8. Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang
dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-
kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan
kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS. An-Nisa : 31)
Notes de l'éditeur
Setiap Muslim, siapapun dia, tentu berharap masuk surga. Bahkan surga adalah puncak harapan setiap Muslim. Baik Muslim yang taat ataupun yang suka maksiat, yang adil ataupun yang fasik, yang lurus ataupun yang menyimpang, yang tunduk pada syariah ataupun yang menentang, yang pasrah kepada Allah SWT ataupun yang membantah, yang memperjuangkan syariah ataupun yang menghalangi tegaknya syariah; semuanya pasti ingin masuk surga; tak ada yang tidak menginginkan surga. Begitulah yang tampak di permukaan.
Namun, apa yang dinyatakan oleh baginda Rasulullah SAW ternyata berbeda dengan realitas atau klaim di atas. Pasalnya, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Setiap orang dari umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya heran, “Siapa yang enggan masuk surga, wahai Rasulullah?” Kata beliau, “Mereka yang menaati aku akan masuk surga, sedangkan yang menentang aku berarti mereka enggan masuk surga.” (HR al-Bukhari, Ahmad dan an-Nasa’i).
Makna hadits ini bahwasanya umat beliau yang mentaati dan mengikuti petunjuk beliau akan masuk surga. Barangsiapa yang tidak mengikutinya berarti dia enggan masuk surga. Barangsiapa yang mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mentauhidkan Allah serta istiqomah dalam syariat Allah serta menunaikan shalat, menunanaikan zakat, melaksanakan puasa Ramadhan, berbakti kepada kedua orangtua, menjaga dari perkara yang Allah haramkan seperti perbuatan zina, meminum minuman yang memabukkan, dan perkara haram lainnya, maka akan masuk ke dalam surga. Karena orang tersebut telah mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun orang yang enggan dan tidak mau mentaati syariat maka maknanya orang tersebut enggan untuk masuk surga. Orang tersebut telah mencegah dirinya untuk masuk ke dalam surga dengan amal keburukan yang dia lakukan. Inilah yang dimaksud makna hadits di atas.
Ada banyak kunci surga sebagaimana yang dinyatakan langsung oleh baginda Rasulullah SAW dalam beberapa haditsnya. Tiga di antaranya adalah: ucapan La Ilaha illaLlah (kalimat at-tahlil); menegakkan shalat; mencintai orang miskin (hubb al-masakin).
Rasulullah SAW bersabda, “Miftah al-jannah La ilaha illLlah (Kunci surga adalah Tiada Tuhan kecuali Allah).” (HR al-Bukhari). Di sini tentu yang dimaksud bukanlah sekadar mengucapkan kalimat tahlil di atas, tetapi memaknainya dengan cara merefleksikannya dalam kehidupan. Konsekuensi dari kalimat tahlil adalah: tunduk dan patuh hanya kepada Allah serta tidak membuat aturan sendiri selain aturan yang telah Allah tetapkan. Saat seorang Muslim enggan tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan cara tunduk dan patuh pada seluruh syariah-Nya, pada hakikatnya ia mengingkari kalimat tahlil di atas. Apalagi saat seorang Muslim malah membuat aturan sendiri yang berbeda bahkan bertentangan dengan aturan Allah SWT, yakni aturan yang menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Pada saat demikian, dia bukan saja mengingkari kalimat tahlil di atas, tetapi bahkan telah menyejajarkan dirinya dengan-malah menempatkan dirinya di atas-Allah SWT (Lihat: QS at-Taubah [9]: 31). Padahal Allah SWT telah menegaskan (yang artinya): Sesungguhnya hak membuat hukum itu (yakni menentukan halal-haram, pen.) adalah milik Allah semata (TQS al-An’am [6]: 57).
Rasulullah SAW bersabda, “Miftah al-jannah ash-shalat (Kunci surga adalah shalat).” (HR at-Tirmidzi, Ahmad dan al-Baihaqi). Menegakkan shalat adalah ibadah pokok dan utama sekaligus wujud penghambaan seorang Muslim kepada Allah SWT. Tanpa menegakkan shalat, klaim seorang Muslim dalam kalimat La ilaha illalLah tentu layak dipertanyakan. Yang pasti, tanpa shalat, seorang Muslim berarti telah kehilangan salah satu kunci surga.
Rasulullah SAW bersabda, “Miftah al-jannah hub al-masakin (Kunci surga adalah mencintai orang-orang miskin).” (Ats-Tsa’labi, Tafsir ats-Tsa’labi, IV/184).
Sebaliknya, baginda Rasullah SAW pun menginformasikan kepada kita sejumlah penghalang yang bisa menghalangi kita masuk surga. Beliau, misalnya, bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam kalbunya terdapat sedikit saja sikap sombong (HR Muslim).”
Beliau juga bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturahmi (HR al-Bukhari).”
Beliau pun bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang gemar mengadu-domba (HR Muslim).”