SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  6
Status: Awal

Tanggal: 09 MAY 2012

Waktu: 14:33

Type: Sukhoi Superjet 100-95

Operator: Sukhoi

Pendaftaran: 97.004

C / n / msn: 95004

Pertama penerbangan: 2009-07-25 (2 tahun 10 bulan)

Mesin: 2 PowerJet SaM146

Crew: Kematian: 6 / Penghuni: 6

Penumpang: Kematian: 39 / Penghuni: 39

Total: Kematian: 45 / Penghuni: 45

Airplane kerusakan: Hancur

Pesawat nasib: off tertulis (rusak bisa diperbaiki)

Lokasi: 75 km (46,9 ml) S dari Jakarta (Indonesia)

Tahap: En route (ENR)

Alam: Demonstrasi

Keberangkatan Bandar Udara: Jakarta-Halim Perdana Kusuma Airport (HLP) (HLP / wihh), Indonesia

Tujuan airport: Jakarta-Halim Perdana Kusuma Airport (HLP) (HLP / wihh), Indonesia



Sebuah Sukhoi Superjet 100 pesawat penumpang itu hancur ketika menghantam sisi gunung selama
demonstrasi penerbangan di Indonesia. Semua 45 di dalamnya tewas. Sebuah rencana penerbangan
telah mengajukan penerbangan IFR dari Halim Airport ke daerah Pelabuhan Ratu kemudian kembali
ke Bandara Halim.

Penerbangan tersebut berangkat Jakarta-Halim Perdana Kusuma Airport (HLP / wihh) jam 14:21. Itu
terbang berputar-putar di selatan dan Gunung Salak (elevasi 7254 meter). Setelah mengitari gunung,
pesawat mulai turun dari dari 10.000 kaki ke 6.000 kaki. Kontak terakhir dengan pesawat itu pukul
14:30. Puing-puing itu ditemukan keesokan harinya di lereng gunung dekat-vertikal di sisi timur
Gunung Salak pada ketinggian 6.100 kaki.

The Superjet sedang melakukan penerbangan demonstrasi kepada calon pelanggan di beberapa
negara. Demonstrasi diterbangkan di Myanmar, Pakistan dan Kazakhstan sebelum tiba di Indonesia
pada tanggal 9 Mei. Dua penerbangan demonstrasi yang direncanakan. Penerbangan pertama itu
lancar. Penumpang pada penerbangan kedua adalah wartawan dan perwakilan dari beberapa
maskapai penerbangan Indonesia. Ada enam awak kapal, dua wakil Sukhoi dan 37 wartawan dan
calon klien.



Indonesia Investigasi Menunjukkan Kesalahan Manusia Kontribusi untuk Kecelakaan Jet Rusia



JAKARTA - laporan awal di Indonesia pada kecelakaan jet Rusia yang menewaskan 45 orang pada
bulan Mei menunjukkan kesalahan manusia menyebabkan kecelakaan, yang menewaskan semua
penumpang penerbangan demonstrasi.

Sebuah laporan awal dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi mengatakan Superjet Sukhoi
100 menabrak sisi gunung berapi aktif setelah pilot Rusia yang meminta izin untuk turun ke 6.000
kaki dan diberi persetujuan oleh kontrol lalu lintas udara, meskipun ketinggian aman minimum
untuk wilayah udara Superjet terbang melalui adalah 6.900 kaki.

Sementara laporan yang dirilis awal bulan ini hanya garis besar singkat dari apa panitia sudah tahu
sejauh ini dan laporan akhir tidak akan keluar selama berbulan-bulan, ia tidak memiliki indikasi
masalah mekanik dengan pesawat penumpang Sukhoi baru, yang Rusia berharap akan memulai
kembali industri kedirgantaraan sipil negara itu.

Laporan tersebut merekomendasikan bahwa Indonesia Direktorat Jenderal penerbangan sipil
memastikan bahwa demonstrasi menghormati penerbangan bahkan diterbitkan ketinggian
minimum penerbangan yang aman. Hal ini juga dianjurkan Sukhoi "mengatur pelatihan tambahan
untuk awak pesawat yang akan melakukan penerbangan demonstrasi, terutama di daerah
pegunungan."

Temuan awal adalah berita yang relatif baik bagi Sukhoi, karena tidak ada indikasi sejauh bahwa ada
masalah dengan jet, kata para analis.

"Mereka (Sukhoi) akan sangat senang jika (laporan akhir) menunjukkan tidak ada masalah mekanik
dengan pesawat, tapi kita tidak tahu pasti belum," kata Siva Govindasamy, managing editor Asia
untuk penerbangan global, penerbangan yang industri publikasi. "Mereka tidak secara khusus
memutuskan keluar belum jadi kita tidak akan yakin sampai laporan akhir keluar."

Beberapa pelanggan Sukhoi sudah yakin bahwa pesawat perusahaan aman. Indonesia maskapai Sky
Aviation mengatakan akan mengambil pengiriman dan mulai menggunakan Superjets Rusia Sukhoi
tahun ini, meskipun penyelidikan belum diselesaikan.

Banyak perusahaan dalam murah industri penerbangan di Indonesia yang tertarik pada pesawat
penumpang Sukhoi, yang dapat membawa sekitar 100 orang dan murah untuk menjalankan dan
mempertahankan, analis mengatakan. Sebagian besar dari mereka yang tewas dalam penerbangan
tersebut adalah perwakilan maskapai penerbangan di Indonesia.
Namun, laporan menyisakan beberapa pertanyaan penting yang belum terjawab, kata para analis,
termasuk mengapa permintaan percontohan untuk turun, mengapa ia diberi persetujuan dan
mengapa tidak on-board sistem peringatan biarkan dia tahu mereka menuju ke gunung. The Komite
Nasional Keselamatan Transportasi mengatakan, pihaknya masih menyelidiki dan perlu
berkoordinasi dengan peneliti Rusia sebelum akan memiliki semua jawaban.

"Ini masih laporan awal dan terlalu dini untuk menarik kesimpulan dari penyelidikan," kata Tatang
Kurniadi, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi. "Kita mungkin masih perlu dua sampai
tiga bulan sebelum kita dapat mengeluarkan laporan akhir."




Ini Kronologi Jatuhnya Sukhoi Nahas

Liputan6.com, Jakarta : Setelah lebih 8 bulan melakukan investigasi, Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (KNKT) akhirnya mengumumkan penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung
Salak, Bogor, Jawa Barat, pada Mei lalu.

Dalam keterangan pers, di Kantor KNKT di Jakarta, Selasa (18/12/2010, Ketua KNKT Tatang Kurniadi
menjelaskan detik demi detik kronologis jatuhnya pesawat nahas buatan Rusia tersebut. Berikut kronologi
yang dipaparkan KNKT:

Pada pukul 14.20 WIB, pesawat tinggal landas dari landasan 06 bandara Halim Perdana Kusuma.
Kemudian berbelok ke kanan hingga radial 200 HLM VOR dan naik ke ketinggian 10.000 kaki. Pada pukul
14.24 WIB, pilot melakukan komunikasi dengan Jakarta Approach dan memberikan informasi bahwa
pesawat telah berada pada radial 200 HLM VOR dan telah mencapai ketinggian 10.000 kaki.

Kemudian, pada pukul 14.26 WIB, pilot minta ijin turun ke ketinggian 6.000 kaki serta untuk membuat
orbit (lintasan lingkaran) ke kanan. Ijin tersebut diberikan oleh petugas Jakarta Approach. Tujuannya agar
pesawat tidak terlalu tinggi untuk proses pendaratan di Halim menggunakan landasan 06.

Pada pukul 14.32 WIB lewat 26 detik, berdasar waktu yang di Flight Data Recorder/FDR (black box)
pesawat menabrak tebing Gunung Salak pada radial 198 dan 28 Nm HLM VOR, atau pada koordinat 06-
4245"S 106-4405"E dengan ketinggian sekitar 6000 kaki di atas permukaan laut.

38 Detik sebelum benturan, Terrain Awareness Warning System (TAWS) memberikan peringatan
berupa suara; "Terain Ahead, Pull Up" dan diikuti enam kali "Avoid Terrain." Pilot In Command (PIC)
mematikan (inhibi) TAWS tersebut karena berasumsi bahwa peringatan-peringatan tersbut diakibatkan
oleh database yang bermasalah.

7 Detik menjelang tabrakan terdengar peringatan berupa "Landing Gear Not Down" yang berasal dari
sistem peringatan pesawat. Peringatan "Landing Gear Not Down" aktif apabila pesawat pada ketinggian
kurang dari 800 kaki diatas permukaan tanah dan roda pendarat belum diturunkan.

Lantas, pada pukul 14.50 WIB, petugas Jakarta Approach menyadari bahwa target pesawat Sukhoi
RRJ95B sudah hilang dari layar radar. Tidak ada bunyi peringatan sebelum lenyapnya titik target dari layar
radar.

Pada 10 Mei 2012, keesokan harinya, Basarnas berhasil menemukan lokasi pesawat. Semua awak pesawat
dan penumpang meninggal dalam kecelakaan ini, serta pesawat dalam kondisi hancur.
Dan pada 15 Mei 2012, Cockpit Voice Recorder (CVR) telah ditemukan dalam keadaan hangus akan tetapi
memory module dalam keadaan baik dan berisikan dua jam rekaman dengan kualitas yang baik. Pada 31



Mei 2012, Flight Data Recorder (CVR) ditemukan dalam keadaan baik dan berisikan 150 jam rekaman
dari 471 parameter.

Kedua flight recorder (black box) ini dibaca di laboratorium milik KNKT oleh ahli dari KNKT dan
disaksikan oleh ahli dari Rusia. Seluruh parameter berhasil didownload dan dari hasil download tersebut
tidak ditemukan adanya indikasi kerusakan pada sistem pesawat selama penerbangan.

Hasil simulasi yang dilakukan setelah kejadian diketahui bahwa, TAWS berfungsi dengan baik dan
memberikan peringatan dengan benar. Simulasi juga menunjukan bahwa benturan dapat dihindari jika
dilakukan tindakan menghindar (recovery action) sampai dengan 24 detik setelah peringatan TAWS yang
pertama.

Pelayanan Jakarta Radar belum mempunyai batas minimum untuk melakukan vector pada suatu daerah
tertentu, dan minimum safe altitude warning (MSAW) yang ada pada sistem tidak memberikan peringatan
pada petugas Jakarta Approach sampai dengan pesawat menabrak.(Ali)



TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua KNKT (Komisi Nasional Keselamatan Transportasi), Tatang
Kurniadi mengatakan bahwa penyebab kecelakaan pesawat Sukhoi RRJ-95B Registrasi 97004 di Gunung
Salak Bogor pada 9 Mei 2012 bukan karena kerusakan sistem pesawat.

"Tidak ditemukan indikasi kerusakan sistem di pesawat Sukhoi RRJ-95B Registrasi 97004," kata Tatang
Kurniadi dalam Konferensi Pers di Kantornya, Selasa (18/12/2012).

Hal tersebut disimpulkan setelah membaca Cockpit Voice Recorder (CVR) dan Flight Data Recorder (FDR)
oleh tim KNKT beserta ahli dari Russia.

CVR yang ditemukan pada 15 mei 2012, menunjukkan memory module dalam keadaan baik dan berisi 2
jam dengan kualitas baik. Sedangkan FDR ditemukan pada 31 mei 2012 yang berisi rekaman 150 jam
dengan kualitas baik pula.



Jakarta (ANTARA) - Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) tidak menemukan indikasi
kerusakan pada sistem pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Jawa Barat, setelah
mengunduh seluruh data dari kotak hitam (black box), kata Ketua Komisi Nasional Kecelakaan
Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi.

"Seluruh parameter berhasil di-`download` dan dari hasilnya, tidak ada indikasi kerusakan sistem pesawat
selama penerbangan," kata Tatang Kurniadi, dalam konferensi pers mengenai hasil investigasi akhir
kecelakaan pesawat Sukhoi SJ 100, di Jakarta, Selasa.

Menurut Tatang, pengunduhan serta pembacaan data melibatkan pihak dari Rusia di laboratorium milik
KNKT.

"Itu disaksikan ahli dari Rusia selaku produsen pesawat Sukhoi," katanya.
Ia mengatakan hasil simulasi yang dilakukan setelah kejadian diketahui bahwa, Terrain Awareness
Warning System (TAWS) berfungsi dengan baik dan memberikan peringatan dengan benar.

"Simulasi juga menunjukkan bahwa benturan dapat dihindari jika dilakukan tindakan menghindar sampai
dengan 24 detik setelah peringatan TAWS yang pertama," ujar dia.

Ia juga menjelaskan saat penerbangan promosi (demonstration flight) yang dilakukan Sukhoi Superjet100
pada 9 Mei 2012, terdapat tiga orang yang duduk di dalam kokpit.

"Ketiga orang tersebut adalah pilot in command (PIC) yang bertugas sebagai pilot yang mengemudikan
pesawat, satu orang adalah pilot monitoring dan seorang wakil calon pembeli pada tempat duduk
observer," katanya.

Calon pembeli tersebut, kata dia, bukanlah seorang pilot yang diijinkan berada di kokpit. Namun,itu hal
yang wajar terutama saat penerbangan promosi.



"Calon pembeli itu ingin tahu lebih lanjut tentang fitur pesawat yang ada," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Tim Investigasi in Charge KNKT Mardjono Siswosuwarno mengatakan
ada pembicaraan antara pilot dan pihak calon pembeli pesawat yang dianggap sebagai gangguan dalam
komunikasi.

"Ada obrolan pilot dengan pihak pembeli selama 38 detik yang merupakan distraksi atau pengalihan dari
fokus perhatian," katanya.

Percakapan tersebut, lanjutnya, ditemukan di dalam Cockpit Voice Recorder (CVR) yang berdurasi dua jam
rekaman dengan kualitas yang baik.

Hal itu menyebabkan pilot menerbangkan pesawat tidak segera mengubah arah ketika pesawat keluar dari
orbit tanpa disengaja.



Hasil Penyelidikan KNKT: Sukhoi Ternyata Terbang
  Tanpa Peta Bogor
INILAH.COM, Jakarta - Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Tatang
Kurniadi mengungkapkan, pesawat Sukhoi RRJ-95B buatan Rusia yang menabrak Gunung
Salak pada 9 Mei 2012 ternyata terbang tanpa dilengkapi dengan peta area Bogor. Padahal,
pesawat yang mengangkut 45 penumpang ini melakukan penerbangan di area Bogor.

"Peta yang tersedia pada pesawat tidak memuat informasi mengenai area Bogor sebagai area latih pesawat
militer maupun kontur dari pegunungan di sekitarnya," ujar Tatang dalam acara rilis hasil investigasi
kecelakaan pesawat Sukhoi di Jakarta, Selasa (18/12/12).

Selain itu, lanjut Tatang, dari hasil investigasi diketahui, pilot sebenarnya sudah melihat awan gelap pada
saat pesawat mendekati area Gunung Salak, namun sayangnya ia tidak menyadari bahwa pesawat yang
dikemudikannya akan menabrak tebing gunung.
Tatang mengatakan, pasca kejadian ini, KNKT telah mengeluarkan rekomendasi untuk perbaikan sistem
transportasi kepada Dirjen Perhubungan Udara, Bandara Soekarno-Hatta, serta Departemen Industri
Penerbangan Rusia dan Sukhoi Civil Aircraft Company.




Pilot Sukhoi Sepelekan Peringatan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Salah satu faktor yang menjadi penyebab kecelakaan pesawat udara
Sukhoi RRJ-95B Registrasi 97004 di Gunung Salak Bogor pada 9 Mei 2012 adalah pilot yang
menyepelekan peringatan Terrain Awareness Warning System (TAWS).

"Terjadi pengalihan perhatian terhadap awak pesawat dari percakapan yang berkepanjangan dan tidak
terkait dengan penerbangan, yang telah menyebabkan pilot yang menerbangkan pesawat tidak dengan
segera merubah arah pesawat ketika orbit dan pesawat keluar dari orbit tanpa sengaja," demikian salah
satu kesimpulan hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang dipimpin oleh
Prof Mardjono.

Ketua KNKT Tatang Kurniadi mengatakan dua faktor penyebab kecelakaan yang menewaskan 45 orang
awak dan penumpang pesawat buatan Rusia tersebut adalah awak pesawat tidak menyadari kondisi
pegunungan di sekitar jalur penerbangan yang dilalui dikarenakan beberapa faktor dan berakibat awak
pesawat mengabaikan peringatan dari TAWS.

Jakarta Radar belum mampunyai batas ketinggiaan minimum pada pesawat yang diberikan vector, yaitu
perintah berupa arah yang diberikan oleh pengatur lalu lintas udara kepada pilot pada layanan radar.
Selain itu Jakarta Radar belum dilengkapi MSAW yang berfungsi untuk daerah Gunung Salak, karena
daerah itu memang bukan lintasan penerbangan komersial.

Dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (18/12/2012) tantang menyebutkan, benturan seharusnya dapat
dihindari jika dilakukan tindakan menghindar (recovery action) sampai dengan 24 detik setelah peringatan
TAWS yang pertama.

Contenu connexe

En vedette

2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by HubspotMarius Sescu
 
Everything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTEverything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTExpeed Software
 
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsPixeldarts
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthThinkNow
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfmarketingartwork
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024Neil Kimberley
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)contently
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsKurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summarySpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentLily Ray
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best PracticesVit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementMindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...RachelPearson36
 

En vedette (20)

2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot
 
Everything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTEverything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPT
 
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
 
Skeleton Culture Code
Skeleton Culture CodeSkeleton Culture Code
Skeleton Culture Code
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 

Status sukhoi

  • 1. Status: Awal Tanggal: 09 MAY 2012 Waktu: 14:33 Type: Sukhoi Superjet 100-95 Operator: Sukhoi Pendaftaran: 97.004 C / n / msn: 95004 Pertama penerbangan: 2009-07-25 (2 tahun 10 bulan) Mesin: 2 PowerJet SaM146 Crew: Kematian: 6 / Penghuni: 6 Penumpang: Kematian: 39 / Penghuni: 39 Total: Kematian: 45 / Penghuni: 45 Airplane kerusakan: Hancur Pesawat nasib: off tertulis (rusak bisa diperbaiki) Lokasi: 75 km (46,9 ml) S dari Jakarta (Indonesia) Tahap: En route (ENR) Alam: Demonstrasi Keberangkatan Bandar Udara: Jakarta-Halim Perdana Kusuma Airport (HLP) (HLP / wihh), Indonesia Tujuan airport: Jakarta-Halim Perdana Kusuma Airport (HLP) (HLP / wihh), Indonesia Sebuah Sukhoi Superjet 100 pesawat penumpang itu hancur ketika menghantam sisi gunung selama demonstrasi penerbangan di Indonesia. Semua 45 di dalamnya tewas. Sebuah rencana penerbangan telah mengajukan penerbangan IFR dari Halim Airport ke daerah Pelabuhan Ratu kemudian kembali ke Bandara Halim. Penerbangan tersebut berangkat Jakarta-Halim Perdana Kusuma Airport (HLP / wihh) jam 14:21. Itu terbang berputar-putar di selatan dan Gunung Salak (elevasi 7254 meter). Setelah mengitari gunung, pesawat mulai turun dari dari 10.000 kaki ke 6.000 kaki. Kontak terakhir dengan pesawat itu pukul 14:30. Puing-puing itu ditemukan keesokan harinya di lereng gunung dekat-vertikal di sisi timur Gunung Salak pada ketinggian 6.100 kaki. The Superjet sedang melakukan penerbangan demonstrasi kepada calon pelanggan di beberapa negara. Demonstrasi diterbangkan di Myanmar, Pakistan dan Kazakhstan sebelum tiba di Indonesia
  • 2. pada tanggal 9 Mei. Dua penerbangan demonstrasi yang direncanakan. Penerbangan pertama itu lancar. Penumpang pada penerbangan kedua adalah wartawan dan perwakilan dari beberapa maskapai penerbangan Indonesia. Ada enam awak kapal, dua wakil Sukhoi dan 37 wartawan dan calon klien. Indonesia Investigasi Menunjukkan Kesalahan Manusia Kontribusi untuk Kecelakaan Jet Rusia JAKARTA - laporan awal di Indonesia pada kecelakaan jet Rusia yang menewaskan 45 orang pada bulan Mei menunjukkan kesalahan manusia menyebabkan kecelakaan, yang menewaskan semua penumpang penerbangan demonstrasi. Sebuah laporan awal dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi mengatakan Superjet Sukhoi 100 menabrak sisi gunung berapi aktif setelah pilot Rusia yang meminta izin untuk turun ke 6.000 kaki dan diberi persetujuan oleh kontrol lalu lintas udara, meskipun ketinggian aman minimum untuk wilayah udara Superjet terbang melalui adalah 6.900 kaki. Sementara laporan yang dirilis awal bulan ini hanya garis besar singkat dari apa panitia sudah tahu sejauh ini dan laporan akhir tidak akan keluar selama berbulan-bulan, ia tidak memiliki indikasi masalah mekanik dengan pesawat penumpang Sukhoi baru, yang Rusia berharap akan memulai kembali industri kedirgantaraan sipil negara itu. Laporan tersebut merekomendasikan bahwa Indonesia Direktorat Jenderal penerbangan sipil memastikan bahwa demonstrasi menghormati penerbangan bahkan diterbitkan ketinggian minimum penerbangan yang aman. Hal ini juga dianjurkan Sukhoi "mengatur pelatihan tambahan untuk awak pesawat yang akan melakukan penerbangan demonstrasi, terutama di daerah pegunungan." Temuan awal adalah berita yang relatif baik bagi Sukhoi, karena tidak ada indikasi sejauh bahwa ada masalah dengan jet, kata para analis. "Mereka (Sukhoi) akan sangat senang jika (laporan akhir) menunjukkan tidak ada masalah mekanik dengan pesawat, tapi kita tidak tahu pasti belum," kata Siva Govindasamy, managing editor Asia untuk penerbangan global, penerbangan yang industri publikasi. "Mereka tidak secara khusus memutuskan keluar belum jadi kita tidak akan yakin sampai laporan akhir keluar." Beberapa pelanggan Sukhoi sudah yakin bahwa pesawat perusahaan aman. Indonesia maskapai Sky Aviation mengatakan akan mengambil pengiriman dan mulai menggunakan Superjets Rusia Sukhoi tahun ini, meskipun penyelidikan belum diselesaikan. Banyak perusahaan dalam murah industri penerbangan di Indonesia yang tertarik pada pesawat penumpang Sukhoi, yang dapat membawa sekitar 100 orang dan murah untuk menjalankan dan mempertahankan, analis mengatakan. Sebagian besar dari mereka yang tewas dalam penerbangan tersebut adalah perwakilan maskapai penerbangan di Indonesia.
  • 3. Namun, laporan menyisakan beberapa pertanyaan penting yang belum terjawab, kata para analis, termasuk mengapa permintaan percontohan untuk turun, mengapa ia diberi persetujuan dan mengapa tidak on-board sistem peringatan biarkan dia tahu mereka menuju ke gunung. The Komite Nasional Keselamatan Transportasi mengatakan, pihaknya masih menyelidiki dan perlu berkoordinasi dengan peneliti Rusia sebelum akan memiliki semua jawaban. "Ini masih laporan awal dan terlalu dini untuk menarik kesimpulan dari penyelidikan," kata Tatang Kurniadi, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi. "Kita mungkin masih perlu dua sampai tiga bulan sebelum kita dapat mengeluarkan laporan akhir." Ini Kronologi Jatuhnya Sukhoi Nahas Liputan6.com, Jakarta : Setelah lebih 8 bulan melakukan investigasi, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akhirnya mengumumkan penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, pada Mei lalu. Dalam keterangan pers, di Kantor KNKT di Jakarta, Selasa (18/12/2010, Ketua KNKT Tatang Kurniadi menjelaskan detik demi detik kronologis jatuhnya pesawat nahas buatan Rusia tersebut. Berikut kronologi yang dipaparkan KNKT: Pada pukul 14.20 WIB, pesawat tinggal landas dari landasan 06 bandara Halim Perdana Kusuma. Kemudian berbelok ke kanan hingga radial 200 HLM VOR dan naik ke ketinggian 10.000 kaki. Pada pukul 14.24 WIB, pilot melakukan komunikasi dengan Jakarta Approach dan memberikan informasi bahwa pesawat telah berada pada radial 200 HLM VOR dan telah mencapai ketinggian 10.000 kaki. Kemudian, pada pukul 14.26 WIB, pilot minta ijin turun ke ketinggian 6.000 kaki serta untuk membuat orbit (lintasan lingkaran) ke kanan. Ijin tersebut diberikan oleh petugas Jakarta Approach. Tujuannya agar pesawat tidak terlalu tinggi untuk proses pendaratan di Halim menggunakan landasan 06. Pada pukul 14.32 WIB lewat 26 detik, berdasar waktu yang di Flight Data Recorder/FDR (black box) pesawat menabrak tebing Gunung Salak pada radial 198 dan 28 Nm HLM VOR, atau pada koordinat 06- 4245"S 106-4405"E dengan ketinggian sekitar 6000 kaki di atas permukaan laut. 38 Detik sebelum benturan, Terrain Awareness Warning System (TAWS) memberikan peringatan berupa suara; "Terain Ahead, Pull Up" dan diikuti enam kali "Avoid Terrain." Pilot In Command (PIC) mematikan (inhibi) TAWS tersebut karena berasumsi bahwa peringatan-peringatan tersbut diakibatkan oleh database yang bermasalah. 7 Detik menjelang tabrakan terdengar peringatan berupa "Landing Gear Not Down" yang berasal dari sistem peringatan pesawat. Peringatan "Landing Gear Not Down" aktif apabila pesawat pada ketinggian kurang dari 800 kaki diatas permukaan tanah dan roda pendarat belum diturunkan. Lantas, pada pukul 14.50 WIB, petugas Jakarta Approach menyadari bahwa target pesawat Sukhoi RRJ95B sudah hilang dari layar radar. Tidak ada bunyi peringatan sebelum lenyapnya titik target dari layar radar. Pada 10 Mei 2012, keesokan harinya, Basarnas berhasil menemukan lokasi pesawat. Semua awak pesawat dan penumpang meninggal dalam kecelakaan ini, serta pesawat dalam kondisi hancur.
  • 4. Dan pada 15 Mei 2012, Cockpit Voice Recorder (CVR) telah ditemukan dalam keadaan hangus akan tetapi memory module dalam keadaan baik dan berisikan dua jam rekaman dengan kualitas yang baik. Pada 31 Mei 2012, Flight Data Recorder (CVR) ditemukan dalam keadaan baik dan berisikan 150 jam rekaman dari 471 parameter. Kedua flight recorder (black box) ini dibaca di laboratorium milik KNKT oleh ahli dari KNKT dan disaksikan oleh ahli dari Rusia. Seluruh parameter berhasil didownload dan dari hasil download tersebut tidak ditemukan adanya indikasi kerusakan pada sistem pesawat selama penerbangan. Hasil simulasi yang dilakukan setelah kejadian diketahui bahwa, TAWS berfungsi dengan baik dan memberikan peringatan dengan benar. Simulasi juga menunjukan bahwa benturan dapat dihindari jika dilakukan tindakan menghindar (recovery action) sampai dengan 24 detik setelah peringatan TAWS yang pertama. Pelayanan Jakarta Radar belum mempunyai batas minimum untuk melakukan vector pada suatu daerah tertentu, dan minimum safe altitude warning (MSAW) yang ada pada sistem tidak memberikan peringatan pada petugas Jakarta Approach sampai dengan pesawat menabrak.(Ali) TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua KNKT (Komisi Nasional Keselamatan Transportasi), Tatang Kurniadi mengatakan bahwa penyebab kecelakaan pesawat Sukhoi RRJ-95B Registrasi 97004 di Gunung Salak Bogor pada 9 Mei 2012 bukan karena kerusakan sistem pesawat. "Tidak ditemukan indikasi kerusakan sistem di pesawat Sukhoi RRJ-95B Registrasi 97004," kata Tatang Kurniadi dalam Konferensi Pers di Kantornya, Selasa (18/12/2012). Hal tersebut disimpulkan setelah membaca Cockpit Voice Recorder (CVR) dan Flight Data Recorder (FDR) oleh tim KNKT beserta ahli dari Russia. CVR yang ditemukan pada 15 mei 2012, menunjukkan memory module dalam keadaan baik dan berisi 2 jam dengan kualitas baik. Sedangkan FDR ditemukan pada 31 mei 2012 yang berisi rekaman 150 jam dengan kualitas baik pula. Jakarta (ANTARA) - Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) tidak menemukan indikasi kerusakan pada sistem pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Jawa Barat, setelah mengunduh seluruh data dari kotak hitam (black box), kata Ketua Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi. "Seluruh parameter berhasil di-`download` dan dari hasilnya, tidak ada indikasi kerusakan sistem pesawat selama penerbangan," kata Tatang Kurniadi, dalam konferensi pers mengenai hasil investigasi akhir kecelakaan pesawat Sukhoi SJ 100, di Jakarta, Selasa. Menurut Tatang, pengunduhan serta pembacaan data melibatkan pihak dari Rusia di laboratorium milik KNKT. "Itu disaksikan ahli dari Rusia selaku produsen pesawat Sukhoi," katanya.
  • 5. Ia mengatakan hasil simulasi yang dilakukan setelah kejadian diketahui bahwa, Terrain Awareness Warning System (TAWS) berfungsi dengan baik dan memberikan peringatan dengan benar. "Simulasi juga menunjukkan bahwa benturan dapat dihindari jika dilakukan tindakan menghindar sampai dengan 24 detik setelah peringatan TAWS yang pertama," ujar dia. Ia juga menjelaskan saat penerbangan promosi (demonstration flight) yang dilakukan Sukhoi Superjet100 pada 9 Mei 2012, terdapat tiga orang yang duduk di dalam kokpit. "Ketiga orang tersebut adalah pilot in command (PIC) yang bertugas sebagai pilot yang mengemudikan pesawat, satu orang adalah pilot monitoring dan seorang wakil calon pembeli pada tempat duduk observer," katanya. Calon pembeli tersebut, kata dia, bukanlah seorang pilot yang diijinkan berada di kokpit. Namun,itu hal yang wajar terutama saat penerbangan promosi. "Calon pembeli itu ingin tahu lebih lanjut tentang fitur pesawat yang ada," ujarnya. Pada kesempatan yang sama, Ketua Tim Investigasi in Charge KNKT Mardjono Siswosuwarno mengatakan ada pembicaraan antara pilot dan pihak calon pembeli pesawat yang dianggap sebagai gangguan dalam komunikasi. "Ada obrolan pilot dengan pihak pembeli selama 38 detik yang merupakan distraksi atau pengalihan dari fokus perhatian," katanya. Percakapan tersebut, lanjutnya, ditemukan di dalam Cockpit Voice Recorder (CVR) yang berdurasi dua jam rekaman dengan kualitas yang baik. Hal itu menyebabkan pilot menerbangkan pesawat tidak segera mengubah arah ketika pesawat keluar dari orbit tanpa disengaja. Hasil Penyelidikan KNKT: Sukhoi Ternyata Terbang Tanpa Peta Bogor INILAH.COM, Jakarta - Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Tatang Kurniadi mengungkapkan, pesawat Sukhoi RRJ-95B buatan Rusia yang menabrak Gunung Salak pada 9 Mei 2012 ternyata terbang tanpa dilengkapi dengan peta area Bogor. Padahal, pesawat yang mengangkut 45 penumpang ini melakukan penerbangan di area Bogor. "Peta yang tersedia pada pesawat tidak memuat informasi mengenai area Bogor sebagai area latih pesawat militer maupun kontur dari pegunungan di sekitarnya," ujar Tatang dalam acara rilis hasil investigasi kecelakaan pesawat Sukhoi di Jakarta, Selasa (18/12/12). Selain itu, lanjut Tatang, dari hasil investigasi diketahui, pilot sebenarnya sudah melihat awan gelap pada saat pesawat mendekati area Gunung Salak, namun sayangnya ia tidak menyadari bahwa pesawat yang dikemudikannya akan menabrak tebing gunung.
  • 6. Tatang mengatakan, pasca kejadian ini, KNKT telah mengeluarkan rekomendasi untuk perbaikan sistem transportasi kepada Dirjen Perhubungan Udara, Bandara Soekarno-Hatta, serta Departemen Industri Penerbangan Rusia dan Sukhoi Civil Aircraft Company. Pilot Sukhoi Sepelekan Peringatan TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Salah satu faktor yang menjadi penyebab kecelakaan pesawat udara Sukhoi RRJ-95B Registrasi 97004 di Gunung Salak Bogor pada 9 Mei 2012 adalah pilot yang menyepelekan peringatan Terrain Awareness Warning System (TAWS). "Terjadi pengalihan perhatian terhadap awak pesawat dari percakapan yang berkepanjangan dan tidak terkait dengan penerbangan, yang telah menyebabkan pilot yang menerbangkan pesawat tidak dengan segera merubah arah pesawat ketika orbit dan pesawat keluar dari orbit tanpa sengaja," demikian salah satu kesimpulan hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang dipimpin oleh Prof Mardjono. Ketua KNKT Tatang Kurniadi mengatakan dua faktor penyebab kecelakaan yang menewaskan 45 orang awak dan penumpang pesawat buatan Rusia tersebut adalah awak pesawat tidak menyadari kondisi pegunungan di sekitar jalur penerbangan yang dilalui dikarenakan beberapa faktor dan berakibat awak pesawat mengabaikan peringatan dari TAWS. Jakarta Radar belum mampunyai batas ketinggiaan minimum pada pesawat yang diberikan vector, yaitu perintah berupa arah yang diberikan oleh pengatur lalu lintas udara kepada pilot pada layanan radar. Selain itu Jakarta Radar belum dilengkapi MSAW yang berfungsi untuk daerah Gunung Salak, karena daerah itu memang bukan lintasan penerbangan komersial. Dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (18/12/2012) tantang menyebutkan, benturan seharusnya dapat dihindari jika dilakukan tindakan menghindar (recovery action) sampai dengan 24 detik setelah peringatan TAWS yang pertama.