SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  7
Topik: Disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang
Tanggal (kasus) : 31-12-2014 Presenter : dr. Reny Erawati
Tanggal presentasi: Pendamping: dr. Haniza Rangkuti
Tempat presentasi: RS Petala Bumi
Obyektif Presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostic □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonates □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi: perempuan, 54 tahun dengan disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang
□ Tujuan : mengatasi disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang
Bahan Bahasan □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara Membahas □ Diskusi □ Persentasi dan Diskusi □ Email □ Pos
Data Pasien: Nama: Ny. N No. Registrasi:
Nama Wahana: RS Petala Bumi Terdaftar sejak: 31-12-2014
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / gambaran klinis: disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang
2. Riwayat pengobatan: pasien rutin mengkonsumsi obat amlodipin dan simvastatin.
3. Riwayat kesehatan/penyakit: pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya.
4. Riwayat keluarga/masyarakat: -
5. Riwayat pekerjaan: ibu rumah tangga
6. Lain-lain: -
Daftar Pustaka:
1. A. Samik Wahab, Prof.dr. 1993., Imunologi III. Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.
2. Brotowidjoyo, MD. 1987. Parasit dan Parasitisme. Media Sarana Press. Jakarta.
3. Napitupulu Tumpal, Dr, MPH., Protozologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas
1
Sumatera Utara Medan.
4. Sri Oemijati, Prof.dr.dkk., 1988. Parasitologi Kedokteran. Bina Cipta Bandung.
5. Srisasi Gandhusada, dr, dkk., Parasitologi Kedokteran, 1992. Fakultas Kedokteran U.I.
Jakarta. Edisi Kedua.
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang
2. Pathogenesis disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang
3. Perbedaan disentri basilaris dan disentri amoeba
4. Penatalaksanaan disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang
5. Pencegahan disentri
SUBYEKTIF
Pasien perempuan, 54 tahun datang ke RS Petala Bumi dengan keluhan mencret ±8x
sejak 1 hari sebelum masuk rs. Air >> ampas, lendir (+), darah (+), warna seperti cucian beras
disangkal. Mual (+), muntah (+) >2x/hr sejak 1 hari ini, jumlah muntah ± ½ aqua gelas, berisi
makanan. Pasien merasa haus.
Riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun ini.
Riwayat pengobatan yaitu rutin minum amlodipin 1x5 mg dan simvastatin 1 x 1.
OBYEKTIF
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Kesadaran: compos mentis.
TD : 140/80 mmHg
HR : 80x/menit
RR : 18x/menit
Temp : 37,7 0
C
Status Generalis:
Mata : cekung (+/+), pupil isokor, conj. Anemis (-/-), skelera ikterik (-/-).
Mulut : lidah kering
Thoraks
Auskultasi : cor : BJ I/II regular, murmur -, gallop –
2
Pulmo : vesikuler kanan = kiri, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : cembung, soepel, nyeri tekan (+) terutama pada
hipogastrik kiri hingga epigastrium dan iliaka kanan, bising usus
meningkat.
Ekstremitas atas : turgor kembali lambat, sianosis -/-, edema -/-
Ekstremitas bawah : turgor kembali lambat, sianosis -/-, edema -/-
Pemeriksaan lab:
Darah rutin
• Hb : 13,2
• Ht : 38,7
• Leukosit : 11.100
• Trombosit : 259.000
Urine rutin:
• Warna : kuning jernih
• Berat jenis : 1.020
• pH : 6
• protein : negatif
• reduksi : negatif
• bilirubin : negatif
• urobilinogen : negatif
• nitrit : negative
• eritrosit : 1-2
• leukosit : 2-4
feses rutin sudah dianjurkan tapi juga tidak
ditampung pasien dan sampai pasien sembuh
feses juga tidak di periksa.
ASSESMENT
3
• Epithel : positif
• Bakteri : negatif
• Sel ragi : negatif
• Silinder ; negatif
• Kristal : negatif
Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan
diagnosis pada pasien adalah disentri amoeba dengan dehidrasi sedang.
Diare adalah bab cair ( air > ampas ), freq > 3 x dalam sehari /dlm 24 jam terakhir.
Amoebiasis adalah suatu keadaan terdapatnya entamoeba histolytica dengan atau tanpa
manifestasi klinik, dan disebut sebagai penyakit bawaan makanan (Food Borne Disease).
Entamoeba histolytica juga dapat menyebabkan Dysentery amoeba, penyebarannya
kosmopolitan banyak dijumpai pada daerah tropis dan subtropis terutama pada daerah yang sosio
ekonomi lemah dan hugiene sanitasinya jelek.
Jenis diare:
a. Diare akut,yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7
hari).
b. Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2 minggu sebelum
datang berobat atau sifatnya berulang.
c. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dan lendir dalam tinjanya.
d. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus.
Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
Pathogenesis
Daur hidup E. histolytica sangat sederhana, dimana parasit ini didalam usus besar akan
memperbanyak diri. Dari sebuah kista akan terbentuk 8 tropozoit yang apabila tinja dalam usus
besar konsistensinya padat maka, tropozoit langsung akan terbentuk menjadi kista dan
dikeluarkan bersama tinja, sementara apabila konsistensinya cair maka, pembentukan kista
terjadi diluar tubuh. (Brotowidjoyo, 1987).
Amoebiasis terdapat diseluruh dunia (kosmopolit) terutama didaerah tropik dan daerah beriklim
sedang. Dalam daur hidupya Entamoeba histolytica memiliki 3 stadium yaitu :
1. Bentuk histolitika.
2. Bentuk minuta.
3. Bentuk kista.
Bentuk histolitika dan bentuk minuta adalah bentuk trofozoit. Perbedaan antara kedua bentuk
trofozoit tersebut adalah bahwa bentuk histolitika bersifat patogen dan mempunyai ukuran yang
lebih besar dari bentuk minuta. Bentuk histolytica ini patogen dan dapat hidup dijaringan usus
besar, hati, paru, otak, kulit dan vagina. Bentuk ini berkembang biak secara belah pasang di
jaringan dan dapat merusak jaringan tersebut sesuai dengan nama spesiesnya Entomoeba
histolitica (histo = jaringan, lysis = hancur).
Perbedaan disentri basilaris dan disentri amoeba:
Disentri basiler Disentri amoeba
• Etiologi: shigella dysentriae, shigella
flexneri, shigella boydii, shigella sonnei
• Entamoeba hystolitica
• Febris tinggi: khasnya 2 hari febris
turun  diare.
• Febris jarang tinggi timbul perlahan-
lahan (kronis)
• Klinis bisa akut sampai berat disebut • Klinis tidak begitu hebat disebut
4
lying down dysentri walking dysentri
• Bab > 10x/hr • Bab 6-8x/ hari
• Inkubasi: 2 hari • Inkubasi: > 20 hari ( 3 bulan)
• Tenesmus ad ani sangat menonjol,
terutama di colon sigmoid
• Tenesmus ad ani kurang menonjol, bisa
dirasakan di colon sigmoid, colon
descenden, colon transversum,
ascenden dan caecum.
• Nyeri perut biasanya dirasakan dikiri
bawah.
• Nyeri perut dirasakan biasanya dikanan
bawah
• Pemeriksaan penunjang: leukositosis
pada stadium akut, seroamoeba (-)
• Leukositosis terus menerus,
seroamoeba (+).
• Feses: macropag (+) • Macrophage (-)
• Mukosa diantara usus meradang, ulkus
tidak bergaung (ulcus transversa)
• Mucosa diantara usus utuh, ulcus
bergaung atau dalam atau “flask
shaped” (ulcus longitudinal)
• Komplikasi: arthritis, conjungtivitis,
haemorroid.
• Komplikasi: abses hepar (sering), abses
kulit, abses cerebri (jarang).
• Terapy: cotrimoxazole 2x2 tab/hari
selama 7 hari atau tetrasiklin 4x500 mg
selama 7 hari.
• Terapi: metronidazole 3x 750 mg
selama 5-10 hari.
Penatalaksanaan:
Beberapa obat amoebiasis yang penting adalah :
1. Emetin Hidroklorida.
Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Pemberian emetin ini hanya efektif bila diberikan
secara parenteral karena pada pemberian secara oral absorpsinya tidak sempurna. Toksisitasnya
relatif tinggi, terutama terhadap otot jantung. Dosis maksimum untuk orang dewasa adalah 65
mg sehari. Lama pengobatan 4 sampai 6 hari.
Pada orang tua dan orang yang sakit berat, dosis harus dikurangi. Pemberian emetin tidak
dianjurkan pada wanita hamil, pada penderita dengan gangguan jantung dan ginjal.
2. Klorokuin.
Obat ini merupakan amoebisid jaringan, berkhasiat terhadap bentuk histolytica. Efek samping
dan efek toksiknya bersifat ringan antara lain, mual, muntah, diare, sakit kepala. Dosis untuk
orang dewasa adalah 1 gram sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari selama 2 sampai 3
minggu.
3. Anti Biotik.
Tetrasiklin dan eritomisin bekerja secara tidak langsung sebagai amebisid dengan mempengaruhi
flora usus. Peromomisin bekerja langsung pada amoeba. Dosis yang dianjurkan adalah 25 mg/kg
bb/hari selama 5 hari, dierikan secara terbagi.
4. Metronidazol (Nitraomidazol).
5
Metronidazol merupakan obat pilihan, karan efektif terhadap bentuk histolytica dan bentuk kista.
Efek samping ringan, antara lain, mual, muntah dan pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2
gram sehari selama 3 hari berturut-turut dan diberikan secara terbagi.
Pencegahan:
- kebersihan perorangan (personal hygiene)
mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum makan.
- kebersihan lingkungan (environmental hygiene).
1. Memasak air minum, mencuci sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum
dimakan
2. Buang air besar dijamban
3. Tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk
4. Menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi
oleh lalat, tikus dan lipas.
5. Membuang sampah ditempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat.
PLAN
Diagnosis : disentri amoeba dengan dehidrasi sedang.
Pengobatan :
• IVFD RL loading ½ kolf selanjutnya 30 gtt/menit.
• Drip metronidazole 500 mg/ 12 jam.
• Drip ciprofloxacin 200 mg/ 12 jam.
• Inj. Ranitidine 1 amp/ 24 jam.
• Magalat 3x C1
• Scantoma 3x1
• Amlodipin 1x5 mg
Pendidikan : edukasi ke pasien untuk menjaga hygiene perorangan dan lingkungan untuk
mencegah infeksi yang menjadi salah satu penyebab diare.
Konsultasi : dijelaskan secara rasional tentang penatalaksanaan yang dilakukan.
Rujukan : pada pasien ini dilakukan rujukan kepada dokter spesialis penyakit dalam.
6
Metronidazol merupakan obat pilihan, karan efektif terhadap bentuk histolytica dan bentuk kista.
Efek samping ringan, antara lain, mual, muntah dan pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2
gram sehari selama 3 hari berturut-turut dan diberikan secara terbagi.
Pencegahan:
- kebersihan perorangan (personal hygiene)
mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum makan.
- kebersihan lingkungan (environmental hygiene).
1. Memasak air minum, mencuci sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum
dimakan
2. Buang air besar dijamban
3. Tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk
4. Menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi
oleh lalat, tikus dan lipas.
5. Membuang sampah ditempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat.
PLAN
Diagnosis : disentri amoeba dengan dehidrasi sedang.
Pengobatan :
• IVFD RL loading ½ kolf selanjutnya 30 gtt/menit.
• Drip metronidazole 500 mg/ 12 jam.
• Drip ciprofloxacin 200 mg/ 12 jam.
• Inj. Ranitidine 1 amp/ 24 jam.
• Magalat 3x C1
• Scantoma 3x1
• Amlodipin 1x5 mg
Pendidikan : edukasi ke pasien untuk menjaga hygiene perorangan dan lingkungan untuk
mencegah infeksi yang menjadi salah satu penyebab diare.
Konsultasi : dijelaskan secara rasional tentang penatalaksanaan yang dilakukan.
Rujukan : pada pasien ini dilakukan rujukan kepada dokter spesialis penyakit dalam.
6

Contenu connexe

Tendances

Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Verar Oka
 

Tendances (20)

Gawat napas-pada-neonatus
Gawat napas-pada-neonatusGawat napas-pada-neonatus
Gawat napas-pada-neonatus
 
2.pemeriksaan ginekologi
2.pemeriksaan ginekologi2.pemeriksaan ginekologi
2.pemeriksaan ginekologi
 
PPT Omfakokel
PPT OmfakokelPPT Omfakokel
PPT Omfakokel
 
TENSION PNEUMOTORAKS slide donny w p.pptx
TENSION PNEUMOTORAKS slide donny w p.pptxTENSION PNEUMOTORAKS slide donny w p.pptx
TENSION PNEUMOTORAKS slide donny w p.pptx
 
USG dasar dalam kehamilan
USG dasar dalam kehamilanUSG dasar dalam kehamilan
USG dasar dalam kehamilan
 
Fisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normalFisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normal
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
 
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
 
Cedera Kepala
Cedera KepalaCedera Kepala
Cedera Kepala
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Laparotomy
LaparotomyLaparotomy
Laparotomy
 
Atresia ani
Atresia aniAtresia ani
Atresia ani
 
Keracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anakKeracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anak
 
Partus lama
Partus lamaPartus lama
Partus lama
 
Ppt blighted ovum
Ppt blighted ovumPpt blighted ovum
Ppt blighted ovum
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
 
Fibro adenoma mamae (fam)
Fibro adenoma mamae (fam)Fibro adenoma mamae (fam)
Fibro adenoma mamae (fam)
 
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
 
Laporan Kasus Plasenta previa
Laporan Kasus Plasenta previaLaporan Kasus Plasenta previa
Laporan Kasus Plasenta previa
 

Similaire à Porto folio amoebiasis

Similaire à Porto folio amoebiasis (20)

Diare Akut.pdf
Diare Akut.pdfDiare Akut.pdf
Diare Akut.pdf
 
4. askep diare akut dehidrasi sedang
4. askep diare akut dehidrasi sedang4. askep diare akut dehidrasi sedang
4. askep diare akut dehidrasi sedang
 
pp diare bu lusi.pptx
pp diare bu lusi.pptxpp diare bu lusi.pptx
pp diare bu lusi.pptx
 
Diare
DiareDiare
Diare
 
DIARE AKUT.pdf
DIARE AKUT.pdfDIARE AKUT.pdf
DIARE AKUT.pdf
 
Diare pada anak AKPER PENKAB MUNA
Diare pada anak AKPER PENKAB MUNADiare pada anak AKPER PENKAB MUNA
Diare pada anak AKPER PENKAB MUNA
 
diare dan contoh kasus.pptx
diare dan contoh kasus.pptxdiare dan contoh kasus.pptx
diare dan contoh kasus.pptx
 
Makalah penyakit tifus
Makalah penyakit tifusMakalah penyakit tifus
Makalah penyakit tifus
 
Diare akut
Diare akutDiare akut
Diare akut
 
Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3
 
Diare
DiareDiare
Diare
 
Makalah diare
Makalah diareMakalah diare
Makalah diare
 
197431179 case-diare-rotasi-2
197431179 case-diare-rotasi-2197431179 case-diare-rotasi-2
197431179 case-diare-rotasi-2
 
F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptx
F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptxF4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptx
F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptx
 
Typhoid
TyphoidTyphoid
Typhoid
 
Slide diare akut.pptx
Slide diare akut.pptxSlide diare akut.pptx
Slide diare akut.pptx
 
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babiiJtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii
 
Trematoda hati
Trematoda hatiTrematoda hati
Trematoda hati
 
DIARE
DIAREDIARE
DIARE
 
Makalah penyakit tifus
Makalah penyakit tifusMakalah penyakit tifus
Makalah penyakit tifus
 

Dernier

LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
PrajaPratama4
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 

Dernier (20)

LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 

Porto folio amoebiasis

  • 1. Topik: Disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang Tanggal (kasus) : 31-12-2014 Presenter : dr. Reny Erawati Tanggal presentasi: Pendamping: dr. Haniza Rangkuti Tempat presentasi: RS Petala Bumi Obyektif Presentasi: □ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka □ Diagnostic □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa □ Neonates □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil □ Deskripsi: perempuan, 54 tahun dengan disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang □ Tujuan : mengatasi disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang Bahan Bahasan □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit Cara Membahas □ Diskusi □ Persentasi dan Diskusi □ Email □ Pos Data Pasien: Nama: Ny. N No. Registrasi: Nama Wahana: RS Petala Bumi Terdaftar sejak: 31-12-2014 Data utama untuk bahan diskusi: 1. Diagnosis / gambaran klinis: disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang 2. Riwayat pengobatan: pasien rutin mengkonsumsi obat amlodipin dan simvastatin. 3. Riwayat kesehatan/penyakit: pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. 4. Riwayat keluarga/masyarakat: - 5. Riwayat pekerjaan: ibu rumah tangga 6. Lain-lain: - Daftar Pustaka: 1. A. Samik Wahab, Prof.dr. 1993., Imunologi III. Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. 2. Brotowidjoyo, MD. 1987. Parasit dan Parasitisme. Media Sarana Press. Jakarta. 3. Napitupulu Tumpal, Dr, MPH., Protozologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas 1
  • 2. Sumatera Utara Medan. 4. Sri Oemijati, Prof.dr.dkk., 1988. Parasitologi Kedokteran. Bina Cipta Bandung. 5. Srisasi Gandhusada, dr, dkk., Parasitologi Kedokteran, 1992. Fakultas Kedokteran U.I. Jakarta. Edisi Kedua. Hasil Pembelajaran: 1. Diagnosis disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang 2. Pathogenesis disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang 3. Perbedaan disentri basilaris dan disentri amoeba 4. Penatalaksanaan disentri amoebiasis dengan dehidrasi sedang 5. Pencegahan disentri SUBYEKTIF Pasien perempuan, 54 tahun datang ke RS Petala Bumi dengan keluhan mencret ±8x sejak 1 hari sebelum masuk rs. Air >> ampas, lendir (+), darah (+), warna seperti cucian beras disangkal. Mual (+), muntah (+) >2x/hr sejak 1 hari ini, jumlah muntah ± ½ aqua gelas, berisi makanan. Pasien merasa haus. Riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun ini. Riwayat pengobatan yaitu rutin minum amlodipin 1x5 mg dan simvastatin 1 x 1. OBYEKTIF Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Kesadaran: compos mentis. TD : 140/80 mmHg HR : 80x/menit RR : 18x/menit Temp : 37,7 0 C Status Generalis: Mata : cekung (+/+), pupil isokor, conj. Anemis (-/-), skelera ikterik (-/-). Mulut : lidah kering Thoraks Auskultasi : cor : BJ I/II regular, murmur -, gallop – 2
  • 3. Pulmo : vesikuler kanan = kiri, ronkhi -/-, wheezing -/- Abdomen : cembung, soepel, nyeri tekan (+) terutama pada hipogastrik kiri hingga epigastrium dan iliaka kanan, bising usus meningkat. Ekstremitas atas : turgor kembali lambat, sianosis -/-, edema -/- Ekstremitas bawah : turgor kembali lambat, sianosis -/-, edema -/- Pemeriksaan lab: Darah rutin • Hb : 13,2 • Ht : 38,7 • Leukosit : 11.100 • Trombosit : 259.000 Urine rutin: • Warna : kuning jernih • Berat jenis : 1.020 • pH : 6 • protein : negatif • reduksi : negatif • bilirubin : negatif • urobilinogen : negatif • nitrit : negative • eritrosit : 1-2 • leukosit : 2-4 feses rutin sudah dianjurkan tapi juga tidak ditampung pasien dan sampai pasien sembuh feses juga tidak di periksa. ASSESMENT 3 • Epithel : positif • Bakteri : negatif • Sel ragi : negatif • Silinder ; negatif • Kristal : negatif
  • 4. Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan diagnosis pada pasien adalah disentri amoeba dengan dehidrasi sedang. Diare adalah bab cair ( air > ampas ), freq > 3 x dalam sehari /dlm 24 jam terakhir. Amoebiasis adalah suatu keadaan terdapatnya entamoeba histolytica dengan atau tanpa manifestasi klinik, dan disebut sebagai penyakit bawaan makanan (Food Borne Disease). Entamoeba histolytica juga dapat menyebabkan Dysentery amoeba, penyebarannya kosmopolitan banyak dijumpai pada daerah tropis dan subtropis terutama pada daerah yang sosio ekonomi lemah dan hugiene sanitasinya jelek. Jenis diare: a. Diare akut,yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). b. Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2 minggu sebelum datang berobat atau sifatnya berulang. c. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dan lendir dalam tinjanya. d. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme. Pathogenesis Daur hidup E. histolytica sangat sederhana, dimana parasit ini didalam usus besar akan memperbanyak diri. Dari sebuah kista akan terbentuk 8 tropozoit yang apabila tinja dalam usus besar konsistensinya padat maka, tropozoit langsung akan terbentuk menjadi kista dan dikeluarkan bersama tinja, sementara apabila konsistensinya cair maka, pembentukan kista terjadi diluar tubuh. (Brotowidjoyo, 1987). Amoebiasis terdapat diseluruh dunia (kosmopolit) terutama didaerah tropik dan daerah beriklim sedang. Dalam daur hidupya Entamoeba histolytica memiliki 3 stadium yaitu : 1. Bentuk histolitika. 2. Bentuk minuta. 3. Bentuk kista. Bentuk histolitika dan bentuk minuta adalah bentuk trofozoit. Perbedaan antara kedua bentuk trofozoit tersebut adalah bahwa bentuk histolitika bersifat patogen dan mempunyai ukuran yang lebih besar dari bentuk minuta. Bentuk histolytica ini patogen dan dapat hidup dijaringan usus besar, hati, paru, otak, kulit dan vagina. Bentuk ini berkembang biak secara belah pasang di jaringan dan dapat merusak jaringan tersebut sesuai dengan nama spesiesnya Entomoeba histolitica (histo = jaringan, lysis = hancur). Perbedaan disentri basilaris dan disentri amoeba: Disentri basiler Disentri amoeba • Etiologi: shigella dysentriae, shigella flexneri, shigella boydii, shigella sonnei • Entamoeba hystolitica • Febris tinggi: khasnya 2 hari febris turun  diare. • Febris jarang tinggi timbul perlahan- lahan (kronis) • Klinis bisa akut sampai berat disebut • Klinis tidak begitu hebat disebut 4
  • 5. lying down dysentri walking dysentri • Bab > 10x/hr • Bab 6-8x/ hari • Inkubasi: 2 hari • Inkubasi: > 20 hari ( 3 bulan) • Tenesmus ad ani sangat menonjol, terutama di colon sigmoid • Tenesmus ad ani kurang menonjol, bisa dirasakan di colon sigmoid, colon descenden, colon transversum, ascenden dan caecum. • Nyeri perut biasanya dirasakan dikiri bawah. • Nyeri perut dirasakan biasanya dikanan bawah • Pemeriksaan penunjang: leukositosis pada stadium akut, seroamoeba (-) • Leukositosis terus menerus, seroamoeba (+). • Feses: macropag (+) • Macrophage (-) • Mukosa diantara usus meradang, ulkus tidak bergaung (ulcus transversa) • Mucosa diantara usus utuh, ulcus bergaung atau dalam atau “flask shaped” (ulcus longitudinal) • Komplikasi: arthritis, conjungtivitis, haemorroid. • Komplikasi: abses hepar (sering), abses kulit, abses cerebri (jarang). • Terapy: cotrimoxazole 2x2 tab/hari selama 7 hari atau tetrasiklin 4x500 mg selama 7 hari. • Terapi: metronidazole 3x 750 mg selama 5-10 hari. Penatalaksanaan: Beberapa obat amoebiasis yang penting adalah : 1. Emetin Hidroklorida. Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Pemberian emetin ini hanya efektif bila diberikan secara parenteral karena pada pemberian secara oral absorpsinya tidak sempurna. Toksisitasnya relatif tinggi, terutama terhadap otot jantung. Dosis maksimum untuk orang dewasa adalah 65 mg sehari. Lama pengobatan 4 sampai 6 hari. Pada orang tua dan orang yang sakit berat, dosis harus dikurangi. Pemberian emetin tidak dianjurkan pada wanita hamil, pada penderita dengan gangguan jantung dan ginjal. 2. Klorokuin. Obat ini merupakan amoebisid jaringan, berkhasiat terhadap bentuk histolytica. Efek samping dan efek toksiknya bersifat ringan antara lain, mual, muntah, diare, sakit kepala. Dosis untuk orang dewasa adalah 1 gram sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari selama 2 sampai 3 minggu. 3. Anti Biotik. Tetrasiklin dan eritomisin bekerja secara tidak langsung sebagai amebisid dengan mempengaruhi flora usus. Peromomisin bekerja langsung pada amoeba. Dosis yang dianjurkan adalah 25 mg/kg bb/hari selama 5 hari, dierikan secara terbagi. 4. Metronidazol (Nitraomidazol). 5
  • 6. Metronidazol merupakan obat pilihan, karan efektif terhadap bentuk histolytica dan bentuk kista. Efek samping ringan, antara lain, mual, muntah dan pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 gram sehari selama 3 hari berturut-turut dan diberikan secara terbagi. Pencegahan: - kebersihan perorangan (personal hygiene) mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum makan. - kebersihan lingkungan (environmental hygiene). 1. Memasak air minum, mencuci sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum dimakan 2. Buang air besar dijamban 3. Tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk 4. Menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi oleh lalat, tikus dan lipas. 5. Membuang sampah ditempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat. PLAN Diagnosis : disentri amoeba dengan dehidrasi sedang. Pengobatan : • IVFD RL loading ½ kolf selanjutnya 30 gtt/menit. • Drip metronidazole 500 mg/ 12 jam. • Drip ciprofloxacin 200 mg/ 12 jam. • Inj. Ranitidine 1 amp/ 24 jam. • Magalat 3x C1 • Scantoma 3x1 • Amlodipin 1x5 mg Pendidikan : edukasi ke pasien untuk menjaga hygiene perorangan dan lingkungan untuk mencegah infeksi yang menjadi salah satu penyebab diare. Konsultasi : dijelaskan secara rasional tentang penatalaksanaan yang dilakukan. Rujukan : pada pasien ini dilakukan rujukan kepada dokter spesialis penyakit dalam. 6
  • 7. Metronidazol merupakan obat pilihan, karan efektif terhadap bentuk histolytica dan bentuk kista. Efek samping ringan, antara lain, mual, muntah dan pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 gram sehari selama 3 hari berturut-turut dan diberikan secara terbagi. Pencegahan: - kebersihan perorangan (personal hygiene) mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum makan. - kebersihan lingkungan (environmental hygiene). 1. Memasak air minum, mencuci sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum dimakan 2. Buang air besar dijamban 3. Tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk 4. Menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi oleh lalat, tikus dan lipas. 5. Membuang sampah ditempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat. PLAN Diagnosis : disentri amoeba dengan dehidrasi sedang. Pengobatan : • IVFD RL loading ½ kolf selanjutnya 30 gtt/menit. • Drip metronidazole 500 mg/ 12 jam. • Drip ciprofloxacin 200 mg/ 12 jam. • Inj. Ranitidine 1 amp/ 24 jam. • Magalat 3x C1 • Scantoma 3x1 • Amlodipin 1x5 mg Pendidikan : edukasi ke pasien untuk menjaga hygiene perorangan dan lingkungan untuk mencegah infeksi yang menjadi salah satu penyebab diare. Konsultasi : dijelaskan secara rasional tentang penatalaksanaan yang dilakukan. Rujukan : pada pasien ini dilakukan rujukan kepada dokter spesialis penyakit dalam. 6