Dokumen tersebut membahas tentang sistem transportasi dan tata guna lahan, dengan menjelaskan konsep-konsep keterkaitan antara subsistem tata guna lahan dan subsistem transportasi. Dokumen ini juga menjelaskan model-model pembangunan wilayah berdasarkan bentuk dan struktur tata guna lahannya, serta konsep-konsep interaksi antara tata guna lahan dan transportasi seperti aksesibilitas, bangkitan perjalanan, dan distribusi perjalanan.
5. Konsep: ruang kota/wilayah sbg satu kesatuan yg
digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat
yang perlu dipelihara kelestariannya.
UU No. 24 Thn 1992 (ditetapkan PP No. 47 tahun 1997)
tentang acuan perencanaan pemb. Nas. untuk:
- Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan
perkembangan antar wilayah serta keserasian antar sektor
pembangunan;
- Pengarahan lokasi investasi yang dilaksanakan oleh
pemerintah/masyarakat;
- Pedoman Penataan ruang wilayah provinsi dan kota/kab.
6. Prinsip, pembagian ruang kota berdasarkan:
- Fungsi : kawasan budidaya, kawasan lindung
- Kegiatan : kawasan cepat tumbuh, kawasan berpotensi,
kawasan kritis, kawasan tertinggal
- Aspek administrasi : batas-batas administrasi wilayah kota
3 indikator keberhasilan pengembangan kota/
wilayah (Maskur Riyadi, 2000):
* Produktivitas, yang dapat diukur dari perkembangan kinerja
suatu institusi beserta aparatnya.
* Efisiensi, terkait dgn meningkatnya kemampuan
teknologi/sistem dan kualitas SDM dlm pelaksanaan pemb.
* Partisipasi masyarakat, yang menjamin kesinambungan
pelaksanaan suatu program di suatu kota/wilayah.
7. Faktor-faktor KeberhasilanFaktor-faktor Keberhasilan
Faktor-faktor /ciri wilayah yang berpengaruh:
kondisi politik dan sosial,
struktur kelembagaan,
komitmen aparat dan masyarakat,
Tingkat pendidikan aparat /masy
kemampuan berkoordinasi,
dan memfasilitasi semua kepentingan,
kreativitas yang inovatif
(Maskur Riyadi, 2000).
9. Berdasarkan bentuk dan struktur, pengembangan kota/
wilayah dapat dimodelisasi menjadi tiga yang dikenal
dengan istilah bentuk wilayah dan mempresentasikan
konfigurasi umum dari tata guna lahannya (Torrens,
2000).
3.2.1 Teori Zona Terpusat
(Konsentrik)
E.W Burgess (1925), asumsi: pengembangan kota tumbuh dari
pusatnya mengembang keluar secara radial dalam lingkaran
konsentrik. Kota dibagi 5 zona utama:
•Zona Pusat atau Central Business District (CBD)
•Zona Transisi (Industri dan tempat tinggal)
•Zona Pabrik dan Rumah Pekerja (Rumah tua dan kumuh)
•Zona Perumahan (Rumah baru, luas – kelas menengah),
•Zona Komuter (Rumah mewah, lingkungan nyaman-kelas atas)
10.
11. 3.2.2 Teori Wedge atau Sektor Radial (Hoyt, 1939).
-Menjelaskan kecenderungan dr berbagai SEG dlm
memilih lokasi perumahannya.
-Menyarankan adanya kecenderungan bagi rumah
mewah (berkualitas tinggi) berkembang menuju
keluar pusat perkotaan disepanjang rute-rute utama
-Mempertimbangkan arah/jarak sbg faktor2 bentuk
dari distribusi spasial aktivitas perkotaan.
-Kelemahan model: telah melupakan lokasi-lokasi
pekerja yang kenyataannya justru merupakan
determinan terbesar didalam perumahan (Harvey,
1996).
12.
13. 3.2.3 Teori Multi Nuclei: Harris dan Ullmann (1945)
-Pengembangan kota cenderung banyak pusat
melayani area lokal aglomerasi suatu kegiatan.
-Dapat mengakomodasi faktor2 berpengaruh besar
pada distribusi spasial aktivitas perkotaan: topografi,
pengaruh sejarah dan aksesibilitas.
-Model ini berreferensi pada jaringan jalan dari
sistem transportasi yang ada, sehingga model
pengembangan ini lebih mudah untuk menjelaskan
kenapa berbagai pola spasial daerah perkotaan
muncul (Warren, 1993).
23. • 6 KONSEP KETERKAITAN:
1. Aksesibilitas (Accessibility)
2. Bangkitan Perjalanan (Trip Generation)
3. Distribusi Perjalanan (Trip Distribution)
4. Pemilihan Moda (Modal Split/choice)
5. Pembebanan Lalu lintas (Traffic Asignment)
6. Teori Arus (kapasitas, volume, kepadatan)
No. 2 s/d 5: 4 Tahap dalam Perencanaan Transportasi
(model untuk menentukan permintaan
transportasi dari variabel2 guna lahan)
Konsep perencanaan: Supplai (S) ~ Demand
(D)
S = f (D) atau D = f(S)
KONSEP INTERAKSI
27. KONSEP DASAR :KONSEP DASAR :
Sub-region A
Sub-region B
Pembangunan Frontage Jalan berlokasi
sepanjang Segmen Jalan Penghubung yang
menghubungkan 2 sub-regional Wilayah
Pengaruh
28. KONSEP ANALISIS REGIONAL WILAYAH PENGARUH :KONSEP ANALISIS REGIONAL WILAYAH PENGARUH :
Skala Zona Lokal dan Skala RegionalSkala Zona Lokal dan Skala Regional
Sub-regional WP: B
Zona AA2
A1
A3
B1
B2
B3
Zona B
Skala Zona Lokal
Skala Zona Regional
Sub-regional WP: A
REGIONAL WILAYAH PENGARUH
1 2
3 4
29. KONSET :KONSET : Kategori Asal-TujuanKategori Asal-Tujuan
Perjalanan pada Zona LokalPerjalanan pada Zona Lokal
(4) through
(1) internal-internal
(3) External-internal
(2) Internal-external
External cordon
(1), (2) dan (3): Lalu lintas Lokal (Terminating Traffic),
dan (4): Lalu lintas Menerus (Through Traffic).
30. Inti Analisis Penelitian:Inti Analisis Penelitian:
SEGMEN JALAN PENGHUBUNGSEGMEN JALAN PENGHUBUNG
(DALAM ZONA LOKAL)(DALAM ZONA LOKAL)
Arus lalu lintas pada Segmen Jalan Penghubung:Arus lalu lintas pada Segmen Jalan Penghubung:
Lalu lintas Menerus (Through traffic)Lalu lintas Menerus (Through traffic)
Lalu lintas Lokal (Terminating traffic)Lalu lintas Lokal (Terminating traffic)
31. Traffic flow on the link-roadTraffic flow on the link-road
(=daily flow variation of through traffic and frontage(=daily flow variation of through traffic and frontage
terminating traffic)terminating traffic)
Flow (veh/hour)
Capacity threshold as a standard of design
0 4 8 12 16 20 24 Time of day
Variation of the existing
through traffic
Variation of traffic
contributions to the
link-road