SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  6
Télécharger pour lire hors ligne
“Kita yg selalu memikirkan
tentang kita”
• Prolog buku Paolo Coelho (2003), the alchemist, ibarat sebuah
cermin. Didalamnya dikisahkan seorang yang bernama Narcissus,
yang gemar mengagumi dirinya pada permukaan air danau yang
tenang dan jernih. Setiap hari ia selalu pergi ke tepi danau, kemudian
memandangi dan mematut-matut bayangan wajahnya disana.
Berjam-jam setiap hari, dan tidak bosan-bosannya, Ia memuja
wajahnya yang Ia yakini sangat tampan. Alkisah, pada suatu hari
Narcissus meninggal, lalu danau kehilangan pengunjung tetapnya.
Seekor ikan yang hidup di danau itu heran melihat sang danau
bersedih dan menangis setiap harinya hingga mengubah air di danau
menjadi asin (salty waters), lalu bertanya apakah kamu menangisi
kepergian Narcissus. Danau menjawab, aku sama sekali tidak
menangisi kepergiannya. Aku merasa sangat kehilangan karena setiap
kali dia datang memandangi wajahnya pada diriku, aku menyaksikan
keindahanku sendiri pada bola matanya.
• Sepenggal kisah di atas, merupakan tragedi, sekaligus realita
kehidupan yang sering kita temui di masyarakat. Bagaimana
kita memandang diri kita sendiri dan bagaimana kita
memandang orang lain. Dengan menggunakan metafora
dalam mengabstraksikan realita kehidupan manusia, kita
seringkali menempatkan diri kita lebih di depan daripada
orang lain. Diri kita lebih berarti daripada orang lain.
Pemahaman kita yang lebih baik dari pada pemahaman
orang lain, bahwa saya selalu benar, dan kamu kurang tepat
dalam memahaminya. Saya menang, dan kamu kalah. Saya
lebih dari kamu dan kamu tidak melebihi dari saya. Saya
penting dan kamu tidak penting. dan lain sebagainya.
• Ini potret dari masyarakat kita yang membangun kotak-kotak, sekat-sekat,
ruang dan struktur dalam kehidupan sosial budaya kita, memandang segala
sesuatu dari perspektif kita. Ibarat mengulang lagi sebuah cerita antar
adam – tuhan dan iblis bahwa superioritas diri sebuah entitas ternyata
memang lebih tua dari umur manusia itu sendiri. Hal ini lambat laun
mengotak membuat batas-batas sosial yang semakin jelas, membuat
penegasan antara kita dan yang bukan kita. Pe-label-an Islam dan yang
lebih islam, Indonesia – dan yang lebih Indonesia, jawa – lebih jawa, batak
– lebih batak, murni-lebih murni – tidak murni - mempertegas garis
persamaan dan perbedaan antar kita, membuat lebih banyak prasangka
daripada ikhtiar perbuatan baik, saling percaya dan gotong royong. Saya
dapat memaklumi jika ini terjadi di negeri yang langka sumber daya –
seperti non tropis, memandang manusia sebagai serigala bagi manusia
yang lain (homo homini lupus), namun ini terjadi di negeri yang
berkelimpahan seperti indonesia. Kondisi ini yg menjadikan potensi konflik
– pergesekan lebih mudah tersulut api.
•Pada akhirnya, di era yang
terinterkoneksi - terhubung melalui
berbagai sarana - saling terhubung
menjadi satu kesatuan dengan
batasnya masing-masing
(masyarakat lintas batas).
•Harmoni ibarat simfoni, mengalir tidak terlalu
jauh namun juga tidak terlalu dekat. Atas,
namun juga kadang di tempat yang tidak terlalu
atas, ataupun jika tidak dikanan, bisa di kiri, atau
bisa juga di tengah. Dimana saja namun pada
saat yang bersamaan tidak dimanapun. Yang
lebih dan yang kurang hanya dari mana kita
memandangnya, yang tetap dan absolut hanya
milik yang kuasa.

Contenu connexe

Similaire à Kita yang selalu memikirkan tentang kita

Ensiklopedia sastra indonesia sd smp
Ensiklopedia sastra indonesia sd smpEnsiklopedia sastra indonesia sd smp
Ensiklopedia sastra indonesia sd smp
Dhek Prasetya
 
Telaah puisi(17 2-10)
Telaah puisi(17 2-10)Telaah puisi(17 2-10)
Telaah puisi(17 2-10)
Elsens Viele
 
Puisi melayu (1)
Puisi melayu (1)Puisi melayu (1)
Puisi melayu (1)
yopyus
 
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen Sagra karya Oka Rusmini
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen  Sagra  karya Oka RusminiPotret Bali dalam Kumpulan Cerpen  Sagra  karya Oka Rusmini
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen Sagra karya Oka Rusmini
ahmad bahtiar
 
8621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
8621006 buku-sunda-buat-bangsa-18621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
8621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
AndryHidahsyat
 

Similaire à Kita yang selalu memikirkan tentang kita (20)

Konsepsi Imu Budaya Dasar dalam kesusastraan
Konsepsi Imu Budaya Dasar dalam kesusastraanKonsepsi Imu Budaya Dasar dalam kesusastraan
Konsepsi Imu Budaya Dasar dalam kesusastraan
 
Ensiklopedia sastra indonesia sd smp
Ensiklopedia sastra indonesia sd smpEnsiklopedia sastra indonesia sd smp
Ensiklopedia sastra indonesia sd smp
 
Koksidiosis kebudayaan
Koksidiosis kebudayaanKoksidiosis kebudayaan
Koksidiosis kebudayaan
 
Telaah puisi(17 2-10)
Telaah puisi(17 2-10)Telaah puisi(17 2-10)
Telaah puisi(17 2-10)
 
Cinta Tak Bertuan.docx
Cinta Tak Bertuan.docxCinta Tak Bertuan.docx
Cinta Tak Bertuan.docx
 
Lentera news ed.#23 April 2016
Lentera news  ed.#23 April 2016Lentera news  ed.#23 April 2016
Lentera news ed.#23 April 2016
 
CERPEN.pptx
CERPEN.pptxCERPEN.pptx
CERPEN.pptx
 
PPT NOVEL XII GENAP.pptx
PPT NOVEL XII GENAP.pptxPPT NOVEL XII GENAP.pptx
PPT NOVEL XII GENAP.pptx
 
Teori mimetik 1
Teori mimetik 1Teori mimetik 1
Teori mimetik 1
 
KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN
KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAANKONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN
KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN
 
Puisi melayu (1)
Puisi melayu (1)Puisi melayu (1)
Puisi melayu (1)
 
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen Sagra karya Oka Rusmini
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen  Sagra  karya Oka RusminiPotret Bali dalam Kumpulan Cerpen  Sagra  karya Oka Rusmini
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen Sagra karya Oka Rusmini
 
Hakikat-Apresiasi-Puisi.pptx
Hakikat-Apresiasi-Puisi.pptxHakikat-Apresiasi-Puisi.pptx
Hakikat-Apresiasi-Puisi.pptx
 
Cara Menulis Cerpen.pptx
Cara Menulis Cerpen.pptxCara Menulis Cerpen.pptx
Cara Menulis Cerpen.pptx
 
Puisi kontemporer
Puisi kontemporerPuisi kontemporer
Puisi kontemporer
 
BERJALAN DI ATAS CAHAYA : KISAH 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA -- HANUM SALSABIELA...
BERJALAN DI ATAS CAHAYA : KISAH 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA -- HANUM SALSABIELA...BERJALAN DI ATAS CAHAYA : KISAH 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA -- HANUM SALSABIELA...
BERJALAN DI ATAS CAHAYA : KISAH 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA -- HANUM SALSABIELA...
 
Penulisan kreatif
Penulisan kreatifPenulisan kreatif
Penulisan kreatif
 
8621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
8621006 buku-sunda-buat-bangsa-18621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
8621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
 
MODUL BAHASA INDONESIA BAB III CERPEN KELAS IX TINGKAT SMP-K13
MODUL BAHASA INDONESIA BAB III CERPEN KELAS IX TINGKAT SMP-K13MODUL BAHASA INDONESIA BAB III CERPEN KELAS IX TINGKAT SMP-K13
MODUL BAHASA INDONESIA BAB III CERPEN KELAS IX TINGKAT SMP-K13
 
Kostum
KostumKostum
Kostum
 

Dernier (6)

SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
 
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
 
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
 
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptxHadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
 

Kita yang selalu memikirkan tentang kita

  • 1. “Kita yg selalu memikirkan tentang kita”
  • 2. • Prolog buku Paolo Coelho (2003), the alchemist, ibarat sebuah cermin. Didalamnya dikisahkan seorang yang bernama Narcissus, yang gemar mengagumi dirinya pada permukaan air danau yang tenang dan jernih. Setiap hari ia selalu pergi ke tepi danau, kemudian memandangi dan mematut-matut bayangan wajahnya disana. Berjam-jam setiap hari, dan tidak bosan-bosannya, Ia memuja wajahnya yang Ia yakini sangat tampan. Alkisah, pada suatu hari Narcissus meninggal, lalu danau kehilangan pengunjung tetapnya. Seekor ikan yang hidup di danau itu heran melihat sang danau bersedih dan menangis setiap harinya hingga mengubah air di danau menjadi asin (salty waters), lalu bertanya apakah kamu menangisi kepergian Narcissus. Danau menjawab, aku sama sekali tidak menangisi kepergiannya. Aku merasa sangat kehilangan karena setiap kali dia datang memandangi wajahnya pada diriku, aku menyaksikan keindahanku sendiri pada bola matanya.
  • 3. • Sepenggal kisah di atas, merupakan tragedi, sekaligus realita kehidupan yang sering kita temui di masyarakat. Bagaimana kita memandang diri kita sendiri dan bagaimana kita memandang orang lain. Dengan menggunakan metafora dalam mengabstraksikan realita kehidupan manusia, kita seringkali menempatkan diri kita lebih di depan daripada orang lain. Diri kita lebih berarti daripada orang lain. Pemahaman kita yang lebih baik dari pada pemahaman orang lain, bahwa saya selalu benar, dan kamu kurang tepat dalam memahaminya. Saya menang, dan kamu kalah. Saya lebih dari kamu dan kamu tidak melebihi dari saya. Saya penting dan kamu tidak penting. dan lain sebagainya.
  • 4. • Ini potret dari masyarakat kita yang membangun kotak-kotak, sekat-sekat, ruang dan struktur dalam kehidupan sosial budaya kita, memandang segala sesuatu dari perspektif kita. Ibarat mengulang lagi sebuah cerita antar adam – tuhan dan iblis bahwa superioritas diri sebuah entitas ternyata memang lebih tua dari umur manusia itu sendiri. Hal ini lambat laun mengotak membuat batas-batas sosial yang semakin jelas, membuat penegasan antara kita dan yang bukan kita. Pe-label-an Islam dan yang lebih islam, Indonesia – dan yang lebih Indonesia, jawa – lebih jawa, batak – lebih batak, murni-lebih murni – tidak murni - mempertegas garis persamaan dan perbedaan antar kita, membuat lebih banyak prasangka daripada ikhtiar perbuatan baik, saling percaya dan gotong royong. Saya dapat memaklumi jika ini terjadi di negeri yang langka sumber daya – seperti non tropis, memandang manusia sebagai serigala bagi manusia yang lain (homo homini lupus), namun ini terjadi di negeri yang berkelimpahan seperti indonesia. Kondisi ini yg menjadikan potensi konflik – pergesekan lebih mudah tersulut api.
  • 5. •Pada akhirnya, di era yang terinterkoneksi - terhubung melalui berbagai sarana - saling terhubung menjadi satu kesatuan dengan batasnya masing-masing (masyarakat lintas batas).
  • 6. •Harmoni ibarat simfoni, mengalir tidak terlalu jauh namun juga tidak terlalu dekat. Atas, namun juga kadang di tempat yang tidak terlalu atas, ataupun jika tidak dikanan, bisa di kiri, atau bisa juga di tengah. Dimana saja namun pada saat yang bersamaan tidak dimanapun. Yang lebih dan yang kurang hanya dari mana kita memandangnya, yang tetap dan absolut hanya milik yang kuasa.