Pandangan sebelumnya menyatakan bahwa faktor penetu keberhasilan seseorang dilihat berdasarkan kecerdasan intelektualnya akan tetapi seiring berjalannya waktu kecerdasan emosional menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan seseorang. Perbandingannya adalah 20 : 80, 20 untuk kecerdasan intelektual dan 80 untuk kecerdasan emosional.
1. KECERDASAN EMOSIONAL SEBAGAI
HASIL BELAJAR
OLEH
ARDIAN A.N
HARYANTO
RIVAALIFIA W
ANDRI YUNIARTO
2.C
University of Swadaya Gunung Jati Cirebon
2. belakangan ini semakin banyak tulisan dan
kajian yang menyorot secara kritis
pentingnya peran kecerdasan emosional
dalam mewujudkan keberhasilan atau
sukses seseorang. Pandangan sebelumnya
yang menempatkan kecerdasan intelektual
(IQ) sebagai salah satunya prediktor dalam
menentukan keberhasilan seseorang
semakin bergeser pada pandangan yang
melihat adanya kecerdasan-kecerdasan lain
yang juga tidak kalah pentingnya dalam
menentukan sukses seseorang. Karena itu
pada makalah kali ini kami akan membahas
3. Riva A.W
• PENGERTIAN KECERDASAN EMOSIONAL
Kecerdasan Emosional menurut Salovey dan Mayer
“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan
kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan
kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya
dan menggunakan informasi ini untuk membimbing
pikiran dan tindakan.”
4. Bentuk kualitas emosional yang dinilai penting bagi keberhasilan yaitu:
1. Empati
2. Mengungkapkan dan memahami perasaan
3. Mengendalikan amarah
4. Kemandirian
5. Kemampuan menyesuaikan diri
6. Disukai
7. Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
8. Ketekunan
9. Kesetiakawanan
10. Keramahan dan
11. Sikap hormat.
5. B.CIRI-CIRI KECERDASAN EMOSIONAL
• 1. Kemampuan memotivasi diri sendiri
Kemampuan memotivasi diri sendiri merupakan
kemampuan internal pada diri seseorang berupa kekuatan
menjadi suatu energi yang mendorong seseorang untuk
mampu menggerakkan potensi-potensi fisik dan psikologis
atau mental dalam melakukan aktivitas tertentu sehingga
mampu mencapai keberhasilan yang diharapkan. Untuk itu,
sebagai orang tua maupun guru hendaknya dapat membantu
mengembangkan tumbuhnya motivasi diri anak.
6. 2 . Ketahanan menghadapi frustasi
• Kemampuan menghadapi masalah akan mendorong seseorang
untuk memiliki daya tahan yang lebih tinggi bilamana suatu saat
ia dihadapkan pada persoalan-persoalan yang lebih kompleks dan
mungkin menyeret dirinya menjadi frustrasi.Agar emosi tidak
berkembang ke arah negatif, seseorang perlu mengenali dirinya
sendiri melalui pemikiran yang jernih untuk menyadari perasaan
diri sepenuhnya, tidak tenggelam dalam permasalah serta tidak
mudah pasrah. Bilamana pengenalan diri dapat dilakukan dengan
baik, maka akan sangat membantu seseorang untuk dapat
menguasai diri.
7. 3. Kemampuan mengendalikan dorongan hati & tidak
melebih-lebihkan kesenangan
• Kemampuan mengendalikan dorongan hati dan
tidak melebih-lebihkan kesenangan menjadi ciri dari
kecerdasan emosi. Kemampuan ini terkait dengan
kemampuan mengatasi masalah, karena seseorang
yang telah mampu mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi akan lebih dewasa dalam menghadapi
persoalan-persoalan yang lebih berat.
8. • Contohnya, ketika seorang anak mengalami duka yang berat,
ketika ibunya meninggal dunia, jika ia tidak sadar emosinya
mungkin ia dapat melakukan tindakan diluar kontrol yang dapat
merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Keadaan ini memerlukan
ketrampilan emosional yang tinggi untuk mengendalikan diri.
9. 4. Kemampuan menjaga suasana hati dan menjaga agar beban
stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir,berempati dan
berdo’a.
• Kemampuan ini terkait dengan Yang Maha Pencipta.
Kecerdasan Emosional Spiritual (ESQ) merupakan suatu
metode dan konsep yang jelas dan pasti dari kekosongan
batin/jiwa. Disaat kita sudah mencapai kesuksesan
adakalanya seseorang mengalami kehampaan, tidak
mengerti apa lagi yang harus diperbuat. Sehingga kita
harus mampu menjaga hubungan antar Yang Maha
Pencipta agar batin kita tidak hampa.
10. HARYANTO
2 .EMOSI DAN KEGUNAANYA
Dalam proses pembelajaran
konvensional , aspek emosional sacara
eksplisit tidak mendapat tempat dalam
pembahasan dan uraian materi
perkuliahan atau pembelajaran
sehingga tidak menjadi bagian yang
harus dipelajari.
11. GOTTMAN & DECLAIRE
Anak-anak yang dilatih emosinya pada
permulaan masa kanak-kanannya sungguh-
sungguh mengembangkan jenis ketrampilan
sosial ini di kemudian hari, ketrampilan
sosial mampu membantu mereka untuk
diterima oleh rekan-rekan sebaya dan untuk
menjalin persahabatan-persahabatan.
12. PARA AHLI SOSIOBIOLOGI MENYATAKAN
KEUNGGULAN PERASAAN DIBANDINGKAN
NALAR , SEHINGGA PADA SAAT-SAAT
TERTENTU EMOSI DITEMPATKAN SEBAGAI TITK
PUSAT JIWA MANUSIA.
13. MANUSIA SECARA UNIVERSAL MEMILIKI 2
JENIS TINDAKAN PIKIRAN
pikiran rasional adalah model pemahaman yang lazimnya
kita sendiri.
Pikiran emosional adalah kurang lebih sama dengan
istilah “ awam “ antara hati dan kepala.
Kedua pikiran tersebut ,yang emosional dan yang rasional, pada
umumnya bekerja dalam keselarasan yang erat, saling melengkapi
dalam mencapai pemahaman guna mengarahkan seseorang
menjalani kehidupan duniawi.
14. Dari struktur biologis masalah-masalah emosi adalah
bersumber dari amigdala yang merupakan bagian penting
dari otak.jika amigdala dipisahkan dari bagian-bagian otak
lainnya, maka hasilnya manusia tidak memiliki kemampuan
menangkap makna emosional suatu peristiwa atau yang
disebut “kebutaan afektif”
15. Uraian-uarain di atas menyiratkan betapa pentingnya
keseimbangan antara akal dan emosi, menyesuaikan
kepala dan hati,dan bilamana keseimbangan itu goyah
akan terjadi perseteruan nalar perasaan.yang mendasari
semua ini adalah bagaimana seseorang dapat memahami
penggunaan emosi secara cerdas sehingga dia akan dapat
menjalakan aktivitas kehidupannya dengan lebih baik
dalam suatu keseimbangan.
16. D. KECAKAPAN – KECAKAPAN
EMOSIONAL
Upaya – upaya yang selama ini hampir
seluruhnya diarahkan dalam meningkatkan standar
akademis, pada akhir – akhir ini semakin dirasakan
kepincangannya. Kecemasan muncul bukan hanya dari
nilai – nilai anak – anak dalam akademis, tetapi juga
muncul dari nilai – nilai yang tidak terkait dengan nilai
akademis. Kekurangan lain yang menimbulkan
kecemasan lebih besar tersebut adalah Buta Emosi.
Tanda – tanda kekurang perhatian terhadap
aspek emosi terlihat dari banyaknya peristiwa –
peristiwa kekerasan di kalangan siswa, meningkatnya
kekacauan masa remaja dan beberapa ekses prilaku
negatif lainnya.
17. Penyebab paling lazim dari berbagai peristiwa di atas
adalah terutama pada anak – anak adalah penyakit
mental, utamanya berupa gejala – gejala depresi.
Berdasarkan penelitian orang tua dan
guru pada anak – anak Amerika di usia 7
hingga 16 tahunan dalam masalah yang
spesifik :
1. Menarik diri
dari pegaulan (
masalah sosial
)
2. Cemas
dan depresi
3. Masalah
dalam
perhatian dan
berpikir
4. Nakal atau
agresif
18. Tinjauan baru terhadap penyebab depresi pada
kaum muda menunjukan dengan jelas adanya cacat
dalam dua bidang keterampilan emosional, yaitu
keterampilan membina hubungan dan cara
menafsirkan kegagalan yang memicu timbulnya
depresi.
Beberapa pendapat menghilangkan atau paling
kurang menurunkan depresi anak, antara lain :
1. Mengajarkan cara melihat dan memahami
kesulitan itu sendiri.
2. Melatih untuk terampil menjalin persahabatan.
3. Bergaul lebih baik dengan orang tua.
4. Melibatkan diri dalam kegiatan – kegiatan sosial
yang diminati.
5. Mengubah pikiran – pikiran yang menekan,
seorang pakar depresi ( Kovacs ) menyebut
19. Hasil dari salah satu penelitian menemukan
lebih dari separo pasien yang di obati di sebuah
kelinik karena kecanduan kokain, pernah didiagnosis
menderita depresi berat sebelum mereka kecanduan,
dan semakin parah depresi sebelumnya, semakin
kuat kecanduannya.
Cara yang paling terbaik untuk mencegah
terjadinya depresi adalah dengan mengembangkan
keterampilan emsional melalui penemuan ketahanan
diri pada anak. Sebuah kemampuan penting untuk
mengendalikan dorongan hati adalah mengetahui
perbedaan antara perasaan dan tindakan, dan belajar
membuat keputusan emosional yang lebih baik
dengan terlebih dahulu mengendalikan dorongan dan
mengidentifikasi konsekuensi sebelum melakukan
suatu tindakan. Pada sisi yang lain perlu penjelasan
dan aturan – aturan yang tegas tentang hak – hak,
20. Dalam proses pembelajaran, penerapan
kecerdasan emosional dapat dilakukan secara
luas dalam aktivitas dan bentuk-bentuk
spesifik pembelajaran.
Pemahaman guru terhadap kecerdasan
emosional, serta pengetahuan tentang cara-cara
penerapan kepada anak, merupakan bagian
penting dalam rangka membantu mewujudkan
perkembangan potensi-potensi anak secara
optimal.
21. Berikut bentuk kongkrit upaya
mengembangkan kecerdasan emotional anak :
Mengembangkan Empati dan Kepedulian
Mengajarkan Kejujuran dan Integritas
Mengajarkan Memecahkan Masalah
22. Mengembangkan Empati dan Kepedulian
Beberapa cara yang perlu dilatihkan kepada anak
untuk mengembangkan sikap empati dan kepedulian,
antara lain:
Memperketat tuntutan pada anak mengenai sikap
peduli dan tanggung jawab
Mengajarkan dan melatih anak mempraktekan
perbuatan-perbuatan baik
Melibatkan anak di dalam kegiatan-kegiatan layanan
masyarakat
23. Mengajarkan Kejujuran
Beberapa hal penting yang dapat dilakukan guru atau orang
tua dalam menumbuhkan kejujuran anak, antara lain:
Usahakan agar pentingnya kejujuran terus menjadi topic
perbincangan dalam rumah, kelas dan sekolah.
Membangun kepercayaan anak dapat dilakukan baik
dengan menyampaikan cerita-cerita yang bertemakan saling
percaya, atau melalui berbagai bentuk permainan.
Menghormati privasi anak berarti memberikan ruang yang
berarti bagi tumbuhnya rasa percaya pada anak dan
penghargaan pada anak.
24. Mengajarkan Memecahkan Masalah
Langkah-langkah yang dapat diterapkan pada
anak dalam melatih memecahkan masalahnya :
Mengidentifikasi masalah
Memikirkan alternatif pemecahan
Membandingkan alternatif-alternatif pemecahan
yang mungkin akan dipilih
Menentukan pemecahan yang terbaik
25. REFERENCES
Agustian, Ary G. (2007). ESQ: Emotional
Spiritual Quotien. Rahasia Sukses Membangun
Kecerdasan Emosi dan Spiritual. New Edition.
Jakarta: Arga.
DepPorter, B & Hernacki. (2001). Quantum
Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung: Kaifa
Goleman, Daniel. (2000). Kecerdasan Emosi
untuk Mencapai Prestasi Puncak. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama