TEKNOLOGI INFORMASI DAN MANAJEMEN PERUBAHAN .. bahan untuk SEMINAR AND WORKSHOP ON DEVELOPING ONLINE EDUCATION (DOED) 2014 .. diselenggarakan oleh Pusat Ilmu Komputer / Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia 29 September 2014
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
TEKNOLOGI INFORMASI DAN MANAJEMEN PERUBAHAN
1. Teknologi Informasi dan
Manajemen Perubahan
Organisasi
Riri Satria
Founder and CEO – Value Alignment Advisory (VA2)
Dosen – Program Magister Teknologi Informasi Universitas Indonesia
PUSAT ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS INDONESIA
2014
2. My name is RIRI SATRIA
President Director / CEO – Value Alignment Advisory (VA2) – since 2012
Consultant – strategic management and organization development - since 1996
Education background in computer science (UI), strategy (PPM) and HR management (IPB).
Lecturer – Master of Information Technology – University of Indonesia – since 2004
Lecturer – Master of Management – PPM School of Management – since 2000
Chairman – Alumni Association, Faculty of Computer Science, Univ. Indonesia – since 2011
Previously worked at KPMG Indonesia and PPM Management.
… Literature and arts enthusiast … Active blogger and social media enthusiast …
http://about.me/ririsatria
http://strategy4management.wordpress.com
http://www.facebook.com/ririsatria.va2
http://twitter.com/ririsatria
http://www.linkedin.com/in/ririsatria
ririsatria@va2indonesia.com or ririsatria@gmail.com
http://www.facebook.com/ValueAlignment
3. AGENDA PRESENTASI
• Mengapa perlu berubah?
• Penetrasi teknologi “memaksa” kita berubah.
• Bentuk perubahan di dalam organisasi.
• Strategi manajemen perubahan.
• Aktor manajemen perubahan.
• Studi kasus : Sekolah Pembentukan Perwira
Polri.
4. Mengapa Berubah?
Respon terhadap
perubahan
Perubahan
lingkungan
ORGANISASI
LINGKUNGAN
PERLU
MANAJEMEN
PERUBAHAN
5. DAMPAK
PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI
INFORMASI
MENGUBAH CARA
MANUSIA
BERTRANSAKSI
EKONOMI
MENGUBAH
CARA MANUSIA
BELAJAR
MENGUBAH CARA
MANUSIA
BERSOSIALISASI
MENGUBAH CARA
MANUSIA
MENGELOLA
PEMERINTAHAN
MENGUBAH CARA
MANUSIA MENGELOLA
BISNIS
MENGUBAH CARA
MANUSIA BEKERJA
MENGUBAH CARA
MANUSIA MELAKUKAN
KEJAHATAN
6.
7.
8. Definisi Perubahan Organisasi
Suatu proses dimana organisasi bergerak dari
kondisinya saat ini menuju kondisi yang
diinginkan di masa mendatang untuk
meningkatkan kinerja organisasi tersebut
9. Ciri Perubahan Organisasi
• Perubahan itu misterius karena tidak mudah dipegang
• Perubahan memerlukan change makers
• Tidak semua orang dapat diajak melihat perubahan
• Perubahan terjadi setiap saat, bukan sekali-sekali
• Ada sisi keras dan sisi lembut perubahan
• Perubahan memerlukan waktu
• Dibutuhkan upaya khusus untuk menyentuh budaya organisasi
• Perubahan banyak diwarnai oleh mitos-mitos
• Perubahan menimbulkan ekspektasi, dan ekspektasi menimbulkan
getaran emosi, harapan, dan juga kekecewaan
• Perubahan selalu menakutkan
11. Tiga Langkah Manajemen
Perubahan
Recognizing the
need for change
Attempting to
create a new state
of affairs
Incorporating the changes,
creating and maintaining a
new organizational system
Step 1: Unfreezing
Step 3: Refreezing
Step 2: Changing
Current State New State
12. Jenis Perubahan
JENIS
PERUBAHAN
BERDASARKAN
WAKTU
BERDASARKAN
RUANG
LINGKUP
BERDASARKAN
KESADARAN
BERDASARKAN
UNIT ANALISIS
EVOLUSIONER
REVOLUSIONER
PENGEMBANGAN
TRANSISIONAL
TRANSFORMASIONAL
DIRENCANAKAN
TIDAK DIRENCANAKAN
INDIVIDU
KELOMPOK
ORGANISASI
14. Rational-Empirical Approach (Pattern)
• Mengutamakan dialog dengan argumen yang logis
tentang pentingnya perubahan.
• Dilakukan terhadap orang yang dapat diajak berdialog
dan berpikir rasional terhadap situasi dan kondisi yang
terjadi.
• Dialog diarahkan kepada suatu pola yang disepakati
mengenai manajemen perubahan yang perlu
dilakukan.
15. Normative-Reeducation Approach
• Mengutamakan proses pendidikan secara gradual
sehingga orang-orang di dalam organisasi menjadi
paham mengapa pentingnya melakukan perubahan.
• Dilakukan terhadap orang yang wawasan dan
pemahamannya belum terbuka untuk perubahan.
• Fokus diberikan kepada membuka wawasan,
pemahaman, serta berbagai kompetensi yang perlu
dilakukan untuk melakukan perubahan.
16. Power-Coercive Approach
• Mengutamakan pendekatan kekuatan dan sarat dengan
unsur pemaksaan untuk berubah. Prinsipnya ikut
perubahan atau keluar dari sistem / organisasi.
• Biasanya dilakukan terhadap orang-orang yang
sebenarnya paham dengan perubahan, tetapi menolak
melakukan perubahan karena berbagai alasan.
• Fokusnya adalah menghilangkan atau meminimalkan
pengaruh di dalam organisasi yang menentang perubahan.
17. Environmental-Adaptive Approach
• Mengutamakan pendekatan kepada “pemaksaan oleh
lingkungan” dengan melakukan kampanye besar-besaran
mengenai perlunya perubahan.
• Fokusnya untuk melokalisir dan membuat mereka yang
tidak suka dengan perubahan merasa terasing di dalam
organisasi.
• Tujuannya agar secara perlahan “mereka yang menolak
perubahan” menjadi cair dan lunak, sehingga terbuka
dengan perubahan.
18. Analisis Budaya - OCAI
Internal Focus and Integration
External Focus and Differentiation
Flexibility and Discretion
ADHOCRACY
Stability and Control
CLAN
HIERARCHY MARKET
19. Analisis Budaya - OCAI
Now
Average A : 40
Average B : 20
Average C : 10
Average D : 30
Preferred
Average A : 20
Average B : 40
Average C : 20
Average D : 10
Now
Preferred
21. Advocade
• Orang yang mempunyai prakarsa tentang perlunya
melakukan perubahan.
• Prakarsa untuk melakukan perubahan dapat datang baik
dari bawahan maupun pimpinan.
• Apabila prakarsa datang dari pimpinan, akan mudah
mengarahkan dan mengalokasikan sumberdaya yang
diperlukan untuk melakukan perubahan.
• Apabila prakarsa datang dari bawahan, maka dia harus
menyakinkan dan mencari dukungan dari atasan.
22. Sponsor Perubahan
• Sponsor adalah orang yang mempunyai kewenangan untuk
mengalokasikan sumberdaya untuk melaksanakan perubahan.
• Perubahan akan lebih mudah apabila prakarsa datang dari
sponsor, yang tidak lain adalah pimpinan.
• Sponsor dapat melaksanakan sendiri perubahan yang
diprakasainya, atau menunjuk orang lain yang dinamakan agen
perubahan.
• Sponsor adalah PELINDUNG PERUBAHAN, dan pihak yang paling
bertanggung jawab atas jalannya perubahan.
23. Agen Perubahan
• Orang yang bertindak sebagai katalis dan bertanggung
jawab untuk mengelola aktivitas operasional perubahan.
• Orang profesional yang tugasnya membantu
merencanakan pembangunan, menyusun kembali
sasaran, merencanakan tindakan untuk menyelesaikan
masalah dan mengevaluasi hasil usaha terencana.
• Memiliki kemampuan komunikasi yang baik, tahan
banting, dan jika perlu bergerak “di bawah tanah”.
24. Target Perubahan
• Orang yang terkena atau menjadi obyek perubahan.
• Target perubahan adalah pimpinan, dan anggota,
tergantung arah perubahan yang dikehendaki.
• Secara ideal, proses perubahan dilakukan dengan
melibatkan mereka semua, sehingga lebih memahami
alasan dilakukannya perubahan.
• Ada pendapat yang menolak menggunakan terminologi
target, mereka cenderung menganggap sebagai mitra.
25. Pilihan untuk Berubah
BERTAHAP,
PARTISIPATIF
BERTAHAP,
PARTISIPATIF
CEPAT, FORCED
CEPAT, FORCED
CHANGE
CHANGE
POWERFUL
POWERFUL
LEADER
DIKTATORIAL LEADER DIKTATORIAL
WAKTU
BANYAK
WAKTU
TERBATAS
DUKUNGAN
KECIL
DUKUNGAN
BESAR
DUKUNGAN
26. Lima Alasan Orang Menolak Perubahan
1. Secara umum menolak atau negatif terhadap semua yang
baru atau berbeda.
2. Tidak tertarik dengan ide perubahan tersebut, dia memiliki
tujuan lain yang ingin dicapainya.
3. Tidak mengerti maksud atau dampak dari perubahan
terhadap situasi kerjanya.
4. Tidak mempercayai orang yang mengkomunikasikan inisiatif
perubahan tersebut.
5. FEAR! (KETAKUTAN)
28. Sekolah Pembentukan Perwira Polri (1)
• Dahulu institusi ini dikenal dengan sebutan Sekolah Calon Perwira
(Secapa) Polri. Jumlah siswa satu angkatan 1000 orang.
• Memulai kegiatan online learning sejak tahun 2013.
• Memadukan proses pembelajaran di kelas dengan bantuan
teknologi informasi. Materi belajar ditaruh di sebuah aplikasi
pembelajaran, begitu juga dengan tugas serta forum diskusi.
• Komunikasi dengan para instruktur juga dilakukan melalui aplikasi
pembelajaran tersebut.
• Aplikasi yang dipergunakan sangat sederhana, tetapi ini adalah
sesuatu yang sangat baru dan terobosan di lingkungan pendidikan
di Polri.
29. Sekolah Pembentukan Perwira Polri (2)
• Isu utama bukanlah mengenai teknologi pembelajaran itu
sendiri. Isu utama justru bagaimana ide online learning ini bisa
diterima oleh semua pihak di lingkungan Setukpa Polri.
• Proses pembelajaran pada sekolah di lingkungan Polri selama ini
berlangsung secara tradisional bahkan cenderung dianggap
banyak kelemahan.
• Jadi acceptance mengenai ide online learning adalah suatu
tantangan tersendiri. Di sisi lain, organisasi seperti Polri memang
tidak mudah untuk melakukan manajemen perubahan.
30. Sekolah Pembentukan Perwira Polri (3)
• Advocade untuk online learning ini adalah seorang perwira
menengah yang memiliki kemampuan akademik tinggi dan
menguasai teknologi informasi. Tetapi dia harus meyakinkan
kepala sekolah untuk mewujudkan ide-ide terobosan ini.
• Kepala sekolah (seorang perwira tinggi Polri bintang satu)
tertarik dengan ide online learning ini, dan langsung menyatakan
dirinya sebagai change sponsor untuk mewujudkan ide ini.
• Ide ini juga disetujui oleh Kepala Lembaga Pendidikan Polri,
seorang perwira tinggi Polri bintang tiga, dan juga menyatakan
dirinya sebagai change sponsor.
31. Sekolah Pembentukan Perwira Polri (4)
• Ide ini bergulir dengan cepat karena komitmen dari pimpinan
organisasi (top level management) dan mau bertindak sebagai
change sponsor.
• Setelah itu dibuat suatu tim kerja (sebagai change agent) yang
terdiri dari para perwira menengah dan pertama yang memiliki
semangat tinggi, dibantu oleh konsultan teknologi informasi dan
pembelajaran, terutama online learning.
• Strategi manajemen perubahan dilakukan dengan kombinasi
empat strategi, yaitu rational-empirical approach, normative-reeducation
approach, power-coercive approach, serta
environmental-adaptive approach.
32. Sekolah Pembentukan Perwira Polri (5)
• Rational-empirical approach dan normative-reeducation approach
banyak ditujukan kepada para instruktur/pengajar yang selama ini
sudah terbiasa dengan menggunakan proses pembelajaran
tradisional. Apalagi diantara mereka banyak yang masih “gagap
teknologi”.
• Power-coercive approach dipergunakan untuk para siswa sehingga
mereka harus mengikuti sistem ini jika ingin lulus.
• Environmental-adaptive approach dilakukan kepada semua pihak
dengan melakukan kampanye mengenai online learning ini di
lingkungan Sekolah Pembentukan Perwira Polri.
33. Sekolah Pembentukan Perwira Polri (6)
• Online learning berjalan dengan baik, walau di sana sini masih
banyak kelemahan dari sisi teknologi. Tetapi proses acceptance di
lingkungan civitas academica berlangsung dengan baik. Proses
training untuk para instruktur dan pengajar serta administrasi
pendidikan berlangsung dengan intensif.
• Program pendidikan di sekolah ini harus memberikan materi tentang
penggunaan komputer, teknologi informasi, dan internet kepada para
siswanya. Ini disebabkan karena para siswa banyak berasal dari
pelosok Indonesia, berpengalaman sebagai polisi di lapangan, dan
belum berpendidikan tinggi.
34. Sekolah Pembentukan Perwira Polri (7)
• Pada awal tahun 2014 ini, model online learning di Sekolah
Pembentukan Perwira Polri diangkat sebagai percontohan untuk
semua sekolah di lingkungan Lembaga Pendidikan Polri.
• Pada tahun 2014 ini, Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian PTIK memulai
pembangunan model yang sejenis dan bahkan dikembangkan
menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) untuk tingkat S1 ilmu
kepolisian.
• Ini mengkombinasikan proses belajar tradisional di kelas di kampus
PTIK (on campus) dan di lokasi kerja di wilayah masing-masing
(remote), serta belajar mandiri di mana yang bersangkutan
ditugaskan.
35. PENUTUP
• Penetrasi teknologi di dalam organisasi tidak bisa dipisahkan
dengan manajemen perubahan, termasuk penggunaan teknologi
untuk proses pembelajaran.
• Manajemen perubahan yang baik harus dimulai dari seorang
advocade, dilindungi oleh pimpinan tertinggi organisasi sebagai
sponsor perubahan, diekskusi dengan baik oleh tim kerja agen
perubahan, serta diterima dengan baik oleh mitra perubahan.
• Terdapat empat strategi manajemen perubahan yang sejatinya
dipergunakan secara kombinasi, yaitu rational-empirical approach,
normative-reeducation approach, power-coercive approach, serta
environmental-adaptive approach.
37. DIVISI TRAINING
PUSAT ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS INDONESIA
Jl. Salemba Raya No.4
Jakarta Pusat 10430
Telp +62 21 3106014
Fax + 62 21 3102774
Kampus Baru UI Depok
Depok 16424
Telp +62 21 7863419 ext.3210
Fax + 62 21 7863415
http://training-pusilkom.cs.ui.ac.id
www. doed.cs.ui.ac.id