SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  16
21
BAB III
SUMBER AIR BAKU DAN RANCANGAN BANGUNAN PENGAMBILAN
3.1 Sumber Air Baku dan Karakteristiknya
Air merupakan materi esensial dalam kehidupan, hal ini tampak dari
kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga
ternyata berbeda-beda di setiap tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap
bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat
pula kebutuhan manusia akan air. Sumber air merupakan salah satu komponen
utama yang ada pada suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air
maka suatu sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi (Sutrisno, 2009).
Macam-macam sumber air yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air baku
sebagai berikut :
1. Air laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl, kadar garam NaCl
dalam air laut sebesar 3%.
2. Air Atmosfer
Air yang didapat dari angkasa melalui proses presipitasi dari awan atmosfer.
Air atmosfer umumnya tidak tersedia dalam jumlah yang cukup banyak.
3. Air Permukaan
Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air
permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh
lumpur, batang-batang, kayu, daun-daun, kotoran industri dan lainnya. Air
permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan
sebagai air minum, seharusnya melalui pengolahan yang sempurna mengingat
badan air bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran
yang tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada
umunya dapat mencukupi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh
adanya zat-zat organik yang telah membusuk, yang menyebabkan warna kuning
coklat, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya dilakukan pada kedalaman
tertentu di tengah-tengah.
22
4. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah tanah permukaan dalam tanah
dalam zona jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari
tekanan atmosfer (Suyono, 1993:1).
5. Mata Air
Yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah dalam
hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama dengan
air dalam.
3.2 Sumber Air Baku yang Digunakan Dalam Perencanaan
Rancangan sistem penyediaan air minum di Kota Toshiba akan menggunakan
sumber air dari air sungai Lenovo yang lebarnya ± 20 meter dengan kedalaman
rata-rata 15 meter. memiliki debit 1,4 liter/detik. Debit kebutuhan keselurahan di
tahun 2034 sebesar 103 liter/detik. Karakteristik sungai pada umumnya mudah
tercemar oleh bahan atau zat organik dan anorganik yang dapat mempengaruhi
kesehatan pemakainya, dengan demikian diperlukan perancangan sistem dan
bangunan pengambilan air yang baik dan efisien.
3.3 Bangunan Pengambilan Air (Intake)
Intake adalah jenis bangunan pengambilan air baku yang bersumber dari air
permukaan yaitu danau/ situ/ kolam dan sungai. Untuk dapat memanfaatkan
sungai tersebut, diperlukan bangunan penangkap air/intake untuk dapat
menampung air agar dapat dialirkan melalui pipa distribusi ke daerah pelayanan.
Lokasi intake umumnya di sungai, danau dan air tanah. Dalam perencanaan lokasi
intake ada beberapa persyaratan lokasi yang harus dipertimbangkan agar intake
berfungsi secara efektif. Adapun beberapa persyaratan lokasi intake yang harus
diperhatikan yakni :
1. Mudah dijangkau.
2. Dapat memberikan air dalam jumlah yang spesifik.
3. Dapat diandalkan.
4. Aspek kontruksi : Stabilitas palung, tebing sungai dan lainnya.
5. Jarak ke BPAP/IPA.
6. Kualitas air.
23
7. Sumber pencemaran.
8. Instrusi air asin.
9. Aspek belokan sungai : Bagian sungai yang lurus merupakan pilihan yang
terbaik.
10. Aspek sungai dan banjir.
3.4 Bangunan Intake dan Jenisnya
Bangunan intake berfungsi sebagai penyadap atau penangkap air baku
yang berasal dari sumbernya, dalam hal ini sungai. Bangunan intake memiliki tipe
yang bermacam-macam, diantaranya adalah :
1. Direct Intake
Digunakan untuk sumber air yang dalam seperti sungai atau danau
dengan kedalaman yang cukup tinggi. Intake jenis ini memungkinkan
terjadinya erosi pada dinding dan pengendapan di bagian dasarnya.
2. Indirect Intake
A. River Intake
Menggunakan pipa penyadap dalam bentuk sumur pengumpul.
Intake ini lebih ekonomis untuk air sungai yang mempunyai
perbedaan level muka air pada musim hujan dan musim kemarau
yang cukup tinggi.
B. Canal Intake
Digunakan untuk air yang berasal dari kanal. Dinding chamber
sebagian terbuka ke arah kanal dan dilengkapi dengan pipa
pengolahan selanjutnya.
C. Reservoir Intake
Digunakan untuk air yang berasal dari dam dan dengan mudah
menggunakan menara intake. Menara intake dengan dam dibuat
terpisah dan diletakkan di bagian hulu. Untuk mengatasi fluktuasi
level muka air, maka inlet dengan beberapa level diletakkan pada
menara.
24
3. Spring Intake
Digunakan untuk air baku dari mata air / air tanah.
4. Intake Tower
Digunakan untuk air permukaan dimana kedalaman air berada diatas
level tertentu.
5. Gate Intake
Berfungsi sebagai screen dan merupakan pintu air pada prasedimentasi.
3.5 Komponen Intake
Beberapa hal dibawah ini merupakan komponen dari suatu intake, yaitu :
1. Bangunan sadap, yang berfungsi untuk mengefektifkan air masuk
menuju sumur pengumpul.
2. Sumur pengumpul (Sump well)
Waktu detensi pada sumur pengumpul setidaknya 20 menit atau luas
area yang cukup untuk pembersihan. Dasar sumur minimal 1 m dibawah
dasar sungai atau tergantung pada kondisi geologis wilayah perencanaan.
Konstruksi sumur disesuaikan dengan kondisi sungai dan setidaknya
terbuat dari beton dengan ketebalan minimal 20 cm atau lebih tebal.
3. Screen
Screen terdapat pada inlet sumur pengumpul, berfungsi untuk menyaring
padatan atau bentuk lainnya yang terkandung dalam air baku. Adapun
dari jenis-jenis screen dibagi menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan
bukaan atau jarak antar bar, yaitu :
a. Saringan kasar (coarse screen)
Digunakan untuk menjaga alat-alat dan biasanya digunakan pada
pengolahan pertama. Tipenya secara umum adalah bara rack (bar
screen), coarse weir, screen, dan kominutor.
b. Saringan halus (fine screen)
Bukaan berkisar antara 2,3 – 6 mm, bahkan untuk instalasi
tertentu bisa lebih kecil dari 2,3 mm. Biasanya digunakan untuk
primary treatment atau pre treatment.
25
Pembersihannya dapat dilakukan secara manual untuk coarse
screen dan mekanis untuk fine screen. Berikut ini dapat dilihat faktor-
faktor perencanaan bar screen :
 Jumlah batang (n) :
n = L screen + 1 …….…...…………………(3.1)
w.batang + 1
 Jumlah jarak antar batang (N) :
N = (n + 1) ……………………………………….( 3.2)
 Jarak antar tengah batang ( L screen) :
L screen = b + (0,5 x w )x 2 ………………………...(3.3)
 Lebar bersih :
Lebar bersih = L – (n x w) ………………………… (3.4)
 Jarak bersih antar kisi :
Jarak bersih antar kisi = lebar bersih ……(3.5)
jumlah jarak antar barang
 Kecepatan melalui screen (v screen)
v screen = Q …………………..(3.6)
A bukaan bersih
 Headloss melalui screen (Hf screen)
Hf screen =  sin.
3/4






 h
b
w
………………….(3.7)
dimana :
w = tebal batang (cm)
b = jarak antar batang (cm)
β = faktor bentuk batang
Q = debit (m3/dt)
L = lebar intake, m
26
n = jumlah batang
N = jumlah jarak antar batang
α = sudut bar terhadap horisontal
(Sumber : Fair, Geyer dan Okun, 1968)
Pada tabel berikut dapat dilihat faktor dari masing-masing bentuk batang:
Tabel 3.1 Bentuk Bar dan Faktor Bentuk Bar
Bentuk Bar Faktor Bentuk (β)
Shape edge rectangular 2,42
Rectangularwithsemicircularupstream
face circular
1,83
Circular 1,79
Rectangularwithsemicircularupstream
and down stream face
1,67
Tear shape 0,76
(Sumber : Qosim, 1985)
4. Pompa intake (dengan Bell Mouth Strainer, pipa suction, discharge,
valve, dan aksesoris lainnya)
a. Strainer
Untuk menyaring benda-benda yang terkandung dalam air baku,
perlu direncanakan strainer pada ujung pipa suction pompa
intake.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
 Kecepatan melalui lubang strainer = 0,15 – 0,3 m/dt, dan
dianjurkan untuk berada pada batas rendah untuk mencegah
masuknya padatan dari dasar badan air.
 Bukaan pada lubang strainer antara 6 – 12 mm.
 Luas area strainer adalah 2 kali dari luas total lubang.
27
Berikut ini dapat dilihat faktor-faktor perencanaan dari strainer :
 Diameter strainer (D) :
D = 1,5 – 2 x Dsuction …………………………. (3.8)
 Jarak strainer dari dasar intake (s) :
s = ½ Dstrainer ………………………………. (3.9)
 Jarak ujung strainer ke permukaan air (S) :
S = 1,5 x Dstrainer ………………………………(3.10)
 Jarak strainer ke dinding intake (x) :
x = ¼ Dstrainer ………………………………(3.11)
(Sumber : Prosser, 1980)
b. Pipa Suction dan Discharge
Kecepatan pada pipa suction antara 1 – 1,5 m/dt.
c. Valve
Valve harus dipasang pada perpipaan pompa agar mudah dalam
pengontrolan aliran, penggantian, perbaikan, dan perawatannya.
3.6 Pompa intake
Dalam perencanaan pompa intake, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
 Fluktuasi level permukaan air sungai
 Kandungan padatan di sungai
 Besarnya arus sungai
 Kondisi fisik sungai
Adapun alternatif pemilihan jenis pompa intake adalah :
1. Pompa Sentrifugal (tidak terendam air)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
- NPSH yang tersedia pada sistem. Hal ini berhubungan dengan
level air. Pada saat level air maksimum, maka NPSH sistem yang
tersedia cukup besar daripada saat level air minimum. Hal ini
28
mempengaruhi penempatan pompa karena static suction head
system harus lebih kecil dari static head maksimum hasil
perhitungan NPSH.
- Static suction head yang berubah-ubah akibat adanya perubahan
permukaan air sungai akan mempengaruhi karakteristik sistem
yang ada. Hal ini mempengaruhi kapasitas yang dialirkan.
- Rumah pompa yang kedap air diperlukan terutama untuk daerah
yang rawan banjir, karena motor akan terbakar jika terendam air.
2. Pompa Sentrifugal Submersible
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
- NPSH tidak terlalu menjadi masalah, karena pompa dan motor
terendam air.
- Pompa submersible harus terendam air hingga ketinggian tertentu
dari level air sungai minimum. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya pusaran air pada permukaan air sungai jika
ketinggiannya melebihi batas yang diisyaratkan. Pusaran air
dapat menyebabkan masuknya udara ke dalam pompa dan terjadi
kavitasi. Jika pompa tidak terendam air, maka pompa bisa
terbakar.
- Level air yang berubah-ubah menyebabkan perubahan pada
karakteristik pompa.
- Harga pompa submersible lebih mahal daripada pompa
sentrifugal biasa.
3. Pompa Non Clogging
Digunakan jika kandungan padatan tersuspensi air sungai sangat
tinggi dan harus diperhatikan bahwa harga pompa jenis ini mahal.
3.7 Kriteria Desain
1. Bell Mouth Strainer
 Kecepatan melalui lubang strainer 0,15 – 0,3 m/dt
 Diameter lubang strainer 6 – 12 mm
29
 Luas total permukaan strainer = 2 x luas efektif
2. Cylindrical Strainer
 Kriteria desain sama dengan bell mouth strainer.
 Harus digunakan pada saat head air cukup tinggi di atas strainer.
 Strainer sebaiknya terletak 0,6 – 1 m dibawah level air terendah (jika
tidak mempunyai lubang di bagian atas), sedangkan untuk strainer
yang memiliki lubang sebaiknya 1 m dibawah level air terendah.
3. Pipa gravitasi air baku
 Kecepatan aliran 0,6 – 1,5 m/dt untuk mencegah erosi dan
sedimentasi.
 Ukuran pipa disesuaikan agar V pada LWL > 0,6 m/dt dan pada
HWL < 1,5 m/dt. Dengan mengetahui head dan kecepatan maka
diameter pipa dapat ditentukan.
4. Suction Well (Intake Well)
 Untuk mempermudah pemeliharaan sebaiknya sumuran ada 2 atau
lebih.
 Waktu detensi sekitar 20 menit atau sebaiknya sumuran cukup besar
guna menjaga kebersihan air.
 Dasar sumuran ± 1 m dibawah dasr sungai atau 1,5 m dibawah LWL.
 Sumuran berkonstruksi beton dengan tebal dinding 20 – 30 cm dan
bersifat rapat air.
5. Pipa Suction untuk pemompaan
 V pipa berkisar antara 1 – 1,5 m/dt
 Perbedaan LWL dengan pompa tidak boleh lebih dari 3,7 m
 Jika permukaan pompa lebih tinggi dari LWL maka jarak suction
sebaiknya kurang dari 4 m.
3.8 Rumus Perhitungan
Rumus-rumus yang dipergunakan dalam perhitungan intake, yaitu :
 Rumus umum kecepatan (V)
V = Q / A .................................................................................(3.12)
30
dimana : V = kecepatan (m/dt)
Q = debit (m3/dt)
A = luas penampang (m2)
 Headloss akibat kecepatan (Hv)
Hv = V2 / 2g..........................................................................(3.13)
dimana : Hv = minor losses (m)
V = kecepatan (m/dt)
g = pecepatan gravitasi (m2/dt)
 Minnor Losses (Hm)
Hm = k. 





g
V
2
2
.......................................................................(3.14)
dimana : Hm = minor losses (m)
k = koefisien kehilangan tinggi energi
V = kecepatan (m/dt)
g = pecepatan gravitasi (m2/dt)
Tabel 3.2 Nilai k untuk Macam-macam Sambungan
Jenis Sambungan Nilai k
Standard Elbow 0,9
Standard Tee 1,8
Standard Valve 2,5
Standard Valve 0,19
Sambungan antara pipa dan reservoir 0,01 - 1
31
 Mayor Losses dalam pipa menurut Hazen-William (Hf)
Hf = 85,163,2
85,1
)..0015,0(
.
DC
QL
............................................................(3.15)
dimana : Hf = mayor losses (m)
L = panjang pipa (m)
Q = debit (L/dt)
C = koefisien kekasaran pipa (C = 130 untuk pipa baru)
D = diameter pipa (cm)
 Luas penampang pipa (A)
A = ¼ . π . d2 ..........................................................................(3.16)
dimana : A = luas penampang pipa (m2)
d = diameter pipa (m)
3.9 Perencanaan Intake
Sumber air baku untuk perencanaan ini berasal dari sungai dan untuk
pengambilan airnya digunakan bantuan pompa. Jenis intake yang digunakan
adalah river intake (Shore intake), dimana air baku dari sungai disadap ke area
bak pengumpul melalui net dan dapat menyesuaikan dengan fluktuasi muka air,
lalu disedot dengan pompa sentrifugal dengan pipa penghisap (suction) yang
dilengkapi dengan strainer di mulut pipa yang berguna untuk mencegah partikel
berukuran besar masuk dan menghambat kinerja pompa. Selanjutnya air disedot
dengan pompa melalui pipa penghisap (suction) menuju sejauh 100 m ke
bangunan IPA.
32
Gambar 3.1 Rencana Desain Intake
3.9.1 Perhitungan Dimensi Intake
Panjang pipa transmisi dapat dihitung dengan melihat dari intake ke
instalasi pengolahan air, sedangkan diameter pipa dapat ditentukan berdasarkan
debit pemakaian jam puncak. Dalam menentukan diameter pipa dapat ditentukan
dengan persamaan Hazen Willian sebagai berikut :
Q = 0,2785 × C × D2,63
× S0,54
.....................................................................(3.17)
Dimana:
Q = Debit Harian Maksimum (m3/detik
C = Koefisien kekasaran pipa
D = Kiameter pipa (m)
S = Kemiringan
Ketentuan yang direncanakan pada bangunan pengambil air (intake) yang akan
dibuat yaitu :
- Kapasitas pengolahan : 113 L/detik = 0,113 m3/detik
- Kecepatan aliran pada pipa (vpipa) = 1,5 m/detik
Sehingga, luas penampang pipa (A) pada intake dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan kontinuitas, sebagai berikut :
𝑄 = 𝐴. 𝑣............................................................................................................(3.18)
Maka, luas penampang pipa dan diameternya yaitu :
 Luas penampang pipa
33
𝐴 =
𝑄
𝑣
=
0,113
1
= 0,113 𝑚2
 Diameter Pipa
𝑑2
=
𝐴 × 4
𝜋
=
0,113 × 4
3,14
= 0,14 𝑚2
𝑑 = 0,3741 ≈ 0,37 𝑚 14,56 inch
Pada perhitungan ini nilai diameter pipa transmisi sebesar 0,37 m dan
dipakai adalah pipa transmisi dengan ukuran 0,32 m (ukuran pasaran). Jenis pipa
yang dipakai adalah pipa besi cast iron. Pipa jenis ini tergolong kuat karena tebal
sehingga tidak mudah retak dan bocor serta tahan terhadap korosi baik bagian
internal maupun eksternal.
Sehingga, kecepatan aliran air didalam pipa dapat dihitung dengan :
 Luas permukaan pipa
𝐴 =
1
4
𝜋𝐷2
=
1
4
(3,14)(0,32)2
= 0,08 𝑚2
 Kecepatan aliran air didalam pipa, yaitu :
𝑣 =
𝑄
𝐴
=
0,113
0,08
= 1,41 𝑚/𝑠
34
Kecepatan aliran yang didapat sebesar 1,41 m/s dengan diameter pipa 0,32
meter (12,59 inchi) dan koefisien pipa cast iron c = 0,25 dengan panjang pipa
transmisi 100m.
3.9.2 Menghitung Daya Pompa dari Intake ke IPA
Untuk keperluan mengalirkan air dari rumah pompa ke IPA maka
diperlukan pompa. Perencanaan pompa harus mampu memberikan debit aliran air
dan tekanan yang memadai. Pompa sebaiknya tidak bekerja secara terus-menerus
lebih dari 22 jam per hari. Oleh karena itu perlu pompa cadangan yang diparalel
dengan pompa utama sehingga bekerja bergantian. Peralatan yang harus ada
seperti Gate Valve, Check Valve, Water Meter, dan alat kontrol listrik. Gate
Valve dipasang dibelakang pompa pada pelepasan samping. Jika pompa berada di
bawah permukaan air (pompa Sumersible) maka gate valve dipasang pada pipa
hisap utama ke arah pompa. Check valve dipasang diantara gate valve dan pompa
untuk menjaga arus balik.
Faktor yang perlu untuk diperhatikan menghitung daya pompa yaitu berat
jenis air, kekuatan dorong, besarnya pipa hisap dan dorong, hambatan karena
fitting. Untuk menghitung daya pompa menggunakan rumus seperti berikut :
𝐻𝑃 =
𝜌.𝑔.ℎ.𝑄
𝜂
..................................................................................(3.19)
Dimana: HP : Daya pompa (kw)
𝜌: Massa jenis fluida (ton/ m3)
η: Efisiensi pompa
h: Head total (m)
g: Percepatan gravitasi = 9,81 m/s2
Pada rumus tersebut, besarnya head dap[at dihitung menggunakan rumus di
bawah : h = hs + hp + hf
Dimana : hs : head section (sama dengan ketinggian dari pipa penghisap)
hp : head pressure (sama dengan ketinggian dan pipa pendorong setelah
pompa)
35
hf : head friction (sama dengan total hilang tinggi tekan yang terjadi
pada pipa)
Berikut perhitungan jumlah head yang dihasilkan pada sistem :
Q = 0,113m3/det
Panjang Horizontal LH = 100 m
Elevasi muka tanah di Rumah Pompa = + 35 m
Elevasi muka tanah di IPA = + 32,5 m
∆𝐻 = Elevasi (Rmh Pompa – PAM)
= 2,5 m
Hf =
𝐶×𝐿
12×1×𝐷5 𝑄2
=
0,25×100
12×1×0,65 0,112
= 0,32 m
Hp = ∆𝐻 = 2,5 m
Hs = 7 meter
H = Hf + Hp + Hs
= 0,32 + 2,5 + 7
= 9, 82 ≈ 10 meter
Untuk jumlah H total dari perhitungan Hf, Hf, dan Hs didapat total head
sebesar 10 meter. Akan tetapi terdapat beberapa pertimbangan untuk nilai
kehilangan energi tekan dengan yang diakibatkan aksesoris pipa (saringan,
sambungan, dan siku ) sebesar 20% dari total Head yang didapat adalah 2 meter.
Kehilangan tekan akibat belokan pipa sebesar 20% dari total Head yang didapat
adalah 2 meter serta kehilangan tekan yang terjadi saat air masuk kedalam pompa
sekitar 10% dari total dari total head yang didapat adalah 1 meter. Kehilangan
tekan yang dihasilkan dari tinggi bak koagulasi yaitu 6 meter, maka
memperkirakan jumlah H yang diperbesar menjadi 21 meter. Maka daya pompa
dapat dihitung dengan cara sebagai berikut yang diketahui efisiensi pompa sebesar
75% :
36
𝐻𝑃 =
𝜌. 𝑔. ℎ. 𝑄
𝜇
=
1 × 9,8 × 21 × 0,113
0,75
= 31 𝐻𝑃
1 HP = 0,746 KW
HP = 31 x 0,746
= 23,12 KW ≈ 24 KW

Contenu connexe

Tendances

Sistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisSistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisJoy Irman
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
 
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikPerencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
 
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi,  evapotranspirasiEvaporasi, transpirasi,  evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasiJulia Maidar
 
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat   on-site systemSistem pengolahan air limbah setempat   on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site systemJoy Irman
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMarfizal Marfizal
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Joy Irman
 
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)Aceh Engineering State
 
Jaringan Transmisi - Sistem Jaringan Perpipaan
Jaringan Transmisi - Sistem Jaringan Perpipaan Jaringan Transmisi - Sistem Jaringan Perpipaan
Jaringan Transmisi - Sistem Jaringan Perpipaan Yahya M Aji
 
Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Ecko Chicharito
 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site systemJoy Irman
 
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan WadukPerhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk21010115410004
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongYahya M Aji
 
Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirYahya M Aji
 
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseDasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseinfosanitasi
 
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air Minuminfosanitasi
 
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...Penataan Ruang
 

Tendances (20)

Sistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisSistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikPerencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
 
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi,  evapotranspirasiEvaporasi, transpirasi,  evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
 
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat   on-site systemSistem pengolahan air limbah setempat   on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site system
 
Koef runoff
Koef runoffKoef runoff
Koef runoff
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
 
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
 
pengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampahpengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampah
 
Jaringan Transmisi - Sistem Jaringan Perpipaan
Jaringan Transmisi - Sistem Jaringan Perpipaan Jaringan Transmisi - Sistem Jaringan Perpipaan
Jaringan Transmisi - Sistem Jaringan Perpipaan
 
Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)
 
Debit banjir
Debit banjirDebit banjir
Debit banjir
 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
 
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan WadukPerhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
 
Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya Air
 
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseDasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
 
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air Minum
 
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...
 

Similaire à SUMBER AIR BAKU

Penyaliran tambang
Penyaliran tambangPenyaliran tambang
Penyaliran tambangselegani
 
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainaseModul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainasePPGHybrid1
 
05 Bab_2_252015022.pdf
05 Bab_2_252015022.pdf05 Bab_2_252015022.pdf
05 Bab_2_252015022.pdfKevinKharisma
 
Metode penyaliran tambang
Metode penyaliran tambangMetode penyaliran tambang
Metode penyaliran tambangNoveriady
 
Presentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptxPresentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptxWahyu358704
 
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaanOperasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaaninfosanitasi
 
KONSTRUKSI DAN UTILITAS GEDUNG BAB 1.pptx
KONSTRUKSI DAN UTILITAS GEDUNG BAB 1.pptxKONSTRUKSI DAN UTILITAS GEDUNG BAB 1.pptx
KONSTRUKSI DAN UTILITAS GEDUNG BAB 1.pptxmariapaskalista
 
9 kuliah pa bab ix. drainase pertanian
9 kuliah pa bab ix. drainase pertanian9 kuliah pa bab ix. drainase pertanian
9 kuliah pa bab ix. drainase pertanianAndrew Hutabarat
 
Proses, mekanisme, serta perhitungan pemanenan air hujan
Proses, mekanisme, serta perhitungan pemanenan air hujanProses, mekanisme, serta perhitungan pemanenan air hujan
Proses, mekanisme, serta perhitungan pemanenan air hujanNurina Fitriani
 
Pertemuan ke 3 - Drainase Permukaan.pptx
Pertemuan ke 3 - Drainase Permukaan.pptxPertemuan ke 3 - Drainase Permukaan.pptx
Pertemuan ke 3 - Drainase Permukaan.pptxPIPITSPP1
 
Penyaliran Tambang
Penyaliran TambangPenyaliran Tambang
Penyaliran Tambangheny novi
 
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptxPertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptxPIPITSPP1
 
8 kuliah pa bab viii. penyaluran air irigasi
8 kuliah pa bab viii. penyaluran air irigasi8 kuliah pa bab viii. penyaluran air irigasi
8 kuliah pa bab viii. penyaluran air irigasiAndrew Hutabarat
 
bukuajar drainase perkotaan.pdf
bukuajar drainase perkotaan.pdfbukuajar drainase perkotaan.pdf
bukuajar drainase perkotaan.pdfKevinKharisma
 
Penggunaan dan Pengelolaan Air.pptx
Penggunaan dan Pengelolaan Air.pptxPenggunaan dan Pengelolaan Air.pptx
Penggunaan dan Pengelolaan Air.pptxAngely Putry
 

Similaire à SUMBER AIR BAKU (20)

Penyaliran tambang
Penyaliran tambangPenyaliran tambang
Penyaliran tambang
 
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainaseModul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
 
05 Bab_2_252015022.pdf
05 Bab_2_252015022.pdf05 Bab_2_252015022.pdf
05 Bab_2_252015022.pdf
 
Metode penyaliran tambang
Metode penyaliran tambangMetode penyaliran tambang
Metode penyaliran tambang
 
Drainase
DrainaseDrainase
Drainase
 
Presentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptxPresentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptx
 
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaanOperasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
 
KONSTRUKSI DAN UTILITAS GEDUNG BAB 1.pptx
KONSTRUKSI DAN UTILITAS GEDUNG BAB 1.pptxKONSTRUKSI DAN UTILITAS GEDUNG BAB 1.pptx
KONSTRUKSI DAN UTILITAS GEDUNG BAB 1.pptx
 
9 kuliah pa bab ix. drainase pertanian
9 kuliah pa bab ix. drainase pertanian9 kuliah pa bab ix. drainase pertanian
9 kuliah pa bab ix. drainase pertanian
 
Proses, mekanisme, serta perhitungan pemanenan air hujan
Proses, mekanisme, serta perhitungan pemanenan air hujanProses, mekanisme, serta perhitungan pemanenan air hujan
Proses, mekanisme, serta perhitungan pemanenan air hujan
 
Pertemuan ke 3 - Drainase Permukaan.pptx
Pertemuan ke 3 - Drainase Permukaan.pptxPertemuan ke 3 - Drainase Permukaan.pptx
Pertemuan ke 3 - Drainase Permukaan.pptx
 
Tb. irbang 2 ok
Tb. irbang 2 okTb. irbang 2 ok
Tb. irbang 2 ok
 
Penyaliran Tambang
Penyaliran TambangPenyaliran Tambang
Penyaliran Tambang
 
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptxPertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
 
8 kuliah pa bab viii. penyaluran air irigasi
8 kuliah pa bab viii. penyaluran air irigasi8 kuliah pa bab viii. penyaluran air irigasi
8 kuliah pa bab viii. penyaluran air irigasi
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
bukuajar drainase perkotaan.pdf
bukuajar drainase perkotaan.pdfbukuajar drainase perkotaan.pdf
bukuajar drainase perkotaan.pdf
 
SUMUR RESAPAN
SUMUR RESAPANSUMUR RESAPAN
SUMUR RESAPAN
 
Penggunaan dan Pengelolaan Air.pptx
Penggunaan dan Pengelolaan Air.pptxPenggunaan dan Pengelolaan Air.pptx
Penggunaan dan Pengelolaan Air.pptx
 
Kelompok 3 (prasarana drainase perkotaan)
Kelompok 3 (prasarana drainase perkotaan)Kelompok 3 (prasarana drainase perkotaan)
Kelompok 3 (prasarana drainase perkotaan)
 

Dernier

undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docundangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docLaelaSafitri7
 
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.Monhik1
 
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMASPOWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMASAfrilyakurniarezki
 
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...ahmadirhamni
 
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.pptPertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.pptDAVIDSTEVENSONSIMBOL
 
Presentasi Prinsip-prinsip Desain Grafis.pdf
Presentasi Prinsip-prinsip Desain Grafis.pdfPresentasi Prinsip-prinsip Desain Grafis.pdf
Presentasi Prinsip-prinsip Desain Grafis.pdfgeoartorthoplan
 
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghh
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghhKELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghh
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghhRatriShintya
 
Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨
Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨
Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨Kartu Undangan Bandung
 
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...achmadwalidi444
 
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggiKEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggiLookWWE
 
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvsagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvademahdiyyah
 

Dernier (11)

undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docundangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
 
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
 
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMASPOWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
 
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
 
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.pptPertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
 
Presentasi Prinsip-prinsip Desain Grafis.pdf
Presentasi Prinsip-prinsip Desain Grafis.pdfPresentasi Prinsip-prinsip Desain Grafis.pdf
Presentasi Prinsip-prinsip Desain Grafis.pdf
 
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghh
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghhKELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghh
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghh
 
Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨
Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨
Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨
 
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
 
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggiKEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
 
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvsagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
 

SUMBER AIR BAKU

  • 1. 21 BAB III SUMBER AIR BAKU DAN RANCANGAN BANGUNAN PENGAMBILAN 3.1 Sumber Air Baku dan Karakteristiknya Air merupakan materi esensial dalam kehidupan, hal ini tampak dari kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di setiap tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi (Sutrisno, 2009). Macam-macam sumber air yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air baku sebagai berikut : 1. Air laut Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl, kadar garam NaCl dalam air laut sebesar 3%. 2. Air Atmosfer Air yang didapat dari angkasa melalui proses presipitasi dari awan atmosfer. Air atmosfer umumnya tidak tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. 3. Air Permukaan Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang, kayu, daun-daun, kotoran industri dan lainnya. Air permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan sebagai air minum, seharusnya melalui pengolahan yang sempurna mengingat badan air bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umunya dapat mencukupi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, yang menyebabkan warna kuning coklat, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya dilakukan pada kedalaman tertentu di tengah-tengah.
  • 2. 22 4. Air Tanah Air tanah adalah air yang berada di bawah tanah permukaan dalam tanah dalam zona jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Suyono, 1993:1). 5. Mata Air Yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama dengan air dalam. 3.2 Sumber Air Baku yang Digunakan Dalam Perencanaan Rancangan sistem penyediaan air minum di Kota Toshiba akan menggunakan sumber air dari air sungai Lenovo yang lebarnya ± 20 meter dengan kedalaman rata-rata 15 meter. memiliki debit 1,4 liter/detik. Debit kebutuhan keselurahan di tahun 2034 sebesar 103 liter/detik. Karakteristik sungai pada umumnya mudah tercemar oleh bahan atau zat organik dan anorganik yang dapat mempengaruhi kesehatan pemakainya, dengan demikian diperlukan perancangan sistem dan bangunan pengambilan air yang baik dan efisien. 3.3 Bangunan Pengambilan Air (Intake) Intake adalah jenis bangunan pengambilan air baku yang bersumber dari air permukaan yaitu danau/ situ/ kolam dan sungai. Untuk dapat memanfaatkan sungai tersebut, diperlukan bangunan penangkap air/intake untuk dapat menampung air agar dapat dialirkan melalui pipa distribusi ke daerah pelayanan. Lokasi intake umumnya di sungai, danau dan air tanah. Dalam perencanaan lokasi intake ada beberapa persyaratan lokasi yang harus dipertimbangkan agar intake berfungsi secara efektif. Adapun beberapa persyaratan lokasi intake yang harus diperhatikan yakni : 1. Mudah dijangkau. 2. Dapat memberikan air dalam jumlah yang spesifik. 3. Dapat diandalkan. 4. Aspek kontruksi : Stabilitas palung, tebing sungai dan lainnya. 5. Jarak ke BPAP/IPA. 6. Kualitas air.
  • 3. 23 7. Sumber pencemaran. 8. Instrusi air asin. 9. Aspek belokan sungai : Bagian sungai yang lurus merupakan pilihan yang terbaik. 10. Aspek sungai dan banjir. 3.4 Bangunan Intake dan Jenisnya Bangunan intake berfungsi sebagai penyadap atau penangkap air baku yang berasal dari sumbernya, dalam hal ini sungai. Bangunan intake memiliki tipe yang bermacam-macam, diantaranya adalah : 1. Direct Intake Digunakan untuk sumber air yang dalam seperti sungai atau danau dengan kedalaman yang cukup tinggi. Intake jenis ini memungkinkan terjadinya erosi pada dinding dan pengendapan di bagian dasarnya. 2. Indirect Intake A. River Intake Menggunakan pipa penyadap dalam bentuk sumur pengumpul. Intake ini lebih ekonomis untuk air sungai yang mempunyai perbedaan level muka air pada musim hujan dan musim kemarau yang cukup tinggi. B. Canal Intake Digunakan untuk air yang berasal dari kanal. Dinding chamber sebagian terbuka ke arah kanal dan dilengkapi dengan pipa pengolahan selanjutnya. C. Reservoir Intake Digunakan untuk air yang berasal dari dam dan dengan mudah menggunakan menara intake. Menara intake dengan dam dibuat terpisah dan diletakkan di bagian hulu. Untuk mengatasi fluktuasi level muka air, maka inlet dengan beberapa level diletakkan pada menara.
  • 4. 24 3. Spring Intake Digunakan untuk air baku dari mata air / air tanah. 4. Intake Tower Digunakan untuk air permukaan dimana kedalaman air berada diatas level tertentu. 5. Gate Intake Berfungsi sebagai screen dan merupakan pintu air pada prasedimentasi. 3.5 Komponen Intake Beberapa hal dibawah ini merupakan komponen dari suatu intake, yaitu : 1. Bangunan sadap, yang berfungsi untuk mengefektifkan air masuk menuju sumur pengumpul. 2. Sumur pengumpul (Sump well) Waktu detensi pada sumur pengumpul setidaknya 20 menit atau luas area yang cukup untuk pembersihan. Dasar sumur minimal 1 m dibawah dasar sungai atau tergantung pada kondisi geologis wilayah perencanaan. Konstruksi sumur disesuaikan dengan kondisi sungai dan setidaknya terbuat dari beton dengan ketebalan minimal 20 cm atau lebih tebal. 3. Screen Screen terdapat pada inlet sumur pengumpul, berfungsi untuk menyaring padatan atau bentuk lainnya yang terkandung dalam air baku. Adapun dari jenis-jenis screen dibagi menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan bukaan atau jarak antar bar, yaitu : a. Saringan kasar (coarse screen) Digunakan untuk menjaga alat-alat dan biasanya digunakan pada pengolahan pertama. Tipenya secara umum adalah bara rack (bar screen), coarse weir, screen, dan kominutor. b. Saringan halus (fine screen) Bukaan berkisar antara 2,3 – 6 mm, bahkan untuk instalasi tertentu bisa lebih kecil dari 2,3 mm. Biasanya digunakan untuk primary treatment atau pre treatment.
  • 5. 25 Pembersihannya dapat dilakukan secara manual untuk coarse screen dan mekanis untuk fine screen. Berikut ini dapat dilihat faktor- faktor perencanaan bar screen :  Jumlah batang (n) : n = L screen + 1 …….…...…………………(3.1) w.batang + 1  Jumlah jarak antar batang (N) : N = (n + 1) ……………………………………….( 3.2)  Jarak antar tengah batang ( L screen) : L screen = b + (0,5 x w )x 2 ………………………...(3.3)  Lebar bersih : Lebar bersih = L – (n x w) ………………………… (3.4)  Jarak bersih antar kisi : Jarak bersih antar kisi = lebar bersih ……(3.5) jumlah jarak antar barang  Kecepatan melalui screen (v screen) v screen = Q …………………..(3.6) A bukaan bersih  Headloss melalui screen (Hf screen) Hf screen =  sin. 3/4        h b w ………………….(3.7) dimana : w = tebal batang (cm) b = jarak antar batang (cm) β = faktor bentuk batang Q = debit (m3/dt) L = lebar intake, m
  • 6. 26 n = jumlah batang N = jumlah jarak antar batang α = sudut bar terhadap horisontal (Sumber : Fair, Geyer dan Okun, 1968) Pada tabel berikut dapat dilihat faktor dari masing-masing bentuk batang: Tabel 3.1 Bentuk Bar dan Faktor Bentuk Bar Bentuk Bar Faktor Bentuk (β) Shape edge rectangular 2,42 Rectangularwithsemicircularupstream face circular 1,83 Circular 1,79 Rectangularwithsemicircularupstream and down stream face 1,67 Tear shape 0,76 (Sumber : Qosim, 1985) 4. Pompa intake (dengan Bell Mouth Strainer, pipa suction, discharge, valve, dan aksesoris lainnya) a. Strainer Untuk menyaring benda-benda yang terkandung dalam air baku, perlu direncanakan strainer pada ujung pipa suction pompa intake. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :  Kecepatan melalui lubang strainer = 0,15 – 0,3 m/dt, dan dianjurkan untuk berada pada batas rendah untuk mencegah masuknya padatan dari dasar badan air.  Bukaan pada lubang strainer antara 6 – 12 mm.  Luas area strainer adalah 2 kali dari luas total lubang.
  • 7. 27 Berikut ini dapat dilihat faktor-faktor perencanaan dari strainer :  Diameter strainer (D) : D = 1,5 – 2 x Dsuction …………………………. (3.8)  Jarak strainer dari dasar intake (s) : s = ½ Dstrainer ………………………………. (3.9)  Jarak ujung strainer ke permukaan air (S) : S = 1,5 x Dstrainer ………………………………(3.10)  Jarak strainer ke dinding intake (x) : x = ¼ Dstrainer ………………………………(3.11) (Sumber : Prosser, 1980) b. Pipa Suction dan Discharge Kecepatan pada pipa suction antara 1 – 1,5 m/dt. c. Valve Valve harus dipasang pada perpipaan pompa agar mudah dalam pengontrolan aliran, penggantian, perbaikan, dan perawatannya. 3.6 Pompa intake Dalam perencanaan pompa intake, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :  Fluktuasi level permukaan air sungai  Kandungan padatan di sungai  Besarnya arus sungai  Kondisi fisik sungai Adapun alternatif pemilihan jenis pompa intake adalah : 1. Pompa Sentrifugal (tidak terendam air) Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah : - NPSH yang tersedia pada sistem. Hal ini berhubungan dengan level air. Pada saat level air maksimum, maka NPSH sistem yang tersedia cukup besar daripada saat level air minimum. Hal ini
  • 8. 28 mempengaruhi penempatan pompa karena static suction head system harus lebih kecil dari static head maksimum hasil perhitungan NPSH. - Static suction head yang berubah-ubah akibat adanya perubahan permukaan air sungai akan mempengaruhi karakteristik sistem yang ada. Hal ini mempengaruhi kapasitas yang dialirkan. - Rumah pompa yang kedap air diperlukan terutama untuk daerah yang rawan banjir, karena motor akan terbakar jika terendam air. 2. Pompa Sentrifugal Submersible Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah : - NPSH tidak terlalu menjadi masalah, karena pompa dan motor terendam air. - Pompa submersible harus terendam air hingga ketinggian tertentu dari level air sungai minimum. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pusaran air pada permukaan air sungai jika ketinggiannya melebihi batas yang diisyaratkan. Pusaran air dapat menyebabkan masuknya udara ke dalam pompa dan terjadi kavitasi. Jika pompa tidak terendam air, maka pompa bisa terbakar. - Level air yang berubah-ubah menyebabkan perubahan pada karakteristik pompa. - Harga pompa submersible lebih mahal daripada pompa sentrifugal biasa. 3. Pompa Non Clogging Digunakan jika kandungan padatan tersuspensi air sungai sangat tinggi dan harus diperhatikan bahwa harga pompa jenis ini mahal. 3.7 Kriteria Desain 1. Bell Mouth Strainer  Kecepatan melalui lubang strainer 0,15 – 0,3 m/dt  Diameter lubang strainer 6 – 12 mm
  • 9. 29  Luas total permukaan strainer = 2 x luas efektif 2. Cylindrical Strainer  Kriteria desain sama dengan bell mouth strainer.  Harus digunakan pada saat head air cukup tinggi di atas strainer.  Strainer sebaiknya terletak 0,6 – 1 m dibawah level air terendah (jika tidak mempunyai lubang di bagian atas), sedangkan untuk strainer yang memiliki lubang sebaiknya 1 m dibawah level air terendah. 3. Pipa gravitasi air baku  Kecepatan aliran 0,6 – 1,5 m/dt untuk mencegah erosi dan sedimentasi.  Ukuran pipa disesuaikan agar V pada LWL > 0,6 m/dt dan pada HWL < 1,5 m/dt. Dengan mengetahui head dan kecepatan maka diameter pipa dapat ditentukan. 4. Suction Well (Intake Well)  Untuk mempermudah pemeliharaan sebaiknya sumuran ada 2 atau lebih.  Waktu detensi sekitar 20 menit atau sebaiknya sumuran cukup besar guna menjaga kebersihan air.  Dasar sumuran ± 1 m dibawah dasr sungai atau 1,5 m dibawah LWL.  Sumuran berkonstruksi beton dengan tebal dinding 20 – 30 cm dan bersifat rapat air. 5. Pipa Suction untuk pemompaan  V pipa berkisar antara 1 – 1,5 m/dt  Perbedaan LWL dengan pompa tidak boleh lebih dari 3,7 m  Jika permukaan pompa lebih tinggi dari LWL maka jarak suction sebaiknya kurang dari 4 m. 3.8 Rumus Perhitungan Rumus-rumus yang dipergunakan dalam perhitungan intake, yaitu :  Rumus umum kecepatan (V) V = Q / A .................................................................................(3.12)
  • 10. 30 dimana : V = kecepatan (m/dt) Q = debit (m3/dt) A = luas penampang (m2)  Headloss akibat kecepatan (Hv) Hv = V2 / 2g..........................................................................(3.13) dimana : Hv = minor losses (m) V = kecepatan (m/dt) g = pecepatan gravitasi (m2/dt)  Minnor Losses (Hm) Hm = k.       g V 2 2 .......................................................................(3.14) dimana : Hm = minor losses (m) k = koefisien kehilangan tinggi energi V = kecepatan (m/dt) g = pecepatan gravitasi (m2/dt) Tabel 3.2 Nilai k untuk Macam-macam Sambungan Jenis Sambungan Nilai k Standard Elbow 0,9 Standard Tee 1,8 Standard Valve 2,5 Standard Valve 0,19 Sambungan antara pipa dan reservoir 0,01 - 1
  • 11. 31  Mayor Losses dalam pipa menurut Hazen-William (Hf) Hf = 85,163,2 85,1 )..0015,0( . DC QL ............................................................(3.15) dimana : Hf = mayor losses (m) L = panjang pipa (m) Q = debit (L/dt) C = koefisien kekasaran pipa (C = 130 untuk pipa baru) D = diameter pipa (cm)  Luas penampang pipa (A) A = ¼ . π . d2 ..........................................................................(3.16) dimana : A = luas penampang pipa (m2) d = diameter pipa (m) 3.9 Perencanaan Intake Sumber air baku untuk perencanaan ini berasal dari sungai dan untuk pengambilan airnya digunakan bantuan pompa. Jenis intake yang digunakan adalah river intake (Shore intake), dimana air baku dari sungai disadap ke area bak pengumpul melalui net dan dapat menyesuaikan dengan fluktuasi muka air, lalu disedot dengan pompa sentrifugal dengan pipa penghisap (suction) yang dilengkapi dengan strainer di mulut pipa yang berguna untuk mencegah partikel berukuran besar masuk dan menghambat kinerja pompa. Selanjutnya air disedot dengan pompa melalui pipa penghisap (suction) menuju sejauh 100 m ke bangunan IPA.
  • 12. 32 Gambar 3.1 Rencana Desain Intake 3.9.1 Perhitungan Dimensi Intake Panjang pipa transmisi dapat dihitung dengan melihat dari intake ke instalasi pengolahan air, sedangkan diameter pipa dapat ditentukan berdasarkan debit pemakaian jam puncak. Dalam menentukan diameter pipa dapat ditentukan dengan persamaan Hazen Willian sebagai berikut : Q = 0,2785 × C × D2,63 × S0,54 .....................................................................(3.17) Dimana: Q = Debit Harian Maksimum (m3/detik C = Koefisien kekasaran pipa D = Kiameter pipa (m) S = Kemiringan Ketentuan yang direncanakan pada bangunan pengambil air (intake) yang akan dibuat yaitu : - Kapasitas pengolahan : 113 L/detik = 0,113 m3/detik - Kecepatan aliran pada pipa (vpipa) = 1,5 m/detik Sehingga, luas penampang pipa (A) pada intake dapat dihitung dengan menggunakan persamaan kontinuitas, sebagai berikut : 𝑄 = 𝐴. 𝑣............................................................................................................(3.18) Maka, luas penampang pipa dan diameternya yaitu :  Luas penampang pipa
  • 13. 33 𝐴 = 𝑄 𝑣 = 0,113 1 = 0,113 𝑚2  Diameter Pipa 𝑑2 = 𝐴 × 4 𝜋 = 0,113 × 4 3,14 = 0,14 𝑚2 𝑑 = 0,3741 ≈ 0,37 𝑚 14,56 inch Pada perhitungan ini nilai diameter pipa transmisi sebesar 0,37 m dan dipakai adalah pipa transmisi dengan ukuran 0,32 m (ukuran pasaran). Jenis pipa yang dipakai adalah pipa besi cast iron. Pipa jenis ini tergolong kuat karena tebal sehingga tidak mudah retak dan bocor serta tahan terhadap korosi baik bagian internal maupun eksternal. Sehingga, kecepatan aliran air didalam pipa dapat dihitung dengan :  Luas permukaan pipa 𝐴 = 1 4 𝜋𝐷2 = 1 4 (3,14)(0,32)2 = 0,08 𝑚2  Kecepatan aliran air didalam pipa, yaitu : 𝑣 = 𝑄 𝐴 = 0,113 0,08 = 1,41 𝑚/𝑠
  • 14. 34 Kecepatan aliran yang didapat sebesar 1,41 m/s dengan diameter pipa 0,32 meter (12,59 inchi) dan koefisien pipa cast iron c = 0,25 dengan panjang pipa transmisi 100m. 3.9.2 Menghitung Daya Pompa dari Intake ke IPA Untuk keperluan mengalirkan air dari rumah pompa ke IPA maka diperlukan pompa. Perencanaan pompa harus mampu memberikan debit aliran air dan tekanan yang memadai. Pompa sebaiknya tidak bekerja secara terus-menerus lebih dari 22 jam per hari. Oleh karena itu perlu pompa cadangan yang diparalel dengan pompa utama sehingga bekerja bergantian. Peralatan yang harus ada seperti Gate Valve, Check Valve, Water Meter, dan alat kontrol listrik. Gate Valve dipasang dibelakang pompa pada pelepasan samping. Jika pompa berada di bawah permukaan air (pompa Sumersible) maka gate valve dipasang pada pipa hisap utama ke arah pompa. Check valve dipasang diantara gate valve dan pompa untuk menjaga arus balik. Faktor yang perlu untuk diperhatikan menghitung daya pompa yaitu berat jenis air, kekuatan dorong, besarnya pipa hisap dan dorong, hambatan karena fitting. Untuk menghitung daya pompa menggunakan rumus seperti berikut : 𝐻𝑃 = 𝜌.𝑔.ℎ.𝑄 𝜂 ..................................................................................(3.19) Dimana: HP : Daya pompa (kw) 𝜌: Massa jenis fluida (ton/ m3) η: Efisiensi pompa h: Head total (m) g: Percepatan gravitasi = 9,81 m/s2 Pada rumus tersebut, besarnya head dap[at dihitung menggunakan rumus di bawah : h = hs + hp + hf Dimana : hs : head section (sama dengan ketinggian dari pipa penghisap) hp : head pressure (sama dengan ketinggian dan pipa pendorong setelah pompa)
  • 15. 35 hf : head friction (sama dengan total hilang tinggi tekan yang terjadi pada pipa) Berikut perhitungan jumlah head yang dihasilkan pada sistem : Q = 0,113m3/det Panjang Horizontal LH = 100 m Elevasi muka tanah di Rumah Pompa = + 35 m Elevasi muka tanah di IPA = + 32,5 m ∆𝐻 = Elevasi (Rmh Pompa – PAM) = 2,5 m Hf = 𝐶×𝐿 12×1×𝐷5 𝑄2 = 0,25×100 12×1×0,65 0,112 = 0,32 m Hp = ∆𝐻 = 2,5 m Hs = 7 meter H = Hf + Hp + Hs = 0,32 + 2,5 + 7 = 9, 82 ≈ 10 meter Untuk jumlah H total dari perhitungan Hf, Hf, dan Hs didapat total head sebesar 10 meter. Akan tetapi terdapat beberapa pertimbangan untuk nilai kehilangan energi tekan dengan yang diakibatkan aksesoris pipa (saringan, sambungan, dan siku ) sebesar 20% dari total Head yang didapat adalah 2 meter. Kehilangan tekan akibat belokan pipa sebesar 20% dari total Head yang didapat adalah 2 meter serta kehilangan tekan yang terjadi saat air masuk kedalam pompa sekitar 10% dari total dari total head yang didapat adalah 1 meter. Kehilangan tekan yang dihasilkan dari tinggi bak koagulasi yaitu 6 meter, maka memperkirakan jumlah H yang diperbesar menjadi 21 meter. Maka daya pompa dapat dihitung dengan cara sebagai berikut yang diketahui efisiensi pompa sebesar 75% :
  • 16. 36 𝐻𝑃 = 𝜌. 𝑔. ℎ. 𝑄 𝜇 = 1 × 9,8 × 21 × 0,113 0,75 = 31 𝐻𝑃 1 HP = 0,746 KW HP = 31 x 0,746 = 23,12 KW ≈ 24 KW