya?”. Ada
perasaan bahagia melihat sahabat-sahabatku itu, namun ada perasaan tak biasa
juga. Tapi ya,,, tak apalah kalau berubahnya kearah kebaikan. Aku pun jadi
tambah bersemangat untuk fastabiqul khoirat.
Waktu adzan pun tiba, seperti biasa jadwal untuk menjadi sorang muadzin
dilakukan oleh siswa dan kebetulan Jum’at sekarang adalah bagianku untuk
mengumadangkan adzan. Ketika itu yang menjadi khotib adalah Ustad Didin
Wahyudinsekaligusmentorkami.Kamiterbiasamemanggilbeliaudengansebutan
Secuil kisah antara aku
dan Rohis ...
oleh:
Kamilludin Mustofa
39. “Kang Dididn”. Beliau adalah sosok yang luar biasa, walau pun bekerja sebagai staf TU di sekolahku tapi beliau tau banyak
tentang agama. Ternyata beliau juga alumni Rohis waktu SMAnya.
Beliau menyampaikan tentang 10 kriteria seorang muslim. Beliau menjelaskan bahwa seorang muslim tidak berkutat dalam
pelaksanaan ibadah saja tetapi dalam seluruh aspek kehidupan, karena islam rahmatanlilalamin.
Khutbah Jum’at itu diakhiri dengan bacaan do’a robithoh oleh beliau, yang entah kenapa do’a itu sangat sejuk dihati. Aku
pun berdikir untuk mengumandangkan iqomah pertanda akan melaksanakan shalat.
Takbir pun dibacakan. Senandung bacaan Al-Qur’an yang begitu indah dibacakan. Ya,,,surat Al-Fajr, disenandungkan
oleh mentorku itu. Indah, dan sangat indah, membuat hati ini terenyuh dan memaksa bulu pundukku berdiri. Walaupun
surat itu belum aku hafal, tapi entah kenapa hati ini merasa ingin sekali mengikutinya, lantunannya, senandungnya yang
tak bisa dikalahkan oleh penyanyi ternama di dunia sekalipun.
Ya ayatuhannafsul mutma’innah, irji’i ila robiki rodiatammardhiyyah, fadkhuli fi ibadi, wadklui jannati. 3 ayat terkhir
yang menggetarkan hatiku. 3 ayat terkhir yang dengan cepat tersimpan di memori. Subhanallah inilah sapaan terlembut dari
Rabb-ku. Kelembutan yang jauh lebih lembut dari mahkluk-Nya.
Salam, menandakan Shalat telah usai. Kemudian aku bermunajat agar tidak mengecewakan Rabb-ku dan akan selalu
mendekatkan diri pada-Nya, karena yang aku tahu, Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba yang ingin dekat dengan-Nya.
Setelah selesai menunaikan shalat sunnah 2 rakaat, kulihat kembali teman-temanku yang sibuk dengan mushafnya. Masih
sangat fokus, merelakan kebiasaan yang biasa dilakukan untuk sebuah komitmen. Ya,,, setiap ba’da Jum’at adalah jadwal
40. mentoring kami si sekolah. Emmhhh,,,, baru tersadar, mungkin karena hari ini jadwal mentoring hingga teman-temanku
menjadi aneh seperti itu.
Lalu dengan sendirinya teman-temanku menghampiriku. Masih terbanyang, di pojok sebelah kiri masjid tua itu. Kami
berkumpul dan mulai berdiskusi. Hanya sekedar untuk menunggu mentor kami datang. Ya,,, Ustad Didin Wahyudin beliau
adalahmentorkami.KebetulantadibeliaulangsungkeTUsetelahberesmengimami.Saatberkumpuldenganteman-temanku,
terlihat wajah ceria dan khawatir. Hanif, Farhan, Fadjar, dan Ridwan yang sering dipanggil Avo adalah teman kelompok
mentoringku.
“Must, surat An-Naba hafal berapa ayat?” tanya Hanif kepadaku.
“Alhamdulillah nif, ana hafal 30 ayat. Tolong tes ya?” Pintaku.
“Sip-sip.” Jawabnya.
Lalu aku dan hanif pun silih bergantian membacakan surat An-Naba. Setelah selesai kami bergantian membaca, aku teringat
dengan tingkah laku aneh teman-temanku sebelum shalat Jum’at. “Kayaknya,mereka sibuk menghafalkan Al-Quran. Pantas
saja mereka berkutat terus dengan mushafnya masing-masing.” Tebakanku.
“Kalau cuman hafal 5 ayat gimana ya?” pertanyaan Ridwan kepada kami.
“Kayaknya, ga apa-apa Vo.” Fadjar menguatkan Ridwan.
“kita kan baru pertama ditugaskan untuk menghafal kan. Jadi kayaknya tak apa.” Farhan pun memastikan kabar gembira
ini.
“7 ayat akhi ! kan one day one ayat.” Seru Hanif dengan semangat.
Seketika, ibarat setetes air yang meresap kedalam tanah yang tandus, sedikit wajah ceria menerim perkataan dari Farhan
langsung saja menghilang. Ridwan pun langsung fokus dengan mushafnya. Tapi Fadjar dan Farhan terlihat santai-santai
41. saja, nampaknya mereka sudah ada digaris aman.
“Assalamualaikum ...” Ustad Didin masuk ke dalam masjid.
“Wa’alaikumsalam ...” Jawab kami serempak.
Lalu acara mentoring pun dimulai, Hanif sebagai MC saat itu. Kulihat wajah tegang bersama teman-temanku, begitu juga
diriku. Hanif pun membukan acara mentoring dengan membaca basmallah, lalu dilanjut dengan tilawah dengan 1 orang
1 lembar Al-Qur’an cetakan Syamil. Setelah tilawah beres Ustad Didin langsung memberikan tawaran siapa yang berani
menyetor hafalan.
“Gimana hafalannya Akhi, ada yang sudah siap” pinta beliau.
“Ana Kang !!!” jawab Hanif.
Hanif pun membaca hafalannya tanpa masalah. Kebetulan dia adalah teman kami yang SMPnya berasal dari pesantren.
“Alhamdulillah, diantara antum sudah hafal. Tingkatkan ya Akh?” saranya.
“Kang, kalau 5 ayat boleh kan ya?” Avo mendahului Ustad Didin berbicara dengan penuh harap.
“Ga apa-apa akh, ana kan belum memberi batasan berapa ayat per-pekannya. Justru ana mengapresiasi kesungguhan antum
semua. Jadi, mau Avo duluan ?” pinta Ustad Didin dengan wajah yang begitu sejuk.
“Ga kang, Mustofa duluan saja?” permintaannya.
“Iya mangga, Must, silahkan baca !” pintanya.
“Siap kang.” Jawabku.
Aku pun membaca dengan menutup mata, karena Farhan selalu mengganguku. Kubaca Ayat Illahi itu dengan sungguh-
sungguh. Walaupun beberapa kali sempat salah, tapi aku dapat menyelesaikan 30 ayat Surah An-Naba. Alhamdulillah.
“Subhanallah, semangat akhi, tinggal 10 ayat lagi.” Beliau memberikan semangat.
42. “Farhan, mangga baca?” pintanya lagi.
“Siap Kang.” Jawabnya.
Farhan pun membaca dengan lancar tanpa hambatan. Pantas saja, dia kan punya sekolah menengah atas dan menegah
pertama Islam di lembang.
“Jar? Baca.” Sahut Ustad Dididn.
“10 ayat saja kang.” Argumennya.
Fadjar pun berhasil menyetor 10 ayat walau pun masih ada kesalahan – kesalahan.
“Avo...?” kata Ustad Didin
“5 ayat kang, heheh.” Pintanya.
Ustad Didin hanya tersenyum dan Avo pun langsung membacanya. Sering salah tapi kemauannya yang tinggi dapat
menuntaskan 5 ayat yang dipintanya. Aku sangat salut pada kawanku ini. Boleh dikatakan bacaan Qur’annya dia dibawah
rata-rata kami. Tapi yang aku banggakan adalah kemauannya. Dia tidak pedulia orang mau bilang apa, yang penting dia
belajar. Itulah yang dapat prediksi dari sahabatku ini.
“Subhanallah, antum semua begitu antusias untuk menghafalkan Al-Qur’an. Semoga hafalan yang antum baca menjadi
penerang di Allam kubur dan menjadi Syafaat di Padang Mahsyar kelak. Amin. Semoga antum tetap istiqomah untuk
menghafal kalam Illahi dan berkomitmen menjadi seorang Hafidz insyaallah.” Tambahan dari beliau untuk kami.
“Lanjut, agenda berikutnya adalah kultum dari Farhan dan dilanjutkan materi oleh Kang Didin. Mangga tafadhol!” Hanif
melanjutkan amanahnya sebagai MC.
43. Hari itu sangat bersejarah bagi kami, hari dimana kami menghafal Al-Qur’an dan menyetor kepada mentor kami. Tidak
ada paksaan, tapi karena kesadaran diri. Bukan karena harus, tetapi karena ingin. Itulah modal kami untuk menghafal Al-
Qur’an. Menghafal kalam Illahi yang diturunkan kepada idola kami yaitu Nabi Muhammad melalui perantara malaikat
Jibril.
Sejak saat itu, Aku, Hanif, Fadjar, Ridwan (Avo), dan Farhan berkomitmen untuk menghafal Al-Qur’an. Menjadikan
Al-Qur’an sebagai pandangan hidup dan As-Sunnah sebagai tata caranya. Inilah yang aku dapatkan dari Rohis. Sebuah
komitmen yang aku implementasikan dalam segala aspek. Kepribadian, masyarakat, kepemimpinan, dan organisasi.
***
Lamunan itu buyar ketika seorang bapak tua menyarankan agar aku mengisi shaf paling depan. Lalu aku tersenyum sendiri
ketika mengingat peristiwa itu. Hari yang sangat bersejarah yang membuatku kini tahu apa arti sebuah komitmen dan
kesungguhan. Rohis yang membuat aku ingin menghafal Al-Qur’an. Rohis yang mengajari sebuah komitmen.
KAMI ALUMNI ROHIS, dan KAMI INSYA ALLAH SEORANG HAFIDZ.
Biodata penulis
Nama : Kamilludin Mustofa
facebook : http://www.facebook.com/kamilludin.mustofa
44. “Nggak gaul banget sih, cemenloh, kampungan loh” Itulah beberapa kalimat
yang sering dikeluarin teman-teman, saat tiga tahun lalu akumenjadi ketua di
ROHIS.Bagaimanadenganteman-teman?Apakahpernahmendapatkancapyang
sama, atau yang lebih menyakitkan lagi? Bagi teman-teman yang pernah aktif
di ROHIS kemungkinan besar menerima cap tersebut, dan kalo yang nggak aktif
di ROHIS kemungkinannya justru memberikan cap tersebut ama teman-teman
ROHIS. Tapi tau nggaksih, kini ada cap baru yang mengagetkan semua pihak,
sebuah cap yang membuatROHIS laksana monster berbahaya yang harus dijauhi
oleh remaja. Cap baru ini, diungkapan metro Tivi, pada jumat 12 september 2012
yaituROHIS sebagai sarang teroris.
ROHIS. Apa yang ada dalam pikiran teman-teman ketika mendengar kata
tersebut? Apakah benar mereka teroris? Tentu nggak. Bagi akuROHIS sebagai
kumpulan remaja sholeh dan sholehah, yang berusaha menemukan jati dirinya
demi meraih kesuksesan dunia dan akhirat yang berlandaskan syariat Islam
dalam segala aktifitasnya. Namun sayangnya banyak, yang salah paham tentang
keberadaan ROHIS, bahkan sebagian manusia mengira sebagai penghambat
kesuksesan. Tapi buat teman-teman ROHIS buanglah kekhawatiran itu, sebab
ada kabar gembira berupa janji dari Allah Swt.Janji ini bersifat pasti berupa
pertolongan Allahyang diberikan ama teman-teman ROHIS.
" Sesungguhnya kami akan menolong Rasul-rasul kami dan orang-orang yang
beriman pada kehidupan dunia dan pada hari tampilnya para saksi (hari kiamat)”
(QS. Al-Mu’min: 51).
ROHIS BUKAN
TERORIS TAPI
ROHIS ITU
TERHORMAT
Nama
La Ode Munafar
Asal Kampus
Kampus STEI Hamfara Yogyakarta
Email
munamfara@yahoo.com
45. Jadi, jangan sampai cap yang menyakitkan hati membuat teman-teman patah hati. Sebab teman-teman punya Allah yang
selalu menjaga dan membalas kebaikan teman-teman. Anak ROHIS kan selalu baik-baik dan beriman, seperti yang dimaksud
dalam ayat di atas. Iyya kan? Pasti dong.!!!Liat aja aktivitas kesehariannya, anak-anak ROHISselalu aktif membuat
kegiatan seperti seminar-seminar, training, dan bedah buku. Anak ROHIS aktif melakukan kegiatan remaja, demi menyeru
teman-temanya agar terbebas dari pergaulan-pergaulan moderen yang berbahaya dan mengajak pada kebaikan atau dengan
kata lainnya amar ma’ruf nahi munkar.
Bagaimana Allah nggak menolong teman-teman ROHIS? Sebab, gara-gara ROHIS sebenarnyabisa membangun peradaban
dunia.Hal ini bisa diperhatikan dari aktifitas ROHIS sering berkumpul dalam rapat-rapat, kajian-kajian dan cerita bareng
demi memikirkanmasalah urusan umat, dan solusi terbaiknya. Banyak yang memandang enteng kumpulan ini, mengira
nggak membawa pengaruh. Tapi teman-teman perlu tahu, bahwa lewat kumpulan-kumpulan seperti ROHISlah, bisa
menyelamatkan teman-teman bahkan masyarakat dunia. Sejarah membuktikan, sebagai contoh perstiwa proklamasi selalu
berawal dari pertemuan-pertemuan rutin oleh pemuda-pemuda. Termasuk agama agama Islam yang mampu menyebar hingga
2/3 dunia, karena berawal dari pertemuan-pertemuan rutin Rasululah bersama sahabatnya. Semuakebangkitan-kebangkitan
berawal dari pertemuan rutin dan kumpulan.
Selain itu gara-gara ROHISlah teman-teman bisa melatih kepercayaan diri, keberanian sekaligus latihan. Di ROHIS teman-
teman melatih diri ceramah, dan berbicara didepan forum-forum resmi hingga meningkatkan kapasitas diri.Di ROHISlah
teman-teman bisa mendapatkan tambahan ilmu yang nggak didapatkan dibangku sekolah. Tentu ini merupakan kesempatan
berharga remaja dalam merealisasikan potensi-potensi yang sedang tertidur.
Jika ada yang menanyakan prestasi anak ROHIS, maka nggak ada yang meragukan lagi. Anak ROHIS selalu menepati
peringkat di kelas dan menduduki kelas-kelas unggulan. Contoh saat aku masuk di ROHIS SMAN 2 Kendari pada kelas
XI, maka sejak itu aku menduduki peringkat 1 dikelas, padahal sebelumnyapada kelas X peringkat 10 besar pun aku nggak
46. masuk. Banyak yang bertanya “Haaaa... koq bisa La Ode berubah 180 derat gitu?” (sampai matanya melotot gitu, dan bilang
WOOW, He.heee). Jawabannya gara-gara ROHIS. Mengapa? Sebab di ROHIS teman-teman berkumpul bersama suadara-
saudara yang menjadikan Islam sebagai landasanya dalam bertingkah laku. Hubungansesama teman-teman nggak hanya
sebagai ikatan oraganisasi sekolah, tapi dari segi perasaan, pikiran dan peraturan telah menyatu . Dari sinilah teman-teman
membentuk program kerja kelompok, kerja PR bareng, dan diskusi.
Ada lagi yang terpenting dan sangat bermanfaat dalam ROHIS yaitu dalam ROHIS ada pembinaan kepribadian ISLAMI.
Inilah yang unik dalam ROHIS ada kajian rutin yang mendidik teman-teman menjadi manusia yang berpola sikap dan
pola pikir Islami. Ada mentor dari alumni ROHIS yang lebih dulu belajar Islam di ROHIS. Dari sinilah, ilmu agama selalu
mendarah daging disetiap tubuh teman-teman, menyatu disetiap aliran darah yang mengalir hingga bisa menjadi manusia
yang berkeperibadian mulia, berakhkak Islami dan menjadi generasi unggul.
Semangatkebersamaanpunbisateman-temanmenemukandalamROHIS.Selainbelajarbersama,teman-temanseringberkreasi
bersama juga, seperti menulis mading, memasang mading, hingga kita mengganti isi mading secara rutin setiap minggu. Selain
itu teman-teman menulis buletin bareng, pelatihan kepenulisan bareng, latihan retorika bareng,shalat berjama’ah, sampai
pergi ke kantin makan bareng. Gara-gara ROHISlah teman-teman bisa membentengi diri, sebab selalu ada kebersamaan
setiap saat. Kebersamaan yang saling melindungi, jika ada yang lalai maka ada yang menasehati, jika ada yang khilaf ada
yang menegur, jika ada yang lupa selalu ada yang mengingatkan. Semua ini hanya bisa teman-teman dapatkan selama di
ROHIS. Jika seperti teman-teman tinggal menungu Allah yang akan selalu menolong ROHIS seperti yang dimaksud dalam
surat QS. Al-Mu’min: 51.Jadi ROHIS itu bukan TERORIS tapi ROHIS itu TERhORmat
47. SenyummentarimasihbisakuintipdaribalikjendelaLaboratoriumFisikaDasar,
tak seperti Ibu Dosen Praktikum yang tak menampakkan senyumnya hari itu.
Terasa sekali beliau sangat berbeda dengan pertemuan sebelumnya yang sangat
ramah. “Pasti ada sesuatu” pikirku. Aura kebekuan nampak dirasakan pula oleh
seisi kelas yang berbalut jas lab putih.
Dari sudut kanan bangku paling belakang aku terus memerhatikan setiap gerak
Bu Dosen. Peralatan praktikum GLB dan GLBB di hadapanku tak sedikitpun
mengalihkan perhatian. Paling enak pekan kemarin karena aku duduk di bangku
paling depan, meja praktikum “Elastisitas”, aku bisa dengan mudah menyimak
arahan dosen. “Laporan anda semua salah, salah dan salah!” ucap Bu Dosen
membuka pertemuan sambil menyimpan setumpuk laporan di atas meja paling
depansetengahdilempar.“SilakanambillaporanAnda,sayatungguperbaikannya
pekan depan”.
Duajampraktikumterasasangatlama.Hampirtakditemukanwajahceriakeluar
dari laboratorium . “Teh Nurul, mau kemana sekarang?” tanya seorang teman
asal Ponorogo “ Ke Mesjid, shalat dzuhur disana yuk Mba!” ajakku. Aku ingat
sewaktu SMA kalau ada masalah di sekolah aku pasti lari ke Mesjid, mengadu
kepada Allah, tak jarang teman-teman ROHIS juga menghiburku disana. Sambil
berjalan menuju Masjid kami membuka Laporan praktikum masing-masing.
Kupandangi laporan “Elastisitas”ku dari judul hingga daftar pustaka tak
kutemukan coretan dosen sedikitpun, aku tak mengerti bagian mana yang harus
Bayang ROHIS dalam
Fisika Dasar
oleh
Nurul Bunda Mumtaz
48. kuperbaiki. Rasanya aku sudah berusaha maksimal untuk mengerjakan laporan itu. Pelatihan pembuatan laporan praktikum
fisika dasar di himpunan aku ikuti, slide sistematika laporan dari dosen berusaha aku pahami. Buku setebal bantal rela aku
baca demi mendapatkan landasan teori untuk laporan praktikum. Aku bahkan telah menghitung nilai besaran yang harus
dicari dalam praktikum berulang kali. Aku menangis sejadi-jadinya usai shalat dzuhur di lantai 2 masjid. Aku memang tak
berpengetahuan, aku bahkan tak tahu apa yang harus aku perbaiki.
Fisika, kabarnya mahasiswa pendidikan biologi tak terlalu suka dengan mata kuliah yang satu ini. Seorang teman bahkan
memilih biologi untuk menghindari fisika. Hahaha…ternyata bersua pula dengan fisika. Sewaktu SMA aku suka fisika, dan
sekarang? Aku tengah berpikir ulang untuk tetap menyukainya atau…. Ah, itu sebenarnya bukan persoalan, masalahnya
sekarang adalah bagaimana memperbaiki laporanku. Kebingungan masih menyelimuti dan entah harus kubiarkan sampai
kapan. Tiba-tiba wajah adik-adik ROHIS SMA hadir di kepalaku. Ah, besok kan jadwal bertemu mereka di sekolah, kami
biasanya akan berdiskusi topik-topik seputar agama, trik-trik belajar di sekolah atau bahkan ngarujak bareng. Kalimat
pertama yang biasanya dilontarkan setelah salam adalah “Teteh, apa kabar?” haruskah kujawab “Galau” haruskah aura
kegalauan gara-gara bingung dengan laporan tetap bersarang hingga esok hari? Bahaya, ini bisa menular ke adik-adik
ROHIS di sekolah.
“Oh, Ya Allah haruskah adik-adik ROHISku melihat kerapuhan kakaknya? Tolonglah hamba-Mu Ya Allah” teriakku
dalam hati. Aku harus ceria, semangat ketika berjumpa dengan adik-adiku besok. Melupakan laporan begitu saja tentu
bukan sebuah penyelesaian. Memperbaiki? Hal yang tak mungkin juga aku lakukan sementara aku belum menemukan letak
kesalahannya. Sebagian teman memutuskan untuk minta bantuan kakak kelas jurusan fisika yang satu kost dengan mereka
nanti malam. Kalau aku ikut mereka tentu aku harus menginap. Menginap, tentu juga tak mungkin karena aku belum minta
izin orang tua,HP ataupun telepon masih barang langka di tahun 2000. Aku tak ingin ayah ibuku kesusahan mencari putri
sulungnya. Birrul walidain, berbuat baik kepada orang tua adalah tema yang sering juga dibahas di ROHIS. Akhirnya aku
memutuskan untuk menemui Bu Dosen, siapa tahu beliau berkenan menunjukkan bagian laporan yang harus ku perbaiki.
49. Laboratorium sepi tapi pintunya terbuka, pasti ada orang didalamnya. Kuketuk pintu sebuah ruangan yang disekat di
dalam lab, “Assalamu’alaikum, boleh saya masuk?” “Wa’alaikumsalam, buka saja!” sahut Bu Dosen. Aku dipersilakan
duduk, “Ya, ada apa? Kamu anak biologi ya?” tanya Bu Dosen dengan senyum khasnya. “Betul Bu saya mahasiswa biologi
yang tadi praktikum. Seperti yang Ibu sampaikan bahwa laporan kami semua salah. Saya sudah membaca kembali laporan
saya dan mencari bagian yang harus saya perbaiki. Maklum Bu, ini laporan praktikum FisDas pertama yang saya buat,
saya kebingungan menemukan bagian mana yang harus saya perbaiki.” paparku dengan hati berdebar. “Coba saya periksa”
Bu Dosen memerhatikan laporanku dari awal hingga halaman terakhir, aku menunggu sambil harap-harap cemas. “Ehm,
laporan kamu sudah benar. Laporanmu mungkin terlewat diperiksa. Silakan mau dikumpulkan sekarang atau bareng dengan
yang lain?” kalimat yang meluncur itu sama sekali tak kuduga. “Nanti saja Bu, sekalian dengan teman-teman. Terima kasih
banyak Bu” akhirnya aku bisa pulang dengan riang.
Alhamdulillah. Aku bisa melalui tahun pertama kuliah dengan nilai A untuk Fisika Dasar I dan II. Tak bisa kubayangkan
jika saat itu aku menyerah dan memutuskan lari dari mata kuliah Fisika tentu ijasah sarjana tak bisa ku kantongi. Syukurku
kepada Allah yang telah mengijinkan aku menempa diri di ROHIS, belajar untuk menghadapi hidup, belajar memahi bahwa
tak mungkin Allah berikan beban tanpa pundak (hihi…yang ini sih lirik lagu salah satu nasyid). Alhamdulillah, ijasah S1
menjadi salah satu bekal untuk mendapatkan beasiswa Magister Bioteknologi di salah satu PTN di Bandung.
Alhamdulillah, gara-gara ROHIS ;)
Nama : Nurul Bunda Mumtaz
Facebook : http://www.facebook.com/nurulbundamumtaz
50. Satu kata yang mungkin bagi sebagian orang jarang mendengarnya. Bahkan
menjadi asing di telinga. Seperti aku. Sebelum pindah ke sekolah yang
memperkenalkan aku pada kata itu, jangankan mengklaimnya sebagai bagian
dari warna dalam hidupku, berfikir bahwa kata itu ada saja tidak.
Awalnya, aku berfikir, Warung Tegal seperti apa Rohis itu? Tidak tau. Untuk
sekolah-sekolah yang ada, Rohis memang diperkenalkan sebagai bagian dari
kegiatan yang dianjurkan untuk diikuti siswa. Tanpa ada untur paksaan di
dalamnya. Nah disitulah, bagi telinga-telinga asing mulai merasa familiar dengan
satu kata, Rohis.
Menurutku, Rohis merupakan satu tempat strategis untuk dikunjungi bagi
pandatangnya. Layaknya sebuah warung tegal, kalau-kalau perut kita sedang
lapar sasarannya pasti tempat makan. Khususnya bagi anak kos. Warung tegal
nan murah menjadi sasaran utamanya saat perut sedang meraung minta diisi
makan. Tak akan dimunafikkan kalau banyak orang yang akan betah berlama-
lama duduk menjamu di warung tegal itu. Apalagi ditemani riuhnya suara teman-
teman yang membuat susasana saat kita makan semakin nikmat. Setelah selesai
makan, ditambah dengan berbincang-bincang. Afdol sekali pasti rasanya.
Sama halnya dengan Rohis. Rohis merupakan suatu wadah yang tepat untuk
kita mengisi diri kita dengan hal-hal yang bermanfaat. Bagi dunia dan akhirat
pastinya. Untuk membuktikan kenyataan pada diri kita sendiri bahwa Allah
menciptakan kita sebagai hambanya yang penuh dengan kesempurnaan. Dirohis,
Antara warteg
dan rohis
Nama
Nurul Qamariah Adijaya
Instansi
Universitsa Islam Indonesia
Email
anhooeyul@yahoo.co.id
51. segala kemurahan itu ada. Pengurusnya sangat terbuka bagi siapa saja yang ingin bergabung mengisi hati agar bisa lebih
mandiri untuk hidup kepada-Nya yang menciptakan. Tangan Rohis itu murah untuk berbagi. Raut wajah orang-orang yang
ada didalamnya sangat mudah untuk tersenyum dan menyapa. Hangat, memiliki watak yang lembut dan mengerti akan
keadaan. Rohis mengerti bagaimana mendekatkan diri kepada Allah, dan memasukkan diri secara bersama-sama menuju jalan
yang diridhoi Allah. mengerti bagaimana menghormati orang lain, memuliakan orang lain agar dapat merasakan bagaimana
arti bahagia. Jiwa menjadi lebih tenang dan tak akan merasa sendiri.
Banyak kajian yang menjadi salah satu program kerja Rohis. Seperti salah satunya yang membuat aku bangga adalah
ternyata kita sebagai wanita merupakan sosok yang mulai dan pantas sekali untuk dimuliakan. Kita para wanita adalah
calon ibu yang disebut namanya tiga kali oleh Rasulullah saw. Saat ditanyakan siapa orang yang pantas untuk dimuliakan.
Oleh Imam an-Nawawi di dalam Syarah Sahîh Muslim juga terpampang jelas bahwa wanita harus diperlakukan secara
ma’ruf. Sebegitulah mulianya kita sebagai wanita. Kajian lain yang membuat kita menjadi pemerhati diri dan sesama juga
dibahas dalam Rohis. Seperti, Cara bekerja sama dalam berorganisasi. Dan apabila Rohis sedang ada kegiatan lapangan, kita
juga bisa mengerti arti kebersamaan, di dalam kebersamaan itu kita bisa memahami bagaimana menjalin komunikasi yang
baik. Dan suatu hal yang pastinya tak akan ketinggalan, adalah kajian-kajian yang membahas tentang habluminallah. Yang
membuat Pengetahuan kita mengenai agama meningkat. Kesempatan untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada
Allah swt. dan lisan kita yang mungkin biasanya sangat minim dalam berbahasa Arab juga menjadi tambah maksimal saat
berada di lingkungan Rohis. Bahkan bisa terbawa keluar dari lingkungan Rohis.
Itulah semua tentang Rohis, layaknya warteg yang bisa mengenyangkan dari keadan kita yang lapar sebelumnya. Lapar
akan pengetahuan agama dan ingin dekat dengan-Nya. Lapar akan bersosialisasi dengan saudara di sekitar lingkungan
kita. Dan lapar untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi. Tak ada kesesatan didalamnya. Tak ada penyimpangan
atau doktrin-doktrin pembawa kemurkaan dalam tiap langkahnya. Bergabunglah dan bersyukurlah bersama Rohis. Kita
bersama-sama untuk menjadi lebih baik
52. “Rohis itu bukan tempatnya orang-orang yang baik, tetapi Rohis itu tempatnya
orang-orang yang ingin menjadi lebih baik.”
Sebuah kalimat di selebaran Rohis kampus yang membuatku kembali tersentak
dan mengingat masa-masa menjadi bagian dari keluarga J-Com.
Jundulloh itu nama mushola di SMA-ku dulu dan entah bagaimana kakak-kakak
kelas kami dulu menamai anak-anak Rohisnya dengan julukan J-Com, Jundulloh
Community.
Pertama kali masuk SMA aku sama sekali tidak berpikiran untuk menjadi
pengurus Rohis. Awalnya aku memang mengikuti kajian rutin jumat di mushola,
itu juga karena ada kewajiban dari salah satu ekskul wajib disana. Tapi lama
kelamaan rasa terbebani karena kewajiban itu musnah, yang ada jadi perasaan
butuh pada kajian itu.
Sepertiorganisasi-organisasilain,Rohisselalupunyaacaraseru.Setiaptahunnya
Rohis menyelenggarakan acara Rihlah dan Baksos di daerah yang bisa dikatakan
“rawan”. Disinilah semua berawal. Dalam sebuah kesempatan, kakak-kakak
pengurus Rohis menanyakan kesediaan kami, peserta kelas X, untuk menjadi
pengurusRohisselanjutnya.Dandengansangatyakinakumengajukandiri.Jujur
saja, rasa minder itu pernah muncul. Apalagi ketika teman-teman lain meledekku
dengan julukan “mbak-mbak Rohis”. Bukannya aku tidak suka, hanya saja
terkesan me-“wah” kan. Siapa sih aku, kok berani-beraninya jadi pengurus Rohis?
GARA-GARA ROHIS,
AKU JATUH CINTA!
Nama
Rahmatika Sari
Sekolah
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS)
Fb
https://www.facebook.com/
ratisaaa?fref=ts
Email
ratisaaa@gmail.com
53. Berjilbab saja baru saja ketika masuk SMA. Ilmu agama juga tidak seberapa. Sholat masih suka malas dan bahkan kadang
masih bolong sana sini. Hapal Al-quran apalagi, juz ‘amma saja banyak yang lupa. Astaghfirulloh.
Kakak-kakak disana pun tidak menuntut banyak hal. Keikhlasan. Itu saja. Dan alhamdulillah aku dapat amanah yang
insyaallah menjadi awal terbaik untuk memulai jalan ini, menjadi seksi kajian dan dakwah, seksi yang mengurusi kajian rutin
jumat yang sering aku ikuti sebelumnya. Subhanallah. Dulu hanya bisa sekedar mengikuti kegiatannya, dan sekarang bisa
langsung merencanakan kapan ada atau tidaknya, menentukan siapa pembicara dan tema apa yang akan diusung, bahkan
aku punya kesempatan membuat teman-teman lain unjuk kepercayaan diri dengan mengemban tugas sebagai pembaca acara,
kultum dan tilawah saat kajian dilaksanakan. Alhamdulillah.
DanRohismengajarikuuntukmenyadaribahkankitahanyalahmanusia,makhlukNyayangtakpernahluputdarikesalahan.
Selama menjadi pengurus, begitu banyak perubahan yang terjadi. Berbagai cap juga bermunculan. Sampai sekarang aku
masih bertanya-tanya, kenapa ada labeling anak Rohis itu alim? Dianggap tahu “lebih” daripada anak lain? Padahal sama
sekali tak ada hubungannya, toh kami sama-sama sedang belajar, hanya judulnya saja yang berbeda. Dan kenapa ketika
salah seorang dari kami melakukan kesalahan, yang bahkan seperti sudah dianggap biasa saja bagi orang-orang, banyak dari
mereka menanggapinya dengan berlebihan? Kami dicemooh, digunjingkan disana-sini. Dari situlah aku justru termotivasi
menjadi lebih baik lagi bukan hanya dihadapan orang lain, tetapi juga Allah SWT. Aku terpacu untuk merealisasikan bahwa
ekspektasi mereka terhadapku dan teman-teman pengurus lain, yang katanya anak Rohis itu alim, tidak jauh dari aku yang
sebenarnya.
Bagiku, Rohis membuat aku menjadi lebih “hidup” tidak hanya sekedar hidup dalam kehidupan yang itu-itu saja dengan
segala rutinitas duniawinya yang menyita waktu. Rohis membuatku mengenal banyak hal baru; nasyid, liqo, rihlah, mabit,
dan lainnya. Rohis membuat aku memiliki banyak teman-teman seperjuangan yang bahkan sudah seperti keluarga sendiri.
54. Kami tersenyum bahagia bersama ketika kegiatan-kegiatan yang kami lakukan juga membawa banyak senyum. Kami
menangis bersama ketika salah satu dari kami membagi kisah hidupnya. Kami tersenyum haru bersama ketika waktu yang
akhirnya membuat kami terpisah jarak, puluhan bahkan ribuan kilometer, untuk mencari ilmu di tempatnya masing-masing.
Aku bersyukur sekali bisa menjadi bagian dari J-Com. Tak ada zamannya Rohis jadi sarang teroris. Rohis itu organisasi paling
super hebat yang pernah ada, dimanapun sekolah atau universitasnya. Rohis itu organisasi yang kekeluargaannya paling
berasa sangat kental. Rohis itu juga organisasi yang di setiap acaranya tak pernah atau jarang sekali menarik uang kontribusi
dari pesertanya, tetapi memberikan kegiatan-kegiatan yang asyik, seru dan bermanfaat dunia akhirat, serta insyaallah selalu
diridhoiNya.
Rohislah tempatku dan teman-teman belajar bersama. Tak masalah seperti apa aku dulu. Tak masalah jika aku hanya
tahu sedikit tentang ilmu agama. Tak masalah. Semua itu sungguh tak menjadi masalah ketika aku mau terus dan terus
belajar memperbaiki diri, akhlak, dan pengetahuan agama yang aku miliki. Gara-gara Rohis aku semakin cinta padaNya dan
ajaranNya. Gara-gara Rohis aku jatuh cinta pada lantunan ayat-ayat suciNya dan nasyid. Gara-gara Rohis tak seminggupun
bisa kulewati tanpa kajian, liqo, ataupun sekedar mencari bekal melalui internet. Gara-gara Rohis tak segan kulewati
sepertiga malam untuk mencurahkan segala isi hatiku kepada Yang Mahakasih. Gara-gara Rohis aku jatuh cinta pada
mereka, keluarga J-Com dan Neoramdhanz Community, karena Allah SWT. Semua gara-gara Rohis!
55. Salam haru biru, negeri merah putih
Aku masih terperangkap di sini, negeri merah putih.
Mendengar keluh kesah problematika bangsa yang tak pernah usai,
menggores kalbu yang mulai pudar warna putihnya.
Gelap…
Aku masih terperangkap di sini, negeri merah putih.
Menyaksikan jiwa-jiwa yang berada pada persimpangan jalan,
jutaan jiwa yang bingung harus pergi kemana, mengigau karena belum
terbangun dari tidur panjangnya.
Gelap…
Aku terperangkap di sini, negeri merah putih, berdiri menatap para pemimpin
negeri tercinta.
Berbeda dari masa lalu,
kini,
perkataan mereka serupa angin yang berhembus,
beberapa nurani mulai hilang karena mulai tertutupi kursi.
Gelap…
Cahaya Negeri Merah
Putih
Nama
Rizal Fathul Anwar
Asal Instansi
Forum Dienul Islam / SMKN 1
Cimahi
Email : rizal.fathul.anwar@gmail.
com
56. Aku masih terperangkap di sini, negeri merah putih.
Wahai para alim, muara mata air religi negeri kami, yang menatap lewat Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Tunjukan lagi kepada kami cahaya itu, cahaya yang terpancar dari hati yang khusyu,
cahaya yang terpancar dari untaian ayat-ayat penyejuk tanah air ini.
Gelap…
Aku pun masih tetap terperangkap di sini, negeri merah putih.
Kutatap mata para kanak-kanak penerus negeri.
Ajaib,
kulihat kemiskinan,
bahkan kulihat kebodohan,
kemudian kulihat kekufuran,
o, tauran,
o, hedonisme.
Gelap…
Tunggu,
terlihat masa kecil yang berbinar di negeri merah putih.
Hati-hati yang berhimpun dalam kasih sayang,
tebaran jutaan senyum,
uluran tangan para petinggi,
bahagia seperti burung yang terbang bebas di atas tanah, bebas.
57. Cahaya…
Aku terbebas dari perangkap itu, negeri merah putih yang mulai usang.
Kebebasan yang kurayakan dengan masuk sekolah jenjang SMA.
Cahaya…
Aku berdiri di sini, sekolah pembangunan untuk negeri merah putih.
Diasuh oleh kehangatan kasih sayang para mentor dan murabbi,
yang mendidik bukan hardik,
yang mengajarkan furqon,
yang mengikat, mendekatkan diri kepada Allah, pemilik jiwa ini.
Cahaya…
Aku mulai dari sini, sekolah pembangunan untuk negeri merah putih.
Memulai sepenggal episode, serangkai cerita dan segores kenangan bersama mereka.
Mereka, rohis sekolah pembangunan untuk negeri merah putih.
Forum Dienul Islam.
Cahaya…
58. Aku berdiri di sini, Forum Dienul Islam, pembangun peradaban negeri merah putih yang baru.
Di tempat inilah,
Allah mempertemukan kami,
Allah merajut ukhuwah untuk kami.
Sehingga akan tercipta peradaban baru negeri merah putih lewat mimpi dan aksi kami.
Peradaban negeri merah putih yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.
Cahaya…
Aku berdiri di sini, Forum Dienul Islam, pembangun peradaban negeri merah putih yang baru.
Sudah banyak tinta yang kami goreskan untuk pembangunan dan negeri merah putih.
Walau banyak kesalahan dan kealpaan yang tertoreh karena kekurangan kami,
tapi rohis akan terus berusaha melawan radikalisme zaman baru,
tapi rohis akan terus merawat dengan kasih sayang belia-belia putih abu,
tapi rohis akan selalu berusaha untuk membuat negeri merah putih ini tersenyum
tersenyum melihat generasinya, generasi agamis yang menghapuskan keluh dimasa gelap.
Cahaya, Semoga menjadi cahaya…
Kami mencoba sekuat tenaga untuk negeri merah putih ini,
saat kami berganti masa, inilah,
Jejak-jejak yang telah kami ukir dijalan ini, meski tidak banyak yang telah kami persembahkan.
Yang kami persembahkan hanyalah setetes, setetes air dari luasnya lautan,
59. Dan kami YAKIN,
ini BUKAN episode akhir dari perjalanan dakwah kami.
Karena bagi kami,
TIDAK ADA kata akhir untuk terus berdakwah.
Jalan dakwah masih panjang, terbentang jauh ke depan.
Jalan yang terjal dan berliku,
ujungnya bukan di usia,
bukan pula di dunia,
tetapi,
syurga Allah.
Cahaya, Semoga menjadi cahaya…
Kami bersyukur Allah mempertemukan kami disini.
Di jalan ini,
merasakan indahnya ukhuwah,
dalam ikatan akidah islam.
Bertemu dengan orang-orang hebat,
orang-orang yang senantiasa memotivasi untuk negeri ini,
orang-orang yang senantiasa mengingatkan dalam kebaikan,
orang-orang yang senantiasa mengajak berbaris, dalam barisan mujahid dan mujahiddah.
Cahaya, Semoga menjadi cahaya…
60. Begitu banyak,
ilmu, pengalaman, nilai kehidupan, arti persahabatan,
yang kami dapat disini.
Begitu banyak kenangan, yang mungkin tak bisa dilupakan.
Bersama sebuah keluarga,
keluarga Forum Dienul Islam,
rohis sekolah pembangunan untuk negeri merah putih.
Cahaya…
Salam kasih sayang negeri merah-putihku, negeri airmataku.
Kini di atas reruntuhan keluh kesah yang menua, sambil berdiri di rohis, kutepis keputus asaan.
Suatu hari jiwa yang cerah seperti matahari akan mencerahkan segala yang telah tertutupi kegelapan.
Jutaan azam, daya dan do’a akan melambung, menutup wajah duka.
Dan para pemimpin, ulama, rakyat,
akan terlahir kembali dengan hikmah.
Entah kapan, kuharap kita segera kembali dari masa gelap ini. Membangkitkan negeri cinta kita sekali lagi.
Namun, rohis memberikan sinyal, bahwa harapan itu masih ada, harapan untuk negeri merah putih ini, harapan untuk
generasi baru negeri ini.
Bangkitlah negeriku, negeri merah-putihku.
“Minadz Dzulumati Ilan Nur…”
61. Bissmillah~
Assalaam.wr.wb
Ketika dakwah tak menarik lagi untuk dipertahankan
disaat cinta dunia telah menggelapkan pandangan islam
hati yang dulunya penuh dengan ketenangan islam,sekarang berubah seakan
manisnya iman tak pernah singgah di hati walau hanya sebentar
mungkin sekilas terlihat biasa puisi di atas namun itu adalah cuplikan dari
sebuah naskah ceramah saya yang membuat saya menjuarai posisi ke-3 (lomba
dakwah)saya tidak bermaksud menyombongkan diri ataupun pamer, tetapi apa
yang saya dapat saat itu adalah pencapaian yang penuh dengan kisah.
Dimulai semenjak kelas 1 smp , saya adalah seorang yang ber-agama Kristen
Katolik karena saya mengikuti ayah saya yang juga pada waktu itu ber-agama
kristen,singkat cerita Ibu saya memasukkan saya ke sekolah SMP Assalaam yang
berbasis islam karena ibu ingin saya kelak menjadi pribadi yang baik dan shaleh.
Kalau tidak salah Ibu pernah bilang kepada saya "ga peduli kaya,miskin,pintar
atau bodoh asalkan kamu bisa jadi anak yang shaleh itu udah buat seneng".
SEBENIH ROHIS
DI HATIKU
Nama
Ryo Edward I
asal
SMAN 7 BANDUNG
Email
ryoedward@ymail.com
62. Ketika saya masuk kesana sangat sulit mencari teman di SMP. karena perbedaan agama tentunya yang membuat saya
tertutup. Disisi yang sama saya tidak menyukai guru agama saya yang bernama Pa maksoem karena dia sangat bersikeras
agar saya mendalami islam , ia membuat saya sering maju ke depan untuk membaca ayat Al-Quran atau menulis ayat-ayat
Al-Quran di papan tulis.
Selang beberapa bulan,ternyata saya menyukai seorang Akhwat Islam,uniknya saya memutuskan untuk mendalami islam
agar sang akhwat itu tertarik pada saya (kalau jaman sekarang lebih disebut pdkt dan nge-skill)tapi saya menyadari bagi
saya yang tidak ada bekal agama apapun sulit untuk membaca Al-Quran , Menulis Kaligrafi , Menghafal Juz Al-Quran..
tapi itu tidak membuat saya putus asa.
Alhasil saya memilih menghafal hadis terjemahan saja Ternyata hal itu menjadi Titik perubahan hidup saya , apa yang saya
hafalkan (hadist-hadist tersebut) saya amalkan karena sangat tertarik dengan sebutan surga,kebahagiaan,siksa perih dll.
Setahun berlalu saya kelas 2 SMP , saya memutuskan untuk mengikuti TPQ (Tempat Pembelajaran Al-Quran) itupun
setelah ajakan teman satu kelas saya yang kebetulan adalah anak-anak panti asuhan.Rasa malas tetap ada namun saya
selalu mencoba hadir pada TPQ karena pada waktu itu saya sudah sering sms-an dengan akhwat yang saya sukai dan
dengan rasa bangga tanpa dosa, saya masih ingat isi sms itu "Udah dulu ya , mau TPQ dulu sama anak-anak PANTI :p" hal
ini selalu membuat saya tertawa sendiri mengingatnya.Di tempat TPQ itulah saya mulai mendengar kisah-kisah Nabi yang
menggugah dan selalu berhasil membuat badan saya merinding mendengarnya.
Memasuki tahun terakhir yaitu kelas 3 SMP , saya malah semakin dekat dengan anak panti dan kehidupan mereka
dibanding niat awal saya yang mau PDKT dengan akhwat itu.Mereka (anak panti) meminta saya sebagai guru privat
mereka untuk mengajari mereka pelajaran mata sekolah selain agama.
63. Ketika saya mengajari mereka di panti asuhan tepatnya,saya pun mengikuti aturan disana dan dari sana lah saya merasakan
cara hidup mereka sehari-hari yang penuh dengan rohani islam dan jauh dari keluarga ,begitu menyentuh dan sangat membuat
hati ingin menjerit.
Lulus SMP saya memasuki SMAN 25 BANDUNG disana pun ada 1 kegiatan yang membuat saya tertarik yaitu eskul
rohis bernama DKM At-tarbiyah'25 ,saya yang baru masuk SMA itu pun baru dapat membaca Al-Quran karena syarat
kelulusan SMP saya adalah seluruh siswa wajib dapat membaca Al-Quran.Adapun disana saya berperan hanya sebagai
pendengar dari segala sharing ilmu dari kakak-kakak kelas saya
Memasuki Kelas 2 SMA , saya pun pindah ke SMAN 7 BANDUNG karena alasan "jarak rumah ke sekolah terlalu
jauh" disana saya ikut sekali lagi dalam kegiatan ROHIS bernama KAMUS7 (Keluarga Muslim 7 ) disitu terdapat sebuah
permasalahan akan sedikit nya aktivitas yang ada dalam kegiatan rohis itu sendiri.saya ingin melakukan sesuatu namun
waktu itu saya belum dapat ber-sosialisasi dengan baik (karena saya murid pindahan).
TernyataawalsayamasukadasebuahlombadalammenyambutRamadhan,sayakalahdanmelihatparapemenang,keberhasilan
mereka membuat 1 tekad pada saya
"tahun depan adalah tahun kemenangan saya".
Di SMAN 7 saya bertemu dengan guru mentoring yang hebat , ia mengajarkan saya bahwa islam bukan sebatas buku
pelajaran kita harus selalu memperdalam ilmu agama mulai dari fikih , tauhid dan sebagainya.
64. Alhasil ,rohis lah yang membuat saya jauh lebih paham arti dari islam yang sebenarnya rohis itu sendiri yang membuka ruang
bagi saya untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik untuk setiap harinya rohis itu sendiri yang membuat Kreatifitas dan
Inovasi untuk selalu membawa nama islam pada arti konkret
rohis itu sendiri yang membuat para generasi islam menjadi orang yang luar biasa dalam memajukan setiap kebaikan
ITULAH ROHIS , ITULAH ISLAM ^^
saya memutuskan memberi judul pada artikel ini "Sebenih Rohis Di Hatiku"
Karena benih ini telah tumbuh menjadi pohon yang kuat dan mengeluarkan buah.. untuk dinikmati bersama menggapai
Ridha Allah
KU BELA ISLAMKU , KU BELA ROHISKU
semoga dapat menginspirasi ikhwan dan akhwat sekalian^^
Wassalaam.wr.wb
65. Segala puji bagi Allah yang telah menuliskan namaku dalam barisan ini.
Jika tak kudapati teman sejati di kelas, di sinilah aku menemukan mereka.
Sekumpulan akhwat dengan pemikiran dan pemahaman serupa. Bersama menaati
perintah Allah dan memerangi larangan-Nya. Tak ada permusuhan, kebencian,
kedengkian, dan rasa dendam di dalamnya. Karena semua bersandarkan pada
Ilah yang sejati. Tidak ada perbuatan salah, kecuali segera meminta maaf. Dan
tidak ada ucapan maaf, kecuali pasti sudah dimaafkan.
Oh betapa indahnya hidup bersama mereka. Rasanya kita seperti sudah berada
di surga. Apa pun yang kita bicarakan adalah kebaikan. Tidak ada ucapan yang
tidak berguna di sini. Dan tidak ada pertemuan, selain salah satu atau keduanya
mengucapkan doa keselamatan bagi saudaranya. Tentu saja seraya menjabat
tangan dan memberikan pelukan hangat. Inilah ukhuwah.
”Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada di dalam hati mereka;
mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.” (QS.
Al Hijr: 47)
“Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia maupun yang
menimbulkan dosa, melainkan ucapan salam.” (QS. Al Waqi’ah:25-26)
oleh
Septin Krisna Ramdani
Gara-Gara Rohis
Kutemukan Taman
Surga di Dunia
66. Gara-gara aku masuk rohis, aku menemukan taman surga di dunia. Suatu “gara-gara” yang menyenangkan. Karena bersama
merekalah aku bertahan dan senantiasa berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Mungkin dahulu aku di SMP hanyalah
siswa biasa. Tetapi bermula dari rohis ini, perlahan aku berubah menjadi pelajar luar biasa, di luar kebiasaan remaja pada
umumnya. Jika pelajar lain score oriented, aku bersama teman-teman rohis Allah oriented. Di saat teman-teman asyik
mencontek, membolos, maupun sibuk dengan kesenangannya sendiri, aku belajar untuk senantiasa jujur, membantu, dan
menghormati yang lebih tua.
Ketahuilah, tiada gunanya hidupmu jika kau tidak mengenal-Nya. Dekatilah Dia dengan bergaul bersama orang-orang yang
mencintai-Nya. Lalu temukan Dia sebagai motivasi terbesarmu dalam hidup :)
biodata penulis
Septin Krisna Ramdani
STMM MMTC Yogyakarta
cept_gendon@yahoo.com
67. Hanya lima huruf, tapi bermakna
Hanya lima huruf, tapi mengena
ROHIS dan CINTA
Kata yang merubah yang sulit dirubah
Hanya gabungan lima huruf
ROHIS dan CINTA
ROHIS adalah cinta
Mengenalkanku pada cinta utama
CINTA adalah Rohis
Membuatku sulit berpaling
Katanya ROHIS itu teroris
Kata itu melukai cinta
ROHIS itu cinta
Cinta takkan pernah melukai
Teroris itu membuat orang mati
Lima huruf itu tak terlihat, tapi terasa ada
Mampu memekarkan bunga layu
Bisa melukis biru menembus 7 lapisan
oleh
Shelyna Fauziah S.
Hanya Lima Huruf
68. ROHIS…
Hanya rangkaian lima huruf
Membuatku mencintai sang Maha Cinta
ROHIS…
Satu kata sederhana
Mengenalkanku pada sejatinya CINTA
Biodata
Nama
Shelyna Fauziah S.
Asal instasi
SMAN 1 Lembang
Email
shelynafsah@gmail.com