1. BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Bila Rasulullah SAW mengabarkan kepada kita bahwa salah satu di antara tanda-tanda
telah dekatnya hari kiamat adalah salam tidak diucapkan kecuali kepada orang-orang yang
dikenal saja, dan kaum muslimin telah mengganti kalimat salam tersebut dengan kalimatkalimat yang sama sekali jauh dari tuntunan sunnah, hari ini kabar beliau tersebut telah
semakin nyata kebenarannya.
Terbukti pada hari ini, sebagian kaum muslimin mengucapkan salam hanya kepada
orang-orang tertentu saja dari kelompoknya, partainya, golongannya, kaumnya, sukunya, atau
hanya kepada orang-orang yang dikenalnya saja. Lebih dari itu, sebagian kaum muslimin
yang mengaku dirinya sebagai akademisi muslim, sarjanawan muslim, cendekiawan muslim,
dan para ilmuwan muslim yang belajar Islam kepada Barat dan para orientalis telah
mengganti kalimat salam dengan kalimat-kalimat yang menurut mereka lebih modern, gaul,
dan maju, dan sesuai dengan zaman hari ini, seperti „selamat pagi, selamat siang, selamat
malam, dan kalimat-kalimat lainnya‟, yang tidak lain hanyalah adopsi dan impor dari Barat
dan orang-orang kafir.
Namun atas nama kemajuan, pluralis, liberalis, mereka katakan ini bagian dari pada
Islam dan bukti bahwa Islam sebagai dari rahmatan lil‟alamin.
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini dilaksanakan oleh para mahasiswa yang memiliki
tujuan dan maksud tertentu. Adapun tujuan kami
1. Menuntaskan tugas mata kuliah
2. Mahasiswa dapat mengetahui makna dan hukum menyebarkan salam.
2. 3.
Mahasiswa dapat memahami makna dari salam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari – hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Salam
Secara harfiah salam berasal dari kata salima- Yasiamu-Salaamatan, yang berarti
selamat. Lafad ini dipakai dalam beberapa ayat Al-Quran, misalnya pada QS. Al-An‟am:54,
yang artinya ; “ Apabila orang – orang yang beriman kepada ayat – ayat Kami itu datang
kepadamu, maka katakanlah; “ Salaamun’Alaikum ( Mudah – mudahan Allah melimpahkan
keselamatan atas kamu), Tuhan-mu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang.”Kata
salam yang merupakan isim mashdar dari kata salima memiliki makna yang cukup banyak,
diantaranya keselamatan, kedamaian, ketenteraman, penghormatan, ketundukan dan ketaatan.
Inilah makna – makna harfiah yang ada dalam salam. Dari kata salima muncul kata aslama
yang artinya menyelamatkan, mendamaikan, menenudukkan, dan seterusnya.1[1] Dari kata
aslama inilah muncul kata islam yang kemudian menjadi nama dari agama kita .
Al-jarjani mendifinisikan salam sebagai selamatnya seseorang dari bencana baik di
dunia maupun di akhirat (tajarrud al-nafsi‟an al-mihnati al-darain).2[2] Dari definisi ini
dijelaskan bahwa salam merupakan tujuan utama dari Islam, yakni selamatnya seorang
Muslim di dunia dan di akhirat. Salam jugamerupakan doa yang berisi permohonan kepada
Allah Swt. Agar orang yang diberi salam memperoleh keselamatan di dunia maupun di
akhirat.
1[1]munawwir, 1984:699.
2[2]al-Jarjani, 1988: 120
3. Betapa pentingnya memberi salam. Karena salam juga merupakan salah satu dari
nama-nama Allah. Banyak menyebarkan salam berarti banyak menyebut nama Allah , yang
dijelaskan dalam :
1. Al Quran
“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (mengingat) Allah, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. AL-Ahzab: 35)
Allah SWT berfirman : “ Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu memasuki
rumah bukan rumhamu sebelum meminta izin dan member salam kepada penguninya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat” (An Nuur [24]: 27).3[3]
Allah SWT berfirman: “…Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari ) rumah–
rumah (ini) hendaklah kamu member salam kepada dirimu sendiri. Salam yang ditetapkan
dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat–ayat (Nya)
bagimu, agar kamu memahaminya” (An Nuur)
2. Hadist
(BM: 1559)
3[3]An Nuur [24]: 27
4. Dari Abdullah bin Salam „anhu, ia berkata: Rasulullah şallaLlāhu „alaihi wasallam bersabda:
“Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan dan laksanakanlah şalat
pada saat manusia tertidur niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (Sunan At-Tirmiżiy
ĥadīś no. 2409)
Dari Abdullah bin Amr, bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, "Islam
bagaimanakah yang lebih baik?" Maka beliau menjawab, "Memberi makan dan mengucap
salam kepada orang yang engkau kenal dan tidak engkau kenal."( HR. Bukhari).
Salah satu hak seorang muslim terhadap muslim lainnya adalah mengucapkan salam
ketika bertemu. ( H.R. Bukhari dan Muslim )
Rasulullah saw bersabda: “Maukah aku tunjukkan kalian pada sesuatu yang jika
kalian lakukan akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.”( H.R. Muslim)
“Sebarkanlah salam, niscaya kalian akan selamat.” ( H.R. Ahmad )
“Ibadahilah Ar-Rahman, berikan makanan dan sebarkan salam, niscaya kalian akan
masuk ke dalam surga dengan selamat.” ( HR. At-Tirmidzi )
Rasulullah Saw bersabda:"Demi Dia yang diriku berada di tangan-Nya! Kalian tidak
akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling
berkasih-sayang. Maukah kalian saya tunjukkan suatu perkara yang apabila kalian kerjakan,
maka akan tumbuh rasa kasih-sayang di antara kalian? Sebarkan salam di antara kalian!"
(HR. Muslim).
5. Rasulullah
SAW
bersabda:"Wahai
manusia!
Sebarkanlah
salam,
berilah
makanan,sambunglah tali silaturahmi dan shalatlah ketika manusia lain tengah tertidur;
niscaya kamu akan masuk surga dengan selamat sejahtera" (At Tirmidzi).
3. Sunnah Para Nabi dan Rasul
Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:"Ketika Allah telah
menjadikan Adam, maka Allah memerintahkan:"Pergilah kepada para Malaikat dan ucapkan
salam kepada mereka yang tengah duduk. Dengarkanlah jawaban salam mereka, karena itu
akan menjadi ucapan salam bagi kamu dan anak cucumu kelak!" Maka pergilah Nabi Adam
dan mengucapkan:"Asalaamu „alaikum!" Para Malaikat
menjawab:"Assalaamu „alaika warahmatullaah!" Mereka menambah warahmatullaah"
(HR. Bukhary dan Muslim).
Al Qur'an menceritakan kisah Ibrahim AS:"(Ingatlah) ketika mereka msuk ke
tempatnya
lalu
mengucapkan:"Salaaman",
Ibrahim
menjawab:"Salaamun"
..."
(Qs
AdzDzaariyaat).4[4]
4. Perilaku Para Sahabat
Thufail Bin Ubay Bin Ka'ab pernah datang ke rumah Abdullah Bin Umar; lalu keduanya
pergi ke pasar. Ketika keduanya sampai di pasar, tidaklah Abdullah Bin Umar menemui
tukang rombeng, penjual toko, orang miskin dan siapa saja melainkan mesti memberi salam
kepada mereka.
Suatu hari, Thufail Bin Ubay Bin Ka'ab datang lagi ke rumah Abdullah Bin Umar,
dan diajak lagi ke pasar. Maka Thufail bertanya:"Perlu apa kita ke pasar? Kamu sendiri
bukanlah seorang pedagang dan tidak ada kepentingan menanyakan harga barang atau
menawar barang.Lebih baik bila kita duduk bercengkerama di sini". Abdullah Bin Umar
menjawab:"Hai Abu Bathn! Sebenarnya kita pergi ke pasar hanya untuk memasyarakatkan
4[4]AdzDzaariyaat[51]:25
6. salam. Kita beri salam kepada siapa saja yang kita temui di sana!" (Imam Malik dalam kitab
Al Muwatha' dengan sanad shahih).
B. Hukum
1.
Mengucapkan Salam
Hukum mengucapkan salam adalah sunnah yang dikuatkan (sunnah mu'akadah).
Rasulullah SAW bersabda:"Jika seseorang di antara kalian berjumpa dengan saudaranya,
maka hendaklah memberi salam -kepadanya. Jika antara dia dan saudaranya terhalang
pepohonan, dinding atau bebatuan; kemudian mereka berjumpa kembali, maka ucapkan
salam kepadanya" (HR. Abu Daud).
Ketika menyampaikan salam, hendaknya seseorang memperdengarkan ucapan
salamnya. Diriwayatkan oleh Tsabit bin „Ubaid rahimahullahu :
Aku pernah mendatangi suatu majelis yang di situ ada Abdullah bin Umar RA. Maka
beliau berkata, „Apabila engkau mengucapkan salam, perdengarkan ucapanmu. Karena
ucapan salam itu penghormatan dari sisi Allah yang penuh berkah dan kebaikan‟.” (HR. AlBukhari).
2.
Menjawab Salam
Sedangkan hukum menjawab salam adalah wajib. Sebagaimana firman Allah
SWT:"Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah yang lebih baik
atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu"
(An Nisaa' [4]: 86).
3.
Ucapan Salam
Ucapan salam yang lengkap adalah "Assalaamu „alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh" yang artinya "semoga seluruh keselamatan, rahmat dan berkah Allah
dilimpahkan kepada kalian". Ucapan salam ini sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW
7. ketika beliau tengah bersama isterinya, „Aisyah RA, beliau bersabda:"Ini Jibril mengucapkan
salam kepada kamu". Maka „Aisyah RA menjawab:"Wa „alaihissalaam warahmatullaahi
wabarakaatuh" (HR. Bukhary dan Muslim).
Idealnya seorang Muslim mengucapkan salam dengan lengkap, tetapi tetap
diperkenankan seseorang untuk mengucapkan salam:
a.
Assalamu‟alaikum
b.
Assalaamu‟alaikum warahmatullaah,
c.
Assalaamu‟alaikum warahmatullaah wabarakaatuh (lengkap)
Semakin lengkap ucapan salam seorang, maka semakin banyak pula keutamaan yang
diraihnya. Imran Bin Hushain RA menceritakan tentang seseorang yang mendatangi
Rasulullah SAW dan mengucapkan salam:"Assalaamu „alaikum!" Rasulullah SAW
menjawab salam tersebut, dan kemudian memberikan komentar:"Sepuluh!" Kemudian datang
orang lain yang mengucapkan salam:"Assalaamu „alaikum warahmatullaah!" Rasulullah
SAW menjawab dan kemudian memberikan komentar:"Duapuluh!" Dan datanglah orang
ketiga dan mengucapkan salam:"Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh!" Maka
Rasulullah SAW menjawab:"Tigapuluh!" (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Demikianlah, semakin lengkap ucapan salam seseorang, akan semakin banyak pula
keutamaan yang dia peroleh.
4.
Ucapan Balasan Salam
Sedangkan jawaban salam, minimal setara dengan ucapan salam; dan kalau bisa,
malah dilebihkan. Allah Ta'ala berfirman:" Apabila kamu dihormati dengan suatu
penghormatan, maka balaslah yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa.
Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu" (An Nisaa' [4]: 86).Sehingga jawaban
salam yang disyari'atkan adalah:
8. a.
Bila ucapan salam "Assalaamu „alaikum" maka jawaban minimal adalah
"Wa'alaikumussalaam", jawaban lebih adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaah", dan
jawaban lengkapnya adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh".
b.
adalah
Bila ucapan salam "Assalaamu „alaikum warahmatullaah" maka jawaban minimal
"Wa'alaikumussalaam
warahmatullaah",
dan
jawaban
lengkapnya
adalah
"Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh".
c.
Bila ucapan salam "Assalaamu „alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh" maka
jawaban minimal adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh"
C. Adab Salam
Adapun adab (tata cara) mengucapkan dan menjawab salam telah dijelaskan pula
dalam banyak Hadist, secara sistematis sebagai berikut;
1.
Kalimat Salam
Hadist dari Imran Bin Hushain ra, seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan
mengucapkan “ASSALAMU‟ALAI-KUM”, maka dijawab oleh Nabi SAW, lalu ia duduk.
Nabi bersabda; “ (Pahalany)Sepuluh.” Kemudian datang lagi seorang yang lain member
salam "Assalaamu ‘Alaikum Warahmatullaah", Setelah nabi menjawabnya, ia bersabda ; “
Dua Puluh”Kemudian datang orang yang ketiga dan mengucapkan "Assalaamu ‘Alaikum
Warahmatullaahi Wabarakaatuh"maka Nabi SAW menjawabnya dan bersabda ; Tiga
puluh.”
Dari hadist ini, kita bias menyimpulkan, ada tiga kalimat salam dengan masing –
masing keutamaannya. Kemudian jika seseorang menitip salam kepada kita untuk
disampaikna kepada yang lain, maka hal ini juga pernah terjadi, sebagaimana dijelaskan
dalam hadist dari Aisyah RA; Rasullullah SAW memberitahukan saya bahwa Jibril
menyampaikan salam lewat dia untuk saya, maka saya jawab; Wa’alaihissalam
Warahmatullahi Wabarakatuh.”
9. Dalam Kitab “Zaadul Ma‟ad”, Ibnul Qayim menjelaskan; “ Apabila seseorang
menyampaikan salam kepadamu dari orang lain (titip salam), maka jawablah untuk yang
menitip dan yang menyampaikan salam tersebut.” Jadi kalimatnya, “Wa’alaihi Wa’alaikum
Salam Warahmatullahi Wabarakatuh”
2.
Adab Memberi Salam
Secara umum, mengucapakan atau memberi salam lebih baik dilakukan tanpa
mempertimbangkan waktu dan tempat, berdasarkan sabda Rasulullah SAW; Sebaik-baiknya
manusia di sisi Allah ialah orang yang memulai mengucapkan salam.” Hadist lainnya, “
Seseorang bertanya;” Ya Rasulallah, kalau dua orang yang bertemu, manakah di antara
keduanya yang harus mendahului memeberi salam? Rasulullah SAW menjawab: Ialah orang
yang paling dekat kepada Allah”.
Ada beebrapa adab yang harus diperhatikan dalam
menyebarkan salam, yaitu :
1.
Urutan Salam
Sabda Rasulullah SAW :
a. Orang yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan
b.Orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk
c. Rombongan yang sedikit memberi salam kepada rombongan yang lebih
banyak
d. Memberi salam kepada anak kecil
e. Memberi salam antara lelaki dan perempuan
f. Yang meninggalkan tempat member salam kepada yang ditinggal.
g.Ketika pergi meninggalkan atau pulang kerumah, ucapakanlah salam meski tak
seorang pun ada dirumah (malaikat yang akan menjawab).
h.Jika bertemu berulang – ulang maka ucapkanlah salam setiap kali ketemu.
Pengecualian kewajiban menjawab salam:
1. Ketika sedang salat. Membalas ucapan salam ketika salat membatalkan salatnya.
10. 2. Khatib, orang yang sedang membaca Al-Qur‟an, atau seseorang yang sedang
mengumandangkan Adzan atau Iqamah, atau sedang mengajarkan kitab-kitab Islam.
3. Ketika sedang buang air atau berada di kamar mandi.
Sikap dasar seorang Muslim adalah mencoba memaklumi orang lain dan tidak
meminta untuk dimaklumi. Urutan salam inipun tidak harus menjadikan kita minta untuk
dimaklumi. Misal orang tua sama sekali tidak mau memberi salam kepada yang lebih muda,
dan menuntut supaya anak-anak muda itu yang harus terlebih dahulu mengucapkan salam
kepadanya. Sikap tuntutan seperti ini tentu saja berlebih-lebihan.Mestinya seorang Muslim
tidak terjebak dengan sikap kekanak-kanakan seperti ini.
2.
Mendahului Salam
Terlepas dari urutan dalam memberi salam, Rasulullah SAW mengajarkan untuk
mendahului dalam memberi salam. Diharapkan kita tidak pasif dalam mengucapkan salam,
yaitu sekedar menanti datangnya ucapan salam dari orang lain. Diharapkan pula kita tidak
menjadi orang yang suka menuntut orang lain untuk mengucapkan salam duluan. Rasulullah
SAW mengajarkan, justru yang memulai salam itulah orang yang lebih mulia.
Sabdanya:"Seutama-utama manusia bagi Allah adalah yang mendahului salam (HR.
Abu Daud dan Tirmidzi).
Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah SAW:"Ya Rasulullah, jika dua orang
bertemu muka, manakah di antara keduanya yang harus terlebih dahulu memberi salam?"
Rasulullah SAW menjawab:"Yang lebih dekat kepada Allah (yang berhak terlebih dahulu
memberi salam)" (HR. tirmidzi).
3.
Menjawab Setara atau Lebih
Apabila ada seseorang yang memberi salam kepada kita, maka idealnya kita
memberikan jawaban yang sama (setara). Misalkan seseorang mengucapkan salam kepada
11. kita:"Assalaamu
„alaikum
warahmatuulaah!"
Minimal
kita
harus
menjawab:"Wa'alaikumussalaam warahmatullaah!"
Lebih utama lagi, apabila kita memberikan jawaban yang lebih daripada ucapan salam
tersebut. Misalkan seseorang mengucapkan salam kepada kita:"Assalaamu „alaikum
warahmatuulaah!" Maka akan lebih baik apabila kita menjawab:"Wa'alaikumussalaam
warahmatullaahi wabaraakatuh!"
Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala:"Apabila kamu dihormati dengan suatu
penghormatan, maka balaslah yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa.
Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu".5[5]
Jawaban salam masih kurang setara apabila kita memberi jawaban:"Wa'alaikum
salaam ...!" Harusnya, jawaban itu adalah:"Wa „alaikumus salaam ...!" Perbedaan antara
keduanya adalah: salaam dan as salaam. Kata salaam berarti keselamatan, sedangkan kata as
salaam memiliki makna seluruh keselamatan.Tentu saja tidak setara antara keselamatan dan
seluruh keselamatan.Jawaban "Wa'alaikum salaam ..." mempunyai makna keselamatan atas
kalian; sedangkan jawaban "wa „alaikumus salaam ..." mempunyai makna seluruh
keselamatan atas kalian. Tentu saja jawaban "Wa'alaikum salaam (keselamatan atas
kalian)..." tidak setara apabila pemberi salam megucapkan:"Assalaamu „alaikum (Seluruh
keselamatan atas kalian).
D. Keutamaan Salam
a.
Mengucapkan salam merupakan salah satu perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala
dan Rasul-Nya Shallallaahu alaihi wa Sallam, sebagaimana dalam hadits Barra‟ bin Azib, ia
berkata: “Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam memerintahkan kami untuk melakukan
tujuh perkara, yaitu; menjenguk orang yang sakit, mengikuti jenazah, mendo‟akan orang
5[5]An Nisaa' [4]: 86
12. bersin yang mengucapkan alhamdulillah, membantu orang yang lemah, menolong orang yang
dizhalimi, mengucapkan salam dan memenuhi sumpah.” (Muttafaq alaih).
b.
Menimbulkan kasih sayang antar sesama, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu
Hurairah ra Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
“Tidak akan masuk surga sampai kamu beriman, dan tidak beriman sehingga kamu
saling mencintai. Dan maukah aku tunjukkan suatu perbuatan yang bisa membuatmu saling
mencintai; yaitu tebarkan salam antar sesamamu.” (HR. al Bukhari - Muslim).
c.
Merupakan amalan yang terbaik dalam Islam. Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra,
seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam: “Apakah amalan
yang paling baik dalam Islam?” Beliau menjawab:
“Memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang telah kamu kenal
maupun yang belum kamu kenal”. (HR. al Bukhari - Muslim).
d.
Mendapatkan berkah dan kebaikan dari Allah, sebagaimana firmanNya:
“Maka ketika kamu masuk rumah, ucapkan salam untuk dirimu sebagai penghormatan dari
Allah yang berisi berkat dan kebaikan.” 6[6]
e.
Termasuk di antara perbuatan yang bisa memasukkan pelakunya ke dalam surga.
Abu Yusuf Abdullah bin Salam Radhiallaahu anhu berkata; saya pernah mendengar
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
”Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, lakukan silaturrahim, dan
shalatlah ketika orang lain tidur malam, maka engkau akan masuk ke surga dengan selamat.”
(HR. At Tirmidzi, dia berkata: “hasan shahih”).Pada kesempatan lain, Rasulullah SAW
bersabda :
6[6]An-Nur: 61
13. “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak dikatakan
beriman hingga kalian bisa saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan terhadap satu
amalan yang bila kalian mengerjakannya kalian akan saling mencintai? Yaitu sebarkanlah
salam di antara kalian.” (HR. Muslim)7[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikian yang semestinya dilakukan oleh setiap orang tua dan kaummuslimindalam
menanamkan kebiasaan ini. Begitu pula hendaknya yang ditempuh oleh seorang pengajar yang
mendidik anak-anak. Dinasihatkan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu: “Seorang pengajar
apabila memasuki kelas hendaknya mengucapkan salam dengan mengatakan
, dan hendaknya dia mengetahui bahwa ini adalah perilaku Islami yang agung, yang
memperkuat ikatan cinta dan kepercayaan di antara murid, maupun antara pengajar dengan
muridnya.”
Beliau menambahkan: “Tidak sepantasnya salam yang diucapkan itu berupa kalimat „selamat
pagi‟ atau „selamat sore‟. Namun tidak mengapa bila setelah mengucapkan salam dia ucapkan
perkataan itu dengan sedikit perubahan, seperti misalnya „Semoga Allah berikan kebaikan padamu
pagi ini‟, sehingga ucapan itu mengandung makna doa….”
Inilah tuntunan Islam dalam mempererat hubungan persaudaraan di antara kaum muslimin.
Tentunya, harus kita tinggalkan kebiasaan-kebiasaan yang jauh dari tuntunan Rasulullah SAW.
Sebagai gantinya, menghidupkan sunnah yang demikian benderang ini dalam kehidupan kita dan
anak-anak kita. Wallahu A‟lam.
B.
Saran
Untuk dapat mencapai suatu tujuan yang sama yaitu mendapatkan keridhoan dari Tuhan Yang
Maha Esa dan dapat terjalin tali persaudaraan sesama umat khususnya muslim, maka seharusnya
7[7]HR. Muslim no. 192
14. 1.
Diharapkan semua kalangan dapat mengerti yang terkandung dalam makalah kami, agar
kita bisa memahami tentang ajaran islam yaitu meyebarkan salam.
2.
Dengan membaca makalah ini tentang menyebarkan salam, seharusnya kita dapat
menerapkan dalam kehidupan sehari – hari sesuai dengan sunnah Rasulallah SAW Karena secara
tidak langsung kita dtelah menyebarkan kebaikan dengan mendoakan keselamatan orang lain dan diri
kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
HR at-Tirmidzi (2694), Kitab Permohonan Izin dan Adab dari Rasulullah, Pasal Dalil
tentang Keutamaan Orang yang Memulai Memberi Salam.
HR Abu Dawud (5197), Kitab Adab, Pasal Tentang Keutamaan Orang yang Memulai
Memberi Salam. Dishahihkan al-Albani dalam ash-Shahihah (VII: 3382), Takhrij al-Misykah
(III: 4646), Shahih at-Targhib (III: 2703), dan Shahih al-Jami (I: 2011).
http://suarakomunitas.net/baca/5123/keutamaan--menyebarkan--salam.html
rahmathttp://blog.re.or.id/menyebarkan-salam.htm
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/tebarkan-salam.html
Masyhuri, ʻAbdul ʻAziz.Masalah keagamaan: hasil muktamar dan munas ulama
Nahdhatul Ulama kesatu-1928 s/d ketiga puluh, 2000. Agromedia Pustaka, 2004. hlm. 106.
ISBN9793762098.ISBN 9789793762098